Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Pengguna Safe Deposit Box Pada Lembaga Perbankan (Tinjauan Yuridis terhadap Asas Keseimbangan dan Perlindungan Konsumen).

(1)

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA SAFE DEPOSIT BOX PADA LEMBAGA

PERBANKAN (Suatu Tinjauan terhadap Asas Keseimbangan dan Perlindungan Konsumen)

Calvin Chandra 1087027

Salah satu layanan dan fasilitas di bank yang saat ini semakin banyak dibutuhkan dan digunakan masyarakat Indonesia yang semakin maju tingkat perekonomiannya

adalah Safe Deposit Box. Perikatan yang timbul antara pihak bank dan pihak nasabah

pengguna fasilitas Safe Deposit Box adalah berdasarkan perjanjian sewa menyewa

Safe Deposit Box. Di satu sisi, pihak bank berkewajiban menyediakan jaminan

keamanan terhadap Safe Deposit Box yang disewa oleh pihak nasabah, dan pihak

nasabah berkewajiban membayar dan mentaati peraturan penyewaan yang

dikeluarkan oleh pihak bank atas penggunaan Safe Deposit Box. Di sisi lain, pihak

bank berhak menerima sejumlah pembayaran terkait perjanjian sewa menyewa Safe

Deposit Box dari pihak nasabah dan pihak nasabah berhak mendapatkan pelayanan

dan keamanan Safe Deposit Box tersebut. Penyusunan skripsi ini menggunakan tipe

penelitian deskriptif analitis, yaitu menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan

perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box pada lembaga

perbankan di Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan

undang-undang (statute approach) dan pendekatan kasus (case approach). Penelitian yang

dilakukan bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum positif.

Perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box dituangkan dalam bentuk baku.

Pencantuman klausula eksonerasi dalam perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box

bertentangan dengan asas keseimbangan sehingga merugikan pihak nasabah.

Perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box sebagai konsumen

yang dirugikan oleh pihak bank sebagai penyedia fasilitas Safe Deposit Box adalah

berdasarkan Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang mengatur kewajiban pihak bank sebagai pelaku usaha.


(2)

LEGAL PROTECTION TO SAFE DEPOSIT BOX CONSUMER ON BANKING INSTITUTE (an Observation

to Principle of Balance and Consumer Protection)

Calvin Chandra 1087027

Nowadays, one of bank’s services and facilities which is needed by Indonesian society is Safe Deposit Box. The agreement between bank and Safe Deposit Box customer is based on lease agreement. One side, bank has obligation to provide secure guarantee of Safe Deposit Box, and customer has obligation to pay and be faithful to the bank’s rule of Safe Deposit Box agreement. On the opposite side, bank has right to accept the payment from customer, and customer has right to obtain Safe Deposit Box services and security. This undergraduate thesis is using type of analytical description research, that defines matters related to consumer protection toward Safe Deposit Box consumer. This research using statute approach and case approach. The research characteristic is juridical normative that focus on application of principles and norms in positive law.

The lease agreement of Safe Deposit Box be mentioned in standard contract. The using of exoneration clause in lease agreement of Safe Deposit Box incompatible to principle of balance, so it could damage the customer. The legal protection to Safe Deposit Box customer which is damaged by bank as Safe Deposit Box facility provider is based on Section 7 Act Number 8 Year 1999 about Consumer Protection.


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL…..……… i

PERNYATAAN KEASLIAN..…….……… ii

PERSETUJUAN PANITIA SIDANG AKHIR……… iii

PENGESAHAN PEMBIMBING..……… iv

ABSTRAK………. v

ABSTRACT……….……… vi

KATA PENGANTAR..…….……… vii

LEMBAR PERSETUJUAN PENGUJI SIDANG……… x

DAFTAR ISI..……… xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah....……… 1

B. Perumusan dan Identifikasi Masalah..…..……… 8

C. Maksud dan Tujuan Penelitian..……… 8

D. Kegunaan Penelitian..…...……… 9

E. Kerangka Pemikiran……..……… 10

F. Metode Penelitian.……… 15

G. Sistematika Penulisan…....……… 18

BAB II PERJANJIAN DAN UNDANG-UNDANG SEBAGAI SUMBER PERIKATAN ANTARA BANK DENGAN NASABAH DALAM PENYEDIAAN FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX A. Perikatan (Verbintenis) pada Umumnya..……… 22

1. Pengertian Perikatan……….. 22

2. Subjek Perikatan……… 25


(4)

B. Pengaturan Hukum Perikatan…...……… 26

C. Sumber-Sumber Hukum Perikatan……...……… 30

1. Perikatan yang Terjadi karena Perjanjian (Overeenkomst). 33 2. Perikatan yang Terjadi karena Undang-undang…………. 54

D. Jenis-Jenis Perikatan…….……… 58

1. Menurut Isi Daripada Prestasinya……….. 58

2. Menurut Subjeknya……… 60

3. Menurut Mulai Berlakunya dan Berakhirnya……… 61

E. Risiko dalam Hukum Perikatan……… 62

1. Risiko pada Perjanjian Sepihak……….. 63

2. Risiko dalam Perjanjian Timbal Balik………... 63

F. Hapusnya Perikatan……..……… 64

BAB III TINJAUAN NORMATIF TERHADAP HUBUNGAN HUKUM ANTARA LEMBAGA PERBANKAN SEBAGAI PENYEDIA FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX DENGAN NASABAH PENGGUNA FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX A. Pengertian Bank...……….. 69

B. Pengertian dan Pengaturan Hukum Perbankan……….. 70

C. Jasa-Jasa Perbankan…….……….. 72

D. Safe Deposit Box Sebagai Produk Jasa Perbankan...………. 74

E. Prinsip-prinsip dalam Kegiatan Operasional Bank..……….. 76

1. Prinsip Kepercayaan (Fiduciary Principle)……….. 77

2. Prinsip Kerahasiaan (Confidential Principle)………... 78

3. Prinsip Kehati-hatian (Prudential Principle)……… 78

4. Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principle)…. 79 F. Hubungan antara Bank dengan Nasabah.……….. 79

1. Hubungan Kontraktual………. 80


(5)

G. Perjanjian Baku……….. 80

1. Pengertian Perjanjian Baku………. 80

2. Keabsahan Perjanjian Baku……… 82

3. Klausula Eksonerasi……… 83

H. Perlindungan Konsumen Terkait Produk Perbankan…...………… 83

1. Pengertian Perlindungan Konsumen……….. 86

2. Asas-asas dalam Perlindungan Konsumen………. 86

3. Tanggung Jawab Pelaku Usaha……….. 88

BAB IV PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI ASAS KESEIMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN A. Perikatan yang Timbul antara Pihak Bank dan Pihak Nasabah Pengguna Safe Deposit Box.…….………... 89

