UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU BAHASA INDONESIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK MODEL ILMIAH DI SMP KABUPATEN SERDANG BEDAGAI.

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KINERJA GURU BAHASA

INDONESIA MELALUI SUPERVISI AKADEMIK

MODEL ILMIAH DI SMP KABUPATEN

SERDANG BEDAGAI

T E S I S

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Administrasi Pendidikan

Oleh :

EDWIN ARNANDA SARAGIH NIM. 8116 131 008

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRACT

EDWIN ARNANDA SARAGIH. NIM. 8116131008. Efforts to Improve of Indonesian Language Teacher Performance with Academic Supervision Scientific Model in the Junior School Serdang Bedagai. Thesis. Graduate Program, State University of Medan.

This study aims to determine whether the academic supervision can improve the performance of teachers in preparing lesson plans and the implementation of learning in the classroom. Subjects were Indonesian Language teacher in Serdang Bedagai with a sample size of 15 people. This type of research is action research (action research) using Action Research School (PTS). The results generally show that: (1) the academic supervision to develop the performance of teachers write lesson plan (RPP). Results Pre cycle relatively less with an average value of 55.41. Of the 15 teachers who studied in pre-cycle activity has been no (0%) of teachers who completed. The results of the first cycle is quite with an average value of 71.31. Of the 15 teachers surveyed in the first cycle of activities there are 4 teachers (26.67%) were completed in preparing the RPP and 11 teachers (73.33%) which is not yet complete. Cycle II relatively good results with an average value of 80.11. Of the 15 teachers surveyed in Cycle II activities entirely (100%) completed in preparing the RPP; and (2) the academic supervision may develop implementing teacher performance in the classroom. Results Pre cycle of 15 teachers has been no (0%) were completed with an average value of 58.32 (including less category). The results of the first cycle was obtained 5 teachers (33.33%) were completed and 10 teachers (66.67%) which is not yet complete, with an average value of 73.33 (including category enough). Cycle II results obtained entirely (100%) completed, with an average value of 84.98 (including both categories). The result showed that the performance of teachers in both formulating and implementing learning RPP will improve the quality of learning in schools.


(7)

ii ABSTRAK

EDWIN ARNANDA SARAGIH. NIM. 8116131008. Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Bahasa Indonesia Melalui Supervisi Akademik Model Ilmiah di SMP Kabupaten Serdang Bedagai. Tesis. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah supervisi akademik dapat meningkatkan kinerja guru dalam menyusun RPP dan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Subjek penelitian adalah guru Bahasa Indonesia di Kabupaten Serdang Bedagai dengan jumlah sampel sebanyak 15 orang. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan (action research) dengan menggunakan Penelitian Tindakan Sekolah (PTS). Hasil penelitian secara umum menunjukkan bahwa: (1) supervisi akademik dapat mengembangkan kinerja guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hasil Pra siklus tergolong kurang dengan rata-rata nilai 55,41. Dari 15 orang guru yang diteliti pada kegiatan pra siklus belum ada (0%) guru yang tuntas. Hasil Siklus I tergolong cukup dengan rata-rata nilai 71,31. Dari 15 orang guru yang diteliti pada kegiatan Siklus I terdapat 4 guru (26,67%) yang tuntas dalam menyusun RPP dan 11 guru (73,33%) yang belum tuntas. Hasil Siklus II tergolong baik dengan rata-rata nilai sebesar 80,11. Dari 15 orang guru yang diteliti pada kegiatan Siklus II seluruhnya (100%) tuntas dalam menyusun RPP; dan (2) supervisi akademik dapat mengembangkan kinerja guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Hasil Pra siklus dari 15 orang guru belum ada (0%) yang tuntas dengan nilai rata-rata 58,32 (termasuk kategori kurang). Hasil Siklus I diperoleh 5 guru (33,33%) yang tuntas dan 10 guru (66,67%) yang belum tuntas, dengan nilai rata-rata 73,33 (termasuk kategori cukup). Hasil Siklus II diperoleh seluruhnya (100%) tuntas, dengan nilai rata-rata 84,98 (termasuk kategori baik). Hasil penelitian diperoleh bahwa kinerja guru yang baik dalam menyusun RPP dan melaksanakan pembelajaran akan meningkatkan mutu pembelajaran di sekolah.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesisi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan. Adapun tesis ini berjudul “Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Bahasa Indonesia Melalui Supervisi Akademik Model Ilmiah di SMP Kabupaten Serdang Bedagai”

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tesisi ini dapat diselesaikan berkat bantuan, masukan-masukan serta saran dari berbagai pihak baik secara moril maupun materil. Kiranya bantuan, masukan-masukan serta saran yang diberikan akan dibalas Tuhan Yang Maha Esa.

Rasa terima kasih tiada terhingga penulis ungkapkan pada Bapak Prof. Dr. Biner Ambarita, M.Pd., sebagai Pembimbing I, Bapak Prof. Dr. Sumarno, M.Pd., sebagai Pembimbing II, yang telah begitu banyak memberikan bimbingan dan motivasi kepada penulis. Begitu juga rasa terima kasih penulis sampaikan pada Bapak Dr. Darwin, ST., M.Pd., selaku Narasumber dan Ketua Prodi Administrasi Pendidikan, dan Bapak Dr. Sukarman Purba, M.Pd., selaku Sekretaris Prodi Administrasi Pendidikan, dan Dr. H. Zulkifli Matondang, M.Si., Bapak Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd., sebagai narasumber, yang begitu banyak memberikan saranan dan masukan dalam penyelesaian tesis ini.

