Perancangan Sistem Penilaian Kinerja Vendor Material Joint Plate Pada PT. Wijaya Karya Beton

(1)

TESIS

OLEH

YUDI PRASETIA SIREGAR

097025012/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(2)

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Teknik

dalam Program Studi Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara

OLEH

YUDI PRASETIA SIREGAR

097025012/TI

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2013


(3)

Tanggal lulus : 30 Agustus 2012


(4)

(5)

Ir. Rosnani Ginting, MT

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

PERANCANGAN SISTEM PENILAIAN KINERJA VENDOR MATERIAL

JOINT PLATE PADA PT. WIJAYA KARYA BETON

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara benar dan jelas.

Medan, Agustus 2012 Yang Membuat Pernyataan,

Yudi Prasetia Siregar NIM: 097025012/TI


(6)

Abstrak

PT. Wijaya Karya Beton adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri beton pracetak yang berproduksi berdasarkan pesanan (job order). Bahan baku utama terdiri dari bahan baku beton yang terdiri dari semen, pasir, batu split, admixture dan baku tulangan yang terdiri dari PC. Bar, PC Wire, PC. Strand, kawat spiral, besi beton dan plat sambung. Ketepatan pengiriman dan ketepatan mutu material merupakan faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan karena apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menyebabkan keluhan dari pelanggan dan biaya produksi juga akan meningkat, oleh sebab itu dalam pemilihan supplier harus ditentukan secara tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat menentukan kepada supplier mana material harus dipesan, sehingga di satu sisi kontinuitas produksi dapat terjaga dan pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan, karena perusahaan dapat memenuhi setiap pesanan yang datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan sistem penilaian kinerja supplier dengan menggunakan pendekatan metode SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) System untuk mengurangi keterlambatan dan kecacatan plat sambung. Sedangkan Analityc Hierarchy Process (AHP) digunakan sebagai alat pembuat keputusan bagi manajemen dalam pengadaan material dan dapat diimplementasikan dan menjadi sistem yang baku pada perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan solusi alternatif dalam pengadaan material plat sambung berdasarkan kriteria perusahaan.

Dasar penetapan sistem baku penilaian kinerja supplier berupa Faktor/variabel dominan yang merupakan sistem yang dinilai untuk memenuhi plat sambung yang dipesan (order) oleh Wika Beton kepada Supplier. Faktor dominan ini didasarkan atas perhitungan dengan menggunakan metode SMART System untuk mencari Key Performance Indicator sehingga diperoleh urutan faktor/variabel dominan yaitu Quality (42,26%), Delivery (19,71%), Cost (16,70%), Responsiveness (12,53%), dan Flexibility (8,81%). Data historis 3 bulan terakhir dari supplier akan mengetahui sejauh mana supplier mampu melaksanakan order dari Wika Beton sesuai dengan keterlambatan dan produk yang tidak sesuai (cacat). Jumlah keterlabatan pengiriman plat sambung paling sedikit (kecil) adalah supplier Sinar Maju Perkasa (13,81%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (26,36%). Selain itu jumlah ketidaksesuaian (cacat) produksi plat sambung paling sedikit (kecil) adalah Sinar Maju Perkasa (11,63%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (29,07%).

Key Word: Sistem Penilaian Kinerja, SMART System, AHP, Key Performance Indicator (KPI)


(7)

i

concrete materials comprising, cement, sand, rock split, concrete iron, admixture and rock reinforcement which consists of PC Bar, PC Wire, PC Strand, spiral wire, concrete iron, and connecting plate. Accuracy of delivery and precision of material quality are the factors determining the smoothness of production and sales because if it cannot achieved, it will result in customers’ complaint and increasing cost of production, therefore, the supplier must be precisely determined. In this case, the company must be able to determine to which suppliers the materials must be ordered that, on one hand, the continuity of production can be maintained, and on the other hand, the company can make profit because the company can meet every order that comes. The purpose of this study was to find out the design of supplier’s performance evaluation system using the approach method of SMART (Strategic Management Analysis and reporting Technique) System to minimize the delay and defects of connecting plates. The Analytical Hierarchy Process (AHP) was used as a tool of decision making for the management in material procurement and can be implemented and become a standard system of a company. This study also aimed at developing alternative solution in the procurement of connecting plate materials based on the criteria of the company.

The basic of the decision of evaluation standard system for the performance of suppliers are in the forms of dominant factor/variable in the form of the system valued to meet the criteria of the connecting plates ordered by Wika Beton to the supplier. This dominant factor is based on the calculation using SMART System method to find the Key Performance Indicator that the sequence of dominant factor/variable are Quality (42.26%), Delivery (19.71%), Cost (16.70%), Responsiveness (12.53%) and Flexibility (8.81%). The historical data of the supplier for the past 3 (three) months shows to what extent the supplier can do the order from Wika Beton in accordant with the delays and defective products. The supplier with the least delays of connecting plate delivery is Sinar Maju Perkasa (13.81%) while the one with the biggest delay is Bohlindo (26.36%). In addition, the supplier with the least number of defective connecting plates produced is Sinar Maju Perkasa (11.63%) while the one with the biggest number of defective connecting plates produced is Bohlindo (29.07%).

Keywords: Performance Evaluation System, SMART System, AHP, Key Performance Indicator


(8)

Universitas Sumatera Utara Medan dengan mengambil program studi Teknik Manajemen Pabrik dan tamat pada tahun 2006. Pada Pebruari 2010 peneliti melanjutkan pendidikan program Magister Teknik Industri di Universitas Sumatera Utara.

Pada saat ini peneliti bekerja di PT. Wijaya karya Beton, Pabrik Produk Beton Sumatera Utara sebagai Staff Perencanaan & Evaluasi produksi dari Tahun 2007 sampai dengan saat ini.

Medan, 15 Agustus 2012


(9)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, hanya atas berkat rahmatnya Tesis ini dapat diselesaikan dengan segala upaya yang cukup berarti bagi peneliti. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat kelulusan untuk menyelesaikan Program Magister Teknik Industri pada Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara.

Dalam pelaksanaan penulisan Tesis ini, peneliti banyak mendapat dukungan moril dan usulan perbaikan serta penyempurnaan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini peneliti ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada komisi pembimbing yaitu Prof. Dr. Ir. Sukaria Sinulingga, M.Eng selaku Ketua Program Studi sekaligus pembimbing utama dan Aulia Ishak, ST, MT selaku pembimbing kedua dalam penulisan Tesis ini.

Ucapan terima kasih juga peneliti sampaikan kepada semua staff pengajar atas semua pengetahuan yang diberikan serta dukungan motivasi selama peneliti mengikuti pendidikan. Peneliti menyadari bahwa kelancaran proses pendidikan juga tidak terlepas dari bantuan seluruh staff sekretariat Program Studi.

Pada kesempatan ini peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada team manajemen PT. Wijaya Karya Beton yang telah memberikan kesempatan pelaksanaan penelitian.

Ucapan terima kasih juga kepada rekan-rekan mahasiswa angkatan XI, angkatan XII dan angkatan XIII yang dengan semangat memberikan masukan dan saran penulisan Tesis ini.

Akhirnya peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada kedua orangtua yaitu Mahmud Siregar dan Mariana serta kedua adikku Loanda Atmanegara Siregar, SE dan Muhammad Ridho Siregar, SE atas kasih sayangnya.


(10)

Peneliti menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu sangat diharapkan saran dan masukannya sehingga berguna bagi pembaca.


(11)

v

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 5

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

1.5. Batasan Masalah ... 7

1.6. Asumsi-asumsi ... 7

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Perancangan Sistem ... 8

2.2. Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) ... 8

2.3. Pengukuran Kinerja ... 9

2.3.1. Quality (Kualitas) ... 10

2.3.2. Cost (Biaya) ... 11

2.3.3. Delivery (Penyerahan) ... 12

2.3.4. Flexibility (Fleksibilitas) ... 13


(12)

BAB 3 GAMBARAN UMUM PERUSAHAAAN

3.1. Sejarah Singkat Perusahaan ... 20

3.2. Deskripsi Perusahaan... 24

3.2.1. Wilayah Kerja ... 24

3.2.2. Produk dan Layanan Utama ... 24

3.2.3. Struktur Organisasi ... 26

3.2.4. Pelanggan dan Pasar ... 26

3.2.5. Hubungan Kemitraan dan Komunikasi ... 27

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Metode Penelitian ... 29

4.2. Lokasi Penelitian ... 31

4.3. Metode Pengumpulan Data ... 31

4.4. Sumber Data ... 31

4.5. Kerangka Konseptual ... 32

BAB 5 PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 5.1. Pengumpulan Data... 34

5.1.1. Matriks Banding Berpasangan (Pairwise Comparison) ... 36

5.1.2. Data Kuesioner untuk Commitment dari Supplier ... 43

5.2. Pengolahan Data ... 43

5.2.1. Identifikasi Strategi Objektif dan Key Performance Indicator (KPI) ... 44


(13)

vii

5.2.5. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks .... 50

5.2.6. Penentuan Bobot Prioritas untuk Alternatif ... 61

5.2.7. Perhitungan Bobot Parsial dan Prioritas Level 1 dan 2 ... 61

5.2.8. Perhitungan Total Bobot ... 62

5.2.9. Perhitungan Konsisitensi Hierarki Level 2: Kriteria Kinerja Supplier ... 63

5.2.10. Perhitungan Konsistensi Hierarki Level 1: Kriteria ... 75

5.2.11. Perhitungan Peringkat untuk variabel Commitment dari Masing-masing Supplier ... 80

BAB 6 ANALISIS DAN PERANCANGAN 6.1. Analisis ... 81

6.1.1. Analsis Key Performance Indicator ... 82

6.1.2. Analisis Peningkatan Startegi Ojektif pada Pemilihan Supplier ... 82

6.1.3. Analisis Peringkat untuk Commitment dari Masing-masing Supplier ... 85

6.2. Perancangan ... 86

6.2.1. Perancangan Daftar Peringkat Supplier ... 86

6.2.2. Perancangan Daftar Persentase Pemberian Order ... 87

6.2.3. Usulan Pendirian Divisi Produksi Plat Sambung ... 87


(14)

