Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Karya Cipta Digital Di Indonesia

(1)

TESIS

Oleh

EVELYN ANGELITA PINONDANG MANURUNG

107011120/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

TESIS

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Magister Kenotariatan Pada Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara

Oleh

EVELYN ANGELITA PINONDANG MANURUNG

107011120/M.Kn

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

Program Studi : Kenotariatan

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)

Pembimbing Pembimbing

(Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum) (Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH)

Ketua Program Studi, Dekan,

(Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN) (Prof. Dr. Runtung, SH, MHum)


(4)

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Runtung, SH, MHum

Anggota : 1. Dr. T. Keizerina Devi A, SH, CN, MHum 2. Syafruddin S. Hasibuan, SH, MH

3. Prof. Dr. Muhammad Yamin, SH, MS, CN 4. Dr. Jelly Leviza, SH, MHum


(5)

Nama : EVELYN ANGELITA PINONDANG MANURUNG

Nim : 107011120

Program Studi : Magister Kenotariatan FH USU

Judul Tesis : PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA

ATAS KARYA CIPTA DIGITAL DI INDONESIA) Dengan ini menyatakan bahwa Tesis yang saya buat adalah asli karya saya sendiri bukan Plagiat, apabila dikemudian hari diketahui Tesis saya tersebut Plagiat karena kesalahan saya sendiri, maka saya bersedia diberi sanksi apapun oleh Program Studi Magister Kenotariatan FH USU dan saya tidak akan menuntut pihak manapun atas perbuatan saya tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan dalam keadaan sehat.

Medan,

Yang membuat Pernyataan

Nama : EVELYN ANGELITA PINONDANG MANURUNG


(6)

dengan berbagai kelebihan dan kemudahan ternyata bukan hanya memberi manfaat kepada pembuat karya cipta tetapi juga menimbulkan kerugian yang berdampak pada perbuatan yang melanggar hukum seperti keamanan dan privasi data juga perlindungan hukum terhadap hak-hak asasi yang dimiliki setiap netter. Dengan adanya kemajuan teknologi digital ternyata telah berdampak terhadap peningkatan pelanggaran Hak Cipta digital di Indonesia. Khususnya terhadap karya cipta digital berupa program komputer, musik digital, film digital, buku digital (e-book), dan lainnya.

Perlindungan hukum atas karya cipta yang berbasis teknologi digital di Indonesia mengacu pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Melihat kasus pelanggaran Hak Cipta karya digital yang terjadi di Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta pada dasarnya telah mengakomodir perkembangan teknologi di Indonesia tetapi penegakan hukum yang tegas untuk kasus yang berbasis teknologi digital menjadi perhatian penting. Sudah menjadi kewajiban dari negara untuk mampu melindungi hasil karya cipta terutama berbasis digital dengan melakukan penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap para pelaku pelanggaran. Kehadiran teknologi bukan berarti merevolusi semua produk hukum yang berlaku saat ini. Aturan hukum juga harus ditetapkan dan diterapkan secara tepat, untuk memastikan bahwa teknologi digital yang terus berkembang tidak merusak prinsip dasar Hak Cipta.

Dalam pembahasan hasil penelitian ini, sifat penelitian adalah yuridis normatif yaitu meneliti norma-norma hukum yang berlaku serta terkait dengan perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital. Dalam penelitian ini bahan hukum yang dijadian rujukan adalah data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, oleh karena itu teknik yang ditempuh dalam penelitian ini adalah melalui library research. Alat pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumen. Bahan-bahan hukum yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif analitis sesuai dengan permasalahan yang dibahas.


(7)

and facilities, actually not only gives advantages to the copyrighted work makers but also causes disadvantages which affects illegal action in security, in data privation, and in the legal protection for the netters’ inalienable human rights. The advancement of digital technology has caused the increase of illegal action on digital copyrights in Indonesia, especially on digital copyrighted works such as computers, digital music, digital films, digital books (e-book), and so on.

Legal protection for digital base copyrighted works in Indonesia is referred to Law No. 19/2002 on Copyrights. Concerning some cases in the illegal action toward the digital copyrighted works in Indonesia, the Copyright Act has basically accommodated the technological development in Indonesia, but it is very important to make a firm step of law enforcement in the cases of digital base technology. It is the government’s obligation to protect the copyrighted works, especially the digital base ones, by implementing law enforcement and legal protection from perpetrators. The existence of technology is not intended to revolutionize all legal products; legal provisions should be enforced and implemented correctly in order to ensure that the digital technology can develop smoothly without violating the basic principle of Copyrights.

The research was judicial normative in which it studied legal norms related to legal protection for copyrights of digital copyrighted works. The legal materials referred to in the research were secondary data which comprised the primary, secondary, and tertiary legal materials, using the library research technique. The data themselves were gathered by using documentary study, and processed and analyzed descriptively according to the subject matter of the analysis.


(8)

melimpahkan berkat dan karuniaNya yang tidak terkira sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan judul “PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK CIPTA ATAS KARYA CIPTA DIGITAL DI INDONESIA”. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan dukungan dalam proses penyelesaian tesis ini, sebagai berikut:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc (CTM), SpA (K), Selaku Rektor Universitas Sumatera Utara Di Medan, yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk melanjutkan studi sampai dengan memperoleh gelar Magister di Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara di Medan.

2. Bapak Prof. DR. Runtung, SH, M.Hum selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; Bapak Prof. DR Muhammad Yamin, SH, MS, CN selaku Ketua Program Studi Magister Kenotariatan, Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara; serta para Guru Besar dan dosen-dosen yang telah membimbing dan memberi ilmu-ilmu pengetahuan yang sangat berguna bagi penulis.

3. Bapak Prof. DR. Runtung, SH, M.Hum; Ibu DR. T. Keizerina Devi Azwar, SH, CN, M.Hum; Bapak Syafruddin Hasibuan, SH, MH, DFM selaku Komisi Pembimbing, Bapak Prof. DR Muhammad Yamin, SH, MS, CN dan Bapak DR.


(9)

Sumatera Utara yang telah membantu dan mengurus administrasi penulis selama masa perkuliahan.

5. Secara khusus Penulis haturkan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada yang terkasih Orangtua Penulis: Ayahanda terkasih Alan D. Manurung dan Ibunda terkasih Bunga Panjaitan, yang telah mendukung Penulis untuk tetap semangat dalam menyelesaikan studi, yang selalu berdoa sepanjang waktu dan memberikan kasih sayang, serta memberikan dukungan baik moril dan materil.

6. Kepada saudara-saudari Penulis: abang tercinta Raymond Wesley Tunggul Manurung, S.ST.Par dan istri serta adik tercinta Septina Fergina Isabella Manurung, S.Hum, yang selalu memotivasi dan mendoakan Penulis untuk menyelesaikan studi dan untuk penyelesaian tesis ini.

7. Kepada Orangtua dari Ibunda Penulis (Opung) tercinta yang selalu mendukung secara langsung baik moril dan materiil serta mendoakan Penulis selama menempuh pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

8. Kepada setiap anggota keluarga yang berada dekat maupun yang jauh tidak dapat Penulis sebutkan satu per satu yang telah mendukung, memotivasi serta mendoakan Penulis.


(10)

penyelesaian tesis ini, serta rekan-rekan mahasiswa MKn USU angkatan Tahun 2010 yang tidak dapat Penulis sebutkan namanya satu persatu, terima kasih atas perhatian, dukungan, dan sumbangsih lainnya selama masa perkuliahan kepada Penulis.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan berkat dan karunia-Nya kepada kita semua dan terima kasih kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis.

Harapan penulis semoga tesis ini dapat bermanfaat untuk pengembangan Ilmu Pengetahuan Hukum khususnya di bidang Hukum Hak Cipta.

Medan, Desember 2012 Hormat Penulis,


(11)

Nama : Evelyn Angelita Pinondang Manurung Tempat/Tgl Lahir : Denpasar / 24 Agustus 1985

Alamat : Jl. Pelita IV Gg. Aman No.1 Medan

Email : angelita_manurung@yahoo.com

Agama : Kristen Protestan

B. KETERANGAN KELUARGA

Ayahanda : Alan D. Manurung

Ibunda : Bunga Panjaitan

Kakanda : Raymond Wesley Tunggul Manurung, S.ST.Par Adinda : Septina Fergina Isabella Manurung, S.Hum

C. PENDIDIKAN FORMAL

Tahun 1997 : SD Kristen Widhya Pura - Denpasar Tahun 2000 : SMP Kristen Harapan - Denpasar Tahun 2003 : SMU Negeri 5 - Denpasar

Tahun 2008 : S1 Fakultas Hukum Universitas Udayana - Bali Tahun 2012 : Magister Kenotariatan FH - USU


(12)

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR... iii

DAFTAR RIWAYA HIDUP ... vi

DAFTAR ISI... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Perumusan Masalah ... 11

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 11

E. Keaslian Penelitian... 12

F. Kerangka Teori dan Konsepsi ... 13

1. Kerangka Teori ... 13

2. Konsepsi ... 21

G. Metode Penelitian ... 24

1. Spesifikasi Penelitian... ... 24

2. Sumber Data ... 25

3. Teknik Pengumpulan Data ... 26

4. Analisis Data ... 26

BAB II PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DIGITAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP HAK CIPTA ... 28

A. Perkembangan Era Digital ... 28

B. Karakteristik Media Digital ... 31

C. Pengaruh Digitalisasi Terhadap Hak Cipta ………... 36


(13)

C. Karya Cipta Digital Yang Dilindungi Di Indonesia... 54

D. Hak-Hak Atas Karya Cipta Digital ... 61

E. Pembatasan Hak Cipta ... 66

BAB IV PERLINDUNGAN HAK CIPTA DIGITAL DI BEBERAPA NEGARA ... 71

A. Kasus Pelanggaran Hak Cipta Digital ... 71

B. Pengaturan Hak Cipta Dalam Aturan Internasional ... 78

C. Perlindungan Terhadap Hak Cipta Digital di Beberapa Negara ……….. 84

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 98

A. Kesimpulan ………. 98

B. Saran... 100


(14)

dengan berbagai kelebihan dan kemudahan ternyata bukan hanya memberi manfaat kepada pembuat karya cipta tetapi juga menimbulkan kerugian yang berdampak pada perbuatan yang melanggar hukum seperti keamanan dan privasi data juga perlindungan hukum terhadap hak-hak asasi yang dimiliki setiap netter. Dengan adanya kemajuan teknologi digital ternyata telah berdampak terhadap peningkatan pelanggaran Hak Cipta digital di Indonesia. Khususnya terhadap karya cipta digital berupa program komputer, musik digital, film digital, buku digital (e-book), dan lainnya.

Perlindungan hukum atas karya cipta yang berbasis teknologi digital di Indonesia mengacu pada Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Melihat kasus pelanggaran Hak Cipta karya digital yang terjadi di Indonesia, Undang-Undang Hak Cipta pada dasarnya telah mengakomodir perkembangan teknologi di Indonesia tetapi penegakan hukum yang tegas untuk kasus yang berbasis teknologi digital menjadi perhatian penting. Sudah menjadi kewajiban dari negara untuk mampu melindungi hasil karya cipta terutama berbasis digital dengan melakukan penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap para pelaku pelanggaran. Kehadiran teknologi bukan berarti merevolusi semua produk hukum yang berlaku saat ini. Aturan hukum juga harus ditetapkan dan diterapkan secara tepat, untuk memastikan bahwa teknologi digital yang terus berkembang tidak merusak prinsip dasar Hak Cipta.

