Perancangan Sistem Penilaian Kinerja Vendor Material Joint Plate Pada PT. Wijaya Karya Beton

19

BAB 2
LANDASAN TEORI

2.1. Perancangan Sistem
Menurut Sinulingga, S (2008), sistem adalah separangkat elemen atau
komponen saling bergantung atau berinteraksi satu dengan yang lain menurut pola
tertentu dan membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan
mendesain atau merancang sistem adalah suatu proses mengenai pemilihan dan
pengaturan komponen-komponen sistem untuk menjalankan fungsi khusus masingmasing komponen tersebut agar tetap bersinergi secara optimal mencapai tujuan
sistem.

2.2. Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique)
Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique)
System merupakan sistem yang dibuat oleh Wang Laboratory, Inc. Lowell, yang
mampu mengintegrasikan aspek finansial dan non-finansial yang dibutuhkan manajer
(terutama manajer operasi). Model ini dibuat untuk merespon keberhasilan
perusahaan menerapkan Just in Time, sehingga fokusnya lebih mengarah ke
operasional setiap departemen dan fungsi di perusahaan. Tanpa adanya strategi yang
jelaspun, kerangka kerja ini dapat digunakan, akan tetapi akan lebih baik didasarkan

atas visi dan strategi perusahaan.

8
Universitas Sumatera Utara

9

Strategi objektif perusahaan diperoleh dari penjabaran visi dan fungsi bisnis
unit yang utama yaitu finansial (financial) dan pasar (market). Keberhasilan kinerja
finansial dan pasar perlu didukung kemampuan perusahaan untuk dapat memuaskan
konsumennya (customer satisfaction), fleksibilitas produknya (flexibility),dan
kemampuan memproduksi yang efektif dan efisien (productivity). Level terakhir yang
perlu dilakukan oleh masing-masing departemen dan stasiun kerja adalah bagaimana
agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik (quality), kecepatan proses
produksi dan pengiriman produk (delivery), waktu proses yang semakin pendek
(process time), dan biaya yang murah (cost). Keempat perspektif ini diyakini akan
dapat menunjang kemampuan perusahaan untuk memuaskan konsumen, memiliki
produk yang fleksibel, dan kemampuan produksi dan karyawan yang produktif.

2.3. Pengukuran Kinerja

Menurut Gazperz (2002), pengukuran kinerja merupakan suatu cara
memantau dan menelusuri kemajuan tujuan-tujuan strategis. Hasil pengukuran dapat
berupa indikator awal menuju akhir atau indikator hasil akhir.
Menurut Yuwono (2006), pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran
yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada
perusahaan.
Untuk memilih supplier diperlukan suatu sistem evaluasi dan seleksi
supplier dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu quality, cost, delivery,
flexibility dan responsiveness (Mauizhoh & Zabidi, 2007).

Universitas Sumatera Utara

10

2.3.1. Quality (Kualitas)
Adapun definisi quality menurut beberpa ahli, antara lain:
1.

Menurut Juran (1962) "kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau
manfaatnya”.


2.

Menurut Crosby (1979) "kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan
yang meliputi availability, delivery, realibility, maintainability,
dancost effectiveness”.

3.

Menurut Feigenbaum (1991) "kualitas merupakan keseluruhan
karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering,
manufacture, dan maintenance, yang mana produk dan jasa tersebut
dalam

pemakaiannya

akan

sesuai


dengan

kebutuhan

dan

harapan pelanggan yang baik dan sesuai dengan standard yang ada”.
4.

Menurut Elliot (1993) "kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk
orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau
dikatakan sesuai dengan tujuan".

5.

Menurut Deming (1986) “kualitas adalah menterjemahkan untuk
mengubah kebutuhan yang akan datang dari pengguna kedalam suatu
karakteristik yang diperlukan agar sebuah produk dapat di desain dan
dibuat untuk memberikan kepuasan dengan harga yang dibayar oleh
pengguna”.


Universitas Sumatera Utara

11

6.

Menurut Goestch dan david (1994) “kualitas merupakan suatu kondisi
dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.

2.3.2. Cost (Biaya)
Adapun definisi cost menurut beberpa ahli, antara lain:
1.

Mulyadi (2000), mengemukakan bahwa definisi biaya dibagi atas dua,
yaitu biaya dalam arti sempit dan biaya dalam arti luas. Dalam arti luas
biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan
uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan
tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan pengertian biaya dalam

arti sempit adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva.
Dari definisi biaya tersebut terdapat empat unsur pokok, yaitu:

2.

a.

Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

b.

Diukur dalam satuan uang.

c.

Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi.

d.


Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Mas’ud Machfoeds (1996), mengemukakan biaya adalah beban
terhadap penghasilan karena perusahaan menggunakan sumber daya
ekonomi yang ada.

Universitas Sumatera Utara

12

2.3.3. Delivery (Penyerahan)
Berikut ini adalah pengertian penyerahan (delivery) menurut para ahli
dibidangnya didefinisikan sebagai berikut:
1.

Menurut Suyono (2003)
“Delivery adalah penyerahan muatan yang merupakan kegiatan
menyerahkan barang dari dan ke wilayah pelabuhan”.

2.


Menurut Sutiyar (1994)
“Delivery adalah penyerahan muatan kepada yang berhak di pelabuhan
tujuan”.

3.

Menurut Asad (1992)
“Delivery adalah tindakan penyerahan barang-barang yang dimiliki
berdasarkan nota kepada pihak lain”.

4.

Menurut Diklat PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia Jakarta (2001)
“Delivery adalah suatu kegiatan penyerahan barang yang berlangsung
di sisi lambung kapal atau di lapangan penumpukan dan dapat juga
dilaksanakan di area lapangan tertutup (gudang)”.