Tak lupa rasa terima kasih juga penulis sampaikan kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Negeri Medan, Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd., yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Prof. Dr. Bornok Sinaga, M.Pd., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan beserta staff yang banyak memberikan kontribusi dalam menyelesaikan studi penulis.

3. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Serdang Bedagai, Bapak Drs. Joni Walker Manik, M.M., yang telah memberikan izin melaksanakan penelitian.


(9)

iv

4. Kepala Sekolah SMP Negeri 1 Serba Jadi, Bapak Japiun Saragih, S.Pd., Kepala Sekolah SMP Teladan Bintang Bayu, Bapak Ahyar, S.Pd., Kepala Sekolah SMP Karya Murni Pulau Gambar, Bapak Drs. Endang S. Saragih., Pegawai dan secara khusus kepada seluruh guru yang telah bersedia membantu penulis selama penelitian.

5. Orangtua terkasih, ayahanda Ngasup Saragih dan Ibunda Teddy Erida Sarmawaty Lbn. Tobing, S.Pd, terima kasih untuk doa, pengorbanan, dan motivasi yang tak terhingga yang diberikan selama ini.

6. Saudara terkasih, adik Brigadir Polisi Benny Yuda Saragih, Nona Astri Malinda Saragih, S.Ked., Henita Saragih, S.Pd., Dessy Arinda Saragih. Terima Kasih buat pengorbanan dan motivasinya.

7. Istri Winda Arnova Lbn. Toruan, S.Si., anak Raja Pratama Saragih yang lucu. Terima kasih sudah menjadi penyemangat bagi penulis.

8. Keluarga Kakak Eva Charisma Siburian, M.Pd, Sri Lasmawanti, Dahlia, Abang Jonarta Saragih, S.Pd, Rianti Purba, yang sudah banyak membantu dan juga kawan seperjuangan.

9. Seluruh teman angkatan XX/A Prodi Administrasi Pendidikan Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan yang senantiasa dalam suka dan duka terus bekerja sama yang telah memberikan dukungan moril maupun materil pada penulis dalam menyelesaikan studi.

Akhirnya terima kasih yang tiada terhingga dan semoga Tuhan Yang Maha Kuasa senantiasa memberikan Berkat atas apa yang telah dan akan kita kerjakan. Amen.

Medan, Februari 2017 Penulis

Edwin Arnanda Saragih NIM. 8116131008


(10)

v

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRACK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 10

C. Pembatasan Masalah ... 10

D. Perumusan Masalah ... 11

E. Tujuan Penelitian ... 11

F. Manfaat Penelitian ... 11

BAB II. KAJIAN PUSTAKA, PENELITIAN YANG RELEVAN, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka ... 13

1. Kinerja Guru... 13

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja ... 18

3. Penilaian Kinerja ... 19

4. Supervisi Akademik Model Ilmiah ... 20

B. Penelitian yang Relevan ... 34

C. Kerangka Berpikir ... 35

D. Hipotesis Tindakan ... 37

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ... 38

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 38

B. Subyek Penelitian ... 38

C. Desain Perencanaan Tindakan ... 38

D. Definisi Operasional ... 40

E. Prosedur Penelitian ... 41

1. Pra Siklus ... 41

2. Siklus I ... 42

3. Siklus II ... 45

F. Validitas Data ... 51

1. Kredibilitas ... 51


(11)

vi

3. Dependabilitas ... 52

4. Konfirmabilitas ... 53

G. Teknik Analisis Data ... 53

H. Cara Pengambilan Kesimpulan ... 54

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 56

A. Pra Siklus ... 56

1. Kemampuan Menyusun Rencana Pembelajaran ... 56

2. Kemampuan Pelaksanaan Pembelajaran ... 58

B. Siklus Pertama ... 88

1. Perencanaan... 61

2. Pelaksanaan ... 61

3. Observasi dan Evaluasi ... 62

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang ... 67

C. Siklus Kedua ... 69

1. Perencanaan... 69

2. Pelaksanaan ... 69

3. Observasi dan Evaluasi ... 70

4. Refleksi dan Perencanaan Ulang ... 75

D. Temuan Penelitian ... 76

1. Kemampuan Menyusun RPP ... 76

2. Kemampuan Pelaksanaan Pembelajaran di Kelas... 78

E. Pembahasan Hasil Penelitian ... 79

1. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia ... 79

2. Proses Pembelajaran Bahasa Indonesia di Kelas ... 85

F. Keterbatasan Penelitian ... 91

BAB V. SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN ... 93

A. Simpulan ... 93

B. Implikasi ... 94

C. Saran ... 95

DAFTAR PUSTAKA ... 98


(12)

vii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

2.1 Fungsi dan Tujuan Supervisi ... 24

3.1. Daftar Jumlah Guru Bahasa Indonesia ... 38

3.2. Jadwal Penelitian Tindakan ... 40

3.3. Instrumen APKG 1 Dalam Penyusunan RPP ... 49

3.4. Instrumen APKG 2 Dalam Pelaksanaan Pembelajaran ... 50

4.1. Ketuntasan Guru Menyusun RPP Pada Pra Siklus ... 56

4.2. Aspek Kemampuan Menyusun RPP Pada Pra Siklus ... 57

4.3. Ketuntasan Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pra Siklus .... 59

4.4. Aspek Kemampuan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pra Siklus 60 4.5. Ketuntasan Guru Menyusun RPP Pada Siklus I ... 63

