ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA DALAM SOAL EBTANAS SLTA : Studi Deskriptif-Analitis Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Soal EBTANAS SLTA dan Tingkat Keterpahamannya bagi Siswa Kelas III SMA di Provinsi Daeah Istimewa Aceh.

ANALISIS PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

DALAM SOAL EBTANAS SLTA
(Studi Deskriptif-Analitis Penggunaan Bahasa Indonesia dalam
Soal EBTANAS SLTA dan Tingkat Keterpahamannya bag!
Siswa Kelas III SMA di Provinsi Daerah Istimewa Aceh)
TESIS

Diajukan kapada Panltla Ujian Taris sabagml Salah Satu
Syarat ManyalasaUcan Studi pada Bldang Studi
Pangajaran Bahasa Indonasta
Program Pasoasarjana IKD? Bandung

Olahi

R

A Z A L I

9332031/XXV-l 7


PENGAJARAN BAHASA INDONESIA

•S tf

erf Wj

•> .
U/r,

*' •'' ..

*tfr\!Vtf£Jl

PROGRAM PASCASARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1996

lumbar Pengesahan

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING
UNTUK MENEMPUH UJIAN TAHAP II

Pembimbing I)

Prof. Dr. H. Ahmad Slamat HarJasujana, MA, MSc.

Pambimbing U,

Prof. Dr. A

J. & Badudu

PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT KEGURUAN DAN DLMU PENDIDIKAN BANDUNG
1996

Hendaklah engkau menjadi orang
berilmu atau ycmg belajar atau


mendengar ilmu,

dan janganlah

engkau menjadi orang yang keempat,
yakni yang tidak lermasuk
sal ah seorang dari kelompok orang

di atas agar engkau tidak binasa.
(Abu

Darda>

Teaia inl Kuperaeubabkan
Kepada Yml.

Ayabanda, Ibunda, later!,
aerta anak-anakku tercinta:
Muhibbul Kbairi,


Hahlil, dan
Llna Sundana

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR

iii

UCAPAN TERIMA KASIH

v

DAFTAR ISI

x

DAFTAR TABEL


xv

DAFTAR LAMPIRAN

BAB

BAB

I

II

xvi

PENDAHULUAN

1

1.1


Latar Belakang Masalah

1

1.2

Rumusan Masalah

8

1.3

Batasan Masalah

9

1.4

Tujuan Penelitian


9

1.5

Pentingnya Penelitian

10

1.6

Manfaat Penelitian

11

1.7

Fokus Penelitian

12


1.8

Definisi Operasional

13

LANDASAN TEORETIS DAN KERANGKA ACUAN

15

2.1

15

Syarat-syarat Soal sebagai Alat Evaluasi

2.1.1

Sahih (Valid)


15

2.1.2

Terandalkan (Reliable)

16

2.1.3

Objektif

17

2.1.4

Praktis

18


2.1.5 Memiliki Data Psikometri

18

2.2

18

Bentuk Soal sebagai Alat Evaluasi

2.2.1

Soal Esai

18

2.2.2

Soal Objektif


22

2.3

Karakteristik Butir Soal

32

2.4

Bahasa Indonesia dalam Soal Ujian

37

2.4.1

Sifat Bahasa dalam Soal

37

2.4.2

Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Soal

38

xn

A.

Kebahasan

38

1) Penggunaan Kalimat dalam Soal

38

a) Kesatuan Gagasan Pernyataan Soal ..

39

b) Kepaduan dan Kekompakan Pernyataan
Soal

39

c) Penekanan Inti Pernyataan Soal ....

40

d) Kesejajaran Bentuk Pernyataan Soal

40

e) Kevariasian Pernyataan Soal

41

2) Penggunaan Kata dalam Soal

41

a)

Koreksi Kata

41

b)

Pilihan Kata

42

c) Makna Kata

43

d)

43

Penulisan Kata

3) Penggunaan Gaya dan Nada dalam Pernya
taan Soal

44

a) Gaya dalam Pernyataan Soal

44

b) Nada dalam Pernyataan Soal

45

4) Penggunaan Ejaan dalam Pernyataan Soal

B.

a) Penulisan Huruf

47

b) Penulisan Tanda Baca

49

Keterpahaman

56

1)

Ketedasan

60

a) Pembaca dan Ketedasan Bacaannya....

61

b) Penulis dan Kejelahan Tulisannya ..

61

2) Panjang Kalimat
BAB

III

46

62

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

63

3.1

Metode Penelitian

63

3.2

Teknik Penelitian

65

3.3

Populasi dan Sampel Penelitian

66

3.4

Prosedur Penelitian

67

3.4.1

Pengumpulan Data

69

3.4.2

Judgement Soal

71

3.4.3

Uj i Keterpahaman Soal

72

3.4.4

Analisis Data

73

xxxi

BAB IV ANALISIS DATA PENELITIAN

4.1 Analisis dari Segi Kebahasaan

77

4.1.1

Penggunaan Kalimat dalam Soal

77

4.1.2

Penggunaan Kata dalam Soal

89

4.1.3

Penggunaan Gaya dan Nada dalam Soal

105

4.1.4

Penggunaan Ejaan dalam Soal

110

4.2 Analisis dari Segi Bentuk Soal (Tes)

128

4.2.1

128

Soal Bentuk Objektif

4.2.1.1

Soal Asli

130

4.2.1.2

Soal Perbaikan

148

4.2.2

BAB V

BAB VI

77

Soal Bentuk Subjektif (Esai)

167

4.2.2.1

Soal Asli

168

4.2.2.2

Soal Perbaikan

170

4.3 Analisis Hasil Uji Keterpahaman

173

4.4.Kesimpulan Analisis

179

PEMBAHASAN

185

5.1

Dari Segi Kebahasaan

185

5.1.1

Penggunaan Kalimat

186

5.1.2

Penggunaan Kata

187

5.1.3

Penggunaan Gaya dan Nada

188

5.1.4

Penggunaan Ejaan

189

5.2

Dari Segi Bentuk Soal

190

5.3

Dari Segi Keterpahaman

191

SIMPULAN DAN SARAN

195

5.1

Simpulan

195

5.2

Saran

198

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP

/^^.^^\.

200

ift£s£. - -i v-?'. ffcft

204

/'.-,|. A%?^..^^V

253

I,
=•>*-'

XIV

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

3.1

Jenis Bidang Studi dan Jumlah Butir Soal

3.2

Jumlah Butir Soal yang Menjadi Sampel Penelitian

3.3

Acuan Penilaian Terhadap Data Keterpahaman

76

4.1

Kesalahan Penggunaan Kalimat

78

4.2

Kesalahan Penggunaan Kata

89

4.3

Kesalahan Penggunaan Gaya dan Nada

106

4.4

Kesalahan Penggunaan Ejaan

Ill

4.5

Analisis Butir Soal: Perhitungan Indeks Tingkat
Kesukaran,
Indeks Daya Beda, dan Efektivitas
Distractor

4.6

4.7

4.8

4.9

67

..

untuk soal asli

68

131

Analisis Butir Soal: Perhitungan Indeks Tingkat
Kesukaran,
Indeks Daya Beda, dan Efektivitas
Distractor
untuk soal eksperimen

Rangkuman Perhitungan Indeks Tingkat Kesukaran
dan Indeks
Daya beda Soal Esai (Kelas Kontrol)

149

.

168

Rangkuman Perhitungan Indeks Tingkat Kesukaran
dan Indeks Daya beda Soal Esai (Kelas Eksperimen)

171

Acuan Pengklasifikasian Pemahaman Soal Ujian

175

...

4.10 Rangkuman Hasil Analisis Butir Soal EBTANAS SLTA
dan Hasil Uji Keterpahamannya pada Siswa Kelas III
SMA Negeri di Provinsi Daerah Istimewa Aceh
(Soal Objektif)

-

4.11 Rangkuman Hasil Analisis Butir Soal EBTANAS SLTA
dan Hasil Uji Keterpahamannya pada Siswa Kelas III
SMA Negeri di Provinsi Daerah Istimewa Aceh
(Soal Esai)

XV

183

184

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran

1.

A.

