Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah

(1)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

MENJAGA KERAHASIAAN BANK SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN

NASABAH

TESIS

Oleh

AGUSTINUS SAYUR MATUA PURBA

047005001/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009

S

E K O L AH

P A

S C

A S A R JA


(2)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

MENJAGA KERAHASIAAN BANK SEBAGAI WUJUD PERLINDUNGAN

NASABAH

TESIS

Untuk Memperoleh Gelar Magister Humaniora dalam Program Studi Ilmu Hukum pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

AGUSTINUS SAYUR MATUA PURBA

047005001/HK

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2009


(3)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Judul Tesis : MENJAGA KERAHASIAAN BANK SEBAGAI WUJUD

PERLINDUNGAN NASABAH

Nama Mahasiswa : Agustinus Sayur Matua Purba

Nomor Pokok : 047005001 Program Studi : Ilmu Hukum

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH) Ketua

(Dr. Zulkarnain Sitompul, SH, LL.M) (Dr. Sunarmi, SH, M.Hum)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi D i r e k t u r


(4)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Tanggal lulus : 20 Januari 2009

Telah diuji pada

Tanggal 20 Januari 2009

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Bismar Nasution, SH, MH

Anggota : 1. Dr. Zulkarnain Sitompul, SH, LL.M

2. Dr. Sunarmi, SH, M.Hum

3. Prof. Dr. Budiman Ginting, SH, M.Hum


(5)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRAK

Prinsip kerahasiaan bank merupakan prinsip yang dianut oleh setiap bank didalam melaksanakan operasionalnya dimana prinsip kerahasiaan bank ini diperlukan guna melindungi nasabah dari pihak-pihak yang tidak memiliki kepentingan dan dapat merugikan nasabah. Seiring dengan perkembangannya, Bank Indonesia telah banyak mengeluarkan ketentuan-ketentuan yang melindungi kepentingan nasabah, kepentingan bank dan kepentingan hukum demi penegakan hukum, hal ini disebabkan karena tidak menutup kemungkinan dengan diterapkan prinsip ini telah terjadi penyimpangan-penyimpangan khususnya terhadap tindak

pidana Pencucian uang (money laundering) sehingga Bank Indonesia sebagai

lembaga pembina dan pengawas perbankan menerbitkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 5/21/PBI/2003 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Bank Indonesia

Nomor 3/10/PBI/2001 tentang Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your

Customer Prinsiple). Selain dari pada itu Bank Indonesia juga mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tanggal 20 Januari tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah yang tujuan nya untuk melindungi nasabah dari perbuatan-perbuatan yang dapat merugikan nasabah.

Jenis Penelitian didalam tesis ini adalah Yuridis Normatif yaitu dengan melakukan analisis terhadap permasalahan dan penelitian ini melalui pendekatan terhadap asas-asas hukum serta mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan berdasarkan klasifikasi bahan hukum. Penelitian yuridis normatif ini menggunakan data skunder yang dikumpulkan dengan

mempergunakan studi dokumen/ studi pustaka (library research). Sifat penelitian ini

adalah deskriptif analitis yaitu penelitian ini menggambarkan tentang situasi atau keadaan yang terjadi terhadap permasalahan yang dikemukan, dengan tujuan untuk membatasi kerangka studi kepada tentang keberadaan kerahasiaan bank sebagai wujud perlindungan nasabah. Data analisis secara kualitatif yang akan dikemukan dalam bentuk uraian sistematis dengan menjelaskan hubungan antara berbagai jenis data sehingga selain menggambarkan dan mengungkapkan diharapkan akan memberikan solusi atas permasalahan dalam penelitian ini.

Penerapan Peraturan Bank Indonesia Nomor 7/6/PBI/2005 tentang Transparansi Informasi Produk Bank dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah ditujukan untuk melindungi nasabah dari penyimpangan-penyimpangan yang ditimbulkan akibat kesalahan operasional bank. Penerapan kerahasiaan bank dilakukan untuk menjaga dan meyakinkan dan menenangkan nasabeh ketika menyerahkan keterangan pribadinya yang bersifat rahasia kepada bank yang mempunyai hubungan kontraktual tersebut, sehingga kedepan perlu dibuat suatu


(6)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

ketentuan yang baku setingkat Undang-Undang mengenai rahasia bank sehingga dapat memberikan kepastian hukum tentang rahasia bank.


(7)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

ABSTRACT

The Confidential of bank is a kinds of principle which is adhered by every bank in running its business. This principle of secretcy is necessary to protect the customers from the well being of parties that can injure them. Along with their development, and for the sake of customers and banks. Banks of Indonesia has published many protecting law decissions. These problems are hapenned because of the deviation, especially in the criminal action of money laundering. As an institution of banking builders and controllers, Bank Indonesia published a Regulations No.5/21/PBI/2003. It was about second alteration of Regulation No. 3/10/PBI/2001 which contained the “Know Your Customer Principle” Beside of this, Bank of Indonesia also published the Regulation No.7/6/PBI/2005 dated 20 th January 2005 containing The Informative Transparancy of Bank Product and The Use of Customer’s Personal Data. Its purpose was to protect the customers from the well being which could injure them.

The kind of research of this thesis is Jurisdiction of Norm. It was done by analysing the problem with the approach to the principle of law and reffering to the norm of law which were found in the regulation of law based on the classification of law materials. This Jurisdiction of Norm used the library research, the secondary data were collected from documented material. The characteristic of the research was analytic descriptive. It described about the situation and the condition which were occurred into the founded problem with its purposes of limiting the frame of study into the present of secretcy of bank as an exitence to protect the customers. The qualitative analysed data would be found of systematic description by explaining the relation among the various kind of data, so, beside describing and explaining the data this research would be hoped to produce the solution to the problems.

The appliction of Regulation of Bank of Indonesia No.7/6/PBI/2005 contained the Informative Transparancy of Bank Product and The Use of Customer’s Data was purposed to protect the customers from deviations which were impacted by the faults of banking operation. The banking secretcy are applied to secure, to convice and to give the profit to the customers when they inform their personal data condidentially to the bank that have the contractual relation as high as laws for the banking secretcy, so it can give the law assurance in banking of secretcy.


(8)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah

yang diberikan-Nya kepada penulis sehingga penulis diberikan kesehatan dan kemampuan untuk menyelesaikan tesis ini. Walaupun penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesis ini jauh dari sempurna.

Adapun judul penelitian yang ditulis oleh penulis adalah “Menjaga

Kerahasiaan Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah”. Penyelesaian tesis ini tidak akan rampung tanpa bantuan, saran maupun petunjuk yang diberikan kepada penulis oleh pembimbing maupun penguji baik pada saat pengajuan judul sampai penyusunan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada:

1. Bapak Prof. Chairuddin P. Lubis, DTM&H., Sp.A (K), selaku Rektor atas

kesempatan menjadi mahasiswa pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Prof. Dr. Ir. T. Chairun Nisa. B. Msc, Direktur Sekolah Pascasarjana


(9)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

menyelesaikan pendidikan Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. H. Bismar Nasution, SH., MH, selaku Pembimbing Utama

sekaligus Ketua Program Studi Ilmu Hukum yang telah memberikan bimbingan sampai akhirnya penulis dapat menyelesaikan perkuliahan dan menyelesaikan tesis pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera.

4. Bapak Dr. Zulkarnaen Sitompul, SH., LL.M selaku Anggota Komisi

Pembimbing II yang telah banyak memberikan masukkan dan arahan kepada penulis.

5. Ibu Dr. Sunarmi, SH., M.Hum, selaku selaku Anggota Komisi Pembimbing III

dan juga sebagai Sekretaris Program Studi Magister Ilmu Hukum yang telah banyak memberikan masukkan dan arahan kepada penulis.

6. Bapak Prof. Dr. Budiman Ginting, SH., M.Hum, selaku penguji penulis

mengucapkan banyak terima kasih atas masukkan dan sarannya guna perbaikan tesis ini.

7. Bapak Dr. Mahmul Siregar, SH., M.Hum, selaku penguji penulis

mengucapkan banyak terima kasih atas masukkan dan sarannya guna perbaikan tesis ini.

8. Seluruh Guru Besar serta Dosen pada Program Studi Magister Ilmu Hukum


(10)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

9. Seluruh Staf dan karyawan dan karyawati Sekolah Pascasarjana khususnya

kepada karyawan dan karyawati pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

10.Secara Khusus kepada orang tuaku tercinta dan juga belahan jiwaku

DJORMAN. PURBA, SH dan KARPINA Br DAMANIK atas kesabaran

dan dukungan moril dan spritual maupun materil yang diberikan kepada penulis, serta memberikan cinta dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya

bagi penulis, dan juga kepada adik-adik penulis NOPINUS ANDREAS

PURBA, SE dan JUPENTUS SEHAT MARTUA PURBA, Amd atas

dukungan dan doanya kepada penulis.

11.Terima kasih yang sedalam-dalamnya khususnya kepada Bapak Ketua dan

Wakil Ketua Pengadilan Negeri Kupang beserta para Hakim dan Staf Struktural maupun Fungsional Pengadilan Negeri Kupang yang telah memberikan kesempatan, dukungan dan motivasi untuk menyelesaikan studi di Sekolah Pascasarjana Program Studi Magister Ilmu Hukum Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terima kasih kepada teman-teman terbaik saya (My best Friend)

Pantun Panggabean, SH., MKn, Bangun Kantate Lukas Totays Sibarani, SH., Chandra Saut Maruli Sianturi, SH., Lukman Antoni Silalahi, SH., Sabam Efendi


(11)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Simangunsong, SH., Tengku Said Abdul Azis, SH., Sonly. F. Aritonang, SH, dan Imelda Pardede, SH.

Ucapan terima kasih kepada teman-teman Pascasarjana Stb. 2004 Khususnya pada klas Reguler seperti: Pak Malem Ginting, SH., M.Hum, Pak Zulkarnaen Nasution, SH, Bu Deliani, SH., M.Hum, Bu Yusriana, SH., M.Hum, Kak Theresia Simatupang, SH., M.Hum, Kak Zulfi Chairi, SH.,M.Hum, Kak Rita Erlina, SH., M.Hum, Bang Abu Bokar, SH., M.Hum, Bang Dhani Perwira, SH., M.Hum, Katerina Melati Siagian, SH.,M.Hum, Golda Meyer, SH., M.Hum, Pandapotan Tamba, SH., M.Hum.