4.6. Aspek Kemampuan Menyusun RPP Pada Siklus I ... 63

4.7. Ketuntasan Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I ... 65

4.8. Aspek Kemampuan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus I ... 66

4.9. Ketuntasan Guru Menyusun RPP Pada Siklus II ... 71

4.10. Aspek Kemampuan Menyusun RPP Pada Siklus II ... 72

4.11. Ketuntasan Guru Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus II ... 73

4.12. Aspek Kemampuan Dalam Pelaksanaan Pembelajaran Pada Siklus II .. 74

4.13. Kemampuan Menyusun RPP Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 76

4.14. Kemampuan Pelaksanaan Pembelajaran Pada Pra Siklus, Siklus I, dan Siklus II ... 78


(13)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Peningkatan mutu pendidikan merupakan sasaran pembangunan di bidang pendidikan Nasional dan merupakan bagian integral dari upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia secara menyeluruh. Kementerian Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa strategi sosialisasi dan strategi bimbingan supervisi akademik yang telah dilaksanakan selama ini ternyata masih belum memadai, sehingga intensitas dan penguasaan materi kurang.

Peningkatan profesionalitas guru berpengaruh pada peningkatan

kualitas output SDM yang dihasilkan dalam proses pendidikan dan

pembelajaran. Kualitas pendidikan dan lulusan sering kali dipandang tergantung kepada peran guru dalam pengelolaan komponen-komponen pengajaran yang digunakan dalam proses belajar mengajar yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal tentunya guru harus memiliki dan menampilkan kompetensi yang maksimal selama proses belajar mengajar dengan menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2008 tentang guru, dinyatakan bahwa salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru adalah kompetensi profesional. Kompetensi profesional yang dimaksud dalam hal ini merupakan kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran secara luas


(14)

2

dan mendalam. Penguasaan materi secara luas dan mendalam termasuk di dalamnya penguasaan kemampuan akademik lainnya yang berperan sebagai pendukung profesionalisme guru. Kemampuan akademik tersebut antara lain, memiliki kemampuan dalam menguasai ilmu, jenjang dan jenis pendidikan yang sesuai. Guru yang memiliki kompetensi profesional harus memiliki kemampuan untuk menggali informasi kependidikan dan bidang studi dari berbagai sumber, termasuk dari sumber elektronik dan pertemuan ilmiah, serta melakukan kajian atau penelitian untuk menunjang pembelajaran yang mendidik. Jika mengacu pada empat kompetensi yang harus dikuasai guru menurut undang-undang, maka kompetensi yang sangat penting dan terkait langsung dengan tugas guru adalah kompetensi profesional.

Kompetensi profesional yang merupakan kemampuan dasar guru menurut Cooper (1984:15) terbagi empat komponen, yakni: (1) mempunyai pengetahuan tentang belajar dan tingkah laku manusia; (2) mempunyai pengetahuan dan menguasai bidang studi yang dibinanya; (3) mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri, sekolah, teman sejawat, dan bidang studi yang dibinanya; dan (4) mempunyai keterampilan dalam teknik mengajar. Menurut Lefra Cois seperti dikutip Jamal (2009:37), kompetensi merupakan kapasitas untuk melakukan sesuatu yang dihasilkan dari proses belajar. Selama proses belajar stimulus akan bergabung dengan isi memori dan menyebabkan terjadinya perubahan kapasitas untuk melakukan sesuatu. Guru memiliki tanggung jawab besar dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Untuk itu guru harus memiliki kualitas yang baik dan memadai sebagai seorang guru. Guru


(15)

3

dapat menjadi penentu bagi keberhasilan pendidikan melalui kompetensi profesionalnya. Maka meningkatkan mutu pendidikan harus memperhatikan aspek kompetensi guru menyangkut kompetensi profesional maupun kesejahteraannya.