B. Pemenuhan Asas Keseimbangan dalam Perjanjian Penggunaan Fasilitas Safe Deposit Box antara Pihak Bank dan Pihak Nasabah Pengguna Safe Deposit Box.………….. 94

C. Perlindungan Hukum terhadap Nasabah Pengguna Safe Deposit Box Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen...……… 100

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan……...………... 111

B. Saran…….………... 112

DAFTAR PUSTAKA ………....…. 115

LAMPIRAN…………..………. 119

CURICULLUM VITAE……… 120


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Indonesia sebagai negara berkembang, terus meningkatkan roda perekonomian dan melaksanakan pembangunan yang berkesinambungan di berbagai bidang. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka mewujudkan amanat yang diemban negara sebagaimana tertuang di dalam Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Dalam memajukan perekonomian dan pembangunan, Indonesia didukung oleh pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang tentunya memudahkan tercapainya kesejahteraan masyarakat Indonesia dari hasil kemajuan ekonomi dan pembangunan yang dicapai.

Perekonomian dan pembangunan di Indonesia erat kaitannya dengan keberadaan perbankan. Dewasa ini, bidang perbankan Indonesia sedang

mengalami kemajuan sistem dan infrastruktur (sesuai dengan asas Good

Corporate Governance). Perbankan bagaikan aliran darah dalam perekonomian dan pembangunan dilihat dari pengertian perbankan. Pasal 1 ayat (1) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan menyatakan bahwa perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.


(7)

Keberadaan dan manfaat adanya perbankan bagi masyarakat terwujud dalam suatu badan usaha yang disebut bank. Bank berperan penting sebagai

lembaga perantara keuangan antara pihak yang kelebihan dana (surplus of

fund) dan pihak yang kekurangan dana (lack of fund). Hal tersebut tercermin

dalam pengertian bank menurut Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yaitu badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan/atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

Pada saat ini, banyak bank yang berkompetisi satu sama lain demi meningkatkan jumlah nasabah serta transaksi keuangannya. Hal tersebut bertujuan untuk mempertegas keberadaan bank di mata masyarakat pada umumnya serta meningkatkan keuntungan khususnya. Persaingan diantara bank-bank tersebut semakin menarik dengan kehadiran bank-bank asing diantara bank-bank lokal. Bank-bank asing tersebut memberanikan diri untuk masuk ke dalam industri perbankan Indonesia karena mereka menganggap Indonesia merupakan pasar potensial seiring dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan yang semakin baik.

Adanya persaingan antar bank di Indonesia seharusnya dapat meningkatkan kualitas layanan dan tersedianya fasilitas-fasilitas yang dapat mengakomodasi kebutuhan masyarakat, yang mana jika masyarakat tertarik terhadap layanan maupun fasilitasnya, tentu mereka akan menjadi nasabah


(8)

dari bank pilihannya. Saat ini, bank telah menyediakan berbagai layanan dan fasilitas yang semakin inovatif demi menarik masyarakat. Salah satu layanan dan fasilitas di bank yang saat ini semakin banyak dibutuhkan dan digunakan masyarakat Indonesia yang semakin maju tingkat perekonomiannya adalah Safe Deposit Box.

Untuk mengatasi masalah kerusakan atau kehilangan dokumen, bank menyediakan suatu fasilitas berupa pelayanan penyimpanan dokumen dengan menggunakan sistem sewa. Pelayanan penyimpanan dokumen ini dikenal

dengan nama Safe Deposit Box. Ruangan Safe Deposit Box dirancang secara

khusus untuk memberikan rasa nyaman dan aman untuk menyimpan harta

dan/atau surat-surat berharga1. Safe Deposit Box merupakan wujud dari salah

satu usaha bank berdasarkan Pasal 6 huruf h Undang-undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan2 jo. Pasal 1 ayat (14) Undang-undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992

tentang Perbankan3.

Salah satu risiko menyimpan dokumen-dokumen penting seperti ijazah, surat-surat berharga, sertifikat tanah, atau dokumen lainnya adalah risiko kehilangan atau risiko kerusakan. Risiko hilang karena dicuri atau hilang karena terselip merupakan risiko utama. Demikian pula dengan risiko kerusakan akibat kena air, rayap, atau terbakar juga merupakan risiko yang

1

Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011, hlm 159.

2

Pasal 6 huruf h Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Usaha Bank Umum meliputi: “menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga”.

3

Pasal 1 ayat (14) Undang-undang 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, “penitipan adalah penyimpanan harta berdasarkan perjanjian atau kontrak antara Bank Umum dengan penitip, dengan ketentuan Bank Umum yang bersangkutan tidak mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut”.


(9)

dapat merusak nilai dan keabsahan dokumen-dokumen penting. Kerusakan dokumen ini sangat merugikan pemiliknya, karena mengakibatkan dokumen sudah tidak bernilai lagi. Belum lagi untuk menggantikannya pasti

mengeluarkan waktu dan biaya yang tidak sedikit4.

Layanan Safe Deposit Box yang ditawarkan bank, bagi sebagian orang

merupakan tempat penyimpanan benda berharga yang paling aman. Maklum saja, bank menyediakan pengamanan sangat ketat untuk menjaga kotak besi tersebut. Pengamanan yang sangat ketat itulah yang lantas menarik minat

banyak orang untuk menyimpan barang-barang berharga dalam Safe Deposit

Box. Apalagi biaya penggunaan fasilitas kotak besi di bank ini ternyata tidak

terlalu mahal5.

Perjanjian sewa-menyewa fasilitas Safe Deposit Box antara pihak bank dan

pihak nasabah pengguna Safe Deposit Box menimbulkan perikatan di antara

para pihak tersebut. Di satu sisi, pihak bank berkewajiban menyediakan suatu

jaminan keamanan terhadap Safe Deposit Box yang disewa nasabah,

sementara pihak nasabah berkewajiban membayar dan mentaati peraturan

penyewaan yang dikeluarkan bank atas penggunaan Safe Deposit Box. Di lain

sisi, pihak bank berhak menerima sejumlah pembayaran terkait perjanjian

penggunaan fasilitas Safe Deposit Box dari nasabah, dan pihak nasabah berhak

mendapatkan pelayanan dan keamanan pada Safe Deposit Box tersebut.

4

Kasmir, Loc.Cit., note 1., hlm 159.

5

Harris Hadinata (et.al.), Memang Aman Dari Api, Tetapi Amankah Dari Pencuri?, Kontan Minggu IV, Juni 2008, hlm 22.


