PERLINDUNGAN HUKUM FOLKLOR BATAK KARO DITINJAU DARI HUKUM HAK CIPTA INDONESIA DAN KONVENSL INTERNASLONAL.

Aumaniora

LAPORAN BASIL PENELJTIAN
DISERTASI DOKTOR

PERLTNDUNGAN HUKUM FOLKLOR BATAK KARO
DITINJAU DARl HUKUM HAK CIPTA [NDONESI A
DAN KONVENSl INTERNASlONAL

REll BUNG ANA PA, SH., M.HUM
NIP: 19801015 200801 2 010

Dibiayai Oleh :
DIPA UN IM"ED T .A. 2012 Nomor: 0649/023-04.2.01/0212012,
Tanggal 09 Desember 2.011

FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSJT AS NEGERI MEDAN
November 2012

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PENELITIAN

DISERTASI DOKTOR

Judul Penelitian Hibah: Perlindungan Bukum Folklor Batak Karo Ditinjau
Dari Bukum Bak Cipta Indonesia Dan Konvensi
lntemasional
Bidang rtmu (penelitian)•: Humaniora
Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap
: Reh Bungana PA, SH., M.Hum
b. NIP
: 19801015 200801 2010
c. NIDN
: Penata Tingkat II Ill b
d. Pangkat I Golongan
: Asisten Ahli
c. Jabatan Fungsional
f. Fakultas I Jurusan
: FIS/ PPKn
g. Pusat Penelitian
: Lemlit Unimed

: Jl. Willem Iskandar Pasar V Medan Estate
h. Alamat lnstitusi
: rei &nbrin@vahoo.com
i. Telponlfaksle-mail
Jumlah lim Peneliti
: 1 orang
Lama kegiatan
: 11 bulan
Biaya Penclitian
: Rp. 45.000.000,Medan, 14 November 2012

pdセQL@

セaL@

Rd>
SH., M.H•m
NIP 198010152008012010
Mengetahui :
KetuaJ


PPKn

Ora usna Melianti, M.H.
NIP.195910081986112001
etujui:
elitian Unimed

orang, M.Sc, Ph.D
1986011001

2

PERLINDUNGAN HUKUM FOLKLOR BATAK KARO
DITINJAU DARI H UKUM HAK CIPTA INDONESIA
DAN KONVENSI INTERNASIONAL

Reb Bungana PA , SH.,M.Hum
Ringkasan Hasil Pcnelitian


NMッイャヲGi


Fok'lls masalah penelitian ini adalah : apakah syarat-syarat dan bagaimana earn
perl indungan folklor dilihat dari Konvensi·konvensi Intemasional temang Hak Kekayaan
b'te lektual, bagaimanakah perlindungan folklor Batak Karo ditinjau dari Undang-Undang
Hak Cipta No. 19 Tahun 2002, bagaimanakah perlindungan folklor Batak Karo dalarn praktik
sekarang dan bagaimanakah prospek pengaturan perlindungan folklor di Indonesia.·
Tujuan renelitian ini adalah untuk mengetahui syarat-syarat dan cara pcrlindungan
folklor dilihat dari Konvcnsi-konvensi lntemasional tentang Hak Kekayaan lntelektual, untuk
meugetahui pcrlindungan folldor Barak Karo ditinjau dari Undang-Undang Hak Cipta No. I9
TaiJUn 2002, untuk mengctabui perlinduogan folklor Batak Karo dalam praktik sekarang dan
untuk meogctahui prospek pengaturan perlindungan folklor di indonesia.
Target peneli tian yang sudah tercapai adalah syarat-syarat dan cara perlindungan
folklor dilihat dari Konvensi-koovensi lntemasional tentang Hak Kekay:::!n Intelcktual,
pedindungan folklor Batak Karo ditinjau dari Undang-Undang Hak Cipta No. 19 Tahun
2002, perlindungan folk lor Batak Karo dalam praktik sekarang dan prospek pengaturan
perlinduogan folklor di Indonesia.
Metodc yang digunakan dalam penelitian ini adalah mctode penelitian hukum
di bidang hukum yang benujuan mencari kaedah hukum,