Akan tetapi realita tentang kompetensi guru saat ini sepertinya masih sangat beragam. Komptensi guru Indonesia khususnya Sumatera Utara saat ini mendapat sorotan yang tajam karena masih adanya guru yang dianggap belum layak mengajar di jenjangnya masing-masing. Berdasarkan data dari hasil uji kompetensi awal (UKA) guru tahun 2012 untuk wilayah Sumatera utara termasuk dalam kategori rendah. Dari 33 provinsi, Sumatera utara menempati peringkat ke-25, dengan nilai rata-rata 37,4 berdasarkan hasil ujian UKA. Ini jauh di bawah rata-rata nasional yakni 42,25. UKA tahun 2012 telah dilaksanakan pada Pebruari 2012 lalu. Provinsi yang memiliki nilai rata-rata UKA tertinggi adalah Daerah Istimewa Jogjakarta dengan nilai rata-rata 50,1. Setelah Jogjakarta, provinsi yang masuk 10 besar adalah propinsi DKI Jakarta (49,2), Bali (48,9), Jawa Timur (47,1), Jawa Tengah (45,2), Jawa Barat (44,0), Kepulauan Riau (43,8), Sumatera Barat (42,7), Papua (41,1), dan Banten (41,1). Sedangkan untuk nilai tertinggi nasional adalah 97,0 dan nilai terendah adalah 1,0. Sehingga, rata-rata nasional nilai UKA 2012 ini adalah 42,25 dengan standar deviasi 12,72. Untuk terbaik kabupaten/ kota diduduki Blitar, dengan skor 56,41. Tidak satu pun kabupaten/ kota di Sumut yang masuk 10 besar terbaik. Yang ada justru masuk 10 besar terendah, yakni: Nias Selatan, dengan skor rata-rata 30,28. Yang paling rendah adalah Halmahera dengan


(16)

4

nilai 30,68. (http://www.hariansumutpos.com/-2012/03/29082/peringkat-guru-di-sumutjeblok-.htm). Hal ini tentunya akan berakibat pada penurunan kualitas SDM yang dihasilkan dari proses pendidikan.

Engkoswara (2008:126) dalam penelitiannya mengungkapkan bahwa guru profesional adalah guru yang melaksanakan tugas keguruan dengan kemampuan tinggi sebagai sumber kehidupan. Dalam menjalankan tugas profesionalnya, guru dituntut memiliki keanekaragaman kecakapan yang bersifat psikologis kognitif afektif dan psikomotor. Dalam penelitian ini ditemukan bahwa: (1) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dengan kompetensi guru; (2) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi dengan kompetensi guru; dan (3) terdapat pengaruh positif dan signifikan antara supervisi kepala sekolah dan motivasi dengan kompetensi guru.

Dalam penelitian di atas, kepala sekolah dianggap berperan dalam meningkatkan kompetensi guru karena merupakan atasan langsung guru. Kepala sekolah harus dapat menciptakan iklim kerja yang baik dan menjadi mitra guru dalam pelaksanaan supervisi pembelajaran. Pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah sangat perlu dilakukan untuk memberikan masukan kepada guru-guru dalam menjalankan tugasnya. Pelaksanaan supervisi kepala sekolah yang ideal dan sesuai dengan langkah kerja yang benar. Arikunto (2004:23) menyatakan, kegiatan pokok supervisi adalah melakukan pembinaan kepada personil sekolah pada umumnya dan guru pada khususnya, agar kualitas pembelajarannya meningkat. Sebagai dampak dari meningkatnya kualitas


(17)

5

pembelajaran, diharapkan dapat meningkat pula prestasi belajar siswa, dan hal itu berarti meningkat pula kualitas lulusan sekolah. Untuk itu pelaksanaan supervisi oleh kepala sekolah harus dilasanakan secara baik dan berkelanjutan sehingga dapat meningkatkan kompetensi profesional guru.

Dengan demikian, jelaslah bahwa keberhasilan pendidikan dapat dipengaruhi peran guru sebagai tenaga pendidikan yang profesional. Salah satu hal yang patut dipertimbangkan adalah bagaimana upaya untuk meningkatkan kualitas guru adalah dengan cara meningkatkan kinerja guru, sebab dengan kinerja guru yang meningkat maka guru akan berusaha untuk meningkatkan profesi dan mutunya dengan demikian diharapkan keberbasilan pendidikan akan tercapai.

Kinerja guru juga ditunjukan oleh bagaimana proses berlangsungnya kegiatan untuk menuju kegiatan untuk mencapai tujuan. Oleh sebab itu sekolah dengan kinerja yang tinggi, senantiasa memperhatikan keberadaan para guru. Guru perlu dilibatkan dalam penyusunan berbagai rencana, penetapan tujuan sehingga mereka juga turut terlibat dan bersama-sama bertanggung jawab untuk mencapai tujuan tersebut.

Indikasi kinerja guru yang rendah masih ditemukan bagi guru-guru SMP di Kabupaten Serdang Bedagai. Kenyataan ini tampak dari persiapan guru dalam pembelajaran seperti RPP, program tahunan, program semester, silabus, tingkat kehadiran guru yang ditutupi, dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) belum tertata dengan baik (sumber: Koordinator pengawas Kabupaten Serdang Bedagai, Baharto Simamora tanggal 24 Mei 2013),


(18)

6

demikian juga keinginan yang rendah dari guru untuk melaksanakan pembelajaran yang variatif dalam hal pemanfaatan dari media dan sumber belajar sehingga dalam menghadapi Ujian Semester dan Nasional timbul perasaan resah baik dalam diri siswa maupun guru, hal ini terlihat dari hasil Ujian semester ganjil pada mata pelajarana Bahasa Indonesia dimana nilai rata-rata 73,91 dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) 70,00 (sumber: Dinas Pendidikan Kabupaten Serdang Bedagai). Hal ini menunjukkan kinerja guru yang rendah juga di Kabupaten Serdang Bedagai.

