MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH UNTUK MENINGKATKAN LITERASI SAINS DAN KREATIVITAS SISWA SMA PADA MATERI PENCEMARAN LINGKUNGAN :Studi kasus penanganan limbah kelapa sawit di Propinsi Bangka Belitung.

(1)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

ABSTRACT ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B.Perumusan Masalah ... 11

C.Tujuan Penelitian ... 12

D.Manfaat Penelitian ... 12

BAB II. KAJIAN TEORI A.Pembelajaran berbasis masalah ... 15

B.Literasi Sains ... 26

C.Kreativitas ... 34

D.Pencemaran Lingkungan ... 42

E. Penelitian yang Relevan ... 54

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN A.Metode dan Desain Penelitian ... 55

B.Populasi dan Sampel Penelitian ... 56

C.Lokasi dan Waktu Penelitian ... 56

D.Definisi Operasional ... 57

E. Instrumen Penelitian ... 59

F. Teknik Pengumpulan Data ... 67

G.Pengolahan dan Analisis Data ... 68

H.Prosedur Penelitian ... 73

I. Alur Penelitian ... 76

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A.Hasil Penelitian ... 77

1. Hasil Studi Pendahuluan ... 77


(2)

3. Peningkatan Literasi Sains Per Aspek ... 83

4. Pengaruh PBL terhadap Berpikir Kreatif ... 89

5. Peningkatan Berpikir Kreatif pada setiap Indikator ... 91

6. Hasil Tes Kreativitas Merancang & Membuat Produk ... 94

7. Respon terhadap PBL, Literasi Sains dan Kreativitas ... 106

B.Pembahasan ... 112

1. Literasi Sains dan Kreativitas masyarakat ... 112

2. Pengaruh PBL terhadap Literasi Sains ... 114

3. Pengaruh PBL terhadap Berpikir Kreatif ... 119

4. Hasil Tes Merancang & Membuat Produk... 122

5. Respon Siswa Terhadap PBL ... 124

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 126

B.Saran ... 127

DAFTAR PUSTAKA ... 129 LAMPIRAN


(3)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Sintaks Pembelajaran Berbasis Masalah dan konvensional .. 23

Tabel 2.2 Tingkatan Literasi Sains dalam Mencari Informasi dalam Teks ... 29

Tabel 2.3 Konteks Aplikasi Sains PISA ... 33

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 55

Tabel 3.2 Skor Penilaian Literasi Sains Siswa ... 60

Tabel 3.3 Skor Penilaian Berpikir Kreatif Siswa ... 61

Tabel 3.4 Skor Penilaian Kreativitas Membuat Rancangan Produk ... 64

Tabel 3.5 Teknik Pengumpulan Data Pembelajaran PBL ... 67

Tabel 3.6 Rekapitulasi Uji Coba Instrumen Essay ... 69

Tabel 3.7 Klasifikasi gain ... 72

Tabel 4.1 Hasil Wawancara Masyarakat ... 79

Tabel 4.2 Nilai Literasi Sains Kelas Ekperimen dan Kontrol ... 81

Tabel 4.3 Nilai Berpikir Kreatif Kelas Ekperimen dan Kontrol ... 89

Tabel 4.4 Jawaban Hasil Rancangan Produk Siswa ... 100

Tabel 4.5 Penilaian Perilaku Berpikir Kreatif Siswa ... 102

Tabel 4.6 Hasil Peningkatan Merancang Produk ... 103

Tabel 4.7 Self Assesment dan Peer Assesment ... 104

Tabel 4.8 Penilaian Presentasi Kelas Eksperimen ... 105

Tabel 4.9 Respon Siswa Terhadap PBL ... 107


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Potensi Tandan Kosong Kelapa Sawit ... 2

Gambar 1.2 Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit ... 3

Gambar 2.1 Efek Hujan Asam yang Merusak Patung ... 46

Gambar 2.2 Limbah Kelapa Sawit penyebab Pencemaran ... 48

Gambar 2.3 Skema Pengolahan Limbah Minyak Kelapa Sawit ... 54

Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian ... 76

Gambar 4.1 Diagram Skor Rata-rata pretes, postes, N Gain Literasi Sains Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 83

Gambar 4.2 Peningkatan Literasi Sains Pada Aspek Konten ... 84

Gambar 4.3 Peningkatan N Gain Literasi Sains pada Aspek Konten ... 85

Gambar 4.4 Persentase Peningkatan Aspek Proses Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 86

Gambar 4.5 Persentase Perbandingan N Gain Literasi Sains pada Aspek Proses ... 87

Gambar 4.6 Literasi Sains Pada Aspek Konteks ... 89

Gambar 4.7 Diagram Skor Rata-rata Pretes, Postes dan N Gain Berpikir Kreatif Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 91

Gambar 4.8 Skor Rata-rata Peningkatan Berpikir Kreatif setiap Indikator pada Kelas Ekperimen dan Kelas Kontrol ... 92

Gambar 4.9 Skor Rata-rata Peningkatan Berpikir Kreatif setiap Indikator Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 93


(5)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A: Perangkat Pembelajaran

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen ... 134

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Kontrol ... 139

3. Lembar Kerja Siswa ... 143

Lampiran B: Instrumen Penelitian 1. Kisi-kisi Soal Keterampilan Berpikir Kreatif ... 145

2. Kisi-kisi Soal Literasi Sains ... 149

3. Kisi-kisi Angket dan Tanggapan Pertanyaan Siswa ... 155

4. Pertanyaan Tanggapan Siswa ... 155

5. Lembar Penilaian Presentasi ... 157

6. Lembar Self dan Peer Assesment ... 158

7. Kriteria Penilaian Produk ... 158

Lampiran C: Hasil Rekapitulasi Instrumen 1. Reabilitas Instrumen ... 159

2. Uji Normalitas, Homogenitas, dan non Parametrik pretest literasi sains ... 160

3. Uji Normalitas, Homogenitas, dan non Parametrik postest literasi sains ... 160

4. Uji Normalitas, Homogenitas, dan non Parametrik N-gain literasi sains ... 161

5. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Independent Sample t Test Pretest Berpikir Kreatif ... 162

6. Uji Normalitas, Homogenitas, dan Independent Sample t Test Posttest Berpikir Kreatif ... 163

7. Uji Normalitas, Homogenitas, dan dan Independent Sample t Test N-gain Berpikir Kreatif ... 164

8. Nilai Pretest dan Posttest Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 165

9. Nilai Pretest dan Posttest Berpikir Kreatif Kelas Eksperimen ... 166

10. Perbandingan N-gain Berpikir Kreatif ... 167

11. Nilai Pretest, Postest, Literasi Sains Kelas Eksperimen ... 168

12. Nilai Pretest, Postest, Literasi Sains Kelas Kontrol ... 169

13. Perbandingan N-gain Literasi Sains ... 170

14. Perbandingan N-gain Berpikir Kreatif Setiap Soal ... 171


(6)

Lampiran D: Dokumuentasi Penelitian

1. Uji instrumen ... 173

2. Wawancara Masyarakat ... 173

3. Pretest dan Postest ... 173

4. Pembelajaran Pada Kelas Eksperimen ... 174

5. Pembelajaran Pada Kelas Kontrol ... 174


(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tidak bisa dipungkiri bahwa dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan dengan berbagai macam masalah yang bisa datang dari dalam maupun dari luar individu itu sendiri. Masalah adalah suatu kondisi yang terjadi dan berbeda dengan hal yang diinginkan atau yang dituju atau yang distandarkan (Hendra, 2012). Masalah yang datang dari dalam maupun dari luar tersebut membutuhkan suatu penyelesaian masalah agar tidak menghambat perkembangan psikologi dan kehidupan nantinya. Oleh karena itu penting untuk melatih dan membiasakan seseorang untuk menyelesaikan masalah melalui kemampuan berpikir yang dimilikinya hingga menghasilkan suatu keputusan yang tepat dari masalah yang dihadapinya. Salah satu masalah yang masih sering dirasakan dan memerlukan penyelesaian masalah adalah masalah lingkungan seperti global warming, timbunan sampah, banjir dan kekeringan, yang mengganggu berbagai aspek kehidupan.

Masalah lingkungan bisa muncul seiring dengan meningkatnya perkembangan dalam bidang IPTEK yang diiringi dengan meningkat pula kebutuhan manusia yang menuntut pemerintah untuk terus membuka lapangan pekerjaan di berbagai sektor seperti sektor peternakan, pertanian, industri, pertambangan, dan perkebunan. Begitu juga peningkatan perluasan lahan


(8)

perkebunan kelapa sawit yang terjadi di Propinsi Bangka Belitung yang bertujuan untuk mensejahterakan kehidupan masyarakat di Propinsi Bangka Belitung.

Bangka Belitung merupakan salah satu propinsi penghasil kelapa sawit dari propinsi lainnya. Kondisi tanah yang cocok dan lahan yang luas menjadikan Propinsi ini dapat mengembangkan perluasan lahannya untuk ditanami kelapa sawit (Widya, 2009).

