PENERAPAN PEMBELARAN IPS BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU (CURIOUSITY) SISWA.

(1)

(CURIOUSITY) SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan IPS

Oleh Tia Wulandari

0901077

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis

Masalah (

Problem Based Learning

) Untuk

Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu

(

Coriousity

) Siswa

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung)

Oleh Tia Wulandari

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Tia Wulandari 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

TIA WULANDARI 0901077

PENERAPAN PEMBELARAN IPS BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU

(CURIOUSITY) SISWA

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING: Pembimbing I

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001

Pembimbing II

Yeni Kurniawati, M.Pd NIP. 19770602 200312 2 001

Mengetahui,

Ketua Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

Dr. Nana Supriatna, M.Ed NIP. 19611014 198601 1 001


(4)

ABSTRAK

Skripsi ini mengambil judul “Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu (Curiousity) Siswa (Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung)”. Karakter rasa ingin tahu sangat diperlukan siswa dalam proses belajar. Pada karakter rasa ingin tahu ini siswa dapat bertanya ataupun membaca untuk mengetahui lebih mendalam dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Namun berdasarkan observasi pra-penelitian yang peneliti temukan di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung, karakter rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPS sangat kurang. Terlihat dari proses belajar mengajar siswa tidak ada yang bertanya terhadap materi yang belum dipahami. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana mengembangkan pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu siswa. Tujuan utama dari penelitian ini untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPS. Adapun metode yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas (PTK) dengan menggunakan desain Kemmis dan Taggart. Metode penelitian ini dibagi menjadi empat tahap yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect), sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi dan wawancara. Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, hasilnya menunjukkan bahwa penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPS di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung. Hal ini terlihat dari setiap siklusnya mengalami peningkatan. Dimulai dari siklus I yang menunjukkan siswa bertanya masih sedikit dan konteks pertanyaan masih dalam buku teks, siklus II yang menunjukkan siswa bertanya dan membaca mengalami penaikan yaitu siswa mulai terbiasa untuk mengkaitkan materi dengan dunia nyata mereka, siklus III yaitu siswa yang bertanya menjadi bertambah siswa sudah terbiasa dengan mengkaitkan materi dengan dunia nyata mereka dan buku teks yang mereka baca tidak terfokus dari sekolah melainkan mereka sudah terbiasa untuk membaca artikel-artikel yang berada di internet, dan pada siklus IV mengalami data jenuh yaitu siswa yang bertanya masih sama dengan siswa yang bertanya dengan siklus sebelumnya dan fokus pertanyaan mereka sudah terbiasa untuk mengkaitkan materi pelajaran dan dunia nyata. Berdasarkan dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran IPS berbasis masalah dapat meningkatkan karakter rasa ingin tahu siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung. Selain itu penelitian ini bisa dijadikan saran bagi guru untuk selalu membimbing dan memfasilitasi siswa pada saat proses belajar mengajar agar proses belajar menjadi aktif dan mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa.


(5)

ABSTRACT

This essay took the title "Application of Social Problem Based Learning (Problem Based Learning) To Enhance Character Curiosity (Curiousity) Students (Classroom Action Research in Class VIII B SMP Pasundan 6 Bandung)". Character curiosity is very necessary for a student in the learning process. On the character of this curiosity of students can ask or read on to find more in-depth than anything he learned, seen, and heard. However, based on observations of pre-study researchers found in class VIII B SMP Pasundan 6 Bandung, character curiosity in learning social studies students are very less. Seen from the learning process of students no one asked for material that has not been understood. The problems of this research is to develop a problem-based learning social studies (problem based learning) to improve the character of the student's curiosity. The main objective of this research is to improve the character of the student's curiosity in learning social studies. The method used was action research (PTK) using design Kemmis and Taggart. This research method is divided into four phases: planning (plan), implementation (act), observation (observe), and reflection (reflect), while the data collection techniques used were observation and interview. Based on the research that has been done, the results show that the application of the Problem Based Learning (Problem Based Learning) to improve the student's curiosity in learning social studies in the junior class VIII B Pasundan 6 Bandung. This can be seen from each cycle has increased. Starting from the first cycle that shows students ask questions still little and still in the context of the text book, which shows the second cycle students ask and reading experience raising the students are getting used to relate the material to their real world, the third cycle students are asked to increase students already used to relate the material to their real-world and text books they read are not focused on school but they have become accustomed to reading the articles that are on the internet, and the fourth cycle of the data had saturated the students were asked which is the same as asking students to previous cycles and focus their questions are used to relate the subject matter and the real world. Based on these studies it can be concluded that the application of problem-based learning social studies can improve the character of the curiosity of students in class VIII B SMP Pasundan 6 Bandung. In addition, this research could be used as suggestions for teachers to always guide and facilitate the students during the learning process so that the process of learning to be active and develop the potential of the students.


(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ... i

LEMBAR PERNYATAAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian ... 8

E. Struktur Organisasi Skripsi ... 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 11

A. Tinjauan Tentang Pendidikan Karakter ... 11

1. Pengertian Pendidikan Karakter ... 11

2. Fungsi Pendidikan Karakter ... 15

3. Tujuan Pendidikan Karakter ... 17

4. Nilai-Nilai Karakter ... 18

B. Karakter Rasa Ingin Tahu dalam Pembelajaran IPS ... 20

1. Pengertian Karakter Rasa Ingin Tahu ... 20

2. Indikator Karakter Rasa Ingin Tahu ... 21

3. Keterampilan Bertanya dalam Karakter Rasa Ingin Tahu ... 23

4. Keterampilan Membaca dalam Karakter Rasa Ingin Tahu ... 28


(7)

C. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 32

1. Pengertian Pembelajaran Berbasis Masalah ... 32

2. Manfaat Pembelajaran Berbasis Masalah ... 36

3. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Masalah ... 37

4. Teori yang Melandasi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 39

5. Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah ... 40

D. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dalam Pembelajaran IPS ... 45

E. Keterkaitan Karakter Rasa Ingin Tahu dengan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) ... 46

BAB III METODE PENELITIAN ... 48

A. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 48

B. Desain Penelitian... 48

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 50

D. Metode Penelitian ... 54

E. Definisi Operasional ... 55

F. Instrumen Penelitian ... 56

G. Teknik Pengumpulan Data... 58

H. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data ... 60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 63

A. Deskripsi Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 63

1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 63

2. Misi dan Visi SMP Pasundan 6 Bandung ... 64

3. Profil Guru Mitra ... 65


(8)

B. Deskripsi Perencanaan dan Pelaksanaan Tindakan

Penerapan Pembelajaran IPS Berbasis Masalah (Problem

Based Learning) Untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin

Tahu (Curiosity) Siswa ... 70

1. Deskripsi Penelitian Tindakan Siklus I ... 70

2. Deskripsi Penelitian Siklus II... 79

3. Deskripsi Penelitian Siklus III ... 88

4. Deskripsi Penelitian Siklus IV ... 97

C. Analisis Pelaksanaan Tindakan Kelas dalam Penggunaan Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) pada Pembelajaran IPS untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu ... 107

1. Persiapan dalam mendesain pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa ... 107

2. Pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa ... 110

3. Refleksi pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa ... 112

4. Kendala dan Persoalan Apa yang Ditemukan Guru dalam Proses Pembelajaran dengan Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu Siswa dalam Pembelajaran IPS ... 119 5. Upaya dan Usaha yang Dilakukan Guru dalam Mengatasi Kendala


(9)

(PBL) untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu Siswa

pada Pembelajaran IPS ... 122

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 124

A. Kesimpulan ... 124

B. Saran... 127

DAFTAR PUSTAKA ... xiii

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... xv


(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

IPS merupakan suatu bidang kajian tentang masalah-masalah sosial dimana siswa dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Materi-materi dalam pembelajaran IPS dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga siswa dapat dengan mudah memahami pembelajaran IPS karena ruang lingkup dari IPS masih dalam konteks masyarakat. Pendidikan karakter dalam pembelajaran IPS dapat terbentuk seiring dengan pemahaman siswa dalam memahami dari pembelajaran-pembelajaran yang telah mereka pelajari. Bentuk-bentuk karakter yang sering sekali sekolah mengajarkannya yaitu peduli, keberanian, rasa ingin tahu, tanggung jawab, kejujuran, toleransi, disiplin, tolong menolong, dan masih banyak lagi. Nilai-nilai karakter dapat dipelajari melalui pengalaman-pengalaman yang terjadi dalam diri siswa. Hal ini tentu dilakukan agar sebuah pembentukan karakter sudah terbentuk dari usia dini.