normatif empiris yaim ー・ョャゥエイオセ@
norma atau das. So/len, dan dilengkapi dengan penelitian terhadap nilai-nilai huk'llm yang
tu mbu h dan berkembang cialarn mnsyarakat. Pcnelitian nonuatif-empiris ini bersifat
deskriptif-analitis.
Kesimpulan dalam penelitian adalah (l) syarat- syarat dan cara pcrliodungan folklor
tidak ada yang sama atau scragam mcnurut konver.si internasional. Masing·masing konvensi
mcruberikan definisi dan/syarat yang berbeda . Ada beberapa konvensi yang rneogatur ten tang
pcrlindungan folldor diantaranya ; Deklarasi Universal Hak Asasi Manusia (UDHR) 1948
dan Kovenan lnternasional tentang Hak Ekonorni, Sosial, dan Budaya (ICESCR) 1966, Beme
jセョBエイカ ᄋ ・ ョエゥ ッョ@
For The Protection of Literary And Artistic Work, The TLmis Model Law On
Copyright (UNESCOIWIPO, 1976), Model Provisions For National Laws on The Protection
of Folklore Againts Illicit Exploitation and Other Prejudicial Actions (UNESCO/WIPO,
1982), Com·emion On Biological Diversity (CBD,UN, 1992), WlPO Copyright Treaty dan
WI PO Performances and Phonograms Treaty ( 1996), World Trade oイ ァ。セゥコ
エゥッョ@
(2001 ).
TRIPs (Trade-Related Aspects of Intellectual Property Rights), Convention For The
Safeguarding ofThe lmangible Cultural Heritage (2003 ), The United Nations Declaration on
The Rights of Indigenous People, (2) Saat ini pcngaturan tentang folldor di Indonesia

dimasukan kedalam UU Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002. Walaupuo sebagai sam-satunya
hukum nasionn l yang mengatur temang folk lor, di dalam UUHC 2002 hanya tcrdapat 2 pasal



yang menyebut folklor yakni Pasal l angka 10 dan Pasal 10 Ayat (2). UUHC 2002 kurang
memadai dalam melindungi folklor, sclain sangat sedikit sekali mengatur tentang folklor juga
disebabkan karena sifat hak cipta banyak bertentangan dcngan folklore, (3) Folklor Karo
yang mcrupakan kekayaan budaya bagi masyarakat Karo tidal< seluruhnya dipelihara dan
dikembangkan oleh masyarakat Karo sendiri. Pelestarian folklor Karo saat ini sudah masuk
dalam taraf memprihatinkan. Hal ini disebabkan di satu sisi masyarakat Karo sudah mulai
tidal< lagi menggunakan folklor Karo dalam kehidupan sehari-hari karena kcbanyakan folklor
yang berasal dari masa lalu tcrscbut sudah tidak sesuai lagi dengan keburuhan saat ini bagi
mereka dan juga disebabkan pengaruh dari tek:nologi yang ada saat ini. Pengguna folklor
Barak Karo sekarang ini tidal< hanya terbatas pada masyarakat Batak Karo sendiri tetapi juga
warga Negara Indonesia lainnya dan juga warga Negara Asing. Meskipun demikian menurut
UUHC 2002, scpanjang penggunaan folklor tersebut digunakan dan dikomersialisasikan oleh
warga Negara Indonesia maka hal tersebut tidak perlu mendapat izin dari Negara. Berbeda
halnya jika pihak yang hendak mengkomersilkan folklor tersebut adalah wama Negara asing
maka waj ib lebih dahulu meminta ijin kepada Negara Indonesia, (4) Ada beberapa hal yang

pcrlu diperhatikan dalam pcngaturan perlindungan folklor di masa yang akan datang yaitu
antara lain pengertian konsepsional dan ruang li ngup folklor, jangka waktu perlindungan
folklor, siapa yang memiliki foLkJor, dokumentasi folklor, pembagian basil (benefit sharing)
atas pemanfaatan foLklor, penyelesaian sengketa, dan kctentuan pidana serta sanksi arlat.
Key word : Folklor, Hak Cipta, Konvensi Internasional.

OAFfARISI



Lembar lndentitaS dan Pengesahan
Ringkasan Hasil Penelitian
Daftar lsi
Pendahuluan
Bab I



Bab l1


Bab III

Bab IV

11
Ul

l

A. Latar Belakang

l

B. Pennasalahan

10

c.

10


Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

ll

Kajian Pustaka

12

A. Pengertian Folklor

12

B. Jangka Waktu Perlindungan Folklor

18

c.


19

lzin Pemanfaatan FolkJor

Metode Penelitian

23

A. Sifat dan Jenis Pencli tian

23

B. Lokasi Penelitian

23

c.