Dalam pembahasan hasil penelitian ini, sifat penelitian adalah yuridis normatif yaitu meneliti norma-norma hukum yang berlaku serta terkait dengan perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital. Dalam penelitian ini bahan hukum yang dijadian rujukan adalah data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier, oleh karena itu teknik yang ditempuh dalam penelitian ini adalah melalui library research. Alat pengumpulan data dalam melakukan penelitian ini adalah dengan menggunakan studi dokumen. Bahan-bahan hukum yang diperoleh diolah dan dianalisis secara deskriptif analitis sesuai dengan permasalahan yang dibahas.


(15)

and facilities, actually not only gives advantages to the copyrighted work makers but also causes disadvantages which affects illegal action in security, in data privation, and in the legal protection for the netters’ inalienable human rights. The advancement of digital technology has caused the increase of illegal action on digital copyrights in Indonesia, especially on digital copyrighted works such as computers, digital music, digital films, digital books (e-book), and so on.

Legal protection for digital base copyrighted works in Indonesia is referred to Law No. 19/2002 on Copyrights. Concerning some cases in the illegal action toward the digital copyrighted works in Indonesia, the Copyright Act has basically accommodated the technological development in Indonesia, but it is very important to make a firm step of law enforcement in the cases of digital base technology. It is the government’s obligation to protect the copyrighted works, especially the digital base ones, by implementing law enforcement and legal protection from perpetrators. The existence of technology is not intended to revolutionize all legal products; legal provisions should be enforced and implemented correctly in order to ensure that the digital technology can develop smoothly without violating the basic principle of Copyrights.

The research was judicial normative in which it studied legal norms related to legal protection for copyrights of digital copyrighted works. The legal materials referred to in the research were secondary data which comprised the primary, secondary, and tertiary legal materials, using the library research technique. The data themselves were gathered by using documentary study, and processed and analyzed descriptively according to the subject matter of the analysis.


(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Media berbasis teknologi digital saat ini telah memasuki berbagai segmen aktifitas manusia hampir di seluruh belahan dunia. Era globalisasi dan digital telah berkembang sedemikian pesat terutama pengaruhnya terhadap bidang pekerjaan / aktifitas manusia. Untuk menandai dimulainya era globalisasi, mantan Presiden Amerika Serikat Bill Clinton telah mencanangkan pembuatan Jalan Raya Informasi (Information Highway) dalam masa pemerintahannya guna mendeklarasikan globalisasi komunikasi dan kebebasan informasi.1 Interconnection networking

(internet) telah menjadi sangat penting bagi manusia di seluruh dunia. Para pelaku bisnis, pejabat pemerintah, dan banyak orang di seluruh dunia menggunakan internet sebagai bagian dari bisnis nasional dan internasional serta kehidupan pribadi manusia sehari-hari. Eksistensi dari beberapa jenis bisnis justru tidak mungkin berlangsung tanpa adanya intenet.

Internet dengan berbagai kelebihan dan kemudahan ternyata bukan hanya memberi manfaat kepada pelaku usaha tetapi juga menimbulkan kerugian yang berdampak pada perbuatan yang melanggar hukum seperti keamanan dan privasi data juga perlindungan hukum terhadap hak-hak asasi yang dimiliki setiapnetter. Dengan adanya kemajuan teknologi digital ternyata dewasa ini telah berdampak terhadap

1


(17)

peningkatan pelanggaran Hak Cipta di Indonesia. Khususnya terhadap karya cipta digital berupasoftwarekomputer, musik digital, film digital,e-book, dan lainnya.

Salah satu implikasi teknologi informasi yang saat ini menjadi perhatian adalah pengaruhnya terhadap eksistensi Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI)2, disamping terhadap bidang-bidang lain seperti transaksi bisnis elektronik, kegiatan e-government, dan lain-lain.3Hak Kekayaan Intelektual merupakan bagian hukum yang berkaitan erat dengan perlindungan usaha-usaha kreatif dan investasi ekonomi dalam usaha kreatif. Berdasarkan Trade Related Aspect of Intellectual Property Rights

(TRIPs) yang merupakan perjanjian Hak-Hak Milik Intelektual berkaitan dengan perdagangan dalam Badan Perdagangan Dunia (WTO), Hak Kekayaan Intelektual ini meliputi copyrights (hak cipta), dan industrial property (paten, merek, desain industri, perlindungan sirkuit terpadu, rahasia dagang dan indikasi geografis asal barang). Diantara hak-hak tersebut, Hak Cipta yang semula bernama hak pengarang (author rights) merupakan kajian Hak Kekayaan Intelektual yang bertujuan untuk melindungi karya kreatif yang dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang sandiwara, serta pembuat film dan piranti lunak (software).

Pengaturan Hak Cipta di Indonesia berpedoman pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta yang kemudian direvisi dengan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982

2

Ahmad M. Ramli,Pengaruh Perkembangan Cyber Law Terhadap Pemanfaatan Teknologi Informasi di Indonesia, Penulisan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2003.

3

Syamsul Muarif,Strategi E-Government Dalam Meningkatkan Daya Tarik Investasi dan Bisnis di Indonesia, CEO BUMN Briefing X, Jakarta, 14 Oktober 2002.


(18)

tentang Hak Cipta. Indonesia sendiri telah menjadi anggota WTO (World Trade Organization) maka itu Indonesia memiliki kewajiban untuk mengimplementasikan ketentuan TRIPs dalam peraturan perundang-undangan nasionalnya. Oleh karena itu, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 6 Tahun 1982 tentang Hak Cipta kemudian diperbarui dengan Undang-Undang yang baru Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Sedangkan peraturan pemerintah yang mengatur Hak Cipta adalah Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1986 tentang Dewan Hak Cipta. Dewan Hak Cipta seperti yang diatur dalam Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 yang terdiri atas wakil pemerintah, wakil organisasi profesi dan anggota masyarakat yang berkompetensi di bidang Hak Cipta berperan dalam memberikan penyuluhan dan pembimbing serta pembinaan Hak Cipta.

Selain memberikan manfaat, tingginya penggunaan internet justru telah memberi akibat berupa ancaman terhadap eksistensi karya cipta dan invensi yang ditemukan oleh para penghasil Hak Kekayaan Intelektual. Internet memiliki beberapa karakteristik teknis yang membuat masalah-masalah HAKI tumbuh dengan subur.4 Salah satu masalah yang timbul adalah berkaitan dengan pembajakan Hak Cipta. Hak Kekayaan Intelektual memang berperan penting dalam kehidupan dunia modern dimana di dalamnya terkandung aspek hukum yang berkaitan erat dengan aspek

4

Sutan Remy Syahdeini,Kejahatan & Tindak Pidana Komputer, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2009, hal. 59


(19)

teknologi, aspek ekonomi, maupun seni budaya. Hak Kekayaan Intelektual adalah sistem hukum yang melekat pada tata kehidupan modern terutama pada perkembagan hukum Hak Cipta terhadap produk digital. Hak Cipta terhadap karya cipta digital seperti perangkat lunak (software) pada komputer, foto digital, musik digital, film digital bahkan yang sedang trend di kalangan akademis e-book dan e-journal perlu mendapat perlindungan hukum, karena setiap hasil karya seseorang telah dihasilkan dengan suatu pengorbanan tenaga, pikiran waktu bahkan biaya yang tidak sedikit serta pengetahuan dan semua bentuk idealisme dari seseorang.

Jika melihat banyaknya kasus yang terjadi sesungguhnya tidak ada perbedaan hukum Hak Cipta antara karya cipta digital (termasuk musik digital, film digital, program/dokumen digital) dan karya cipta non digital karena merujuk pada karya cipta saja. Namun pada beberapa kasus pelanggaran Hak Cipta, karya cipta digital menjadi substansi baru dalam hukum Hak Cipta. Yang menjadi spesifikasi dalam karya cipta digital yaitu ide / gagasan maupun pikiran yang sudah tertuang dalam bentuk karya intelektual yang dibuat dengan bantuan teknologi digital dengan proses pengalihwujudan atau konversi dari bentuk fisik (misalnya buku, kaset/CD) ke dalam bentuk digital (misalnya e-book, MP3) atau karya cipta yang langsung dihasilkan dalam media digital tanpa melewati proses pengalihwujudan atau konversi.

Namun seiring kemajuan era globalisasi saat ini, perlindungan terhadap Hak Cipta terutama karya cipta digital tidak mudah untuk dilakukan. Pembajakan di dunia digital ataupun pembajakan bidang selain digital pada prinsipnya adalah memperbanyak produk tanpa seizin orang atau pihak yang memiliki Hak Cipta.


(20)

Namun dalam produk digital masalah pembajakan ini lebih rumit. Hal ini dikarenakan produk-produk dalam format digital dapat di-copy atau diperbanyak dan didistribusikan dengan sangat mudah. Ini berbeda dengan kasus produk fisik tiruan (lukisan, patung, perangkat elektronik, dan lainnya) diperlukan upaya sangat keras untuk meniru dan menyembunyikan kepalsuan produk secara fisik.5 Namun hal ini tidak berlaku di dunia digital. Perangkat dan produk digital tersebut berhubungan dengan jaringan global antar database. Database yang saling berhubungan membentuk jaringan multimedia.

Penggunaan multimedia menerapkan adanya aplikasi untuk mencampur data digital yaitu musik, foto, dan video yang berbeda untuk berinteraksi dalam kapasitas informasi yang sangat besar. Hal ini selalu memiliki dampak positif dan negatif. Salah satu dampak negatif yang terjadi adalah pencurian dan penyalahgunaan data digital, misalnya gambar yang diambil dari internet kemudian di re-touched oleh seseorang dan hasil re-touched itu diakui sebagai karya ciptanya. Dengan memanfaatkan kelemahan sistem visual manusia, para penjahat digital menjalankan aksinya dan akibatnya merugikan banyak pihak. Digitalisasi memungkinkan perbanyakan tanpa kehilangan kualitas ciptaan asli (original).

Digitalisasi saat ini telah menjawab kemudahan atas layanan teknologi dan informasi sekaligus menggantikan teknologi analog. Sebagai dampaknya di zaman era digital sekarang kehidupan terasa lebih mudah dan praktis. Hanya dengan

5

Metha Dewi, “Perkembangan Hukum Hak Cipta Terhadap Produk Digital”,

http://lawmetha.wordpress.com/2011/05/21/perkembangan-hukum-hak-cipta-terhadap-produk-digital/, diakses tanggal 12 Maret 2012.


(21)

bermodal komputer atau telepon seluler masyarakat sudah dapat menerima suara, tulisan, data maupun gambar tiga dimensi (3G). Bentuk format digital yang dihasilkan meliputi audio, video, gambar atau tulisan. Proses konversi menjadi format digital ini disebut dengan digitalisasi atau alih media digital. Dalam bentuk yang utuh, konversi ini menghasilkan apa yang disebut digitalisasi.

Beberapa keunggulan karya / ciptaan dalam format digital diantaranya sebagai berikut:

1. Long distance service yaitu pengguna bisa menikmati layanan sepuasnya, kapanpun dan dimanapun.

2. Akses yang mudah. Akses lebih mudah karena pengguna tidak perlu mencari di katalog dengan waktu yang lama.

3. Biaya murah (low cost).

4. Publikasi karya secara global. Karya-karya dapat dipublikasikan secara global ke seluruh dunia dengan bantuan internet.