(10)

Perjanjian sewa-menyewa Safe Deposit Box tertuang dalam perjanjian

tertulis dengan mencantumkan klausula baku6. Hal tersebut menjadi suatu

bukti yang cukup kuat apabila di kemudian hari terjadi masalah atau sengketa. Meskipun perjanjian dibuat dalam bentuk baku, perjanjian yang dibuat antara pihak bank dan pihak nasabah tersebut harus tetap memenuhi asas-asas dalam

perjanjian7. Namun, seringkali dalam perjanjian baku tidak mematuhi

asas-asas dalam perjanjian yang pada kenyataannya seringkali menguntungkan penyedia layanan dan merugikan pengguna layanan.

Salah satu asas yang seringkali diabaikan dalam perjanjian baku adalah

asas keseimbangan8. Perjanjian baku biasanya diberlakukan untuk suatu

layanan dengan banyaknya peminat atau calon pengguna layanan tersebut. Hal tersebut dimaksudkan untuk menghemat waktu dan biaya. Sebagai contoh adalah klausula baku dalam layanan parkir, pengaturan dalam bidang akademis, dan penggunaan fasilitas bank. Secara faktual, seringkali klausula baku yang dibuat oleh penyedia layanan tidak memperhatikan aspek

6

Pasal 1 ayat (10) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa “Klausula Baku adalah setiap aturan atau ketentuan dan syarat-syarat yang telah dipersiapkan dan ditetapkan terlebih dahulu secara sepihak oleh pelaku usaha yang dituangkan dalam suatu dokumen dan/atau perjanjian yang mengikat dan wajib dipenuhi oleh konsumen”.

7

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001, hlm 66. Menyebutkan asas-asas dalam perjanjian meliputi asas kebebasan berkontrak (contractsvrijheid), asas kesepakatan (concesus), asas kepercayaan, asas kekuatan mengikat (verbindende kracht der overeenkomst atau pacta sunt servanda), asas persamaan hukum, asas keseimbangan (evenwichtsbeginsel), asas kepastian hukum, asas moral, asas kepatutan, dan asas kebiasaan.

8

Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010, hlm 33. Disebutkan bahwa asas keseimbangan merupakan suatu asas yang dimaksudkan untuk menyelaraskan pranata-pranata hukum dan asas-asas pokok hukum perjanjian yang dikenal di dalam Kitab Undang-undang Hukum Perdata yang berdasarkan pemikiran dan latar belakang individualisme pada satu pihak dan cara pikir bangsa Indonesia pada lain pihak.


(11)

perlindungan konsumen sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

Pada kenyataannya, Safe Deposit Box yang seharusnya aman sesuai

dengan namanya safe atau aman9, tidak lepas dari risiko hilang. Beberapa

kasus pembobolan Safe Deposit Box pernah terjadi di beberapa bank

terkemuka di Indonesia. Kejadian tersebut tentu mencoreng nama bank yang bersangkutan dan menghilangkan kepercayaan sebagian besar masyarakat

terhadap fasilitas Safe Deposit Box padahal keberadaan fasilitas Safe Deposit

Box sudah banyak diminati masyarakat seiring dengan kebutuhan akan tempat

yang aman untuk menyimpan harta bendanya.

Perihal asas keseimbangan dan aspek perlindungan konsumen juga

menjadi bagian dari perjanjian sewa-menyewa Safe Deposit Box pada lembaga

perbankan. Namun, beberapa isi klausula dalam perjanjian tersebut cukup

memberikan kerugian bagi nasabah pengguna Safe Deposit Box. Salah satu isi

klausula tersebut pada intinya adalah bahwa pihak bank tidak bertanggungjawab atas kerugian, kerusakan, atau bahkan kehilangan atas

barang yang disimpan dalam Safe Deposit Box10. Dengan adanya isi klausula

tersebut, menempatkan nasabah pada posisi yang dirugikan mengingat fungsi

dan manfaat Safe Deposit Box.

9

Kata “aman” menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring

(http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/) berarti bebas dari bahaya, bebas dari gangguan, terlindung atau tersembunyi, tidak dapat diambil orang, tidak merasa takut atau khawatir.

10

Sebagai contoh, Pasal 28 dalam Syarat dan Ketentuan Umum Penyewaan Safe Deposit Box

pada Bank X, “Bank tidak bertanggung jawab atas kehilangan/kecurian/perubahan dalam kualitas/kuantitas/penyusutan dan perubahan lain yang terjadi atas barang-barang yang disimpan dalam SDB maupun atas kebenaran atau keotentikan dari barang-barang Nasabah yang disimpan dalam SDB tersebut”.


(12)

Ketidakseimbangan dalam perjanjian sewa-menyewa Safe Deposit Box terkait dengan perlindungan konsumen dapat dilihat dalam Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang memuat kewajiban dari pelaku usaha, dalam hal ini adalah bank. Menurut Pasal 7

huruf (a)11, (d)12, dan (g)13 maka kehilangan atau kerusakan barang atau

dokumen nasabah pada Safe Deposit Box, selain disebabkan keadaan

memaksa (overmacht, toeval, atau force majeure)14, sudah seharusnya

menjadi tanggung jawab pihak bank. Pada praktiknya, terhadap kasus kehilangan atau kerusakan tersebut, terjadi pengalihan tanggung jawab.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan judul

“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA SAFE

DEPOSIT BOX PADA LEMBAGA PERBANKAN (Tinjauan Yuridis

Terhadap Asas Keseimbangan dan Perlindungan Konsumen)”.

11

Pasal 7 huruf (a) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa kewajiban dari pelaku usaha adalah “beritikad baik dalam menjalankan kegiatan usahanya”.

12

Pasal 7 huruf (d) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa kewajiban dari pelaku usaha adalah “menjamin mutu barang dan/atau jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku”.

13

Pasal 7 huruf (g) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen menyatakan bahwa kewajiban dari pelaku usaha adalah “memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian apabila barang dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai dengan perjanjian”.

14

Pasal 1244 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, Pasal 1245 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, “Tidak ada penggantian biaya, kerugian, dan bunga, bila karena keadaan memaksa atau karena hal yang terjadi secara kebetulan, debitur terhalang untuk memberikan atau berbuat sesuatu yang diwajibkan, atau melakukan suatu perbuatan yang terlarang baginya”.


(13)

B. Perumusan dan Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam skripsi ini adalah “Bagaimanakah perlindungan

hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box ditinjau dari asas

keseimbangan dan perlindungan konsumen?”.