24


Cara Pengumpulan Data

D. Anal isis Data

24

Hasil Peneiitian dan Pcmbahasan

26

A. Perlindunzan Hukum Folk lor Batak Karo Menurut Konvensi
26

IntemasionaJ
B. Perlindungan Folklor 13atak Karo Menurut Undang-undang

51

Hak C ipta No. 19 Tahun 2002
C. Perlindu ngan Folklor Batak Karo Dalam Praktik Sekarang
D. Prospek Pengaturan pセイャゥョ、エァ。@

Folklor di Indonesia Sui Generis

Dalam Undang-undang Tentang Folklor



Bab V

53

59

Simpulan dan Saran
A. Kesimpulan

69

B. Saran

71

Daftar Pustaka

72

Fotocopy kontrak penelitian

78

BABI
PENDAHULUAN
A. La tar Belakang Masa la h
Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan keanekaragaman
ser.i dan budaya tradisional. Hal itu sejalan dengan keanekaragaman etnik, suku
bangsa, dan agama yang secara keseluruhan merupakan potensi nasional yang
c

perlu dilindungi. Memberikan perlindungan terhadap seni tradisional secara
maksimal menjadi penting adanya, karena

ゥ、・ョエAjiセ@

suatu bangsa pada satu sisi

sangat lekat dengan karya seni tradision::! yang diproduksi oleh bangsa tersebut. 1
Seni tradisional merupakan bag ian dari folklor. 2 Secara sederhana, folklor
adalah ciptaan tradisional yang diwariskan secara turun temurun dan menj adi
idcntitas kultural masyarakat tertentu. Folklor adalah sesuatu yang dianggap
sebagai milik bersama.1
Dalam Penjelasan Undang-undang Hak Cipta Nomor 19 Tahun 2002
dinyatakan :
fッャォセ@

dimaksudkan sebagai sekumpulan ciptaan tradisional, baik yang
dibuat oleh kclompok maupun perorangan dalam masyarakat, yang
menunjukkan idcntitas sosial dan budayanya berdasarkan standar dan
nilai-nilai yang diucapkan atau diikuti secara turun tcmurun, t'lrmasuk:
a/J cerita rakyat, puisi rakyat;
b/J lagu-lagu ral'Yal dan musik instrumen tradisionai;
cb. tari-tarian rakyat, pcrmaioan tradisional;
di website
1 Soni Maulana, 19 Agustus 2007, "S!andardjsasj Seni Tradisional", セ」、ゥ。@
llllp" 'tmymok multiply com, diakses tnnggal 15 Mei 2011.
2 Folklor (dalam 811i yang lebih luas, budaya ra!.:yat yang aadisional dan popular) adalah
kreasi yang berorieolasi pada kelompok dao bcrlaodaskao aadisi dari kelompok atau individu yaog
meocenninl hasil se::i antara lain berupa: lukisan, gambar, ukiran-ukiran, pahatan,
mosaik, perhiasan, kerajinan tangan, pakaian, instrumen musik dan
tenun tradisionat.•

Folklor dalam bentuk aslinya maupun reproduksinya, saat ini telah
menjadi salah satu objek komcrsial dalam konteks industri maupun perdagangan. s
Ada



yang

mengkhawatirkan

hal

tcrsebut

penyalahgunaan (misappropriation)6 ,

dapat

perusakan

mendorong
nilai

terjadinya

kebudayaan

serta

menyebabkar. terjadinya eksploitasi oleh orang asing. 7 Kekhawatiran ini cukup
beralasan mengingat banyaknya orang asing yang berkunjung dan menetap di
lndonesia dalam jangka waktu yang lama.
Salah satu contohnya adalah klaim warga negara Inggris Christopher
Harrison melalui perusabaannya Harrison&Gil yang mengklaim hak cipta ukiran
Jepara. 8 Harrison mcngklaim, hak cipta itu untuk semua produk yang gambarnya

...

4 Pcnjclasan Pasa! I0 ayat 2 UU Hak Cipta No. 19 Tahun 2002
5 Briw1 A. Prastyo, loc.cil.
6 Misappropriation diartikan sebagai penggunaan oleh pihak asing deogan mengabaikan
hak-bak masyarakat lokal a\I1S pcngetahuan uadisional termasuk di dalamnya folklor dan sumber
daya hayati yang tcrkait, yang menjadi milik masyarakat yang bersangkutan. Pemahaman ini
d idasarkw1 pada pengenian misappropriation yang terdapat dalam Block 's Law Dictionary dan
pengertian tcknis yang terungkap dalam berbagai pertemuan intemasional menyangkut
perlindungan traditional knowledge. genetic resources dan folklore. Agus Sardjooo, 2006, Hak
Tradisional, Alumni : Bandung., him. II. Block Low
Kckayaan lntelektual Dan p・ョァエ。Nセオ@
mengartikan misappropriation sebagai :"the unauthorized, improprer or unltnvfuluse offunds or
property for purpose other than that for which /mended''. bャ。 ォセ@ 」
Low Dictionary, I 990, 6• ed.,
him. 998.
7Drian A. PrastyO, loc.cit.
8Sebunh perusahaan milik orang asing (lnggris) telah membuat katalog, yang di
dalamnya terdapat gambar·gambar dcsain ukiran Jepara. Belakangan, gambar-gambar itu muncul
di dalam website yang digunakan olch orang asing lainnya (Delanda) untuk mempromosikan
legiatan usahanya sebagai pedagang mebel. Orang lnggris mengadukan orang Belanda dengan
ᄋ@ yang
tudullao melanggar bak cipta karen a telah mengumumkan meta lui website desnin セ ュゥャォョケ。
Ukiran
Jepara",
tcrdapat
dalam
katalog
tersebut.
" Kasus
hllp' f/adhjcswnnd hlo!:spol rom/20 I 0105 /knsus-uk jc;m.jepara hun!. djakses 25 Juli 20 I I .