Selain itu, terdapat berbagai kendala baik yang disebabkan oleh aspek

struktur birokrasi yang rancu, hasil ulangan semester yang belum memuaskan, maupun kultur kerja dan interaksi supervisor dengan guru yang kurang mendukung, telah mengurangi nilai ideal supervisi pengajaran di sekolah-sekolah. Apa yang selama ini dilaksanakan oleh para Pengawas Pendidikan, belum bergeser dari nama jabatan itu sendiri, yaitu sekedar mengawasi. Sehingga pemberian layanan bantuan dan bimbingan masih kurang representatif. Kemudian ketika pengawas datang jarang sekali melakukan kunjungan kelas untuk memberikan bantuan dan bimbingan akademik tetapi pengawas sekolah lebih banyak duduk di kantor.

Tugas dan tanggung jawab guru yang tidak ringan ini, membutuhkan adanya orang-orang yang membantu mengali potensi yang dimiliki oleh guru. Orang-orang yang berfungsi sebagai motivator peningkatan kualitas guru ini disebut sebagai supervisor. Sedangkan aktivitasnya disebut supervisi. Dalam satuan pendidikan maka supervisor itu adalah kepala sekolah/ pengawas. Dari


(19)

7

kegiatan supervisi inilah nanti diharapkan bisa meningkatkan kualitas guru dan mencari solusi atas masalah yang dihadapi guru.

Berbagai upaya dapat diberikan untuk membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya salah satunya adalah melalui layanan supervisi pendidikan dimana secara umum supervisi berfungsi untuk memelihara, merawat, dan menstimulasi peningkatan kompetensi dan profesionalitas guru. Untuk itu peran dari kepala sekolah adalah melaksanakan supervisi pembelajaran terhadap guru-guru. Pemberian supervisi oleh kepala sekolah sangatlah berarti karena kepala sekolah merupakan orang yang langsung memahami dan melihat kenyataan kemampuan yang dimiliki oleh guru. Semua kekurangan yang dimiliki oleh guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran secara kontiniu dapat diikuti oleh kepala sekolah. sehingga kepala sekolah dapat mendiagnosis kelemahan yang dimiliki guru.

Supervisi akademik merupakan upaya seorang pengawas/ kepala sekolah dalam pembinaan guru agar guru dapat meningkatkan kualitas mengajamya dengan melalui langkah-langkah perencanaan dengan cara rasional dalam usaha meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan adanya supervisi, maka pengawas/ kepala sekolah sebagai atasan dapat mengetahui kesalahan dan kekurangan guru dalam menjalankan tugasnya, selanjutnya dapat dilakukan pembinaan atau mencari solusi pemecahan masalah yang dihadapi guru tesebut, sehingga proses belajar mengajar di sekolah tidak terganggu.


(20)

8

Sikap guru terhadap adanya supervisi akademik merupakan keyakinan seorang guru mengenai manfaat dari supervisi akademik yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar kepada guru tersebut untuk membuat respons atau berperilaku terhadap kegiatan supervisi tersebut. Bilamana seorang guru memiliki sikap positif tethadap supervisi akademik, maka sudah barang tentu guru menjalankan perannya untuk diberi bimbingan dan disupervisi kegiatannya sesuai fungsi dan kedudukannya sebagai tenaga pengajar dan pendidik di sekolah dengan penuh rasa tanggung jawab. Demikian pula sebaliknya seorang guru yang memiliki sikap negatif terhadap kegiatan supervisi, pastilah dia hanya menjadikan supervisi akademik sebatas rutinitas belaka dan tidak berfaedah apapun. Untuk itu amatlah perlu kiranya ditanamkan sikap positif guru terhadap supervisi akademik yang dilakukan oleh pengawas/ kepala sekolah, karena jika ada kemungkinan adanya sikap yang tidak mendukung adanya kegiatan supervisi akademik, maka supervisi juga tidak akan berdampak maksimal bagi perbaikan kinerja guru.

Pada hakikatnya, supervisi akademik adalah serangkaian kegiatan membantu guru mengembangkan kemampuannya mengelola pembelajaran untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien. Ada beberapa jenis supervisi yang beredar di dunia pendidikan saat ini, di antaranya supervisi model ilmiah, artistik, klinis, direktif, non-direktif, kolaboratif, dan lain sebagainya

(Sahertian, 2000). Lebih lanjut dinyatakan supervisi model ilmiah (scientifict)

ciri-ciri sebagai berikut: (1) dilaksanakan secara berencana dan kontinu;


(21)

9

(3) menggunakan teknik pengumpulan data; dan (4) ada data yang objektif yang diperoleh dari keadaan yang riil.