Soal EBTANAS SLTA 1994 (Soal Sampel
Penelitian)

B.

Lampiran

2.

A.

204

Soal EBTANAS SLTA 1994 hasil per
baikan

211

Skor Hasil Uji Coba EBTANAS SLTA
Tahun 1994 pada Siswa SMA Kelas III
di Provinsi Daerah Istimewa Aceh ....

218

B. Perhitungan Uji Homogenitas dan Uji

Lampiran

3.

A.

B.

Signifikansi

220

Skor hasil tes soal asli (Kelompok
Kontrol) untuk tiap butir soal

223

Skor hasil tes soal perbaikan (Ke
lompok Eksperimen) untuk tiap butir
soal

Lampiran

4.

224

A. Perhitungan tingkat kesukaran soal,
daya beda, dan berfungsi tidaknya
alternatif pilihan (Soal Asli)

B. Perhitungan tingkat kesukaran soal,
daya beda, dan berfungsi
tidaknya
alternatif pilihan (Soal Perbaikan)..
Lampiran

5.

A.

6.

241

Skor hasil tes menggunakan kata ke
dalam kalimat bahasa Indonesia

Lampiran

233

Soal Uji Keterpahaman (Menggunakan
kata ke dalam kalimat bahasa Indo
nesia )

B.

225

240

Surat Izin Penelitian:
a. Permohonan Izin Penelitian dari

Rektor IKIP Bandung
b.

246

Pemberitahuan Penelitian dari

Kepala Direktorat Sosial Politik
Jawa Barat

247

XVI

c.

Surat

Izin Penelitian dari

Kepala Direktorat Sosial Politik
Provinsi Daerah Istimewa Aceh

d.

Izin Mengadakan Penelitian dari
Kepala Dikmenum Kanwil Depdikbud
Provinsi

Lampiran

7.

248

Daerah

Istimewa Aceh

249

Surat Keterangan Selesai Melakukan
Pene1i ti an

dari:

a.

Kepala SMA Negeri

b.

Kepala SMA Negere 6 Darussalam,
Banda

c.

1 Banda Aceh

Aceh

250

251

Kepala SMA Negeri Lubuk Aceh Besar
Provinsi Daerah Istimewa Aceh

xvn

252

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Salah satu tugas guru yang

terpenting

ialah

menyusun

soal sebagai alat evaluasi. Peranan alat evaluasi ini adalah
untuk melakukan penilaian guna mengetahui kemajuan siswa se-

telah menempuh pendidikan selama jangka waktu

tertentu.

samping itu, alat evaluasi ini berperan

sebagai

juga

untuk mengetahui tingkat efektivitas dan

efisiensi

Di

alat

metode-

metode pendidikan yang digunakan selama jangka waktu terten
tu (Buchori,

1980: 5—6).

Untuk mewujudkan sebuah soal yang baik, penyusunnya ha-

rus memperhatikan objek yang akan ditanyakan dalam soal itu.
Dalam hal ini, Safari (1987: 1) menegaskan bahwa

nentukan objek yang tepat dalam penulisan soal

penulis soal

perlu

analisis kurikulum,

memperhatikan

untuk

ujian,

langkah-langkah

me-

maka

seperti

analisis sumber materi pelajaran,

mene-

tapkan tujuan tes, dan menentukan kisi-kisi ujian. Kisi-kisi
ujian di dalamnya meliputi pokok bahasan, aspek

intelektual

yang diukur, bentuk soal, tingkat kesukaran soal, jumlah dan

proposisi soal, serta

penulisan

TIK

(Tujuan

Instruksinal

Khusus).

Apabiia penulis soal sudah menentukan
ditanyakan, maka yang perlu

dipikirkan

objek

yang

selanjutnya

akan
adalah

o

inti masalah yang akan ditanyakan.
pikiran,

gagasan,

Inti masalah dapat berupa

atau maksud yang disusun dalam bentuk per

nyataan soal. Agar pernyataan soal itu dapat dikomunikasikan
kepada pembelajar (siswa) dengan baik,

maka

soal

tersebut

hendaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan

benar.

Hal ini dimaksudkan agar pernyataan soal dapat dipahami oleh
orang yang menjawab soal sama seperti yang dimaksudkan

penulisnya.

Karena soal ujian (alat evaluasi)

yang

oleh

disusun

guru dapat berfungsi sebagai alat untuk mengukur keberhasilan belajar, maka soal ujian itu harus disusun dengan memper
hatikan

1978:

aturan-aturan

bahasa

yang

13). Dengan demikian, dapatlah

digunakannya

dikatakan

(Oiler,

bahwa

ujian yang baik perlu diorganisasikan secara sistematis

soal
dan

logis. Soal yang diorganisasikan dengan baik itu dapat digunakan sebagai alat untuk menentukan keberhasilan

pembelajar

dalam menempuh suatu program ajaran tertentu.

Banyak hal yang perlu diperhatikan dalam mengkonstruksikan soal ujian, antara lain penguasaan bahasa Indonesia yang
baik dan benar oleh penyusunnya.

Bahasa Indonesia yang digu-

nakan dalam soal ujian berpengaruh terhadap pemahaman siswa.
Ketidaktepatan jawaban yang diberikan siswa dalam ujian ada-

kalanya disebabkan oleh tidak terpahaminya bahasa soal. Oleh

karena itu, rendahnya prestasi belajar siswa, rendahnya nilai
EBTANAS, dan lainnya tidak semata-mata disebabkan oleh kekurangmampuan siswa. Faktor kebahasaan sangat mempengaruhi pe
mahaman siswa terhadap maksud soal secara cepat. Hal ini se-

nada dengan yang dikemukakan Herjasujana (1995: 7) bahwa soal

3

ujian yang menggunakan ragam bahasa yang sama antara pembaca

dan penulis akan

lebih

mudah

terpahami.

Dia

menambahkan

penggunaan kata-kata sulit dan penggunaan kalimat yang

pan-

jang menyebabkan suatu teks bacaan

soal

(wacana;

termasuk

ujian) tidak terpahami dengan mudah oleh pembaca.

Dalam pencapaian keberhasilan belajar secara
Provinsi Daerah Istimewa Aceh pada tahun
urutan ke-23 dari 27 provinsi di
diukur

berdasarkan

(EBTANAS) siswa.

nilai

1994

Indonesia.

Evaluasi

nasional,

berada
Peringkat

Belajar

Tahap

Kenyataan ini menunjukkan bahwa

prestasi belajar di Daerah Istimewa Aceh

yang mencapai Nilai Evaluasi Murni (NEM)
dari NEM tertinggi di Indonesia dan

secara

rata-rata mereka termasuk ke

sepuluh

dalam

Akhir

Padahal,

memiliki

pada

ini

pencapaian

merosot.

pada tahun 1990 Daerah Istimewa Aceh pernah

pada

siswa

urutan

nasional
besar

ke-3
nilai

(Harian

Serambi Indonesia, April 1994).

Rendahnya nilai yang diperoleh siwa dalam EBTANAS tidak
semata-mata disebabkan oleh kesalahan guru. Pihak-pihak lain

yang terkait dengan hal itu juga perlu diamati, di antaranya

siswa itu sendiri, keterbacaan buku

pelajaran,

sarana

dan

prasarana pendukung, dan alat evaluasi yang digunakan. Namun,
yang biasanya luput dari sorotan masyarakat adalah alat eva

luasi (soal ujian) yang digunakan untuk mengukur keberhasil
an siswa. Alat evaluasi yang dimaksudkan di sini adalah soal
EBTANAS.

Soal EBTANAS disusun oleh panitia khusus yang

dibentuk

oleh pemerintah. Panitia ini dibentuk secara nasional,

mak-

4

sudnya melibatkan orang-orang di tingkat pusat
Hasil yang diharapkan dari kerja panitia ini

dan

daerah.

adalah

terwu-

judnya soal-soal yang baik, sempurna, dan menyeluruh.
Panitia EBTANAS yang dibentuk ini

terdiri

dari

guru-

guru bidang studi. Dalam pelaksanaannya dikoordinasikan oleh
kepala kantor wilayah dan Balitbang.