5.


Menurut Djoko (2003)
“Delivery adalah kegiatan pengalihan kepemilikan fisik suatu barang,
seperti pengalihan kepemilikan dari pengirim ke perusahaan
pengangkutan, dari perusahaan pengangkutan yang satu ke perusahaan
pengangkutan yang lain, atau dari perusahaan pengangkutan ke
penerima barang”.

Universitas Sumatera Utara

13

6.

Menurut Gouzali (1996)
“Delivery adalah

salah

satu


kegiatan

yang

dilakukan

dalam

pemasaran, yaitu penyerahan setiap produk yang sudah dibeli oleh
pelanggan. Penyerahan ini bisa dilakukan di tempat pembelian, atau
diantar sampai ke rumah pelanggan tergantung pada perjanjian antara
kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.”

2.3.4. Flexibility (Fleksibilitas)
Definisi fleksibilitas adalah: “Fleksibilitas merupakan karakteristik dari
proses yang mengukur berapa lama (waktu) perubahan proses untuk menghasilkan
output yang berbeda atau dengan menggunakan sekumpulan input yang berbeda
(Gazperz, 1997)”.

2.3.5. Responsiveness (Daya Tanggap)

Berikut ini adalah pengertian responsiveness (daya tanggap) menurut para
ahli dibidangnya didefinisikan sebagai berikut:
1.

Menurut Rambat Lupiyoadi (2001) “daya tanggap adalah "suatu
kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat
(responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian
informasi yang jelas”.

2.

Menurut Tjiptono (2006), “daya tanggap merupakan keinginan para
staf untuk membantu para konsumen dan memberikan pelayanan

Universitas Sumatera Utara

14

dengan tanggap. Daya tanggap dapat berarti respon atau kesigapan
karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan
yang cepat dan, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani
pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan
penanganan”.

2.4. Sistem Penilaian Vendor Dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy
Process)
Metoda Analytical Hierrchy Procces (AHP) dikembangkan oleh Prof.
Thomas Lorie Saatie dari Wharton Business School diawal tahun 1970, yang
digunakan untuk mencari ranking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam
pemecahan suatu permasalahan. Pada proses pengambilan keputusan dengan AHP,
ada permasalahan/goal dengan beberapa level kriteria dan alternatif. Masing-masing
alternatif dalam satu kriteria memiliki skor. Skor diperoleh dari eigen vektor matriks
yang diperoleh dari perbandingan berpasangan dengan alternatif yang lain. Skor yang
dimaksud ini adalah bobot masing-masing alternatif terhadap satu kriteria. Masingmasing kriteriapun memiliki bobot tertentu (didapat dengan cara yang sama).
Selanjutnya perkalian matriks alternatif dan kriteria dilakukan di tiap level hingga
naik ke puncak level. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan
untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif. Disini diperlukan penentuan
prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam
situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja

Universitas Sumatera Utara

15

melainkan multifaktor dan mencakup berbagai macam jenjang maupun kepentingan
yang ada.
Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang
digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang
diskrit maupun kontinu. Perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala
besar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relative. Metode ini adalah
sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan
menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan
memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau
variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan
subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini
untuk menetapkan variabel yang mana memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak
unutk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyederhanakan masalah yang
kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dengan menarik berbagai pertimbangan
guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan
kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu
mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan
perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan
yang telah dibuat. Selain itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang
penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan didalam dan diluar
kelompok elemen strukturnya.

Universitas Sumatera Utara

16

Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang
terdiri dari:
1.

Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks
perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan.
Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah
1/k kali lebih penting dari A.

2.

Homogenity, yaitu menngandung arti kesamaan dalam melakukan
perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan untuk membandingkan
jeruk dengan bola tennis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika
membandingkan dalam hal berat.

3.

Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete
hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak
sempurna (incomplete hierarchy).

4.

Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat
ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat
merupakan data kuantitaf maupun yang bersifat kualitatif sesuai
dengan kasus yang diamati.
Secara umum pengambilan keputusan dengan metoda AHP didasarkan
pada langkah-langkah berikut yang akan dijalankan sesuai dengan
fungsinya:
a.

Mendefenisikan

masalah

dan

menentukan

solusi

yang

diinginkan.

Universitas Sumatera Utara

17

b.

Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum,
dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif
pilihan yang ingin dirangking.

c.

Membentuk

matriks

perbandingan

berpasangan

yang

menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen
terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat
diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau
judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat
kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

2.5. Decomposition
Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang
utuh menjadi unsur-unsurnya kebentuk hirarki proses pengambilan keputusan,
dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang
akurat pemecahan dilakukan terhadap unusr-unsur sampai tidak mungkin dilakukan
pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang
hendak dipecahkan, struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai
complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua
elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada
tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki
yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing jenjang mempunyai
hubungan.

Universitas Sumatera Utara

19

Gambar 2.1. Struktur Hirarki

9
Universitas Sumatera Utara

19

2.6. Kuesioner
Kuesioner ialah suatu bentuk instrumen pengumpulan data dalam format
pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom dimana responden akan
menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya. Dibandingkan
dengan dua instrumen pengumpulan data lainnya, kuesioner adalah instrumen yang
memiliki mekanisme yang efisien jika si peneliti mengetahui secara baik apa yang
dibutuhkannya dan bagaimana mengukur variabel yang diinginkan.
Dalam merancang kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsiip yang
terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of questions), cara-cara
pengukuran yaitu mengategorikan, membuat skala dan mengkodekan (categorized,
scaled and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general apperance)
kuesioner tersebut.

9
Universitas Sumatera Utara