Supervisi satu dengan lainnya diharapkan memudahkan supervisor dalam membina guru, karena ada banyak pilihan ragam supervisi. Melalui kegiatan supervisi, guru sebagai ujung tombak dalam kegiatan pendidikan diharapkan dapat memiliki kinerja yang baik dalam mewujudkan pembelajaran berbasis karakter yang bermutu tinggi, sehingga dapat mengembangkan potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Sahertian (2000) mengemukakan pelaksanaan supervisi model ilmiah

dilakukan dengan menggunakan skala penilaian atau checklist para siswa

menilai proses kegiatan belajar-mengajar guru di kelas. Hasil penelitian diberikan kepada guru-guru sebagai balikan terhadap penampilan mengajar guru pada semester yang lalu. Melihat kinerja guru Bahasa Indonesia yang masih kurang maksimal, maka perlu diadakan upaya peningkatan kinerja guru melalui pelaksanaan supervisi akademik model ilmiah dimana supervisi ini dilakasanakan secara berkesinambungan, sistematis sesuai dengan peraturuan dan pedoman-pedoman mengajar yang disusun untuk guru. Selama ini bentuk supervisi yang biasa dilaksanakan masih konvensional sehingga sulit untuk mengetahui keberhasilan guru dalam mengajar.

Peneliti mempunyai alasan mengapa mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dipilih sebagai sampel penelitian, adalah mengingat Bahasa Indonesia


(22)

10

merupakan bahasa persatuan dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari serta rasa ingin tahu mengapa hasil ujian semester mata pelajaran Bahasa Indonesia masih belum sesuai harapan. Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan sekolah dengan judul “Upaya Meningkatkan Kinerja Guru Bahasa Indonesia Melalui Supervisi Akademik Model Ilmiah di SMP Kabupaten Serdang Bedagai”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, ditemukan beberapa masalah yang berhubungan dengan kinerja guru, yakni: (1) supervisi yang dilakukan kepala sekolah/ pengawas masih jarang; (2) kepala sekolah/ pengawas melakukan supervisi konvensional; (3) penguasaan guru terhadap delapan keterampilan mengajar belum maksimal; (4) supervisi akademik konvensional belum dapat meningkatkan kinerja guru; (5) pelaksanaan supervisi yang tidak terdapat kesepakatan terlebih dahulu; dan (6) hasil ujian semester siswa masih belum memuaskan guru.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah, dapat diketahui bahwa kinerja guru dapat dilakukan melalui berbagai model supervisi. Namun dalam penelitian ini dibatasi hanya pada supervisi model ilmiah. Subjek penelitian dibatasi pada guru mata pelajaran Bahasa Indonesia SMP di Kabupaten Serdang Bedagai.


(23)

11

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka perumusan masalahnya adalah apakah supervisi akademik model ilmiah dapat meningkatkan kinerja guru Bahasa Indonesia SMP di Kabupaten Serdang Bedagai.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkapkan apakah supervisi akademik model ilmiah dapat meningkatkan kinerja guru Bahasa Indonesia SMP di Kabupaten Serdang Bedagai.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk pengembangan ilmu yang berkaitan dengan masalah upaya meningkatkan kinerja guru Bahasa Indonesia melalui supervisi akademik model ilmiah memberikan manfaat untuk:

1. Memberikan informasi kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Serdang

Bedagai dalam upaya meningkatkan kinerja guru Bahasa Indonesia

2. Memberikan informasi kepada Dinas Pendidikan Kabupaten Serdang

Bedagai dalam upaya meningkatkan kinerja pengawas mata pelajaran Bahasa Indonesia.

3. Memberikan informasi kepada Pengawas Mata Pelajaran dalam upaya


(24)

12

4. Bagi guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kinerja mengajar di

kelas. Selain itu guru dapat mengoptimalkan kemampuan mengajarnya dengan mengetahui kelemahan dan keunggulan berdasarkan hasil observasi pengawas ketika mengajar di kelas.

5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan bandingan dan rujukan dalam melakukan

penelitian tindakan sekolah yang berguna untuk memberikan masukan dalam perbaikan kinerja guru-guru Bahasa Indonesia.


(25)

93 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan:

1. Supervisi akademik model ilmiah dapat mengembangkan kinerja guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hasil Pra siklus tergolong kurang dengan rata-rata nilai 55,41. Dari 15 orang guru yang diteliti pada kegiatan pra siklus belum ada (0%) guru yang tuntas. Hasil Siklus I tergolong cukup dengan rata-rata nilai 71,31. Dari 15 orang guru yang diteliti pada kegiatan Siklus I terdapat 4 guru (26,67%) yang tuntas dalam menyusun RPP dan 11 guru (73,33%) yang belum tuntas. Hasil Siklus II tergolong baik dengan rata-rata nilai sebesar 80,11. Dari 15 orang guru yang diteliti pada kegiatan Siklus II seluruhnya (100%) tuntas dalam menyusun RPP.

2. Supervisi akademik model ilmiah dapat mengembangkan kinerja guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Hasil Pra siklus dari 15 orang guru belum ada (0%) yang tuntas dengan nilai rata-rata 58,32 (termasuk kategori kurang). Hasil Siklus I diperoleh 5 guru (33,33%) yang tuntas dan 10 guru (66,67%) yang belum tuntas, dengan nilai rata-rata 73,33 (termasuk kategori cukup). Hasil Siklus II diperoleh seluruhnya (100%) tuntas, dengan nilai rata-rata 84,98 (termasuk kategori baik).


