Kunci Jawaban Intan Pariwara Kelas 12 Ba (1)

KUNCI JAWABAN

Tujuan Pembelajaran:
Setelah mempelajari bab ini, peserta didik mampu:
1. memahami, membandingkan, menganalisis, dan mengevaluasi teks cerita sejarah;
2. menginterpretasi, memproduksi, menyunting, mengabstraksi, dan mengonversi teks cerita sejarah.
Berdasarkan pengetahuan dan keterampilan yang dikuasai, peserta didik:
1. mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sesuai dengan kaidah dan konteks
untuk mempersatukan bangsa;
2. mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam
memahami, menerapkan, dan menganalisis informasi lisan dan tulis melalui teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan
cerita fiksi dalam novel;
3. mensyukuri anugerah Tuhan akan keberadaan bahasa Indonesia dan menggunakannya sebagai sarana komunikasi dalam
mengolah, menalar, dan menyajikan informasi lisan dan tulis melalui teks cerita sejarah, berita, iklan, editorial/opini, dan cerita
fiksi dalam novel;
4. menunjukkan perilaku jujur, responsif, dan santun dalam menggunakan bahasa Indonesia untuk menyampaikan cerita sejarah
tentang tokoh-tokoh nasional.

Teks Cerita Sejarah






















Pengertian teks cerita sejarah.

Struktur teks cerita sejarah.
Informasi dalam teks cerita sejarah.
Unsur-unsur kesastraan dan kebahasaan dalam teks
cerita sejarah.
Suntingan teks cerita sejarah.
Konversi teks cerita sejarah.
Cerita ulang teks cerita sejarah.
Abstraksi teks cerita sejarah.
Perbandingan teks cerita sejarah.

Mampu menjelaskan pengertian teks cerita sejarah.
Mampu menjelaskan struktur teks cerita sejarah.
Mampu menjelaskan ciri-ciri teks cerita sejarah.
Mampu menjelaskan cara-cara memproduksi teks cerita sejarah.
Mampu menjelaskan cara-cara menyunting teks cerita sejarah.
Mampu menjelaskan cara mengonversi teks cerita sejarah.
Mampu meringkas teks cerita sejarah.
Mampu mendiskusikan teks cerita sejarah.
Mampu memiliki sikap jujur, responsif, santun, tanggung jawab, peduli, dan disiplin.


Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

2

1. Jawaban:
Teks cerita sejarah adalah naskah cerita atau
narasi rekaan yang mengandung unsur-unsur
sejarah.
2. Jawaban:
Kisah sejarah dapat berupa rangkaian informasi
dalam bentuk tulisan atau lisan. Secara tulisan,
cerita sejarah ini dapat dilihat pada buku, majalah,
atau surat kabar. Cerita sejarah dalam bentuk lisan
dapat diambil dari ceramah, pidato, percakapan,
atau pelajaran di sekolah. Oleh karena itu, teks
cerita sejarah dapat menjadi sumber informasi.
3. Jawaban:
Perbedaan teks cerita sejarah dan teks sejarah
adalah pada narasi rekaannya. Di dalam teks
cerita sejarah, terdapat sisi rekaan yang berupa

mitos asal-usul raja, mitos pembukaan negeri,
mitos kedatangan sebuah agama, dan mitos
alegori. Sisi rekaan tersebut tidak terdapat dalam
teks sejarah.
4. Jawaban:
Struktur teks cerita sejarah sebagai berikut.
a. Abstrak
: ringkasan atau inti cerita.
b. Orientasi
: pembuka teks cerita sejarah.
c. Komplikasi : tahapan ini berisi urutan
kejadian.
d. Klimaks
: puncak konflik dalam sebuah
teks cerita sejarah.
e. Resolusi
: s u a t u ke a d a a n ke t i k a
kon flik terpecahkan dan
menemukan penyelesaiannya.
f. Koda/Amanat : bagian akhir dari sebuah teks

cerita sejarah.
5. Jawaban:
Unsur intrinsik adalah unsur-unsur yang secara
langsung membangun sebuah teks cerita sejarah.
Kepaduan antarunsur intrinsik inilah yang
membuat sebuah teks cerita sejarah berwujud.
Unsur intrinsik dalam teks cerita sejarah adalah
tema, alur (plot), penokohan, sudut pandang,
latar, dan amanat.
6. Jawaban:
Dalam teks cerita sejarah tema yang ditulis
pengarang biasanya berupa sejarah seorang tokoh
agama atau pejuang, asal mula suatu daerah,
penyebaran agama, perebutan kekuasaan, dan
lain-lain.
7. Jawaban:
Unsur ekstrinsik dalam teks cerita sejarah,
yaitu:
3


a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

rekaman kebesaran, ketinggian, dan kegemilangan pemerintah;
corak penceritaan;
unsur bias;
unsur keagamaan;
unsur politik;
unsur ekonomi; dan
unsur sosial.