DAFTAR PUSTAKA... 93


(15)

ix

1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung ... 2

1.2. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung ... 3

1.3. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung ... 4

2.1. Struktur Hirarki ... 18

4.1. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian ... 30

4.2. Kerangka Konseptual Penelitian ... 33

5.1. Struktur Hirarki untuk Penilaian Kinerja Supplier ... 45

5.2. Bobot Prioritas Key Performance Indicator Pemilihan Supplier ... 63

6.1. Sistem Baku Penilaian Kinerja Supplier ... 81

6.2. Persentase Keterlambatan Pengiriman Plat Sambung ... 83

6.3. Persentase Plat Sambung yang Tidak Sesuai ... 84

6.4. Persentase Komitmen Supplier Terhadap Permintaan Wika Beton .. 86


(16)

1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung ... 2

1.2. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung (Kali).. 3

1.3. Volume Plat Sambung yang Mutunya Tidak Sesuai (Unit) ... 4

5.1. Matriks Banding Berpasangan antar Elemen pada Pemilihan Supplier ... 36

5.2. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Quality ... 37

5.3. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Price ... 38

5.4. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Delivery ... 39

5.5. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Flexibility ... 40

5.6. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Responsivenes ... 41

5.7. Data Kuesioner untuk Commitment dari Supplier ... 43

5.8. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 1 ... 47

5.9. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Quality Level 2 .. 48

5.10. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Cost Level 2 ... 48

5.11. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Delivery Level 2 ... 49

5.12. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Flexibility Level 2 ... 49

5.13. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Responsiveness Level 2... 49

5.14. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 1 ... 51


(17)

xi

5.18. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Elemen ....

Cost Level 2 ... 54

5.19. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen Cost . Level 2 ... 55

5.20. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Elemen Delivery Level 2 ... 56

5.21. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen Delivery Level 2 ... 56

5.22. Jumlah Perhitungan Rata-Rata Pembobotan untuk Unsur Elemen Flexibility Level 2 ... 57

5.23. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen ... Flexibility Level 2 ... 58

5.24. Jumlah Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Elemen Responsiveness Level 2 ... 59

5.25. Matrik Normalisasi dan Rata-rata Baris untuk Unsur Elemen ... Responsiveness Level 2... 59

5.26. Rekapitulasi Bobot Parsial ... 60

5.27. Perhitungan Bobot Parsial dan Prioritas Level 1 dan 2 ... 62

5.28. Perhitungan Total Bobot ... 62

5.29. Persentase Kuesioner untuk Commitment dari Supplier ... 80

6.1. Perhitungan Total Bobot ... 82

6.2. Pertanyaan-Pertanyaan dan Standard dari Variabel Commitment ... 85

6.3. Rencana Anggaran Biaya Pembangunan Divisi Produksi Plat ... Sambung ... 88


(18)

(19)

xiii

L-1. Kusioner Penilaian Kriteria Pemilihan Supplier untuk

Pemesanan Plat Sambung Di PT. Wika Beton ... 98 L-2. Kuesioner Penilaian Komitmen Supplier Plat Sambung untuk

PT. Wika Beton ... 114


(20)

Abstrak

PT. Wijaya Karya Beton adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri beton pracetak yang berproduksi berdasarkan pesanan (job order). Bahan baku utama terdiri dari bahan baku beton yang terdiri dari semen, pasir, batu split, admixture dan baku tulangan yang terdiri dari PC. Bar, PC Wire, PC. Strand, kawat spiral, besi beton dan plat sambung. Ketepatan pengiriman dan ketepatan mutu material merupakan faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan karena apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menyebabkan keluhan dari pelanggan dan biaya produksi juga akan meningkat, oleh sebab itu dalam pemilihan supplier harus ditentukan secara tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat menentukan kepada supplier mana material harus dipesan, sehingga di satu sisi kontinuitas produksi dapat terjaga dan pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan, karena perusahaan dapat memenuhi setiap pesanan yang datang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan sistem penilaian kinerja supplier dengan menggunakan pendekatan metode SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) System untuk mengurangi keterlambatan dan kecacatan plat sambung. Sedangkan Analityc Hierarchy Process (AHP) digunakan sebagai alat pembuat keputusan bagi manajemen dalam pengadaan material dan dapat diimplementasikan dan menjadi sistem yang baku pada perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan solusi alternatif dalam pengadaan material plat sambung berdasarkan kriteria perusahaan.

Dasar penetapan sistem baku penilaian kinerja supplier berupa Faktor/variabel dominan yang merupakan sistem yang dinilai untuk memenuhi plat sambung yang dipesan (order) oleh Wika Beton kepada Supplier. Faktor dominan ini didasarkan atas perhitungan dengan menggunakan metode SMART System untuk mencari Key Performance Indicator sehingga diperoleh urutan faktor/variabel dominan yaitu Quality (42,26%), Delivery (19,71%), Cost (16,70%), Responsiveness (12,53%), dan Flexibility (8,81%). Data historis 3 bulan terakhir dari supplier akan mengetahui sejauh mana supplier mampu melaksanakan order dari Wika Beton sesuai dengan keterlambatan dan produk yang tidak sesuai (cacat). Jumlah keterlabatan pengiriman plat sambung paling sedikit (kecil) adalah supplier Sinar Maju Perkasa (13,81%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (26,36%). Selain itu jumlah ketidaksesuaian (cacat) produksi plat sambung paling sedikit (kecil) adalah Sinar Maju Perkasa (11,63%) sedangkan yang paling besar adalah Bohlindo (29,07%).

Key Word: Sistem Penilaian Kinerja, SMART System, AHP, Key Performance Indicator (KPI)


(21)

i

concrete materials comprising, cement, sand, rock split, concrete iron, admixture and rock reinforcement which consists of PC Bar, PC Wire, PC Strand, spiral wire, concrete iron, and connecting plate. Accuracy of delivery and precision of material quality are the factors determining the smoothness of production and sales because if it cannot achieved, it will result in customers’ complaint and increasing cost of production, therefore, the supplier must be precisely determined. In this case, the company must be able to determine to which suppliers the materials must be ordered that, on one hand, the continuity of production can be maintained, and on the other hand, the company can make profit because the company can meet every order that comes. The purpose of this study was to find out the design of supplier’s performance evaluation system using the approach method of SMART (Strategic Management Analysis and reporting Technique) System to minimize the delay and defects of connecting plates. The Analytical Hierarchy Process (AHP) was used as a tool of decision making for the management in material procurement and can be implemented and become a standard system of a company. This study also aimed at developing alternative solution in the procurement of connecting plate materials based on the criteria of the company.

The basic of the decision of evaluation standard system for the performance of suppliers are in the forms of dominant factor/variable in the form of the system valued to meet the criteria of the connecting plates ordered by Wika Beton to the supplier. This dominant factor is based on the calculation using SMART System method to find the Key Performance Indicator that the sequence of dominant factor/variable are Quality (42.26%), Delivery (19.71%), Cost (16.70%), Responsiveness (12.53%) and Flexibility (8.81%). The historical data of the supplier for the past 3 (three) months shows to what extent the supplier can do the order from Wika Beton in accordant with the delays and defective products. The supplier with the least delays of connecting plate delivery is Sinar Maju Perkasa (13.81%) while the one with the biggest delay is Bohlindo (26.36%). In addition, the supplier with the least number of defective connecting plates produced is Sinar Maju Perkasa (11.63%) while the one with the biggest number of defective connecting plates produced is Bohlindo (29.07%).

Keywords: Performance Evaluation System, SMART System, AHP, Key Performance Indicator


(22)

1.1. Latar Belakang Masalah

Ketepatan pengiriman dan ketepatan mutu material merupakan faktor yang menentukan kelancaran produksi dan penjualan karena apabila hal tersebut tidak tercapai maka akan menyebabkan keluhan dari pelanggan dan biaya produksi juga akan meningkat, oleh sebab itu dalam pemilihan supplier harus ditentukan secara tepat. Dalam hal ini perusahaan harus dapat menentukan kepada supplier mana material harus dipesan, sehingga di satu sisi kontinuitas produksi dapat terjaga dan pada sisi lain perusahaan dapat memperoleh keuntungan, karena perusahaan dapat memenuhi setiap pesanan yang datang.

PT. Wijaya Karya Beton adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri beton pracetak yang berproduksi berdasarkan pesanan (job order). Bahan baku utama terdiri dari bahan baku beton yang terdiri dari semen, pasir, batu split, admixture dan baku tulangan yang terdiri dari pc bar, pc wire, pc strand, kawat spiral, besi beton dan plat sambung. Bahan baku tersebut akan diolah untuk menghasilkan berbagai jenis produk yang siap dipasarkan. Plat sambung merupakan salah satu bahan baku yang pemakaiannya terus meningkat setiap tahun, volume pemakaian material plat sambung pada periode 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 1.1 dan gambar 1.1.


(23)

Tabel 1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung

No Material Tahun

2008 2009 2010 2011 2012 1 Plat Sambung

(Unit) 51,851 53,763 28,168 62,557 70,601

Gambar 1.1. Jumlah Pemakaian Material Plat Sambung

PT. Wijaya Karya Beton Pabrik Produk Beton Sumatera Utara (PPB Sumut) merupakan salah satu dari 7 pabrik PT Wijaya Karya Beton di Indonesia, terletak di Jalan Raya Medan-Binjai km 15,5 Diski, Deliserdang, menghasilkan beraneka macam produk beton pracetak mutu tinggi mulai dari produk beton sentrifugal dan produk beton non sentrifugal. Bersama-sama dengan Wilayah Penjualan I Medan, PPB Sumut merupakan pasangan unit kerja yang menyediakan berbagai


(24)

macamkebutuhan produk beton untuk wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Riau, Kepualauan Riau dan Sumatera Barat.