Dilatarbelakangi dari hasil observasi pra-penelitian yang peneliti lakukan di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung, peneliti menemukan masalah ketika pembelajaran IPS berlangsung di kelas. Siswa cenderung hanya mendengar, mencatat, dan menghapal pembelajaran IPS. Terlihat dari proses pembelajaran yang berlangsung di kelas lebih menekankan pada guru berceramah materi-materi yang akan diajarkan. Ini membuat pembelajaran IPS bersifat monoton yang dimana siswa lebih banyak menerima materi pembelajaran IPS yang diberikan guru. Pada saat guru memberikan materi pelajaran siswa hanya bisa mendengarkan dan tidak ada satupun yang menyatakan pendapat atau menyanggah pernyataan yang guru berikan. Hal ini terlihat dari kurangnya persiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPS. Disaat guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk bertanya jika ada materi yang tidak dimengerti, tidak ada satupun siswa yang bertanya. Hal ini membuktikan bahwa rasa ingin


(11)

tahu siswa tidak ada. Keingintahuan siswa tidak terlihat dalam pembelajaran IPS terbukti dari ketidaksiapan siswa saat mengikuti pembelajaran IPS seperti bertanya, membaca ataupun memberikan pendapat yang mereka ketahui. Mereka cenderung mendengar penjelasan materi dari guru tanpa mencari informasi terlebih dahulu. Kurangnya rasa ingin tahu (curiousity) siswa tergambar dari kurangnya bertanya, membaca ataupun menyanggah pernyataan yang salah sehingga mereka menyetujui apa saja informasi yang didapat tanpa memilih atau menyaring informasi yang dianggap benar. Rasa ingin tahu (curiousity) dalam penelitian ini difokuskan pada kurangnya bertanya dan membaca siswa dalam pembelajaran IPS. Bertanya merupakan keingintahuan seseorang untuk mencari informasi atau hal-hal baru yang belum diketahui. Sedangkan membaca merupakan suatu dorongan dalam diri individu untuk mencari informasi dari berbagai hal untuk memuaskan rasa ingin tahu. Dalam hal ini membaca dan bertanya mempunyai keterkaitan dengan rasa ingin tahu. Selain itu buku untuk menunjang pembelajaran IPS di sekolah yang siswa punya hanya lembar kerja siswa atau disingkat menjadi LKS menjadikan bacaan yang mereka baca sangat sedikit dan terbatas. Banyak sekali faktor-faktor yang membuat rendahnya membaca dalam diri siswa selain LKS yang mereka miliki antara lain rasa malas yang susah dihilangkan, kemahiran siswa dalam membaca karena masih ada siswa yang masih mengeja ataupun masih salah dalam mengucapkan kalimat dalam buku, banyak sekali jenis-jenis game atau hiburan yang membuat perhatian siswa dalam membaca buku berkurang, tempat-tempat hiburan yang banyak seperti mall, play station, atau taman rekreasi, sarana perpustakaan yang kurang memadai, budaya membaca yang tidak dijadikan suatu kebiasaan melainkan keterpaksaan, dan harga buku-buku yang relatif mahal menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap rendahnya membaca. Sedangkan faktor-faktor yang menjadi rendahnya siswa dalam bertanya yaitu takut mendapat ejekan dari siswa-siswa yang lain yang menganggap pertanyaan tersebut sudah ada di buku, kurangnya keberanian untuk mengangkat tangan, dan kurangnya konsentrasi belajar sehingga siswa enggan untuk bertanya. Dalam hal ini pun guru kurang


(12)

memotivasi siswa dalam proses belajar mengajar sehingga pada pelaksanaannya siswa kurang mengembangkan rasa ingin tahu dalam dirinya.

Kegiatan siswa dalam membaca buku pembelajaran IPS harus terlebih dahulu diingatkan oleh guru yang seharusnya ada kesadaran atau dorongan dari diri sendiri untuk membaca buku tersebut. Siswa lebih tertarik untuk membaca teks sms dan membaca status di twitter ataupun media sosial lainnya di dalam kelas dari pada membaca buku. Membaca buku teks pelajaran atau media cetak seperti koran membuat mereka bosan atau jenuh karena terlalu banyak kata-kata yang membuat mereka pusing dan tidak menarik jika membacanya. Padahal dengan membaca buku-buku atau media yang berisi informasi dapat membuat mereka bertambah pengetahuan dan mengetahui permasalah-permasalahan yang berada dimasyarakat. Mengingat dalam pembelajaran IPS banyak sekali materi-meteri yang harus dibaca atau bertanya dan materi yang dapat ditemukan dimasyarakat ataupun dalam kehidupan sehari-hari, siswa diharapkan sering membaca agar mengetahui dan memperdalam pembelajaran IPS.

Aktivitas bertanya dan membaca seharusnya menjadi sutau kebiasaan yang dilakukan siswa tanpa adanya dorongan dari guru untuk mendapatkan nilai. Dengan membaca dan bertanya siswa dapat memperoleh ilmu yang banyak, membuka wawasan mereka dan dapat memuaskan rasa penasaran terhadap persoalan-persoalan yang mereka hadapi. Pembelajaran di kelas yang menekankan pada teacher centered ini membuat siswa kurang mengembangkan karakter yang mereka miliki karena lebih memfokuskan perhatiannya kepada guru karena informasi-informasi dalam pembelajaran mereka dapatkan dari guru, apabila

student centered dikembangkan dalam aktivitas pembelajaran maka pendidikan

karakter dapat dengan sendirinya diaplikasikan oleh siswa itu sendiri termasuk rasa ingin tahu mereka terhadap materi-materi dalam pembelajaran IPS.

Melalui penekanan student centered ini diharapkan siswa dapat mudah mengembangkan pengetahuan ataupun keterampilan yang ada dalam diri mereka. Dalam mengembangkan pengetahuan ini siswa dapat mencari ataupun menggali


(13)

informasi-informasi dengan membaca untuk memuaskan rasa keingintahuan mereka.