Gambar 1.1 Potensi Lahan di Propinsi Bangka Belitung (Sumber: LPSE; 2012).

Pada Gambar di atas Propinsi Bangka Belitung memiliki potensi lahan yang masih luas untuk mengembangkan perkebunan kelapa sawit yaitu hingga mencapai 16%. Selain itu masih banyak lahan yang belum diusahakan dan ini akan membuka kesempatan untuk mengembangkan lahan yang lebih luas. Saat ini tercatat 61.542,67 hektar perkebunan kelapa sawit dan akan terus bertambah seiring dengan permintaan akan minyak dan produk dari kelapa sawit. Meningkatnya permintaan tersebut pastinya akan membuat bermunculan masalah-masalah baru di Propinsi Bangka Belitung ini.


(9)

Kelapa sawit merupakan mata pencarian utama selain menjadi nelayan dan mencari timah, akan tetapi ketidakpahaman dan kebutuhan akan lapangan pekerjaan sebagian masyarakat menganggap hal ini menjadi masalah yang biasa. Padahal sebenarnya masalah ini akan berdampak pada kesehatan dan kerusakan lingkungan. Walaupun selama ini pemerintah sudah menetapkan peraturan mengenai tata cara mengatasi limbah kelapa sawit seperti adanya AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan), akan tetapi hal ini belum 100% dirasakan oleh masyarakat. Hal itu terbukti dari masih berserakannya tandan kosong di lingkungan, bau limbah cair yang menyebar pada saat pagi dan sore hari dengan BOD 240 mg/L dan COD 270 mg/L yang terindikasi tercemar, serta asap yang masih terlihat menggepul dari pabrik dan demo masyarakat di Belitung Timur mengenai tidak setujunya perluasan lahan oleh pabrik kelapa sawit merupakan bukti nyata terganggunya masyarakat (Sumber: Bangka Pos, 15 September 2011).

Gambar 1.2 Limbah Tandan Kosong Kelapa Sawit di Bangka Belitung Pada Gambar di atas bukti berserakannya limbah tandan kosong di sembarang tempat tersebut membuktikan kurangnya kesadaran masyarakat yang


(10)

menjadi salah satu penyebab utama terjadinya pencemaran lingkungan. Sisa limbah tandan kosong tersebut menyebabkan bau yang menyengat serta menghambat pertumbuhan tanaman di sekitarnya diakibatkan dari lamanya penguraian limbah tersebut. Kurangnya kesadaran tersebut dapat diidentifikasi bahwa masyarakat termasuk siswa masih kurang literasi sains atau masih belum melek sains.

National Science Teacher Assosiation (Poedjiadi, 2005) mengemukakan bahwa sesorang yang memiliki literasi sains adalah orang yang menggunakan konsep sains, mempunyai keterampilan proses sains untuk dapat menilai dalam membuat keputusan sehari-hari kalau ia berhubungan dengan orang lain, lingkungannya, serta memahami interaksi antara sains, teknologi dan masyarakat, termasuk perkembangan sosial dan teknologi, membuktikan bahwa kurangnya literasi sains pada masyarakat tersebut. Poedjiadi (2005) juga menyatakan bahwa seseorang yang memiliki kemampuan literasi sains dan teknologi mampu menyelesaikan masalah dengan menggunakan konsep-konsep sains yang diperoleh dalam pendidikan sesuai dengan jenjangnya, mengenal produk teknologi yang ada di sekitarnya beserta dampaknya, mampu menggunakan produk teknologi dan memeliharanya, kreatif dalam membuat hasil teknologi yang disederhanakan sehingga peserta didik mampu mengambil keputusan berdasarkan nilai dan budaya masyarakat setempat. Hal ini juga sejalan dengan Toharudin (2011) yang mengatakan bahwa seseorang yang memiliki literasi sains memilki sikap dan kepekaan yang tinggi terhadap diri dan lingkungannya. Oleh


(11)

karena itu pentingnya bagi seorang guru untuk bisa menumbuhkan literasi sains siswa terhadap lingkungan yang nantinya siswa akan terjun ke masyarakat.

Literasi sains sangat penting untuk ditumbuhkan dalam diri siswa, ketika seseorang yang “literate” terhadap sains (melek sains) maka dia akan menggunakan proses sains dalam pemecahan masalah, pembuatan keputusan-keputusan, dan pemahaman lebih lanjut tentang kemasyarakatan dan lingkungan. Kemampuan siswa yang masih rendah dalam bidang sains khususnya terbukti dari hasil penelitian tentang asesmen hasil belajar sains pada level internasional seperti yang diselenggarakan oleh Organizasion for Economic Co-Operation and Development (OECD) melalui Programme for International Student Assessment (PISA). Studi ini melibatkan siswa berumur 15 tahun, dimana Indonesia pada tahun 2000 berada pada urutan 38 dari 41 negara pada kemampuan sains. Kedua, tahun 2003 Indonesia juga berada pada urutan ke 38 dari 40 negara pada kemampuan sains, dan ketiga pada tahun 2006 Indonesia berada pada urutan ke 50 pada kemampuan sains (Firman, 2007). Untuk tahun 2009 skor literasi mengalami penurunan. Jika dilihat dari skor perbandingan literasi sains, siswa Indonesia pada PISA tahun 2000, 2003, 2006, dan 2009 berturut-turut adalah 393, 395, 393 dan 383. Rerata skor dari semua negara peserta adalah 500 dengan simpangan baku 100, terlihat bahwa perolehan skor literasi sains siswa Indonesia tergolong rendah.

Pada Gambar 1.2 membuktikan bahwa kreativitas masyarakat dalam memanfaatkan limbah kelapa sawit agar menjadi sesuatu yang bernilai guna juga masih rendah. Menurut Munandar (2009) pengembangan sumber daya alam yang


(12)

berkualitas yang mampu mengantar Indonesia ke posisi terkemuka, paling tidak sejajar dengan negara-negara lain baik dalam pembangunan dalam bidang ekonomi, politik, maupun sosial-budaya pada hakikatnya menuntut pengembangan kreativitas yang perlu dikenali dan dirangsang sejak dini. Jadi, didukung oleh sumber daya alam yang berlimpah seharusnya menjadikan Indonesia sebagai produsen yang tinggi dari berbagai bidang, sehingga menuntut suatu kreativitas untuk menghasilkan ide-ide yang kreatif, rancangan, atau produk agar menjadi produsen yang bisa terus bersaing dengan negara lainnya.

Kemampuan literasi sains dan kreativitas dapat ditingkatkan melalui pendidikan, salah satunya pendidikan sains. Menurut Rustaman (2005) pembelajaran sains sekarang ini perlu di ubah dari sekedar memahami konsep dan prinsip keilmuan (konten ilmu), menjadi pembelajaran yang memberi siswa bekal untuk memperoleh pengalaman bekerja dengan sains (doing science), melakukan penyelidikan ilmiah, dan menerapkan konsep dan prinsip sains yang dimiliki dalam proses persoalan sehari-hari. Begitu juga menurut Rutherfold & Ahlgren (1990) pendidikan sains mengajarkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat sebagai dampak perkembangan sains dan teknologi. Ketika seseorang sudah belajar sains, mereka akan dilatih untuk menanggapi isu, masalah dan fakta-fakta yang terjadi di masyarakat, kemudian menggunakan kemampuan sains yang dimilikinya untuk menyelesaikan masalah dan mengambil keputusan dari masalah sehingga menjadi orang yang literate terhadap keadaan sekitarnya.


(13)

Pendidikan juga ikut berperan dalam melatih dan menjadi sarana untuk mengembangkan kemampuan berpikir kreatif siswa. Pendidikan diharapkan menghasilkan seorang lulusan yang tidak hanya pintar dalam kognitifnya saja, karena menurut Depdiknas (2003) pendidikan berbasis standar kompetensi yang dirumuskan menekankan kreativitas sebagai salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan. Selain itu tujuan pendidikan pada umumnya adalah menyediakan lingkungan yang memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya, sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat menggunakan kemampuan sainsnya berdasarkan fakta-fakta yang terjadi sampai pada penyelesaian suatu masalah. Pendidikan di sekolah lebih berorientasi pada pengembangan intelektual dibandingkan kreativitas, padahal kedua-duanya sama-sama penting.