Peranan

Balitbang

di

sini hanyalah sebagai penyunting soal-soal hasil buatan guru

di daerah. Suntingan yang dllakukan disesuaikan dengan kebutuhan, baik dari segi jumlah

soal

yang akan diukur. Semua

disesuaikan

ini

maupun

cakupan

dengan

jenjang

kisi-kisi

ujian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Selanjutnya, soalsoal hasil suntingan itu diserahkan

kembali

kepada

kantor

wilayah untuk digandakan sesuai dengan kebutuhan.
Semua ini menunjukkan

bahwa

prosedur

pembuatan

soal

EBTANAS begitu ketat. Tujuannya adalah agar kesalahan

dalam berbagai bentuk, dapat dihindari.

Akan

soal,

tetapi,

dicermati dengan baik soal yang sudah disusun itu

bila

tampaknya

ada yang belum begitu sempurna, terutama dalam hal pengguna
an bahasa Indonesia. Para siswa

mengalami

memahami maksud soal itu. Hal ini

digunakan dalam

soal

kesukaran

disebabkan

panjang-panjang,

untuk

kalimat

banyak

yang

menggunakan

kata-kata/istilah-istilah asing yang belum dikenal baik oleh

siswa, serta ejaan yang digunakan dalam

soal

yang tidak sesuai dengan aturan penulisan

masih

ejaan

laku. Semua ini menyebabkan bahasa soal

EBTANAS

terpahami dengan baik oleh

itu

siswa.

hasil penelitian Pusat Penelitian

Hal
dan

banyak

yang
itu

terbukti

Pengembangan

bertidak

dari
Sistem

5

Pengujian Badan

Pengembangan

Penelitian

dan

Pengembangan

Pendidikan dan Kebudayaan Depdikbud (1995: 16—18) yang me-

nyatakan bahwa kekeliruan penggunaan bahasa

Indonesia

pada

soal EBTANAS lima bidang studi (Bahasa Indonesia, PMP,

IPS,

IPA, dan Matematika) untuk tingkat SLTP lebih

pada

dominan

kekeliruan penggunaan kata (45% dari jumlah soal). Kekeliru
an struktur kalimat dan penggunaan tanda baca juga menunjuk-

kan kontribusi yang subtansial (38% dari

jumlah

soal

yang

dianalisis).

Dalam buku panduan penggunaan kata, kalimat, dan wacana,

Balitbang Dikbud (1985) dikatakan bahwa kecocokan penggunaan

bahasa dalam penyajian bahan pelajaran merupakan faktor yang

dapat mempengaruhi
Oleh karena

itu,

tingkat
dalam

keterpahaman

penyajian

bahan

bahan

pelajaran.

pelajaran,

baik

secara lisan maupun secara tertulis, faktor bahasa harus di-

perhitungkan

sedemikian rupa sehingga mempermudah pemahaman

bahan pelajaran.

Bahasa merupakan faktor yang sangat penting

nguasaan tes. Penggunaan bahasa Indonesia dalam

dalam

butir

pe

soal

tes perlu mendapat perhatian yang serius. Hal ini disebabkan
oleh dua alasan

utama.

Pertama,

soal-soal

tes

merupakan

sarana pendidikan. Kekeliruan penggunaan bahasa dalam

soal tes dapat memberikan dampak yang kurang

baik

soal-

terhadap

pembentukan dan perkembangan bahasa siswa. Kedua, penggunaan
bahasa yang tidak tepat dapat mengaburkan inti masalah

ditanyakan pada suatu

butir

soal.

Seorang

yang

siswa mungkin

tidak dapat mengerjakan suatu soal tes bukan karena ia tidak

6

menguasai materinya, melainkan karena ia tidak memahami

ba

hasa yang digunakan dalam tes itu.

Alasan pertama di

atas

berarti

bahwa

seyogyanya disajikan

dengan

menggunakan

yang baik dan benar.

Alasan

yang

menyatakan bahwa suatu butir

yang seharusnya diukur.

soal

Suatu

Indonesia

lebih

berkaitan

prinsip

hendaknya

butir

soal

IPS,

jenjang

kemampuan

apa

apa

misalnya,

materi

(misalnya,

pemahaman). Adapun kesalahan penggunaan bahasa
soal dapat mengaburkan

pengukuran

mengukur

tidak hanya mengukur penguasaan siswa terhadap
tetapi juga menuntut kemampuan bahasa

tes

bahasa

kedua,

dengan validitas butir soal. Salah satu

soal-soal

IPS,

kemampuan

dalam

butir

yang

ingin

diukur dari butir soal itu.

Soal-soal EBTANAS yang ditulis

di daerah,

dapat perhatian khusus tentang penggunaan
yang baik dan benar. Dengan demikian,

perlu

bahasa

soal

men-

Indonesia

EBTANAS

dengan

beranggapan

bahwa

mudah dapat dipahami oleh siswa.

Para

pendidik/guru

rendahnya nilai

materi

ajar

siswa

yang

kadang-kadang
disebabkan

diujikan.

mereka

Jarang

ujian (alat evaluasi) yang digunakan

tidak

disadari
guru

menguasai

bahwa

tidak

soal

terpahami

oleh siswa. Soal yang disusun guru tidak komunikatif sehingga

kesalahpahaman banyak terjadi antara

yang menjawab soal.

Di

samping

itu,

penyusun

tingkat

soal

dengan

keterbacaan

soal yang disusun guru masih kurang. Hal ini juga sangat me-

mungkinkan terjadinya kesalahpahaman terhadap maksud pernya
taan soal. Akibatnya, terjadilah interpretasi yang

berbeda-

7

beda terhadap masalah yang sama sebagaimana tersebut di atas.

Soal yang diharapkan adalah

soal-soal

yang

lugas,

jelas,

singkat, sederhana, dan menarik untuk dibaca. Semua ini
pat diterapkan dalam soal apabila penyusun

soal

itu

da

mampu

menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Pengalaman penulis selama beberapa

tahun

mengajar

SMA dan membaca soal-soal EBTANAS menunjukkan bahwa

masalah

bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam soal kurang

dapat perhatian para penyusun soal. Para guru yang
soal cenderung memberi

penekanan

rumus. Masalah

kurang

Banyak dijumpai

bahasa

soal

yang

pada

materi

mendapat

tidak

men-

menyusun

dan

perhatian

komunikatif,

di

rumus-

mereka.

kalimatnya

panjang-panjang dan berbelit-belit, kata-kata yang digunakan
tidak tepat, dan penulisannya banyak yang

menyalahi

kaidah

ejaan bahasa Indonesia yang berlaku.

Para guru yang

dilibatkan

dalam penulisan soal adalah

para guru yang ahli dalam bidangnya, tetapi belum tentu ahli
dalam bidang bahasa Indonesia. Oleh

karena

itu,

kesalahan

penggunaan bahasa Indonesia dalam soal sangat lumrah terjadi.

Pada kesempatan ini, penulis hanya akan

meneliti

EBTANAS karena soal-soal itu dianggap sudah baku

gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

soal-soal
dan

Apakah

demikian? Untuk ini masih perlu diteliti lebih lanjut.

meng

benar

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemuka

kan di atas, maka berikut ini dikemukakan

beberapa

umum yang ingin ditemukan jawabannya dalam

masalah

penelitian

ini.

Adapun masalah-masalah itu adalah sebagai berikut.
1) Oleh karena soal EBTANAS adalah soal ujian yang

kemampuan siswa

secara

menyeluruh,

maka

mengukur

yang

menjadi

masalah di sini adalah "Apakah soal yang disusun itu sudah

memenuhi persyaratan sebagai suatu alat ukur yang baik?
2) Soal ujian disusun berdasarkan

kurikulum

dan

kisi-kisi

ujian yang telah dipersiapkan sebelumnya. Untuk ini
menjadi masalah adalah
yang

digunakan

soal

"Tepatkah
EBTANAS

kata-kata

untuk

yang

operasional

mengukur

jenjang kemampuan yang telah dicantumkan dalam

jenjang-

kisi-kisi

ujian tersebut?"