3

ada di katalog Harrison&Gil/ Carving Out A Piece History, seperti pigura cennin,
asesoris, mebel dan sebagainya. 9
Salah satu daerah di Indonesia yang banyak dikunjungi oleh orang asing
adalah Tanah Karo (Kabupaten Karo). Kabupaten Karo merupakan objek wisata

r

pegunungan yang berhawa sejuk yang merupakan bagian dari Swnatera Utara.
Mayoritas masyarakat yang hidup di Kabupaten Karo adalah suku Batak Karo.
Suku Batak Karo merupakan salah satu etnis Batak. Suku Batak Karo mempunyai
berbagai macam

fol klor yang secara turun-temurun dilaksanakru1 dalan1

kehidupan sehari -bari dan dalam berbagai upacara adat. Banyak wisata wan asing
yru1g berkunjung ke daerah Batak Karo, seperti, Berastagi, Lau Kawar, Gunung
Sibayak dan objek wisata lainnya. Selain itu juga telah banyak penelitianpcnclitian asing yang meneliti tentang Batak Karc to.
Klaim atas folklor Indonesia yang dilakukan pihak asing akhir-akhir ini
dianggap
sebagai
.

akibat masih
kurangnya
.

pemcrintah Indonesia dalam

memberikan perlindWlgan kepada folklor. 11 Kasus pengklaiman folklor Indonesia
tidak hanya teijadi sekali, namWl berulangkali. Beberapa kasus di antarru1ya klaim
desain ukir-ukiran kayu tradisional Bali di U.S. Patent and Trademark Office
9

Pada 14 Juni 2004, Christopher Harrison mendafb:!ara oleh komunitas atau masyarakat terteotu. Pasal I angka 2 RUU
Ekspresi Budaya Tradisional, 4 September 2009.

6

folklor dengan menjadi anggota dalam Agreement Establishing the World Trade

Organization (WT0) 18 selanjutnya disebut

wro yang mencakup pula Agreement

on Trade Related Aspects of Intellectual Property Rights (TRIPs), melalui
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1994. Indonesia juga meratiflkasi Berne

Convention for the Protection ofArtistic and Literary Works, selanjutnya disebut
Konvensi Bern, melalui Keputusan Presiden Nomor 18 Tahun 1997. 19
TRIPs tidak mengatur secara tegas tentang folk1or, tapi dalam Pasal セ

P@

TRIPs menunjuk kepada Konvensi Bern. Konvensi Bern tentang Perlindungan
Karya Seni dan Sastra, merupakan persetujuan intemasional mengenai hak cipta.
Pasal I 5 (4)21 Konvensi Bern memberikan perlindai!gan kepada folklor yang tidak

..
'

" WTO dibentuk melalui Marrakesh Agreement Establi.engenai konsep
dalam TRIPs. Abdul f!ari Azed, 2006, Kompilasi Konvcnsi
HKI, sebagaimana ャ・ イエオセョァ@
lntemasional HKI Yang Diraliflkasi Indonesia, Jakana, Direktomt Jeodcral Hak Kekayaan
lnlclektual Depanemen Hukun1 Dan Hak Asasi Manusia bekerjasama dengao Badan Penerbit
Fakultas Hukwn Univer'Sitas Indonesia, Jakarta., him. 4.
19
Pada tanga! 7 Mei 1997, Indonesia mengeluarkan Kcputusan Presidcn No. 18 Tai>Un
1997 tentang Pengesahan Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works,
dengan mcngadakan reservasi t.erbadap ketentuan p。セャ@
33 Ayal I Beme Convention yang
mengatur penyerahan pcnyelcsaian sengketa pada forum International Court of Justice. Abdul Bari
Azed, him. 404.
20
TRIPs Agreement Article 9: Relation 10 the Berne Convention
I. Members shall comply with Articles I through 21 of the Berne Convention (1971) and the
Appendix thereto. However, Members shall not have rights or obligations under this
Agreement in respect of the rights conferred under Article 6bis of I hal Convention or of the
rights derived therefrom.
2. Copyright protection shall extend to expressions and not to ideas, procedures, methods of
operation or mathematical concepts as such.
21 Konvensi Bern Pasal 15 ( 4) :
(a) In the case of unpublished works where the identity ofthe awhor is unknown, but where there
is every ground to presume that he is a national of a country' of the Union, it shall be a matter
for legislation in that country to designate the competent authority which shall represent the
author and shall be entitled to protect and enforce his rights in the countries of the Union.
(b) Countries of the Union which make such designation under the terms of this provision shall
notifY the Director General by means of a wrillen declaration gMng full information