Kenyataan bahwa untuk material plat sambung pendatanganannya sering mengalami keterlambatan serta tidak tepat mutu. Pada periode bulan Juli s.d. Desember 2011 dari 26 pemesanan plat sambung kesalah satu bengkel, terjadi 13 kali keterlambatan pengiriman. Hal ini mengakibatkan terganggunya proses operasional perusahaan dilantai produksi. Berikut tabel 1.2 dan gambar 1.2 menunjukkan jumlah keterlambatan kedatangan material plat sambung pada periode Juli 2011 s.d. Desember 2011.

Tabel 1.2. Jumlah Keterlambatan Pendatangan Material Plat Sambung (Kali) No Nama

Bengkel

Bulan

Juli Agustus September Oktober November Desember

1 BL 8 10 20 2 6 6

2 BT 15 8 18 10 9 3

3 MT 11 6 10 3 4 6

4 MW 11 11 4 10 10 5

5 SMP 11 1 5 6 7 3


(25)

Berikut tabel 1.3 dan gambar 1.3 menunjukkan volume plat sambung dari supplier yang mutunya tidak sesuai pada periode Juli 2011 s.d. Desember 2011.

Tabel 1.3. Volume Plat Sambung yang Mutunya Tidak Sesuai (Unit) Nama

Bengkel

Bulan

Juli Agustus September Oktober November Desember

BL 7 38 23 37 17 21

BT 29 27 42 42 15 20

MT 35 35 18 27 11 15

MW 4 29 5 14 16 5

SMP 12 15 13 12 12 6

Gambar 1.3. Volume Plat Sambung yang Mutunya Tidak Sesuai

Keadaan yang menunjukkan bahwa keterlambatan dan mutu yang tidak sesuai diakibatkan tidak adanya sistem baku penilaian kinerja supplier yang baku di PT. Wika Beton. Hal ini mengakibatkan tidak adanya jaminan kualitas yang baik serta sesuai dengan standard kepada PT. Wika Beton terhadap plat sambung yang dikirim oleh supplier.


(26)

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang seperti diuraikan di atas, permasalahan yang akan dicari pemecahannya melalui penelitian ini adalah penilaian kinerja supplier yang tepat sesuai dengan standard yang telah ditetapkan oleh PT. Wika Beton sehingga dapat mengurangi terjadinya keterlambatan kedatangan material serta mutu yang tidak sesuai dari supplier berdasarkan kriteria yang ditetapkan oleh perusahaan dengan melihat kriteria dari quality¸ cost, delivery, responsiveness, flexibility, dan commitment. Selain itu bagaimana mencari solusi alternatif yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah keterlambatan dengan membuat sistem baku penilaian kinerja supplier yang baku di PT. Wika Beton.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan sistem penilaian kinerja supplier yang baik dan dapat distandardkan dengan menggunakan pendekatan metode SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) System untuk mengurangi keterlambatan dan kecacatan plat sambung. Sedangkan Analityc Hierarchy Process (AHP) digunakan sebagai alat pembuat keputusan bagi manajemen dalam pengadaan material dan dapat diimplementasikan dan menjadi sistem yang baku pada perusahaan. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengembangkan solusi alternatif dalam pengadaan material plat sambung berdasarkan kriteria perusahaan.


(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa manfaat yang diperoleh antara lain:

1. Bagi Perusahaan

Manfaat penelitian bagi perusahaan adalah sebagai bahan pertimbangan dan masukan serta sebagai bahan informasi dan rekomendasi untuk selanjutnya menjadi referensi bagi perusahaan dalam mengambil keputusan yang berkaitan dengan sistem penilaian kinerja dan penentuan supplier serta rencana pembentukan divisi produksi plat sambung.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Manfaat penelitian bagi institusi pendidikan sebagai bahan kajian penelitian selanjutnya dan memberikan referensi serta saran, khususnya masalah sistem penilaian kinerja supplier serta langkah-langkah pendirian unit produksi baru pada suatu perusahaan.

3. Bagi Mahasiswa

Manfaat penelitian bagi mahasiswa sebagai pengalaman dibidang akademis dalam pemecahan masalah sistem penilaian kinerja supplier dan rencana pendirian unit divisi produksi. Selain itu sebagai bahan wacana keilmuan dalam penerapan teori yang diterima pada saat kuliah sejauh mana dapat diimplementasikan dalam masalah sistem penilaian kinerja supplier dan rencana pendirian unit divisi produksi baru.


(28)

1.5. Batasan Masalah

Untuk dapat melihat keakuratan sistem yang akan dirancang maka penulis membuat batasan-batasan sebagai berikut:

1. Data yang digunakan adalah data pembelian bulan Juli s.d. Desember 2011 berdasarkan keputusan pihak manajemen perusahaan.

2. Material yang diteliti adalah plat sambung.

1.6. Asumsi-asumsi

Agar penyelesaian masalah dapat dilakukan sesuai dengan teori yang dilakukan maka perlu diadakan asumsi yang digunakan antara lain:

1. Tidak ada penambahan supplier plat sambung pada saat penelitian sedang berlangsung.

2. Tidak ada perubahan proses produksi serta prosedur selama penelitian berlangsung.


(29)

8

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1. Perancangan Sistem

Menurut Sinulingga, S (2008), sistem adalah separangkat elemen atau komponen saling bergantung atau berinteraksi satu dengan yang lain menurut pola tertentu dan membentuk satu kesatuan untuk mencapai tujuan tertentu. Sedangkan mendesain atau merancang sistem adalah suatu proses mengenai pemilihan dan pengaturan komponen-komponen sistem untuk menjalankan fungsi khusus masing-masing komponen tersebut agar tetap bersinergi secara optimal mencapai tujuan sistem.

2.2. Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique)

Model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique)

System merupakan sistem yang dibuat oleh Wang Laboratory, Inc. Lowell, yang mampu mengintegrasikan aspek finansial dan non-finansial yang dibutuhkan manajer (terutama manajer operasi). Model ini dibuat untuk merespon keberhasilan perusahaan menerapkan Just in Time, sehingga fokusnya lebih mengarah ke operasional setiap departemen dan fungsi di perusahaan. Tanpa adanya strategi yang jelaspun, kerangka kerja ini dapat digunakan, akan tetapi akan lebih baik didasarkan atas visi dan strategi perusahaan.


(30)

Strategi objektif perusahaan diperoleh dari penjabaran visi dan fungsi bisnis unit yang utama yaitu finansial (financial) dan pasar (market). Keberhasilan kinerja finansial dan pasar perlu didukung kemampuan perusahaan untuk dapat memuaskan konsumennya (customer satisfaction), fleksibilitas produknya (flexibility),dan kemampuan memproduksi yang efektif dan efisien (productivity). Level terakhir yang perlu dilakukan oleh masing-masing departemen dan stasiun kerja adalah bagaimana agar produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang baik (quality), kecepatan proses produksi dan pengiriman produk (delivery), waktu proses yang semakin pendek (process time), dan biaya yang murah (cost). Keempat perspektif ini diyakini akan dapat menunjang kemampuan perusahaan untuk memuaskan konsumen, memiliki produk yang fleksibel, dan kemampuan produksi dan karyawan yang produktif.

2.3. Pengukuran Kinerja

Menurut Gazperz (2002), pengukuran kinerja merupakan suatu cara memantau dan menelusuri kemajuan tujuan-tujuan strategis. Hasil pengukuran dapat berupa indikator awal menuju akhir atau indikator hasil akhir.

Menurut Yuwono (2006), pengukuran kinerja adalah tindakan pengukuran yang dilakukan terhadap berbagai aktivitas dalam rantai nilai yang ada pada perusahaan.

Untuk memilih supplier diperlukan suatu sistem evaluasi dan seleksi

supplier dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu quality, cost, delivery,


(31)

2.3.1. Quality (Kualitas)

Adapun definisi quality menurut beberpa ahli, antara lain:

1. Menurut Juran (1962) "kualitas adalah kesesuaian dengan tujuan atau manfaatnya”.

2. Menurut Crosby (1979) "kualitas adalah kesesuaian dengan kebutuhan yang meliputi availability, delivery, realibility, maintainability,

dancost effectiveness”.

3. Menurut Feigenbaum (1991) "kualitas merupakan keseluruhan karakteristik produk dan jasa yang meliputi marketing, engineering, manufacture, dan maintenance, yang mana produk dan jasa tersebut dalam pemakaiannya akan sesuai dengan kebutuhan dan harapan pelanggan yang baik dan sesuai dengan standard yang ada”. 4. Menurut Elliot (1993) "kualitas adalah sesuatu yang berbeda untuk

orang yang berbeda dan tergantung pada waktu dan tempat atau dikatakan sesuai dengan tujuan".

5. Menurut Deming (1986) “kualitas adalah menterjemahkan untuk mengubah kebutuhan yang akan datang dari pengguna kedalam suatu karakteristik yang diperlukan agar sebuah produk dapat di desain dan dibuat untuk memberikan kepuasan dengan harga yang dibayar oleh pengguna”.


(32)

6. Menurut Goestch dan david (1994) “kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan”.

2.3.2. Cost (Biaya)

Adapun definisi cost menurut beberpa ahli, antara lain:

1. Mulyadi (2000), mengemukakan bahwa definisi biaya dibagi atas dua, yaitu biaya dalam arti sempit dan biaya dalam arti luas. Dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi dan kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu sesuai dengan kebutuhan. Sedangkan pengertian biaya dalam arti sempit adalah sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.

Dari definisi biaya tersebut terdapat empat unsur pokok, yaitu: a. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi.

b. Diukur dalam satuan uang.

c. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi. d. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

2. Mas’ud Machfoeds (1996), mengemukakan biaya adalah beban terhadap penghasilan karena perusahaan menggunakan sumber daya ekonomi yang ada.


(33)

2.3.3. Delivery (Penyerahan)

Berikut ini adalah pengertian penyerahan (delivery) menurut para ahli dibidangnya didefinisikan sebagai berikut:

1. Menurut Suyono (2003)

“Delivery adalah penyerahan muatan yang merupakan kegiatan menyerahkan barang dari dan ke wilayah pelabuhan”.

2. Menurut Sutiyar (1994)

“Delivery adalah penyerahan muatan kepada yang berhak di pelabuhan tujuan”.

3. Menurut Asad (1992)

“Delivery adalah tindakan penyerahan barang-barang yang dimiliki berdasarkan nota kepada pihak lain”.