Kendala dalam mengembangkan literasi sains melalui pendidikan salah satunya adalah guru masih kurang memahami tentang pentingnya melatih kemampuan literasi sains siswa. Sedangkan kendala konseptual utama dalam studi pendidikan mengenai kreativitas menurut Munandar (2002) sering salah ditafsirkan, dimana pengertian tentang kreativitas merupakan sifat yang diwarisi oleh orang tua yang berbakat luar biasa atau genius. Padahal setiap orang memiliki potensi untuk kreatif, akan tetapi masalahnya adalah bagaimana mengembangkan potensi atau bakatnya tersebut. Salah satunya, seorang pendidik dapat mengajak siswanya untuk menyelesaikan masalah dalam kehidupan sehari-hari dengan melihat dari empat aspek kreativitas, yaitu pribadi, pendorong, proses


(14)

dan produk. Dari segi pribadi diharapkan timbulnya ide-ide baru dan produk-produk yang inovatif, disini hendaknya pendidik dapat menghargai keunikan pribadi dan bakat-bakat siswanya yang berbeda-beda. Segi pendorong diharapkan bakat kreatif siswa akan terwujud jika ada dorongan dan dukungan dari lingkungannya, dan dorongan kuat dalam dirinya sendiri (motivasi internal) untuk menghasilkan sesuatu dari masalah yang ditemukan. Dari segi proses diharapkan siswa dapat melatih kreativitasnya mulai dari menemukan masalah sampai menyampaikan hasil, sedangkan dari segi produk siswa dapat menghasilkan produk dari ide-ide yang sudah dibuatnya.

Melalui pembelajaran yang tepat maka kemampuan literasi sains dan kreativitas siswa dapat ditingkatkan, salah satunya pembelajaran yang bisa melatih kemampuan berpikir dan sains siswa. Saat ini pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru di sekolah lebih banyak menggunakan metode ceramah yang bersifat teacher centered karena dianggap lebih mudah dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa dengan tuntutan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dirasakan sangat banyak dan dengan waktu yang sedikit, oleh karena itu siswa tidak terbiasa untuk menyelesaikan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikirnya. Kurangnya kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah disebabkan karena siswa sehari-harinya sudah terlatih menerima apa yang diajarkan oleh guru baik dari pencapaian penguasaan konsep untuk sekedar memenuhi aspek kognitifnya saja. Padahal penting bagi seorang pendidik untuk membiasakan siswanya ikut terlibat dalam suatu pembelajaran (student centered), melatih siswa untuk mencari jawaban dari


(15)

masalah yang mereka temukan, literasi sains, berpikir kritis, berpikir kreatif, sampai menemukan suatu konsep agar pembelajaran bisa dirasakan lebih bermakna. Salah satu pembelajaran yang bisa digunakan oleh guru untuk memperbaiki sistem pembelajaran tersebut adalah pembelajaran berbasis masalah. Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pembelajaran yang dimulai dengan suatu masalah, kemudian menghasilkan suatu pemecahannya. Melalui pembelajaran ini siswa secara aktif dilibatkan untuk menyelesaikan masalah yang diangkat. Hasil penelitian Jacobsen (2009) menunjukkan bahwa keterlibatan aktif siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan pemahaman dan motivasi mereka dan siswa juga belajar secara mandiri sesuai dengan potensi yang dimilikinya dan berinisiatif dalam menanggapi isu di masyarakat sebagai dampak perkembangan sains dan teknologi. Selain itu aspek sains yang diajarkan dengan model pembelajaran berbasis masalah bertujuan untuk melatih kemampuan siswa dalam mengidentifikasi masalah dalam rangka memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta menggunakan pengetahuannya untuk memahami berbagai fenomena alam dan perubahan yang terjadi pada kehidupan lingkungan.

Masalah bukanlah menjadi penghalang untuk mengembangkan literasi sains dan kreativitas seseorang. Masalah dapat dijadikan sebagai langkah awal menjadikan seseorang mampu menggunakan pengetahuan sainsnya seperti menggunakan pengetahuan ilmiah, mengidentifikasi pertanyaan, menarik kesimpulan dan membuat keputusan dari masalah tersebut dalam upaya untuk memecahkan masalah. Mengawali masalah pada proses pembelajaran akan


(16)

membantu siswa untuk mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan mengatasi masalah, mempelajari peranan orang dewasa dan menjadi pelajar yang mandiri (Arends, 2007). Masalah juga dijadikan sebagai langkah awal seseorang untuk lebih berpikir kreatif, karena siswa tidak hanya sekedar mendengarkan, mencatat, menghafal materi tetapi siswa aktif berfikir, berkomunikasi, mencatat, mengolah data, dan membuat kesimpulan dari masalah yang ditemukannya. Pembelajaran berbasis masalah yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan kreativitas menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata ataupun hasil pemikiran yang menjelaskan bentuk penyelesaian masalah yang mereka temukan, sehingga nantinya siswa dapat memberikan konstribusi kepada lingkungan masyarakatnya dan sebagai langkah awal mengembangkan bakatnya agar siap bersaing nanti dalam kehidupan bermasyarakat.

Materi yang diambil adalah materi pencemaran lingkungan, karena pada konteks aplikasi sains PISA masalah lingkungan termasuk kedalam bidang aplikasi bumi dan lingkungan. Hal ini disesuaikan dengan literasi sains dan kreativitas yang diharapkan bisa muncul dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah. Siswa yang dilibatkan rata-rata adalah siswa SMA kelas X yang berumur 15 tahun keatas. Menurut Piaget anak usia 15 tahun berada pada tahap operasi formal. Pada tahap ini siswa sudah mampu berpikir abstrak dan berhipotesis, seperti mampu memikirkan apa yang akan atau mungkin terjadi. Apabila siswa diberikan suatu masalah untuk memulai pembelajaran siswa akan menggunakan cara berpikirnya yang rasional (kemampuan menganalisis


(17)

situasi, menerapkan pengetahuan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan yang mereka miliki dalam situasi baru, mengenal adanya perbedaan antara fakta dan pendapat, membuat judgment secara objektif) untuk menemukan solusi-solusi dari permasalahan yang ditemukan (Dahar, 2005). Berdasarkan uraian di atas, penting untuk mengkaji lebih mendalam lagi mengenai literasi sains dan kreativitas siswa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah yang mengangkat masalah di lingkungan sekitar sekolah ataupun dimasyarakat seperti limbah kelapa sawit di pulau Belitung.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, diidentifikasi permasalahan sebagai berikut: “Bagaimanakah Peningkatan Literasi Sains dan Kreativitas siswa SMA menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi Pencemaran Lingkungan?”.

Selanjutnya identifikasi masalah di atas dijabarkan menjadi pertanyaan penelitian sebagai berikut.

1. Bagaimana kemampuan Literasi Sains siswa sebelum dan setelah pembelajaran berbasis masalah pada materi Pencemaran Lingkungan? 2. Bagaimana kemampuan berpikir kreatif siswa sebelum dan setelah

pembelajaran berbasis masalah pada materi Pencemaran Lingkungan? 3. Bagaimana kreativitas siswa setelah pembelajaran berbasis masalah pada


(18)

4. Bagaimana tanggapan siswa dan guru mengenai pembelajaran berbasis masalah pada materi Pencemaran Lingkungan?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi mengenai ada tidaknya peningkatan literasi sains dan kreativitas siswa SMA dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran lingkungan. Secara rinci penelitian ini bertujuan untuk :

1. Memberi informasi mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap literasi sains siswa SMA pada materi Pencemaran Lingkungan.

2. Memberi informasi mengenai pengaruh model pembelajaran berbasis masalah terhadap kemampuan berpikir kreatif dan kreativitas siswa SMA pada materi Pencemaran Lingkungan.

3. Mengidentifikasi tanggapan siswa dan guru mengenai model pembelajaran berbasis masalah.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan memiliki manfaat bagi guru, siswa dan pihak sekolah, masyarakat, peneliti lain dan pihak pemerintah,

1. Bagi guru, hasil penelitian ini dapat memberikan alternatif pembelajaran untuk meningkatkan literasi sains dan kreativitas siswa SMA, Selain itu juga memberikan wawasan mengenai pentingnya kreativitas dan


(19)

memberikan informasi bahwa kreativitas siswa dapat dikembangkan melalui pembelajaran berbasis masalah.

2. Bagi siswa, hasil penelitian ini dapat melatih siswa untuk lebih terlibat aktif dalam menemukan suatu penyelesaian masalah sehingga menjadi pembelajaran yang bermakna (a); melatih dan mengembangkan potensi-potensi kreativitas yang sudah dimiliki siswa (b); membekali siswa agar bisa berwirausaha melalui kreativitas yang sudah dilakukannya (c), . 3. Bagi pihak sekolah, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi

mengenai potensi-potensi yang dimiliki oleh siswa dengan melihat hasil kreativitas siswa sehingga pihak sekolah dapat memfasilitasi pengembangan kreativitas siswa (a); serta dapat dijadikan salah satu rujukan pembelajaran agar bisa dikembangkan nantinya (b).

4. Bagi masyarakat, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi pada sebagian masyarakat mengenai produk-produk yang dapat dibuat dari kelapa sawit (a); memberikan wawasan pada masyarakat mengenai manfaat kreativitas yang dapat bernilai ekonomi dan estetika (b); memberikan masukan sebagai pertimbangan untuk membuka lahan pekerjaan yang bernilai ekonomi nantinya (c).

5. Bagi peneliti lain, hasil penelitian ini bisa menjadi referensi dan membuka jalan bagi peneliti lain apabila mau meneliti lebih lanjut mengenai masalah limbah kelapa sawit, dan memberikan masukan apabila mau menggunakan pembelajaran berbasis masalah.