7

diketahui penciptanya melalui otoritas yang berwenang untuk mewak.ili dan
melindungi folklor tersebut.
Pembahasan tentang perlindungan folklor secara internasional dimulai
sekitar 40 tahun yang lalu. Sejak saat itu tumbuh kesadaran bahwa pentingnya

,

perlindungan terhadap folklor.22 Ada empat pedoman hukum intemasional yang
sangat penting dalam perl indungan folklor :

I)

Th'! Berne Convention for the Protection of Literary and Artistic Works
("Berne Convention");23

2)

The Tunis Model Law on Copyright ("Model Law"),24

3) The Model Provisions for National Laws on the P1otection of Expressions of

Folklore Against fllicil Exploitation and Other Prejudicial Actions ("Model
Provisions'i5 'and;
4) The United Nations Declaration on the Rights ofIndigenous Peoples.
Konvensi Bern memberikan perlindungan in!ernasional untuk karya seni
dan sastra. Konvensi Bern dirumuskan pada tahun 1886,26 melindungi ciptaanciptaan para Pencipta dari Negara-negara anggota termasuk diantaranya : Karya

concerning the authority thus designated. The Director General shall at once communicate this
declaration to all other countries ofthe Union.
22

Reto M. Hi lty, 40(8) 2009, " Ra tionales For Tbe Legal Protection of Intangible Goods
And Cultural Heritage". International Review of Intellectual Property and Competition Law, him
883-911.
23
Berne Convention for the Protection ofLiterary and Artistic Works, Sept. 9, 1886, 116 1
U.N.T.S. 3, http:// www wipo.int/exoortlsiteslwwwltreaties/enl iplben>elpdfltrtdocs woOOl. pdf.
24
Tunis Model Law on Copyright for Developing Countries ( 1976),
http:/lportal.uncsco.org/culturc/en/files/31318/ 11866635053tuRis_ model_ law_ en-web.pdfl tunis_
model law en-web.
25

Model Provisions for National Laws on the Protection of Expressions of Folklore
Against Illicit Exploitation and Other Prejudicial Actions (United Nations Educ., Sci. and Cultural
Org. & World Intel/. Prop. Org. 1985), http://uncsdoc.unesco.org/images!0006/000637/063799eb.
pdf.
2
'Tim Lindsey, et.al., 2003, Hak Kekayaan lntelektual Suatu Pengantar, PT. Alumni,
Bandung, hlm. 23.
-

8

tertulis seperti buku dan laporan, musik, karya-karya drama seperti sandiwara dan
koreografi, karya seni seperti lukisan, gambar dan foto, karya-karya arsitektur;
dan karya sinematografi seperti film dan video. Konvensi Bern memasukkan
ketentuan yang memungkinkan negara unruk menunj uk otoritas k.husus untuk

r

perlindunga.n fol kJor nasiona1. 27 Namun, Konvensi Bern gaga! untuk memberikan

'
ketentuan yang mewajibkan negara-negara penandatangan untuk membedakukan
undang-undang

yang

a.kan

melindungi

karya

komunal

folklor

dari

penyalahgunaan. 28
Tahun 1976 Model Tunis Law on Copyright, yang dikembangkan melalui
WIP0,29 memperluas perlindunga.n untuk karya folkJor yang disarankan oleh
Konvensi Bern dengan membebaskan karya folklor dari berbagai persyarata.n ha.k
cipta. 30 The Tunis Model Law j uga melindungi "karya yang berasal dari folklor
nasional."31 Dengan demikian, di mana ciptaan biasanya tidak memenuhi syarat
unruk hak cipta karena ciptaan dibuat secara bertahap pada pengetahuan
tradisional, dan tidak sepenuhnya asli, berdasarkan Tunis Model U1w, karya-karya
tersebut akan mendapat perlindungan. Tunis Model Law membebaskan cerita
rakyat dari persyaratan fiksasi k.has.32