4. Menurut Diklat PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia Jakarta (2001) “Delivery adalah suatu kegiatan penyerahan barang yang berlangsung di sisi lambung kapal atau di lapangan penumpukan dan dapat juga dilaksanakan di area lapangan tertutup (gudang)”.

5. Menurut Djoko (2003)

“Delivery adalah kegiatan pengalihan kepemilikan fisik suatu barang, seperti pengalihan kepemilikan dari pengirim ke perusahaan pengangkutan, dari perusahaan pengangkutan yang satu ke perusahaan pengangkutan yang lain, atau dari perusahaan pengangkutan ke penerima barang”.


(34)

6. Menurut Gouzali (1996)

“Delivery adalah salah satu kegiatan yang dilakukan dalam pemasaran, yaitu penyerahan setiap produk yang sudah dibeli oleh pelanggan. Penyerahan ini bisa dilakukan di tempat pembelian, atau diantar sampai ke rumah pelanggan tergantung pada perjanjian antara kedua belah pihak yaitu penjual dan pembeli.”

2.3.4. Flexibility (Fleksibilitas)

Definisi fleksibilitas adalah: “Fleksibilitas merupakan karakteristik dari proses yang mengukur berapa lama (waktu) perubahan proses untuk menghasilkan output yang berbeda atau dengan menggunakan sekumpulan input yang berbeda (Gazperz, 1997)”.

2.3.5. Responsiveness (Daya Tanggap)

Berikut ini adalah pengertian responsiveness (daya tanggap) menurut para ahli dibidangnya didefinisikan sebagai berikut:

1. Menurut Rambat Lupiyoadi (2001) “daya tanggap adalah "suatu kemauan untuk membantu dan memberikan pelayanan yang cepat (responsif) dan tepat kepada pelanggan, dengan penyampaian informasi yang jelas”.

2. Menurut Tjiptono (2006), “daya tanggap merupakan keinginan para staf untuk membantu para konsumen dan memberikan pelayanan


(35)

dengan tanggap. Daya tanggap dapat berarti respon atau kesigapan karyawan dalam membantu pelanggan dan memberikan pelayanan yang cepat dan, yang meliputi kesigapan karyawan dalam melayani pelanggan, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi, dan penanganan”.

2.4. Sistem Penilaian Vendor Dengan Metode AHP (Analytical Hierarchy Process)

Metoda Analytical Hierrchy Procces (AHP) dikembangkan oleh Prof. Thomas Lorie Saatie dari Wharton Business School diawal tahun 1970, yang digunakan untuk mencari ranking atau urutan prioritas dari berbagai alternatif dalam pemecahan suatu permasalahan. Pada proses pengambilan keputusan dengan AHP, ada permasalahan/goal dengan beberapa level kriteria dan alternatif. Masing-masing alternatif dalam satu kriteria memiliki skor. Skor diperoleh dari eigen vektor matriks yang diperoleh dari perbandingan berpasangan dengan alternatif yang lain. Skor yang dimaksud ini adalah bobot masing-masing alternatif terhadap satu kriteria. Masing-masing kriteriapun memiliki bobot tertentu (didapat dengan cara yang sama). Selanjutnya perkalian matriks alternatif dan kriteria dilakukan di tiap level hingga naik ke puncak level. Dalam kehidupan sehari-hari, seseorang senantiasa dihadapkan untuk melakukan pilihan dari berbagai alternatif. Disini diperlukan penentuan prioritas dan uji konsistensi terhadap pilihan-pilihan yang telah dilakukan. Dalam situasi yang kompleks, pengambilan keputusan tidak dipengaruhi oleh satu faktor saja


(36)

melainkan multifaktor dan mencakup berbagai macam jenjang maupun kepentingan yang ada.

Pada dasarnya AHP adalah suatu teori umum tentang pengukuran yang digunakan untuk menemukan skala rasio, baik dari perbandingan berpasangan yang diskrit maupun kontinu. Perbandingan ini dapat diambil dari ukuran aktual atau skala besar yang mencerminkan kekuatan perasaan dan prefensi relative. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengan efektif atas persoalan dengan menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengan memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak unutk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.

Analytic Hierarchy Process (AHP) dapat menyederhanakan masalah yang kompleks dan tidak terstruktur, strategik dan dengan menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat. Selain itu AHP juga memiliki perhatian khusus tentang penyimpangan dari konsistensi, pengukuran dan ketergantungan didalam dan diluar kelompok elemen strukturnya.


(37)

Analytic Hierarchy Process (AHP) mempunyai landasan aksiomatik yang terdiri dari:

1. Resiprocal Comparison, yang mengandung arti bahwa matriks perbandingan berpasangan yang terbentuk harus bersifat berkebalikan. Misalnya, jika A adalah k kali lebih penting dari pada B maka B adalah 1/k kali lebih penting dari A.

2. Homogenity, yaitu menngandung arti kesamaan dalam melakukan perbandingan. Misalnya, tidak dimungkinkan untuk membandingkan jeruk dengan bola tennis dalam hal rasa, akan tetapi lebih relevan jika membandingkan dalam hal berat.

3. Dependence, yang berarti setiap level mempunyai kaitan (complete hierarchy) walaupun mungkin saja terjadi hubungan yang tidak sempurna (incomplete hierarchy).

4. Expectation, yang berarti menonjolkan penilaian yang bersifat ekspektasi dan preferensi dari pengambilan keputusan. Penilaian dapat merupakan data kuantitaf maupun yang bersifat kualitatif sesuai dengan kasus yang diamati.

Secara umum pengambilan keputusan dengan metoda AHP didasarkan pada langkah-langkah berikut yang akan dijalankan sesuai dengan fungsinya:

a. Mendefenisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan.


(38)

b. Membuat struktur hirarki yang diawali dengan tujuan umum, dilanjutkan dengan kriteria-kriteria dan alternatif-alternatif pilihan yang ingin dirangking.

c. Membentuk matriks perbandingan berpasangan yang

menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap masing-masing tujuan atau kriteria yang setingkat diatasnya. Perbandingan dilakukan berdasarkan pilihan atau

judgement dari pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan suatu elemen dibandingkan elemen lainnya.

2.5. Decomposition

Pengertian decomposition adalah memecahkan atau membagi problema yang

utuh menjadi unsur-unsurnya kebentuk hirarki proses pengambilan keputusan, dimana setiap unsur atau elemen saling berhubungan. Untuk mendapatkan hasil yang akurat pemecahan dilakukan terhadap unusr-unsur sampai tidak mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan yang hendak dipecahkan, struktur hirarki keputusan tersebut dapat dikategorikan sebagai complete dan incomplete. Suatu hirarki keputusan disebut complete jika semua elemen pada suatu tingkat memiliki hubungan terhadap semua elemen yang ada pada tingkat berikutnya, sementara hirarki keputusan incomplete kebalikan dari hirarki yang complete yakni tidak semua unsur pada masing-masing jenjang mempunyai hubungan.


(39)

9

Gambar 2.1. Struktur Hirarki


(40)

2.6. Kuesioner

Kuesioner ialah suatu bentuk instrumen pengumpulan data dalam format pertanyaan tertulis yang dilengkapi dengan kolom dimana responden akan menuliskan jawaban atas pertanyaan yang diarahkan kepadanya. Dibandingkan dengan dua instrumen pengumpulan data lainnya, kuesioner adalah instrumen yang memiliki mekanisme yang efisien jika si peneliti mengetahui secara baik apa yang dibutuhkannya dan bagaimana mengukur variabel yang diinginkan.

Dalam merancang kuesioner yang baik perlu dipahami prinsip-prinsiip yang terkait dengan cara penulisan pertanyaan (wording of questions), cara-cara pengukuran yaitu mengategorikan, membuat skala dan mengkodekan (categorized, scaled and coded) jawaban dari responden dan kerapian (general apperance) kuesioner tersebut.


(41)

20

3.1. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Wijaya Karya Beton yang disingkat dan lebih dikenal dengan Wika Beton dilahirkan dari induknya PT. Wijaya Karya (WIKA) pada tanggal 11 Maret 1997 di Jakarta dihadapan Notaris Imas Fatimah, S.H dengan akta pendirian Nomor 44. Perjalanan cikal bakal Wika Beton dengan bidang usaha sebagai produsen beton ini cukup panjang. Diilhami oleh perkembangan kemajuan teknologi khususnya di industri konstruksi, disusul oleh kemampuan dibidang komunikasi dan transportasi, para ahli WIKA melihat peluang yang sangat baik untuk mencoba membuat produk beton yang dapat menguraikan produk lain dengan mutu yang lebih baik, usia yang lebih panjang karena bebas korosi dan harganya kompetitif.

Pada tahun 1978 berawal dari rekayasa panel beton di bawah pengelolaan Divisi Perdagangan (DPD) WIKA mulai mendapat peluang pada proyek Rumah Sederhana Perumnas. Dengan demikian DPD bertambah bidang usaha baru yaitu bidang industri sehingga namanyapun berubah menjadi Perdagangan dan Industri (DPI). Produk beton berikutnya adalah percobaan pembuatan secara konvensional Tiang Listrik Beton dengan bentuk “T”-reinforced untuk Provinsi Jawa Barat yang dipasang di Bandung dan Cilegon. Sejalan dengan berkembangnya pembangunan Rumah Sederhana dan rencana pembangunan Rumah Susun pada tahun 1979


(42)

diadakan percobaan pembuatan komponen beton pracetak untuk Rumah Susun Perumnas seperti yang dapat dilihat di Tanah Abang, Klender, Palembang, Makassar dan Jabotabek.

Untuk memenuhi kebutuhan listrik yang terus meningkat, DPI merintis rekayasa Tiang Listrik Beton sentrifugal menghasilkan bentuk tiang bulat berongga dan tirus; saat itu suatu terobosan yang luar biasa karena DPI berhasil mengubah ‘selera’ PLN dari kebiasaan menggunakan Tiang Listrik Besi dan kayu menjadi Tiang Listrik Beton.