Ucapan terima kasih juga pada klas Paralel seperti: Pak Arifin, SH., M.Hum, Pak Didik M. SH., M.Hum, Bang Marcos Simare-mare, SH., M.Hum, Ledies Bangun, SH., M.Hum, Daniel Mario Sigallingging, SH. dll, atas dukungan dan kesempatan mengenal dan saling bertukar pikiran ketika sama-sama berada dikampus.

Secara Khusus penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Mariani

Sipayung, SH, atas bantuannya yang tidak kenal lelah mencari bahan-bahan

penulisan tesis ini, dan juga kepada dr. Soli Grace Marion Sitopu atas dukungan


(12)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Penulis juga berharap bahwa tesis ini kiranya dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan, namun penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis memohon saran dan masukkan kepada kalangan-kalangan peneliti selanjutnya agar penelitian ini menjadi lebih baik dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya tentang perlindungan nasabah.

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa memberikan berkat dan Anugrah-Nya kepada kita semua.

Syalo…m, TUHAN memberkati…

Medan, Januari 2008

Penulis,

AGUSTINUS SAYUR MATUA PURBA


(13)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

RIWAYAT HIDUP

Nama : Agustinus Sayur Matua Purba

NIP : 220005907

Tempat/ Tangggal Lahir : Tanjung Morawa, 25 Agustus 1978

Jabatan : Calon Hakim Peradilan Umum

Organisasi/ Unit Kerja : Pengadilan Negeri Kupang.

Jln. Palapa No. 18 Oebobo Kupang. 85000

Instansi : Mahkamah Agung Republik Indonesia

Agama : Kristen Protestan


(14)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Tanjung Morawa, Kab. Deli Serdang, Prop. Sumatera

Utara. 20362

: Jln. Kambaniru No. 9 RT/RW. 19/05 Kel. Kuanino, Kec. Oebobo, Kota Kupang, Prop. Nusa Tenggara Timur.

Pendidikan Umum

1. SD Tahun 1991

2. SMP Tahun 1994

3. SMU Tahun 1997


(15)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

RIWAYAT HIDUP ... ix

DAFTAR ISI ……… xi

BAB I PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang ... 1


(16)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian ... 12

F. Kerangka Teori ... 12

G. Metode Penelitian ... 18

1. Jenis dan Sifat Penelitian ... 19

2. Teknik Pengumpulan Data... 19

3. Analisis Data ... 19

4. Penarikan Kesimpulan ... 20

BAB II KERAHASIAAN BANK DAN NASABAH ... . 21

A. Rahasia Bank ... 21

1. Pengertian Rahasia Bank ... 21

2. Sifat Rahasia Bank ... 24

B. Penerapan Rahasia Bank di Indonesia ... 27

1. Ketentuan Hukum Rahasia Bank ... 27

2. Penerapan Ketentuan Rahasia Bank ... 33

C. Hubungan Bank dengan Nasabah ... 45


(17)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

1. Alasan Bank Menjaga Kerahasiaan Bank... 50

2. Analisis Terhadap Transparansi Produk dan Penggunaan Data Pribadi Nasabah ... 56

BAB III PRINSIP MENGENAL NASABAH (KNOW YOUR CUSTOMER) DENGAN RAHASIA BANK ……… . 65

A. Pengertian Prinsip Mengenal Nasabah (Know Customer) ... 65

B. Dasar Hukum Prinsip Mengenal Nasabah (Know Customer principle) ... 69

C. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer Principle)... 71

D. Hubungan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your- Customer) dengan Rahasia Bank... 80

BAB IV PENERAPAN KETENTUAN RAHASIA BANK DALAM MEMBERANTAS/ MENCEGAH TINDAK KEJAHATAN ………... ... 83

A. Kejahatan perbankan dan Kejahatan Rahasia Bank ... 83

B. Pengecualian Rahasia Bank ... 87

1. Untuk Kepentingan Perpajakan... 89


(18)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

3. Untuk Kepentingan Peradilan Pidana ... 93

4. Untuk Kepentingan Pemeriksaan Peradilan Perkara Perdata ... 94

5. Untuk KepentinganTukar menukar Informasi Antar Bank ... 95

6. Untuk Kepentingan Pihak Lain Yang Ditunjuk Nasabah dan Untuk Kepentungan Waris... 98

C. Kasus-kasus yang berhubungan dengan Rahasia Bank ... 99

D. Penyempurnaan Ketentuan Rahasia Bank ... 106

E. Sanksi Terhadap Pelanggar Ketentuan Rahasia Bank ... 110

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ……… .... 112

A. Kesimpulan ... 112

B. Saran ... 114


(19)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga yang mempunyai peran yang sangat strategi dalam pembangunan Indonesia. Hal ini tidak dapat disangkal bahwa dalam mencapai tujuan pembangunan nasional yaitu untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.


(20)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Peran yang sangat strategis dari bank sebagai suatu badan usaha adalah bank yang mempunyai fungsi untuk menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

dan menyalurkan dana yang dihimpun tersebut kepada masyarakat.1

Keberadaan bank sangat krusial bagi perekonomian suatu negara, karena itu asset bank dalam bentuk kepercayaan masyarakat sangat penting dijaga guna meningkatkan efisiensi penggunaan bank dan efisiensi intermediasi serta untuk

mencegah terjadinya bank runs and panic.

Bank sebagai lembaga keuangan diharapkan dapat menyerasikan, menyelaraskan, serta menyeimbangkan unsur pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional yang pada akhirnya mengarah pada peningkatan taraf hidup masyarakat dan peningkatan pertumbuhan ekonomi Indonesia.

2

Oleh Karena itu perbankan harus dapat bekerja secara profesional, mampu membaca, menelaah, dan menganalisis semua

kegiatan dunia usaha serta perekonomian nasional. Mempunyai entrepreneurship dan

kemampuan membaca pasar agar dapat menjalankan fungsi intermediasi dengan baik,

sebagaimana dimaksud Pasal 1 Angka 2.3

1

Teguh Pudjomuljono, Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan, (Bandung; Jambatan 1992), hal.9.

2

Zulkarnain Sitompul.1, Problematika Perbankan, (Bandung; Books Terrace )2005, hal.1. 3

Pasal 1Angka 2 mengatakan Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran., lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, (Bandung; Fokus Media) 2004.


(21)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Untuk mencapai tujuan tersebut badan pengawas bank perlu memiliki kewenangan luas untuk mengatur dan mengawasi industri perbankan. Kewenangan tersebut antara lain kewenangan menetapkan besarnya modal yang harus dimiliki, besarnya kredit yang boleh diberikan kepada suatu perusahaan, siapa yang boleh menjadi pengurus bank dan sebagainya. Kewenangan mengawasi diberikan dengan tujuan untuk memonitor apakah bank tersebut melakukan kegiatan usaha sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Perlu dikaji untuk memberikan kewenangan penyidikan kepada badan pengawas. Kewenangan tersebut bertujuan untuk melindungi nasabah, melindungi perekonomian dan menjaga agar tidak terjadi konsentrasi bisnis. Perlindungan terhadap nasabah merupakan alasan paling dasar untuk mengawasi bank karena nasabah merupakan target yang mudah bagi pencurian

oleh pengurus bank.4

Bank sebagai suatu lembaga yang hidupnya tergantung dari dana masyarakat yang disimpan pada bank. Agar nasabah bersedia menyimpan dananya kepada bank yang bersangkutan, nasabah harus memiliki kepercayaan bahwa bank tersebut, mau dan membayar kembali dana yang disimpan pada bank pada waktu dana itu ditagih oleh nasabah penyimpan dana. Pada peristiwa beberapa tahun yang lalu banyak bank dilikuidasi oleh pemerintah, para nasabah bank tersebut tidak dapat memperoleh kembali dananya ketika bank-bank tersebut dilikuidasi, maka hancurlah kepercayaan

4


(22)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

masyarakat terhadap perbankan pada saat itu yang memang berada ditingkat yang rendah. Hancurnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan ditandai dengan

terjadinya rush atau bank run dimana masyarakat beramai-ramai menarik dana

simpananya dari bank yang belum dilikuidasi terutama dari bank-bank swasta

nasional.5

Jika melihat kenyataan pada saat itu tentu rasanya tidak adil bila nasabah harus menanggung keputusan likuidasi akibat kesalahan dalam pengurusan bank. Adalah wajar apabila deposan berhak mendapatkan seluruh dananya berikut bunganya, bukannya dipotong dengan biaya administrasi yang sangat memberatkan. Kenyataanya, bank tidak pernah memberikan agunan apa pun kepada nasabahnya, kecuali modal kepercayaan, sehingga wajar pertanggungjawaban pihak bank

diperluas.6 Untuk itu perlu diupayakan agar masyarakat berkeinginan menyimpan

dananya di bank, dan keinginan masyarakat menyimpan uang di bank merupakan

salah satu bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan.7

Untuk mengukur tingkat kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan tercermin dari keinginan masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan perbankan seperti menyimpan atau menginvestasikan uang, mendepositokan dan meminjam uang untuk

5

Zulkarnain Sitompul. 2, Perlindungan Dana Nasabah Bank, Suatu Gagasan Tentang Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia, (Jakarta, Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2002),hal.,vii.

6

Http//www.pikiran-rakyat.com (diakses tanggal 31 Mei 2006). 7


(23)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

memulai atau memperluas usaha. Peran dan partisipasi kalangan masyarakat luas ini merupakan sesuatu yang vital bagi industri perbankan itu sendiri maupun kesejahteraan masyarakat umum secara luas yang pada akhirnya berkepentingan pada

pembangunan.8

Oleh sebab itu bank sebagai lembaga yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkan, wajib memberikan informasi mengenai risiko kerugian akibat transaksi sebagaimana dimaksud di dalam Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1992 yang dirubah oleh Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan khususnya pada Pasal 29 ayat 4.