3) Bahasa dalam

soal ujian

berbeda

dengan bahasa

sehari-

hari (bahasa pasar). Oleh karena itu, yang menjadi
lah pada bagian ini

adalah

"Apakah

bahasa

masa

dalam

soal

penulis

soal

EBTANAS sudah memiliki sifat bahasa soal?"

4) Agar terjalin komunikasi yang baik

antara

dengan siswa yang mengerjakan soal itu, maka penulis soal

hedaknya menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
Dalam hal ini yang menjadi masalah

penggunaan bahasa Indonesia yang

adalah

baik

dan

'Bagaimanakah

benar

soal EBTANAS SLTA tahun 1994 di Provinsi Daerah
Aceh?"

dalam

Istimewa

9

1.3

Batasan Masalah

Masalah yang telah dirumuskan di atas sangat
umum. Oleh karena itu, masalah tersebut perlu

dikhususkan pada satu bagian tertentu
maksud

yang

ingin

dicapai

dalam

saja.

luas

dan

dibatasi

dan

Sesuai

penelitian

dengan

ini,

yaitu

mengkaji dan menganalisis dengan cermat dan mendetail

peng

gunaan bahasa Indonesia dalam soal EBTANAS SLTA tahun

1994,

maka masalah yang telah dirumuskan di atas

dikhususkan

dan

dibatasi sebagai berikut.

1) Apakah soal EBTANAS SLTA

tahun

1994

sudah

menggunakan

kalimat efektif?

2) Bagaimanakah ketepatan penggunaan

kata-kata

dalam

soal

penulisan

soal

EBTANAS SLTA tersebut?

3) Bagaimanakah penggunaan

gaya

dan

nada

EBTANAS SLTA tahun 1994?

4) Apakah ejaan bahasa Indonesia yang baik dan

benar

sudah

digunakan dengan tepat dalam penulisan soal EBTANAS

SLTA

1994?

5) Ditinjau dari segi bentuk tes,

apakah soal

EBTANAS

SLTA

sudah dikonstruksikan dengan tepat?
6) Apakah soal-soal itu terpahami bahasanya dengan baik oleh
siswa kelas III

SMA di Provinsi Daerah Istimewa Aceh?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan

batasan

masalah

dikemukakan di atas, penelitian ini bertujuan untuk

yang

mendes-

kripsikan dan menganalisis penggunaan bahasa Indonesia dalam

10

soal EBTANAS SLTA. Pendeskripsian yang

dilakukan

berkaitan

dengan penggunaan kalimat tepat guna dan berdaya guna (kali

mat efektif), penggunaan kata yang tepat (diksi), penggunaan
gaya dan nada penulisan soal, dan

penggunaan

ejaan

Indonesia yang baik dan benar sesuai dengan yang
dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia
purnakan. Penelitian ini

juga

bertujuan

apakah soal EBTANAS SLTA tahun

dengan

baik

dan

1994

bagaimanakah

digariskan
yang

untuk

telah

Disem-

mengetahui

dikonstruksikan

pemahamannya?

Apakah

EBTANAS SLTA terpahami bahasa dengan baik oleh
III SMA

bahasa

siswa

soal
kelas

di Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

Selanjutnya, dari hasil penelitian ini dapat diwujudkan

suatu pedoman penggunaan

bahasa

Indonesia

yang

baik

dan

benar dalam penulisan soal. Di samping itu, hasil penelitian
ini nantinya dapat menjadi dasar kajian bagi

peneliti-pene-

liti bahasa Indonesia yang berkaitan dengan soal ujian

pada

jenjang pendidikan lainnya di Indonesia.

1.5 Pentingnya Penelitian

Berdasarkan

pengalaman

penulis

wujud soal EBTA/EBTANAS dan jenis soal

dan

kenyataan

ujian

pada

dalam
jenjang

pendidikan lainnya, masalah penggunaan bahasa Indonesia yang

baik dan benar sangat kurang mendapat perhatian.

Guru

yang

dipercayakan untuk menyusun soal-soal ujian yang akan

digu

nakan untuk soal EBTANAS adalah para guru

dalam

yang

bidangnya (mewakili bidang studi masing-masing).
itu belum tentu menguasai kaidah (aturan)

bahasa

ahli

Para

guru

Indonesia

11

dalam penulisan soal. Mereka dalam

menulis

soal

memberi penekanan pada materi dan pencapaian

cenderung

tujuan

secara

umum. Masalah bahasa kurang mendapat perhatian mereka.

batnya, banyak terdapat butir soal yang

tidak

terjadinya interpretasi yang berbeda-beda

Aki-

komunikatif,

terhadap

masalah

yang sama, dan bermacam gejala lainnya. Soal ujian yang
sajikan kepada siswa banyak yang tidak

terpahami

oleh siswa. Akibatnya, para siswa cenderung

di-

bahasanya

memberi

siran yang salah terhadap soal yang diujikan kepada

penafmereka.

Hasilnya, nilai yang mereka peroleh dari ujian itu rendah.
Untuk ini, benarkah faktor bahasa dalam soal merupakan
salah satu kendala bagi siswa dalam memahami soal? Benarkah

bahasa Indonesia dalam soal masih kurang kualitasnya? Untuk

menghilangkan keraguan ini, maka penelitian ini penting di
lakukan.

1.6 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan

manfaat,
a.

dapat

memberi

banyak

antara lain bagi:

Para guru/pendidik yang terlibat langsung dalam
penulisan soal ujian,

baik ujian formatif,

kegiatan

sumatif,

maupun EBTANAS. Dengan membaca hasil penelitian ini,
harapkan mereka dapat terbantu karena sudah
penulisan soal yang

menggunakan

bahasa

ada

EBTA,

di

pedoman

Indonesia

yang

baik dan benar.

b.

Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, hasil
penelitian ini diharapkan dapat dijadikan

bahan

masukan

12

sebagai evaluasi ulang terhadap

soal

ujian

dikonsumsikannya. Berpedoman pada hasil

mengkoordinasikan

soal-soal EBTANAS di bawah

ini,

kebijakan-kebi-

kegiatan

bimbingan

telah

penelitian

diharapkan Kantor Wilayah dapat menempuh

jakan baru dalam

yang

penyusunan

mereka,

khususnya

bidang Pendidikan Dasar dan Menengah.
c. Balitbang Dikbud, hasil penelitian ini

diharapkan

dapat

memberi informasi yang bermanfaat dalam mengambil langkah
dan kebijaksanaan

pengawasan

pembuatan

soal

ujian

di

masa yang akan datang.

Dalam

kegiatan

penyuntingan

dan

pengeditan

soal-soal

hasil buatan para guru dari berbagai daerah tingkat
di Indonesia,

faktor

bahasa

khusus. Dalam hal ini,
sama

dengan

Pusat

perlu

Balitbang

Pembinaan

mendapat

Dikbud

dan

satu

perhatian

dapat

bekerja

Pengembangan

Bahasa

Depdikbud.

1.7

Fokus Penelitian

Sesuai dengan tujuan penelitian sebagaimana telah dike

mukakan di atas,

maka pada bagian ini perlu dikemukakan

saran yang akan dikaji dalam penelitian ini. Untuk
semua pertanyaan dikemukan pada bagian 1.2, maka

ini difokuskan pada

analisis

penggunaan

dalam soal ujian dan pengkonstruksiannya.
ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

bahasa
Dengan

sa-

menjawab
penelitian

Indonesia
penelitian

menunjang

penga-

laman peneliti dalam bidang Evaluasi dalam Pengajaran Bahasa
Indonesia.

13

1.8 Definisi Operasional

Untuk menyeragamkan dan menghindari kekeliruan
tian terhadap istilah pokok yang digunakan dalam

ini, maka istilah-istilah pokok itu perlu

penger-

penelitian

dioperasionalkan,

yaitu:

a. EBTANAS, yaitu

singkatan

Akhir Nasional;

dari

Evaluasi

Belajar

soal yang disusun oleh Direktorad

Tahap
Jende-

ral Pendidikan Dasar dan Menengah bersama Balitbang

Dik

bud merupakan suntingan usul soal hasil Rapat Kerja

Pem-

binaan Penulisan Soal Ujian Akhir Tahun Pelajaran dan di-

gandakan oleh Kanwil Depdikbud (Depdikbud,
b. Kalimat, yaitu satuan kumpulan kata

yang

1992: 96).
terkecil

mengandung pikiran yang lengkap (Keraf, 1980:
Kalimat dalam soal adalah suatu pernyataan

yang

139).

yang

disusun

oleh penulis soal berdasarkan pokok masalah atau TIK yang
telah dipersiapkan dalam kisi-kisi

guna

dikomunikasikan

kepada orang yang menjawab soal itu.
c.