Masyarakat tidak saja menikmati berbagai manfaat teknologi digital ketika mengeksploitasi suatu ciptaan, tetapi juga bila menciptakan ciptaan. Dewasa ini, setiap orang dapat menjadi pencipta. Namun, bersamaan dengan itu, revolusi teknologi telah menimbulkan peristiwa-peristiwa yang tidak pernah diperkirakan sebelumnya dan jenis-jenis baru kejahatan. Akses ilegal oleh hackers, dan sebagainya, yang menyerang jaringan komputer, dan pembocoran data pribadi semakin merajalela. Pengelolaan informasi dalam administrasi pemerintahan, dalam setiap organisasi, dan perusahaan menjadi masalah. Karena informasi digital dapat


(22)

dengan mudah diubah, maka dimungkinkan setiap orang tanpa sengaja melanggar Hak Cipta orang lain.

Berdasarkan data yang dimiliki, pada tahun 2009 bisnis karya cipta, musik, film, software, dan karya yang lain di internet mencapai Rp.300 Triliun.6 Hal ini menunjukkan bahwa bisnis internet sangat menjanjikan. Kementerian Komunikasi dan Informatika menyatakan akan memblokir situs-situs download musik atau film gratis untuk melindungi dan mengapresiasi karya cipta seni di dunia virtual.

Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Tifatul Sembiring mengungkapkan, maraknya download konten tidak resmi untuk musik digital di internet menimbulkan kerugian yang cukup besar. Akibat konten ini, negara dirugikan sekitar Rp. 12 Triliun per tahun. Data lainnya menyebutkan dari seluruh wilayah Indonesia, Provinsi Jawa Timur adalah daerah yang menjadi pusat pembajakan tertinggi Hak Cipta di Indonesia.7

Masyarakat pengguna internet/netter di Indonesia sebagian besar terbiasa melakukan pembajakan perangkat lunak (software piracy) dikarenakan mahalnya aplikasi/program komputer yang asli yang tidak terjangkau oleh sebagian besar masyarakatnetter di Indonesia, dengan demikian masyarakat berusaha mendapatkan

software komputer dengan harga yang lebih murah meskipun hasil bajakan. Sebagai contoh harga program komputer original untuk Windows Vista Ultimate yaitu

6

“Situs Download Gratis Diblokir”,

http://www.seputarindonesia.com/edisicetak/content/view/416180/38/, diakses tanggal 9 Maret 2012.

7

Gatot S. Dewa Broto (Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo), “Siaran Pers No. 51/PIH/KOMINFO/7/2011 tentang Sosialisasi Perlindungan dan Apresiasi Karya Cipta Seni Musik Di Dunia Maya”, http://kominfo.go.id, diakses tanggal 5 Maret 2012.


(23)

Rp.1.717.000,-, program original lainnya untuk Office 2010 Profesional yaitu Rp.3.761.000,-8. Dapat dijumlahkan jika setiap netter memiliki sepuluh program komputer untuk mendukung aktifitasnya. Melihat harga yang sangat mahal untuk sebagian besar masyarakat Indonesia tidak heran jika masyarakat beralih pada hasil karya bajakan. Selain pembajakan software, bentuk pelanggaran Hak Cipta lainnya yang juga marak terjadi di Indonesia saat ini adalah musik digital berupa MPEG-1 Audio Layer 3 atau yang lebih dikenal dengan MP3. Permasalahan hukum Hak Cipta dalam MP3 adalah mewabahnya produk MP3 di masyarakat yang telah melanggar Hak Cipta. Perkembangan pembajakan musik digital di Indonesia dimulai dari hasil kualitas suara musik atau lagu yang asli berbeda dengan kualitas lagu atau masik yang hasil bajakan. Namun dengan adanya teknologi konversi digital seperti adanya MP3, penurunan kualitas suara pada produk bajakan bisa diminimalisir, bahkan kualitas suara produk bajakan setara dengan kualitas suara pada CD (Compact Disk) original. Selain itu harga sebuah keping MP3 illegal (bajakan) jauh lebih murah dari harga keping CD original. Sebagai perbandingan, harga suatu keping MP3 illegal yang mampu memuat lebih dari seratus lagu berkisar lima ribu rupiah hingga sepuluh ribu rupiah.9 Hasil duplikasi yang juga memiliki kualitas yang sama dengan aslinya juga terjadi pada e-book. Hal ini memudahkan pembajakan e-book, penggandaan (duplikasi/copying) e-book sangat mudah dan murah. Untuk membuat ribuan copy

8

Ali Fahrudin, http://hukum.kompasiana.com/2011/05/19/tahukah-berapa-total-harga-software-jika-original-di-komputer-anda-bag1/, diakses tanggal 2 April 2012.

9

Kompas Cyber Media, “Bisnis CD/VCD Bajakan Marak”,


(24)

dari e-book dapat dilakukan dengan murah, sementara untuk mencetak ribuan buku membutuhkan biaya yang sangat mahal.10 Tentunya kemudahan penggandaan ini memiliki efek negatif, yaitu mudah dibajak.

Salah satu kasus yang terjadi terkait adanya pelanggaran Hak Cipta digital adalah kasus musisi Dodo Zakaria v Telkomsel dalam perkara No.24/Hak Cipta/2007/PN.NIAGA.JKT PST yang mana pihak Telkomsel digugat karena melakukan eksploitasi Hak Cipta dengan melakukan mutilasi / pemotongan atas lagu Dodo Zakaria dalam bentuk Nada Sambung Pribadi (NSP) dengan mengabaikan hak moral dan hak ekonominya

Masalah Hak Cipta di media internet sendiri dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu hak cipta atas atau isi (content) yang terdapat di media internet yang berupa hasil karya berbentuk informasi, tulisan, karangan, review, program atau bentuk lainnya yang sejenis, dan hak cipta atas nama atau alamat website dan alamat surat elektronike-mail dari pelanggan jasa internet.11 Masalah Hak Cipta atas hasil karya yang disediakan di internet ini menyangkut pula beberapa hal, antara lain jenis-jenis pelanggaran, perlindungan terhadap Hak Cipta. Digitalisasi memungkinkan membuat salinan dan mengubah suatu ciptaan dengan sangat mudah. Digitalisasi juga memungkinkan untuk mempertahankan kualitas secara konsisten dan konstan berapa puluh kalipun suatu ciptaan disalin, betapapun besar suatu ciptaan atau berapa lama pun waktu berlalu. Karena mutu setiap salinan sama dengan mutu ciptaan original,

10

Budi Rahardjo, “Rancangan abc e-Book”,

http://budi.insan.co.id/articles/ebooks/ebooks.pdf, diakses tanggal 12 Maret 2012.

11


(25)

salinan bahkan dapat diperbanyak lagi dari salinan. Dampak yang lebih besar, yakni pelanggaran hak terjemahan dan hak mempertahankan keutuhan suatu ciptaan karena digitalisasi memudahkan melakukan perubahan pada ciptaan original. Sekarang dimungkinkan untuk mengeksploitasi suatu ciptaan berulang kali tanpa ada perubahan pada mutu, karena tingginya mutu medium rekaman, seperti memori hanya baca cakram padat (CD-ROM = Compact Disc Read Only Memory), dan sebagainya. Undang-Undang Hak Cipta sendiri telah mencakup pembatasan bagi pembuatan salinan untuk penggunaan pribadi, sebagai jawaban terhadap tindakan eksploitasi, jumlah pelanggaran, dan kerugian lainnya, yang disebabkan oleh digitalisasi.

Persoalan yang dihadapi bangsa Indonesia dalam upaya perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital ini adalah masalah proses penegakan hukum dan perlindungan hukum terhadap karya cipta yang yang dihasilkan dari proses alih media/digitalisasi dan yang dibuat langsung dalam format digital disertai masalah-masalah seperti kesadaran masyarakat terhadap pentingnya Hak Cipta itu sendiri dan kondisi ekonomi bangsa Indonesia yang secara tidak langsung mendukung tindakan pelanggaran Hak Cipta.

Berdasarkan uraian di atas maka untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap karya cipta digital dilakukan penelitian dengan judul: “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Cipta Atas Karya Cipta Digital Di Indonesia.”


(26)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka masalah yang perlu dibahas dalam tulisan ini adalah:

1. Bagaimana perkembangan teknologi digital serta pengaruhnya terhadap Hak Cipta?

2. Bagaimana perlindungan hukum terhadap karya cipta digital di Indonesia? 3. Bagaimanakah perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital di beberapa

negara?

C. Tujuan Penelitian

Dalam penelitian ini ditentukan apa yang menjadi batasan materi yang akan diuraikan. Hal ini perlu dilakukan agar materi atau isi dari tulisan ini tidak menyimpang dari pokok-pokok permasalahan sehingga pembahasannya dapat terarah dan diuraikan secara sistematis. Penelitian ini bertujuan:

1. Untuk mengetahui perkembangan teknologi digital serta pengaruhnya terhadap Hak Cipta.

2. Untuk mengetahui perlindungan hukum terhadap karya cipta digital di Indonesia.

3. Untuk mengetahui perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital di beberapa negara.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini secara teoritis dan praktis, yaitu: 1. Secara Teoritis


(27)

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu sumbangan pemikiran dalam ilmu hukum pada umumnya dan khususnya agar pengaturan perlindungan hukum Hak Cipta bagi sebuah karya cipta digital diperjelas dan memberikan kepastian hukum.

2. Secara Praktis

a. Diharapkan agar penulisan yang dilakukan dapat memberikan kontribusi kepada pihak yang berkepentingan, khususnya kepada pencipta karya digital dan masyarakat pengguna sarana digital.

b. Diharapkan dapat bermanfaat memberikan masukan kepada para pihak yang melaksanakan aktifitas digital, agar para pihak mengetahui, memahami dan menghargai Hak Kekayaan Intelektual (Hak Cipta) seseorang.

E. Keaslian Penelitian

Penelitian yang pernah dilakukan sebelumnya berkaitan dengan topik bahasan tesis ini pernah dilakukan oleh mahasiswa program Magister Kenotariatan Universitas Sumatera Utara yaitu:

1. Yuniarti dengan NIM 017011068, judul Tesis “Efektifitas Asas Perlindungan Hukum Terhadap Pemegang Hak Cipta Program Komputer”.