Berdasarkan perumusan masalah tersebut di atas, maka identifikasi masalah dalam skripsi ini adalah:

1. Bagaimanakah perikatan yang timbul antara pihak bank dan pihak nasabah

pengguna Safe Deposit Box?

2. Apakah perjanjian penggunaan fasilitas Safe Deposit Box antara pihak

bank dan pihak nasabah pengguna Safe Deposit Box telah memenuhi asas

keseimbangan?

3. Bagaimanakah perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe

Deposit Box ditinjau dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengkaji perlindungan hukum

terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box ditinjau dari asas keseimbangan

dan perlindungan konsumen. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk membahas dan mengkaji perikatan yang timbul antara pihak bank


(14)

2. Untuk membahas dan mengkaji pemenuhan asas keseimbangan dalam

perjanjian penggunaan fasilitas Safe Deposit Box antara pihak bank dan

pihak nasabah pengguna Safe Deposit Box.

3. Untuk membahas dan mengkaji perlindungan hukum terhadap nasabah

pengguna Safe Deposit Box ditinjau dari Undang-undang Nomor 8 Tahun

1999 tentang Perlindungan Konsumen.

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan judul penelitian yang dipilih oleh peneliti sehubungan dengan

perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box ditinjau

dari asas keseimbangan dan perlindungan konsumen, maka kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis:

Memberikan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box.

2. Secara Praktis:

a. Memberikan masukan bagi pemerintah dalam memberikan

perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box.

b. Memberikan masukan bagi lembaga perbankan dalam memberikan

perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box

dalam kaitannya dengan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.


(15)

c. Memberikan masukan bagi para praktisi, akademisi, dan peneliti

mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe

Deposit Box pada lembaga perbankan.

d. Memberikan masukan bagi masyarakat pengguna fasilitas Safe Deposit

Box pada lembaga perbankan mengenai hak konsumen untuk

memperoleh perlindungan hukum dalam menggunakan fasilitas Safe

Deposit Box.

E. Kerangka Pemikiran

Manusia selalu ada dalam kebersamaan dengan sesamanya karena manusia adalah makhluk sosial, sebagaimana yang dikemukakan oleh Aristoteles yaitu

bahwa manusia adalah zoon politikon15. Apabila hidup dalam kebersamaan

dengan sesamanya, manusia dapat mempertahankan keberadaannya sebagai makhluk hidup karena manusia yang satu dimungkinkan untuk bekerja sama dengan manusia yang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya masing-masing.

Menurut Abraham Maslow, terdapat 5 (lima) hierarki kebutuhan manusia

dari tingkatan terendah sampai tertinggi yang terdiri atas kebutuhan fisiologis (physiological needs), kebutuhan akan rasa aman (safety needs), kebutuhan

untuk rasa memiliki (belongingness needs), kebutuhan akan harga diri (esteem

15

Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum Buku I, Bandung: Alumni, 2009, hlm 12. Mengartikan zoon politikon, manusia sebagai perorangan atau individu cenderung untuk berkumpul dengan individu-individu lain dan dengan itu membentuk kelompok manusia yang hidup bersama. Karena kecenderungannya berkelompok ini manusia dinamakan makhluk sosial.


(16)

needs), dan kebutuhan akan aktualisasi diri (self-actualization needs)16.

Hierarki kebutuhan manusia dari Abraham Maslow yang akan lebih khusus

dibahas dalam skripsi ini adalah kebutuhan akan rasa aman (safety needs).

Kebutuhan manusia akan keamanan atas harta dan/atau surat-surat berharga yang dimilikinya dapat dipenuhi oleh lembaga perbankan yang menyediakan jasa pelayanan penyimpanan harta dan/atau surat-surat berharga

yang dikenal dengan nama Safe Deposit Box. Adanya keinginan dari

penggunaan jasa tersebut menimbulkan perikatan diantara penyedia jasa dan pengguna jasa. Perikatan adalah hubungan hukum yang terjadi di antara 2 (dua) orang atau lebih, yang terletak di dalam lapangan harta kekayaan, di mana pihak yang satu berhak atas prestasi dan pihak lainnya wajib memenuhi prestasi itu17.

Perikatan bersumber dari 2 (dua) hal yaitu karena undang-undang dan karena perjanjian. Perikatan yang bersumber dari undang-undang semata-mata adalah perikatan yang dengan terjadinya peristiwa-peristiwa tertentu, melahirkan suatu hubungan hukum (perikatan) di antara para pihak-pihak

yang bersangkutan, terlepas dari kemauan pihak-pihak tersebut18. Sementara

itu, perjanjian adalah suatu hubungan hukum di bidang harta kekayaan yang didasari kata sepakat antara subjek hukum yang satu dengan yang lain, dan di antara subjek hukum tersebut saling mengikatkan dirinya sehingga subjek hukum yang satu berhak atas prestasi dan begitu juga subjek hukum yang lain

16

A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Refika Aditama, 2005, hlm 63-64.

17

Mariam Darus Badrulzaman, Op.Cit., note 7, hlm 1.

18


(17)

berkewajiban untuk melaksanakan prestasinya sesuai dengan kesepakatan

yang telah disepakati para pihak tersebut serta menimbulkan akibat hukum19.

Lembaga perbankan sebagai penyedia fasilitas Safe Deposit Box dan

nasabah sebagai pengguna Safe Deposit Box mengikatkan diri dalam suatu

perjanjian. Hubungan hukum antara lembaga perbankan sebagai penyedia jasa Safe Deposit Box dan nasabah sebagai pengguna Safe Deposit Box dituangkan dalam bentuk perjanjian tertulis. Pengertian dari perjanjian termaktub dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih.

Mengingat banyaknya ketentuan yang perlu diatur dan hal-hal yang perlu diantisipasi terhadap kemungkinan timbulnya suatu masalah menyebabkan suatu perundingan antara pihak bank dan pihak nasabah terhadap isi dari perjanjian akan memakan waktu yang lama, maka perjanjian penggunaan

fasilitas Safe Deposit Box dibuat secara baku oleh pihak bank. Perjanjian yang

dibuat secara baku juga dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi

para pihak, meskipun pihak nasabah diberikan pilihan “take it or leave it”.

Jika nasabah setuju dengan isi perjanjiannya, maka terjadi kesepakatan tentang

penggunaan fasilitas Safe Deposit Box. Namun jika pihak nasabah tidak

menyetujuinya, pihak nasabah tidak diharuskan menggunakan jasa Safe

Deposit Box dari pihak bank tersebut.

19

Gamal Komandoko dan Handri Raharjo, 75 Contoh Surat Perjanjian (Surat Kontrak), Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009, hlm 8.