9

Mengingat peranan dari lembaga perbankan tersebut, maka dalam rangka mencapai tujuan pembangunan nasional tidak berlebihan apabila lembaga perbankan ditempatkan begitu strategis dan mendapat perhatian pemerintah melalui pembinaan yang intensif. Semuanya itu didasari oleh landasan pemikiran agar lembaga perbankan di Indonesia mampu berfungsi secara efisien, sehat, wajar dan mampu melindungi secara baik dana yang dititipkan masyarakat kepadanya, serta mampu

8

Ibid.,hal.25 9

Pasal 29 Ayat 4 Untuk kepentingan nasabah, bank wajib menyediakan informasi mengenai kemungkinan timbulnya resiko kerugian sehubungan dengan transaksi nasabah yang dilakukan melalui bank. Lihat Undang Nomor. 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-Undang Nomor.10 Tahun 1998 Tentang Perbankan.


(24)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

menyalurkan dana masyarakat tersebut kebidang-bidang yang produktif bagi

pencapaian sasaran pembangunan.10

Bank sebagai suatu lembaga yang melindungi dana nasabah juga berkewajiban menjaga kerahasiaan terhadap dana nasabahnya dari pihak-pihak yang dapat merugikan nasabah. Dan sebaliknya masyarakat yang mempercayakan dananya untuk dikelola oleh bank juga harus dilindungi terhadap tindakan yang semena-mena yang dilakukan oleh bank yang dapat merugikan nasabahnya. Hal ini sangat dibutuhkan karena sebagai lembaga keuangan, bank harus mendapat kepercayaan dari masyarakat, dan kepercayaan dari masyarakat tersebut akan lahir apabila semua data hubungan masyarakat dengan bank tersebut dapat tersimpan secara rapi atau

dirahasiakan.11

10

Menurut Soedradjat J, dalam tulisannya “Menuju Sistim Perbankan Untuk mendukung Pembangunan Nasional” (selasa, 23 Maret 2004), http//kolom.pasific.net.id/ind. Bahwa: “Perbankan yang sehat disini menyangkut: Pertama, bank-bank dalam arti mikro harus sehat dalam aspek yang menyangkut permodalan, manajemen, dan kegiatan, sesuai dengan peraturan dan pengawasan perbankan yang berlaku. Kedua, adanya pengaturan dan pengawasan yang efektif yang dilakukan oleh lembaga yang secara independent bertanggung jawab untuk itu. Ketiga, adanya kelembagaan yang mendukung bekerjannya perbankan, selain lembaga pengawasan dan pengaturannya, termasuk pula hukum dan peradilan. Keempat, adanay kerjasama serta koordinasi internasional yang menjalankan surveillance secara efektif. Dengan demikian, perbankan yang sehat, bukan hanya dalam arti mikro yang meliputi kondisi internal dan operasi bank, tetapi juga pengawasan dan pengaturan bank serta kelembangaan penunjangnya, baik nasional maupun internasional harus tersedia dan berjalan efektif. Mengenai kondisi sehatnya bank secara mikro, sebagaimana bank harus sehat dalam arti tidak mengalami masalah likuiditas, artinya kalau dalam operasi hariannya mengalami mismatch likuiditas dapat segera mengatasinya dengan mekanisme dan sarana yangs sesuai ketentuan. Selain tiu, bank harus sehat dalam arti solvable, artinya memenuhi ketentuan kecukupan modal yang berlaku”

11

Muhammad Djumhana. 1, Hukum Perbankan di Indonesia, (Bandung; Citra Aditya Bakti 2003), hal.161

Hal demikian membawa konsekuensi kepada bank, yaitu bank memikul kewajiban untuk menjaga kerahasiaan tersebut, sebagai timbal balik dari


(25)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

kepercayaan yang diberikan masyarakat kepada bank selaku lembaga keuangan atau

sumber dana masyarakat. Sebagai suatu badan usaha yang dipercaya oleh masyarakat

untuk menghimpun dana masyarakat, sudah sewajarnya bank memberikan jaminan perlindungan kepada nasabah yang berkenaan dengan “keadaan keuangan nasabah” yang lazim dinamakan dengan “Kerahasiaan Bank”. Kerahasiaan bank sangat penting karena bank memerlukan kepercayaan dari masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Nasabah hanya mempercayakan uangnya kepada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank memberikan jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan

dan keadaan tidak akan disalahgunakan.12

Dengan adanya jaminan kerahasian bank atas semua data-data masyarakat dalam hubungannya dengan bank, maka masyarakat mempercayai bank tersebut, kemudian selanjutnya mereka akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank. Kepercayaan masyarakat lahir apabila dari bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak disalahgunakan, dengan adanya ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank

harus memegang teguh rahasia bank.13

Hubungan antara bank dengan nasabah ternyata tidaklah seperti hubungan kontraktual biasa, tetapi dalam hubungan tersebut terdapat pula kewajiban bagi bank

12

Racmadi Usman, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta; Gramedia Pustaka Utama 2001), hal.153

13


(26)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

untuk tidak membuka rahasia dari nasabahnya kepada pihak lain manapun jika ditentukan lain oleh perundang-undangan yang berlaku, karena itu dapat dikatakan

bahwa hubungan antara lawyer dengan klien, atau dokter dengan pasiennya.14

Dengan adanya ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank harus memegang teguh rahasia bank. Ketentuan rahasia bank berlaku bagi pihak-pihak terafiliasi dalam operasional bank.

15

Dengan demikian, istilah rahasia bank mengacu kepada rahasia dalam hubungan antara bank dengan nasabahnya. Sedangkan rahasia-rahasia lain yang bukan merupakan rahasia antara bank dengan nasabahnya, sesungguhnya pun bersifat “rahasia “ tidak tergolong ke dalam istilah ”rahasia bank” menurut

undang-undang perbankan.16

14

Munir Fuady, Hukum Perbankan Modern. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Buku Kesatu, ( Bandung; Citra Aditya Bakti1999), hal.89

15

Pihak-pihak terafiliasi didalam bank adalah

Rahasia-rahasia lain yang bukan rahasia bank tersebut misalnya rahasia mengenai data dalam hubungan dengan pengawasan bank oleh Bank Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 Ayat (3), dan Pasal 33

Undang-1. Anggota Dewan Komisaris, Direksi, Pejabat, atau karyawan (bagi bank yang berbentuk Perseroan Terbatas);

2. Anggota Pengurus dan Badan Komisaris, Direksi, Pejabat, atau karyawan bank (bagi bank berbadan hukum koperasi sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku); 3. Pihak-pihak yang memberikan jasanya kepada bank yang bersangkutan, termasuk konsultan,

konsultan hukum, akuntan , dan penilai;

4. Pihak yang berdasarkan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia turut mempengaruhi pengelolaan bank, antara lain pemegang saham dan keluarganya, keluarga komisaris, keluarga pengawas, keluarga direksi, keluarga pengurus. Lihat Zainal Asikin, Poksok-pokok Hukum Perbankan di Indonesia, (Jakarta; Raja Grafindo Persada 1997), hal. 53

16


(27)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Undang Nomor 7 tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah dengan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.17

Seiring dengan kemajuan teknologi dewasa ini salah satu wujud kerahasian dan perlindungan nasabah bank adalah dengan diluncurkannya kartu ATM (Anjungan Tunai Mandiri) sebagai salah satu fasilitas yang disediakan oleh bank. Banyak bank saat ini telah menyediakan fasilitas kartu ATM sebagai wujud rahasia dan

perlindungan terhadap nasabahnya.18

Sutan Remy Sjahdeini mengatakan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ketentuan ketat mengenai kerahasiaan bank. Pelanggaran terhadap kerahasiaan bank adalah merupakan tindak pidana, karena begitu ketatnya ketentuan rahasia bank di Indonesia, hakim yang memeriksa dan mengadili perkara pidana yang berhubungan dengan rahasia bank harus memperoleh izin dari Menteri Keuangan. Tentu saja ini bertentangan dengan Pasal 24 Undang Undang Dasar 1945,

19

17

Pasal 30 Ayat (3) Bahwa keterangan tentang bank yang diperoleh berdasarkan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) tidak diumumkan dan bersifat rahasia, lihat Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

18

Http//www.bank mandiri.co.id. (diakses 31 Mei 2006). 19

Pasal 24 Ayat (1) Kekuasaan kehakiman merupakan kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.

Karena menurut ketentuan didalam Undang-Undang Dasar 1945 bahwa di dalam mengadili suatu perkara baik pidana maupun perdata hakim memiliki kekuasaan yang merdeka, dalam ketentuan ini mengandung pengertian bahwa


(28)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

kekuasaan kehakiman bebas dari segala campur tangan pihak kekuasaan ekstra

yudisial 20. Ketatnya ketentuan rahasia bank di Indonesia memungkinkan terjadinya

tindak pidana pencucian uang (money laundering) seperti peredaran uang-uang hasil

perdagangan narkotika, perjudian, penyuapan, terorisme dan lain-lain. Oleh sebab itu

ketentuan rahasia bank perlu diperlonggar.21

Thomas Suyatno mengatakan bahwa ketentuan rahasia bank sangat diperlukan di dalam operasional bank, tetapi penerapannya jangan terlalu kaku. Masalah rahasia bank berhubungan dengan prilaku bankir dan pihak lain yang terlibat. Ketentuan rahasia bank yang tercantum pada Bab VII Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang kemudian dirubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, sebab bank harus melindungi dana nasabahnya. Bank yang membocorkan informasi layak dikenakan sanksi berat.

22

Untuk mengurangi risiko itulah maka setiap bank diwajibkan untuk menerapkan prinsip kehati-hatian. Salah satu upaya dalam melaksanakan prinsip

kehati-hatian adalah penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Costumer

Prinsiple).

23

20

Hamdan Zoelva, Himpunan Perundang-undangan Mahkamah Agung dan Amandemen UUD 1945, (Jakarta ; Durat Bahagia 2004), hal 17

21

Http// www.hukmas depkeu go.id (diakses 2Juni 2006). 22

Http//www.homeline.com (diakses 17 Juli 2006).

Selain prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Costumer Principle)

23

Prinsip Mengenal Nasabah adalah Prinsip yang diterapkan oleh Perusahaan Jasa Keuangan (PJK) untuk mengetahui identitas nasabah dan memantau kegiatan transaksi nasabah termasuk pelaporan transaksi yang mencurigakan. Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Costumer


(29)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

dalam operasional perbankan prinsip keterbukaan juga dibutuhkan dalam melindungi nasabah.