Untuk memenuhi pesanan tersebut dan mengantisipasi pesanan berikutnya. Pada tahun 1980 mulai dibangun pabrik yang pertama di Cileungsi, Bogor. Kemudian setahun berikutnya dibangun 3 pabrik baru di Pasuruan, Boyolai dan Purwokerto. Pada tahun 1982 seiring meningkatnya kebutuhan Tiang Listrik Beton dibangun pabrik baru di Jatiwangi, Majalengka. Pada tahun ini dirintis rekayasa Tiang Pancang Prategang Bulat Berongga yang sistem produksinya sama dengan Tiang Listrik Beton sentrifugal.

Di sektor Perhubungan terdapat peluang menembus PJKA yang berubah menjadi Perumka dan terakhir PT. KAI dengan membuat rekayasa bantalan kereta api beton prategang pada tahun 1982. Tahun 1987 WIKA memperoleh tender Power XVIII dari Asian Development Bank (ADB) untuk lokasi di Sumatera Utara sekitar Padang Sidempuan dan Sibolga dengan volume cukup besar saat itu, sehingga pada tahun itu pula dibangun Pabrik Tiang Listrik Beton di Padang Sidempuan yang bersifat sementara. Setelah proyek Power XVIII selesai dengan berbagai


(43)

pertimbangan, pada tahun 1989, pabrik di Padang Sidempuan dipindahkan ke Binjai dan hingga saat ini dikenal sebagai PPB Sumut.

Berbekal motto “Prestasi Melalui Inovasi dan Teknologi”, selalu ingin terus berkreasi dan berkembang, pada tahun 1988 dimulailah rekayasa Beam/Balok Segmental dan pertama kali dicoba dan diproduksi di Pabrik Produk Beton Boyolali. Saat itu yang mengelola industri beton WIKA adalah Divisi Konstruksi dan untuk efektifitas pada tahun 1991 nama DKK dirubah menjadi Divisi Produk Beton (DPB) yang menangani produksi dan pemasaran produk beton.

Tahun 1991 dibuat rekayasa Sheet Pile Beton dan berhasil dipasarkan mulai tahun itu juga. Guna memperkuat jaringan pemasaran pada tahun 1993 manajemen DPB membangun pabrik baru di Kawasan Industri Makassar untuk mengakomadasi permintaan produk beton dari kawasan timur Indonesia. Peta persaingan saat itu membuat WIKA mengambil keputusan membagi dua wilayah pemasaran untuk produksi dan pemasaran beton, wilayah barat yaitu Indonesia bagian barat oleh DPB-I dan DPB-Indonesia bagian timur oleh DPB-DPB-IDPB-I.

Awal tahun 1994 ada peluang kebutuhan pipa beton diameter besar bertekanan tinggi sehingga tahun 1995 WIKA membangun pabrik baru khusus Pipa Beton di PPB Sulawesi Selatan dan mulai tahun itu langsung memproduksi pipa beton diameter 1,5 meter bertekanan tinggi, diproduksi dengan sistem vibro centrifugal, produk pertama di Indonesia saat itu.

Menyadari bahwa usaha produk beton merupakan bidang usaha semakin kompetitif, manajemen WIKA memandang perlu untuk meningkatkan kemandirian


(44)

organisasi yang dikelola DPB-I dan DPB-II, maka dileburlah keduanya menjadi satu badan hukum sesuai Surat Keputusan Direksi PT. Wijaya Karya No. Sk.01.01/A.DIR.0950/96 tanggal 24 Desember 1996. Dan pada tanggal 11 Maret 1997 secara resmi lahirlah Perusahaan Anak yang pertama dari WIKA yaitu PT. Wijaya Karya beton dihadapan Notaris Imas Fatimah, S.H dengan akte pendirian Nomor 44.

Dengan perkembangan teknologi dan inovasi produk, sebagai upaya dalam diferensiasi produk, mendorong perusahaan mengembangkan kualitas atau mutu beton bersinergi dengan kebutuhan saat ini. Dari hasil research and development menunjukkan bahwa proses produksi yang berjalan saat ini di Wika Beton telah setara dengan industri beton dinegara maju lainnya.

Melihat potensi pasar yang ada dan kondisi persaingan usaha, dengan motto “Innovation and Trust”, Wika Beton terus berupaya meningkatkan kinerjanya melalui program Operational Excellence terutama di bidang Sumber Daya Manusia/Human Capital dan Sistem Manajemen.

Untuk menjangkau seluruh daerah operasinya, saat ini Wika Beton mempunyai jaringan wilayah penjualan dan pabrik produk beton di seluruh Indonesia yaitu Wilayah Penjualan I di Medan; Wilayah Penjualan II di Palembang, Wilayah Penjualan III (Jakarta); Wilayah Penjualan IV (Semarang); Wilayah Penjualan V (Surabaya) dan Wilayah Penjualan VI (Makassar). Sedangkan untuk pabrik terdiri dari Pabrik Produk Beton (PPB) Sumut (Diski-Deliserdang); PPB Lampung (Tegineneng-Lampung Selatan); PPB Bogor (Cileungsi-Bogor); PPB Majalengka


(45)

(Jatiwangi-Majalengka); PPB Boyolali (Mojosongo-Boyolali); PPB Pasuruan (Kejapanan-Pasuruan) dan PPB Sulawesi Selatan (Makassar). Satu lagi pabrik terbaru baru selesai dibangun tahun 2008 yang lalu adalah Jalur VIII PPB Bogor, merupakan pabrik termodern Wika Beton saat ini karena mampu menghasilkan produk-produk beton khususnya Tiang Pancang Bulat dengan diameter 1000 mm dan panjang sampai dengan 24 meter dengan produktivitas hingga 300 m3 per hari.

3.2. Deskripsi Perusahaan

3.2.1. Wilayah Kerja

PT Wijaya Karya Beton Pabrik Produk Beton Sumatera Utara (PPB Sumut) merupakan salah satu dari 7 pabrik PT. Wijaya Karya Beton di Indonesia, terletak di Jalan Raya Medan-Binjai KM 15,5 Diski, Deliserdang, menghasilkan beraneka macam produk beton pracetak mutu tinggi mulai dari produk beton sentrifugal dan produk beton non sentrifugal. Bersama-sama dengan Wilayah Penjualan I Medan, PPB Sumut merupakan pasangan unit kerja yang menyediakan berbagai macam kebutuhan produk beton untuk wilayah Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Utara, Riau, Kepulauan Riau dan Sumatera Barat.

3.2.2. Produk dan Layanan Utama

Produk utama PPB Sumut pada prinsipnya sama dengan seluruh produk pabrik-pabrik lain PT. Wijaya Karya Beton lainnya terdiri dari produk beton sentrifugal yaitu Tiang Pancang Bulat (PC Spun Piles) dan Tiang Listrik (PC Spun


(46)

Poles) ditambah produk terbaru Tiang Pancang Kotak Sentrifugal (PC Spun Square Piles). Sedangkan produk beton non sentrifugal adalah semua produk beton pra tegang (Precast concrete) dan non prategang (Non precast concrete) seperti Tiang Pancang Kotak (PC Square Piles), Turap Beton (Retaining Wall Conctrete Product) terdiri dari Flat Sheet Pile dan Corrugated Concrete Sheet Pile, Balok Jembatan Beton (Bridge Concrete Products) terdiri dari PC-I Girders dan PC-U Girders; Bantalan Kereta Api (Railway Concrete Products) dan produk-produk beton lainnya yang bersifat non standar (bukan standar WIKA) seperti panel pagar, panel bangunan gedung, slab jetty untuk dermaga dan sebagainya.

Secara pengukuran untuk produk produk beton ini dinyatakan dalam satuan meter kubik (m3) dan pada tahun 2008 realisasi produksi secara total semua produk beton tersebut adalah 54.659,350 m3 atau 134,82% terhadap rencana (RKAP). Secara prosentase, pada tahun 2008 produk beton terbesar volumenya adalah Tiang Pancang (baik putar maupun non putar) yaitu 63% atau 34.435.390 m3 disusul oleh Bantalan Kereta Api sebesar 16% atau sebesar 8.745,5 m3. Dan produk beton yang paling dominan mengeluarkan cost of poor quality karena produk gagal adalah Bantalan Kereta Api (0,04%) dan Tiang Pancang (0,02%).

Adapun proses awal hingga hingga penyerahan produk kepada pelanggan (Quality Planing) dapat dijelaskan sebagai berikut: PPB Sumut menerima Surat Perintah Produksi Produk Beton (SPPrB) dari Wilayah Penjualan I Medan, berdasarkan itu Manajer Pabrik memerintahkan Kepala Unit Produksi (KUP) untuk memperoduksi pesanan dimaksud setelah mendapat rekomendasi dari Kepala Seksi


(47)

Perencanaan dan Evaluasi Produksi (PEP) sebagai pengendali Harga Pokok Produksi (HPP) atau Kepala Seksi teknik dan Mutu (TM) jika produk tersebut bukan standar WIKA Beton. Jika produksi sudah dimulai maka pengawasan mutu dan keselamatan kerja menjadi tanggung jawab Kepala Seksi TM (QC Process) dan setelah produk selesaipun sebelum sampai ke pelanggan dilakukan QC Outgoing untuk memastikan persyaratan mutu telah sesuai standar WIKA Beton.

3.2.3. Struktur Organisasi

Struktur organisasi yang dimiliki WIKA Beton adalah organisasi matriks, hal ini dimaksudkan agar roda organisasi berjalan effisien dan fleksibel mengantisipasi perubahan lingkungan usaha.

3.2.4. Pelanggan dan Pasar

Pelanggan utama Wilayah Penjualan I Medan dengan mitra kerjanya PPB Sumut adalah terbagi dalam 2 segmen utama yaitu pelanggan BUMN/Pemerintah dan pelanggan swasta. Pelanggan BUMN utamanya adalah kontraktor-kontraktor nasional BUMN Karya seperti PT. Wijaya Karya (WIKA) sendiri, PT. Adhi Karya (AK), PT. Pembangunan Perumahan (PP), PT. Waskita Karya (WK), PT. Hutama Karya (HK) dan jajaran BUMN karya lainnya. Selain BUMN Kontraktor juga ada PT. Pelindo I, PT. Angkasa Pura I, T Perkebunan Nusantara (PTPN) dan PT. PLN. Termasuk juga dalam kelompok ini adalah pelanggan pemerintah seperti dinas-dinas


(48)

PU di daerah seputar Sumbagut dan satuan kerja proyek (satker) di daerah-daerah.