(18)

Perjanjian baku ialah perjanjian yang hampir seluruh klausula-klausulanya sudah dibakukan oleh pemakainya dan pihak yang lain pada dasarnya tidak

mempunyai peluang untuk merundingkan atau meminta perubahan20. Oleh

karena perjanjian penggunaan fasilitas Safe Deposit Box dibuat dalam bentuk

perjanjian baku, maka perlu dikaji permasalahan hukum yang kiranya dapat muncul dari perjanjian baku tersebut, yang salah satunya adalah adanya klausula atau ketentuan yang merugikan pihak nasabah.

Salah satu isi klausula tersebut pada intinya adalah bahwa pihak bank tidak bertanggungjawab atas kerugian, kerusakan, atau bahkan kehilangan atas

barang yang disimpan dalam Safe Deposit Box. Klausula tersebut dapat

dikategorikan sebagai klausula eksonerasi atau klausula eksemsi (exemption

clause)21 yang merupakan bentuk pengalihan tanggung jawab. Adanya pengalihan tanggung jawab berarti adanya pelanggaran terhadap asas keseimbangan, dimana asas keseimbangan merupakan salah satu asas penting dalam perjanjian. Padahal, kontrak memiliki tujuan dasar, yaitu:

1. Tujuan pertama dari suatu kontrak ialah memaksakan suatu janji dan

melindungi harapan wajar yang muncul darinya.

2. Tujuan kedua dari kontrak ialah mencegah pengayaan (upaya memperkaya

diri) yang dilakukan secara tidak adil atau tidak benar.

3. Tujuan ketiga ialah to prevent certain kinds of harm.

20

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang Bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993, hlm 66.

21

Ibid, hlm 75. Mendefinisikan klausul eksemsi sebagai klausul yang bertujuan untuk membebaskan atau membatasi tanggung jawab salah satu pihak terhadap gugatan pihak lainnya dalam hal yang bersangkutan tidak atau tidak dengan semestinya melaksanakan kewajibannya yang ditentukan di dalam perjanjian tersebut.


(19)

4. Tujuan keempat dari kontrak ialah mencapai keseimbangan antara

kepentingan sendiri dan kepentingan terkait dari pihak lawan22.

Asas keseimbangan dalam suatu perjanjian dapat dilihat bahwa kedudukan kreditur yang kuat diimbangi dengan kewajibannya untuk memperhatikan

iktikad baik, sehingga kedudukan kreditur dan debitur seimbang23. Maka,

adanya klausula pengalihan tanggung jawab atas risiko kehilangan dalam

penggunaan Safe Deposit Box dari pihak penyedia layanan (pihak bank)

kepada pengguna layanan (pihak nasabah) tentu tidak memenuhi asas keseimbangan.

Fasilitas Safe Deposit Box sebagai salah satu jenis usaha bank tidak

terlepas dari konsumen dalam hal ini nasabah pengguna Safe Deposit Box.

Hubungan antara pelaku usaha24 dan konsumen25 diatur dalam

undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Undang-undang tersebut mencantumkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban baik dari pihak pelaku usaha maupun pihak konsumen. Perjanjian penggunaan fasilitas Safe Deposit Box, pada praktiknya seringkali mencantumkan klausula baku

22

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006, hlm 309-310.

23

Op.Cit., note 7, hlm 88.

24

Pasal 1 ayat (3) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa “Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berbentuk badan hukum maupun bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama, melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.

25

Pasal 1 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, menyatakan bahwa “Konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan/atau jasa yang tersedia dalam masyarakat, baik bagi kepentingan diri sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup lain dan tidak untuk diperdagangkan”.


(20)

yang mengandung pengalihan tanggung jawab dari pihak bank kepada pihak nasabah. Pengalihan tanggung jawab juga diatur dalam Pasal 18 ayat (1) huruf a Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yang menyatakan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausula baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha.

F. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan, usaha mana dilakukan dengan

menggunakan metode-metode ilmiah26. Oleh karena itu, data dan informasi

yang dikumpulkan harus relevan dengan persoalan yang dihadapi artinya data tersebut harus bertalian, berkaitan, mengena, dan tepat serta dapat

dipertanggungjawabkan kebenarannya27.

Penyusunan penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif, yaitu dengan meneliti data sekunder bidang hukum yang ada sebagai

data kepustakaan dengan menggunakan metode berpikir deduktif28 dengan

kriterium kebenaran koheren29.

26

Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1985, hlm 4.

27

Widodo, Pelaksanaan Penyelenggaraan Safe Deposit Box Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Semarang: Tesis Universitas Diponegoro, 2008, hlm 62.

28

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

29

Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia, 2011, hlm 115-116. Menyatakan kebenaran koherensi mendasarkan diri pada kriteria tentang konsistensi suatu argumentasi. Karena itu, alur pemikiran masing-masing bersifat konsisten,


(21)

1. Metode Pendekatan

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan undang-undang (statute

approach) yang dilakukan dengan menelaah semua undang-undang dan

regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang diteliti30 serta

pendekatan kasus (case approach) dengan cara melakukan telaah terhadap

kasus-kasus yang berkaitan dengan isu-isu yang dihadapi yang telah

menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan tetap31.

2. Spesifikasi Penelitian

Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif analitis, yaitu menggambarkan hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan hukum

terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box pada lembaga perbankan di

Indonesia.

3. Sifat Penelitian

Penelitian yang dilakukan bersifat yuridis normatif, yaitu penelitian yang difokuskan untuk mengkaji penerapan kaidah-kaidah atau norma-norma

dalam hukum positif32.

4. Jenis Data

Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan sebagai data sekunder, yaitu data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan. Data sekunder diperoleh dengan studi kepustakaan yaitu

seluruhnya harus terpadu secara utuh (koheren), baik ditinjau dari lingkup argumentasi, maupun dikaitkan dengan pengetahuan-pengetahuan hukum yang sudah ada sebelumnya yang telah dianggap benar.

30

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010, hlm 93.

31

Ibid, hlm 24.

32

Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia, 2011, hlm 295.


(22)

mengumpulkan, menyeleksi, dan meneliti peraturan perundang-undangan, buku, serta sumber bacaan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Data yang berhasil diperoleh ini dipergunakan sebagai landasan berpikir

yang bersifat teoritis33.

5. Teknik Pengumpulan Data dan Teknik Analisis Data

a. Teknik Pengumpulan Data

Data sekunder diperoleh dengan cara studi kepustakaan yang dilakukan untuk mencari konsepsi-konsepsi, teori-teori, atau pendapat-pendapat mengenai perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box pada lembaga perbankan. Data sekunder meliputi: 1) Bahan hukum primer yang berupa Kitab Undang-undang Hukum

Perdata (Burgerlijk Wetboek), Undang-undang Nomor 7 Tahun

1992 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, dan Yurisprudensi yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2) Bahan hukum sekunder yang berupa berbagai literatur, hasil-hasil Penelitian berupa skripsi, tesis, dan disertasi di bidang hukum, maupun surat kabar dan majalah yang berkaitan dengan

perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe Deposit Box

pada lembaga perbankan di Indonesia.