Berdasarkan penelusuran kepustakaan dan dari hasil penelitian yang pernah dilakukannya, khususnya di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Program Kenotariatan, penelitian tersebut memiliki sasaran penelitian yang berbeda. Jika dibandingkan penelitian yang pernah dilakukan dengan penelitian ini, baik


(28)

permasalahan maupun pembahasan adalah berbeda. Dengan demikian penelitian ini dapat dipertanggung jawabkan keasliannya secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi 1. Kerangka Teori

Hak Cipta memberi kewenangan yang sangat luas bagi pencipta. Secara konseptual kedudukan pencipta berada pada tempat yang sangat terhormat di tengah-tengah masyarakat.12 John Locke, filsuf Inggris abad ke-18 dalam kaitan antara Hak Cipta dan hukum alam mengemukakan bahwa “hukum Hak Cipta memberikan hak milik eksklusif kepada karya cipta seorang pencipta, hukum alam meminta individu untuk mengawasi karya-karyanya dan secara adil dikompensasikan untuk kontribusi kepada masyarakat”.13 Dalam bukunya klasiknya, “The Second Treatise of Civil Government and a Letter Concerning Toleration” John Locke mengajukan sebuah postulasi pemikiran bahwa semua individu dikaruniai oleh alam hak yang melekat atas hidup, kebebasan dan kepemilikan, yang merupakan milik mereka sendiri dan tidak dapat dicabut atau dipreteli oleh negara.14 Dalam bukunya, Locke juga mengatakan bahwa hak milik dari seorang manusia terhadap benda yang dihasilkannya itu sudah ada sejak manusia lahir. Benda dalam pengertian disini tidak hanya benda yang berwujud tetapi juga benda yang abstrak, yang disebut dengan hak milik atas benda yang tidak berwujud yang merupakan hasil dari intelektualitas

12

Otto Hasibuan,Hak Cipta di Indonesia, Alumni, Bandung, 2008, hal. 51

13

Hendra Tanu Atmaja,Hak Cipta-Musik atau LaguCet-I, UI-Press, Jakarta, 2003, hal. 19

14


(29)

manusia.15 Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan suatu hak yang timbul akibat adanya tindakan kreatif manusia yang menghasilkan karya-karya inovatif yang dapat diterapkan dalam kehidupan manusia.16 Kemampuan intelektual manusia dihasilkan oleh manusia melalui daya, rasa, dan karsanya yang diwujudkan dengan karya-karya intelektual. Karya-karya intelektual juga dilahirkan menjadi bernilai, apalagi dengan manfaat ekonomi yang melekat sehingga akan menumbuhkan konsep kekayaan terhadap karya-karya intelektual. Dalam konteks zaman modernitas saat ini, dasar untuk mendukung atau justifikasi perlindungan dan penghargaan terhadap Hak Cipta mungkin tidak cukup lagi berdasarkan teori hukum alam. S.M Stewart mengemukakan argumentasinya yang cukup representatif mengapa Hak Cipta harus dilindungi dan dihargai:17

a. Alasan keadilan (the principle of nature justice)

Pengarang adalah pencipta atau pembuat suatu karya yang merupakan ekspresi kepribadiannya. Sebaiknya, dia mampu memutuskan apakah dan bagaimanakah karyanya dipublikasikan serta mencegah kerugian atau perusakan karya intelektualnya.

b. Alasan ekonomi (the economic argument)

15

John Locke,Two Treatises of Government, edited and introduced by Peter Laslett, 1988, hal. 285 dalam “Hukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era Globalisasi”, Syafrinaldi, UIR Press, 2010, hal. 7

16

Magreth Barrett , HAKI melindungi dan sekaligus memberi insentif terhadap kreatifitas manusia,Intellectual Property, Emanuel Law Outline, 1997, page 1et seq.

17

S.M Stewart, International Copyright and Neighbouring Rights, 2nd Edition, Buuterworths&Co (Publisher) Ltd, London, 1989, p. 3-4.


(30)

Di era modern, investasi sangat dibutuhkan untuk membuat suatu kreasi. Karena kreasi semua pekerjaan secara praktis bertujuan untuk menyediakannya bagi publik, sehingga prosesnya juga, seperti publikasi dan distribusi juga mahal.

c. Alasan budaya (the cultural argument)

Karya yang dihasilkan oleh pencipta merupakan asset nasional. Oleh karena itu, dorongan atau hadiah kreatifitas adalah demi kepentingan publik sebagai suatu kontribusi terhadap pembangunan budaya nasional.

d. Alasan sosial (the social argument)

Penyebaran karya-karya terhadap sejumlah besar orang membentuk hubungan (mata rantai) antara kelompok / tingkatan, kelompok rasial, kelompok usia, sehinga menciptakan perpaduan sosial, pencipta dalam hal ini memberikan pelayanan sosial jika ide atau pengalaman para pencipta dapat disebarkan ke masyarakat luas dalam waktu singkat, berarti mereka memberikan kontribusi terhadap kemajuan sosial.

Hak Cipta pertama kali mendapat perlindungan di tingkat internasional pada tanggal 9 September 1886 melalui Berne Convention for The Protection of Literary and Artistic Works.Indonesia telah meratifikasi konvensi internasional dalam bidang hak cipta yaitu Bern Convention for the Protection of Artistic and Literary Works

(Konvensi Bern tentang Perlindungan Karya Seni dan Sastra) melalui Keppres No.18 tahun 1997 dan World Intellectual Property Organization Treaty (Perjanjian Hak


(31)

Cipta WIPO) melalui Keppres No.6 tahun 1997. Perjanjian-perjanjian yang terkandung dalam WIPO lebih bersifat spesifik di bidang-bidang HAKI tertentu. Hal ini berbeda dengan TRIPs yang justru mengatur persoalan-persoalan HAKI secara lebih komprehensif.18 Dengan diratifikasinya konvensi-konvensi internasional di bidang Hak Cipta oleh pemerintah Indonesia, maka Indonesia memiliki komitmen untuk memberlakukan dan menerapkan ketentuan-ketentuan yang telah disepakati dalam konvensi-konvensi di bidang Hak Cipta. Pemerintah Indonesia sejak tahun 1982 telah mengeluarkan Undang-Undang tentang Hak Cipta yaitu Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1982 yang telah mengalami beberapa revisi melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1987 dan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1997, kesemuanya ini adalah untuk melindungi karya cipta di bidang ilmu pengetahuan, seni dan sastra (scientific, literary and artistic works). Kemudian yang terakhir adalah Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta dan pemberlakuannya tentang Hak Cipta pun telah diberlakukan efektif sejak 29 Juli 2003.

Undang-Undang Hak Cipta memberikan kepada seorang pengarang atau pencipta atas sebuah ciptaan; beberapa hak ekslusif atas karya-karyanya untuk jangka waktu tertentu atau jangka waktu lebih panjang lagi. Hak-hak ini memungkinkan para pencipta untuk mengawasi pemanfaatan hak ekonomi atas karya-karya mereka dengan sejumlah cara, dan untuk itu mereka tentu berhak atas sejumlah pembayaran.

18

Ahmad M. Ramli dan Fathurahman P.Ng.J, Film Independen (Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia), Ghalia Indonesia, Bogor, 2005, hal. 16


(32)

Undang-Undang Hak Cipta, juga memberikan hak moral yang melindungi, antara lain citra dan integritas penciptanya.

Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi Pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Dari bunyi pasal 1 ayat (1) Undang-undang No. 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta, mengandung banyak unsur yang terkandung didalamnya baik bagi berhubungan dengan pencipta, penerima, karya ciptanya dan pengertian semata-mata diperlukan bagi pemegangnya sehingga tidak ada pihak lain yang boleh memanfaatkan hak tersebut tanpa izin pemegangnya. Pada dasarnya Hak Cipta bertujuan untuk melindungi karya kreatif yang dihasilkan oleh penulis, seniman, pengarang dan pemain musik, pengarang sandiwara, serta pembuat film dan piranti lunak (software). Perlindungan hak cipta tidak diberikan kepada ide atau gagasan (The copyright law protects only the expression of an idea and not the idea itself)19 karena karya cipta harus memiliki bentuk yang khas, bersifat pribadi, dan menunjukkan keaslian sebagai ciptaaan yang lahir berdasarkan kemampuan, kreatifitas, atau keahlian sehingga itu dapat dilihat, dibaca, atau didengar.

Hak Cipta terdiri atas hak ekonomi dan hak moral dimana hak ekonomi adalah hak untuk mendapatkan manfaat ekonomi atas ciptaan serta produk hak terkait, dan hak moral adalah hak yang melekat pada diri pencipta atau pelaku yang

19

Kamlesh K. Bajaj dan Debjani Nag, E-Commerce (The Cutting Edge of Business), 2nd Edition, Tata McGraw-Hill Publishing Company Ltd, New Delhi, 2005, p. 243


(33)

tidak dapat dihilangkan atau dihapus tanpa alasan apapun, walaupun Hak Cipta atau hak terkait telah dialihkan.20 Hak Cipta merupakan hak khusus bagi pencipta atau penerima hak untuk: a). mengumumkan atau b). memperbanyak ciptaannya, atau c). memberi izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hanya pencipta saja yang mempunyai hak khusus (exclusive right) yang dilindungi Undang-Undang yang dapat mengumumkan ciptaannya, untuk memperbanyak ciptaannya dan untuk memberi izin mengumumkan dan atau memperbanyak ciptaannya tersebut, seumur hidup pencipta ditambah 50 tahun setelah pencipta meninggal, ini berarti bahwa Hak Cipta dapat diwariskan kepada ahli warisnya seperti yang tertera dalam Pasal 4 ayat 1 Undang-Undang Hak Cipta No. 19 tahun 2002 yang berbunyi : “Hak Cipta yang dimiliki oleh pencipta, yang setelah penciptanya meninggal dunia, menjadi milik ahli warisnya atau milik penerima wasiat, dan hak cipta tersebut tidak dapat disita, kecuali jika hak itu diperoleh secara melawan hukum”. Beralih atau dialihkannya Hak Cipta tidak dapat dilakukan secara lisan tetapi harus dilakukan secara tertulis baik dengan akta notaris maupun tidak dengan akta notaris. Atas sebuah ciptaan karya dalam bidang seni, sastra dan ilmu pengetahuan akan melekat dua macam hak yaitu hak ekonomi (economic rights) dan hak moral (moral rights). Secara umum (terlepas dari isi perundang-undangan suatu negara), hak ekonomi adalah hak eksklusif pencipta untuk memperoleh manfaat ekonomi dari karya ciptanya dan produk-produk terkait. Hak ekonomi meliputi hak untuk memperbanyak, mendistribusi, menterjemahkan,

20


(34)

membuat adaptasi, membuat pertunjukan, dan memperagakan (display) suatu karya cipta. Hak moral terdiri dari paternity right (hak untuk diidentifikasi sebagai pengarang atau direktur suatu karya), integrity right (hak untuk menolak perubahan atas suatu karya), dan privacy right (hak pemanfaatan foto dan film).21 Jadi seandainya Hak Cipta ini beralih atau dialihkan kepada pihak ketiga oleh si pencipta, pada dasarnya yang beralih hanyalah hak ekonominya saja, sedangkan hak moralnya tetap melekat pada diri pencipta. Artinya, atas ciptaannya tersebut pencipta tetap berhak untuk dicantumkan namanya sebagai pencipta dan tidak boleh pihak ketiga mengubah ciptaan si pencipta sebagaimana aslinya tanpa izin. Dan orang lain yang melakukan tindakan yang merupakan hak khusus pencipta, baik hak ekonomi maupun hak moral, tanpa izin atau tanpa hak dianggap telah melakukan pelanggaran atas hak cipta.

Pelanggaran Hak Cipta sebagaimana pula diatur dalam ketentuan Pasal 14 ayat (1) Persetujuan TRIPs mengharuskan pelaku diberikan hak untuk melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya, melakukan perbuatan-perbuatan seperti membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan / atau gambar pertunjukannya; dan melakukan penyiaran atas suatu karya siaran dengan menggunakan transmisi dengan atau tanpa kabel atau mengkomunikasikan kepada masyarakat pertunjukan langsung mereka. Yang dimaksud dengan pelanggaran yang dilarang dalam hal ini adalah apabila perbuatan pelanggaran itu dapat merugikan

21

Chairul Anwar, Hak Cipta: Pelanggaran Hak Cipta dan Perundang-Undangan Terbaru Hak Cipta Indonesia, Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, 1999.


(35)

pencipta dari segi ekonomis, merugikan kepentingan negara karena mengumumkan ciptaan yang bertentangan dengan kebijakan pemerintah di bidang pertahanan dan keamanan atau bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Melanggar perjanjian berarti pelanggaran berupa perbuatan yang tidak sesuai dengan isi perjanjian yang telah disepakati antara pihak ketiga dengan pencipta.