Berdasarkan hal-hal di atas, penulis tertarik untuk mengangkat masalah ini untuk diteliti dan dibahas yang pada akhirnya menjadikan penelitian ini berjudul “ Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan beberapa masalah untuk dibahas dalam tulisan ini adalah sebagai berikut:

1. Mengapa bank wajib menjaga kerahasiaan dalam melindungi nasabahnya?

2. Apakah terdapat hubungan antara penerapan Prinsip Mengenal Nasabah

(Know Your Costumer Principle) dengan rahasia bank dalam melindungi

nasabah?

3. Perlukah ketentuan rahasia bank diperlonggar untuk mencegah/ memberantas

kejahatan.

Principle) oleh Perusahan Jasa Keuangan sangat penting untuk mencegah digunakannya Perusahaan Jasa Keuangan sebagai sarana pencucian uang (money laundering) dan aktivitas lainnya yang terkait. Lihat Bismar Nasution, Rejim Anti Money Laundring di Indonesia, (Bandung; Books Terrace & Library, 2005) hal.43


(30)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka penelitian ini mempunyai tujuan penelitian yang diinginkan dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui alasan bank menjaga kerahasiaan dalam melindungi

nasabahnya.

2. Untuk mengetahui dan menjelaskan ruang lingkup rahasia bank telah

memberikan perlindungan kepada nasabah.

3. Untuk mengetahui perlu tidaknya ketentuan rahasia bank diperlonggar dalam

mencegah/ memberantas kejahatan

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari Penelitian ini dapat dilihat dari 2 (dua) sisi yaitu:

1. Secara teoritis, Kegiatan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

dalam bidang ilmu pengetahuan hukum perbankan Indonesia terutama yang

berhubungan dengan kerahasiaan bank (confidencia bank).

2. Secara praktis, memberikan sumbangan pemikiran bagi masyarakat dan

pihak-pihak yang berhubungan dengan kerahasiaan bank (confidential bank) sebagai


(31)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan informasi dan penelusuran yang dilakukan diperpustakaaan khususnya pada Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, penelitian dengan judul “Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah”, belum pernah dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya dengan demikian penelitian ini adalah baru pertama kali.

F. Kerangka Teori

Ketentuan rahasia bank dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang kemudian diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 banyak mengalami perubahan dan penambahan. Adapun prinsip atau teori yang mendasari ketentuan rahasia bank di Indonesia adalah prinsip atau teori nisbi, dimana di dalam prinsip atau teori nisbi ini memungkinkan pemberian data dan informasi yang menyangkut tentang kerahasiaan bank kepada pihak lain. Hal ini berbeda dengan sistem di Swiss yang hanya memungkinkan pembukaan rahasia bank apabila ada putusan pengadilan. Menyangkut pihak yang harus menyimpan rahasia karena profesi dan pekerjaanya


(32)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

hampir sama ketentuannya dengan di Swiss yaitu menyangkut semua pihak yang

berhubungan dengan kegiatan bank (pihak-pihak terafiliasi).24

Di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang kemudian diubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, pada Pasal 1 Angka 28 dinyatakan bahwa rahasia bank adalah segala sesuatu yang berhubungan keterangan

mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.25

Prinsip kerahasiaan bank bertujuan agar bank menjalankan usahanya secara baik dan benar mematuhi ketentuan-ketentuan dan norma-norma hukum yang berlaku Ini menunjukkan bahwa bank dalam melakukan kegiatannya harus memperhatikan dan melaksanakan prinsip kerahasiaan sebagai usaha melindungi nasabahnya.

Prinsip kerahasiaan bank tersebut dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang kemudian diubah Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dimana bank dalam menjalankan usahanya harus menggunakan prinsip kerahasiaan bank terutama dalam melindungi nasabahnya hal ini harus dijalankan oleh bank bukan hanya dihubungkan dengan kewajiban agar bank tidak merugikan kepentingan nasabah yang telah mempercayakan dananya kepada bank tetapi juga dari sistem moneter yang menyangkut kepentingan semua anggota masyarakat yang bukan hanya nasabah penyimpan dana dari bank itu saja.

24

Muhammad Djumhana. 1, Op.cit., hal. 166 25

Munir Fuady, Op.cit., hal 90


(33)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

dalam dunia perbankan, agar bank yang melakukan usahanya menjaga kerahasiaan nasabahnya, sehingga masyarakat semakin percaya kepada bank dan membawa dampak semakin meningkatnya keinginan masyarakat untuk mempergunakan jasa perbankan di dalam kegiatan usahanya serta kebutuhan sehari-hari.

Prinsip kerahasiaan bank ini telah diatur di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang kemudian dirubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang menjadi acuan bagi perbankan di negara Indonesia. Jika dilihat bahwa peraturan atau norma hukum itu tidak lahir dengan sendirinya, tetapi dilatar belakangi oleh dasar-dasar filosofi yang disebut dengan asas hukum. Sehingga untuk mengerti norma hukum kita harus mengetahui asas-asas hukum itu.

Sadjipto Raharjo mengatakan bahwa barang kali tidak berlebihan apabila dikatakan asas hukum merupakan “jantungnya” peraturan hukum. Karena itu ia merupakan landasan yang luas bagi lahirnya suatu peraturan hukum. Ini berarti bahwa peraturan hukum itu pada akhirnya bisa dikembalikan kepada asas-asas hukum itu.26

Demikian juga halnya jika berbicara tentang perbankan, bahwa di dalam melaksanakan kemitraan antara bank dan nasabah, untuk terciptanya sistem

26


(34)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

perbankan yang sehat, kegiatan perbankan perlu dilandasi dengan beberapa asas

hukum (khusus), yaitu:27

1.Asas Demokrasi Ekonomi

:

Di dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dikatakan, bahwa perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Ini berarti, fungsi dan usahanya perbankan diarahkan untuk melaksanakan prinsip-prinsip yang terkandung dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan

Undang-Undang Dasar 1945.28

a. Sistem free fight liberalism yang menumbuhkan eksploitasi terhadap manusia

dan bangsa lain yang dalam sejarah di Indonesia telah menimbulkan dan mempertahankan kelemahan struktur ekonomi nasional dan posisi Indonesia dalam perekonomian dunia.

Dalam demokrasi ekonomi yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 tersebut harus dihindarkan hal-hal sebagai berikut:

b. Sistem etatisme, dalam arti bahwa negara beserta aparatur negara bersifat

dominan, mendesak, dan mematikan potensi serta daya kreasi unit-unit ekonomi di luar sektor negara.

27

Racmadi Usman, Op.cit., hal 14 28


(35)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

c. Persaingan tidak sehat serta pemusatan kekuatan ekonomi pada suatu

kelompok dalam berbagai bentuk monopoli dan monopsoni yang merugikan

masyarakat dan bertentangan dengan cita-cita keadilan sosial.29

2. Asas Kepercayaan (Fiduciary Principle)

Asas kepercayaan adalah suatu asas yang menyatakan bahwa usaha bank dilandasi oleh hubungan kepercayaan antara bank dengan nasabahnya. Bank terutama bekerja dengan dana dari masyarakat yang tersimpan padanya atas dasar kepercayaan, sehingga setiap bank perlu terus menjaga kesehatannya dengan tetap memelihara dan mempertahankan kepercayaan masyarakat padanya. Kemauan masyarakat untuk menyimpan sebagian uangnya dibank, semata-mata dilandasi oleh kepercayaan bahwa uangnya akan dapat diperoleh kembali pada waktu yang diinginkan atau sesuai dengan yang diperjanjikan dan disertai dengan imbalan. Apabila kepercayaan nasabah penyimpan dana terhadap

sustu bank telah berkurang, tidak tertutup kemungkinan akan terjadi rush

terhadap dana simpanannya.30

Sutan Remi Sjahdeini menyatakan bahwa hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan dana adalah hubungan pinjam-meminjam uang antara debitur (bank) dan kreditur (nasabah penyimpan dana). Dengan kata lain, bahwa menurut Undang-Undang Perbankan hubungan antara bank dengan nasabah penyimpan

29

Ibid., hal.16 30


(36)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

dana bukan sekedar hubungan kontraktual biasa antara debitur dan kreditur yang diliputi oleh asas-asas umum dari perjanjian, tetapi juga hubungan kepercayaan

yang diliputi asas kepercayaan.31

3. Asas kerahasiaan bank (Confidencial Principle)

Asas kerahasiaan adalah asas yang mengharuskan dan mewajibkan bank merahasiakan segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan (wajib) dirahasiakan. Kerahasiaan ini adalah untuk kepentingan bank sendiri, karena bank memerlukan kepercayaan masyarakat menyimpan uangnya di bank, dan masyarakat hanya mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila bank menjamin bahwa tidak akan ada penyalahgunaan pengetahuan bank tentang simpanannya. Dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 rahasia bank meliputi keadaan keuangan nasabah penyimpan dana dan nasabah debitur, sedangkan di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 membatasi rahasia bank hanya tentang keadaan nasabah penyimpan dana saja. Dengan

demikian bank harus memegang teguh rahasia bank.32

4. Asas kehati-hatian (Prudential Principle)

31

Ibid. 32


(37)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dinyatakan bahwa bank wajib melakukan kegiatan usaha sesuai dengan prinsip

kehati-hatian. Tujuan diberlakukannya prinsip kehati-hatian (prundential

principle) ini tidak lain adalah agar bank selalu dalam keadaan sehat, dengan kata

lain agar selalu dalam keadaan likuid dan solvent. Dengan diberlakukannya

prinsip kehati-hatian diharapkan kadar kepercayaan masyarakat terhadap perbankan tetap tinggi, sehingga masyarakat bersedia dan tidak ragu-ragu

menyimpan dananya dibank serta kepentingan nasabahnya terlindungi.33

Kata metode berasal dari kata Yunani “methods” yang berarti cara atau jalan. Sehubungan dengan upaya ilmiah, maka metode menyangkut masalah cara kerja, yaitu cara kerja untuk dapat memahami objek yang menjadi sasaran ilmu yang bersangkutan.