33


(23)

3) Bahan hukum tersier yang berupa Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring.

b. Teknik Analisis Data

Teknik analisis terhadap data yang ada menggunakan pendekatan kualitatif, dalam pendekatan secara kualitatif tidak digunakan parameter statistik guna menganalis data yang ada. Cara menganalisis terhadap data yang dikumpulkan dilakukan dengan menggunakan penafsiran gramatikal, yaitu penafsiran menurut tata bahasa, cara penafsiran tersebut berguna untuk menemukan suatu asas atau kaidah hukum.

Berdasarkan hal-hal yang telah dikemukakan dalam bagian Metode Penelitian ini, maka penelitian ini menggunakan data sekunder sebagai dasar penelitian. Teknik pengumpulan data adalah dengan studi kepustakaan sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah teknik analisis data kualitatif.

G. Sistematika Penulisan

BAB I: PENDAHULUAN

Memaparkan uraian mengenai latar belakang masalah, perumusan dan identifikasi masalah, maksud dan tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika Penulisan.


(24)

BAB II: PERJANJIAN DAN UNDANG-UNDANG SEBAGAI SUMBER PERIKATAN ANTARA BANK DENGAN NASABAH DALAM

PENYEDIAAN FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX

Memaparkan uraian mengenai perikatan (verbintenis) pada

umumnya yang meliputi pengertian perikatan, subjek perikatan dan objek perikatan; pengaturan hukum perikatan; sumber-sumber hukum perikatan yang meliputi perikatan yang terjadi karena

perjanjian (overeenkomst) dan perikatan yang terjadi karena

undang-undang; jenis-jenis perikatan yang meliputi perikatan menurut isi daripada prestasinya, menurut subjeknya, dan menurut mulai berlakunya dan berakhirnya; risiko dalam hukum perikatan yang meliputi risiko pada perjanjian sepihak dan risiko pada perjanjian timbal balik; dan hapusnya perikatan.

BAB III: TINJAUAN NORMATIF TERHADAP HUBUNGAN HUKUM ANTARA LEMBAGA PERBANKAN SEBAGAI PENYEDIA

FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX DENGAN NASABAH

PENGGUNA FASILITAS SAFE DEPOSIT BOX

Memaparkan uraian tentang pengertian bank; pengertian dan

pengaturan hukum perbankan; jasa-jasa perbankan; Safe Deposit

Box sebagai produk jasa perbankan; prinsip-prinsip dalam kegiatan


(25)

prinsip kehati-hatian, dan prinsip mengenal nasabah; hubungan antara bank dengan nasabah yaitu hubungan kontraktual dan hubungan non-kontraktual; perjanjian baku terdiri dari pengertian perjanjian baku, keabsahan perjanjian baku, dan klausula eksonerasi; dan perlindungan konsumen terkait produk perbankan yang meliputi pengertian perlindungan konsumen, asas-asas dalam perlindungan konsumen, dan tanggung jawab pelaku usaha.

BAB IV: PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH

PENGGUNA SAFE DEPOSIT BOX DITINJAU DARI ASAS

KESEIMBANGAN DAN PERLINDUNGAN KONSUMEN Memaparkan uraian tentang hasil analisis berdasarkan identifikasi masalah yaitu perikatan yang timbul antara pihak bank dan pihak

nasabah pengguna Safe Deposit Box, pemenuhan asas

keseimbangan dalam perjanjian penggunaan fasilitas Safe Deposit

Box antara pihak bank dan pihak nasabah pengguna Safe Deposit

Box, dan perlindungan hukum terhadap nasabah pengguna Safe

Deposit Box ditinjau dari Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

BAB V: KESIMPULAN DAN SARAN

Memuat kesimpulan dari hasil penelitian serta saran-saran yang relevan dengan penelitian yang telah dilakukan.


(26)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pemaparan yang telah ditulis peneliti pada bab-bab sebelumnya, maka peneliti menarik beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut:

1. Perikatan yang timbul antara pihak bank dan pihak nasabah pengguna Safe

Deposit Box terjadi melalui perjanjian sewa menyewa. Objek sewa menyewa berada dalam lingkungan bank sehingga barang-barang berharga nasabah juga disimpan dalam lingkungan bank. Hal ini terlihat seperti suatu perjanjian penitipan daripada perjanjian sewa menyewa akan tetapi dalam praktiknya bank menggunakan perjanjian sewa menyewa. Salah satu alasan yang menjadi pertimbangan pihak bank adalah risiko terhadap tanggung jawab atas barang-barang yang disimpan dalam objek sewa

menyewa (Safe Deposit Box).

2. Perjanjian sewa menyewa antara pihak bank dan pihak pengguna Safe

Deposit Box yang dibuat dalam bentuk baku oleh pihak bank masih belum memenuhi asas keseimbangan. Penetapan klausula baku merupakan hal yang diperbolehkan selama dibatasi oleh Pasal 18 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen namun pada praktiknya, masih terdapat pelanggaran terhadap penggunaan klausula baku. Hal tersebut dapat diketahui dari adanya perjanjian baku yang lebih


(27)

menguntungkan pihak bank dibandingkan pihak nasabah, seperti

pencantuman klausula eksonerasi dalam perjanjian sewa menyewa Safe

Deposit Box yang mengalihkan tanggung jawab pihak bank kepada pihak

nasabah pengguna Safe Deposit Box sehingga menimbulkan ketidakadilan

bagi pihak nasabah.

3. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

merupakan payung hukum bagi nasabah pengguna Safe Deposit Box

sebagai konsumen apabila dirugikan oleh pihak perbankan sebagai pelaku

usaha penyedia fasilitas Safe Deposit Box. Ketidakseimbangan dalam

perjanjian sewa menyewa Safe Deposit Box antara pihak bank dan pihak

nasabah menimbulkan kerugian bagi pihak nasabah sehingga pihak bank berkewajiban memberikan penggantian atas kerugian akibat penggunaan,

pemakaian, dan pemanfaatan jasa penyediaan fasilitas Safe Deposit Box

berdasarkan Pasal 7 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut di atas, maka peneliti mengemukakan beberapa saran yaitu sebagai berikut:

1. Bank dalam membuat perjanjian sewa menyewa terkait penggunaan Safe

Deposit Box sebaiknya mencantumkan klausula-klausula yang meskipun dalam bentuk baku, tetapi menempatkan pihak bank dan pihak nasabah


(28)

2. Bank sebagai pelaku usaha yang menyediakan fasilitas Safe Deposit Box harus lebih mengedepankan etika dalam berbisnis, profesionalisme, dan beriktikad baik dalam menjalankan setiap kegiatan usahanya serta jangan

hanya mengejar keuntungan semata (profit oriented) walaupun tujuan

utama perusahaan adalah mencari keuntungan tetapi harus disertai dengan pemberian kualitas jasa yang baik dengan memperhatikan hak-hak

nasabah pengguna fasilitas Safe Deposit Box sebagai konsumen seperti

yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3. Konsumen pengguna Safe Deposit Box harus lebih memahami hak-haknya

dengan meningkatkan pengetahuan mengenai perlindungan konsumen yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen tanpa mengabaikan kewajiban-kewajibannya.

4. Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang perlindungan konsumen

seharusnya secara rutin mengadakan kegiatan edukasi (seperti seminar) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran konsumen bahwa mereka adalah subjek hukum yang dilindungi karena terdapat landasan dan payung hukum untuk memperoleh keadilan apabila dirugikan oleh pihak bank.

5. Pemerintah berkewajiban melindungi konsumen pengguna Safe Deposit

Box agar tidak dirugikan oleh pihak bank sebagai pelaku usaha yang

menyediakan fasilitas Safe Deposit Box dengan cara mengawasi


(29)

pihak nasabah dan penggunaan klasusula baku dalam perjanjian sewa menyewa agar terdapat keseimbangan antara pihak bank dan pihak

nasabah pengguna Safe Deposit Box sebagai konsumen.

6. Jika dilihat dari bentuk perjanjian yang dilakukan, adalah lebih tepat

merupakan perjanjian penitipan dibandingkan perjanjian sewa menyewa.

7. Bank dalam pelaksanaan penyediaan fasilitas Safe Deposit Box lebih

memperhatikan Standard Operating Procedure (SOP) sehingga fasilitas

Safe Deposit Box dapat lebih terjamin keamanan dan kenyamanannya

8. Bank dan/atau nasabah pengguna Safe Deposit Box menggunakan jasa

asuransi demi mengamankan barang-barang yang disimpan dalam Safe

Deposit Box.

9. Bank penyedia layanan Safe Deposit Box seharusnya bertanggung jawab

terhadap segala kerugian yang ditimbulkan atas kesalahan dan/atau kelalaiannya.


(30)

DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktik Perusahaan

Perdagangan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992.

Agnes M. Toar, Tanggung Jawab Produk: Sejarah dan Perkembangannya di

Beberapa Negara, Ujung Pandang: DKIH Belanda-Indonesia, 1988.

Anwar Prabu Mangkunegara A.A., Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Refika

Aditama, 2005.

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata (Termasuk

Asas-asas Hukum Perdata), Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.

Djoni S. Ghazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar

Grafika, 2010.

Gamal Komandoko dan Handri Raharjo, 75 Contoh Surat Perjanjian (Surat

Kontrak), Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009.

H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara,

2009.

H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi: The Bankers Hand Book,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.

H. Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Bandung:

Alumni, 2004.

Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di

Bidang Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.


(31)

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang:

Bayumedia, 2011.

Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: RajaGrafindo Persada,

2002.

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2001.

Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum Buku

I, Bandung: Alumni, 2009.

Muhamad Djumhana, Asas-asas Hukum Perbankan Indonesia, Bandung:

Citra Aditya Bakti, 2008.

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya

Bakti, 1993.

Muliaman D. Hadad, Perlindungan dan Pemberdayaan Nasabah Bank dalam

Arsitektur Perbankan Indonesia, Jakarta: Badan Perlindungan Konsumen Nasional, 2006.

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Bandung: Citra Aditya Bakti,

2003.

Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Bandung: Citra

Aditya Bakti, 2006.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010.

R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum Perikatan, Bandung: Tarsito, 1995.

R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Putra Abardin, 1999.

R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Bandung: Mandar

Maju, 2000.

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta: Sinar Grafika,


(32)

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003.

Sukarmi, Cyber Law Kontrak Elektronik dalam Bayang-bayang Pelaku

Usaha, Bandung: Pustaka Sutra, 2008.

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang

Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta: Fakultas Psikologi

Universitas Gadjah Mada, 1985.

Thomas Suyatno, dkk., Kelembagaan Perbankan, Jakarta: Gramedia Pustaka

Utama, 1991.

Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Perbankan di Indonesia,

Bogor: Ghalia Indonesia, 2006.

Yusuf Shopfie, Perlindungan Konsumen & Instrumen-instrumen Hukumnya,

Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-undang 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

C. KARYA TULIS

Widodo, Pelaksanaan Penyelenggaraan Safe Deposit Box Pada PT. Bank

Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Semarang: Tesis Universitas Diponegoro, 2008.


(33)

D. KAMUS

Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (dalam jaringan/online).

E. RUJUKAN ELEKTRONIK

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ diakses pada 07 September 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kotak_simpanan diakses pada tanggal 14

September 2013.

http://keuangan.kontan.co.id/news/harta-di-safe-deposit-box-raib-nasabah-gugat-bii- diakses pada tanggal 20 September 2013.

http://muhamaddjumhana.blogspot.com/2010/10/oleh-muhamad-djumhana-bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 27 November 2013.

http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonom ian+Indonesia/LPI_2012.htm diakses pada tanggal 07 Oktober 2013.

F. SURAT KABAR

Dupla Kartini, Harta di Safe Deposit Box Raib, Nasabah Gugat BII, 2009,

(http://keuangan.kontan.co.id/news/harta-di-safe-deposit-box-raib-nasabah-gugat-bii-), diakses pada tanggal 27 Desember 2013.

Harris Hadinata (et.al.), Memang Aman Dari Api, Tetapi Amankah Dari


(1)

113

2. Bank sebagai pelaku usaha yang menyediakan fasilitas Safe Deposit Box harus lebih mengedepankan etika dalam berbisnis, profesionalisme, dan beriktikad baik dalam menjalankan setiap kegiatan usahanya serta jangan hanya mengejar keuntungan semata (profit oriented) walaupun tujuan utama perusahaan adalah mencari keuntungan tetapi harus disertai dengan pemberian kualitas jasa yang baik dengan memperhatikan hak-hak nasabah pengguna fasilitas Safe Deposit Box sebagai konsumen seperti yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

3. Konsumen pengguna Safe Deposit Box harus lebih memahami hak-haknya dengan meningkatkan pengetahuan mengenai perlindungan konsumen yang telah diatur dalam Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang perlindungan konsumen tanpa mengabaikan kewajiban-kewajibannya. 4. Lembaga-lembaga yang bergerak di bidang perlindungan konsumen

seharusnya secara rutin mengadakan kegiatan edukasi (seperti seminar) yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran konsumen bahwa mereka adalah subjek hukum yang dilindungi karena terdapat landasan dan payung hukum untuk memperoleh keadilan apabila dirugikan oleh pihak bank.