Kata,

yaitu

morfem

bahasawan dianggap

atau
sebagai

kombinasi
bentuk

bahasa yang dapat berdiri sendiri,

tunggal (Kridalaksana,

1993: 98).

morfem
yang

yang

bebas;

terdiri

oleh
satuan

dari

morfem

Kata dalam soal

adalah

kata yang dipilih dengan tepat sesuai dengan maksud soal,

jelas, dan tidak menimbulkan salah pengertian.
ini ditetapkan bahwa kata-kata yang

digunakan

Dalam
di

hal
dalam

soal ujian adalah kata-kata baku.

d. Gaya dan nada dalam penulisan soal merupakan

dua

faktor

yang erat kaitannya dengan cara penyampaian dan penyajian

14

soal. Jadi,

gaya dan nada di sini adalah cara penyampaian

soal yang berlainan, tetapi maksudnya

tetap

sama.

Nada

yang sering digunakan adalah nada berita, nada tanya,

dan

nada perintah.

e.

Ejaan dalam

pedoman

soal, pada dasarnya berpedoman pada

Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, baik cara

penulisannya maupun cara penggunaannya.

f. Tes esai, merupakan tes proses berpikir
aktivitas kognitif

tingkat

tinggi,

yang

menuntut

melibatkan
kemampuan

siswa untuk menerapkan pengetahuan, menganalisis, menghubungkan konsep-konsep,

dan memecahkan masalah.

g. Tes objektif, menghendaki hanya satu jawaban yang

benar,

maka penilaiannya dapat secara objektif, cepat, dan dapat
dipercaya.

h. Keterbacaan, ketepatan suatu teks

bacaan

untuk

tingkat

pembaca tertentu.

i. Keterpahaman, yaitu dapat memahami

suatu

cepat dan mudah tanpa mengalami frustasi.

bacaan

dengan

m„i„,'ini'i''i'i!S!S;!iil!i!:l
-

ilihliiiiiiii:li":
i!l''.f

i'Ii l|i i'

illll'

,

!i ii i.''ii,"II,.i 'iii-,1"
"'..ill.
Ill' 'ir
if' iir1

i:>!S[.i.

.Ii',|i'

'""•'•"",;!,"'iii«M„:::!l"'ii!ii!'i.

,i:t DI I

''iiii

iiilliliiiiliiiiliiiliiiiiilliltellllllilillililllilillllllll ,

MI

iiiiiii' i

i!
1 IIIIII!!
iiiii) i il,,
Iif
!l!lii!jjil
|l"'

ji 1iiiiiiiiii! 1 ll'iiil!

I,

,h

111!

I' "*'% ill

"'"i i ifc I,

Iiiii
i
iiiii1' iiiiiiii

iiiiiii" in

"iii'

iiiii";;""!,!,

['!!!!i|!!!l;!"'iiii

life

lil
iiii.

.in" ii;

'II I |.,illl1'
III '

|hii

•I ill;

ii'ipii" i

1, '' ii"
", I. ,!! l'

'ii iiii, 'iii,

'I ipl!

fill i •, ii Ipl

i i i iii,,i Ii"I! i ,
• ,,,i|!|$
1, •»'i i iNil!

HP

'!!il,

mm • •

Hi :i i
iiiiiiiiii!'!

"i, !ii
''ii/

,.„,! iiiiii

ILi'lriiilliil'lii

.ill'iiiiiiiii-'

M
;,;!!!!!!!!'•

BAB III METODE DAN TEKNIK PENELITAN

3.1 Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian

ini

didasarkan

pada permasalahan, perumusan masalah, dan tujuan yang hendak
dicapai. Berdasarkan tiga hal tersebut, maka penelitian

menggunakan metode

deskriptif

analitis

karena

ini

diharapkan

dapat mengungkapkan tepat tidaknya penggunaan bahasa Indone
sia yang baik dan benar dalam soal EBTANAS SLTA. Hal ini se

suai dengan pendapat Stephen (1977: 18) bahwa metode deskrip
tif digunakan antara lain untuk (a)

faktual secara rinci dan

mengumpulkan

menggambarkan

lahan-kesalahan yang ada, (b)

gejala-gejala/kesa-

mengidentifikasikan

masalah yang ada sekarang, (c) membuat

informasi

masalah-

perbandingan-perban-

dingan, dan (d) menentukan apa saja yang dapat diambil
apa implikasinya dari pengalaman itu

bagi

atau

perencanaan

dan

keputusan-keputusan di masa yang akan datang.
Ary (1972:286) membagi penelitian deskriptif atas tujuh
jenis

studi,

"

(1)

developmental studies,
analysis,

case

studies,

(2)

(4) follow up studies,

(6) trends analysis, and

(3)

(5) documentary

(7) correlational studies.'

documentary

Penelitian ini termasuk studi

surveys,

analysis

soal EBATANAS yang sudah menjadi dokumen dianalisis

karena

penggu

naan bahasa Indonesia di dalamnya.

Selain

mendeskripsikan

kesalahan

penggunaan

Indonesia dalam soal EBTANAS 1994, peneliti

63

juga

bahasa

melakukan

64

uji coba terhadap soal yang bahasanya salah

dan

bahasanya benar. Yang dimaksud benar di sini

soal

adalah

yang

bahasa

yang digunakan dalam soal ujian sesuai dengan kaidah penggu
naan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Oleh karena

itu,

penelitian ini juga menggunakan metode eksperimen. Pengguna
an metode eksperimen ini hanya terbatas pada uji

coba

soal

soal

yang

ujian saja.

Soal yang diujicobakan adalah soal asli dan

sudah diperbaiki bahasanya. Soal yang diperbaiki adalah soal
yang menurut pertimbangan pakar bahasa bahwa butir soal

tidak tepat penggunaan bahasanya. Ketidaktepatan

itu

penggunaan

bahasa yang terdapat dalam soal diperbaiki. Soal hasil
baikan ini diujicobakan lagi kepada siswa kelas III

SMA

per
di

Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

Uji coba diberikan kepada dua kelompok siswa, yaitu ke
lompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kedua hasil uji coba
di atas diperiksa, diberi nilai, dan

selanjutnya

dilakukan

uji homogenitas dan uji signifikansi.
Untuk menguji homogenitas

rumus:

kedua

kelompok

digunakan

Q 2

F =

1

*

(Sudjana, 1992: 249)

S2
dengan kroteria pengujian sebagai berikut:
terima Ho jika

F < F i/za (n

i - i.

n

- i)

1 2

Untuk menguji apakah terdapat perbedaan hasil uji coba
antara kelompok kontrol dan

kelompok

eksperimen

dilakukan

dengan uji-t dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

65

t

=

(Sudjana, 1992: 239)
i

1

n

n

dengan krlteria pengujian sebagai berikut:

terima

Ho (tidak ada perbedaan antara hasil uji

coba pada kelompok kontrol dan kelompok eksperi
men) jika

-t

< t < t
1-1/2CX

1-1/2CJ.

Dalam hal lain tolak

Ho untuk dk = (n

+ n

1

dan taraf kepercayaan a -

2

2)

5%.

3.2 Teknik Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk

memperoleh

pengetahuan

empiris tentang penerapan kaidah bahasa Indonesia dalam soal

ujian. Oleh

karena

itu,

data

yang

diperlukan

berkenaan

dengan penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar dalam
soal ujian.

Teknik penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1) Studi dokumenter, dilakukan untuk
soal EBTANAS SLTA tahun ajaran
Departemen Pendidikan dan

mendapatkan

1994 di

Kebudayaan

Kan t or

Provinsi

perangkat
Wilayah
Daerah

Istimewa Aceh.