8. Jawaban:
Langkah-langkah memproduksi teks cerita
sejarah sebagai berikut.
a. Bertanya atau menggali informasi mengenai

suatu peristiwa sejarah. Pencarian informasi
ini berfungsi untuk mengumpulkan bukti-bukti
sejarah berupa fakta.
b. Mengumpulkan cerita-cerita mengenai sejarah
tersebut. Seperti yang telah disebutkan
di atas, cerita sejarah dapat mempunyai
beberapa versi, terutama berkaitan dengan
unsur cerita yang sifatnya fiktif. Anda dapat
menggunakan media audio untuk merekam
cerita-cerita sejarah tersebut.
c. Menentukan cerita sejarah yang akan ditulis.
Dalam penentuan ini jangan melupakan
bahwa cerita sejarah mengandung fakta. Jadi,
ambillah cerita sejarah yang mengandung
fakta paling banyak di dalamnya.
d. Membuat urutan peristiwa dalam cerita
sejarah. Ur utan ini membantu Anda
memahami cerita sejarah yang terjadi.
e. Membuat narasi cerita sejarah berdasarkan
infor masi dan urutan peristiwa yang

telah dikumpulkan. Cerita sejarah dapat
dinarasikan dengan gaya bahasa pengarang.
Pengembangan cerita sejarah tentu saja
bukan pada unsur fakta, melainkan pada
unsur-unsur fiksi.
9. Jawaban:
Aspek-aspek yang harus diperhatikan ketika
menyunting teks cerita sejarah sebagai berikut.
a. Ketepatan penulisan huruf, kata, lambang
bilangan, dan tanda baca.
b. Ketepatan penggunaan diksi atau pilihan
kata.
c. Keefektifan kalimat.
d. Ketepatan struktur kalimat.
e. Keterpaduan paragraf.
10. Jawaban:
Konversi teks cerita sejarah adalah pengubahan
teks cerita sejarah menjadi teks drama, baik
monolog maupun dialog, dan puisi.


Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

A.



B.

Jawaban:

Ki Ageng Mangir

Abstrak

Ki Ageng Mangir adalah penguasa daerah Mangir yang masih
mempunyai garis keturunan dengan Prabu Brawijaya. Ki Ageng Mangir
bernama asli Raden Wanabaya. Kisah hidupnya berakhir tragis. Ia tewas
di tangan mertuanya. Jenazahnya kemudian dikebumikan di Keraton
Kotagede, Yogyakarta. Anehnya, setengah jasadnya dimakamkan di
dalam keraton dan setengah yang lain dimakamkan di luar keraton.

Berikut adalah kisah Ki Ageng Mangir hingga akhir hayatnya.

Orientasi

Setelah era Kesultanan Demak dan Kesultanan Pajang berakhir,
muncullah Kerajaan Mataram Islam di tanah Jawa yang meneruskan garis
keturunan Majapahit. Kerajaan ini dipimpin oleh Panembahan Senopati
alias Danang Sutawijaya, putra Ki Ageng Pemanahan. Panembahan
Senopati memiliki seorang putri cantik yang bernama Sekar Pembayun.
Dalam memerintah Mataram Islam, Panembahan Senopati dibantu Ki
Juru Martani yang terkenal cerdas mengatur strategi.

Komplikasi

Panembahan Senopati mempunyai keinginan menguasai seluruh
wilayah Mataram. Akan tetapi, setelah berusaha berkali-kali, usahanya
belum membuahkan hasil. Salah satu daerah yang belum berhasil
ditaklukkannya adalah wilayah yang dikuasai oleh Ki Ageng Mangir
Wanabaya, yaitu Mangir. Ki Ageng Mangir merasa berhak untuk tidak
tunduk kepada kekuasaan Panembahan Senopati. Mangir adalah

sebuah perdikan (desa yang tidak berkewajiban membayar upeti atau
pajak kepada Kerajaan Mataram). Desa ini terletak sekitar 30 km dari
Mataram. Tepatnya, Mangir terletak di pertemuan Sungai Bedok dan
Sungai Progo.
Panembahan Senopati menganggap Ki Ageng Mangir sebagai
musuh yang harus ditaklukkan. Ia pun berencana menyerang
Mangir. Akan tetapi, seorang patihnya yang bernama Ki Juru Martani
menawarkan strategi lain. Strategi itu dipilih karena Ki Ageng Mangir
mempunyai tombak yang sakti bernama Kiai Baru Klinthing. Selain itu,
Ki Ageng Mangir merupakan keturunan Majapahit. Ia pasti mempunyai
pengaruh yang kuat.
Ki Juru Martani mengusulkan agar Panembahan Senopati
menggunakan siasat apus krama atau tipu daya halus untuk
menaklukkan Ki Ageng Mangir. Ki Juru Martani mengetahui jika Ki
Ageng Mangir menggemari kesenian tarian ledhek. Oleh karena itu, Ki
Juru Martani mengutus putri Panembahan Senopati, Putri Pembayun,
untuk menyamar sebagai penari ledhek. ”Bila terpikat pada kecantikan
Sang Putri, Ki Ageng Mangir tentu akan menikahinya. Dengan begitu,
penguasa Mangir itu sudah pasti menjadi menantu Baginda dan niscaya
dia akan menghadap dan menghormati Mataram.”

Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

4

Komplikasi

Panembahan Senopati tertegun. Ia paham bahwa siasat itu bisa
mengancam keselamatan putrinya. Namun, demi menjaga kewibawaan
Mataram, ia akhirnya setuju. Panembahan Senopati segera membujuk
Sekar Pembayun. Sang Putri pun tak kuasa menolak perintah
ayahandanya itu. Sebelum berangkat ke Mangir, Panembahan Senopati
membentuk kelompok musik ledhek yang terdiri atas para punggawa
terkemuka Mataram. Adipati Martalaya ditunjuk sebagai dalang sekaligus
pemimpin kelompok dengan nama samaran Dalang Sandiguna. Sekar
Pembayun berperan menjadi penari sekaligus anak Ki Dalang yang
bernama Waranggana. Ia dikawal oleh bupati wanita bernama Nyai
Adirasa.
Rombongan ledhek ini pun akhirnya sampai ke desa Mangir.
Kebetulan di Mangir sedang diadakan acara merti dhusun atau bersih
desa. Ketika kedatangan rombongan ledhek itu, Ki Ageng Mangir
menyambut dengan sukacita. Ia kemudian meminta Dalang Sandiguna
untuk menggelar pertunjukan ledhek di halaman rumahnya.
Ki Ageng Mangir terlihat gembira menonton tarian ledhek. Apalagi,
ketika melihat tarian Putri Pembayun yang lemah lembut dan suaranya
yang merdu. Ki Ageng Mangir pun terpesona. Di dalam hatinya tebersit
keinginan untuk meminang Putri Pembayun.
Setelah pertunjukan usai, penguasa Mangir itu pun menyampaikan
niatnya kepada Ki Dalang Sandiguna.
”Wahai, Ki Dalang. Siapakah gerangan wanita cantik itu?” tanya Ki
Ageng Mangir.
”Dia putri hamba, Tuan. Namanya Waranggana,” jawab Ki Dalang
Sandiguna.
”Jika berkenan, izinkanlah aku meminang putri Ki Dalang,” pinang
Ki Ageng Mangir.
Ki Dalang Sandiguna tidak perlu berpikir panjang untuk merestui
pernikahan mereka. Sebab, memang itulah yang diharapkan. Akhirnya,
Waranggana menikah dengan Ki Ageng Mangir. Sejak itulah, Waranggana
menjadi bagian dari keluarga Mangir. Demikian pula sebaliknya, Ki
Ageng Mangir telah menjadi bagian dari keluarga Mataram. Sementara
itu, Ki Dalang Sandiguna bersama rombongannya yang telah berhasil
menyelesaikan tugasnya, akhirnya kembali ke Mataram.
Putri Pembayun bahagia hidup bersama Ki Ageng Mangir yang
tampan dan perkasa itu. Apalagi, Ki Ageng Mangir juga sangat
mencintainya. Meskipun demikian, Putri Pembayun tetap harus
melaksanakan amanat ayahandanya, yaitu membawa penguasa Mangir
itu ke Mataram.
Suatu malam, ketika Ki Ageng Mangir sedang terlelap, Waranggana
atau Putri Pembayun mengusap tombak pusaka milik suaminya, tombak
Kiai Baru Klinthing, dengan sampur sonder (ikat pinggang untuk
menari ledhek). Setelah kesaktian tombak pusaka itu berkurang, ia pun
membongkar jati dirinya di hadapan suaminya.
”Kanda, Dinda ingin mengatakan sesuatu hal kepada Kanda. Tapi,
Dinda mohon Kanda berjanji tidak akan marah setelah mendengarnya,”
pinta Waranggana.
”Ada apa, Dinda? Katakanlah,” kata Ki Ageng Mangir, ”Kanda berjanji
tidak akan marah.”
”Sebenarnya, nama Dinda bukan Waranggana, tapi Putri Sekar
Pembayun. Dinda adalah putri Panembahan Senopati dari Mataram,”
ungkap Putri Pembayun.

Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

5

Komplikasi

Klimaks

Resolusi

Alangkah terkejutnya Ki Ageng Mangir mendengar pengakuan
istrinya. Ia baru sadar ternyata istri yang amat dicintainya itu adalah putri
musuh besarnya. Hati dan pikirannya menjadi tidak menentu. Apalagi,
ketika Putri Pembayun mengajaknya sowan (menghadap) ke Mataram
untuk membuktikan baktinya sebagai menantu. Ki Ageng Mangir benarbenar berada di persimpangan jalan. Namun, ia menyadari bahwa semua
itu sudah menjadi suratan takdir. Maka, ia pun menerima permintaan
istrinya untuk sungkem kepada mertuanya di Mataram.
”Baiklah, Dinda. Demi cintaku pada Dinda dan demi hormatku
kepada mertua, Kanda bersedia sowan ke Mataram,” jawab Ki Ageng
Mangir.
Paginya, berangkatlah Ki Ageng Mangir bersama Putri Pembayun ke
Mataram dengan disertai sejumlah kerabat dan pengawalnya. Sebagai
seorang ksatria yang memiliki harga diri, ia tak lupa membawa tombak
pusakanya, Kiai Baru Klinthing. Rombongan Ki Ageng Mangir terus
berjalan menuju Mataram yang berpusat di Kotagede. Dalam perjalanan,
Ketika sampai di sebuah desa, Ki Ageng Mangir tiba-tiba mendapat
bisikan dari tombak pusakanya. Tombak pusakanya itu berkata bahwa
Ki Ageng Mangir harus kembali ke desanya jika tidak ingin nyawanya
melayang. Akan tetapi, Ki Ageng Mangir tetap melanjutkan perjalanan
ke Mataram.
Setiba di Mataram, Ki Ageng Mangir disambut oleh kerabat keraton
dengan upacara penyambutan yang disebut ngundhuh mantu. Rupanya,
upacara itu sudah diatur untuk menjebak Ki Ageng Mangir. Di depan kraton
terdapat sebuah bangsal tarub (teratak) yang dijaga oleh Ki Juru Martani.
Ketika Ki Ageng melewati tarub itu, patih itu menghentikannya.
”Maaf, Ki Ageng Mangir! Sungguhlah tidak sopan jika seorang
menantu membawa senjata saat sungkem kepada mertuanya,” ujar Ki
Juru Martani.
Sebagai menantu yang baik, Ki Ageng Mangir melepas semua
senjata yang dibawanya, termasuk Kyai Baru Klinthing. Kemudian,
ia bersama istrinya segera sungkem kepada Panembahan Senopati.
Sambutan Panembahan Senopati yang begitu ramah dan penuh kasih
sayang membuat Ki Ageng Mangir sedikit terlena. Di hadapan mertuanya,
ia duduk bersimpuh dan menyembah sebagai tanda penghormatan.
Ketika kepala Ki Ageng Mangir hampir menyentuh lantai, Pangeran
Senopati langsung meraih kepala menantunya itu dan langsung
membenturkannya ke kursi singgasananya yang disebut Watu Gilang. Ki
Ageng Mangir pun tewas seketika. Suasana pun menjadi gaduh seketika.
Putri Pembayun yang menyaksikan peristiwa itu langsung menangis
histeris. Ia amat menyesal berkunjung ke Mataram yang pada akhirnya
menjadi malapetaka bagi suami yang amat dicintainya.
Jenazah Ki Ageng Mangir kemudian dimakamkan di Keraton
Mataram, Kotagede. Oleh karena dianggap separuh jiwanya keluarga
keraton dan separuh musuh Mataram, separuh jasadnya (bagian atas)
dimakamkan di dalam kompleks keraton, sedangkan separuhnya (bagian
bawah) berada di luar keraton, atau dimakamkan dengan posisi melintang
di antara batas wilayah keraton dengan daerah luar keraton.
Sementara itu, Watu Gilang yang merupakan singgasana
Panembahan Senopati kini menjadi situs bersejarah Kotagede. Batu
yang berwarna hitam dan berbentuk persegi dengan ukuran 2 × 2 m
ini terdapat cekungan pada salah satu sisinya akibat benturan kepala
Ki Ageng Mangir. Situs sejarah ini masih tersimpan di dalam sebuah
bangunan kecil yang terletak di Kampung Kedhaton, sekitar 500 meter
sebelah selatan Masjid Agung Mataram Kotagede.
Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

6

Koda

Amanat cerita ini yaitu bahwa Ki Ageng Mangir adalah seorang
ksatria sejati yang rela melepas keperkasaannya demi menghormati
mertuanya. Ia berprasangka baik sekalipun kepada musuhnya. Sifat
Panembahan Senopati tidak sepatutnya dicontoh. Kita harus memaafkan
orang yang sudah meminta maaf kepada kita sekalipun dia pernah
memusuhi kita.
Dikutip dari: James Danandjaja dan Daniel Agus Maryanto. Cerita Rakyat dari Jawa Tengah,
Volume 3, Grasindo, 2003 dan http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/297ki-ageng-mangir-wanabaya, diunduh 13 Januari 2015

C.

1.

2.

3.

4.

5.