G. Metode Penelitian

34

33

Ibid. hal. 19 34

Kontjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, (Jakarta; Gramedia Pustaka, 1977) hal. 16

Dalam bahasa Indonesia kata metode berarti cara sistematis dan cara

terpikir secara baik untuk mencapai tujuan. Oleh Karena itu sebagai sebuah penelitian ilmiah, maka rangkaian kegiatan penelitian mulai dari pengumpulan data sampai pada analisis data dilakukan dengan memperhatikan kaedah-kaedah penelitian sebagai berikut:


(38)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian hukum normatif yang mengacu kepada penelitian hukum kepustakaan. Penelitian hukum normatif ini mempunyai sifat deskriptif analisis yaitu penelitian tentang keberadaan kerahasiaan bank sebagai wujud perlindungan nasabah, dimana penelitian ini akan menggambarkan suatu keadaan normatif.

2. Teknik Pengumpulan Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Seluruh data sekunder dikumpulkan dengan mempergunakan studi dokumen/ Studi

pustaka (Library research) untuk mendapatkan data skunder berupa

peraturan-peraturan hukum (peraturan-peraturan perundang-undangan) yakni Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang kemudian dirubah oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, peraturan-peraturan Bank Indonesia, dan peraturan-perturan lain yang berhubungan dengan perbankan khususnya mengenai rahasia bank dan perlindungan terhadap nasabah, buku pustaka, jurnal-jurnal, tulisan-tulisan yag ada didalam media cetak dan lain sebagainya


(39)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara kualitatif, maksudnya bahwa analisa ini bertolak dari usaha untuk meneliti terhadap asas hukum yang diatur di dalam bahan hukum primer dan berkembang melalui pembahasan dalam bahan sekunder.

4. Penarikan Kesimpulan

Penarikan kesimpulan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengunakan logika berpikir secara deduktif yaitu berpangkal pada kaidah-kaidah umum yang diperoleh baik hasil dari penelitian kepustakaan maupun dari hasil


(40)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

BAB II

KERAHASIAAN BANK DAN NASABAH

A. Rahasia Bank

1. Pengertian Rahasia Bank

Pada dasarnya bank menjalankan prinsip kepercayaan yang diberikan oleh penyimpan dana untuk menjaga kerahasiaan rekening nasabahnya. Oleh karena hubungan bank dan nasabah adalah bersifat kerahasiaan, hal ini sering disebut dengan

rahasia bank (bank secrecy). Istilah rahasia bank ini mengacu kepada hal-hal yang

berhubungan dengan interaksi antara bank dengan nasabahnya. Nasabah tentu tidak mengharapkan bank untuk memberitahu pihak ketiga tentang keadaan keuangan nasabah tersebut.

Kerahasiaan informasi yang lahir dalam kegiatan perbankan ini pada dasarnya lebih banyak untuk kepentingan bank itu sendiri, karena sebagai lembaga keuangan, kepercayaan adalah keutamaan dalam melaksanakan kegiatannya. Untuk menjamin


(41)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

hal itu, pemerintah telah menjamin hak-hak nasabah dengan undang-undang, yaitu Undang-Undang Perbankan.

Pada mulanya Bank muncul dan berkembang dari kegiatan tukar-menukar yang dikenal sejak zaman purbakala di Athena, dan Romawi. Pada zaman itu, di

Athena orang yang menjalankan tugas tukar-menukar uang dinamakan trapezites

(orang dihadapan meja) atau argentarius di Romawi. Selain melakukan tugas

tukar-menukar uang mereka juga menjalankan tugas menyimpan serta meminjamkan uang bagi mereka yang memerlukan. Usaha tukar-menukar dan simpan-pinjam ini menjadi lebih berkembang pada akhir abad pertengahan. Hal ini disebabkan karena perkembangan usaha-usaha perdagangan di Eropa serta timbulnya berbagai mata uang yang dimiliki oleh beberapa negara. Khusus dalam tugas peminjaman uang dilakukan oleh orang-orang Yahudi, kemudian diikuti oleh orang-orang Italia yang

berasal dari Lombardia. 35

Sejak 4000 tahun yang lalu di Babylonia, kerahasiaan bank sebagai suatu

kelaziman telah dipraktekkan sebagaimana tercantum dalam Code of Hamourabi.

Begitu juga pada Kerajaan Romawi Kuno, hal yang menyangkut hubungan antara nasabah dan perbankan sudah diatur, termasuk di dalamnya kerahasiaan bank. Sejarah mencatat pula aturan tentang pelarangan-pelarangan yang berkaitan tentang

35

C.S.T Kansil dan Christine Kansil, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang Indonesia, (Jakarta: Penerbit Sinar Grafika Offset, 2002) hal 245


(42)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

bank termaktum dalam ketentuan Banco Ambrosiano di Milano-Italia pada tahun

1593. Bank-bank yang melanggar ketentuan rahasia bank, ijin usahanya dapat

dicabut.36

Di Indonesia pengaturan rahasia bank untuk pertama kali dilakukan pada tahun 1960 dengan keluarnya Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) Nomor. 23 Tahun 1960 tentang Rahasia Bank. Pengaturan rahasia bank selanjutnya mengalami perubahan dari waktu ke waktu yang dapat dikelompokkan menjadi dua bagian:

37

1. Pengertian rahasia bank meliputi keterangan-keterangan mengenai keadaan

keuangan dan lain-lain dari segala macam nasabah yang hanya menggunakan jasa bank. Pengertian ini sangat luas meliputi segala sesuatu yang berkaitan dengan nasabah dan diterapkan dalam ketentuan yang berlaku dari tahun 1960 sampai tanggal 10 November 1998 dengan lahirnya Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 1998;

2. Pengertian rahasia bank yang hanya meliputi keterangan mengenai nasabah

penyimpan dana dan simpanannya saja. Pengertian ini sangat terbatas dan berlaku sejak 10 November 1998 dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.

36

Yunus Husein. 1, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, (Jakarta: Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003) hal 133

37


(43)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Pengertian rahasia bank dalam Undang-Undang Nomor. 7 Tahun 1992 yang dimuat Pasal 1 ayat 16 mengatakan bahwa Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan dan lain-lain dari nasabah bank yang menurut kelaziman dunia perbankan wajib dirahasiakan. Pengertian ini kemudian diubah dengan pengertian baru oleh Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 yang mengatakan bahwa Rahasia Bank adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan

ketentuan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya.38

2. Sifat Rahasia Bank

Mengenai sifat rahasia bank, ada dua teori yang dapat dikemukakan, yaitu

teori yang mengatakan rahasia bank yang bersifat mutlak (absolute theory) dan yang

mengatakan bersifat relatif (relative theory). Kedua teori ini masing-masing

berpegang pada alasan atau argumentasinya. Adapun dua teori mengenai kekuatan berlakunya asas rahasia bank, yaitu:

a. Teori Mutlak (Absolute Theory)

Menurut teori ini, Rahasia Bank bersifat mutlak . Semua keterangan mengenai nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan tanpa pengecualian dan pembatasan. Dengan alasan apa pun dan oleh siapapun

38

Sentosa Sembiring. 1, Himpunan Lengkap Undang-Undang tentang Perbankan disertai peraturan perundang-undangan yang terkait,(Bandung: Penerbit Nuansa Aulia, 2006) hal 16.


(44)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

kerahasiaan mengenai nasabah dan keuangannya tidak boleh dibuka (diungkapkan). Apabila terjadi pelanggaran terhadap kerahasiaan tersebut, bank yang bersangkutan harus bertanggung jawab atas segala akibat yang ditimbulkannya.

Keberatan terhadap teori mutlak adalah terlalu individulis, artinya hanya mementingkan hak Individu (perseorangan). Di samping itu, teori mutlak juga bertentangan dengan kepentingan negara atau masyarakat banyak dikesampingkan oleh kepentingan individu yang merugikan Negara atau masyarakat banyak. Teori mutlak ini terutama dianut di Negara Swiss sejak tahun

1934.39 Sifat mutlak rahasia bank tidak dapat diterobos dengan alasan apapun.

Hal ini dapat dilihat di dalam Undang-Undang Pemerintah Swiss No. 47

mengenai “Perbankan dan bank Tabungan” November 1934.40

39

Abdulkadir Muhamad dan Rilda Murniati, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti,2004) hal 77.

40

Undang-Undang Pemerintah Swiss Nomor 47 mengenai “Perbankan dan Bank Tabungan” November 1934, menyatakan bahwa:

Dengan demikian, para koruptor atau pedagang narkotika kelas kakap didunia merasa aman menyimpan uang hasil kejahatannya di bank-bank Swiss. Salah satu contoh

1. Barang siapa sebagai badan, pegawai, pelaksana, likuidator, atau komisi sebuah bank, sebagai pengawat komisi bank, sebagai organ, atau pegawai dari bagian revisi yang diakui atau yang menerima tugas ini membuka rahasia yang dipercayakan kepadanya atau barang siapa yang melanggar rahasia pekerjaan/ profesi, akan didenda hukuman kurungan selama enam bulan atau denda sampai 50.000 farnc.

2. Jika itu merupakan kecerobohan si pelaku, maka ia dikenakan denda sebesar 30.000 franc 3. Pelaku pelanggaran rahasia bank akan dikenakan hukuman juga, meskipun masa jabatannya atau

masa dinasnya telah berakhir.

4. Keterangan hanya dapat diberikan berdasarkan Kanton (Negara bagian) dan dibawah sumpah mengenai kewajiban memberikan keterangan kepda yang berwajib.


(45)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

pelaku yang memanfaatkan teori mutlak tentang kerahasiaan bank di bank-bank Swiss adalah mantan Presiden Ferdinand Marcos dari Filipina, dan gembong narkotika Dennis Levine.

Ketatnya rahasia bank dilaksanakan di Swiss, mengakibatkan beberapa Negara tidak dapat menjangkau uang hasil kejahatan warga negaranya yang merugikan Negara atau masyarakat banyak, yang disimpan di bank-bank Swiss. Oleh karena itu, teori mutlak yang dianut oleh Negara Swiss mendapat reaksi keras dari beberapa negara yang kepentingannya dirugikan. Sebagai contoh adalah kasus gugatan pemerintah Amerika Serikat melalui Stock Exchange Commission (SEC) kepada sejumlah bank di Swiss sehubungan dengan penampungan dana hasil

insider trading yang disimpan di beberapa bank di Swiss, Agar bank-bank yang bersangkutan membuka rahasia keuangan nasabahnya.