Hak Kekayaan Intelektual atas ciptaan dapat dikelompokkan ke dalam kategori-kategori berikut:22

1. Hak perbanyakan (right of reproduction); 2. Hak mempertunjukkan (right of performance); 3. Hak menyajikan (right of presentation);

4. Hak menyebarkan (right of public transmission); 5. Hak menuturkan (right of recitation);

6. Hak memamerkan (right of exhibition);

7. Hak distribusi, mengalihkan hak milik dan meminjamkan (right of distribution, transfer of ownership and lending);

8. Hak menerjemahkan, mengaransemen, mentransformasi, dan mengadaptasi (right of translation, arrangement, transformation and adaptation);

9. Hak mengeksploitasi ciptaan turunan (rights in the exploitation of a derivative work).

Pembajakan atau pelanggaran terhadap Hak Cipta di Indonesia sangat memprihatinkan, terutama terhadap produk-produk digital yang mudah sekali untuk diperbanyak seiring dengan semakin berkembangnya kemajuan teknologi (digitalisasi) di Indonesia saat ini. Sehubungan dengan perkembangan teknologi digital, semua kreasi intelektual yang semula dibuat di atas kertas kemudian akan berubah wujud sebagai suatu informasi digital (digital works) yang direpresentasikan

22

Tamotsu Hozumi, Asia/Pacific Cultural Centre for UNESCO,Asian Copyright Handbook, Seminar dan Workshop Nasional Peningkatan Kesadaran tentang Hak Cipta, 2006.


(36)

dalam signal digital 0 dan 1, baik yang berbentuk teks, angka, garis, gambar, warna, maupun semua jenis karakter-karakter informasi lainnya.23

Meskipun Indonesia telah mempunyai perangkat hukum di bidang Hak Cipta, akan tetapi faktanya penegakan hukum atas pembajakan karya cipta digital ini masih dirasakan sulit dicapai, dan diprediksi pembajakan di Indonesia akan tetap terjadi, sehingga permasalahan ini pun sulit dituntaskan. Sistem HKI merupakan kesatuan antara penghasil / pencipta (inventor), pengusaha, dan pelindung hukum. Lemahnya sistem hukum (pengaturan) mengenai HKI adalah akibat kompleksnya permasalahan yang ada dalam masyarakat, yang antara lain disebabkan karena penegakan hukum. Sebagai salah satu penyebab maraknya pelanggaran Hak Cipta terhadap karya cipta digital adalah kurang tegasnya aparat hukum dalam menangani pelanggaran yang terjadi. Rendahnya hukuman yang diberikan kepada pelanggar Hak Kekayaan Intelektual menandakan penegakan hukum terhadap pelaku pelanggaran juga merupakan faktor utama lemahnya penegakan hukum di bidang HKI.

2. Konsepsi

Konsepsi adalah bagian yang terpenting dari sebuah teori. Konsepsi dalam bahasa latin disebut Conceptio (di dalam bahasa Belanda: begrip) atau pengertian merupakan hal yang dimengerti. Definisi tersebut berarti perumusan (di dalam bahasa Belanda: omschrijving) yang pada hakikatnya merupakan suatu bentuk ungkapan

23


(37)

pengertian disamping aneka bentuk lain yang dikenal dalam epistemologi atau teori ilmu pengetahuan.24

Dalam penelitian hukum sebagai suatu penelitian deskriptif yang sering kali lebih bersifat normatif atau doktrinal.25Adanya kerangka konsepsional dan landasan atau kerangka teoritis menjadi syarat yang sangat penting agar penelitian itu menjadi tak bias. Konsepsi yang dipergunakan dalam penelitan ini adalah:

Digitalisasi adalah proses alih media dari bentuk tercetak, audio, maupun video menjadi bentuk digital.26

Hak atas Kekayaan Intelektual merupakan kekayaan atas segala hasil produksi kecerdasan daya pikir seperti teknologi, pengetahuan, seni, sastra, gubahan lagu, karya tulis, karikatur, dan lain-lain yang berguna untuk manusia.27

Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

24

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cet. 4, Rajawali Pers, Jakarta, 1995, hal. 6

25

Edmon Makarim.,Op. Cit, hal. 2

26

Ena Sukmana, “Digitalisasi Pustaka”,

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-grey-2005-enasukmana-1858, diakses tanggal 10 Maret 2012.

27


(38)

Pemegang Hak Cipta menurut Pasal 1 ayat (4) Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah Pencipta sebagai Pemilik Hak Cipta, atau pihak yang menerima lebih lanjut hak dari pihak yang menerima hak tersebut.

Perbanyakan menurut Pasal 1 ayat (6) Undang-Undang No.19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta adalah penambahan jumlah sesuatu Ciptaan, baik secara keseluruhan maupun bagian yang sangat substansial dengan menggunakan bahan-bahan yang sama atau pun tidak sama, termasuk mengalihwujudkan secara permanen atau temporer.

Pelanggaran Hak Cipta adalah suatu perbuatan dianggap pelanggaran Hak Cipta jika melakukan pelanggaran terhadap hak eksklusif yang merupakan hak pencipta atau pemegang hak cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak dan untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan karya ciptanya.28

Pembajakan adalah istilah untuk infringment Hak Cipta, biasanya digunakan untuk menggambarkan penyalinan tidak sah dari perangkat lunak (software), video,

game, film atau MP3.

Digital dalam sebuah istilah yaitu “Digital refers to communication signals or information presented in a discrete form, usually in a binary way (0 or 1)”.29

28

“Pelanggaran Hak Cipta dan Akibat Hukumnya”,

http://pusathki.uii.ac.id/konsultasi/konsultasi/pelanggaran-hak-cipta-dan-akibat-hukumnya.html, diakses tanggal 11 Maret 2012.

29

The Berkman Center for Internet & Society at Harvard Law School, “iTunes How Copyright, Contract, and Technology Shape the Business of Digital Media. A Case Study”, Berkman Publication Series No. 2004-07 June 2004, p. 55


(39)

Hak Cipta atas karya cipta digital diartikan hak yang dimiliki oleh pencipta atau pemegang hak cipta atas karya yang dihasilkannya yang dibuat dalam media digital atau dengan memanfaatkan teknologi digital.

G. Metode Penelitian 1. Spesifikasi Penelitian

Penelitian dapat dikategorikan menurut tujuan penelitian. Berdasarkan tujuannya, penelitian dapat dikategorikan menjadi:

1. Penelitian eksploratif (exploratory research); 2. Penelitian uji hipotesa (testing research); 3. Penelitian deskriptif (descriptive research).30

Penelitian ini bersifat deskriptif analisis. Disebut dengan penelitian yang bersifat deskriptif analisis karena bertujuan untuk melukiskan suatu realitas sosial dengan diawali dengan pengumpulan data. Selanjutnya, data yang diperoleh akan dianalisa untuk memperoleh gambaran secara komprehensif tentang masalah-masalah yang ada.

Berdasarkan disiplin ilmu hukum, maka metode pendekatan terhadap permasalahan pada penulisan tesis ini baik untuk kepentingan analisisnya maupun pembahasannya adalah melalui pendekatan yuridis normatif yaitu mengkaji hukum tertulis dari berbagai aspek, yaitu aspek teori, sejarah, filosofi, perbandingan, struktur dan komposisi, lingkup dan materi, konsistensi, penjelasan umum dan pasal demi pasal, formalitas dan kekuatan mengikat serta undang-undang, bahasa hukum yang

30


(40)

digunakan.31 Pendekatan yuridis normatif digunakan dalam penelitian ini untuk meneliti norma-norma hukum yang berlaku serta terkait dengan perlindungan Hak Cipta atas karya cipta digital.

2. Sumber Data

Pada penelitian hukum ini, bahan pustaka merupakan data dasar yang dalam penelitian digolongkan sebagai data sekunder. Dimana sumber data yang digunakan dalam penelitian data sekunder adalah meliputi bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum tertier.32

Dalam penelitian ini bahan hukum yang dijadian rujukan adalah data sekunder, antara lain:

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan-bahan hukum yang berhubungan dan mengikat, yakni:

a. Peraturan Perundang-undangan, yaitu:

1) World Intellectual Property Organization Copyright Treaty (Perjanjian Hak Cipta WIPO).

2) Trade Related Intellectual Property Right Agreement(TRIPs).

3) Berne Convention the Protection of Literary and Artistic Works(Konvensi Berne untuk Karya Cipta Seni dan Sastra).

4) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta.

31

Abdulkadir Muhammad,Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004, hal. 101

32

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji,Penelitian Hukum Normatif(Suatu Tinjauan Singkat), Rajawali Pers, Jakarta, 2010, hal. 33.


(41)

2. Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan hukum primer.33 Seperti hasil penelitian, artikel, buku-buku referensi, jurnal dan media informasi lainnya seperti internet yang juga menjadi tambahan bagi tesis ini sepanjang memuat informasi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

3. Bahan Hukum Tertier, yaitu bahan hukum yang memberi petunjuk dan penjelasan terhadap bahan hukum sekunder, berupa kamus hukum, kamus umum dan ensiklopedia.

3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan bahan / data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik

library research. Alat pengumpulan data yaitu dengan studi pustaka atau studi dokumen yang meliputi sumber primer; yaitu perundang-undangan yang relevan dengan permasalahan, sumber sekunder yaitu buku-buku litreratur ilmu hukum serta tulisan-tulisan hukum lainnya yang relevan dengan permasalahan. Studi pustaka dilakukan melalui tahap-tahap identifikasi pustaka sumber data, identifikai bahan hukum yang diperlukan dan inventarisasi bahan hukum yang diperlukan tersebut.34 4. Analisis Data

Dalam penelitian hukum normatif maka analisis pada hakekatnya berarti kegiatan untuk mengadakan sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis, untuk

33

Soerjono Soekanto,Pengantar Laporan Hukum, Cet. 3, UI Press, Jakarta, 2007, hal. 144

34


(42)

memudahkan pekerjaan analisis dan konstruksi.35 Bahan-bahan hukum yang diperoleh baik bahan hukum primer maupun bahan hukum sekunder diolah dan dianalisis secara deskriptif analitis sesuai dengan permasalahan yang dibahas.

Proses analisis data / bahan hukum dalam penelitian ini dilaksanakan sebagai berikut:

a. Melakukan inventarisasi peraturan perundang-undangan dan konvensi-konvensi internasional yang relevan serta bahan hukum sekundernya yang mendukung.

b. Melakukan pemeriksaan dan mengevaluasi data-data yang telah dikumpulkan dari undang-undang, buku-buku, jurnal hukum, makalah hukum serta dari kamus hukum yang terkait dengan konvensi-konvensi Internasional untuk mengetahui validitas dari data-data tersebut.

c. Mensistematisasi data-data yang telah di inventaris dan diperiksa untuk menghasilkan klasifikasi yang selaras dengan permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini, serta untuk memperoleh jawaban yang baik.

