Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Legilasi Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten Pati).

SARI
Ningsih, Ririn. 2009. “Fungsi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam Legilasi
Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten
Pat)i”.Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang.
Drs. Sutrisno. PHM. M.Hum., dan Rodiyah, S.Pd., S.H., M.Si.. 131 Hal.
Kata Kunci: Fungsi Legislasi BPD
BPD sebagai badan legislasi desa mempunyai hak untuk mengajukan
rancangan Peraturan Desa, merumuskannya dan menetapkannya bersama Pemerintah
Desa. Pembuatan Peraturan Desa sangat penting, karena desa yang sudah dibentuk
harus memiliki landasan hukum dan
perencanaan yang jelas dalam setiap
aktivitasnya. Peraturan Desa yang dibuat harus berdasarkan atas masalah yang ada
dan masyarakat menghendaki untuk dibuat Peraturan Desa sebagai upaya
penyelesaian permasalahan. Untuk itu dibutuhkan sumber daya manusia BPD yang
mempunyai kemampuan melaksanakan fungsi strategis sebagai legislator dan
kontroling.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah : (1) Bagaimana
pelaksanaan fungsi legislasi BPD di Desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten Pati
(2) Apa saja kendala-kendala yang dihadapi oleh BPD dalam pelaksanaan fungsi
legislasi (3) Bagaimana langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendalakendala pelaksanaan fungsi legislasi oleh BPD di Desa Jatiroto Kecamatan Kayen
Kabupaten Pati. Penelitian ini bertujuan: (1) Mendeskripsikan pelaksanaan fungsi

legislasi BPD di Desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten Pati (2) Mendeskripsikan
kendala-kendala yang dihadapi oleh BPD dalam pelaksanaan fungsi legislasi (3)
Mendeskripsikan langkah-langkah yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala
pelaksanaan fungsi legislasi oleh BPD di Desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten
Pati.
Penelitian ini dilakukan di Desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.
Fokus penelitian ini adalah: (1) Pelaksanaan fungsi legislasi BPD dalam pembuatan
Peraturan Desa Desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten Pati (2) Kendala-kendala
yang dihadapi oleh BPD dalam pelaksanaan fungsi legislasi (3) Langkah-langkah
yang dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala pelaksanaan fungsi legislasi oleh
BPD Desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten Pati. Metode penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan tipe penelitian adalah
yuridis-sosiologis. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah: (1) metode
wawancara, (2) metode dokumen, (3) metode observasi. Responden dalam penelitian
ini adalah: Anggota BPD dan Kepala desa Jatiroto Kecamatan Kayen Kabupaten Pati.
Informan : Perangkat Desa dan Tokoh Masyarakat. Teknik pengolahan keabsahan
data menggunakan teknik triangulasi. Metode analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah: (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, (4)
penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Hasil penelitian menunjukan bahwa pembuatan Peraturan Desa sudah

dilakukan melalui tahapan-tahapan yang benar dan telah sesuai dengan UndnagUndang Nomor 10 Tahun 2004 yakni melalui tahap inisiasi, sosio-politis dan yuridis.
Pada tahap inisiasi, anggota BPD kurang aktif dalam menampung aspirasi
masyarakat, inisiatif atau gagasan pembentukan Peraturan Desa lebih banyak berasal
dari Kepala Desa. Pada tahap sosio-politis, diadakan rapat pembahasan yang

bertujuan untuk menyempurnakan isi dan materi Peraturan Desa. Pengambilan
keputusan tentang Peraturan Desa dilakukan dengan cara musyawarah untuk mufakat.
Apabila tidak dicapai kesepakatan, maka diadakan voting. Pada tahap yuridis, Kepala
Desa menetapkan Rancangan Peraturan Desa menjadi Peraturan Desa dan agar warga
tahu kalau ada peraturan yang mengikat di Desa Jatiroto diadakan sosialisasi
Peraturan Desa melalui rapat-rapat RT. Namun fungsi legislasi BPD belum dapat
berjalan secara maksimal, hal ini ditunjukan dengan kurang komprehensipnya BPD
Jatiroto dalam membingkai peraturan-peraturan desa yang masih bersifat
konvensional atau kebiasaan ke dalam bentuk peraturan tertulis. Aturan yang hidup
dalam masyarakat Desa Jatiroto antara lain, aturan tentang hibah untuk jalan umum,
aturan tentang pologoro, aturan tentang hiburan semuanya belum berbentuk Peraturan
Desa. Kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan fungsi legislasi BPD
meliputi kendala masih rendahnya sumber daya manusia di bidang hukum, masih
sangat minimnya fasilitas untuk kegiatan BPD yang kurang memadai, dana
operasional yang tidak mencukupi, dan kurangnya bimbingan teknis dari Pemerintah