Ternyata rahasia bank yang bersifat mutlak itu dapat dikompromikan. Sifat mutlak ini ditinggalkan oleh bank-bank di Swiss sejak tahun 1991 dengan menghapuskan nama samaran dari kode rekening nasabah yang terkenal dengan “Formulir B”, yang harus diganti dengan nama aslinya melalui pendaftaran ulang. Jika para nasabah yang bersangkutan tidak mendaftar ulang, mereka harus

menutup rekeningnya. 41

b. Teori Relatif (Relative Theory)

41


(46)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Menurut teori ini, rahasia bank bersifat relatif (terbatas). Semua keterangan mengenai nasabah dan keuangannya yang tercatat di bank wajib dirahasiakan. Namun bila ada alasan yang dapat dibenarkan oleh undang-undang, rahasia bank mengenai keuangan nasabah yang bersangkutan boleh dibuka (diungkapkan) kepada pejabat yang berwenang, misalnya pejabat perpajakan, pejabat penyidik tindak pidana ekonomi.

Keberatan terhadap teori relatif adalah rahasia bank masih dapat dijadikan perlindungan bagi pemilik dana yang tidak halal, yang kebetulan tidak terjangkau

oleh aparat penegak hukum (law enforcer) karena tidak terkena penyidikan.

Dengan demikian, dana tetap aman. Tetapi teori relatif sesuai dengan rasa

keadilan (sense of justice), artinya kepentingan negara atau kepentingan

masyarakat tidak dikesampingkan begitu saja. Apabila ada alasan dan sesuai dengan prosedur hukum maka rahasia keuangan nasabah boleh dibuka (diungkapkan). Dengan demikian, teori relatif melindungi kepentingan semua pihak, baik individu, masyarakat, ataupun negara. Teori relatif dianut oleh negara-negara pada umumnya antara lain Amerika Serikat, Belanda, Malaysia, Singapura, Indonesia. Rahasia bank yang berdasarkan teori relatif diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana yang telah diubah oleh

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan.42

42

Abdulkadir Muhamad dan Rilda Murniati, Loc.cit, hal 78


(47)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

B. Penerapan Rahasia Bank di Indonesia Ketentuan Hukum Rahasia Bank

Berdasarkan penelitian kepustakaan tidak ditemui adanya peraturan perundang-undangan Indonesia yang mengatur masalah rahasia bank sebelum tahun 1960. Walaupun demikian terdapat pendapat yang menyatakan bahwa sesuai dengan prinsip konkordansi, maka ketentuan rahasia bank yang ada di negeri Belanda sebagai negeri yang menjajah Indonesia dapat diberlakukan di Indonesia sebagai negeri jajahannya. Setelah merdeka, peraturan dari negeri Belanda tersebut berdasarkan ketentuan Pasal II Aturan Peralihan Undang-undang Dasar 1945 yang mengatakan bahwa masih berlaku sampai diadakannya ketentuan mengenai masalah rahasia bank ini.

Sebelum tahun 1964 diketahui bahwa di Negeri Belanda tidak memiliki undang-undang atau ketentuan tertulis lainnya yang mengatur tentang kewajiban bank untuk merahasiakan keterangan tentang nasabahnya, Tetapi ditahun1964 Asosiasi Perbankan Belanda membuat suatu ketentuan mengenai rahasia bank ini dimana

bank memiliki kewajiban bank untuk merahasiakan itu didasarkan pada “General

Conditions” yang disusun oleh Asosiasi Perbankan Belanda.43

43


(48)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Sebelum tahun 1960 jumlah bank tidak banyak dan kesadaran masyarakat

untuk menggunakan jasa bank (bank mindedness) dan usaha bank begitu maju, lagi

pula masalah rahasia bank ini belum menonjol, sehingga belum memerlukan pengaturan secara tertulis. Kekosongan pengaturan rahasia bank tersebut diisi dengan kelaziman yang berlaku, dan demikian pula halnya dengan perjanjian antara bank dan nasabah. Pada priode sebelum tahun 1960 ini ditemukan adanya masalah rahasia bank antara tahun 1857-1858. Pada waktu itu, Kantor besar jawatan pajak (sebelum bernama Direktorat Jenderal Pajak) mengeluarkan ketentuan mengenai keharusan setiap bank untuk melaporkan kegiatan bank dengan nasabahnya kepada Kantor Inspeksi Keuangan (nama kantor daerah sebagai pelaksana dari instansi perpajakan pusat yang sejak tahun 1970 bernama Inspeksi Pajak). Kewajiban tersebut menggoyahkan usaha perbankan karena banyaknya penarikan dana dari bank oleh nasabah. Sebahagian dari nasabah bank tersebut ketakutan karena dengan adanya ketentuan tersebut maka semua simpanan mereka akan diketahui oleh petugas pajak

(fiskus).44

“Bank tidak boleh memberikan keterangan tentang keadaan keuangan langganannya yang tercatat padanya dan hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut Oleh sebab itulah maka di dalam Pasal 2 Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) Nomor 23 Tahun 1960 dibuat ketentuan berikut:

44


(49)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal yang ditentukan pada Pasal 3 yang mengatakan bahwa :

1. Menteri Keuangan atas permintaan tertulis dari Kepala Jawatan Pajak berwenang

untuk memerintahkan kepada bank, supaya memberikan keterangan-keterangan dan memperlihatkan buku-buku, bukti-bukti tertulis atau surat-surat kepada pejabat pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 Ordonansi Pajak Pendapatan 1944, Pasal 54a Ordonansi Pajak Kekayaan 1932, Pasal 43a Ordonansi Pajak Perseroan 1925, Pasal 16 Peraturan Pajak Deviden 1959. Permintaan tersebut di atas harus menyebutkan wajib pajak yang dikehendaki keterangannya.

2. Permintaan tertulis tersebut di atas harus menyebutkan wajib pajak yang

dikehendaki keterangannya.

3. Untuk kepentingan peradilan dalam perkara tindak pidana Menteri Pertama dapat

member izin kepada Jaksa/ Hakim untuk meminta kepada bank keterangan tentang keadaan keuangan tersangka/ terdakwa.

Izin diberikan secara tertulis atas permintaan Jaksa Agung apabila yang memerlukan keterangan adalah jaksa, dan atas permintaan Ketua Mahkamah Agung apabila hakim yang memerlukan keterangan-keterangan itu.

Apabila yang memerlukan keterangan adalah jaksa, maka harus disebutkan nama tersangka sebab-sebab keterangan diminta dan hubungan antara pidana


(50)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

yang bersangkutan dengan keterangan-keterangan yang diminta”. Peraturan ini”.45

Ketentuan rahasia bank yang berlaku di Indonesia sekarang ini, merupakan bagian dari ketentuan Undang-Undang Nomor 7 Tahun1992 sebagaimana yang telah diubah oleh Undang-undang nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, begitu juga pada Undang-undang Perbankan sebelumnya yaitu Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan, pada bab VII, yaitu dalam Pasal 36 dan Pasal 37

46

1. Keadaan keuangan nasabah yang tercatat padanya, ialah keadaan mengenai

keuangan yang tercatat pada bank yang meliputi segala simpanan yang tercantum dalam semua pos-pos pasiva, dan segala pos-pos aktiva yang merupakan pemberian kredit dalam pelbagai macam bentuk kepada yang bersangkutan.

. Ketentuan rahasia bank tersebut pada masa Undang-Undang Perbankan Tahun 1967 ini dilengkapi dengan penafsiran yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia yang dituangkan dalam Surat Edaran Bank Indonesia Nomor2/337/UPPB/PbB, tanggal 11 September 1969 Penafsiran tentang pengertian rahasia bank yang mengatakan sebagai berikut:

2. Hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia

perbankan, ialah segala keterangan orang, dan badan yang diketahui oleh bank

45

Lihat Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (PERPU) Nomor 23 tahun 1960. 46

Thomas Suyatno,dkk Kelembagaan Perbankan. cetakan ketiga, (Jakarta: Penerbit PT.SUN, 2005) hal 104.


(51)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

karena kegiatan usahanya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 23

Undang-Undang No 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan.47

Pada masa berlakunya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan, pemeriksaan pajak terhadap wajib pajak lembaga keuangan tidak dapat dilakukan secara tuntas hal ini disebabkan karena penegasan Direktur Jenderal Pajak dengan Surat Edaran Nomor SE-31/PJ.7/1990 tertanggal 7 Desember 1990 perihal pemeriksaan terhadap bank. Surat ini pada intinya mengatakan bahwa ketentuan pemeriksaan terhadap bank sebagai wajib pajak, dimana di dalam pemeriksaan pajak tidak diperkenankan untuk memeriksa catatan dan dokumen mengenai rekening para nasabah bank yang bersangkutan, khusus mengenai:

1. Perkembangan Deposito, tabungan, rekening giro, dan rekening lainnya dari

para nasabah;

2. Rincian bunga yang diterima dan atau yang dibayarkan oleh bank.

Setelah lahirnya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, maka peraturan sebelumnya dinyatakan tidak berlaku lagi, begitu pula dengan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1967 tentang Pokok-pokok Perbankan dinyatakan tidak berlaku lagi. Ketentuan mengenai rahasia bank pada Undang-Undang Nomor 7

47

Muhamad Djumhana. 2, Rahasia Bank Ketentuan dan Penerapannya di Indonesia, (Bandung: Penerbit PT. Citra Aditya Bakti. 1996) hal 137


(52)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Tahun 1992 tentang Perbankan merupakan penyempurnaan, meskipun kenyataannya masih belum terwujud dengan baik.

Dari ketentuan yang ada di dalam Undang-Undang nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ternyata dirasakan belum jelas dan rinci, apa dan bagaimana kerahasiaan bank yang sesuai dengan kondisi hukum dan perkembangan perbankan Indonesia. Hal tersebut dirasakan karena belum adanya peraturan pelaksana lainnya seperti peraturan pemerintah mengenai kerahasiaan bank. Adanya keadaan belum lengkapnya peraturan perundang-undangan yang mengatur kerahasiaan bank serta belum jelasnya ketentuan rahasia bank pada perundang-undangan ada, lebih memungkinkan lagi digunakannya cara penafsiran perundang-undangan.