Adapun pelanggan swasta sangat banyak dan beragam mulai dari volume sangat kecil (1-2 batang Tiang Listrik) hingga pelanggan dengan ribuan pesanan Tiang Pancang diameter besar. Termasuk contoh dalam kelompok ini adalah seperti PT. Wilmar Bioenergi Indonesia, PT Indah Kiat Pulp & Paper (IKPP), PT. Saipem Indonesia, PT. Total Bangun Persada, PT. Bangun Cipta Kontraktor, PT. Truba Manunggal, dsb. Perbandingan omzet pelanggan BUMN dan swasta 5 tahun terakhir menunjukkan perubahan dimana dominasi pelanggan BUMN mulai sedikit tergerus pelanggan swasta, walaupun secara keseluruhan pasar BUMN/sektor pemerintah masih tetap dominan hingga saat ini.

Untuk cakupan pasar, sebaran produk PPB Sumut digunakan untuk proyek-proyek pemerintah dan swasta mulai dari propinsi NAD, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat dan Propinsi Kepulauan Riau. Data 5 tahun terakhir menunjukkan propinsi terbesar yang proyek-proyeknya menggunakan produk beton PPB Sumut adalah propinsi Sumut.

3.2.5. Hubungan Kemitraan dan Komunikasi

Hubungan kemitraan dengan pemasok (vendor) dan pelanggan dilaksanakan dalam batas-batas peraturan/kontrak yang berlaku. Dalam hal PPB Sumut, hubungan kemitraannya adalah dengan para pemasok/vendor sedangkan Wilayah Penjualan I (WP-I) adalah dengan para pelanggan.


(49)

Koordinasi PPB Sumut dengan para mitra kerjanya dilakukan melalui user meeting serta technical and quality meeting. Komunikasi dilakukan melalui media elektronik terutama telepon, faksimil, surat elektronik dan surat menyurat lainnya serta informal meeting yang dilaksanakan insidensial. Hubungan PPB Sumut dengan pemasok/vendor dibagi dalam 2 bentuk yaitu pemasok material pokok dan pemasok material non pokok.


(50)

Metodologi ini merupakan sesuatu yang sangat penting untuk menentukan berhasil atau tidaknya penelitian ini, demikian juga tinggi rendahnya kualitas hasil penelitiannya sangat ditentukan oleh ketetapan penulis dalam memilih metodologi penelitiannya.

Dalam bagian metodologi ini penulis akan menyebutkan sekali lagi dengan jelas apa yang menjadi fokus penelitian. Penyebutan fokus ini dimaksudkan agar peneliti ini sendiri mantap dengan variabel yang akan diteliti sehingga pandangan dan pikiran tertuju kearah yang telah difokuskan.

4.1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah dengan pendekatan action research, yaitu suatu metode yang menyelesaikan suatu indikasi keadaan, gejala pada kondisi yang sudah ada dan sedang berjalan, yang dilakukan dengan pengumpulan data, mentabulasi dan mengklarifikasi serta menginterpretasikan sehingga diperoleh gambaran yang jelas mengenai masalah yang dihadapi dan pada akhirnya usulan pengembangan yang dilakukan agar menjadi lebih efisien dan efektif.

Diagram alir atau tahapan-tahapan dalam melakukan penelitian ini sehingga menjadi suatu prosedur atau langkah-langkah yang jelas dapat ditunjukkan pada gambar 4.1.


(51)

- Observasi Langsung - Studi Literatur

- Wawancara - Jurnal Internet

1. Data Kriteria Penilaian Kinerja Supplier 1. Sejarah Perusahaan 2. Data harga Satuan Material, Upah & Energi 2. Daftar Supplier

3. Data Volume Pemakaian Material, Upah & Energi 3. Data Realisasi Jadwal Pendatangan Material 4. Data Realisasi Mutu Material

1. Identifikasi strategi obkjektif 2. Key Performance Indicator (KPI)

3. Penstrukturan Key Performance Indicator (KPI) 4. Pembobotan Key Performance Indicator

5. Penilaian Kinerja

PENGOLAHAN DATA

ANALISIS DAN PERANCANGAN

KESIMPULAN DAN SARAN 3. Perancangan Harga Pokok Produksi Plat Sambung

1. Perancangan sistem penilaian kinerja supplier dengan menggunakan metode SMART (Strategic Management Analysis and Reporting Technique) System dengan pendekatan metode Analityc Hierarchy Process (AHP)

2. Perbaikan dan peningkatan strategi objektif pada pemilihan supplier

1. Perancangan daftar peringkat supplier PENETAPAN TUJUAN

2. Pengembangan solusi alternatif yaitu pendirian divisi produksi plat sambung

PENGUMPULAN DATA

DATA PRIMER DATA SEKUNDER

Sering terjadinya keterlambatan kedatangan material serta mutu yang tidak sesuai dari supplier. Beberapa pertanyaan yang perlu dicari solusinya :

1. Supplier manakah yang paling siap menerima pesanan material?

2. Solusi alternatif apa yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah tersebut?

PERUMUSAN MASALAH

Gambar. 4.1. Langkah-langkah Kegiatan Penelitian


(52)

4.2.Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada PT. Wijaya Karya Beton Pabrik produk Beton Sumatera Utara, Jl. Medan-Binjai Km. 15,5 No. 1 Deli Serdang, Sumatera Utara.

4.3.Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini dikumpulkan dengan berbagai cara, sebagai berikut:

1. Melakukan observasi langsung, yaitu mencatat sendiri data yang diperlukan yang diperoleh terhadap pengamatan dilapangan.

2. Melakukan Tanya jawab secara langsung kepada pihak yang terkait dalam pengadaan material.

3. Melakukan penelusuran berbagai dokumen yang terkait dengan pengadaan material.

4.4.Sumber Data

Data yang diperlukan dalam penelitian ini secara garis besar terdiri dari dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder yang dapat dijelaskan sebagai beriut:

1. Data primer meliputi data kriteria penilaian kinerja supplier, data harga satuan material upah energi, data volume pemakaian material, upah dan energi dan lain-lain yang diperoleh berdasarkan pengamatan dan penilaian di lapangan.


(53)

2. Data sekunder meliputi sejarah perusahaan, daftar supplier, data realisasi jadwal pendatangan material serta data realisasi mutu material.

4.5.Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual di dalam penelitian dibuat untuk mempermudah peneliti dalam pengambilan dan pengolahan data. Kemudian merencanakan cara atau prosedur beserta tahapan-tahapan yang jelas dan disusun secara sistematis dalam proses penelitian. Tiap tahapan merupakan bagian yang menentukan tahapan selanjutnya sehingga harus dilalui dengan cermat. Langkah awal dalam pengukuran kinerja supplier ini adalah menganalisa unsur input, proses dan output. Unsur input terdiri dari quality, cost, delivery, flexibility, dan responsiveness.

Unsur proses penilaian kinerja supplier ini diharapkan dapat menjadi bahan pengambilan keputusan bagi manajemen mengenai:

a. Menentukan ke supplier mana pesanan material akan diberikan berdasarkan peringkat.

b. Perbaikan dan peningkatan strategi objektif dalam pemilihan supplier.

c. Solusi alternatif, yaitu pendirian divisi plat sambung.

Unsur output dalam penenlitian ini adalah perancangan daftar peringkat supplier material serta perancangan harga pokok produksi plat sambung. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar 4.2.


(54)

Quality

Cost

Delivery

Flexibility

Responsiveness

Penilaian Kinerja Supplier

Perbaikan dan Peningkatan Strategi Objektif pada

Pemilihan Supplier Commitment

Gambar 4.2. Kerangka Konseptual Penelitian

4.6. Jadwal Penelitian

Adapun jadwal pelaksanaan penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 4.1.

NO. KEGIATAN BLN JAN FEB MAR

MG. KE - 4 1 2 3 4 1 2

1 Pengumpulan Data

2 Analisa Data

3 Pembuatan Laporan

4 Kolokium

5 Seminar Hasil


(55)

34

5.1. Pengumpulan Data

Pengumpulan data mengenai supplier didapatkan dari bagian logistik, data delivery didapat dari bagian gudang serta data quality didapat dari bagian teknik dan mutu. Adapun data-data tersebut dapat dilihat pada Lampiran 1.

Dari data tersebut maka dapat diperoleh indikator/kriteria dalam mengevaluasi performance supplier plat sambung di PT. Wijaya Karya Beton. Indikator/kriteria tersebut adalah:

1. Quality

Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari quality adalah:

a. Kekuatan tekan dengan standard yang ada

b. Kekuatan tarik material dengan dengan standard yang ada c. Ketebalan material dengan standard yang ada

2. Cost

Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari cost adalah:

a. Harga

b. Periode pembayaran atau cara pembayaran c. Cara pembayaran


(56)

Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari delivery adalah:

a. Ketepatan kuantitas atau jumlah plat sambung yang dikirim. b. Ketepatan waktu pengiriman plat sambung.

c. Ketepatan prosedur pengiriman. 4. Flexibility

Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari flexibility adalah:

a. Persentase dipenuhinya permintaan perubahan jumlah plat sambung yang dipesan.

b. Persentase dipenuhinya perubahan waktu pengiriman plat sambung. c. Persentase dipenuhinya perubahan cara atau teknik pengiriman plat

sambung. 5. Responsiveness

Adapun kriteria dalam mengevaluasi performance supplier dari responsiveness adalah:

a. Kecepatan supplier merespon problem.

b. Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan kuantitas plat sambung.

c. Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan jadwal pengiriman.