(20)

6. Bagi pihak pemerintah, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai penanganan limbah kelapa sawit yang kemudian dijadikan sebagai bahan pertimbangan untuk bekerja sama dengan masyarakat, sehingga bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Bangka Belitung nantinya.


(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A.Metode Dan Desain Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah quasi-eksperiment dengan desain penelitian The Static Group Pretest – Posttest Design, metode tersebut dipilih untuk mengetahui pengaruh dari suatu perlakuan terhadap subjek penelitian (Frankel, 2006). Quasi eksperimen bukan merupakan eksperimen murni akan tetapi seperti murni, metode ini menggunakan kelompok kontrol, dan pengambilan kelompoknya tidak dilakukan secara acak. Desain rancangan The Matching Only Group Pretest – Posttest Design digunakan untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan literasi sains dan kreativitas siswa pada dua kelas (kelas X1 dan kelas X3) yang digunakan sebagai kelompok sampel. Adapun rancangan desain penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 : Desain Penelitian

Kelompok Pretest Perlakuan Postest

Eksperimen O1 X1 O2

Kontrol O1 X2 O2

Keterangan:

O1 : Pretest untuk melihat kemampuan literasi sains dan kreativitas siswa O2 : Posttest untuk melihat kemampuan literasi sains dan kreativitas siswa

X1 : Pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis masalah


(22)

B. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi yang digunakan dalam penelitian yaitu kemampuan literasi sains dan kreativitas seluruh siswa kelas X di SMAN 1 Belitung Timur yang terdapat di Propinsi Bangka Belitung (terdapat 4 kelas yaitu kelas X1, kelas X2, kelas X3 dan kelas X4).

2. Sampel

Sampel yang digunakan dalam penelitian yaitu dua kelas dengan menggunakan teknik purposive sampling. Dalam purposive sampling pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan-pertimbangan dari peneliti atau penentuan sampel untuk tujuan tertentu (Riduwan, 2010). Sampel diambil tidak secara acak, tetapi berdasarkan pertimbangan dari guru yang mengajar dengan melihat karakteristik siswa, melihat hasil N-gain pembelajaran Biologi dan jadwal pembelajaran yang sama. Sampel yang diambil dari empat kelas yaitu kelas X1 dan kelas X3.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian dilakukan di SMAN I dikabupaten Belitung Timur, Propinsi Bangka Belitung. SMAN I ini dipilih karena tidak terlalu jauh dari pembangunan pabrik kelapa sawit, sehingga siswa bisa lebih mudah mengidentifikasi masalah yang disebabkan oleh limbah kelapa sawit tersebut.


(23)

2. Waktu

Penelitian dilaksanakan pada semester kedua, yang dilakukan selama 4 minggu. Adapun penelitian dilakukan sebanyak 3 pertemuan, dengan waktu 2 x 45 menit untuk masing-masing pertemuan.

D. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam mendefinisikan pengertian dari beberapa istilah yang digunakan pada penelitian ini, oleh karena itu peneliti memberikan beberapa batasan-batasan pengertian sebagai berikut:

a. Pembelajaran Berbasis Masalah adalah pembelajaran yang dimulai dengan memberikan masalah kepada siswa, kemudian masalah tersebut digunakan untuk meneliti permasalah, dengan tahapan-tahapan sebagai berikut: (1) siswa menemukan atau menyadari adanya suatu masalah, (2) siswa menganalisis masalah dan mempelajari isu yang di angkat, (3) siswa menemukan pemecahan masalah yang ditemukan dan melaporkannya baik dalam bentuk produk ataupun berupa laporan, (4) siswa mempresentasikan dan merefleksi solusi, dan (5) siswa meninjau, mengintegrasi dan mengevaluasi.

b. Literasi sains adalah pengetahuan, pemahaman konsep dan proses ilmiah yang diperlukan untuk pengambilan keputusan, menentukan jawaban atas pertanyaan dan menjelaskan gejala alam dengan menggunakan pengetahuan sainsnya yang dilihat dari tiga dimensi sains, yakni konten sains, proses sains dan konteks aplikasi sains sehingga siswa bisa


(24)

menerapkan dalam menyelesaikan suatu masalah. Kemampuan literasi sains pada setiap aspek di jaring dengan menggunakan soal essay.

c. Kreativitas adalah kemampuan berpikir tentang sesuatu dengan cara baru maupun tidak dan tak biasa baik itu berupa ide-ide, rancangan maupun produk sehingga menghasilkan solusi yang unik atas suatu masalah yang ditemukan. Aspek kreativitas siswa yang dinilai berupa keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (Fleksibility), keterampilan berpikir orisinil (Originality), keterampilan mengelaborasi (Elaboration), dan keterampilan kepekaan (Sensitivity). Keterampilan berpikir kreatif di jaring dengan menggunakan soal essay dengan aspek Indikator berpikir kreatif berupa kemampuan siswa dalam bertanya, meramalkan, memperbaiki hasil keluaran, dan mengungkapkan kegunaan objek.

d. Peningkatan literasi sains dan kreativitas yang dimaksud pada penelitian ini adalah peningkatan yang dilihat dari nilai N-gain dan kemudian dibandingkan dengan kelas kontrol sebagai kelas pembanding untuk melihat sejauh mana peningkatan dengan menggunakan pembelajaran berbasis masalah pada kelas eksperimen.

e. Pencemaran Lingkungan adalah masukan suatu bahan baik padat, cair, maupun gas secara berlebihan atau melewati kadarnya pada suatu lingkungan, serta akan memberikan dampak negatif pada lingkungan tersebut misalnya limbah kelapa sawit seperti tandan kosong kelapa sawit


(25)

(limbah padat), sisa-sisa hasil pengolahan pembuatan minyak (limbah cair) dan pembakaran tidak sempurnah dari pabrik kelapa sawit (limbah gas).

E. Instrumen Penelitian

Instrumen digunakan untuk membantu penelitian dalam mengumpulkan data yang diinginkan. Instrumen yang digunakan antara lain : tes tertulis, rublik penilaian LKS, lembar observasi, angket, dan kuesioner tanggapan siswa dan guru.

1. Tes Tertulis

Tes yang digunakan berupa tes objektif yang diberikan pada awal dan akhir pembelajaran. Soal berbentuk uraian tidak terbatas untuk mengukur kemampuan literasi sains siswa yang terdiri dari enam soal yang diberikan wacana pada setiap soalnya. Alasan digunakannya soal uraian pada penelitian dibanding soal pilihan ganda adalah untuk lebih mudah melihat sejauh mana peningkatan level literasi sains siswa dalam menjawab soal literasi yang disesuaikan dari skor penilaian level literasi sains yang dibagi menjadi lima level oleh Bybee & BSCS (Shwatz, 2006). Skor penilaian dapat dilihat pada Tabel 3.2. Soal uraian terbatas dan tidak terbatas untuk mengukur kemampuan berpikir kreatif siswa yang terdiri dari tujuh soal yang mengacu pada indikator aktivitas berpikir kreatif siswa menurut Torrance (Juremi dan Ayob, 2002). Skor penilaian dapat dilihat pada Tabel 3.3. Tes untuk menilai kreativitas siswa dalam membuat produk menurut Munandar (1999), dapat dilihat pada Tabel 3.4.


(26)

Tabel 3.2. Skor penilaian Literasi Sains Siswa Nomor

Soal

Skor/kriteria Penilaian Level yang

diharapkan 8 Skor 4 : Siswa mengembangkan pemahaman konsep-konsep

pokok pada disiplin ilmu secara jelas dan dihubungkan dengan pemahaman umum mereka pada sains.

Skor 3: Siswa mendeskripsikan konsep dengan benar, tapi pemahamannya mengenai konsep tersebut terbatas Skor 2: Siswa mengenali konsep yang ada hubungan dengan

sains, tapi pemahamannya mengidentifikasi miskonsepsi Skor 1: Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan

jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks

4

9 Skor 4 : Siswa mengevaluasi teks dengan kritis, menemukan atau mengabungkan berbagai pilihan informasi dengan menyebutkan sumber-sumbernya

Skor 3: Siswa menghubungkan informasi dalam teks dengan konteks dan pengetahuan umum yang dikenal oleh siswa sehari-hari

Skor 2: Siswa menghubungkan teks dan pengetahuan luar yang didasarkan pada pengetahuan yang terlalu umum. Skor 1: Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan

jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks

4

10 Skor 4: Siswa mengembangkan pemahaman konsep-konsep pokok pada disiplin ilmu dan dihubungkan dengan pemahaman umum mereka pada sains dan disertai contoh nyata.