Jawaban:
a. Panembahan Senopati.
b. Ki Ageng Mangir.
c. Putri Pembayun atau Waranggana.
d. Adipati Martalaya atau Dalang Sandiguna.
e. Ki Juru Martani.
f. Nyai Adirasa.
Jawaban:
Panembahan Senopati tidak menyukai Ki Ageng Mangir karena tidak mau tunduk kepada kekuasaan
Kerajaan Mataram yang dipimpin oleh Panembahan Senopati.
Jawaban:
Latar yang ada dalam teks cerita sejarah di atas terdiri atas latar tempat, latar waktu, dan latar suasana. Latar tempat dalam teks cerita sejarah di atas adalah di Kerajaan Mataram dan daerah Mangir.
Latar waktu dalam teks cerita sejarah di atas adalah era Kerajaan Mataram, tepatnya setelah era
Kesultanan Demak dan Kesultanan Pajang berakhir. Latar suasana dalam teks cerita sejarah di atas
suasana kerajaan. Sebagian besar latar suasana dalam teks cerita sejarah tersebut adalah suasana
tegang karena perebutan kekuasaan daerah Mangir.
Jawaban:
Konflik yang terjadi pada teks cerita sejarah adalah konflik antara Panembahan Senopati yang ingin
menguasai wilayah Mangir dan Ki Ageng Mangir. Daerah Mangir yang dipimpin Ki Ageng Mangir tidak
bersedia tunduk kepada kekuasaan Panembahan Senopati.
Jawaban:
Urutan kejadian teks cerita sejarah di atas sebagai berikut.
a. Panembahan Senopati ingin menguasai daerah Mangir.
b. Ki Ageng Mangir yang memimpin daerah Mangir tidak bersedia tunduk pada kekuasaan Mataram
yang dipimpin Panembahan Senopati.
c. Panembahan Senopati dan Ki Juru Martani mengatur siasat agar mengirimkan Putri Pembayun
menyamar dan dikirim ke Desa Mangir.
d. Putri Pembayun, Adipati Martalaya, dan Nyai Adirasa berangkat ke Desa Mangir sebagai rombongan ledhek.
e. Ki Ageng Mangir terpesona kecantikan Putri Pembayun.
f. Ki Ageng Mangir menikahi Putri Pembayun.
g. Putri Pembayun mengaku jika ia adalah putri Panembahan Senopati.
h. Putri Pembayun mengajak Ki Ageng Mangir ke Mataram.
i. Ki Ageng Mangir dan Putri Pembayun berkunjung ke Mataram.
j. Ki Ageng Mangir dan Putri Pembayun menghadap Panembahan Senopati.
k. Panembahan Senopati membenturkan kepala Ki Ageng Mangir di singgasananya.
l. Jenazah Ki Ageng Mangir dikebumikan di Kotagede dengan posisi melintang antara batas keraton
dengan daerah luar keraton.

Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

7

A.

Jawaban:
Jawaban diserahkan kepada siswa
Catatan untuk Guru:
Guru memberikan siswa kesempatan untuk membentuk kelompok.

B.

Contoh jawaban:

Raja Laku Leik yang Bengis
Dahulu, di daerah Belu, Nusa Tenggara
Timur, terdapat sebuah kerajaan yang diperintah
oleh seorang raja bernama Laku Leik. Ia adalah
raja yang bengis dan kejam. Ia tidak segan-segan
menganiaya, bahkan menghabisi nyawa orang
lain demi memenuhi semua kemauannya. Ia juga
gemar berjudi dan memiliki sifat serakah. Ia ingin
menjadi raja untuk selama-lamanya dan tidak mau
mempunyai anak laki-laki.
Suatu hari, Raja Laku Leik hendak mengadakan perjalanan jauh bersama para pengawalnya.
Mereka akan pergi berburu ke hutan yang berada
di wilayah kerajaannya. Perjalanan itu tentu saja
akan memakan waktu yang cukup lama. Sebelum
berangkat, raja berpesan kepada permaisurinya,
bernama Naifeto, yang sedang hamil tua.
”Hai, permaisuriku! Aku akan meninggalkan
istana ini dalam beberapa hari. Jika kelak kamu
melahirkan seorang anak perempuan, rawatlah
ia baik-baik. Tetapi, jika bayi itu laki-laki, habisilah nyawanya dan kuburkan mayatnya di bawah
tangga istana ini,” titah Raja Laku Leik.
”Baik, Kanda,” jawab Naifeto.
Sebenarnya, Naifeto tidak setuju dengan permintaan suaminya itu, tentu ia tidak akan sampai
hati menghabisi nyawa anak kandungnya sendiri.
Tetapi, karena takut kepada suaminya yang kejam
itu, ia terpaksa mengiyakan pesan tersebut.
Tidak lama setelah raja pergi, Naifeto melahirkan seorang anak laki-laki yang tampan dan
sehat. Bayi itu dinamainya Onu Muti. Betapa
senang hatinya memiliki anak itu. Ia ingin sekali
merawat dan membesarkannya. Tetapi, di sisi lain
ia harus melaksanakan pesan suaminya. Dalam
keadaan bimbang, ia pun berdoa meminta petunjuk kepada Tuhan.
”Ya Tuhan, berikanlah hamba petunjuk-Mu
atas permasalahan ini,” pinta Naifeto.
Naifeto kemudian termenung sejenak. Setelah berpikir keras, akhirnya ia menemukan jalan
keluar.