35


(43)

BAB II

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI DIGITAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP HAK CIPTA

A. Perkembangan Era Digital

Perubahan pesat teknologi ke arah kemajuan globalisasi berdampak ke hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Apabila pemanfaatan teknologi tidak diatur dengan baik, maka ada kecenderungan pemanfaatan teknologi tersebut menjadi tidak terkendali yang berakibat pada pelanggaran hukum. Era globalisasi saat ini menjadi sangat tergantung pada kemajuan teknologi yang dapat menciptakan efisiensi dengan jangkauan wilayah yang luas tanpa dihalangi oleh batas-batas negara. Salah satu wujud teknologi yang berhasil menjawab kebutuhan tersebut adalah teknologi internet.36

Dengan keunggulan-keunggulan yang dimiliki berupa jaringan yang dapat menjangkau ke seluruh pelosok dunia, internet berhasil merambah seluruh bidang aktifitas manusia. Hal tersebut menempatkan internet sebagai media informasi yang mampu memenuhi tuntutan masyarakat global. Meluasnya pemakaian internet di segala aspek kehidupan manusia ternyata membawa konsekuensi tersendiri. Perdana Menteri Perancis François Fillon mengungkapkan bahwa era globalisasi bukan hanya sekadar era yang terkait dengan pasar bebas dan kebebasan untuk memperkaya

36

OK.Saidin,Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, RajaGravindo Persada, Jakarta, 2004, hal. 519


(44)

negara masing-masing, melainkan era globalisasi adalah era ketika hak asasi manusia dan demokrasi dijunjung tinggi.37

Yang mendasari revolusi era digital adalah perkembangan komputer elektronik digital khususnya mikro prosesor dengan kinerjanya terus meningkat, yang memungkinkan teknologi komputer dapat ditransmisi ke berbagai objek seperti yang saat ini menjaditrend kamera pemutar musik pribadi. Tidak kalah pentingnya adalah perkembangan teknologi transmisi termasuk jaringan komputer berakses internet, penyiaran digital, ponsel berbasis Third-Generation Technology atau 3G, yang berkembang pesat pada tahun 200038, juga memainkan peran yang sangat besar dalam revolusi digital karena secara bersamaan media digital tersebut memenuhi kebutuhan masyarakat modern akan informasi, komunikasi, dan konektifitas online. Teknologi Informasi tidak hanya terbatas pada teknologi komputer (perangkat keras dan perangkat lunak) yang digunakan untuk menyimpan informasi, melainkan juga mencakup teknologi komunikasi untuk mengirimkan informasi.

Perkembangan era digitalisai hanya membutuhkan waktu tiga dekade. Media informasi menjadi ranah pertama yang terambah oleh gelombang revolusi teknologi, diantaranya dengan dunia penerbitan buku, yang dewasa ini disibukkan dengan mengkonversi buku-bukunya ke dalam format digital: e-book, enhanced book,

interactive bookdan lain-lain. Media informasi memang selalu menjadi gerbang yang

37

Riana Afifah & Tri Wahono, “Era Globalisasi adalah Era Demokrasi”,

http://internasional.kompas.com/read/2011/07/01/22573843/Era.Globalisasi.adalah.Era.Demokrasi, diakses tanggal 5 Mei 2012.

38

Anjar Syafari, “Sekilas Tentang Teknologi 3G”,http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2007/07/anjars-teknologi-3g.pdf, diakses pada tanggal 10 Agustus 2012.


(45)

mengantarakan sebuah zaman dari suatu era menuju era lainnya. Media informasi merupakan salah satu alat provokasi paling ampuh dan efektif guna mengubah pola pikir seseorang atau bahkan publik secara kolektif.

Tanda yang signifikan dalam era digital saat ini adalah perkembangan yang sangat cepat pada sektor ilmu pengetahuan dan teknologi. Tantangan era digital di Indonesia utamanya dimana bangsa Indonesia harus berusaha menyetarakan atau mengikuti perkembangan zaman akan perkembangan teknologi dunia, karena perkembangan teknologi dan informasi sangatlah pesat. Bangsa Indonesia harus meningkatkan kreatifitasnya dalam dunia teknologi agar dapat mengikuti perkembangan zaman yang sekarang ini dalam kondisi yang serba mutakhir.

Kehadiran interconnection networking (internet) tahun 1969 di Amerika Serikat diawali oleh Departemen Pertahanan AS selaku media komunikasi antar sesama pejabat pertahanan dan presiden.39 Sampai saat ini manfaat internet tidak dapat diragukan lagi. Bahkan dari populasi konsumen pemakainya setiap tahun bertambah jumlahnya. Sebuah statistik pengguna internet di dunia pada 31 Desember 2011 menyatakan bahwa Asia menempati peringkat tertinggi dunia pengguna internet dengan persentasi 44,8%, disusul oleh Eropa dengan 22,1%, Amerika Utara dengan 12% dan Amerika Latin dengan 10,4%.40Sebuah survey menyebutkan bahwa pengguna internet di Indonesia di tahun 2011

39

Iman Sjahputra, Menggali Keadilan Hukum (Analisis Politik Hukum & Hak Kekayaan Intelektual), Alumni, Bandung, 2009, hal. 66

40

Source:Internet Users in The World, http://www.internetworldstats.com/stats.htm, diakses tanggal 10 Mei 2012.


(46)

mencapai 55 juta orang.41Dibanding penduduk Indonesia yang diperkirakan sekitar 240 juta jiwa, 23% sudah terpenetrasi koneksi internet yang kebanyakan berpusat di kota-kota besar, hanya 4,1% yang berada rural area. Disebutkan pula dalam survey bahwa yang mengakses menggunakan perangkat mobile mencapai 29 juta orang. Itu berarti lebih dari 50% pengguna internet di Indonesia memanfaatkanmobileuntuk menjelajah dunia virtual.

Era digital dan global saat ini sangat didukung dengan penggunaan internet. Menjamurnya website dengan berbagai visi, misi dan tujuan memberikan asumsi penting akan nilai sebuah teknologi, internet ke masyarakat dan perdagangan global.42

B. Karakteristik Media Digital

Media jaringan terkoneksi (internet) bukan hanya sebuah jaringan, tetapi jaringan dari himpunan dari beragam jaringan. Hal ini menyebabkan orang-orang di seluruh dunia mempunyai pilihan dan fleksibilitas untuk dapat masuk dan melakukan aktifitas di dalamnya. Internet juga mengandung pengertian adanya lingkungan dan dimensi baru yang berbeda dari realitas secara fisik. Istilah ini merupakan ungkapan yang lazim digunakan untuk menyebut kommpleksitas fenomena yang diciptakan oleh jaringan kerja komputer global yang menggunakan infrastruktur telekomunikasi untuk mengirim pesan dan data.43 Hal tersebut meliputi berbagai komponen,

41

Amir Karimuddin, “Survei MarkPlus Insight: Pengguna Internet di Indonesia 55 Juta”, http://dailysocial.net/2011/10/28/survei-markplus-insight-pengguna-internet-di-indonesia-55-juta/, diakses tanggal 10 Mei 2012.

42

Kathy Bowrey,Law and Internet Cultures, Cambridge University Press, Melbourne, 2005, p. 23

43

Yusran Isnaini, Hak Cipta Dan Tantangannya Di Era Cyber Space, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 24


(47)

termasuk di dalamnya sistemnodekomputer danweb serversyang tersebar di seluruh dunia dan dihubungkan oleh sistem operator danservice provider.

Internet merupakan jaringan kerja global yang terdiri atas banyak jaringan kerja individu. Di dalamnya berperan jasa perantara yang menyediakan pelayanan transmisi atau perpindahan data yang dikenal sebagai Internet Service Provider dan Operator Sistem. Protokol jaringan yang dibangun oleh operator-operator ini bersama dengan jaringan kerja lainnya memainkan peran penting dalam pengaturan internet nantinya.44

Digitalisasi dalam ranah informasi juga mengalami metamorfosis sesuai dengan karakteristk dan paradigma era digital, dalam menyajikan informasi dan sajian yang dihadirkan media digital informasi dituntut bersifat ringkas, padat dan instant sebab masyarakat era digital berkencenderungan mengetahui sedikit tentang banyak hal, berbeda jika dibandingkan dengan prinsip akademis ilmiah yang harus komprehensif dan utuh. Selain itu gaya bahasa dan informasi dalam media digital tidak cenderung serius, karena dianggap menjenuhkan serta membosankan.

Berikut beberapa alasan perkembangan teknologi digital bersamaan dengan perkembangan media jaringan terkoneksi (internet) yaitu:

1. Saluran telepon analog yang biasa digunakan dalam rumah tangga berganti dengan jaringan digital lebih cepat (ISDN45).

44

Ibid.

45

ISDN (Integrated Services Digital Network) adalah suatu sistem telekomunikasi dimana layanan antara data, suara dan gambar diintegrasikan ke dalam suatu jaringan yang menyediakan


(48)

2. Untuk meningkatkan akses komunikasi global di seluruh dunia, negara maju dan berkembang sedang mengembangkan teknologi komunikasi melalui satelit, nirkabel, dan kabel.

3. Akses sambungan internet telah tersedia melalui penggunaan media televisi digital dan telepon seluler / ponsel.

4. Pemanfaatan internet dalam media digital pada sektor bisnis, organisasi, pemerintahan, pendidikan, dan masyarakat umum berdampak pada peningkatan pesat jumlah alamatwebsite.

Sebagai suatu bentuk terobosan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi, internet memiliki beberapa karakteristik yang berdampak terhadap berbagai bidang kehidupan manusia termasuk di dalamnya bidang hukum. Karakteristik yang mempengaruhi pembentukan hukum (legal design) di internet diantaranya sebagai berikut:

1. Tidak adanya batasan geografis

Karakteristik yang paling signifikan dari internet bahwa cyberspace tidak memiliki batasan-batasan teritorial atau geografis.46 Sebab internet sendiri menyangkut komunikasi global lintas negara. Kehadiran internet tidak dapat dibatasi oleh lokasi sehingga internet bukan lagi sekedar multi yurisdiksi

konektifitas digital ujung ke ujung untuk menunjang suatu ruang lingkup pelayanan yang luas. Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/ISDN, diakses tangal 10 Mei 2012.

46

D.R.Johnson & David G.Post, “Law and Borders-The Rise of Law in Cyberspace”, http://www.temple.edu/lawschool/dpost/Borders.html, diakses tanggal 2 Juni 2012.


(49)

tetapi hampir tanpa yurisdiksi.47 Pemahaman selama ini terhadap batas-batas teritorial adalah area tertentu, dimana aturan-aturan hukum diterapkan secara berbeda antara negara satu dengan negara lainnya. Hadirnya internet sebagai bentuk komunikasi global menjadi tantangan bagi praktik penerapan hukum yang notabene didasarkan pada sesuatu yang riil dengan batas-batas geografis yang melingkupinya.48

2. Anonimitas dalam internet

Terdapat gambaran lain yang dapat meruntuhkan pemahaman hukum secara konvensional, dimana internet memungkinkan penggunanya untuk tetap tidak dikenal atau melakukan aktifitasnya tanpa identitas. Mobilitas pengguna (netters) yang tinggi di internet sangat memungkinkan seorang netter

membuat sebuah identitas / profil cyberyang sangat berbeda dengan identitas aslinya. Dan tidak sedikit aktifitas seperti itu digunakan untuk melakukan pelanggaran hukum.

3. Kemampuan untuk lepas dari pengawasan

Terdapat sudut pandang lain terhadap mobilitas pengguna dalam kaitan dengan banyaknya pilihan website atau protocol di internet yang dapat dikunjungi. Internet dapat membuat penggunanya melakukan perubahan

47

Ibid.