Pengajaran membaca dan keterampilan bertanya yang dilakukan dalam pembelajaran di kelas seharusnya sudah menjadi suatu kebiasaan untuk mengembangkan intelektual siswa. Pengetahuan yang melimpah ini dapat mereka cari dengan kegiatan bertanya dan membaca. Dengan demikian guru harus selalu mengingatkan siswa ataupun menyadarkan siswa untuk selalu membaca untuk meningkatkan intelektual dalam diri mereka. Pembelajaran IPS yang membutuhkan bertanya dan membaca karena dalam IPS memiliki banyak gabungan macam-macam disiplin ilmu membuat minat siswa berkurang dalam pembelajaran ini. Pembelajaran yang memuat banyak materi dan teori ini mengharuskan siswa untuk lebih menekankan pada aspek menghapal. Guru sebaiknya tidak memberi penekanan kepada siswa untuk selalu menghapal pembelajaran IPS yang umumnya berisi teori-teori tetapi memancing siswa untuk mengambangkan kemampuan berpikir dan rasa ingin tahu mereka menjadi lebih tinggi jadi tidak hanya sekedar menghapal materi tetapi siswa dapat memahami materi yang sudah diberikan. Agar memahami pembelajaran IPS ini maka siswa perlu banyak membaca. Membaca tidak hanya dari buku pelajaran IPS tetapi bisa melalui internet, tv yang menyajikan berita-berita aktual ataupun media cetak seperti koran dan majalah. Dengan itu membaca akan menjadi lebih mengasyikan. Jika membaca sudah menjadi suatu kebiasaan dalam diri siswa guru tinggal memadukan pengalaman siswa ke dalam buku bacaan yang mereka baca ataupun materi yang diajarkan. Ini membuat suatu pembelajaran memiliki masalah yang harus dipecahkan oleh siswa dan siswa bisa mencari alternatif jawaban dari bacaan buku yang mereka baca. Sedangkan dalam hal bertanya siswa perlu diasah kembali tidak hanya mengajukan pertanyaan yang sesuai dengan teks buku yaitu pertanyaan yang sudah ada jawabannya melainkan pertanyaan yang memiliki tingkatan. Dalam hal bertanya siswa tidak difokuskan untuk bertanya dengan materi yang sedang diajarkan atau yang berada di dalam buku ajar. Siswa bisa bertanya tentang masalah-masalah sosial yang sedang terjadi, bertanya tentang


(14)

peristiwa yang baru saja dibaca dari media cetak ataupun yang lainnya. Ini pun guru harus bisa memotivasi siswa untuk terus aktif bertanya dalam proses belajar mengajar. Keterlibatan dan persetujuan siswa dalam pengembangan karakter ini mampu menarik siswa dalam menguasai karakter-karakter yang baik salah satunya yaitu rasa ingin tahu (curiousity) yang mendalam terhadap pembelajaran IPS.

Melihat dari peristiwa tersebut sikap rasa ingin tahu (curiousity) dalam bertanya dan membaca yang mereka miliki belum tertanam karena kurangnya pembentukan karakter di dalam sekolah. Menurut Lickona (2012: 82) karakter yang baik terdiri dari mengetahui hal yang baik, menginginkan hal yang baik, dan melakukan hal yang baik. Jika rasa ingin tahu siswa sudah tertanam dengan baik dalam diri mereka maka mereka akan mengetahui hal-hal yang mereka inginkan, mencari tahu hal-hal yang membuat mereka penasaran salah satunya dengan membaca.

Melihat permasalahan di atas salah satu pembelajaran yang peneliti rasa tepat untuk diterapkan dalam pembelajaran di kelas yaitu menggunakan pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning). Komalasari (2010: 58) mengatakan bahwa :

Pembelajaran berbasis masalah yaitu strategi pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berfikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari mata pelajaran.

Selain itu menurut Arends (2008: 41) peran guru dalam pembelajaran berbasis masalah adalah menyodorkan berbagai masalah, memberikan pertanyaan, dan memfasilitasi investigasi dan dialog. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) adalah suatu strategi pembelajaran yang menekankan pada pemecahan masalah yaitu menggunakan masalah pada dunia nyata untuk siswa dapat berfikir kritis dan terampil dalam menyelesaikan masalah. Melalui pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) ini siswa dapat mengkonstruksikan pengalaman-pengalaman yang mereka miliki ke


(15)

dalam pelajaran sehingga memudahkan siswa untuk mengerti suatu pembelajaran dan penanaman nilai-nilai karakter dapat tertanam dalam diri siswa dengan sendirinya. Dari Pembelajaran Berbasis Masalah (problem based learning) ini pula siswa dapat mencari solusi atau pemecahan masalah yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Untuk dapat mencari solusi atau pemecahan masalah siswa harus memiliki wawasan yang luas, atau pengetahuan yang lebih agar permasalahan tersebut dapat diselesaikan. Wawasan yang luas ini siswa dapatkan dari bertanya, membaca buku-buku, majalah atau koran, media sosial yang berisi informasi-informasi ataupun media yang lainnya. Diharapkan dengan bertanya dan membaca ini rasa ingin tahu siswa terhadap sesuatu hal akan lebih bertambah dan siswa pun akan lebih tertantang dalam memecahkan suatu masalah. Dengan penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning), siswa mampu meningkatkan peran mereka secara aktif dalam pembelajaran, melalui kegiatan mengidentifikasi masalah, meningkatkan rasa keingintahuanya dengan membaca, bertanya, memilah-milih pernyataan yang dianggap benar dan mampu memecahkan masalah tersebut atau alternatif dari pemecahan masalah tersebut sehingga pembentukan karakter rasa ingin tahu dapat terbentuk dari pembelajaran yang mereka telah pelajari.

Melihat permasalahan di atas peneliti ingin meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) yang dimiliki siswa melalui pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) dalam pembelajaran IPS. Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang peneliti paparkan di atas, maka penulis termotivasi untuk

melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “PENERAPAN PEMBELAJARAN IPS BERBASIS MASALAH (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KARAKTER RASA INGIN TAHU

(CURIOUSITY) SISWA” B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas fokus permasalahan dalam penelitian ini


(16)

(problem based learning) dalam meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung?”. Untuk memberikan arah dalam penelitian maka dari itu rumusan masalah lebih dispesifikkan lagi sebagai berikut:

1. Bagaimana persiapan guru dalam mendesain pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung?

2. Bagaimana guru melaksanakan pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung?

3. Bagaimana guru merefleksikan pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung?

4. Kendala-kendala apa saja yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung?

5. Apa solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala proses pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung?

C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran IPS berbasis masalah (Problem Based Learning) mampu meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa melalui penelitian tindakan kelas (PTK)

Adapun yang menjadi tujuan khusus dari penelitian ini yaitu :

1. Untuk menggambarkan bagaimana persiapan guru dalam mendesain pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk


(17)

meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung.

2. Untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan dalam menerapkan pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) yang dilakukan guru untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung.

3. Untuk merefleksikan apa yang dilakukan guru dalam menerapkan pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung.

4. Untuk mengidentifikasi kendala-kendala yang dihadapi guru dalam proses pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung.

5. Untuk mencari solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi kendala proses pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) siswa di kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung

D. MANFAAT PENELITIAN

Adapun manfaat dari penelitian ini terbagi menjadi dua, yaitu: 1. Manfaat Teoretis

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan, terutama mengenai model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) dalam pembelajaran IPS 2. Manfaat Praktis


(18)

Dengan pembelajaran IPS berbasis masalah (problem based

learning) dapat meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity)

yang dimiliki siswa

b. Bagi Guru

Dapat dijadikan sebagai alternatif model pembelajaran yang bervariasi yang dapat dikembangkan oleh guru untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu (curiousity) dalam diri siswa.

c. Sekolah

Memberikan informasi sebagai masukan dalam peningkatan kualitas sekolah dan sekolah dapat mencermati kebutuhan siswa dalam proses pembelajaran.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Pemaparan dari hasil penelitian ini akan peneliti susun menjadi lima bab yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini akan dijabarkan mengenai masalah-masalah yang ingin dikaji dalam penelitian. Adapun sub bab dalam bab ini adalah latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bagian bab ini akan memaparkan tentang konsep-konsep yang berhubungan dengan penelitian dari berbagai sumber literatur yang akan disusun ke dalan sub bab. Adapun secara garis besar sub bab tersebut terbagi ke dalam tiga bagian yaitu: pembahasan mengenai pembelajaran berbasis masalah (problem


(19)

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan mengenai tahapan-tahapan penelitian yang akan dilaksanakan, mulai dari menentukan metode penelitian dan desain penelitian yang akan digunakan, menetapkan lokasi penelitian dan subjek penelitian, teknik pengumpulan data yang akan digunakan, menyusun instrumen penelitian, dan teknik mengolah data dan analisis data yang ingin digunakan.