”Hmmm... aku tahu caranya. Sebaiknya,
putraku kuganti dengan seekor rusa yang akan
kukubur di bawah tangga,” pikirnya.
Naifeto pun segera menangkap seekor
rusa, lalu menguburnya di bawah tangga istana.
Sementara, Onu Muti ia serahkan kepada adik
Raja Laku Leik yang bernama Feto Ikun untuk
diasuh.
”Tolong rawatlah Onu Muti, tetapi jangan
sampai raja mengetahui rahasia ini! Jika raja tahu
masalah ini, nyawa Onu Muti akan terancam,”
ujar Naifeto.
”Baiklah. Aku berjanji akan menjaga rahasia
ini,” ucap Feto Ikun.
Sejak itulah, Onu Muti tinggal di rumah bibinya. Beberapa minggu kemudian, Raja Laku Leik
telah kembali dari berburu. Karena tahu bahwa
sang permaisuri telah melahirkan, ia pun langsung
menanyakannya.
”Di mana anak kita, Permaisuriku?” tanya
sang Raja.
”Maaf, Kanda. Anak kita laki-laki,” jawab
Naifeto, ”Sesuai dengan pesan Kanda, anak itu
sudah Dinda kuburkan di bawah tangga.”
Mendengar keterangan itu, cepat-cepatlah
sang raja pergi memeriksa ke bawah tangga.
Tampaklah olehnya sebuah tumpukan tanah yang
ditandai dengan sebuah nisan di atasnya. Raja itu
pun percaya jika nisan itu adalah makam putranya.
Demikian rahasia itu terus tersimpan hingga Onu
Muti beranjak remaja.
Suatu hari, Onu Muti bersama temannya,
One Mea, sedang bermain gasing di dekat istana.
Tanpa disengaja, gasing Onu Muti terlempar
jauh dan mengenai kepala seorang nenek yang
sedang menjemur kacang hijau. Nenek itu pun
menjadi marah.
”Dasar kau anak terbuang!” hardik nenek itu
seraya pergi.
Nenek itu ternyata pergi ke istana untuk mengadu kepada sang raja. Setiba di istana, ia pun
membuka rahasia tentang kebohongan Naifeto
selama ini.

Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

8

”Ampun, Baginda Raja,” hormat nenek itu.
”Ada apa gerangan?” tanya Raja Laku Leik.
”Sebenarnya, Baginda telah dibohongi oleh
Permaisuri,” lapor nenek itu.
”Apa maksud, Nenek?” Raja Laku Leik kembali bertanya dengan bingung.
Nenek itu pun menceritakan keberadaan
Onu Muti kepada sang raja. Mendengar cerita
itu, sang Raja pun menjadi murka. Tetapi, ia tidak
berani langsung bertindak karena segan terhadap
adiknya, Feto Ikun. Ia pun mengadakan sidang
tertutup dengan beberapa pengawal setianya untuk membuat siasat. Dalam sidang itu disepakati
bahwa mereka merencanakan suatu perburuan
dengan mengajak Onu Muti dan One Mea.
Pada hari yang telah ditentukan, Onu Muti
dan One Mea pun datang ke istana dengan
membawa peralatan berburu. Kedua anak itu juga
masing-masing membawa seekor ayam jantan.
Setiba di istana, keduanya pun berbaur dengan
rombongan sang raja menuju ke hutan. Setiba di
hutan, mereka mulai berburu hingga sore hari.
Hasil yang mereka peroleh lumayan banyak.
Saat hari mulai gelap, sang raja menyuruh
Onu Muti untuk beristirahat di dalam sebuah pondok kecil yang telah disiapkan oleh pengawal raja.
Sementara itu, One Mea serta raja dan rombongannya tidur di luar. Ketika semua sudah terlelap,
Raja Laku Leik perlahan-lahan merangkak masuk
ke dalam pondok, lalu memenggal kepala Onu
Muti. Kepala anak yang tidak berdosa itu pun
terpisah dari tubuhnya.
Keesokan harinya, semua orang panik, terutama One Mea. Ia berteriak histeris begitu melihat
kepala temannya terpenggal. Setelah mayat Onu
Muti dimakamkan, rombongan sang raja kembali
melanjutkan perburuan. Sementara itu, One Mea
secara diam-diam mengikat ayam jantan milik
Onu Muti di nisan makam itu lalu cepat-cepat
pulang untuk melapor kepada ibu angkat Onu
Muti, Feto Ikun.
”Bibi . . . , Bibi . . . Bibi Feto!” teriaknya dengan
tergopoh-gopoh, ”Onu Muti telah mati!”
Alangkah terkejutnya Feto Ikun mendengar
berita duka itu. Ia tahu bahwa pastilah Raja Laku
Leik pelakunya.
”Lalu, di mana mayatnya sekarang?” tanya
Feto Ikun.
”Mayatnya sudah dimakamkan di dalam hutan,” ungkap One Mea, ”Saya telah mengikatkan
seekor ayam pada nisan makam itu sebelum pulang ke sini, tetapi saya lupa di mana tepatnya.”
Mendengar keterangan itu, Feto Ikun segera
berdoa kepada Tuhan untuk memohon petunjuk