48

Henry H. Perritt, “Internet Law & Policy Forum”,


(50)

yurisdiksi relatif lebih mudah ataupun keluar dari bermacam kontrol aturan hukum yang ada.49

4. Adanya struktur hierarki

Internet secara hierarkis memiliki tiga dimensi dalam strukturnya, yaitu sistem pendaftaran nama domain termasuk jasa perantara yang berfungsi melakukan kontrol terhadap gateways, struktur protokol jaringan dan penyimpanan data (web server). Gambaran struktur internet ini sangat penting untuk mebangun kerangka hukum masa depan. Sebab melalui struktur operasi dan bangunan ini, nantinya akan menjadi salah satu sumber bagi munculnya desentralisasi hukum internet.50

5. Sifat dinamik dan interaktif

Komunikasi di internet yang bersifat dinamis dan interaktif merupakan karakteristik yang sangat signifikan. Dokumen atau pun data-data elektronik lain dapat dioperasikan secara interaktif, sehingga memiliki keunggulan tertentu bila dibandingkan dengan dokumen kertas yang mudak sobek atau rusak. Dengan kecepatan untuk melakukan pembaruan informasi (updating) dan adanya komunikasi interaktif, bukan mustahil suatu saat perubahan ini nantinya akan menjadi sebuah norma.51

49

David G.Post, “Anarchy, State and the Internet”,

http://www.temple.edu/lawschool/dpost/Anarchy.html, diakses tanggal 2 Juni 2012.

50

D.R.Johnson & David G.Post, “And How Shall the Net Be

Governed?”,http://books.google.co.id/books?id=DfM94ymFw1AC&pg=PA62&lpg=PA62&dq, diakses tanggal 2 Juni 2012.

51

Elizabeth Longworth, “The Possibilities for a Legal Framework for Cyberspace”, GP Publications, Wellington-New Zealand, 1999, p. 17


(51)

6. Terhubung secara elektronik

Implikasi dari ciri dan sifat internet dapat dilihat pula dengan munculnya kontrak elektronik. Sebagai dokumen yang dinamis danhypertextual, kontrak elektronik dapat menghubungkan para pihak dan informasi data secara bersamaan dalam satu rangkaian yang tidak mungkin dilakukan media kertas.52

C. Pengaruh Digitalisasi Terhadap Hak Cipta

Penemuan internet memang ditujukan untuk memberi kemudahan bagi setiap manusia. Persoalannya di mana pun manusia hidup, dalam tataran sosiologis harus tetap ada rambu-rambu hukum dan etika dalam pergaulannya. Kemudahan tidak boleh diartikan bebas tanpa batas. Kemudahan yang ditawarkan internet tidak boleh disalah artikan apalagi disalahgunakan. Kemudahan yang diberikan internet juga tidak boleh bersifat destruktif dan melanggar kaidah-kaidah hukum.53 Kejujuran dan tanggung jawab harus tetap jadi prioritas dalam pemanfaatan internet.

Ketika teknologi konversi data muncul, banyak karya cipta konvensional yang telah diubah ke dalam media digital. Dalam kaitan dengan konversi bentuk digital ini, banyak pekerjaan dan produk karya cipta dapat dengan mudah diakses oleh kebanyakan orang-orang dengan bantuan dari komputer, perangkat lunak dan jaringan internet. Dengan berkembangnya era digital saat ini para penghasil karya cipta memiliki pilihan teknologi yang dapat membantu dalam berkarya dan berkreasi

52

E.M.Katsh, “Law in a Digital World”, Oxford University Press, Oxford, 1995, p. 4

53


(52)

dengan lebih mudah, maksimal, dan sempurna. Para pencipta dan atau pemegang Hak Cipta juga memiliki pilihan teknologi untuk lebih mendekatkan diri pada masyarakat luas. Misalnya, seorang penulis ingin karya tulisannya dipublikasi kepada masyarakat luas tanpa harus pergi atau mencari ke toko buku. Penulis tersebut dapat mempublikasikannya diwebsiteatau blog pribadinya.

Digitalisasi juga telah membuat proses menyalin, mempublikasikan dan mendistribusikan salinan digital menjadi sangat mudah. Kemajuan teknologi digital memberikan dampak positif berupa tersedianya media untuk karya cipta yang pada akhirnya menghasilkan kualitas tampilan karya cipta yang baik dan modern. Namun, dampak negatifnya terjadi penyalahgunaan teknologi digital itu oleh pihak-pihak tertentu dengan melakukan praktek-praktek yang bertentangan dengan hukum. Pelanggaran HKI menjadi mudah karena kemajuan teknologi digital, walaupun akibatnya HKI di sektor teknologi pun menjadi korban pertama pelanggaran tersebut.54 Dengan menggunakan media digital, pelanggaran-pelanggaran HKI semakin mudah. Teknologi digital mampu meggandakan dan mencetak ditambah dengan kemampuan internet dalam menyajikan informasi menyebabkan praktik penggandaan menjadi semakin mudah pula dilakukan.

Pengaruh kemajuan teknologi digital yang tidak sehat akan berdampak jauh lebih berbahaya dibandingkan dengan keunggulan dan kemanfaatannya, terutama dikalangan netter pemula. Mereka sangat mudah melihat dan menerima informasi

54

Atang Setiawan (Anggota Sat Indag Dit Reskrimsus PMJ), “Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual”, http://www.reskrimsus.metro.polri.go.id/info/informasi, diakses tanggal 10 Juni 2012.


(53)

dari berbagai belahan dunia tanpa harus mengeluarkan biaya yang banyak. Dan untuk menghindari hal itu, maka masyarakat harus dapat melihat dan membedakan isu-isu mana yang bermanfaat untuk diadopsi demi untuk kemajuan dan kemaslahatan manusia secara keseluruhan.

Media kaset audio digital menghasilkan cara yang baru untuk membuat dan mendistribusikan salinan rekaman suara, termasuk musik yang dilindungi Hak Cipta. Metode baru diciptakan untuk mengumpulkan dan berbagi pendapatan royalti, dan untuk perlindungan terhadap salinan bajakan. Hukum baru diciptakan untuk menutupi pembajakan digital, copy protection, dan informasi terkait dengan salinan (penulis, tanggal, pemilik, persyaratan lisensi, dan lainnya). Penyebaran yang cepat dari internet, terutama protokolwww di awal 1990-an, membuat hampir semua orang dengan komputer menjadi penerbit potensial. Di sisi lain setiapweb browserotomatis men-download salinan "halaman web", sebagai bagian dari operasi normal untuk menampilkan informasi penulis telah diterbitkan, di bawah lisensi tersirat yang baru untuk membuat salinan, setidaknya untuk pribadi digunakan.

Dengan semakin mudah diakses banyak orang semakin banyak pula orang yang mengalterasi, duplikasi, menggandakan, dan distribusi. Maka semakin lemah perlindungan hukum terhadap pencipta. Potensi pelanggaran atas moral rights &

economic rightspencipta dan atau pemegang hak cipta semakin besar ketika tulisan yang diakses tanpa mencantumkan nama, menggunakan karya tidak sesuai peruntukannya.


(54)

Semakin canggihnya teknologi digital masa kini membuat perubahan besar terhadap dunia, lahirnya berbagai macam teknologi digital yang semakin maju telah banyak bermunculan. Berbagai kalangan telah dimudahkan dalam mengakses suatu informasi melalui banyak cara, serta dapat menikmati fasilitas dari teknologi digital dengan bebas dan terkendali. Tetapi di sayangkan semakin berkembangnya teknologi justru semakin banyaknya kejahatan yang terdeteksi. Maka dari itu segala sesuatunya harus memiliki perlindungan Hak Cipta dan mengontrol setiapnetteryang mengakses karya cipta digital. Karena setiap teknologi yang baru akan selalu mempengaruhi hukum Hak Cipta.55Presiden Perancis pernah mengatakan dalam pertemuan e-G8 di Paris bahwa: “pemerintah negara-negara di dunia perlu menyusun dan menegakkan aturan di dunia digital, meskipun mereka juga perlu mengusung kreatifitas dan pertumbuhan energi dengan internet”.56

Sifat aktifitas koneksi internet yang khas dan tidak mengenal batas teritorial wilayah negara pada akhirnya menimbulkan permasalahan mendasar, yaitu menyangkut kemampuan hukum dalam melaksanakan fungsinya melakukan pengaturan dan penegakan sanksi.57

Di internet, seseorang dapat membuat yang tidak terbatas jumlah salinan, hampir seketika, tanpa degradasi jelas dalam kualitas. Dan salinan ini dapat ditularkan ke lokasi di seluruh dunia dalam hitungan menit. Hasilnya bisa

55

Paul Goldstein,Copyright’s Highway: From Gutenberg to the Celestial Jukebox, Hill and Wang, New York, 1994.

56

Gombang Nan Cengka, “Mencari Batas Internet”,

http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/mencari-batas-internet, diakses tanggal 5 Juni 2012.

57


(55)

terganggunya pasar tradisional untuk penjualan salinan program, seni, buku dan film. Dalam industri musik misalnya munculnya berbasis internet layanan file swapping seperti situs Napster dan lainnya telah memungkinkan eksploitasi skala besar musik dan rekaman tanpa otorisasi dari pemilik Hak Cipta. Eksploitasi yang semakin diperparah dengan komersialisasi luas simultan pembakar Compact Disc

(burning) dan MP3 player portable, disesuaikan dengan format file yang paling umum digunakan.

Perlindungan hak merupakan isu utama dalam membahas kekayaan intelektual. Di bawah perjanjian yang ada dan peraturan nasional, para pemilik Hak Cipta dan terkait diberikan sejumlah hak yang berbeda untuk mengontrol dan untuk tiap karya intelektualnya dibayar untuk penggunaan karyanya. Perkembangan teknologi digital, yang memungkinkan transmisi bekerja melalui jaringan, telah mengangkat pertanyaan tentang bagaimana hak-hak ini berlaku di lingkungan baru. Secara khusus, ketika salinan dibuat sebagai karya melintasi jaringan adalah reproduksi yang tepat terlibat dengancopy. Mungkin hak paling dasar yang diberikan Hak Cipta dan hak terkait adalah hak reproduksi, yang di bawah Konvensi Bern mencakup reproduksi "dalam cara atau bentuk".58Hak ini merupakan inti dari aktifitas virtual, karena setiap transmisi dari suatu karya atau objek mengandaikan hak terkait dengan upload yang bekerja atau benda lainnya ke dalam memori komputer atau perangkat digital lainnya. Selain itu, ketika karya atau benda yang

58

TerjemahanBerne Convention Art. 9(1). Lihat jugaRome Convention Art. 10 andTRIPS Agreement, Art. 14 (providing to phonogram producers the right to authorize or prohibit the "direct or indirect" reproduction of their phonograms).


(56)

dikirim melalui jaringan, beberapa salinan yang dibuat dalam memori komputer jaringan di berbagai tempat. Oleh karena itu perlu untuk menentukan bagaimana hak reproduksi berlaku untuk salinan tersebut.

Berdasarkan ketentuan yang ada di UUHC, siapa saja yang akan memanfaatkan suatu ciptaan orang lain harus mendapatkan izin dari pencipta atau pemilik karya intelektual tersebut. Penjelasan tersebut juga dikuatkan dalam Pasal 49 UUHC yang menyebutkan bahwa ”Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan suara dan/atau gambar pertunjukaannya”. Menurut UUHC tersebut segala aktifitas yang berkaitan dengan penggunaan, perbanyakan, dan penyebaran informasi di dalam jaringan komputer (internet) itu diperbolehkan, selama ada izin dan lisensi yang jelas dari pencipta atau pemilik aslinya sesuai yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (1) “Hak Cipta adalah hak eksklusif bagi pencipta atau penerima hak untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya atau memberikan izin untuk itu dengan tidak mengurangi pembatasan-pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku”.

Salah satu cara yang ditempuh untuk menghindari pelanggaran tersebut adalah diperlukan adanya suatu tatanan sosial atau penerapan kaedah etis dalam pengelolaan koleksi digital yang dikenal dengan kaidah penggandaan (copy norms).