2) Studi eksperimen, yaitu melakukan uji coba terhadap soal
asli dan soal yang diperbaiki kepada siswa kelas III SMA
di Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

3) Uji keterpahaman, yaitu diberikan kepada siswa kelas

III

akhir semester lima seperangkat tes yang telah dipersiap-

66

kan khusus untuk menguji keterpahaman siswa terhadap soalsoal EBTANAS SLTA tahun 1994.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Yang menjadi

populasi

seluruh soal EBTANAS SLTA

dalam penelitian

tahun

ajaran

1994,

jurusan Al, A2, A3, maupun A4. Ada 12 set soal
oleh dan tiap satu set soal terdiri atas

ini

baik

yang

dalam menentukan

objek

untuk

diper

45 sampai

50 butir soal. Mengingat terbatasnya waktu, biaya,
mampuan peneliti, maka

adalah

dengan
dan

ke

penelitian

perlu ditetapkan sampel penelitian.

Sampel soal yang ditetapkan adalah soal jurusan

A3 saja.

Hal ini dilakukan atas pertimbangan bahwa soal ujian

jurusan A3

(jurusan

IPS)

lebih

banyak

disajikan

menggunakan bahasa daripada rumus-rumus yang

pelajaran yang

termasuk

jurusan A3 ini

adalah

Bahasa dan Sastra
Ekonomi,

Tata

ke

Indonesia,

Negara,

dan

Moral

Bahasa

Mata

EBTANAS

pada

Pancasila

Inggris,

Sosiologi

dengan

abstrak.

dalam kelompok

Pendidikan

dan

untuk

(PMP),

Matematika,
Antropologi

(Depdikbud, 1993: 97). Atas pertimbangan bahwa yang

menjadi

sasaran penelitian adalah penggunaan bahasa Indonesia

dalam

soal ujian EBTANAS, maka soal ujian bahasa Inggris tidak dijadikan sampel penelitian ini.

Adapun mata pelajaran dan jumlah butir soal yang
dikan

sampel

berikut.

penelitian

ini

dapat

dilihat

dalam

dijatabel

67

Tabel 3.1

JENIS BIDANG STUDI DAN JUMLAH BUTIR SOAL YANG MENJADI
SAMPEL PENELITIAN
No.

Jumlah Butir Soal
Essay

Soal Bidang Studi

Jumlah

Objektif
A.

P

B.
C.
D.
E.
F.

Bahasa dan Sastra Ind.

45

Matematika
E k o n o m

32

M

P

45

i

40

5
5
3
5
5
5

35
45
50
45

247

28

275

40

Tata Negara
Sosiologi dan Antro.

45

Jumlah

50
50

Tabel di atas memperlihatkan dengan jelas kepada kita

bahwa butir soal EBTANAS yang menjadi populasi/sampel pene
litian ini berjumlah 275 buah. Semua butir soal itu, sebelum

terlebih dahulu dx-judg kepada

dianalisis oleh peneliti,

pakar bahasa. Dalam hal melakukan judg kepada pakar bahasa,
peneliti mengalami hambatan, terutama dalam hal

terbatasnya
judg itu

waktu para pakar bahasa yang akan mengerjakan

sehingga peneliti perlu memperkecil jumlah sampel dengan ha
nya mengambil 10% dari seluruh butir soal.

Hal

dengan pendapat

Singarimbun

Mantra

dan

Kasto

dalam

ini

sesuai

dan

Effendi (1984: 106) bahwa ada dua pendapat yang sering dipedomani dalam penentuan jumlah

pendapat yang menganjurkan

sampel

besarnya

penelitian.

sampel

tidak

Pertama,

kurang

dari 10 %. Kedua, pendapat yang menganjurkan besarnya sampel
tidak boleh kurang dari 5 %. Dengan demikian,

besar

sampel

yang digunakan penelitian ini memenuhi syarat dan terwakili.

Dari 10 persen itu sampel diperoleh

soal

sebanyak

28

butir. Soal-soal itu mewakili mata pelajaran masing-masing.

68

Bentuk soal yang digunakannya terdiri atas bentuk objektif

dan bentuk esai, kecuali soal matematika. Untuk menjaga agar
terwakili seluruh bentuk soal, maka untuk soal matematika

ditambah soal esai satu buah sehingga jumlah sampel seluruh-

nya berjumlah 29 buah soal. Soal-soal inilah yang di-Judg
kepada pakar bahasa, diujicobakan kepada siswa,
taraf keterpahamannya bagi siswa SMA kelas III

dan diuji
di

Provinsi

Daerah Istimewa Aceh. Perincian sampel dapat dilihat dalam
tabel berikut.
Tabel 3.2

JUMLAH BUTIR SOAL YANG MENJADI SAMPEL PENELITIAN


Jumlah ]Butir Soal
Objektif
Essay

No.

Soal Bidang Studi

A.
B.

P

4

1

Bahasa dan Sastra Ind.

4

1

C.
D.

5
5

Matematika
E k o n o m

3

1

4

4

1

E.
F.

Tata Negara
Sosiologi dan Antro.

5

4

1

4

1

5
5

6

29

M

P

i

Jumlah

23

Selanjutnya, perlu ditetapkan sampel

siswa

mengerjakan soal. Siswa tersebut dipilih dari

Jumlah

yang

tiga

akan

SMA

di

Provinsi Daerah Istimewa Aceh, yaitu SMA Negeri 1 Banda Aceh

(SMA di pusat kota), SMA Negeri 6 Banda Aceh (SMA di
giran kota), dan SMA Negeri Lubuk Aceh Besar

(SMA

di

kota). Untuk tiap-tiap sekolah ditetapkan menjadi
adalah hanya siswa kelas III pada

Masing-masing sekolah ditetapkan

tahun

ajaran

sebanyak 40

pingluar

sampel

1995/1996.

orang

atau idealnya satu kelas saja. Jadi, jumlah siswa

yang

siswa
me-

69

ngerjakan uji coba dan uji keterpahamannya terhadap soal
EBTANAS tahun 1994 sebanyak 120 orang siswa.

Khusus untuk uji coba soal,

siswa dari

tiga

sekolah

dibagi dua kelompok, yaitu kelompok kontrol (kelompok A) dan
kelompok eksperimen (kelompok B). Pembagian atas dua

kelom

pok ini dilakukan dengan cara memperhatikan rangking yang
mereka peroleh ketika naik ke kelas III.

Untuk mendapatkan

pembagian yang seimbang, disamping dipedomani ranking kelas,
juga dipedomani prestasi belajar harian.

Untuk memperoleh

pembegian yang seimbang sebagaimana dimaksudkan di atas, pe

neliti meminta bantuan dari wall kelas dari masing-masing
sekolah.

Pembagian siswa dalam satu kelas menjadi

dua kelompok

yang berimbang atas pertimbangan taraf pengetahuan

mampuan mereka sama karena diajar oleh guru

dan

ke

yang sama dan

kelas yang sama. Jadi, siswa yang akan mengerjakan soal yang
asli (bahasanya salah) sebanyak 60 siswa dan soal yang baha
sanya sudah diperbaiki

menjadi

benar sebanyak

Dalam pembagian dua kelompok ini, tiap kelas

60

dari

siswa.

masing-

masing sekolah dibagi dua sehingga keenam puluh orang

siswa

terdiri dari tiga sekolah dari tiga lokasi yang berbeda.

3.4 Prosedur Penelitian

3.4.1 Pengumpulan Data

Data penelitian ini dikumpulkan dengan cara
tarisasikan

jenis

kesalahan

penggunaan

bahasa

menginvenIndonesia

dalam soal EBTANAS SLTA tahun 1994 yang telah ditetapkan se-

70

bagai sampel penelitian. Data kesalahan itu

hasil pertimbangan guru

diperoleh

dari

bahasa (hasil judg) terhadap penggu

naan bahasa Indonesia dalam soal. Soal-soal yang kurang

te

pat itu diperbaiki oleh peneliti sehingga

dua

bentuk soal, yaitu soal

yang

masih

menghasilkan

asli,

maksudnya

asli

EBTANAS 1994 dan soal yang sudah diperbaiki bahasanya sesuai

dengan saran-saran dari para guru bahasa sebagai hasil jugh.
Selanjutnya, baik soal asli maupun soal yang telah diperbaiki

kesalahan bahasanya disajikan kepada dua kelopok siswa

yang

berbeda, tetapi memiliki karakteristik yang sama sebagaimana
telah disebutkan pada penentuan sampel di atas.