9

mengenai keberadaan makam itu. Berkat doanya
yang khusyuk, petunjuk itu pun datang melalui
mimpi pada malam harinya. Pada keesokan
harinya, Feto Ikun mengajak saudara-saudaranya
untuk mencari makam Onu Muti di hutan. Setelah
menemukan makam itu, mereka kemudian berdoa
kepada Tuhan agar mayat Onu Muti dibangkitkan
kembali.
Setelah mereka empat kali berdoa, Onu Muti
hidup kembali. Semua itu bisa terjadi berkat kuasa
Tuhan. Feto Ikun pun merawat pangeran kecil itu
dengan sangat hati-hati agar tidak ketahuan sang
Raja. Hingga beberapa tahun kemudian, Onu
Muti pun tumbuh menjadi pemuda yang tampan
dan gagah.
Sementara itu, Raja Laku Leik yang kian tua
semakin lupa daratan. Kelakuannya semakin menjadi-jadi. Kebiasaan berjudi dengan menyabung
ayam tidak pernah berhenti. Ia selalu menantang
lawan-lawannya dengan taruhan yang tinggi.
Suatu hari, datanglah Onu Muti ke istana
membawa ayam jagonya untuk menantang sang
raja. Ia menyamar sebagai pangeran yang kayaraya dari negeri seberang. Raja Laku Leik pun
menerima tantangan itu.
”Hai, Pangeran Muda. Berapa banyak harta
yang engkau miliki? Berani-beraninya kau menantangku!” tanya Raja Laku Leik dengan nada
meremehkan.
”Ampun, Baginda. Harta yang hamba miliki
saat ini sebanyak harta yang akan Baginda pertaruhkan,” jawab Onu Muti.
Betapa terkejutnya Raja Laku Leik mendengar jawaban anak muda itu. Tidak mau dipermalukan di hadapan rakyatnya, ia pun menerima
tantangan itu. Sang raja segera memerintahkan
prajuritnya untuk menyiapkan ayam jagonya untuk
diadu dengan ayam jago milik Onu Muti. Seluruh rakyat negeri itu pun berbondong-bondong
memadati halaman istana untuk menyaksikan
pertandingan tersebut.
Setelah semuanya siap, per tandingan
sabung ayam pun dimulai. Kedua ayam jago
segera dilepas di tengah arena. Tak berapa lama
kemudian, keduanya saling menyerang. Tetapi,
baru saja pertarungan itu berlangsung, ayam
jago milik Raja Laku Leik sudah kalah. Tidak mau
dipermalukan, Raja Laku Leik kembali menantang
dengan taruhan yang lebih besar lagi. Akan tetapi,
selalu saja kalah. Demikian seterusnya, selama
pertarungan itu, kemenangan selalu ada di pihak
Onu Muti.”
Raja yang bengis itu pun bangkrut, hidupnya
melarat, dan akhirnya mati. Seluruh wilayah kera-

Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

jaan, termasuk istananya, sudah habis dipertaruhkan. Sebaliknya, Onu Muti menjadi kaya raya.
Kerajaan itu pun sudah menjadi miliknya. Seluruh rakyat negeri itu menyambut gembira atas
kemenangan itu. Mereka pun menobatkan Onu

Catatan untuk Guru:
Guru memberikan kesempatan siswa untuk
mencari cerita sejarah di sekitar sekolah atau
lingkungan rumahnya.
C.

D.

Jawaban:
Jawaban diserahkan kepada siswa.
Catatan untuk Guru:
Guru memberi kesempatan siswa untuk mencatat
atau merekam cerita sejarah yang ada di
sekitarnya.
Jawaban:
Jawaban diserahkan kepada siswa.
Catatan untuk Guru:
Guru memberi siswa kesempatan untuk berdiskusi
dengan kelompok lain.

Muti menjadi raja untuk menggantikan ayahnya
yang bengis. Berbeda dengan ayahnya, Onu Muti
memimpin negeri itu dengan arif dan bijaksana.
Rakyatnya pun hidup makmur dan sejahtera.
Dikutip dari: http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/290-RajaLaku-Leik-yang-Bengis, diunduh 29 Januari 2015

2.

3.

4.

5.

Alur (Plot)
Peristiwa-peristiwa dalam ”Raja Laku Leik
yang Bengis” diceritakan secara berurutan
dari awal (kelahiran Onu Muti) hingga akhir
(kematian Raja Laku Leik). Dengan demikian,
alur dalam cerita sejarah tersebut adalah alur
maju.
Tokoh
Tokoh dalam cerita sejarah ”Raja Laku
Leik yang Bengis” adalah Raja Laku Leik,
Permaisuri Naifeto, Onu Muti, Onu Mea, Feto
Ikun, dan nenek pengadu.
Sudut Pandang
Sudut pandang dalam cerita sejarah ”Raja
Laku Leik yang Bengis”menggunakan sudut
pandang orang ketiga serbatahu.
Latar
Latar dalam cerita ”Raja Laku Leik yang
Bengis” ini terdiri atas latar tempat, waktu,
dan suasana. Latar tempat dalam cerita
”Raja Laku Leik yang Bengis” ini adalah di
daerah Belu, Nusa Tenggara Timur; hutan;
dan pondok kecil. Latar waktu dalam cerita
sejarah ini adalah sore hari dan malam hari.
Latar suasana yang tergambar dalam cerita
sejarah ini adalah suasana menegangkan
karena Raja Laku Leik selalu mengancam
siapa pun yang melawannya.