5. Pemerintah berkewajiban melindungi konsumen pengguna Safe Deposit Box agar tidak dirugikan oleh pihak bank sebagai pelaku usaha yang menyediakan fasilitas Safe Deposit Box dengan cara mengawasi pengelolaan Safe Deposit Box yang disewakan oleh pihak bank kepada


(2)

pihak nasabah dan penggunaan klasusula baku dalam perjanjian sewa menyewa agar terdapat keseimbangan antara pihak bank dan pihak nasabah pengguna Safe Deposit Box sebagai konsumen.

6. Jika dilihat dari bentuk perjanjian yang dilakukan, adalah lebih tepat merupakan perjanjian penitipan dibandingkan perjanjian sewa menyewa. 7. Bank dalam pelaksanaan penyediaan fasilitas Safe Deposit Box lebih

memperhatikan Standard Operating Procedure (SOP) sehingga fasilitas Safe Deposit Box dapat lebih terjamin keamanan dan kenyamanannya 8. Bank dan/atau nasabah pengguna Safe Deposit Box menggunakan jasa

asuransi demi mengamankan barang-barang yang disimpan dalam Safe Deposit Box.

9. Bank penyedia layanan Safe Deposit Box seharusnya bertanggung jawab terhadap segala kerugian yang ditimbulkan atas kesalahan dan/atau kelalaiannya.


(3)

115

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

A. BUKU

Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku dalam Praktik Perusahaan Perdagangan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1992.

Agnes M. Toar, Tanggung Jawab Produk: Sejarah dan Perkembangannya di Beberapa Negara, Ujung Pandang: DKIH Belanda-Indonesia, 1988. Anwar Prabu Mangkunegara A.A., Evaluasi Kinerja SDM, Bandung: Refika

Aditama, 2005.

C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Perdata (Termasuk Asas-asas Hukum Perdata), Jakarta: Pradnya Paramita, 2006.

Djoni S. Ghazali dan Rachmadi Usman, Hukum Perbankan, Jakarta: Sinar Grafika, 2010.

Gamal Komandoko dan Handri Raharjo, 75 Contoh Surat Perjanjian (Surat Kontrak), Yogyakarta: Pustaka Yustisia, 2009.

H. Malayu S.P. Hasibuan, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

H.R. Daeng Naja, Hukum Kredit dan Bank Garansi: The Bankers Hand Book, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2005.

H. Riduan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-asas Hukum Perdata, Bandung: Alumni, 2004.

Herlien Budiono, Ajaran Umum Hukum Perjanjian dan Penerapannya di Bidang Kenotariatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Herlien Budiono, Asas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.


(4)

Janus Sidabalok, Hukum Perlindungan Konsumen di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010.

Johnny Ibrahim, Teori & Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayumedia, 2011.

Kasmir, Bank & Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2002.

Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2001.

Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum Buku I, Bandung: Alumni, 2009.

Muhamad Djumhana, Asas-asas Hukum Perbankan Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2008.

Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: Citra Aditya Bakti, 1993.

Muliaman D. Hadad, Perlindungan dan Pemberdayaan Nasabah Bank dalam Arsitektur Perbankan Indonesia, Jakarta: Badan Perlindungan Konsumen Nasional, 2006.

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.

Nindyo Pramono, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2006.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Jakarta: Kencana, 2010.

R.M. Suryodiningrat, Azas-azas Hukum Perikatan, Bandung: Tarsito, 1995. R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan, Bandung: Putra Abardin, 1999. R. Wirjono Prodjodikoro, Azas-azas Hukum Perjanjian, Bandung: Mandar

Maju, 2000.

Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Jakarta: Sinar Grafika, 2008.


(5)

117

Universitas Kristen Maranatha

Subekti, Pokok-pokok Hukum Perdata, Jakarta: Intermasa, 2003.

Sukarmi, Cyber Law Kontrak Elektronik dalam Bayang-bayang Pelaku Usaha, Bandung: Pustaka Sutra, 2008.

Sutan Remy Sjahdeini, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang Seimbang bagi Para Pihak dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia, Jakarta: Institut Bankir Indonesia, 1993.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research I, Yogyakarta: Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, 1985.

Thomas Suyatno, dkk., Kelembagaan Perbankan, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1991.

Try Widiyono, Aspek Hukum Operasional Transaksi Perbankan di Indonesia, Bogor: Ghalia Indonesia, 2006.

Yusuf Shopfie, Perlindungan Konsumen & Instrumen-instrumen Hukumnya, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2009.

B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Kitab Undang-undang Hukum Perdata.

Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-undang 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan.

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.

C. KARYA TULIS

Widodo, Pelaksanaan Penyelenggaraan Safe Deposit Box Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. di Jakarta, Semarang: Tesis Universitas Diponegoro, 2008.


(6)

D. KAMUS

Kamus Besar Bahasa Indonesia Daring (dalam jaringan/online).

E. RUJUKAN ELEKTRONIK

http://bahasa.kemdiknas.go.id/kbbi/ diakses pada 07 September 2013.

http://id.wikipedia.org/wiki/Kotak_simpanan diakses pada tanggal 14 September 2013.

http://keuangan.kontan.co.id/news/harta-di-safe-deposit-box-raib-nasabah-gugat-bii- diakses pada tanggal 20 September 2013.

http://muhamaddjumhana.blogspot.com/2010/10/oleh-muhamad-djumhana-bab-i-pendahuluan.html diakses pada tanggal 27 November 2013.

http://www.bi.go.id/web/id/Publikasi/Laporan+Tahunan/Laporan+Perekonom ian+Indonesia/LPI_2012.htm diakses pada tanggal 07 Oktober 2013.

F. SURAT KABAR

Dupla Kartini, Harta di Safe Deposit Box Raib, Nasabah Gugat BII, 2009,

(http://keuangan.kontan.co.id/news/harta-di-safe-deposit-box-raib-nasabah-gugat-bii-), diakses pada tanggal 27 Desember 2013.

Harris Hadinata (et.al.), Memang Aman Dari Api, Tetapi Amankah Dari Pencuri?, Kontan Minggu IV, Juni 2008.