Data keterpahaman diperoleh dengan jalan melakukan

uji

keterpahaman, yaitu dengan menyajikan seperangkat soal. Untuk
menguji keterpahaman disajikan kata-kata yang dianggap sulit

oleh siswa kelas III SMA tahun ajaran 1995/1996. Yang dimak
sud kata sulit adalah kata-kata itu masih

baru

bagi

siswa

atau kata-kata itu sudah dikenal, tetapi tidak dipahami maknanya. Kata-kata/istilah-istilah sulit sebagaimana

tersebut

di atas ditentukan oleh siswa. Penentuannya dilakukan dengan
cara menyajikan seperangkat soal kepada siswa untuk ditentu

kan kata yang menurut mereka paling sulit

di

antara

kata-

kata yang ada dalam soal tersebut. Kata yang dianggap

sulit

adalah kata/istilah yang menurut mereka sulit dipahami

mak-

nanya, baik secara terpisah maupun dalam kalimat soal (makna
leksikal dan makna gramatikal).

Kata-kata sulit yang diperoleh dari tiap soal

deskripsikan dan digunakan sebagai alat untuk

itu

di-

mengukur

ke-

71

terpahaman soal. Kata-kata/istilah itu digunakan oleh

dalam kalimat bahasa Indonesia. Kalau siswa dapat
kalimat dengan kata itu sehingga makna

dari

kata

siswa

membuat
tersebut

menjadi jelas, maka siswa dianggap sudah mampu memahami kata/
istilah itu. Dengan demikian, dapat

dikatakan

tersebut dengan gampang dapat memahami maksud

bahwa

siswa

kalimat

soal

yang digunakan kata tersebut di dalamnya.

3.4.2 Judgement Soal

Soal EBTANAS yang telah ditetapkan sebagai sampel pene
litian sebelum dianalisis oleh peneliti, terlebih dahulu di

minta pertimbangan para guru bahasa

(dx-judg).

Para

pakar

bahasa memberi pertimbangan tentang penggunaan bahasa

nesia yang baik dan benar dalam soal ujian

yang

Indo

ditetapkan

sebagai sampel.

Para guru bahasa yang diminta pertimbangan/penilaiannya
terhadap penggunaan bahasa Indonesia dalam soal

guru bahasa Indonesia di SMA dan

pernah

terlibat

dalam kegiatan penyusunan soal EBTA/EBTANAS

bahasa Indonesia di perguruan

tinggi.

adalah

dan

Jumlah

(a)

langsung
(b)

dosen

guru

bahasa

yang memberi pertimbangan terhadap penggunaan bahasa Indone

sia dalam soal EBTANAS adalah sebanyak 25 orang.

Untuk memudahkan para guru bahasa

memberi pertimbangan

tentang jenis kesalahan bahasa dalam soal, peneliti
siapkan lembaran penilaian. Di dalam lembaran itu
unsur-unsur kebahasaan yang akan dinilai

memperdisiapkan

(aspek-aspek

dinilai) yaitu (a) penggunaan kalimat, (b) penggunaan

yang

kata,

72

(c) penggunaan gaya dan nada, dan (d) penggunaan ejaan. Ben

tuk penilaian yang diberikan adalah sangat tepat,

tepat,

tidak tepat, sangat tidak tepat.

3.4.3

Uji Keterpahaman Soal

Untuk mengukur keterpahaman siswa terhadap soal EBTANAS

1994 perlu dilakukan uji keterpahaman. Uji keterpahaman
dilakukan dengan teknik tes esai. Teknik tes

ini

ini

dilakukan

dengan cara memberikan seperangkat kata/istilah-istilah

su

lit yang terdapat di dalam tiap item soal untuk dikerjakan
oleh siswa. Kata-kata/istilah-istilah sulit

itu

diinfenta-

risasikan. Selanjutnya, siswa diminta menggunakan kata-kata/
istilah-istilah yang telah disiapkan itu

ke dalam

kalimat

bahasa Indonesia. Peneliti memeriksa hasil kerja siswa

sebut dan menilainya.

Penilaian

ter

diberikan untuk masing-

masing kalimat yang dibuat berdasarkan kata/istilah yang di
siapkan. Yang dinilai adalah ketepatan penggunaan kata/isti
lah. Kalau siswa mampu menggunakan kata/istilah itu ke dalam
kalimat bahasa Indonesia yang tepat berarti

paham terhadap maksud kalimat

yang

siswa

menggunakan

tersebut

kata-kata/

istilah-istilah itu. Dengan demikian, soal yang

menggunakan

kata/istilah tersebut

siswa

terpahami

oleh

tingkat

yang

mengerjakan ujian itu. Kesimpulan yang diharapkan dari hasil

uji keterpahaman ini adalah adanya gambaran yang jelas ten
tang terpahami atau tidak soal EBTANAS SLTA tahun 1994

oleh

siswa kelas III di Provinsi Daerah Istimwewa Aceh.

Hasil kerja siswa diperiksa dan diberi nilai. Rentangan

73

nilai dari

0

10 diberikan atas dasar ketepatan

peng

gunaan kata-kata itu dalam kalimat yang dibuatnya. Yang
nilai adalah ketepatan kalimat

maksudnya

kalimat

di

tersebut

mengungkapkan makna dari kata tersebut. Di samping itu,

ka

limat tersebut ditulis sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia

yang berlaku. Jadi, yang dinilai adalah ketepatan penggunaan
kata dalam kalimat dan ketepatan struktur yang digunakannya.

3.4.4 Analisis Data

a) Data Hasil Penilaian Guru Bahasa (Data Hasil Judgment)
Data kesalahan bahasa dari hasil pertimbangan para guru
bahasa ditabulasi ke dalam tabel deskripsi
guru bahasa.

Pendeskripsian

ditentukan

hasil

dengan

penilaian
menyatakan

frekuensi dan persentasenya. Selanjutnya, data frekuensi ke

salahan dicantumkan dalam tabel dan bentuk koreksi yang

di-

ajukan guru bahasa juga dicantumkan. Pada setiap akhir

ana

lisis ditunjukkan perbaikan dari soal tersebut.

Penganalisisan data hasil penilaian guru bahasa dilaku
kan per butir soal. Masalah yang dilihat

soal adalah masalah

penggunaan

dalam

kalimat,

penggunaan gaya dan nada, dan penggunaan

penggunaan bahasa yang dianalisis

tiap

butir

penggunaan

kata.

ejaan.

tercantum

masing tabel. Soal yang tidak tepat

Inti

dalam

penggunaan

dari

masing-

salah

satu

unsur bahasanya diperbaiki dan selanjutnya diujicobakan (di-

eksperimenkan) kepada siswa yang

telah

ditetapkan

sampel. Hasil eksperimen itu diolah dengan
mus statistik.

sebagai

menggunakan

ru

74

Selanjutnya, soal-soal ujian itu dianalisis dari sudut
tes itu sendiri. Dalam hal ini yang ditelaah adalah masalah
konstruksi soal. Persoalan yang diamati dalam soal adalah
sebagai berikut.

(1) Soal bentuk objektif (pilihan ganda)

a) Apakah pokok soal (stem) yang merupakan permasalahan
telah dirumuskan dengan jelas?

b) Bagaimana perumusan pokok soal dan alternatif jawab
annya?

Apakah di dalamnya terdapat pernyataan yang tidak di
perlukan?

c) Apakah pengecoh pada pilihan jawaban logis atau ber
fungsi dengan baik?

d) Apakah pada pokok soal terdapat petunjuk ke arah
kunci jawaban?

e) Apakah pilihan jawaban itu sudah homogen

(seragam)

baik dari segi isi maupun dari segi panjang pendeknya
pertanyaan.

f) Apakah di dalam pokok soal dipergunakan ungkapan-ungkapan yang bersifat tidak tentu seperti:

kebanyakan,

kadang-kadang, seringkali?

g) Apakah ada jawaban butir soal yang satu bergantung
kepada butir soal yang lain?

h) Bagaimana dengan letak kunci jawaban soal?