-

Selain Tunis Model Law yang memperluas perlindungan terhadap fc!klor,
PBB j uga turut serta dalam mcmberikan pcrlindungan terhadap folklor. Maj elis
オウ エ@ 2009, "Australia' s Heritage Protection Act : An Alternative to
v Jake Philips, aオセ
Copyright internas ional the Struggle to Protect Communal lnteres!S in Authored Works of
Folklore", Pacific Rim and Policy Journal, /8 Pac. Rim L. & Pol'y J. 547.
28
Ibid.
" www. w ipo. inVfreepublicationslenlgeneraVI 007/wipo_pub_I 007.pdf.
30
Tunis Model Law Section !(5bis). "With the exception offolklore. a literary, artistic or
scientific work shall not be protected unless the work has been faed in some materia/form ".
31
Tunis Model Law Section 2( \) "The Foilowing are also protected as original works :
(iii), works derived from national folklore".
32
Tun is Model Law§ I (Sbis).

9

Umum PBB mengadopsi Deklarasi tentang Hak-Hak Masyarakat Adat pada
Langgal 13 September 2007.33 Majelis Umum meogadopsi Deklarasi yang tidak
mengikat yang mengatur hak-hak iodividu dan kolektif 370 juta masyarakat adat
di seluruh dunia, dan meogakui peotiogoya meojaga ideotilas budaya dan

,

meneruskan pcmbangunan dalam paradigms adat.34 Deklarasi mengakui dan
mcnegaskan kembali, "bahwa masyarakat adat memiliki hak kolektif yang sangat
dipcrlukan untul< cksistcosi mcreka, kesejahteraan dan pengembangan integral
sebagai bangsa". 35
Dari uraian di aLas dapat dililiat bahwa perliodungan folklor terrnasuk
folklor Batak Karo adalah sangat pcnting. Indonesia mengatl.ir folklor dalam
UUHC 2002. Di dalanrnya kctcntuan tcntang fol klor terdapat dalam Pasal I 0,
namun pengaturan folklor dalam UUHC 2002 kurang memadai, sehingga sam;:ai
saat ini masih teljadi beberapa folk:lor Indonesia diklaim Negara asing
sebagaimana disebut di alas. Secara

セョエ・イ。ウゥ」ャL@

sampai saat ioi bclwn tcrdapat

kcscragaman dalam pcrlindungan folklor dan karya seni apa saja yang tcrrnasuk
ke dalan1 folklor. Peraturan dalam perlioduogan folklor di setiap negara juga
bclum terdapat keseragaman. Ada yang mcngatur folk:lor secara luas dalam
hukum kekayaan intelcktual, namun ada juga yang mengatumya secara kllus:::
dalam UU Hak Cipta.

>l Unired Nalions (UN), UN General Assembly. Convenrions, Declararlons and Orher
lnsrrumellls
Found
in
General
Assembly
Resolutions
(1946
Onwards) ,

http://www.un .org/deptsldhl!resguidc/resios.
3
' 1\lpana Roy, 2009, "Recent Developments in Law Reform and Indigenous Cultural and
Intellectual Propcny in Australia", European lnte/lecrual Properry Review, Sweet & Maxwell
Limited and Contributors, E.l.P.R. 31(1). 1-5.
" UN (Jenera/ Assembly. C011venrions, Declararions and Other Instruments.

10

Walaupun folklor diatur dalam UUHC 2002, pengaturan folklor dalam
UUHC 2002 belum memadai schingga klaim negara asing terhadap folklor
Indonesia noasih teljadi. Oleh karena itu, sangat penting untuk diteliti
Perlindungan Hukum Folklor Batak. Karo Ditinjau Dari Hukum Hak Cipta
Indonesia dan Konvensi lntemasional.
B. Permasal aba n
I. Apakah syarat-syarat dan bagaimana cara perlindungan folklor dilihat dari
Konvcnsi-konvensi lnternasional tentang Hak Kekayaan Jntelcktual?
2. Bagaimanakah perlindungan folklor Batak Karo ditinjau dari Undang-Undang
Hak Cipta No. 19 Taltun 2002?
3. Bagaimanakah perlindungan folklor Batak. Karo dalam praktik sckarang?
4. Bagairnanakah prospek pengaturan perlindungan folklor di Indonesia?

C. Tujua n Pcnclitia n
I.

Untuk mengetahui syarat-syarat dan cara pcrlindungan folklor dilihat dari
Konvensi-konvensi lntemasional tentang Hak Kekayaan Intelektual.