(57)

5.1.1.1. Level 1

Matriks banding berpasangan (pairwise comparison) pada level 1 adalah matriks banding berpasangan antar elemen pada pemilihan supplier yang dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1. Matriks Banding Berpasangan antar Elemen pada Pemilihan Supplier

Elemen RESPONDEN 1

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 1/5 1/3 3 3

Cost 5 1 3 3 3

Delivery 3 1/3 1 3 3

Flexibility 1/3 1/3 1/3 1 1

Responsiveness 1/3 1/3 1/3 1 1

Elemen RESPONDEN 2

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 5 5 7 5

Cost 1/5 1 1/3 3 1

Delivery 1/5 3 1 9 1/3

Flexibility 1/7 1/3 1/9 1 1/5

Responsiveness 1/5 1 3 5 1

Elemen RESPONDEN 3

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 1 1 3 3

Cost 1 1 1 3 3

Delivery 1 1 1 3 3

Flexibility 1/3 1/3 1/3 1 1

Responsiveness 1/3 1/3 1/3 1 1

Elemen RESPONDEN 4

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 1 3 5 1/3

Cost 1 1 1/3 1/3 1/5

Delivery 1/3 3 1 1/5 1

Flexibility 1/5 3 5 1 1

Responsiveness 3 5 1 1 1


(58)

(Lanjutan)

Elemen RESPONDEN 5

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 9 9 9 9

Cost 1/9 1 1/7 1/5 1

Delivery 1/9 7 1 7 1/3

Flexibility 1/9 5 1/7 1 5

Responsiveness 1/9 1 3 1/5 1

Elemen RESPONDEN 6

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1 7 7 9 9

Cost 1/7 1 5 5 5

Delivery 1/7 1/5 1 7 5

Flexibility 1/9 1/5 1/7 1 1/5

Responsiveness 1/9 1/5 1/5 5 1

5.1.1.2. Level 2

Level 2 merupakan pembagian dari masing-masing elemen yang terdapat pada level 1. Adapun matriks banding berpasangan (pairwise comparation) pada level 2, yaitu matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen quality, cost, delivery, flexibility, dan responsiveness.

1. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen Quality, dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Quality

Unsur RESPONDEN 1

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 3 1/3

Kuat tarik 1/3 1 1


(59)

Unsur

RESPONDEN 2

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 1/9 1/7

Kuat tarik 9 1 3

Ketebalan material 7 1/3 1

Unsur RESPONDEN 3

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 1 1

Kuat tarik 1 1 1

Ketebalan material 1 1 1

Unsur RESPONDEN 4

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 1/7 1/5

Kuat tarik 7 1 1

Ketebalan material 5 1 1

Unsur RESPONDEN 5

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 1/9 1/9

Kuat tarik 9 1 9

Ketebalan material 9 1/9 1

Unsur RESPONDEN 6

Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1 5 5

Kuat tarik 1/5 1 1

Ketebalan material 1/5 1 1

2. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen Price, dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Price

Unsur RESPONDEN 1

Harga Periode

Harga 1 1

Periode 1 1


(60)

Tabel 5.3. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Price (Lanjutan)

Unsur RESPONDEN 2

Harga Periode

Harga 1 1

Periode 1 1

Unsur RESPONDEN 3

Harga Periode

Harga 1 5

Periode 1/5 1

Unsur RESPONDEN 4

Harga Periode

Harga 1 1/5

Periode 5 1

Unsur RESPONDEN 5

Harga Periode

Harga 1 1/5

Periode 5 1

Unsur RESPONDEN 6

Harga Periode

Harga 1 1/3

Periode 3 1

3. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen Delivery, dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Delivery

Unsur RESPONDEN 1

Ketepatan quantity ketepatan waktu

Ketepatan quantity 1 1

ketepatan waktu 1 1

Unsur RESPONDEN 2

Ketepatan quantity ketepatan waktu

Ketepatan quantity 1 1


(61)

Unsur RESPONDEN 1

Ketepatan quantity ketepatan waktu

Unsur RESPONDEN 3

Ketepatan quantity ketepatan waktu

Ketepatan quantity 1 1

ketepatan waktu 1 1

Unsur RESPONDEN 4

Ketepatan quantity ketepatan waktu

Ketepatan quantity 1 1

ketepatan waktu 1 1

Unsur RESPONDEN 5

Ketepatan quantity ketepatan waktu

Ketepatan quantity 1 1

ketepatan waktu 1 1

Unsur RESPONDEN 6

Ketepatan quantity ketepatan waktu

Ketepatan quantity 1 1

ketepatan waktu 1 1

4. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen Flexibility, dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Flexibility Unsur

RESPONDEN 1 Persentase perubahan

jumlah

Persentase perubahan waktu

Persentase perubahan

jumlah 1 1

Persentase perubahan

waktu 1 1

Unsur

RESPONDEN 2 Persentase perubahan

jumlah

Persentase perubahan waktu

Persentase perubahan

jumlah 1 1

Persentase perubahan

waktu 1 1


(62)

Unsur

RESPONDEN 3 Persentase perubahan

jumlah

Persentase perubahan waktu

Persentase perubahan

jumlah 1 1

Persentase perubahan

waktu 1 1

Unsur

RESPONDEN 4 Persentase perubahan

jumlah

Persentase perubahan waktu

Persentase perubahan

jumlah 1 1

Persentase perubahan

waktu 1 1

Unsur

RESPONDEN 5 Persentase perubahan

jumlah

Persentase perubahan waktu

Persentase perubahan

jumlah 1 3

Persentase perubahan

waktu 1/3 1

Unsur

RESPONDEN 6 Persentase Perubahan

jumlah

Persentase perubahan waktu

Persentase perubahan

jumlah 1 3

Persentase perubahan

waktu 1/3 1

5. Matriks banding berpasangan (pairwise comparation) dari elemen Responsivenes, dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6. Matriks Banding Berpasangan antar Unsur Responsivenes Unsur

RESPONDEN 1 Respon

problem

Respon permintaan kuantitas

Respon permintaan bahan

Respon problem 1 1 1

Respon permintaan


(63)

Unsur RESPONDEN 1 Respon problem Respon permintaan kuantitas Respon permintaan bahan Respon permintaan

bahan 1 1 1

Unsur RESPONDEN 2 Respon problem Respon permintaan kuantitas Respon permintaan bahan

Respon problem 1 1 1

Respon permintaan

kuantitas 1 1 1

Respon permintaan

bahan 1 1 1

Unsur RESPONDEN 3 Respon problem Respon permintaan kuantitas Respon permintaan bahan

Respon problem 1 1 1

Respon permintaan

kuantitas 1 1 1

Respon permintaan

bahan 1 1 1

Unsur RESPONDEN 4 Respon problem Respon permintaan kuantitas Respon permintaan bahan

Respon problem 1 1 1

Respon permintaan

kuantitas 1 1 1

Respon permintaan

bahan 1 1 1

Unsur RESPONDEN 5 Respon problem Respon permintaan kuantitas Respon permintaan bahan

Respon problem 1 3 3

Respon permintaan

kuantitas 1/3 1 3

Respon permintaan

bahan 1/3 1/3 1


(64)

Unsur

RESPONDEN 6 Respon

problem

Respon permintaan kuantitas

Respon permintaan bahan

Respon problem 1 5 5

Respon permintaan

kuantitas 1/5 1 3

Respon permintaan

bahan 1/5 1/3 1

5.1.2. Data Kuesioner untuk Commitment dari Supplier

Kuesioner ini bertujuan untuk melihat komitmen dari supplier terhadap perjanjian dan kerja sama yang ditawarkan oleh Wika Beton. Wika Beton ingin melihat seberapa besar tingkat kesiapan supplier dalam memenuhi order dari Wika Beton. Kuesioner untuk commitment dapat dilihat pada Lampiran. Sedangkan rekapitulasi data commitment dari masing-masing supplier dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7. Data Kuesioner untuk Commitment dari Supplier No.

Responden

Pertanyaan Responden

1 2 3 4 5 6 7 8 9

SMP 5 5 5 5 4 4 5 5 4

MT 4 4 4 4 4 4 3 3 3

MW 4 3 3 3 3 4 4 4 4

BL 3 3 3 3 4 3 4 4 4

BT 4 4 4 4 4 3 3 2 4

Sumber: Diperoleh dari kuesioner penilaian komitmen supplier

5.2. Pengolahan Data

Pengolahan data ini untuk mengidentifikasi strategi objektif perusahaan berdasarkan model SMART (Strategic Management Analysis and Reporting


(65)

strategi objektif, dan menganalisis skala prioritas perbaikan strategi objektif untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Metode penelitian adalah Identifikasi Strategi Objektif dan Key Performance Indicator (KPI), Penstrukturan Key Performance Indicator (KPI), Pembobotan Key Performance Indicator, dan Penilaian Kinerja.

5.2.1. Identifikasi Strategi Objektif dan Key Performance Indicator (KPI)

Dengan menggunakan kerangka kerja SMART System, strategi objektif perusahaan dilihat dari level bisnis perusahaan dan perspektif masing-masing level bisnisnya. Melalui data perusahaan dan wawancara dengan para manajer perusahaan, strategi objektif perusahaan dalam menentukan supplier dapat ditentukan. Dalam penelitian ini, strategi objektif dalam pemilihan supplier yang dibahas meliputi quality, cost, delivery, reliability, dan responsiveness.

5.2.2. Penstrukturan Key Performance Indicator (KPI)

Pihak manajemen telah menyimpulkan bahwa hasil KPI dianggap valid kemudian dilakukan penstrukturan sesuai dengan jenis perspektif yang terdapat pada kerangka kerja SMART System. Kriteria-kriteria di atas kemudian disusun kedalam struktur hirarki, dapat dilihat pada gambar 5.1.