75

(2) Soal bentuk esai

a) Apakah jawaban dari soal itu sudah menuntut

kemampuan

siswa untuk menguraikan jawabannya?

b) Apakah soal-soal

yang

dipergunakan

sudah

dibuatkan

petunjuk cara mengerjakannya?

b) Data Eksperimen

Data hasil eksperimen yang berupa skor hasil
yang belum diperbaiki

(kelas

diperbaiki (kelas eksperimen),
Pada bagian bawah dari

tabel

kontrol)

maupun

ditabulasikan
tersebut

tes,

baik

yang

sudah

dalam

tabel.

dicantumkan

jumlah

nilai'dan nilai rata-rata untuk tiap butir soal. Nilai ratarata dari butir soal A dibandingkan dengan

nilai

rata-rata

dari butir soal B. Perbandingan ini dilakukan untuk

keselu-

ruhan butir soal, dari soal nomor 1 sampai dengan soal nomor

29. Dengan

perbandingan

hasil

eksperimen

ini

diharapkan

tampak jelas perbedaan skor rata-rata, sekaligus menunjukkan
dengan jelas ada tidaknya efek dari perbaikan

bahasa

soal.

Penganalisisan data kedua kelompok data tersebut di atas di
lakukan dalam bab keempat.

c) Data Uji Keterpahaman

Data hasil uji keterpahaman diolah, ditabulasikan,
dihitung nilai rata-rata pada tiap butir soal.

rata dari tiap butir tes

yang

dikerjakan

Nilai

oleh

120

dan
rata-

orang

siswa dikorelasikan dengan acuan yang telah ditetapkan untuk

menentukan taraf keterpahaman siswa terhadap kata yang digu-

76

nakan dalam tes tersebut. Selanjutnya, diinterpretasikan dan
ditarik kesimpulkan dengan mengaitkan

dengan

hasil

ekspe

rimen.

Penilaian terhadap hasil kerja siswa dalam

pahaman ini diberikan dengan dua cara yaitu cara

uji

keter

kualitatif

dan cara kuantitatif. Kriteria yang digunakan untuk menentu
kan keterpahaman soal adalah sesuai

dengan

ketentuan

yang

digunakan oleh Sekolah Menengah Umum Tingkat Atas (SMA) 1984,

yaitu bila nilai siswa/nilai rata-rata siswa

untuk

masing-

masing soal yang diperoleh sebagai berikut.
TABEL 3.3

ACUAN PENILAIAN TERHADAP HASIL UJI KETERPAHAMAN SOAL

BENTUK KUALITATIF
Istimewa
Baik sekali
Baik

Lebih dari cukup
Cukup
Hampir cukup
Kurang
Kurang sekali
Buruk

Buruk sekali

BENTUK KUANTITATIF

Rentangan 0-10 Rentangan 0—100
10
9
8
7
6
5
4

3
2
1

96
86
76
66
56
46
36
26
16










<

(Depdikbud Republik Indonesia,

100
95
85
75
65
55
45
35
25
15

1990:

10)

Sejalan dengan pedoman penilaian di atas, siswa dikata
kan telah memahami dengan baik kalimat soal bila mereka

te

lah memperoleh nilai rata-rata 8 atau nilai 76 ke atas

pada

rentangan 0—100. Dengan demikian, dapat dikatakan pemaham
an siswa terhadap soal tersebut mencapai taraf 75%

ke

atas

artinya dapat terhindar dari frustasi.
(Depdikbud Republik Indonesia,

1990:

11)

..,i||liiii!j!Jliili!iliiliiiii|i|ili

Ill '

;:; Ill,

H'

' llin "Illi iiiiii-

,::"iiinii

.,!!! Iiii":,!!'1'"

'",- '« iH'i

Mi,

#',III!!, 'iiiii'

^ il

iiii"' .'iiiiii 'iiiiii,
Iiiii I' ,! I'

iiiiii! iiiiiii i
'iiii, Hiiii! iiiii
IiiiiiHi
. Ill
iiiii!'

•illiiillii'iiiiiiijiii'ljiii
.

!l:ili:.il!i|

1

'i|!.

illl

Iiiii! !'i;il|i iiiii'

|l

'Iiii' !ii!ii'i!!!i!

Hi ii
i i 11
Iiii!!.

Hi;

ii i i

"Iiiiiiii,
ipi!"!,. ''I,
•lijll,,

1i1in

ifiiii

,

lili!

uiilHii'

III

I-,!!!'1

IP1

§'

nl'

,il. .Iii'"..

iiiii

'lliilii'ii,
''Iiiiiiiiii.
'ii fit. ''

I1

i i i i i ill Iii i i i i ! i i ni jijli ili i !!!'!'

lift
'iiiii,''iii

"nl

i

i
||F
"ll|lljiii, ,|,l! 'i i S-*-^
4

iii; 'ii,.

i

J',,, I! I
iiiiiiiiii ill
l'

f Ilif!, l!l„, J|F
r *!llll IPi|| .,i
'%l|| SS '!| i
Ill

I!

iiiiiiiiii1'

iiil'ii „!'
iil|i|||

'*.i"ii,.i

{j!!...;.; i

"Svafinsaas^1

f

""ii i i!'1

i

BAB

V

PEMBAHASAN

5.1 Dari Segi Kebahasaan

Bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi harus

ko

munikatif dan dapat digunakan sebagai alat berpikir produktif
(Supriyadi, 1986: 8). Bahasa yang

tersebut menunjukkan

tidak

adanya kesalahan

memenuhi

dalam

ketentuan

pemakaiannya.

Kesalahan berbahasa tampak dalam bentuk penyimpangan-penyimpangan atau kejanggalan-kejanggalan penggunaannya,

tinjau dari sistem bahasa ataupun

kebiasaan

baik

berbahasa

di

yang

berlaku umum.

Adanya kesalahan berbahasa merupakan masalah yang harus
segera diatasi. Hal ini dapat dilakukan melalui analisis ke

salahan penggunaan bahasa. Hasil analisis terhadap penggunaan
bahasa Indonesia dalam soal EBTANAS

1994

menunjukkan

masih banyak terdapat kesalahan penggunaan bahasa

Kesalahan dijumpai dalam bidang (1) penggunaan

bahwa

Indonesia.

kalimat,

penggunaan kata, (3) penggunaan gaya dan nada, dan (4)
gunaan ejaan. Akibatnya, bahasa soal tidak berfungsi
alat komunikasi

yang

baik

sebagaimana

tersebut

peng
sebagai

di

Berikut ini akan dibahas satu per satu bidang kesalahan
sebut di atas.

185

(2)

atas.

ter

186

5.1.1

Penggunaan Kalimat

Kalimat dalam soal

merupakan

yang disusun oleh penulis

soal.

suatu

bentuk

Pernyataan

permasalahan yang ingin ditanyakan

kepada

pernyataan

itu

mengandung

siswa

yang

akan

mengerjakan soal itu. Agar pernyataan itu dapat dikomunikasi

kan dengan tepat kepada siswa, maka perlu

digunakan

kalimat

efektif karena dengan kalimat efektif dapat menyampaikan
san sama seperti yang
1980:

dimaksudkan

oleh

penulisnya

Untuk menyusun sebuah kalimat

yang

efektif

ke

(Keraf,

36).

diperlukan

lima persyaratan utama, yaitu adanya kesatuan gagasan,

kese-

padanan dan kekompakan, penekanan terhadap ide pokok, keseja
jaran bentuk, dan kevariaaian bentuk pernyataan aoal.

Kelima

hal itulah yang harus diterapkan dalam kalimat sehingga kali
mat soal itu komunikatif.

Hasil analisis terhadap soal

EBTANAS

1994

menunjukkan

bahwa masih ditemukan berbagai kasalahan dalam penggunaan ka

limat. Kesalahan yang di