Skor 3: Siswa mendeskripsikan konsep dengan benar, tapi pemahamannya mengenai konsep tersebut terbatas Skor 2: Siswa mengenali konsep yang menghubungkan ke sains,

tapi pemahaman mengidentifikasi miskonsepsi Skor 1: Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan

jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks

4

11 Skor 4: Siswa mengevaluasi teks dengan kritis, menemukan atau mengabungkan berbagai pilihan informasi dengan menyebutkan cara meminimalisasi limbah

Skor 3: Siswa mendeskripsikan cara meminimalisasi limbah dengan benar, tapi pemahamannya mengenai konsep tersebut terbatas

Skor 2: Siswa mengenali konsep yang menghubungkan ke sains, tapi pemahaman mengidentifikasi miskonsepsi

Skor 1: Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks


(27)

Nomor Soal

Skor/kriteria Penilaian Level yang

diharapkan 12 Skor 4 : Siswa mengevaluasi teks dengan kritis, menemukan atau

mengabungkan berbagai pilihan informasi yang di antaranya dengan beragam kriteria

Skor 3: Siswa menghubungkan informasi dalam teks dengan konteks dan pengetahuan umum yang dikenal oleh siswa sehari-hari

Skor 2: Siswa membandingkan atau menghubungkan teks, dan pengetahuan luar atau didasarkan pada pengetahuan yang terlalu umum.

Skor 1: Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks

4

13 Skor 4: Siswa mengembangkan pemahaman konsep-konsep pokok pada disiplin ilmu dan dihubungkan dengan pemahaman umum mereka pada sains

Skor 3: Siswa mendeskripsikan konsep dengan benar, tapi pemahamannya mengenai konsep tersebut terbatas Skor 2: Siswa mengenali konsep yang menghubungkan ke sains,

tapi pemahaman mengidentifikasi miskonsepsi Skor 1:Siswa tidak bisa menalar antara pertanyaan dengan

jawaban dan hanya bisa membuat hubungan yang sederhana antar informasi dalam teks

4

Bybee & BSCS (Shwatz, 2006) Tabel 3.3 : Skor penilaian kemampuan berpikir kreatif siswa

Nomor Soal

Kemampuan kreatif

Kriteria penilaian Keterangan

1 (Flexibility) Skor 3: Siswa menuliskan pertanyaan yang

bervariasi yang lebih dari dan sama dengan tiga dan dapat diterima kebenarannya

Skor 2: Siswa menuliskan pertanyaan yang bervariasi yang kurang dari tiga dan dapat diterima kebenarannya Skor 1: Siswa menuliskan pertanyaan yang

kurang bervariasi yang kurang dari tiga dan dapat diterima kebenarannya

Skor 0 : Siswa tidak menuliskan pertanyaan

Pertanyaan bervariasi: pertanyaan yang memiliki kriteria pertanyaan dengan berlatar belakang, hifotesis, solusi dan sebab akibat yang tidak terdapat di dalam wacana yang disajikan.


(28)

Nomor Soal

Kemampuan kreatif

Kriteria penilaian Keterangan

2 (Flexibility) Skor 3: Siswa mencantumkan terlebih

dahulu masalah dari sudut pandang yang berbeda kemudian

menuliskan dampak limbah tandan kelapa sawit dengan menuliskan > tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya

2 (Flexibility) Skor 2: Siswa mencantumkan terlebih

dahulu masalah dari sudut pandang yang berbeda kemudian menuliskan dampak limbah tandan kelapa sawit dengan menuliskan ≤ tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya Skor1:Siswa tidak mencantumkan masalah

terlebih dahulu, akan tetapi langsung menuliskan dampak limbah ≤ tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya

Skor 0: Siswa menuliskan masalah dan dampak yang tidak sesuai dan tidak dapat diterima

kebenarannya

Sudut pandang masalah yang dikaitkan dengan masalah pencemaran air, pencemaran tanah, dan pencemaran udara

3 (Fluency) Skor 3: Siswa menuliskan cara mengatasi

limbah tandan kosong kelapa sawit dan kegunaannya > tiga jawaban yang dapat diterima kebenarannya Skor 2: Siswa menuliskan cara mengatasi

limbah tandan kosong kelapa sawit dan kegunaannya ≤ tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya Skor 1: Siswa menuliskan cara mengatasi

limbah tandan kosong kelapa sawit dan tidak menuliskan kegunaannya Skor 0: Siswa tidak menuliskan cara

mengatasi limbah tandan kosong kelapa sawit

4 (Elaboration) Skor 3: Siswa membuat

diagram/grafik/tabel lebih dari satu jawaban, menambahkan bagian-bagian lain seperti garis putus-putus, garis lurus dan memperinci detail-detail dari suatu objek secara benar dengan memberikan

keterangan, gagasan sehingga menjadi lebih menarik dan dapat diterima kebenarannya


(29)

Nomor Soal

Kemampuan kreatif

Kriteria penilaian Keterangan

4 (Elaboration) Skor 2: Siswa membuat

diagram/grafik/tabel dengan menambahkan bagian-bagian lain seperti garis putus-putus, garis lurus dan memperinci detail-detail dari suatu objek dengan

memberikan keterangan, gagasan sehingga menjadi lebih menarik dan dapat diterima kebenarannya Skor 1: Siswa membuat

diagram/grafik/tabel dengan menambahkan bagian-bagian lain seperti garis putus-putus, garis lurus dan tidak memberikan keterangan pada gambar Skor 0 : Siswa tidak membuat

diagram/grafik/tabel

5 (Flexibility) Skor 3: Siswa mencantumkan terlebih

dahulu masalah dari sudut pandang yang berbeda kemudian

menuliskan dampak bau dari pabrik kelapa sawit dengan jawaban yang bervariasi dan dapat diterima kebenarannya

Skor 2 Siswa mencantumkan terlebih dahulu masalah dari sudut pandang yang berbeda kemudian

menuliskan dampak bau dari pabrik kelapa sawit dengan jawaban yang kurang bervariasi dan dapat diterima kebenarannya Skor 1: Siswa tidak mencantumkan masalah

terlebih dahulu, dan langsung menuliskan dampak bau dari pabrik kelapa sawit dan dapat diterima kebenaranya

Skor 0: Siswa tidak menuliskan masalah dan dampak dari pabrik

Sudut pandang masalah yang dikaitkan dengan aktivitas manusia dan proses pengolahan dari pabrik yang kemudian menimbulkan pencemaran

6 (Sensitivity) Skor 3: Siswa menuliskan keputusan

dengan bijaksana, lebih dari tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya

Skor 2: Siswa menuliskan keputusan dengan bijaksana, hanya tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya Siswa memaparkan solusi-solusi terbaik untuk menyelesai-kan masalah


(30)

Nomor Soal

Kemampuan kreatif

Kriteria penilaian Keterangan

6 (Sensitivity) Skor 1: Siswa menuliskan keputusan

dengan bijaksana yang kurang dari tiga jawaban dan dapat diterima kebenarannya

Skor 0: Siswa menuliskan keputusan yang tidak dapat diterima kebenarannya

7 (Originality) Skor 3: Siswa mengungkapkan cara yang

baru dan unik dengan membuat kombinasi yang tidak lazim dan dapat diterima kebenarannya Skor 2: Siswa mengungkapkan cara yang

sudah umum tapi unik, disertai dengan kombinasi-kombinasi yang lain dan dapat diterima

kebenarannya

Skor 1: Siswa mengungkapkan cara yang sudah umum tanpa disertai dengan kombinasi-kombinasi yang lain dan dapat diterima kebenarannya Skor 0: Siswa mengungkapkan cara yang

baru dan unik dengan membuat kombinasi yang tidak lazim dan dapat tidak dapat diterima kebenarannya

Cara yang baru: siswa membuat sesuatu yang belum atau terdapat di buku pelajaran. Cara yang unik: siswa membuat sesuatu yang jarang disadari dan dilakukan sebelumnya dan melakukan kombinasi-kombinasi.