(26)

94

B. Implikasi

Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, di antaranya:

1. Pengawas perlu melakukan perbaikan dalam kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam menyusun RPP. Beberapa kendala yang dialami guru Bahasa Indonesia dalam menyusun RPP di antaranya: (a) menentukan cara pengorganisasian siswa agar dapat berpartisipasi dalam KBM, (b) memilih dengan tepat materi ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik, (c) memilih metode pembelajaran yang relevan dengan tujuan dan materi ajar, dan (d) menentukan sumber belajar. Salah satu fokus masalah yang harus dilakukan pengawas adalah meningkatkan kemampuan guru memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar dan kemampuan belajar siswa. Pengawas perlu memberi informasi kepada guru untuk terlebih dahulu melihat kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum memberikan pembelajaran di kelas. Bilamana guru mengetahui kemampuan awal siswa, guru dapat menentukan sejauhmana materi pelajaran Bahasa Indonesia yang bisa diterima siswa, dan bagaimana pendekatan pembelajaran yang harus dilakukannya. Bila kemampuan awal siswa rendah, pengawas mengingatkan guru untuk menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan memberi banyak contoh-contoh penggunaan pelajaran Bahasa Indonesia di kehidupan sehari-hari. Tetapi bila kemampuan awal siswa tinggi, guru dapat melakukan pendekatan pembelajaran yang meminta siswa belajar mandiri. Dengan demikian


(27)

95

pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) harus sesuai dengan kemampuan siswa.

2. Pengawas perlu melakukan perbaikan dalam kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Beberapa kendala yang dialami guru Bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran di kelas di antaranya: (a) menyampaikan bahan pengait/ apersepsi, (b) menggunakan metode pembelajaran bervariasi sesuai dengan KD, materi, kemampuan peserta didik, situasi dan kondisi, (c) menggunakan waktu pembelajaran secara efisien dan efektif, (d) melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan yang logis, dan (e) pengorganisasian peserta didik. Salah satu upaya yang perlu dilakukan pengawas terkait perbaikan kemampuan guru menerapkan pembelajaran di kelas adalah menyiapkan pembelajaran sesuai kemampuan belajar siswa. Dengan kemampuan menerapkan metode pembelajaran aktif, guru dapat mengamati setiap proses pembelajaran Bahasa Indonesia dan capaian pembelajaran di kelas. Hal ini mempermudah guru dalam menentukan materi mana yang perlu diperluas/ diperbanyak. Selain itu dengan bimbingan pengawas, guru mengetahui siswa mana yang perlu diberi pengayaan agar lebih aktif dalam kegiatan belajar di kelas.


(28)

96

C. Saran

Berdasarkankesimpulan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pengawas perlu mengembangkan program peningkatan kemampuan menyusun RPP, khususnya dalam hal memilih pendekatan pembelajaran yang cocok dengan kemampuan awal siswa. Untuk itu pengawas perlu melakukan kegiatan supervisi akademik model ilmiah yang memfokuskan pada metode pembelajaran aktif di kelas. Pengawas perlu membimbing guru secara personal untuk mengetahui kelemahan-kelemahan guru dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat. Dengan informasi ini, pengawas dapat memberitahukan cara-cara yang harus dilakukan guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar dan capaian pembelajaran.

2. Pengawas perlu mengembangkan program peningkatan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Untuk itu pengawas perlu melakukan kegiatan supervisi akademik model ilmiah yang memfokuskan pada penerapan metode pembelajaran aktif di kelas. Pengawas perlu mengajari guru secara personal atau kelompok kecil untuk melihat secara rinci tentang kelemahan-kelemahan guru dalam menentukan metode pembelajaran aktif. Dengan informasi ini, pengawas dapat menentukan tindakan mana yang harus dilakukan kepada setiap guru binaanya. Dengan terbiasanya guru menerapkan metode pembelajaran aktif di kelas, capaian pembelajaran menjadi lebih mudah terpenuhi.


(29)

97

3. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang peningkatan kinerja guru dalam menyusun RPP dan pelaksanaan pembelajaran di kelas guna memperluas hasil penelitian ini.


(1)

4. Bagi guru sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kinerja mengajar di kelas. Selain itu guru dapat mengoptimalkan kemampuan mengajarnya dengan mengetahui kelemahan dan keunggulan berdasarkan hasil observasi pengawas ketika mengajar di kelas.

5. Bagi peneliti lain, sebagai bahan bandingan dan rujukan dalam melakukan penelitian tindakan sekolah yang berguna untuk memberikan masukan dalam perbaikan kinerja guru-guru Bahasa Indonesia.


(2)

93 A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan pada Bab IV, maka dapat disimpulkan:

1. Supervisi akademik model ilmiah dapat mengembangkan kinerja guru menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Hasil Pra siklus tergolong kurang dengan rata-rata nilai 55,41. Dari 15 orang guru yang diteliti pada kegiatan pra siklus belum ada (0%) guru yang tuntas. Hasil Siklus I tergolong cukup dengan rata-rata nilai 71,31. Dari 15 orang guru yang diteliti pada kegiatan Siklus I terdapat 4 guru (26,67%) yang tuntas dalam menyusun RPP dan 11 guru (73,33%) yang belum tuntas. Hasil Siklus II tergolong baik dengan rata-rata nilai sebesar 80,11. Dari 15 orang guru yang diteliti pada kegiatan Siklus II seluruhnya (100%) tuntas dalam menyusun RPP.