Setelah keluarnnya Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan masalah kerahasiaan bank dianggap telah lebih baik dan jelas dari pada ketentuan

yang terdapat didalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 48

Secara Sosiologis dapat dikatakan bahwa tidak ada peraturan tertulis yang sempurna dan jelas bila dihadapkan dengan penerapannya pada kehidupan nyata. Selesainya suatu pembuatan peraturan bukan akhir dari segalanya, tetapi awal

Penerapan Ketentuan Rahasia Bank

48


(53)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

permulaan dari suatu proses yang lain, yang bisa jauh lebih panjang. Hal utama yang akan dihadapi adalah kerumitan dalam penegakannya, dan keadaan itu tidak pernah

berlangsung seperti garis lurus.49

Suatu ketentuan yang tertuang dalam peraturan tidak selalu dapat secara cepat diketahui maksudnya, tetapi meskipun demikian suatu ketentuan tidak bisa karena belum jelasnya maksud ketentuan tersebut, maka penerapannya ditunda menunggu petunjuk pelaksananya dan petunjuk tekniknya. Ketentuan dari peraturan perundang-undangan harus dilaksanakan penuh bila telah diumumkan dalam lembaran negara.

50

1. Teori Penafsiran Perundang-undangan

Demikian juga halnya dengan ketentuan mengenai rahasia bank yang tercantum dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, meskipun belum jelas dan belum ada peraturan pelaksananya, itu tidaklah harus menghambat untuk diterapkan dalam kondisi sekarang ini. Kondisi demikian dapat diatasi dengan jalan usaha penafsiran atas ketentuan tersebut.

Ada dua macam teori penafsiran perundangan-undangan, yaitu:

49

Y.H. Laoly, Diktat Pengantar Ilmu Hukum (Sari Kuliah), (Medan: Penerbit, Universitas HKBP Nommensen, 1984), hal. 10

50


(54)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Menurut Fitzgerald, salah satu sifat yang melekat pada perundang-undangan, atau hukum tertulis adalah sifat otoritatif dari rumusan-rumusan peraturannya. Namun demikian, pengutaraan dalam bentuk tertulis itu sesungguhnya hanyalah bentuk saja dari usaha untuk menyampaikan suatu idea atau pikiran. Sehubungan dengan demikian orang menyebutnya adanya “semangat” dari suatu peraturan sehingga perlu usaha untuk mengali semangat tersebut dan hal itu biasa dilakukan oleh kekuasaan pengadilan untuk membentuk interpretasi atau

konstruksi.51

Pembuatan konstruksi dan interpretasi ini oleh Radbruch Zu-Ende-Denken eines

Gedachten yaitu suatu usaha untuk mencari dengan sungguh-sungguh apa yang

sebenarnya dipikirkan oleh pembuat undang-undang (law making). Proses

Zu-Ende-Denken tersebut tidak hanya dilakukan oleh hakim atau siapa saja yang pada suatu waktu melakukan interpretasi itu, melainkan juga merupakan hasil dari interaksi dengan masyarakat tempat keputusan itu diterapkan, oleh Scholten

disebut sebagai unsur konsekuensi terhadap masyarakatnya.52

Selanjutnya Fitzgerald menyebutkan bahwa interpretasi secara garis besar dibedakan kedalam interpretasi harafiah, dan fungsional. Interpretasi harafiah semata-mata menggunakan kalimat-kalimat dari peraturan sebagai peganganya, ia tidak keluar dari literal egis. Sedangkan interpretasi fungsional sebagai

51

Sadjipto Raharjo, Hukum dan Perubahan Sosial, Cetakan Pertama, (Bandung: Penerbit Alumni, 1986), hal. 123-124.

52


(55)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

interpretasi bebas yang tidak mengikatkan diri sepenuhnya kepada kalimat dan kata-kata peraturan, melainkan mencoba untuk memahami maksud sebenarnya dari suatu peraturan dengan menggunakan sumber lain yang dianggap bisa

memberikan kejelasan yang lebih memuaskan.53

Interpretasi hukum secara harafiah, yaitu merupakan penafsiran dalam kerangka kebahasaan, pengertian dari peraturan ditarik dengan menggunakan norma-norma yang dipakai dalam tata bahasa pada umumnya. Scholten juga memberikan tempat yang penting kepada segi bahasa dan tata bahasa. Interpretasi itu dimulai dari bahasa dan diakhiri olehnya pula, yaitu berupa pengujian hasil yang ditemukan terhadap rumusan yang dipakai. Tetapi bagaimana pun, penggunaan kata-kata itu tidak boleh diberi arti tersendiri, melainkan dalam hubungannya dengan kenyataan sesungguhnya yang dapat kita amati pada kenyataan sehari-hari ataupun pada apa yang dipikirkan oleh orang

yang melakukan penafsiran itu sendiri.54

Penafsiran secara sistematis melihat makna dari kalimat/perkataan yang dipakai dalam perundang-undangan tidak hanya ditentukan secara eksklusif melainkan

dilihat pula secara konteks yang luas, sesuai pepatah hukum, noscitur a socis,

yaitu suatu perkataan harus dinilai dari ikatannya dalam perkumpulannya. Kumpulan yang mengiringi ini bisa berupa ikatannya dengan suatu bagian dalam

53

Ibid, hal. 138 54


(56)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

perundang-undangan, keseluruhan dari peraturan bersangkutan atau juga

keseluruhan dari perundang-undangan itu sendiri.55

2. Penafsiran dan pendapat para ahli serta peraturan tentang rahasia bank

Penafsiran oleh para ahli baik dari kalangan hukum atas suatu ketentuan, adalah sebagai usaha untuk mencari dengan sungguh-sungguh apa yang sebenarnya

dipikirkan oleh pembuat undang-undang (law maker). Mungkin hasil itu adalah

hal-hal yang memang terpikirkan oleh pembuat undang-undang pada waktu itu,

atau tetapi mungkin juga tidak bahkan merupakan hal yang baru.56

Penafsiran merupakan usaha untuk mengisi kekosongan terhadap suatu ketentuan yang masih belum sempurna. Di balik itu pula mengandung konsekuensi kemungkinan terjadinya penyalahgunaan atas ketentuan tersebut dengan menafsirkannya sesuai dengan kepentingannya. Hal tersebut tidak jarang terjadi, yaitu suatu ketentuan perundang-undangan dijadikan perisai sebagai pelindung

orang yang berbuat, dan beritikad tidak baik.57

55

Ibid, hal. 138. 56

Yudha Bhakti Ardhiwisastra, Penafsiran dan Konstruksi Hukum , (Bandung: Penerbit Alumni, 2000) hal. 9

57

Ibid, hal. 13

Rumusan tentang rahasia bank ditafsirkan absolut, maksudnya segala informasi yang menyangkut nasabah tidak boleh terbuka untuk masyarakat, keadaan inilah dijadikan bekal oleh debitur nakal dengan berlindung pada kerahasiaan bank untuk berbuat melanggar hukum, misalnya menyalahgunakan kredit yang diperolehnya.


(57)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Hal demikian mengakibatkan terjadinya penerapan yang tidak sempurna, ketidak sempurnaan tersebut terlihat dengan kesan berkembangnya pendapat bahwa pasal tersebut terlalu berpihak kepada nasabah khususnya debitur tertentu, sehingga terlalu berlebihan yang akibatnya untuk kepentingan umum pun yang termasuk

rahasia bank tidak leluasa diungkap.58

1. Surat Menteri Keuangan Nomor R-25/MK/IV/7/1969 (Rahasia) tertanggal

24-7-1969;

Pada kurun waktu tahun 1969 pemerintah telah tiga kali mengeluarkan penafsiran resmi tentang Rahasia Bank seperti yang tertuang dalam:

2. Surat Menteri Keuangan Nomor R-29/MK/IV/1969 (Rahasia) tertanggal

3-9-1969;

3. Surat Edaran Bank Indonesia No.2/377/UPPB/Pb.B tanggal 11-9-1969;

Dalam surat-surat tersebut pada dasarnya menjelaskan kata-kata “hal-hal lain yang harus dirahasiakan oleh Bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan” antara lain:

1. Pemberian pelayanan dan jasa dalam lalu lintas uang, baik dalam maupun luar

negeri;

2. Mendiskontokan dan jual-beli surat-surat berharga;

58

Edward W Reed dan Edwaard K. Gill, Bank Umum cetakan keempat , (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 1995) hal. 37


(58)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

3. Pemberian kredit.59

Ketentuan mengenai rahasia bank dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan diatur pada Bab VII dari Pasal 40 sampai dengan Pasal 45, sedangkan di dalam undang-undang perbankan yang berlaku saat ini yaitu Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 yang merupakan perubahan terhadap Undang-Undang-undang tentang perbankan sebelumnya yakni Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 diatur dalam Pasal 40 sampai dengan Pasal 45.

Adapun Pasal yang mengatur tentang rahasia bank dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah sebagai berikut:

Pasal 40 berbunyi:

1. Bank dilarang memberikan keterangan yang tercatat pada bank tentang keadaan

keuangan dan hal lain-lain dari nasabahnya, yang wajib dirahasiakan oleh bank menurut kelaziman dalam dunia perbankan, kecuali dalam hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44.

2. Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berlaku pula bagi pihak

terafiliasi.