Tabel 3.4. Skor Penilaian Kreativitas Membuat Rancangan Produk Daur Ulang Limbah Kelapa Sawit pada LKS

Komponen Rancangan

Skor Kriteria Penilaian

(1)

(Fluency, Flexibility)

3 Siswa menuliskan masalah dari sudut pandang yang berbeda, disertai dengan contoh dan menjawab lebih dari tiga masalah yang dapat diterima kebenarannya

2

Siswa menuliskan masalah dari sudut pandang yang berbeda, disertai dengan contoh dan menjawab tiga masalah yang dapat diterima kebenarannya 1

Siswa menuliskan masalah dari sudut pandang yang berbeda, tanpa contoh dan menjawab tiga masalah yang dapat diterima kebenarannya

(2)

(Fluency, Flexibility, Originality)

3 Siswa menuliskan gagasan yang bervariasi, baru dan unik, serta menuliskan > satu jawaban

2 Siswa menuliskan gagasan yang bervariasi, baru, serta menuliskan > satu jawaban

1

Siswa menuliskan gagasan yang bervariasi, baru, serta menuliskan satu jawaban


(31)

Komponen Rancangan

Skor Kriteria Penilaian

(3)

(Fluency, Originality)

3 Siswa menuliskan ungkapan baru dan unik, terperinci dan menuliskan > satu jawaban

2 Siswa menuliskan ungkapan baru dan unik dan menuliskan > satu jawaban

1 Siswa menuliskan ungkapan baru dan unik, terperinci dan menuliskan satu jawaban

(4)

(Fluency, Flexibility, Elaboration)

3

Siswa menuliskan alat/bahan secara rinci, dapat memisahkan antara alat/bahan, menambahkan banyak alternatif yang berbeda dan menuliskan > satu jawaban 2

Siswa menuliskan alat/bahan secara rinci, dapat memisahkan antara alat/bahan, dan menuliskan > satu jawaban

1

Siswa menuliskan alat/bahan tidak terperinci, dapat memisahkan antara alat/bahan,menambahkan alternatif yang berbeda dan menuliskan > satu jawaban

(5)

(Flexibility, Originality)

3

Siswa menuliskan cara kerja dalam format yang berbeda (bagan/gambar), sistematis dan terperinci dengan kombinasi-kombinasi yang tidak lazim

2 Siswa menuliskan cara kerja dalam format yang berbeda (bagan/gambar), kurang tterperinci dengan kombinasi-kombinasi yang tidak lazim

1 Siswa menuliskan cara kerja dalam format yang biasa, tidak terperinci dengan kombinasi-kombinasi yang tidak lazim

(6)

(Fluency, Flexibility)

3

Siswa mengembangkan dasar teori dengan mengambil masalah yang umum dari sudut pandang yang berbeda, kemudian dikembangkan dengan banyak gagasan yang dapat diterima kebenarannnya

2

Siswa mengembangkan dasar teori dengan mengambil masalah yang umum, kemudian dikembangkan dengan banyak gagasan yang dapat diterima kebenarannnya 1

Siswa mengembangkan dasar teori dengan mengambil masalah yang umum, kemudian di dikembangkan dengan satu gagasan yang dapat diterima kebenarannya.

(7)

(Fluency, Flexibility, Sensitivity)

3

Siswa menuliskan keputusan yang bijaksana, dengan memberikan banyak cara/saran (> tiga jawaban) dari sudut pandang yang berbeda, dan mencantumkan kelebihan dan kekurangan produk tersebut.

2

Siswa menuliskan keputusan yang bijaksana, dengan memberikan sedikit cara/saran (< tiga jawaban) dari sudut pandang yang berbeda, dan mencantumkan kelebihan dan kekurangan produk tersebut

1

Siswa menuliskan keputusan yang bijaksana, dengan memberikan sedikit cara/saran dari sudut pandang yang berbeda dan tidak mencantumkan kelebihan dan

kekurangan produk tersebut


(32)

2. Rubrik Penilaian LKS

Instrumen digunakan untuk mengukur kreativitas siswa tidak hanya dari segi kreativitas dalam menjawab soal, akan tetapi juga dalam membuat rancangan produk sebagai kreativitas dari penyelesaian masalah yang ditemukan. Lembar penilaian LKS ini menggunakan bobot nilai dengan rentang 1-3. Serta hasil produk dengan melihat kesesuaian antara rancangan dan produk yang dihasilkan, kesesuaian antara solusi dan masalah yang diangkat, dan kerapihan. Dimana kebenaran dari jawaban yang dituliskan juga harus dinilai.

3. Lembar observasi ( observation sheet)

Lembar observasi digunakan untuk melihat kreativitas siswa pada saat pembelajaran sedang berlangsung baik saat merumuskan masalah, merancang, diskusi dan presentasi. Lembar observasi yang digunakan disini berupa daftar cek (ceklist) perilaku siswa yang berisi daftar perilaku berpikir kreatif siswa berupa keterampilan berpikir lancar (fluency), keterampilan berpikir luwes (Fleksibility), keterampilan berpikir orisinil (Originality), keterampilan mengelaborasi (Elaboration), dan keterampilan mengevaluasi (Evaluation). Lembar observasi dibantu oleh guru kelas yang sudah mengetahui karateristik siswa pada masing-masing kelas dan observasi dilakukan sebanyak pertemuan saat melakukan penelitian.

4. Angket Self Assesment dan Peer Assesment

Angket digunakan untuk menilai keaktifan atau kontribusi diri sendiri siswa dan teman sekelompoknya selama proses pembelajaran dengan kriteria


(33)

memberikan ide, mencari informasi dan menemukan masalah, menyelesaikan masalah, melakukan dan menyiapkan alat dan bahan.

5. Kuesioner Tanggapan siswa dan guru

Angket tanggapan siswa dan guru digunakan untuk memperoleh informasi mengenai tanggapan siswa dan guru terhadap proses pembelajaran yang diterapkan. Angket tanggapan guru diberikan sebanyak 15 pertanyaan dengan wawancara. Angket tanggapan siswa yang berjumlah 16 pertanyaan digunakan dengan lima pilihan jawaban.

F. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan melalui observasi pada proses pembelajaran, tes tertulis kemampuan literasi sains dan keterampilan berpikir kreatif, penilaian hasil kreativitas, presentasi, angket dan kuesioner. Data yang diperoleh disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5. Teknik pengumpulan data pembelajaran berbasis masalah

Kegiatan Instrumen Data yang

diperoleh

Sumber Keterangan waktu Tes literasi Sains Pertanyaan tentang

berpikir kreatif materi pencemaran lingkungan

Skor pre test dan post tes

Siswa Sebelum dan sesudah pembelajaran Tes kemampuan berpikir kreatif Pertanyaan tentang berpikir kreatif pada materi pencemaran lingkungan

Skor pre test dan post tes

Siswa Sebelum dan sesudah pembelajaran Tes kreativitas merancang produk Pertanyaan untuk merancang produk dalam LKS Skor kelompok dalam merancang produk

Siswa Selama proses pembelajaran


(34)

Kegiatan Instrumen Data yang diperoleh

Sumber Keterangan waktu Presentasi penyelesaian masalah dari produk yang dibuat Lembar penilaian presentasi dan kreativitas produk Skor kelompok dalam presentasi dan skor kreativitas produk dengan skala 1-3

Siswa Akhir

pembelajaran

Self Assessment Angket keaktifan siswa dalam menilai dirinya sendiri

Skor dengan skala 1-4

Siswa Selama diskusi, dan membuat produk

Peer Assessment Angket keaktifan siswa dalam menilai anggota kelompoknya

Skor dengan skala 1-4

Siswa Selama diskusi, dan membuat produk Observasi pembelajaran Lembar observasi perbandingan perilaku kreativitas siswa Data kreativitas siswa selama kegiatan pembelajaran

Siswa Selama proses pembelajaran Menjaring tanggapan pembelajaran berbasis masalah, kreativitas dan literasi sains Kusioner dan wawancara Tanggapan tentang pembelajaran berbasis masalah Tanggapan tentang kreativitas dan literasi sains Siswa dan guru Setelah proses pembelajaran Menjaring informasi mengenai kreativitas dan literasi sains masyarakat

Wawancara Informasi

mengenai kreativitas dan literasi sains Masyara -kat Diluar proses pembelajaran

G. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dan analisis data baik dari pengujian instrumen sampai mendapatkan data penelitian digunakan secara kuantitatif dan kualititif. Pengolahan data secara kuantitatif digunakan untuk menghitung instrumen kemampuan berpikir kreatif dan literasi sains siswa, dan hasil pengolahan data tes kemampuan berpikir kreatif dan literasi sains setelah diberi perlakuan termasuk


(35)

hasil rancangan produk, presentasi, self dan peer assessment siswa. Sedangkan untuk hasil observasi prilaku kreativitas siswa di kelas, wawancara guru dan masyarakat digunakan secara kualitatif.

1. Hasil uji coba instrumen

Hasil ujicoba instrumen dianalisis dengan menggunakan software komputer Anates V4. Kriteria pada masing-masing hasil uji coba instrumen dilihat dari kriteria Validitas uji soal, reabilitas, daya pembeda dan tingkat kesukaran. Hasil analisis butir soal tes kemampuan berpikir kreatif dan literasi sains ditampilkan pada Tabel 3.6. Data dari soal kemampuan berpikir kreatif dan literasi sains yang belum valid direvisi sehingga instrumen siap untuk digunakan.