D. Pelanggaran Hak Cipta Terkait Teknologi Digital

Indonesia saat ini mempunyai tantangan terbesar terkait banyaknya pelanggaran yang terjadi berhubungan karya cipta di dunia digital. Dari banyaknya


(1)

Insan Budi Maulana & Ridwan Khairandi,Kapita Hak Kekayaan Inteletual, Yayasan Klinik HAKI, Jakarta, 2000.

Isnaini, Yusran., Hak Cipta Dan Tantangannya Di Era Cyber Space, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2009.

Kantaatmaja, Mieke Komar.,Cyberlaw: Suatu Pengantar, Elips, Jakarta, 2002. Katsh, E.M.,Law in a Digital World, Oxford University Press, Oxford, 1995.

Kusumaatmadja, Mochtar., Pengantar Hukum Internasional, Binacipta, Jakarta, 1978.

Lindsey, March.,Chapter Five: The Mystic Doctrine of Fair Use in Copyright Law on Campus, 17, Washington State University Press, Washington State, 2003. Locke, John., The Second Treatise of Civil Government and a Letter Concerning

Toleration, disunting oleh J.W. Gough, Blackwell, Oxford, 1964.

, Two Treatises of Government, edited and introduced by Peter Laslett, 1988, hal. 285 dalamHukum Tentang Perlindungan Hak Milik Intelektual Dalam Menghadapi Era Globalisasi, Syafrinaldi, UIR Press, 2010.

Longworth, Elizabeth., “The Possibilities for a Legal Framework for Cyberspace”, GP Publications, Wellington-New Zealand, 1999.

Makarim, Edmon., Kompilasi Hukum Telematika, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2003.

, Pengantar Hukum Telematika, RajaGravindo Persada, Jakarta, 2005.

Mansur, Dikdik M. Arif., & Elisatris Gultom, Cyberlaw: Aspek Hukum Teknologi Informasi, Refika Aditama, Bandung, 2005.

Margono, Suyud.,Hukum Hak Cipta Indonesia, Ghalia Indonesia, Bogor, 2010. & Amir Angkasa., Komersialisasi Aset Intelektual (Aspek Hukum Bisnis), Grasindo, Jakarta, 2002.


(2)

Muhammad Djumhana Cs, Hak Milik Intelektual (Sejarah, Teori dan Prakteknya di Indonesia), Citra Aditya Bakti, Bandung, 1997.

Munandar, Haris & Sally Sitanggang,Mengenal HAKI(Hak Cipta, Paten, Merek dan Seluk-beluknya), Esensi Erlangga, Jakarta, 2008.

Purba, Ahmad Zen., Hak Kekayaan Intelektual Pasca TRIPs, Alumni, Bandung, 2005.

Rahardjo, Satjipto.,Ilmu Hukum, Bandung, Alumni, 1982.

Ramli, Ahmad M.,Cyber Law dan HAKI (Dalam Sistem Hukum Indonesia), Refika Aditama, Bandung, 2004.

, & Fathurahman P.Ng.J, Film Independen (Dalam Perspektif Hukum Hak Cipta dan Hukum Perfilman Indonesia), Ghalia Indonesia, Bogor, 2005.

Saidin, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, RajaGravindo Persada, Jakarta, 1995.

, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, RajaGravindo Persada, Jakarta, 2004.

, Aspek Hukum Hak Kekayaan Intelektual, Edisi Revisi 6, RajaGravindo Persada, Jakarta, 2007.

Sanusi, Arsyad., M., E-Commerce: Hukum Dan Solusinya, Mizan Grafika Sarana, Bandung, 2001.

, Hukum dan Teknologi Informasi, Mizan Grafika Sarana, Jakarta, 2005.

Sardjono, Agus., Hak Kekayaan Intelektual dan Pengetahuan Tradisional, Alumni, Bandung, 2006.

Sitompul, Asril.,Hukum Internet, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001.

Sjahputra, Iman., Pandapotan Simorangkir & G.Windrarto, Problematika Hukum Internet Indonesia, Prenhalindo, Jakarta, 2002.


(3)

Sjahputra, Iman., Hak atas Kekayaan Intelektual (Suatu Pengantar), Harvarindo, Jakarta, 2007.

, Menggali Keadilan Hukum (Analisis Politik Hukum & Hak Kekayaan Intelektual), Alumni, Bandung, 2009.

Soekanto, Soerjono dan Sri Mamudji., Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat, Cet. 4, Rajawali Pers, Jakarta, 1995.

Soekanto, Soerjono., Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2004.

Soenandar, Taryana.,Perlindungan Hak Milik Intelektual Di Negara-Negara ASEAN, Sinar Grafika, Jakarta, 1996.

Stewart, S.M., International Copyright and Neighbouring Rights, 2nd Edition, Buuterworths&Co (Publisher) Ltd, London, 1989.

Suheimi,Kejahatan Komputer, Andi Offset, Yogyakarta, 1991.

Syahdeini, Sutan Remy., Kejahatan & Tindak Pidana Komputer, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta, 2009.

Todd, Paul.,E-Commerce Law, Cavendish Publishing Ltd, Great Britain, 2005. Triton, P.B., Mengenal E-Commerce Dan Bisnis Di Dunia Cyber, Argo Publisher,

Yogyakarta, 2006.

II. Jurnal / Makalah / Karya Ilmiah

Ahmad M. Ramli, “Pengaruh Perkembangan Cyber Law Terhadap Pemanfaatan Teknologi Informasi di Indonesia”, Penulisan Hukum, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Hukum dan HAM RI, Jakarta, 2003.

Sri Hartinah, “Penulisan Karya Ilmiah Bagi Pustakawan”, Makalah disampaikan pada Diklat Alih Ajar Se Provinsi Jawa Tengah.

Syamsul Muarif,Strategi E-Government Dalam Meningkatkan Daya Tarik Investasi dan Bisnis di Indonesia, CEO BUMN Briefing X, Jakarta, 14 Oktober 2002. Tamotsu Hozumi, Asia/Pacific Cultural Centre for UNESCO, Asian Copyright

Handbook, Seminar dan Workshop Nasional Peningkatan Kesadaran tentang Hak Cipta tanggal 23 -26 Januari 2006.


(4)

The Berkman Center for Internet & Society at Harvard Law School, iTunes How Copyright, Contract, and Technology Shape the Business of Digital Media. A Case Study, Berkman Publication Series No. 2004-07 June 2004.

III. Situs Internet

- Ali Fahrudin, http://hukum.kompasiana.com/2011/05/19/tahukah-berapa-total-harga-software-jika-original-di-komputer-anda-bag1/, diakses tanggal 2 April 2012.

- Ambassador Ronald Kirk, Office of the United States Trade Representative, “2012 Special 301 Report”, http://www.ustr.gov, diakses tanggal 8 Juni 2012. - Amir Karimuddin, “Survei MarkPlus Insight: Pengguna Internet di Indonesia

55 Juta”, http://dailysocial.net/2011/10/28/survei-markplus-insight-pengguna-internet-di-indonesia-55-juta/, diakses tanggal 10 Mei 2012.

- Amstrong Sembiring, “Sejarah dan Perkembangan HKI Indonesia”, http://my.greasy.com/komparta/sejarah_dan_perkembangan.html, diakses tanggal 2 Juni 2012.

- Anjar Syafari, “Sekilas Tentang Teknologi 3G”,http://ilmukomputer.org/wp-content/uploads/2007/07/anjars-teknologi-3g.pdf, diakses pada tanggal 10 Agustus 2012.

- Atang Setiawan (Anggota Sat Indag Dit Reskrimsus PMJ), “Pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual”,

http://www.reskrimsus.metro.polri.go.id/info/informasi, diakses tanggal 10 Juni 2012.

- Australian Government - Attorney-General's Department

http://www.ag.gov.au/Publications/Pages/CopyrightAmendment(DigitalAgen da)Act20002000.aspx, diakses tanggal 15 September 2012.

- Budi Agus Riswandi, “Mengurai Hak Cipta di Internet”, http://pusathki.uii.ac.id, diakses tanggal 7 Juni 2012. - Budi Rahardjo, “Rancangan abc e-Book”,

http://budi.insan.co.id/articles/ebooks/ebooks.pdf, diakses tanggal 12 Maret 2012.


(5)

- David G.Post, “Anarchy, State and the Internet”,

http://www.temple.edu/lawschool/dpost/Anarchy.html, diakses tanggal 2 Juni 2012.

- D.R.Johnson & David G.Post, “Law and Borders-The Rise of Law in

Cyberspace”, http://www.temple.edu/lawschool/dpost/Borders.html, diakses tanggal 2 Juni 2012.

- Ena Sukmana, “Digitalisasi Pustaka”,

http://digilib.itb.ac.id/gdl.php?mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-grey-2005-enasukmana-1858, diakses tanggal 10 Maret 2012.

- Gatot S. Dewa Broto (Kepala Pusat Informasi dan Humas Kementerian Kominfo), “Siaran Pers No. 51/PIH/KOMINFO/7/2011 tentang Sosialisasi Perlindungan dan Apresiasi Karya Cipta Seni Musik Di Dunia Maya”, http://kominfo.go.id, diakses tanggal 5 Maret 2012.

- Gombang Nan Cengka, “Mencari Batas Internet”,

http://bisnis-jabar.com/index.php/berita/mencari-batas-internet, diakses tanggal 5 Juni 2012.

- Henry H.Perritt, “Internet Law & Policy Forum”,

http://www.kentlaw.edu/perritt/montreal.rev.htm, diakses tanggal 2 Juni 2012. - Kompas Cyber Media, “Bisnis CD/VCD Bajakan Marak”,

http://www.kompas.com/kompas-cetak/0605/15/Jabar/2080.htm, diakses tanggal 1 April 2012.

- Ladas & Parry LLP, “Australia - The New Digital Copyright Law”,

http://www.ladas.com/BULLETINS/2002/0202Bulletin/AustraliaDigitalCopy Law.html, diakses tangal 15 September 2012.

- Metha Dewi, “Perkembangan Hukum Hak Cipta Terhadap Produk Digital”, http://lawmetha.wordpress.com/2011/05/21/perkembangan-hukum-hak-cipta-terhadap-produk-digital/, diakses tanggal 12 Maret 2012.

- “Pelanggaran Hak Cipta dan Akibat Hukumnya”,

http://pusathki.uii.ac.id/konsultasi/konsultasi/pelanggaran-hak-cipta-dan-akibat-hukumnya.html, diakses tanggal 11 Maret 2012.

- Rahmi Jened, “Tantangan Internet dan Teknologi Digital Bagi Perlindungan Hak Cipta”,


(6)

http://rjparinduri.wordpress.com/2010/08/07/tantangan-internet-- Sharona Hakimi, “Another Win for the Record Companies in an Inducement Claim Against LimeWire”, http://jolt.law.harvard.edu/digest/software/arista-records-v-lime-group, diakses tanggal 10 Agustus 2012.

- “Internet Users in The World”, http://www.internetworldstats.com/stats.htm, diakses tanggal 10 Mei 2012.

- “Situs Download Gratis Diblokir”,

http://www.seputarindonesia.com/edisicetak/content/view/416180/38/, diakses tanggal 9 Maret 2012.

- Teguh Sulistia & Aria Zumetti, “Perlindungan Hukum Terhadap Pelanggaran Hak Cipta”, http://www.balitbang.kemhan.go.id, diakses tanggal 10 Juni 2012.

- WIPO Program Activities, “Dampak Internet pada Hukum Kekayaan Intelektual”,

http://www.wipo.int/copyright/en/ecommerce/ip_survey/chap3.html, diakses tanggal 10 Juni 2012.

IV. Peraturan dan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta WIPOCopyright Treaty