2. Untuk rnengctahui perlindungan folklor Batak. Karo ditinjau dari UndangUndang Hak Cipta No. 19 Tahun 2002.
3. Untuk mcngetahui per)jndungan folklor Batak. Karo dalam praktik sekarang.
4. Untuk mengetahui prospck pengaturan perlindungan folklor di Indonesia.

11

D. Manfaat t•enelitian

Manfaat atau kegunaan pcnelitian ini dapat dilihat dari 2 (dua) sisi, yaitu

dari sisi teoritis dan sisi praktis. Dari sisi teoritis, penelitian ini berguna bagi
pengembangan ilmu pcngetahuan Hak atas Kekayaan lntelektual, terutama di
bidang folklor, sehingga dapat meningkatkan perlir.dungan terhadap Hak atas
I

Kckayaan lntelektual khususnya folklor

yang telah diakui secara nasional

maupun intcrnasional. Per>elitian ini juga kelak diharapkan dapat memberikan
ilmu pengetahuan kcpada para penegak hukum, akademisi, masyarakat urn urn dan
masyarakat adat tcntang pentin(:,'nya perlindungan terhadap folk lor.
Sccara p raktis, penelitian ini akan berguna untuk memberikan masukan
bagi para pcnegak hukum, pembuat undang-undang dan masyarakat pemi lik
loiklor mcngcnai perluoya perlindungan terhadap Hak atas Kekayaan Intelektual
khususnya folklor agar dimasa yang akan dalang folklor yang menjadi milik
bangsa Indonesia tidak lagi diklaim dengan mudahnya oleh pihak asing.

\

12

BABll
KAJIAN PUSTAKA
I. Pengertian FolkJor

Pembahasan

,

perlindungan

hukum

terhadap

warisan

budaya

dan

pengetahuan tradisional dimulai sekitar 40 tahun yang Jalu, dimulai dengan
pengakuan hukum masyarakat

terhadap masyarakat asli dan tradisional dan

komunitas kcbudayaan lainnya. 36 Sejak saat itu, tumbuh kesadaran bahwa warisan
budaya patut rncndapat perlindungan hukum.
Sclama empat dekade,

beberapa

prestasi

Jegislatif pada tingkat

intemasional telah dicapai, antara Jain :
a.

Model Provisions for National Laws On Protection of Expressions of
Folklore Againts lllicit Exploitation and Olher Prejudicial Actions
(UNESCO/WJPO, 1982);

b.

Convention on Biological Diversity (CBD, UN, 1992);37

c.

Regional Framework for the Protection of Traditional Knowledge and
Expressions ofCulture (Secretariat ofthe Pacific Community);

d.

Convention for the Safeguarding ofthe Intangible Cultural Heritage (2003);

e.

The International Treaty on Plan/ Genetic Resources for Food and

Agriculture (2001, entry into force 2004).
Indonesia pada tahun 198238 mengadopsi Tunis Model

W

9

dan

mcmpcrkcnalkan Pasal 1040 Undang-undang Hak Cipta 1982 yang memasukkan
36

Rcto M. Hilty. loc. cit.
Convem lon on Oiological Diversify (CBD) 5 Juni 1992 telah diratifikasi o leh Indonesia
dcngan Undang-undang No. 5 Tahun I 994 tcntang Pengesahan Uniled Nalion.t Convenlion on
Biological Dlver.rlly (Konvensi Perserikatau Bangsa-Bangsa Mengenai Keanekaragaman llayati)
(LN. 1994-41, TI.N. No. 3556).
37

13

peraturan-peraturan terkait kepemilikan ncgara atas artefak-artefak budaya
tradisional termasuk diantaranya cerita rakyat, lagu, kerajinan tangan, scrta taritarian. 4 t Peraturan ini kemudian dcngan beberapa modifikasi dimasukkan kc
dalam Pasal I 0 Undang-U ndang Hak Cipta Tahun 2002 yang mengatur tentang
folklor. Namun demikian, pasaJ ini belum diterapkan melalui peraturan khusus
atau peraturan tarnbahan. Alhasi l, vcraruran ini tidak memiliki pengaruh yang
42

cukup besar bagi sistem seni tradisional di lndonesia.