59

Rasjim Wiraatmaja, Ketentuan Baru Rahasia Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 serta dampaknya terhadap perbankan di Indonesia dan kejahatan ekonomi, Jurnal Hukum Bisnis, Vol. 8, 1999, hal. 18


(59)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Di dalam penjelasan Pasal 40 khususnya pada ayat (1) dikatakan bahwa dalam hubungan ini yang menurut kelaziman wajib dirahasiakan oleh bank adalah seluruh data dan informasi mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan keuangan, dan hal lain-lain dari orang, dan badan yang diketahui oleh bank karena kegiatan usahanya. Kerahasiaan ini diperlukan untuk kepentingan bank sendiri yang memerlukan kepercayaan masyarakat yang menyimpan uangnya di bank. Masyarakat hanya akan mempercayakan uangnya pada bank atau memanfaatkan jasa bank apabila dari bank ada jaminan bahwa pengetahuan bank tentang simpanan dan keadaan keuangan nasabah tidak disalahgunakan. Dengan adanya ketentuan tersebut ditegaskan bahwa bank harus memegang teguh rahasia bank. Walaupun demikian pemberian data dan informasi kepada pihak lain dimungkinkan, yaitu berdasarkan

Pasal 41, Pasal 42, Pasal 43, dan Pasal 44. 60

Kenyataan yang ada dan di hadapi saat ini, ternyata menunjukkan belum dapatnya ketentuan rahasia bank yang ada untuk menjawab secara tuntas dan tepat

Dari ketentuan rahasia bank tersebut, kalangan teoritisi dan praktisi masih banyak mempertanyakan apa yang dimaksud sebenarnya rahasia bank. Kerahasiaan bank karenanya harus diberi penjelasan lebih lanjut agar bank ataupun oknum-oknum tertentu tidak berlindung di balik pasal itu. Masalah di atas adalah sebagian dari persoalan yang timbul sekitar kerahasiaan bank.

60


(1)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

tentang penyimpan dan simpanannya harus dirahasiakan. Dengan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

2. Untuk melindungi nasabah pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia sebagai bank pengawas menerbitkan peraturan-peraturan yang berhubungan dengan prinsip mengenal nasabah (know your customer principle) ini, guna melindungi nasabah dan juga bank dari tindak kejahatan perbankan dan mengantisipasi terjadinya transaksi mencurigakan yang berhubungan dengan tindak pidana pencucian uang (Money Laundering).

Bahwa terdapat hubungan antara prinsip mengenal nasabah (know your

customer principle) dengan prinsip rahasia bank.

3. Penyebab yang dominan mengenai munculnya kasus rahasia bank adalah karena pengaturan rahasia yang masih kurang lengkap, sehingga kurang memberikan kepastian hukum bagi pihak-pihak yang terkait. Ketidak pastian ini dapat menimbulkan berbagai macam masalah, apabila tidak diatasi dapat menimbulkan inefisiensi terhadap ketentuan rahasia bank. Dari aspek sanksi hukum terhadap pelanggaran prinsip rahasia bank sangat berat, hal ini dapat dilihat dari Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 khususnya dari Pasal 41, 41 A, 42, 43, 44 A (1), 44 A (2), dimana hukuman bagi pelanggar prinsip rahasia bank ini bersifat Kumulatif (penjara dan denda ) dan bukan hukuman denda.


(2)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Kerahasiaan bank yang dianut di Indonesia adalah menganut teori relatif

(relative theory), dimana teori ini membolehkan bahwa kerahasiaan bank dapat

dibuka (diungkap) untuk kepentingan umum dan pribadi seperti: Untuk kepentingan perpajakan, untuk kepentingan piutang bank, untuk kepentingan pemeriksaan pidana, untuk kepentingan pemeriksaan perdata, untuk kepentingan tukar-menukar informasi antar bank serta untuk kepentingan kewarisan.

B. Saran

1. Dimasa yang akan datang, ijin membuka rahasia bank seharusnya diberikan oleh pengadilan, bukan oleh Gubernur Bank Indonesia karena Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah negara hukum. Hal ini untuk menghindari kejanggalan apabila menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998, Ketua Mahkamah Agung mengajukan permohonan membuka rahasia bank kepada Gubernur Bank Indonesia.

2. Perlu adanya pembahasan masalah rahasia bank karena adanya

kecendrungan pemanfaatan ketentuan rahasia bank yang tidak diatur secara baik sehingga digunakan oleh pihak-pihak tertentu untuk kepentingannya sehingga merugikan pihak lain. Selain itu juga kasus-kasus pelanggaran


(3)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

terhadap rahasia bank ini cendrung diselesaikan secara perdata. Padahal pelanggaran terhadap kejahatan ini adalah perbuatan pidana.

3. Kedepan perlu dibuat suatu ketentuan yang baku setingkat undang-undang mengenai rahasia bank sehingga dapat memberikan kepastian hukum tentang rahasia bank sehingga nasabah dan bank tidak dirugikan

DAFTAR PUSTAKA

A. Buku-buku

Ardhi Wirasastra Yudha Bhakti, Penafsiran Konstruksi Hukum, Jakarta: Penerbit Alumni, 2000.

Asikin Zainal, Pokok-pokok Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Djumhana Muhamad, Rahasia Bank Ketentuan dan Penerapannya di Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 1996.

Djumhana Muhamad, Hukum Perbankan di Indonesia, Bandung: PT. Cipta Aditya Bhakti, 2003.

Djumhana Muhamad, Asas-asas Hukum Perbankan Indonesia, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 2008

Fuady Munir, Hukum Perbankan Modern Berdasarkan Undang-Undang Nomor

10 Tahun 1998, Buku Kesatu, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 1999.

Husein Yunus, Rahasia Bank Privasi Versus Kepentingan Umum, Bandung: Program Pasca Sarjana Fakultas Hukum Universitas Indonesia, 2003. Kansil C.S.T, Kansil Christine, Pokok-pokok Pengetahuan Hukum Dagang


(4)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka, 1977.

Laoly Y.H, Pengantar Ilmu Hukum (Sari Kuliah), Medan: Universitas HKBP Nommensen, 1984.

Muhamad Abdul kadir, Murniati Rilda, Lembaga Keuangan dan Pembiayaan, Bandung: PT. Citra Aditya Bhakti, 2004.

Nasution Bismar, Rejim Anti Money Laundering di Indonesia, Bandung: PT. Books Terrace and Library, 2005.

Pramono Nindyo, Bunga Rampai Hukum Bisnis Aktual, Bandung: PT. Citra Adtya Bhakti, 2006

Pudjomuljono Teguh, Analisis Laporan Keuangan Untuk Perbankan, Bandung: PT. Jambatan, 1992

Raharjo Sadjipto, Hukum dan Perubahan sosial, Cetakan Pertama, Bandung: Penerbit Alumni, 1996.

Reed W. Edward, Gill K. Edward, Bank Umum, Cetakan Keempat, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 1995.

Sembiring Sentosa, Himpunan Lengkap Undang-undang Tentang Perbankan

Disertai Peraturan Perundang-undangan yang terkait, Bandung: PT.

Nuansa Aulia, 2006.

Sembiring Sentosa, Hukum Perbankan Modern, Bandung: PT. Nuansa Aulia, 2006.

Sembiring Sentosa, Hukum Perbankan, Cetakan Kedua, Bandung: CV. Mandar Madju, 2006.

Siahaan Nomy Horas Thombang, Pencucian Uang dan Kejahatan Perbankan.

Edisi Revisi, Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan, 2005.

Sitompul Zulkarnaen, Perlindungan Dana Nasabah Bank Suatu Gagasan

Tentang Pendirian Lembaga Penjamin Simpanan di Indonesia, Jakarta:


(5)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Sitompul Zulkarnaen, Problematika Perbankan, Bandung: PT. Books Terrace and Library, 2005

Soekamto Soerjono, Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, Jakarta: PT. Radjawali Press, 1999.

Subekti R, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, Jakarta: Negara Pradja Paramitha, 1960

Susilo Y. Sri, Triandanu Sigit, Budi Santoso A. Totok, Bank dan Lembaga

Keuangan Lain, Jakarta: PT. Salemba Empat, 2000.

Suyatno Thomas, dkk, Kelembagaan Perbankan, Cetakan ketiga, Jakarta: PT. SUN, 2005.

Usman Rachmadi, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia, Jakarta: PT. Gramedia Pustama Utama, 2001.

Widiyono Try, Aspek Hukum Operasional Transaksi Produk Perbankan di

Indonesia, Bogor: PT. Ghalia Indonesia, 2006.

Zoelva Hamdan, Himpunan Perundang-undangan Mahkamah Agung dan

Amandemen Undang-Undang Dasar 1945, Jakarta: PT. Durat Bahagia,

2004.

B. Jurnal/ Makalah

Husein Yunus, Penerapan Prinsip Mengenal Nasabah oleh Bank Dalam Rangka

Penanggulangan Kejahatan Money Laundering, JHB, Vol, 16 September

2001.

Kasim M. Ali Said, Penerapan Know Your Customer Principle di Indonesia, JHB, Vol. 16 September 2001.

Nasution Bismar, Permasalahan Hukum Dalam Kebijakan Perpajakan di

Indonesia, Makalah, Disampaikan pada Seminar Nasional “Reposisi

Keuangan Negara dan Kebijakan Perpajakan di Indonesia: Telaah Kritis

RUU Perpajakan”, yang diselenggarakan oleh Pusat Kajian Hukum dan

Kepemerintahan Yang Baik (Center for Law and Good Governance

Studies) Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Medan, tanggal 8


(6)

Agustinus Sayur Matua Purba : Menjaga Kerahasiaan Bank Sebagai Wujud Perlindungan Nasabah, 2009. USU Repository © 2009

Simbolon Robinson, Mewaspadai Pencucian Uang Melalui Pasar Modal, JHB, Vol. 16 September 2001.

Sjahdeini Sutan Remi, Rahasia Bank Berbagai masalah di Sekitarnya, Makalah ini disajikan pada seminar tentang Kerahasiaan Bank yang diselenggarakan oleh O.C. Kaligis & Associates – Advocates and Legal Consultans, pada tanggal 11 Agustus 1999 di Sahid Jaya Hotel Jakarta, JHB, Vol. 8 Tahun 1999.

Wiraatmadja Rasjim, Ketentuan Rahasia Bank Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 Serta Dampaknya Terhadap Perbankan di Indonesia dan

Kejahatan Ekonomi, JHB, Vol. 8 Tahun 1999.

C. Peraturan Perundang-undangan

Kumpulan Ketentuan Perbankan tentang Prinsip Mengenal Nasabah (Know Your Customer)

Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 Tentang Perbankan, Fokus Media, 2004 .

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2004 Tentang Mahkamah Agung.

Peraturan Pemerintah Penganti Undang-undang Nomor 23 Tahun 1960 Tentang Rahasia Bank.

D. Website

Http// www.Bank Mandiri.co.id. Http// pikiran rakyat.com.

Http// yunushusein,wordpress.com Http// hukumonline.com