BAB IV HASIL PENELITIAN

Pada bab ini menguraikan tentang pembahasan hasil penelitian berdasarkan data-data yang diperoleh selama penelitian dilaksanakan.

BAB V KESIMPULAN

Dalam bab ini merupakan hasil dari penarikan keputusan oleh peneliti sebagai jawaban dari pertanyaan yang diteliti.


(20)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi

Lokasi penelitian akan dilakukan di SMP Pasundan 6 Bandung. Sekolah ini berlokasi di Jalan Sumatera No. 41 Bandung 40117

2. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII B SMP Pasundan 6 Bandung. Jumlah siswa dalam kelas sebanyak 37 yang terdiri dari 17 siswa perempuan dan 20 siswa laki-laki. Alasan peneliti memilih kelas VIII B untuk dilakukan penelitian karena pada saat pra-penelitian peneliti melihat bahwa kelas ini memiliki siswa-siswa yang kurang mengembangkan rasa ingin tahu mereka dalam pembelajaran IPS. Terlihat dari kurangnya kesiapan siswa dalam membaca materi atau bahan ajar dalam buku paket dan kurangnya bertanya dalam proses belajar mengajar. Adanya permasalahan tersebut membuat peneliti untuk mencari solusi agar masalah tersebut terpecahkan. Dengan diadakannya penelitian ini, diharapkan pada proses belajar mengajar selanjutnya dapat meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPS, selain itu siswa dapat menyukai pembelajaran IPS karena materi-materi yang diajarkan dapat ditemukan dalam kehidupan di masyarakat.

B. Desain Penelitian

Desain Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan pada penelitian ini yaitu diawali dengan perencanaan tindakan. Adapun desain yang digunakan yang digunakan dapat dilihat pada gambar 3.1 di bawah ini:


(21)

Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas Kemmis dan Taggart

Sumber : Wiriaatmadja (2005: 66)

Berdasarkan gambar di atas terbagi menjadi empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi. Tahap pertama perencanaan, pada tahap ini menjelaskan tentang apa, dimana, oleh siapa, kapan, dimana, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Peneliti menyusun rancangan pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan digunakan pada saat proses pembelajaran. Selain itu, dalam tahap ini peneliti menyusun instrumen penelitian untuk memudahkan dalam proses penelitian. Tahap kedua pelaksanaan, pada tahap yang kedua ini, peneliti melaksanakan tindakan sebagai implementasi rancangan yang sudah

Perencanaan

?

Siklus Siklus I Refleksi

Pengamatan

Refleksi Pelaksanaan

Perencanaan Pengamatan


(22)

dimana banyaknya siklus ditentukan oleh berhasil atau tidaknya penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) dilaksanakan oleh peneliti. Tahap ketiga pengamatan, pada tahap ketiga merupakan pengamatan yang dilakukan peneliti pada saat pengamatan pada waktu tindakan di kelas berlangsung. Peneliti mengamati dan mencatat apa saja yang terjadi pada saat tindakan kelas dilaksanakan, hal ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang akurat untuk melaksanakan tindakan siklus berikutnya. Dan tahap terakhir refleksi, pada tahap keempat ini adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Refleksi ini dilakukan oleh peneliti dan kolaborator sesudah melakukan tindakan, kemudian mendiskusikan rancangan selanjutnya agar masalah yang dipecahkan terselesaikan.

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Prosedur penelitian ini merupakan serangkaian kegiatan yang dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang digambarkan oleh beberapa siklus. Hal ini dilakukan peneliti untuk mengkaji secara keseluruhan masalah yang akan dijadikan penelitian. Desain siklus yang peneliti gunakan yaitu model dari Kemmis dan Taggart yang terdiri dari perencanaan yaitu tahapan awal dalam menganalisis masalah, lalu selanjutnya pelaksanaan yaitu menguji coba strategi pemecahan masalah, lalu pengamatan yaitu mengamati keadaan yang berlangsung di dalam penelitian, dan yang terakhir refleksi yaitu melakukan evaluasi dari seluruh kegiatan yang sudah dilakukan jika dinilai tidak berhasil maka selanjutnya meninjau kembali rancana yang sudah dipersiapkan untuk dijadikan siklus yang baru sehingga tujuan dari pemecahan masalah yang diinginkan terselesaikan. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan beberapa tahap dan pada setiap siklusnya mempunyai kekurangan pada siklus sebelumnya. Jumlah siklus yang digunakan dalam penelitian ini disesuaikan dengan kebutuhan peneliti. Adapun prosedur penelitian yang dirancang oleh peneliti sebagai berikut:


(23)

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Penjelasan prosedur penelitian tindakan kelas dalam setiap siklusnya sebagai berikut:

Tahap 1: Perencanaan tindakan (planning)

Pada tahap perencanaan ini dilakukan proses identifikasi masalah dengan observasi awal ke sekolah SMP Pasundan 6 Bandung. Berdasarkan observasi awal ke sekolah ini peneliti menemukan permasalahan yaitu kurangnya rasa ingin tahu siswa terhadap pembelajaran IPS. Terlihat dari kurangnya bertanya dan membaca dalam diri siswa. Pada saat proses pembelajaran tersebut siswa cenderung diam tidak ada yang bertanya ataupun menyanggah. Tahapan perencanaan yang akan dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:

 Menentukan kelas yang akan dijadikan tempat penelitian yaitu kelas VIII B

 Mempersiapkan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan pada saat penelitian

 Menentukan model pembelajaran yang akan digunakan pada saat penelitian yaitu dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

 Mempersiapkan permasalahan yang akan diberikan pada siklus I yaitu permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia

 Permasalahan yang digunakan sesuai dengan Standar Kompetensi yaitu Memahami kegiatan perekonomian Indonesia dan Kompetensi Dasar yaitu Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.

 Menentukan tujuan pembelajaran yaitu siswa mampu meningkatkan rasa ingin tahu mereka terhadap permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia yaitu dengan banyak bertanya dan membaca untuk menambah wawasan yang mereka miliki


(24)

 Merencanakan untuk mengolah data yang diperoleh setelah penelitian selesai

Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (acting)

Pada tindakan ini peneliti melaksanakan penelitian dalam empat siklus. Tindakan ini tidak hanya dilakukan di dalam kelas tetapi digunakan pula wawancara dan observasi langsung di kelas VIII B. Pelaksanaan tindakan ini sesuai dengan perencanaan yang disepakati dan dilakukan peneliti dengan kolaborator. Adapun tahap tindakan yang dilakukan meliputikegiatan sebagai berikut:

 Melaksanakan tindakan dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan model pembelajaran PBL sesuai dengan materi, silabus, RPP, serta metode dan langkah-langkah yang sudah direncanakan

 Mengembangkan pembelajaran IPS dengan mengangkat permasalahan-permasalahan yang ada di masyarakat

 Permasalahan yang akan didiskusikan pada siklus I mengenai permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia

 Menggunakan alat observasi yang telah dibuat untuk melihat rasa ingin tahu siswa yaitu keterampilan bertanya, menjawab, menyanggah dan keterampilan membaca.