Ada beberapa istilah yang digunak.an dalam menyebutkan folklor. WLPO
dan UNESCO juga mcnyebut istilah folklor dengan scbutan Traditional Cultllra/
" Pemerintah Indonesia pada tahun .128l, mencabul pengaturan Lcntang hak cipta
berdasarkan Aweurswet t9t2 Staatsblad Nomor 600 tahun J.2ll dan menetapkan Undang-undang
Nomor 6 Tahun 1982 Lentang Hak Cipta, yang merupakan undang-undang llak c ipta yang pertama
di Indonesia. Indonesia hanyalah satu dari bebernpa negara berkembang yang mengganti undangundang hak cipta kolonial dan memperkenalkan perlindungan hak cip1a nasional unruk pertama
kalinya sepanjang tahun 1970 atau 198Q.an. Untuk memudahkan langkah ini, baik WIPO maupun
UNESCO telah menyusun perangkat contoh ketentuan rada tahun 1976 (the Tunis Model
Copyright Law for Developing Countries) dan pada tabun 1982 (the WIPO/UNESCO Model
Provisions on Copyright). Christoph Antons, 1{1) 2009, "What is "Traditional Cultural
Expression?", International Dcfmitions And Their Application in Developing Asia", W.I.I' .O.J.
2009, 1(1), 103- 116, WJPOJournal.
" Tunis Model Law introduced a folldore protecJion provision, which lcjl tile
administration of royalty collection for folldoristic expressions exclusively in the hands of a
"compelen/ aulhority" at the nolional level. Ibid. The Tunis Model Law on Copyrighl ..-as adopted
by the Commiltee of Governmenlal Experls C()rwened by the Tunisian Government in Tunis from
February 23 to March 2, with I he assistance of WJPO and Unesco.
•• Pasal I0 Undang-undaog Hak Cipta Tahun 1982 :
{I) Ncgara memegang hnk cipla ataS karya peninggalan sejarah, prd sejarah, paleo antropologi
dan benda-benda budaya nasional lainnya.
{2) (a) llasil kebudoyaan rakyat yang menjadi milik bersama, sepeni ccrita, hikayat, dongeng.
legenda, babad, lagu. kerajinan tangan, koreografi, tarian, kaligrafi dan karya seni lainnya
dipe!ihara dan di!indungi oleh negara.
(b) Ncgara memegang hak cipta ataS ciptaan tersebut pada Ayat 2 (a) terhadap tuar negeri.
1
'
Kreasi yang berorientaSi pada kelompok dan berlandaskan tradisi sebagai suatu
cksprcsi dari budaya dan identitas sosialnya dan pad• umumnya disampaikan atau ditularkan
secara !isan melalui pcnirunn atau dengan cara lainya merupakan folklor. Bentuk folklor meliputi
antara lain bahasa, karya sastra, musik, tarian, pcnnainan, mitos, upacara イゥエオ。セ@
kebiasaan,
イ@ dan karya seni lainnya. Michael Blakeney, セ wィ。エ@
is Traditional
kerajinan tangan, karya 。イウゥエ・セQオ
Knowledge? Why Should It Be Protected? Who Should Protect it? For Whom? : Understanding
The Value Chain", WIPO Roundtable on Intellectual Property and Traditiooal Knowledge.
WIPOnPTKJRT/9913, 6 Oktober 1999.
'' Peter Jaszi, et.all, 2009, Kebudayaan Tradisional Suatu Lang/cah Maju Umuk
Perlindungan di Indonesia. Laporan Pene!itian. Lcmbaga Stud i Pers dan Pembangunan (LSPP) :
Jakana., him. 2.

14

Expressions (TCEs)

IJ

atau expressions of folldore. 44 Jadi tidak jarang dala.:::J

istilah - istilah resrni folklor disebut dengan beberapa istilah lain seperti

"Expression of folklore",45 Cultural expressions,46

Traditional

cul/1/ral

expression 47 atau Ekspresi Budaya Tradisional. 48 Meskipun banyak perbedaan
r

0

In general, it may be said that TCEslf ai:Jore :"

a. are handed down from one generation to another, either orally or by lmitDIIon;
b. reflect a community's cultJIJ'al and social identity;
c. consist ofcharacteristic elements ofa community's heritage:
d. are made by 'authors unknown ' and/or by communities and/or by individuals communally
recognized as having tlw right, responsibility or permission to do so;are often not created for
religious and cullllral expressloll, and are constantly L'VOiving, developing and being recreated
withi11 the community. " lnrellectual Property And Traditional Cultural Expressions/Folklore",
World Intellectual Property Organlzoflon ", Booklet No. I
" While not COIIStituting a formal definition as s uch. a working de.rcriptirm af TCEs
could be : 'Traditional cultural expressions I 'expressions of folklore' meat•r productions
CO!lsisting of chorcctzristic elements ofthe traditional artistic heritage developed and maintained
by a community of (name of comrtl')1 or by individuals rej/ecJing the traditional artistic
expectations ofsuch a community, ini particular :
a. verbal expressions, such as f alk tales. folk poell)• and riddles. signs, words, symbols and
indications;

b musical o:_oressions, such as f olk songs and instrumental music;
c. expressions by actions, such a.