Tabel 3.6. Rekapitulasi Uji coba instrumen Essay berpikir kreatif dan literasi sains siswa No mo r la ma No mo r ba ru Ind ek s Va lid it a s K rit er ia Ind ek s P

embeda (%) Krit

er ia Ind ek s K esu ka ra n (%) K rit er ia K et er a ng a n

1 1 0,224 Rendah 27,78 Cukup 58,33 Sedang direvisi dan

digunakan 2 2 0,649 Sangat

tinggi 61,11 Baik 52,78 Sedang digunakan

3 3 0,36

Rendah 11,11 Jelek 55,56 Sedang

revisi dan digunakan 4 4 0,41 Cukup 27,78 Cukup 75,00 Mudah digunakan

5 5 0,40 Cukup 22,22 Cukup 66,67 Sedang digunakan

6 6 0,74 Sangat

tinggi 55,56 Baik 55,59 Sedang digunakan

7 7 0,48 Cukup 25,00 Cukup 29,17 Sukar digunakan


(36)

No mo r la ma No mo r ba ru Ind ek s Va lid it a s K rit er ia Ind ek s P

embeda (%) Krit

er ia Ind ek s K esu ka ra n (%) K rit er ia K et er a ng a n

9 9 0,53 Cukup 50,00 Baik 50,00 Sedang digunakan

10 10 0,41 Cukup 29,17 Cukup 59,25 Sedang digunakan

11 11 0,54 Cukup 37,50 Cukup 27,08 Sukar digunakan

12 12 0,17 Sangat

rendah 5,56 Jelek 36,11 Sedang

direvisi dan digunakan 13 13 0,16 Sangat

rendah 5,00 Jelek 37,50 Sedang

direvisi dan digunakan 14 -0,09 Sangat

rendah 4,17 Jelek 47,92 Sedang

Tidak digunakan

Dari hasil Anates V4 untuk analisis tes kemampuan berpikir kreatif dan literasi sains diperoleh koefisien reliabilitas sebesar 0,68 (data dapat dilihat pada Lampiran C.1). Nilai tersebut menunjukkan bahwa instrumen tes kemampuan literasi sains dan berpikir kreatif memiliki derajat reliabilitas yang baik dan bisa digunakan kembali untuk dilakukan pada kelas yang berbeda.

2. Data Hasil Tes Akhir Literasi Sains dan Kemampuan Berpikir Kreatif Data yang dihasilkan berupa skor pretest, posttest, tes literasi sains dan berpikir kreatif. Kemudian dilakukan analisis secara kuantitatif. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada peningkatan skor pada kedua kelas baik pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Selain itu untuk mengetahui perlakukan mana yang paling efektif, apakah dengan praktikum yang diberikan oleh peneliti pada materi pencemaran lingkungan atau dengan pembelajaran berbasis masalah. Tahapan analisis data yang dilakukan yaitu uji normalitas, uji


(37)

homogenitas, uji perbedaan dua rata-rata, dan penghitungan gain ternormalisasi.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan menggunakan uji statistik Kolmogorov Smirnov. Pada beberapa hasil pretest dan posttest hasilnya berdistribusi normal, jadi statistik yang digunakan adalah statistik parametrik, tetapi beberapa hasilnya tidak berdistribusi normal, kemudian dilanjutkan dengan uji statistik non parametric yaitu uji Mann-Whitney.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan menggunakan uji Hommogenity of Varians (Levene Statistic).

c. Uji Perbedaan Dua Rata-rata

Uji perbedaan dua rata-rata digunakan setelah data berdistribusi normal dan homogen, selanjutnya dilakukan uji perbedaan dua rata-rata dengan menggunakan independent samples t test dari program SPSS 16.0 for windows.

d. Perhitungan Gain Ternormalisasi

Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan berpikir kreatif dan literasi sains siswa pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilakukan analisis terhadap hasil pretest dan posttest. Analisis dilakukan dengan menggunakan rumus gain ternormalisasi rata-rata (average normalized gain) oleh Hake (2002) sebagai berikut:


(38)

� = − �

� − �

Keterangan: g = skor peningkatan s post = skor tes akhir s pre = skor tes awal s max = skor maksimun

Berdasarkan hasil perhitungan indeks gain kemudian diinterpretasikan dengan menggunakan kategori menurut Hake (2002). Tabel 3.7. Klasifikasi Gain (g)

Besarnya Gain (g) Interpretasi

� 0,7 Tinggi

0,3 �< 0,7 Sedang

�< 0,3 Rendah

e. Analisis Data Gain Ternormalisasi

Analisis data gain ternormalisasi dilakukan untuk menjawab pertanyaan penelitian. Untuk menguji hipotesis digunakan uji-t dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows pada taraf signifikansi �= 0,05. ujit dilakukan setelah uji normalitas dan uji homogenitas.

Rumus uji-t yang digunakan adalah:

= −

� − 2 1 + 1

Keterangan :

: Nilai t hitung

: Rata-rata kelompok 1 : Rata-rata kelompok 2

� − 2: Variansi populasi kedua kelompok

: banyak data kelompok 1 : banyak data kelompok 2


(39)

Setelah didapat nilai t hitung pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hasil kemudian dianalisis apakah kelas eksperimen lebih baik kemampuan berpikir kreatif dan literasi sainsnya dibanding dengan kelas kontrol.

H.Prosedur Penelitian

Penelitian ini di laksanakan dalam beberapa tahap, yaitu melakukan studi pendahuluan, studi literatur, tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap akhir, dengan rincian sebagai berikut:

1. Melakukan Studi Pendahuluan

Studi Pendahuluan dilakukan dengan wawancara kepada masyarakat yang bertujuan untuk mengkaji beberapa permasalahan dan temuan-temuan penelitian mengenai permasalahan-permasalahan yang disebabkan oleh limbah kelapa sawit, sejauh mana literasi sains, dan kreativitas di Bangka Belitung.

2. Studi Literatur

Studi ini juga dilakukan untuk mencari teori-teori yang berkaitan dengan indikator pembelajaran berbasis masalah, literasi sains dan kreativitas yang disesuaikan dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar pada kurikulum. literasi sains dan kreativitas siswa juga dijabarkan dalam kriteria-kriteria


(40)

penilaian. Hasil studi literatur digunakan sebagai landasan penerapan pembelajaran berbasis masalah.

3. Tahap Persiapan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Membuat proposal dan merevisi proposal.

b. Membuat instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. c. Melakukan Judgment instrumen pada dosen ahli pada bidangnya.

d. Melakukan revisi instrumen yang sudah di judgment.

e. Membuat RPP dan lembar kerja siswa, dan membuat revisinya. f. Membuat surat dan mengurus surat izin.

g. Melakukan observasi tempat penelitian.

h. Bertemu dengan pihak sekolah untuk membicarakan mengenai teknis pelaksanaan penelitian dan penentuan subjek penelitian (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

i. Instrumen yang telah dibuat selanjutnya diuji coba untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal tes.

J.Merevisi instrumen yang belum valid sehingga siap digunakan

4. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan adalah: a. Pemberian pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(41)

b. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran berbasis masalah pada sampel kelas eksperimen dan pembelajaran dengan praktikum terbimbing pada kelas kontrol.

c. Pemberian posttest pada sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Pemberian angket kepada siswa mengenai tanggapan siswa menggenai tanggapan pembelajaran.

e. Melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran Biologi.

5. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini kegiatan yang dilakukan adalah tabulasi data, mengolah dan menganalisis data sampel, menarik kesimpulan dan menyusun laporan untuk dilaporkan sebagai hasil penelitian. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada alur penelitian.


(42)

I. Alur Penelitian


(43)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran lingkungan bisa meningkatkan kemampuan literasi sains dan kreativitas siswa SMA.

Kemampuan literasi sains kelas eksperimen setelah menggunakan pembelajaran berbasis masalah meningkat pada setiap aspek (konten, proses, konteks). Jika dilihat dari rata-rata N-gain dengan kriteria sedang (0,39), kemudian diperkuat dengan perbandingan terhadap kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan praktikum terbimbing, kelas eksperimen lebih meningkat.

Kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen setelah menggunakan pembelajaran berbasis masalah meningkat jika dilihat dari rata-rata N-gain dengan kriteria sedang (0,41) terutama yang ditunjukkan dari segi Flexibility pada indikator bertanya dan meramalkan dan Sensitivity pada indikator memperbaiki hasil keluaran kemudian diperkuat dengan membandingkannya pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan praktikum terbimbing, kelas eksperimen lebih meningkat.

Hasil kreativitas siswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis masalah dari aspek membuat rancangan produk dan membuat produk sebagai salah satu cara untuk memecahkan masalah limbah kelapa sawit rata-rata cukup baik dengan


(44)

menghasilkan produk yang bernilai estetika dan ekonomi sebagai bentuk penyelesaian masalah.

Tanggapan siswa dan guru mengenai pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran lingkungan menunjukan respon yang positif. Siswa lebih termotivasi untuk belajar Biologi karena siswa dilibatkan secara penuh selama pembelajaran. Guru menyadari pentingnya mengajarkan ilmu sains bukan hanya sekedar mengetahui konsep, tapi bagaimana guru bisa mengajarkan siswa sehingga menghasilkan lulusan yang nantinya sudah siap dengan masalah yang dihadapi di kehidupannya sehari-hari, dan dengan menggunakan ilmu sains yang dimilikinya.