 Melakukan diskusi dengan kolaborator berdasarkan dengan hasil pengamatannya dengan penggunaan model PBL dalam kegiatan belajar mengajar

 Membuat rencana perbaikan-perbaikan terhadap kekurangan yang ditemukan setelah berdiskusi dengan kolaborator

 Melaksanakan pengolahan data yang diperoleh setelah penelitian selesai dilaksanakan

Tahap 3: Pengamatan (observing)

Pada tahap pengamatan ini dilaksanakan bersama dengan pelaksanaan tindakan. Selain itu dalam pengamatan dilakukan pula analisis. Peneliti akan melakukan analisis terhadap keseluruhan pengamatan dalam penelitian. Pada tahap ini peneliti mencatat apa saja yang terjadi pada saat tindakan kelas


(25)

dilaksanakan, hal ini dilaksanakan untuk memperoleh data yang akurat dari kegiatan siswa dan guru pada saat pelaksanaan tindakan penelitian untuk melaksanakan tindakan siklus berikutnya. Pada tahap ini pengamatan yang dilakukan meliputi kegiatan sebagai berikut:

 Melakukan pengamatan terhadap kelas yang akan dijadikan penelitian  Mengamati kesesuaian penggunaan model pembelajaran Problem Based

Learning

Mengamati kesesuaian penggunaan model Problem Based Learning untuk menarik rasa ingin tahu siswa dengan mencakup materi yang akan dibahas, silabus, dan rpp yang dibuat

Mengamati apa penggunaan model Problem Based Learning yang digunakan mampu meningkatkan rasa ingin tahu siswa

 Melakukan pengamatan terhadap kesiapan siswa mengikuti pembelajaran IPS, adapun hal tersebut sebagai berikut:

o Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS dengan membaca materi yang akan dibahas

o Kesiapan siswa dalam mengikuti pelajaran IPS dengan menyiapkan pertanyaan dari bahan bacaan mereka yang bersumber dari televisi, radio atau internet

o Banyaknya siswa yang memperhatikan pelajaran pada proses belajar mengajar berlangsung

o Respon siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru

o Kemampuan siswa dalam bertanya, menjawab ataupun memecahkan masalah yang guru berikan

Tahap 4: Refleksi (reflecting)

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengkaji kembalitindakan yang sudah dilakukan. Pada tahap ini peneliti dan kolaborator melakukan evaluasi dan revisi terhadap seluruh proses penelitian. Dalam refleksi dilakukan perbaikan untuk melaksanakan tindakan pada siklus berikutnya. Pada tahap ini kegiatan yang dilakukan sebagai berikut:


(26)

 Menyimpulkan hasil diskusi apakah dalam penelitian ini dihentikan atau dilanjutkan kesiklus berikutnya

D. Metode Penelitian

Metode penelitian memusatkan cara berpikir dan membuat persiapan secara tersusun rapih dalam mempelajari peraturan-peraturan yang berada di penelitian untuk mencapai tujuan penelitian yang baik. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas. Wina Sanjaya (2009: 26) penelitian tindakan kelas dapat diartikan sebagai “Proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari perlakuan tersebut”. Jadi Penelitian Tindakan Kelas adalah suatu penelitian tindakan yang memecahkan masalah dalam pembelajaran di kelas dengan berkolaborasi bersama guru untuk merancang, melaksanakan dan merefleksikan tindakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang efektif dan efisien.

Langkah-langkah PTK yang digunakan peneliti sebagai berikut :

1 Menentukan model pembelajaran yang akan digunakan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem

Based Learning) untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu dalam

pembelajaran IPS

2 Menyusun tindakan dan langkah-langkah yang akan dilakukan sesuai dengan masalah yang dikaji

3 Melakukan koordinasi dengan orang-orang yang akan terlibat dalam PTK dalam hal ini guru mitra dan dosen pembimbing untuk menyusun program kegiatan penelitian

4 Menyiapkan segala sesuatu untuk mendukung proses penelitian ini seperti lembar observasi, pedoman wawancara dan alat pendukung yaitu kamera.


(27)

Dengan langkah-langkah tersebut memudahkan peneliti pada saat proses penelitian berlangsung. Adapun manfaat dari Penelitian Tindakan Kelas ini untuk meningkatkan kualitas dalam pembelajaran, memperbaiki kinerja pendidik, mendorong guru untuk memiliki sikap profesional, dapat mengurangi sikap jenuh dalam proses pembelajaran, dan dapat berpengaruh positif tehadap hasil belajar siswa.

E. Definisi Operasional

Untuk memudahkan penelitian ini maka penulis memecahkannya menjadi dua variabel yaitu strategi Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based

Learning) (X) dan Rasa Ingin Tahu (Curiousity) (Y). Selanjutnya akan diuraikan

lebih lanjut batasan pengertian dari dua variabel tersebut secara operasional adalah:

1. Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) merupakan suatu strategi pembelajaran yang menggunakan permasalahan dalam dunia nyata sebagai suatu proses agar siswa mampu mengasah kemampuan curiousity, berpikir, dan pemecahan masalah yang membuat siswa lebih terampil saat belajar. Menurut Arends (2008: 41) esensi dari Problem Based Learning yaitu melibatkan presentasi situasi-situasi yang autentik dan bermakna, yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi dan penyelidikan siswa. Dapat disimpulkan bahwa

Problem Based Learning suatu pembelajaran yang lebih menekankan untuk

pemecahan masalah agar siswa dapat berpikir kritis, mengasah rasa keingintahuannya dengan cara mencari hal-hal yang baru untuk mengasah kemampuannnya dalam hal memecahkan masalah. Langkah-langkah yang peneliti gunakan pada saat penelitian adalah

1) Merumuskan masalah 2) Menganalisis masalah

3) Membuat kesimpulan dari permasalahan 4) Membuat alternatif pemecahan masalah


(28)

5) Presentasi di depan kelas 2. Rasa Ingin Tahu (Curiousity)

Karakter rasa ingin tahu (curiousity) menurut Samani (2012: 119) yaitu keinginan untuk menyelidiki dan mencari pemahaman terhadap rahasia alam atau peristiwa sosial yang sedang terjadi. Karakter rasa ingin tahu (curiousity) membuat siswa untuk terus mencari, menggali, dan menemukan informasi yang mereka inginkan. Adapun menurut Kemdikbud dalam Sahlan dan Teguh (2012: 39) rasa ingin tahu adalah sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui lebih mendalam dan meluas dari sesuatu yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar. Dapat disimpulkan dari pendapat di atas bahwa karakter rasa ingin tahu adalah suatu sikap atau tindakan yang dimiliki seseorang untuk mengetahui ataupun menyelidiki hal-hal yang baru yang dipelajarinya, dilihat ataupun didengar. Indikator dari rasa ingin tahu (curiousity) dalam proses pembelajaran di kelas yaitu bertanya dan membaca. Dari bertanya dan membaca tersebut siswa lebih aktif dalam pembelajaran IPS, dan membiasakan siswa untuk membaca agar rasa keingintahuaannya tersalurkan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk memperoleh data yang berada di lapangan. Dalam penelitian ini data yang dibutuhkan yaitu rasa ingin tahu siswa yang mencakup bertanya dan membaca. Untuk mengumpulkan semua data yang berada di lapangan diperlukan pedoman observasi dan wawancara.

1 Lembar observasi

Observasi menurut Sanjaya (2009: 86) adalah teknik mengumpulkan data dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dan mencatatnya dengan alat observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau diteliti. Lembar observasi yang digunakan untuk mengukur rasa ingin tahu siswa terdiri dari beberapa indikator. Penilaian rasa ingin tahu yang berada dalam diri siswa terdiri dari kegiatan bertanya dan membaca. Kegiatan atau aktivitas bertanya dan


(29)

membaca akan dibagi ke beberapa indikator. Indikator tersebut dapat dilihat pada tabel 3.1 di bawah ini:

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian Nilai Indikator

Rasa Ingin Tahu Bertanya Bertanya kepada guru dan teman tentang materi pelajaran Bertanya kepada sesuatu tentang permasalahan sosial yang baru terjadi

Bertanya kepada guru tentang sesuatu yang didengar dari radio atau televisi

Bertanya tentang berbagai peristiwa yang dibaca dari media cetak

Bertanya tentang sesuatu yang terkait dengan materi pelajaran tetapi di luar yang dibahas di kelas.