Daerah khususnya dalam bidang legislasi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk
mengatasi kendala pelaksanaan fungsi legislasi adalah megadakan rapat koordinasi
antara BPD dan Kepala Desa yang dilaksanakan dua kali dalam seminggu,
mengadakan perampingan Perangkat Desa yang dipandang sebagai langkah yang
mengarah pada efisiensi yakni dapat menghimpun dan menghemat sumber daya untuk
dialokasikan pada bidang-bidang lain diantaranya bidang legislasi oleh BPD dan
musyawarah untuk mufakat antara BPD, Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat.
Simpulan dari hasil penelitian di atas adalah BPD dalam melaksanakan fungsi
legislasi yaitu proses pembuatan Peraturan Desa telah sesuai dengan Peraturan
Perundang-undangan dan tahapan-tahapan yang benar yaitu tahap inisiasi, tahap
sosio-politis, dan tahap yuridis. Namun fungsi legislasi BPD belum dapat berjalan
secara maksimal, hal ini ditunjukan dengan kurang komprehensipnya BPD Jatiroto
dalam membingkai peraturan-peraturan desa yang masih bersifat konvensional atau
kebiasaan kedalam bentuk peraturan tidak tertulis. Aturan yang hidup dalam
masyarakat Desa Jatiroto antara lain aturan tentang hibah untuk jalan umum, aturan
tentang pologoro, aturan tentang hiburan semuanya belum berbentuk Peraturan Desa.
Kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan fungsi legislas BPD meliputi kendala
Intern yaitu rendahnya SDM di bidang hukum dan kendala ekstern meliputi fasilitas
yang kurang memadai, dana operasional tidak mencukupi dan kurangnya bimbingan
teknis dari Pemerintah Daerah khususnya dalam bidang legislasi. Langkah-langkah

yang dilakukan untuk mengatasi kendala intern adalah dengan melalui pertemuanpertemuan antara perangkat desa, anggota BPD dan masyarakat, sedangkan untuk
mengatasi kendala ekstern dilakukan dengan perampingan Perangkat Desa dan
musyawarah untuk pemecahan masalah dalam pembuatan Peraturan Desa.

Dokumen yang terkait

Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (Studi Tentang Pelaksanaan Fungsi Pengawasan Pada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) di Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang

27 261 148

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Desa (Studi Pada BPD Desa Aek Goti Kecamatan Silangkitang Kabupaten Labuhanbatu Selatan)

5 96 117

Kinerja Badan Permusyawaratan Desa (Bpd) Dalam Otonomi Desa

3 68 100

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Perencanaan Pembangunan Desa (Studi Tentang Proyek Desa Di Desa Gunung Tua Panggorengan Kecamatan Panyabungan)

35 350 77

Relasi Antara Kepala Desa Dengan Badan Permusyawaratan Desa Dalam Mewujudkan Good Governance (Studi Kasus: Desa Pohan Tonga, Kecamatan Siborongborong, Kabupaten Tapanuli Utara)

1 62 186

Peranan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Pembangunan Pertanian Di Desa Batukarang Kecamatan Payung Kabupaten Karo

1 71 103

Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyaratan Desa (BPD) di Desa Janjimaria

0 40 88

Peran Badan Perwakilan Desa (BPD) Dalam Proses Demokratisasi Di Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang (Suatu Tinjauan di Desa Simalingkar A dan Desa Perumnas Simalingkar)

1 49 124

Optimalisasi Peran Badan Permusyawaratan Desa Dalam Pembentukan Peraturan Desa (Studi Kasus Di Desa Tridayasakti Kecamatan Tambun Selatan Kabupaten Bekasi)

1 12 92

PERAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM PENYUSUNAN PERATURAN DESA Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam Penyusunan Peraturan Desa (Studi Kasus di Desa Pablengan Kecamatan Matesih Kabupaten Karanganyar).

0 0 17