B.Saran

Pada pelaksanaannya penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi pelaksaanaan pembelajaran, efisiensi waktu dan lain sebagainya. Oleh karena itu peneliti menguraikan beberapa saran yang harus diperhatikan apabila menggunakan pembelajaran berbasis masalah, antaralain:

1. Pilih masalah utama yang dijadikan sebagai awal dimulainya pembelajaran berbasis masalah, yang nantinya tidak membuat banyak bermunculan masalah-masalah lain sehingga nanti tidak fokus ke masalah utama, agar siswa lebih mudah menganalisis dan membuat pemecahan masalahnya. 2. Guru harus melatih siswa membuat pertanyaan ilmiah yang bersifat mengali

kemampuan sainnya dan juga mencatat bukti-bukti ilmiah yang ditemukan terlebih dahulu sebelum siswa mengaitkan kemampuan sainsnya terhadap


(45)

fakta-fakta yang ditemukan, hal ini akan memudahkan siswa mengambil keputusan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.

3. Pada pelaksanaannya pembelajaran ini memerlukan waktu yang lama, efektifitas waktu sangat diperlukan, mulai dari memberikan masalah sampai menganalisis dan menyelesaikan masalah, salah satunya dengan melihat kondisi awal siswa seperti masalah bisa datang dari guru apabila siswa tidak terbiasa menentukan masalah karena akan memakan waktu yang lama, dan masalah bisa datang dari siswa apabila siswa sudah terbiasa dengan menganalisis dan pemecahkan suatu masalah pada pembelajaran yang diberikan oleh guru.

4. Pilih waktu yang tepat untuk mengajar dengan menggunakan model pembelajaran masalah. Jangan sampai pada waktu akhir semester yang penuh dengan tugas dan ulangan harian. Apalagi jika ada tuntutan membuat suatu produk sehingga tugas-tugas mata pelajaran lain tidak menjadi penghambat kreativitas siswa.

5. Ada kerja sama dengan pihak terkait yang menjadi awal mula diangkatnya suatu permasalahan. Contoh masalah kelapa sawit sebagai langkah awal memulai pembelajaran, yang kemudian melakukan kerja sama dengan pihak PT. Kelapa sawit untuk mengembangkan kreativitas siswa serta masyarakat, sehingga kreativitas tidak hanya sebatas memenuhi pembelajaran saja, akan tetapi juga bisa berlanjut hingga menjadi suatu yang bernilai guna nantinya. 6. Pembelajaran berbasis masalah dengan studi kasus pada penanganan masalah


(1)

Yuanita, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningakatkan Literasi Sains Dan Kreativitas Siswa SMA Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

penilaian. Hasil studi literatur digunakan sebagai landasan penerapan pembelajaran berbasis masalah.

3. Tahap Persiapan

Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan antara lain: a. Membuat proposal dan merevisi proposal.

b. Membuat instrumen yang digunakan untuk mengukur variabel penelitian. c. Melakukan Judgment instrumen pada dosen ahli pada bidangnya.

d. Melakukan revisi instrumen yang sudah di judgment.

e. Membuat RPP dan lembar kerja siswa, dan membuat revisinya. f. Membuat surat dan mengurus surat izin.

g. Melakukan observasi tempat penelitian.

h. Bertemu dengan pihak sekolah untuk membicarakan mengenai teknis pelaksanaan penelitian dan penentuan subjek penelitian (kelas eksperimen dan kelas kontrol).

i. Instrumen yang telah dibuat selanjutnya diuji coba untuk mengetahui validitas, reabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda soal tes.

J.Merevisi instrumen yang belum valid sehingga siap digunakan

4. Tahap Pelaksanaan

Pada tahap ini kegiatan yang akan dilakukan adalah: a. Pemberian pretest pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(2)

75

b. Memberikan perlakuan berupa pembelajaran berbasis masalah pada sampel kelas eksperimen dan pembelajaran dengan praktikum terbimbing pada kelas kontrol.

c. Pemberian posttest pada sampel kelas eksperimen dan kelas kontrol.

d. Pemberian angket kepada siswa mengenai tanggapan siswa menggenai tanggapan pembelajaran.

e. Melakukan wawancara kepada guru mata pelajaran Biologi.

5. Tahap Akhir

Pada tahap akhir ini kegiatan yang dilakukan adalah tabulasi data, mengolah dan menganalisis data sampel, menarik kesimpulan dan menyusun laporan untuk dilaporkan sebagai hasil penelitian. Langkah-langkah penelitian dapat dilihat pada alur penelitian.


(3)

Yuanita, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningakatkan Literasi Sains Dan Kreativitas Siswa SMA Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

I. Alur Penelitian


(4)

126

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan

Pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran lingkungan bisa meningkatkan kemampuan literasi sains dan kreativitas siswa SMA.

Kemampuan literasi sains kelas eksperimen setelah menggunakan pembelajaran berbasis masalah meningkat pada setiap aspek (konten, proses, konteks). Jika dilihat dari rata-rata N-gain dengan kriteria sedang (0,39), kemudian diperkuat dengan perbandingan terhadap kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan praktikum terbimbing, kelas eksperimen lebih meningkat.

Kemampuan berpikir kreatif kelas eksperimen setelah menggunakan pembelajaran berbasis masalah meningkat jika dilihat dari rata-rata N-gain dengan kriteria sedang (0,41) terutama yang ditunjukkan dari segi Flexibility pada indikator bertanya dan meramalkan dan Sensitivity pada indikator memperbaiki hasil keluaran kemudian diperkuat dengan membandingkannya pada kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional dengan praktikum terbimbing, kelas eksperimen lebih meningkat.

Hasil kreativitas siswa setelah mengikuti pembelajaran berbasis masalah dari aspek membuat rancangan produk dan membuat produk sebagai salah satu cara untuk memecahkan masalah limbah kelapa sawit rata-rata cukup baik dengan


(5)

Yuanita, 2013

Model Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk Meningakatkan Literasi Sains Dan Kreativitas Siswa SMA Pada Konsep Pencemaran Lingkungan

menghasilkan produk yang bernilai estetika dan ekonomi sebagai bentuk penyelesaian masalah.

Tanggapan siswa dan guru mengenai pembelajaran berbasis masalah pada materi pencemaran lingkungan menunjukan respon yang positif. Siswa lebih termotivasi untuk belajar Biologi karena siswa dilibatkan secara penuh selama pembelajaran. Guru menyadari pentingnya mengajarkan ilmu sains bukan hanya sekedar mengetahui konsep, tapi bagaimana guru bisa mengajarkan siswa sehingga menghasilkan lulusan yang nantinya sudah siap dengan masalah yang dihadapi di kehidupannya sehari-hari, dan dengan menggunakan ilmu sains yang dimilikinya.

B.Saran

Pada pelaksanaannya penelitian ini masih memiliki banyak kekurangan baik dari segi pelaksaanaan pembelajaran, efisiensi waktu dan lain sebagainya. Oleh karena itu peneliti menguraikan beberapa saran yang harus diperhatikan apabila menggunakan pembelajaran berbasis masalah, antaralain:

1. Pilih masalah utama yang dijadikan sebagai awal dimulainya pembelajaran berbasis masalah, yang nantinya tidak membuat banyak bermunculan masalah-masalah lain sehingga nanti tidak fokus ke masalah utama, agar siswa lebih mudah menganalisis dan membuat pemecahan masalahnya. 2. Guru harus melatih siswa membuat pertanyaan ilmiah yang bersifat mengali

kemampuan sainnya dan juga mencatat bukti-bukti ilmiah yang ditemukan terlebih dahulu sebelum siswa mengaitkan kemampuan sainsnya terhadap


(6)

128

fakta-fakta yang ditemukan, hal ini akan memudahkan siswa mengambil keputusan yang sesuai dengan perubahan yang terjadi.

3. Pada pelaksanaannya pembelajaran ini memerlukan waktu yang lama, efektifitas waktu sangat diperlukan, mulai dari memberikan masalah sampai menganalisis dan menyelesaikan masalah, salah satunya dengan melihat kondisi awal siswa seperti masalah bisa datang dari guru apabila siswa tidak terbiasa menentukan masalah karena akan memakan waktu yang lama, dan masalah bisa datang dari siswa apabila siswa sudah terbiasa dengan menganalisis dan pemecahkan suatu masalah pada pembelajaran yang diberikan oleh guru.

4. Pilih waktu yang tepat untuk mengajar dengan menggunakan model pembelajaran masalah. Jangan sampai pada waktu akhir semester yang penuh dengan tugas dan ulangan harian. Apalagi jika ada tuntutan membuat suatu produk sehingga tugas-tugas mata pelajaran lain tidak menjadi penghambat kreativitas siswa.

5. Ada kerja sama dengan pihak terkait yang menjadi awal mula diangkatnya suatu permasalahan. Contoh masalah kelapa sawit sebagai langkah awal memulai pembelajaran, yang kemudian melakukan kerja sama dengan pihak PT. Kelapa sawit untuk mengembangkan kreativitas siswa serta masyarakat, sehingga kreativitas tidak hanya sebatas memenuhi pembelajaran saja, akan tetapi juga bisa berlanjut hingga menjadi suatu yang bernilai guna nantinya. 6. Pembelajaran berbasis masalah dengan studi kasus pada penanganan masalah