Bertanya tentang beberapa peristiwa alam, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan teknologi yang baru didengar

Membaca Membaca tentang permasalahan sosial yang baru terjadi

Membaca materi pelajaran dari buku paket yang terkait dengan bahan yang ingin diajarkan Membaca sumber di luar buku teks tentang materi yang terkait


(30)

dengan pelajaran

Membaca sumber di luar buku teks tetapi tidak terkait dengan pelajaran

Indikator-indikator di atas merupakan alat bantu peneliti dalam melaksanakan penelitian. Indikator ini dapat membantu untuk menganalisis dan merefleksi semua tindakan yang dilakukan peneliti pada saat melakukan penelitian.

2 Lembar wawancara

Wawancara menurut Sanjaya (2009: 96) adalah teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini untuk memperoleh data yang lebih mendalam dari siswa. Data yang akan digunakan pada saat wawancara seperti bagaimana pendapat siswa dengan penggunaan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) dalam pelajaran IPS serta adakah perubahan yang terjadi pada saat proses pembelajaran di kelas dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based

Learning). Dari data tersebut diharapkan dapat memberikan informasi yang lebih

selain dari observasi.

G. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data pada penelitian ini bertujuan untuk menemukan data-data, keterangan, atau informasi yang relavan. Untuk mendapatkan data seperti yang dimaksudkan, pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Observasi

Teknik observasi merupakan teknik yang menuntut peneliti untuk melakukan pengamatan baik secara langsung maupun secara tidak langsung terhadap objek penelitian. Alasan melakukan observasi yaitu dapat


(31)

menggambarkan secara jelas perilaku atau kejadian yang berada di lapangan, dan dapat menjawab pertanyaan dari hal yang belum diketahui. Observasi yang dilakukan peneliti adalah observasi terbuka dengan tujuan agar pengamat mampu menggambarkan secara utuh atau mampu merekonstruksi proses implementasi tindakan perbaikan yang dimaksud dalam diskusi balikan (Arikunto, 2002:25). Observasi terbuka ini memfokuskan pada hal-hal yang menjadi data untuk melihat aktivitas guru dan siswa pada saat proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPS. Hasil dari penelitian ini akan didiskusikan kembali dengan kolaborator untuk dijadikan sebagai bahan refleksi untuk tindakan selanjutnya.

2. Wawancara

Juliansyah Noor (2011: 138) wawancara merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan langsung dengan cara diwawancarai tetapi dapat juga diberikan draft pertanyaan dahulu untuk dijawab pada kesempatan lain. Wina Sanjaya (2009: 96) wawancara adalah teknik mengumpulkan data dengan menggunakan bahasa lisan baik secara tatap muka ataupun melalui saluran media tertentu. Dapat disimpulkan bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan berhadapan langsung atau melalui media dengan menggunakan bahasa lisan baik. Wawancara dalam penelitian ini untuk mengetahui pendapat atau tanggapan yang akan diberikan oleh siswa dan guru setelah menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning) untuk meningkatkan rasa ingin tahu. Pada wawancara ini peneliti menyiapkan pedoman wawancara untuk mendapatkan data yang diinginkan. Data tersebut dijadikan analisis untuk tahap selanjutnya untuk mengetahui rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPS. Peneliti hanya melakukan wawancara pada beberapa orang siswa yang dianggap sudah mewakili seluruh siswa yang ada di kelas, mulai dari siswa yang memiliki kemampuan rendah, sedang dan tingggi. Pedoman wawancara yag digunakan penelitian disusun sendiri oleh peneliti untuk memperoleh pandangan siswa dari tindakan


(32)

guru dalam proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah (problem based learning). Dengan adanya wawancara ini bisa dijadikan perbaikan untuk proses pembelajaran selanjutnya.

3. Dokumentasi

Dokumentasi adalah pengumpulan data dari informasi-informasi yang berada di lapangan bisa berupa dokumen tertulis ataupun dokumen yang langsung dari responden. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kamera untuk merekam dan menggambarakan suasana yang ada di dalam kelas.

4. Studi Literature

Studi literature merupakan metode pengumpulan data yang bersumber dari literature yaitu berupa buku-buku, karya tulis ilmiah seperti skripsi, tesis, disertasi dsb.

5. Catatan Lapangan

Catatan lapangan merupakan catatan tertulis berisi tentang segala peristiwa sehubungan dengan tindakan yang dilakukan guru mengenai apa yang dilihat, didengar dan dipikirkan dalam rangka mengumpulkan data.

H. Teknik Pengelolaan dan Analisis Data

Menurut Seiddel (Moleong, 2010: 248) analisis data kualitatif prosesnya berjalan sebagai berikut:

1) Mencatat yang menghasilkan catatan lapangan, dengan hal itu diberi kode agar sumber datanya tetap dapat ditelusuri,

2) Mengumpulkan, memilah-milah, mengklasifikasikan, mensisntesiskan, membuat ikhtisar, dan membuat indeksnya,

3) Berpikir, dengan jalan membuat agar kategori data itu mempunyai makna, mencari dan menemukan pola dan hubungn-hubungan, dan membuat temuan-temuan umum.


(33)

1. Pengumpulan data

Pada tahap ini peneliti mengumpulkan semua data yang diperoleh dari hasil instrumen yang telah dibuat sebelumnya. Data tersebut merupakan hasil dari observasi dan wawancara yang telah dilakukan.

2. Validitas data

Validitas data dilakukan setelah pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui kredibilitas suatu data. Dalam kegiatan validitas data pada penelitian tindakan kelas ini menggunakan teknik triangulasi, member check, dan expert

opinion

a. Triangulasi

Menurut Sanjaya (2009: 112) bahwa teknik triangulasi yaitu suatu cara untuk mendapatkan informasi yang akurat dengan menggunakan berbagai metode agar informasi itu dapat dipercaya kebenarannya sehingga peneliti tidak salah mengambil keputusan.

Menurut Wina Sanjaya (2009: 112) terdapat beberapa cara menggunakan triangulasi, yaitu :

1) Dengan menggunakan waktu yang cukup dalam proses penelitian. 2) Dengan mambandingkan teori-teori yang relevan dengan masalah

penelitian. Artinya peneliti melakukan perbandingan antarteori.

3) Dengan cara mencari data dari berbagai suasana, waktu, dan tempat sehingga peneliti dapat melakukan pengecekan atau dapat membandingkan data yang diperoleh.

4) Dengan cara mengamati objek yang sama dalam berbagai situasi. Artinya peneliti perlu mengembangkan berbagai instrumen untuk mendapatkan informasi yang sama.

5) Mencari data dari berbagai sumber.

6) Menggunakan berbagai metode dan teknik analisis data.

Dalam proses ini peneliti mengecek kebenaran data atau informasi yang telah diperoleh dari lapangan yang bersumber dari siswa dan guru. Data yang diperoleh dari observasi dan wawancara.