(66)

Level 0

Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness Level 1

Level 2 Ketebalan Material dengan Standart Yang Ada Kekuatan Tarik Material dengan Standart Yang Ada Kekuatan Tekan Material Dengan Standart Yang Ada

Penilaian Kinerja Suplier

Kecepatan Supplier Merespon Problem Kecepatan Supplier Merespon Permintaan Perubahan Kuantitas Plat Sambung Kecepatan Supplier Merespon Permintaan Perubahan Jadwal Pengiriman Ketepatan Quantitas/Juml ah Plat Sambung Yang Dikirim Periode Pembayaran/Ca ra Pembayaran Harga Presentase Dipenuhinya Permintaan Perubahan Jumlah Permintaan Plat Sambung Yang Dipesan Presentase Dipenuhinya Permintaan Perubahan Waktu Pengiriman Plat Sambung Yang Dipesan Ketepatan Waktu Pengiriman Plat Sambung


(67)

5.2.3. Pembobotan Key Performance Indicator

Pembobotan KPI dengan Proses Hierarkhi Analitik (AHP) didasarkan pada strukturisasi hierarkhi sistem pengukuran kinerja. Pembobotan diperlukan agar preferensi dari pihak manajemen terhadap tingkat kepentingan kriteria (Perspektif, Strategi, dan KPI) dapat diketahui. Desain kuesioner bersifat tertutup dan diberikan kepada pihak manajemen yang mengerti terhadap kriteria-kriteria yang hendak ditanyakan. Hasil data dari kuesioner kemudian diolah.

Pembobotan kriteria supplier dilakukan sesuai dengan hirarki yang terbentuk. Pembobotan ini dilakukan untuk mengetahui tingkat hubungan antar kriteria yang dipentingkan dalam evaluasi supplier. Nilai bobot tersebut diperoleh dengan menggunakan data-data tingkat kepentingan (importance) dari sudut pandang Active Participant melalui kuisioner tersebut, Bobot yang diberikan mempunyai skala 1-9, dimana 1 menyatakan bahwa hubungan antara kriteria sama pentingnya, nilai 3 menyatakan kriteria yang satu sedikit lebih penting dibandingkan kriteria yang lain, nilai 5 menyatakan kriteria yang satu lebih penting dibanding kriteria yang lain, nilai 7 menyatakan kriteria yang satu sangat lebih penting dibanding kriteria lain, nilai 9 menyatakan kriteria yang satu mutlak lebih penting dibanding kriteria yang lain, nilai 2, 4, 6, 8, menyatakan nilai-nilai kompromi diantara dua nilai yang berdekatan. Indikator yang digunakan bersifat larger is better yang berarti bahwa semakin besar nilai yang diperoleh maka semakin baik. Adapun kuesioner pembobotan antar kriteria dapat dilihat pada Lampiran 2.


(68)

5.2.4. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Masing-masing Elemen dan Unsur Perhitungan rata-rata pembobotan untuk masing-masing elemen dan unsur adalah dengan menggunakan rata-rata geometrik. Nilai rata-rata geometrik ini dianggap sebagai hasil penilaian kelompok dari nilai-nilai yang diberikan oleh 6 orang responden. Berikut ini adalah contoh perhitungan rata-rata geometrik untuk elemen level 1 antara quality dengan cost.

Responden 1 : 1/5 Responden 2 : 5 Responden 3 : 1 Responden 4 : 1 Responden 5 : 9 Responden 6 : 7

Maka rata-rata geometriknya adalah:

1,9948

7 * 9 * 1 * 1 * 5 * 5 1

6

 

Perhitungan rata-rata pembobotan dapat dilihat pada tabel 5.8. Tabel 5.8. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 1

Elemen Quality Cost Delivery Flexibility Responsiveness

Quality 1.0000 1.9948 2.6085 5.4258 3.2666

Cost 0.5013 1.0000 0.7873 1.4422 1.4422


(69)

Tabel 5.8. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Level 1 (lanjutan) Flexibility 0.1843 0.6934 0.3286 1.0000 0.7647 Responsiveness 0.3061 0.6934 0.7647 1.3077 1.0000 Keterangan: Diperoleh dari perhitungan rata-rata geometrik level 1

Perhitungan rata-rata pembobotan untuk elemen quality level 2 dapat dilihat pada tabel 5.9.

Tabel 5.9. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Quality Level 2

Unsur Kuat tekan Kuat tarik Ketebalan material

Kuat tekan 1.0000 0.5459 0.4174

Kuat tarik 1.8320 1.0000 1.7321

Ketebalan

material 2.3956 0.5774 1.0000

Keterangan: Diperoleh dari perhitungan rata-rata geometrik level 2 untuk elemen quality

Perhitungan rata-rata pembobotan untuk elemen cost level 2 dapat dilihat pada tabel 5.10.

Tabel 5.10. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Cost Level 2

Unsur Harga Periode Harga 1.0000 0.6368 Periode 1.5704 1.0000

Keterangan: Diperoleh dari perhitungan rata-rata geometrik level 2 untuk elemen cost

Perhitungan rata-rata pembobotan untuk elemen delivery level 2 dapat dilihat pada tabel. 5.11.


(70)

Tabel 5.11. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Delivery Level 2

Unsur Ketepatan Quantity

Ketepatan Waktu Ketepatan

Quantity 1.0000 1.0000 Ketepatan

Waktu 1.0000 1.0000

Keterangan: Diperoleh dari perhitungan rata-rata geometrik level 2 untuk elemen quality

Perhitungan rata-rata pembobotan untuk elemen Flexibility level 2 dapat dilihat pada tabel 5.12.

Tabel 5.12. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Elemen Flexibility Level 2

Unsur Persentase Perubahan Jumlah

Persentase Perubahan Waktu

Persentase Perubahan

Jumlah 1.0000 1.4422

Persentase Perubahan

Waktu 0.6934 1.0000

Keterangan: Diperoleh dari perhitungan rata-rata geometrik level 2 untuk elemen flexibility

Perhitungan rata-rata pembobotan untuk unsur responsiveness level 2 dapat dilihat pada tabel 5.13.

Tabel 5.13. Perhitungan Rata-rata Pembobotan untuk Unsur Responsiveness Level 2

Unsur Respon

Problem

Respon Permintaan Kuantitas

Respon Permintaan Bahan

Respon Problem 1.0000 1.5704 1.5704

Respon Permintaan

Kuantitas 0.6368 1.0000 1.4422

Respon Permintaan

Bahan 0.6368 0.6934 1.0000

Keterangan: Diperoleh dari perhitungan rata-rata geometrik level 2 untuk elemen responsiveness


(71)

5.2.5. Perhitungan Bobot Parsial dan Konsistensi Matriks

Perhitungan bobot parsial dan konsistensi matriks merupakan perhitungan rasio konsistensi menggunakan rumus-rumus yang disajikan secara jelas sebagai berikut:

a. Perhitungan Rasio Konsistensi

Rasio Konsistensi = (Matriks Perhitungan Rata-rata Pembobotan) * (Vektor Bobot tiap baris)

b. Perhitungan Konsistensi Vektor

Konsistensi Vektor = (Rasio Konsistensi / Bobot Parsial tiap baris) c. Rata-rata entri (m aks)

m aks

=

n

iVektor Konsistens

n 1 i

d. Consistency Index (CI)

1

n

n

CI

maks

e. Consistency Ratio (CR)

Index y Consistenc Random

CI CR

dimana jawaban responden akan konsisten jika CR ≤ 0.1, dengan Random

Index (RI) n = 5 adalah 1.12 dan n = 3 adalah 0.58 (nilai diperoleh dari Tabel Random Index).


(1)

111

dipesan Persentase dipenuhinya

permintaan perubahan jumlah permintaan plat sambung yang dipesan

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 Kecepatan supplier merespon problem

Persentase dipenuhinya

permintaan perubahan jumlah permintaan plat sambung yang dipesan

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan kuantitas plat sambung

Persentase dipenuhinya

permintaan perubahan jumlah permintaan plat sambung yang dipesan

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan jadwal pengiriman

Persentase dipenuhinya

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 Kecepatan supplier merespon problem


(2)

permintaan perubahan waktu pengiriman plat sambung yang dipesan

Persentase dipenuhinya

permintaan perubahan waktu pengiriman plat sambung yang dipesan

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan kuantitas plat sambung

Persentase dipenuhinya

permintaan perubahan waktu pengiriman plat sambung yang dipesan

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan jadwal pengiriman

Kecepatan supplier merespon problem

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan kuantitas plat sambung Kecepatan supplier 9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 Kecepatan supplier


(3)

113

merespon problem merespon permintaan

perubahan jadwal pengiriman Kecepatan supplier

merespon permintaan perubahan kuantitas plat sambung

9 . 7 . 5 . 3 1 3 . 5 . 7 . 9 Kecepatan supplier merespon permintaan perubahan jadwal pengiriman


(4)

114

A. Data Pribadi

1. Nama Lengkap :

2. Umur :

3. Jabatan :

4. Nama Perusahaan :

B. Penjelasan Umum

1. Isilah butir-butir pertanyaan di bawah ini dengan melingkari salah satu jawaban yang tersedia.

2. Kuesioner ini menggunakan skala Likert dengan nilai: a. Sangat Setuju (nilai 5)

b. Setuju (nilai 4) c. Ragu-ragu (nilai 3) d. Tidak Setuju (nilai 2)

e. Sangat Tidak Setuju (nilai 1)

3. Anda dipersilahkan bertanya kepada peneliti apabila ada pertanyaan yang tidak lengkap dan jelas.

Pertanyaan:

1. Perusahaan Anda selalu menyiapkan material untuk memenuhi pesanan dari Wika Beton.

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju


(5)

115

2. Perusahaan Anda selalu menyiapkan stock material sebelum mendapatkan order dari Wika Beton.

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

3. Kapasitas produksi perusahaan Anda dapat memenuhi pesanan dari Wika Beton.

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

4. Perusahaan Anda selalu memenuhi jadwal permintaan Wika Beton a. Sangat Setuju

b. Setuju c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

5. Negoisasi harga telah diputuskan secara bersama-sama oleh perusahaan Anda dengan Wika Beton

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju


(6)

6. Perusahaan Anda puas dengan sistem pembayaran yang dilakukan Wika Beton.

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

7. Plat sambung yang perusahaan Anda produksi telah memenuhi spesfikasi yang telah disyaratkan oleh Wika Beton

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

8. Perusahaan Anda bersedia mengganti plat sambung yang tidak memenuhi spesfikasi yang telah disyaratkan oleh Wika Beton

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju

9. Perusahaan Anda bersedia memenuhi perubahan pemesanan, baik jumlah maupun tipe plat sambung

a. Sangat Setuju b. Setuju

c. Ragu-ragu d. Tidak Setuju

e. Sangat Tidak Setuju