2. Supervisi akademik model ilmiah dapat mengembangkan kinerja guru melaksanakan pembelajaran di kelas. Hasil Pra siklus dari 15 orang guru belum ada (0%) yang tuntas dengan nilai rata-rata 58,32 (termasuk kategori kurang). Hasil Siklus I diperoleh 5 guru (33,33%) yang tuntas dan 10 guru (66,67%) yang belum tuntas, dengan nilai rata-rata 73,33 (termasuk kategori cukup). Hasil Siklus II diperoleh seluruhnya (100%) tuntas, dengan nilai rata-rata 84,98 (termasuk kategori baik).


(3)

B. Implikasi

Implikasi penelitian dapat diberikan berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan penelitian, di antaranya:

1. Pengawas perlu melakukan perbaikan dalam kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam menyusun RPP. Beberapa kendala yang dialami guru Bahasa Indonesia dalam menyusun RPP di antaranya: (a) menentukan cara pengorganisasian siswa agar dapat berpartisipasi dalam KBM, (b) memilih dengan tepat materi ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik, (c) memilih metode pembelajaran yang relevan dengan tujuan dan materi ajar, dan (d) menentukan sumber belajar. Salah satu fokus masalah yang harus dilakukan pengawas adalah meningkatkan kemampuan guru memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar dan kemampuan belajar siswa. Pengawas perlu memberi informasi kepada guru untuk terlebih dahulu melihat kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum memberikan pembelajaran di kelas. Bilamana guru mengetahui kemampuan awal siswa, guru dapat menentukan sejauhmana materi pelajaran Bahasa Indonesia yang bisa diterima siswa, dan bagaimana pendekatan pembelajaran yang harus dilakukannya. Bila kemampuan awal siswa rendah, pengawas mengingatkan guru untuk menggunakan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan memberi banyak contoh-contoh penggunaan pelajaran Bahasa Indonesia di kehidupan sehari-hari. Tetapi bila kemampuan awal siswa tinggi, guru dapat melakukan pendekatan pembelajaran yang meminta siswa belajar mandiri. Dengan demikian


(4)

pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) harus sesuai dengan kemampuan siswa.

2. Pengawas perlu melakukan perbaikan dalam kemampuan guru Bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran di kelas. Beberapa kendala yang dialami guru Bahasa Indonesia dalam melaksanakan pembelajaran di kelas di antaranya: (a) menyampaikan bahan pengait/ apersepsi, (b) menggunakan metode pembelajaran bervariasi sesuai dengan KD, materi, kemampuan peserta didik, situasi dan kondisi, (c) menggunakan waktu pembelajaran secara efisien dan efektif, (d) melaksanakan kegiatan pembelajaran dalam urutan yang logis, dan (e) pengorganisasian peserta didik. Salah satu upaya yang perlu dilakukan pengawas terkait perbaikan kemampuan guru menerapkan pembelajaran di kelas adalah menyiapkan pembelajaran sesuai kemampuan belajar siswa. Dengan kemampuan menerapkan metode pembelajaran aktif, guru dapat mengamati setiap proses pembelajaran Bahasa Indonesia dan capaian pembelajaran di kelas. Hal ini mempermudah guru dalam menentukan materi mana yang perlu diperluas/ diperbanyak. Selain itu dengan bimbingan pengawas, guru mengetahui siswa mana yang perlu diberi pengayaan agar lebih aktif dalam kegiatan belajar di kelas.


(5)

C. Saran

Berdasarkankesimpulan, maka dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Pengawas perlu mengembangkan program peningkatan kemampuan menyusun RPP, khususnya dalam hal memilih pendekatan pembelajaran yang cocok dengan kemampuan awal siswa. Untuk itu pengawas perlu melakukan kegiatan supervisi akademik model ilmiah yang memfokuskan pada metode pembelajaran aktif di kelas. Pengawas perlu membimbing guru secara personal untuk mengetahui kelemahan-kelemahan guru dalam menentukan metode pembelajaran yang tepat. Dengan informasi ini, pengawas dapat memberitahukan cara-cara yang harus dilakukan guru dalam memilih metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar dan capaian pembelajaran.

2. Pengawas perlu mengembangkan program peningkatan pelaksanaan pembelajaran di kelas. Untuk itu pengawas perlu melakukan kegiatan supervisi akademik model ilmiah yang memfokuskan pada penerapan metode pembelajaran aktif di kelas. Pengawas perlu mengajari guru secara personal atau kelompok kecil untuk melihat secara rinci tentang kelemahan-kelemahan guru dalam menentukan metode pembelajaran aktif. Dengan informasi ini, pengawas dapat menentukan tindakan mana yang harus dilakukan kepada setiap guru binaanya. Dengan terbiasanya guru menerapkan metode pembelajaran aktif di kelas, capaian pembelajaran menjadi lebih mudah terpenuhi.


(6)

3. Perlu diadakan penelitian yang lebih lanjut tentang peningkatan kinerja guru dalam menyusun RPP dan pelaksanaan pembelajaran di kelas guna memperluas hasil penelitian ini.