(34)

b. Member Check

Pengujian kredibilitas data dengan member check yaitu memeriksa kembali keterangan-keterangn atau informasi data yang diperoleh selama observasi dan wawancara.

c. Expert opinion

Expert opinion yaitu meminta masehat dari pakar atau ahli. Pada penelitian

tindakan kelas ini, expert opinion dilakukan dengan meminta saran atau nasehat dari dosen pembimbing


(35)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan berisi kesimpulan dan saran yang diajukan oleh peneliti kepada pihak-pihak yang terkait dengan penelitian yang telah dilaksanakan. Berdasarkan dari hasil pengamatan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi pada siklus I, II, III, dan IV pada pembelajaran IPS di kelas VIII B SMP Pasundan 6

Bandung mengenai “Penerapan IPS berbasis masalah (Problem Based Learning)

untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu siswa” peneliti mengambil

kesimpulan umum dan kesimpulan khusus. Adapun kesimpulan umum dan khusus sebagai berikut:

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan umum yaitu: mengembangkan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu siswa adalah dengan memberikan kasus-kasus atau permasalahan yang terjadi dimasyarakat yang menarik agar siswa mudah memahaminya dari masalah-masalah yang diberikan maka akan muncul keingintahuannya untuk bertanya dan membaca agar penyelesaian masalah tersebut terselesaikan. Adapun kesimpulan khusus akan diuraikan sebagai berikut: Pertama bagaimana persiapan guru dalam mendesain pembelajaran IPS berbasis masalah di kelas VIII B. Persiapan yang dilakukan peneliti dalam mendesain pembelajaran IPS terlebih dahulu berkolaborasi dengan guru mitra untuk menyusun rpp, silabus, dan media yang akan digunakan. Menyiapkan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan materi sesuai Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar seperti permasalahan ketenagakerjaan di Indonesia, permasalahan BUMN, BUMS, dan koperasi, permasalahan tentang pajak, dan yang terakhir permasalahan tentang permintaan barang dan jasa. Selanjutnya menentukan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai yaitu siswa dapat meningkatkan karakter rasa ingin tahu dengan cara bertanya dan membaca pada


(36)

pembelajaran IPS. Alat pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, studi literatur, dan catatan lapangan.

Kedua bagaimana guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu. Pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis masalah yaitu dengan diskusi kelompok dimana setiap diskusinya siswa diberikan suatu masalah atau kasus yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan lalu siswa mencari alternatif solusi dari masalah tersebut. Dengan mencari alternatif solusi tersebut siswa akan meningkatkan rasa ingin tahu yang mereka miliki untuk bertanya dan membaca agar solusi yang diinginkan terpenuhi.

Ketiga bagaimana guru merefleksikan pembelajaran IPS berbasis masalah yaitu peneliti pertama-tama mencari masalah atau kasus yang akan digunakan untuk proses belajar mengajar, permasalahan tersebut disesuaikan dengan SK/KD. Permasalahan yang diangkat pada siklus I yaitu mengenai ketenagakerjaan, lalu siklus II tentang pelaku-pelaku dalam sistem perekonomian di Indonesia, siklus III tentang pajak dan pada siklus ke IV mengenai permintaan barang dan jasa. Adanya permasalahan-permasalahan yang guru berikan membuat siswa untuk mencari alternatif solusi yang membuat mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu dari permasalahan tersebut. Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) diharapkan siswa mampu meningkatkan rasa ingin tahu mereka dengan cara bertanya, membaca dan memberikan pendapat. Kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam bertanya yaitu siswa malu atau enggan untuk menyatakan kurangnya pemahaman mereka terhadap materi yang dijelaskan atau merasa takut atau malu untuk bertanya kepada guru, sedangkan dalam hal membaca yaitu fasilitas buku bacaan yang sekolah gunakan hanya LKS dan buku paket, lalu banyak sekali game atau hiburan yang membuat perhatian siswa terhadap membaca buku berkurang. Penerapan model Pembelajaran Berbasis Masalah ini siswa dapat meningkatkan rasa ingin tahu mereka dalam hal bertanya dan membaca. Pada penelitian ini aspek yang terlihat yaitu bertanya karena dalam aspek bertanya ini siswa akan mendapatkan langsung jawaban yang


(37)

mereka belum ketahui sedangkan dalam aspek membaca, kurang terlihat pada diri siswa karena rasa malas mereka terhadap membaca dan ketidaksiapan mereka pada saat mengikuti belajar yaitu siswa belum membaca materi yang akan dijelaskan. Untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPS terhadap siswa untuk selalu bersemangat, guru menjadi pembimbing dan memfasilitasi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar, dan sekolah sekolah dapat memberikan fasilitas berupa buku bacaan IPS dari berbagai sumber sehingga siswa mendapatkan wawasan yang luas dan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dalam diri mereka.

Keempat kendala yang dihadapi guru pada proses pembelajaran IPS berbasis masalah adalah (1) Kurangnya motivasi diantara siswa (2) Kurang aktif siswa pada proses tanya jawab dengan guru di siklus I dan siklus II (3)Kurangnya siswa untuk membaca sehingga wawasan yang mereka miliki sangat sedikit (4) Guru belum terbiasa melakukan PBL (5) Kasus-kasus yang diberikan guru tidak semua siswa dapat memahaminya sehingga siswa tidak dapat memahami kasus tersebut (6) Guru selalu menggunakan ceramah pada saat penyampaian meteri sehingga siswa menjadi jenuh dalam pembelajaran.

Kelima solusi yang dilakukan guru terhadap permasalahan tersebut yaitu (1) Guru harus bisa memotivasi siswa agar lebih aktif lagi pada setiap pembelajaran (2) Guru harus lebih memahami langkah-langkah dalam penerapan

Problem Based Learning (PBL) (3) Guru berusaha untuk mencari kasus-kasus

yang lebih menarik dan kontroversial yang dapat diketahui oleh seluruh siswa sehingga memudahkan siswa untuk memecahkan masalah tersebut (4) Guru harus berusaha agar materi yang disampaikan mudah untuk dimengerti siswa. Maka pada saat penyampaian materi guru menggunakan alat bantu sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik (5) Guru harus lebih berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran


(38)

B. Saran

Dari hasil penelitian ini saran yang diberikan peneliti sebagai berikut: 1 Bagi guru

a. Untuk selalu membimbing dan memfasilitasi kegiatan siswa pada saat pembelajaran, karena siswa memiliki banyak potensi untuk dikembangkan.

b. Guru harus lebih memahami konsep-konsep atau langkah-langkah dalam PBL sehingga pada saat pelaksanaannya siswa dengan mudah memahami hal tersebut

c. Guru harus bisa menciptakan suasana yang baru pada saat pembelajaran IPS sehingga siswa tidak merasa jenuh pada saat mengikuti pembelajaran

2 Bagi siswa

a. Peningkatan rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran IPS ini harus lebih ditingkatkan lagi sehingga pembelajaran selanjutnya bisa lebih aktif

b. Siswa diharapkan lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau bertanya pada saat proses belajar mengajar

3 Bagi sekolah

a. Pihak sekolah bisa memfasilitasi pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menunjang sarana dan prasarana agar pembelajaran di kelas menjadi lebih maksimal

b. Sekolah membebaskan guru untuk menentukan model pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

4 Bagi peneliti selanjutnya

Kemampuan dalam memecahkan masalah sangat diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar, maka diperlukan penelitian lebih lanjut untuk meningkatkan karakter yang lain, atau lebih difokuskan pada


(39)

indikator dari karakter rasa ingin tahu pada tingkat kelas yang berbeda dan materi yang berbeda pula.


(40)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama

Amir, T. (2010). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana

Arends, R. (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bahri, S. J. (2008). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Barnawi. dan Arifin, M. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran

Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Kesuma, D. (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama Lickona, T. (2012). Educating For Character. Jakarta: Bumi Aksara

Marno. dan M. Idris. (2011). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group

Moleong, L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyasa. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Naim, N. (2012). Character Building. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Narwanti, S. (2011). Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Familia Noor, J. (2011). Metodologi Penelitian. Jakarta: Kencana


(41)

Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu

Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia

Sahlan, A. dan Teguh. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan

Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Samani, M. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Somantri, N. (2010). Inovasi Pembelajaran IPS. Bandung: Rizqi Press Suyadi. (2013). Strategi pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana

Uno, H. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara Uzer, M. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT


(1)

pembelajaran IPS. Alat pengumpulan data pada penelitian ini yaitu menggunakan observasi, wawancara, dokumentasi, studi literatur, dan catatan lapangan.

Kedua bagaimana guru dalam melaksanakan pembelajaran IPS berbasis masalah untuk meningkatkan karakter rasa ingin tahu. Pelaksanaan pembelajaran IPS berbasis masalah yaitu dengan diskusi kelompok dimana setiap diskusinya siswa diberikan suatu masalah atau kasus yang berkaitan dengan materi yang sedang diajarkan lalu siswa mencari alternatif solusi dari masalah tersebut. Dengan mencari alternatif solusi tersebut siswa akan meningkatkan rasa ingin tahu yang mereka miliki untuk bertanya dan membaca agar solusi yang diinginkan terpenuhi.

Ketiga bagaimana guru merefleksikan pembelajaran IPS berbasis masalah yaitu peneliti pertama-tama mencari masalah atau kasus yang akan digunakan untuk proses belajar mengajar, permasalahan tersebut disesuaikan dengan SK/KD. Permasalahan yang diangkat pada siklus I yaitu mengenai ketenagakerjaan, lalu siklus II tentang pelaku-pelaku dalam sistem perekonomian di Indonesia, siklus III tentang pajak dan pada siklus ke IV mengenai permintaan barang dan jasa. Adanya permasalahan-permasalahan yang guru berikan membuat siswa untuk mencari alternatif solusi yang membuat mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu dari permasalahan tersebut. Penggunaan model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) diharapkan siswa mampu meningkatkan rasa ingin tahu mereka dengan cara bertanya, membaca dan memberikan pendapat. Kurangnya rasa ingin tahu siswa dalam bertanya yaitu siswa malu atau enggan untuk menyatakan kurangnya pemahaman mereka terhadap materi yang dijelaskan atau merasa takut atau malu untuk bertanya kepada guru, sedangkan dalam hal membaca yaitu fasilitas buku bacaan yang sekolah gunakan hanya LKS dan buku paket, lalu banyak sekali game atau hiburan yang membuat perhatian siswa terhadap membaca buku berkurang. Penerapan model Pembelajaran


(2)

126

Tia Wulandari, 2013

Penerapan Pembelaran IPS Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu (Curiousity) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mereka belum ketahui sedangkan dalam aspek membaca, kurang terlihat pada diri siswa karena rasa malas mereka terhadap membaca dan ketidaksiapan mereka pada saat mengikuti belajar yaitu siswa belum membaca materi yang akan dijelaskan. Untuk meningkatkan rasa ingin tahu siswa dalam pembelajaran IPS terhadap siswa untuk selalu bersemangat, guru menjadi pembimbing dan memfasilitasi kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar, dan sekolah sekolah dapat memberikan fasilitas berupa buku bacaan IPS dari berbagai sumber sehingga siswa mendapatkan wawasan yang luas dan dapat meningkatkan rasa ingin tahu dalam diri mereka.

Keempat kendala yang dihadapi guru pada proses pembelajaran IPS berbasis masalah adalah (1) Kurangnya motivasi diantara siswa (2) Kurang aktif siswa pada proses tanya jawab dengan guru di siklus I dan siklus II (3)Kurangnya siswa untuk membaca sehingga wawasan yang mereka miliki sangat sedikit (4) Guru belum terbiasa melakukan PBL (5) Kasus-kasus yang diberikan guru tidak semua siswa dapat memahaminya sehingga siswa tidak dapat memahami kasus tersebut (6) Guru selalu menggunakan ceramah pada saat penyampaian meteri sehingga siswa menjadi jenuh dalam pembelajaran.

Kelima solusi yang dilakukan guru terhadap permasalahan tersebut yaitu (1) Guru harus bisa memotivasi siswa agar lebih aktif lagi pada setiap pembelajaran (2) Guru harus lebih memahami langkah-langkah dalam penerapan Problem Based Learning (PBL) (3) Guru berusaha untuk mencari kasus-kasus yang lebih menarik dan kontroversial yang dapat diketahui oleh seluruh siswa sehingga memudahkan siswa untuk memecahkan masalah tersebut (4) Guru harus berusaha agar materi yang disampaikan mudah untuk dimengerti siswa. Maka pada saat penyampaian materi guru menggunakan alat bantu sehingga proses pembelajaran menjadi lebih menarik (5) Guru harus lebih berperan sebagai fasilitator dalam pembelajaran


(3)

B. Saran

Dari hasil penelitian ini saran yang diberikan peneliti sebagai berikut: 1 Bagi guru

a. Untuk selalu membimbing dan memfasilitasi kegiatan siswa pada saat pembelajaran, karena siswa memiliki banyak potensi untuk dikembangkan.

b. Guru harus lebih memahami konsep-konsep atau langkah-langkah dalam PBL sehingga pada saat pelaksanaannya siswa dengan mudah memahami hal tersebut

c. Guru harus bisa menciptakan suasana yang baru pada saat pembelajaran IPS sehingga siswa tidak merasa jenuh pada saat mengikuti pembelajaran

2 Bagi siswa

a. Peningkatan rasa ingin tahu siswa pada pembelajaran IPS ini harus lebih ditingkatkan lagi sehingga pembelajaran selanjutnya bisa lebih aktif

b. Siswa diharapkan lebih berani dalam mengungkapkan pendapat atau bertanya pada saat proses belajar mengajar

3 Bagi sekolah

a. Pihak sekolah bisa memfasilitasi pada saat proses pembelajaran berlangsung dengan menunjang sarana dan prasarana agar pembelajaran di kelas menjadi lebih maksimal

b. Sekolah membebaskan guru untuk menentukan model pembelajaran yang digunakan agar pembelajaran tersebut dapat tercapai sesuai dengan tujuan yang diinginkan

4 Bagi peneliti selanjutnya

Kemampuan dalam memecahkan masalah sangat diperlukan siswa dalam proses belajar mengajar, maka diperlukan penelitian lebih lanjut


(4)

128

Tia Wulandari, 2013

Penerapan Pembelaran IPS Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu (Curiousity) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

indikator dari karakter rasa ingin tahu pada tingkat kelas yang berbeda dan materi yang berbeda pula.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Y. (2012). Pembelajaran Membaca Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: PT Refika Aditama

Amir, T. (2010). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana

Arends, R. (2008). Learning To Teach Belajar untuk Mengajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian, Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta

Bahri, S. J. (2008). Rahasia Sukses Belajar. Jakarta: Rineka Cipta Barnawi. dan Arifin, M. (2012). Strategi dan Kebijakan Pembelajaran

Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Kesuma, D. (2011). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Komalasari, K. (2010). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT Refika Aditama Lickona, T. (2012). Educating For Character. Jakarta: Bumi Aksara

Marno. dan M. Idris. (2011). Strategi dan Metode Pengajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group

Moleong, L. (2010). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyasa. (2010). Praktik Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya


(6)

Tia Wulandari, 2013

Penerapan Pembelaran IPS Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Karakter Rasa Ingin Tahu (Curiousity) Siswa

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Rusmono. (2012). Strategi Pembelajaran dengan Problem Based Learning Itu Perlu. Bogor: Ghalia Indonesia

Sahlan, A. dan Teguh. (2012). Desain Pembelajaran Berbasis Pendidikan Karakter. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media

Samani, M. (2012). Pendidikan Karakter. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Somantri, N. (2010). Inovasi Pembelajaran IPS. Bandung: Rizqi Press Suyadi. (2013). Strategi pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: PT

Remaja Rosdakarya

Sanjaya, W. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Kencana

Uno, H. (2009). Teori Motivasi dan Pengukurannya. Jakarta: Bumi Aksara

Uzer, M. (2011). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Wiriaatmadja, R. (2005). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja Rosdakarya