E.

Contoh jawaban:
Unsur instrinsik yang terdapat dalam cerita
sejarah ”Raja Laku Leik yang Bengis” sebagai
berikut.
1. Tema
Tema cerita sejarah ”Raja Laku Leik yang
Bengis” adalah kisah keserakahan dan
kekejaman seorang penguasa.

A.

Jawaban:
Jawaban diserahkan kepada siswa
Catatan untuk Guru:
Guru memberi kesempatan siswa untuk mencari teks cerita sejarah di perpustakaan sekolah atau
internet.

B.

Contoh Jawaban:

10

Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

Catatan untuk Guru:
Guru memberi kesempatan siswa untuk menyunting teks cerita sejarah.
C.

Jawaban:
Jawaban diserahkan pada siswa.
Catatan untuk Guru:
Guru memberi kesempatan siswa untuk berdiskusi. Guru juga dapat mengarahkan siswa untuk melihat
Pendalaman Materi.

D.

Contoh jawaban:
Setelah rasa letih dan lelah mereka lenyap, rombongan Raja Tilahunga kembali melanjutkan perjalanan. Ketika itu, hari sudah menjelang siang. Terik matahari yang semakin panas dan menyengat
membuat kerongkongan semua rombongan kering dan ditambah pula perut yang sudah mulai keroncongan. Melihat para pengawalnya mulai kehausan dan kelaparan, sang Raja pun memutuskan untuk
berhenti dan beristirahat saat melewati sebuah padang rumput yang luas dan hijau.
Raja Tilahunga berteriak
: ”Pengawal, berhenti!”
(Rombongan pun berhenti)
Raja bertitah
: ”Sebaiknya kita beristirahat dulu di tempat ini. Silakan
kalian membuka perbekalan kalian!” ”Tapi, ingat!
Setelah makan, rapikan kembali perbekalan kalian
masing-masing.”
Anggota rombongan serempak menjawab
: ”Baik, Baginda!”
(Seluruh anggota rombongan segera membuka
perbekalan masing-masing)
(Seluruh anggota rombongan makan dengan lahap)
(Sebagian anggota rombongan merapikan bekal)
(Sebagian masih ada yang makan dengan lahap)
Raja Tilahunga memperingatkan mereka
: ”Wahai, para Pengawal! Sebaiknya kalian makan
sekenyangnya saja. Jika terlalu kenyang, tentu akan
membuat kalian susah untuk berjalan. Lagi pula, perjalanan kita masih cukup panjang. Kalian harus lebih
menghemat makanan agar tidak cepat kehabisan
bekal.”
(Rombongan menghentikan makannya dan merapikan bekal tersisa)
(Salah satu anggota rombongan bernama Denggi tidak mau mendengarkan raja)
(Denggi masih makan dengan lahap)
(Denggi merampas makanan anggota yang lain)
Seorang anggota rombongan yang makanannya dirampas oleh Denggi berseru: ”Hai, Denggi! Jangan
kamu ambil bekalku! Ayo, cepat kembalikan!”
(Denggi menolak untuk mengembalikan makanan)
(Terjadi pertengkaran)
(Raja Tilahunga menasihati Denggi)
(Denggi mengakui perbuatan dan meminta maaf)
Sejak itu, padang rumput yang luas dan hijau itu diberi nama Tuladenggi, yaitu diambil dari kata
tula yang berarti ’rakus’ dan nama si Denggi. Jadi, Tuladenggi berarti ”Denggi yang rakus”.
Dikutip dari: http://ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/253-Asal-Usul-Daerah-Tapa-Tuladenggi-dan-Panthungo, diunduh 16 Januari 2015

11

Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

Catatan untuk Guru:
Guru memberi kesempatan siswa untuk mengonversi teks cerita sejarah.
E.

Jawaban:
Jawaban diserahkan kepada siswa.
Catatan untuk Guru:
Guru mengalokasikan waktu agar siswa dapat membacakan teks monolog mereka. Guru dapat
menunjuk beberapa siswa untuk membaca. Jika ada kelebihan waktu, Guru dapat meminta semua siswa
membacakan teks monolognya.

A.

Contoh jawaban:
1. tenggelam
Berita korupsi tenggelam, karena digantikan
dengan berita kriminal.
2. tumbuh
Ekonomi Republik Indonesia akan tumbuh
sebesar 5,2 persen sesuai dengan prediksi
Bank Dunia.
3. yakin
Pemerintah yakin jika pembangunan rel
kereta api di luar Pulau Jawa akan meningkatkan taraf hidup rakyat.
4. tinggal
Imigran gelap dari Timur Tengah sementara
tinggal di Kantor Transmigrasi Kabupaten
Cilacap.

A. Pilihan Ganda

5.

tamat
Riwayat gembong narkoba itu tamat di regu
penembak jitu.
Catatan untuk Guru:
Jawaban diserahkan kepada siswa. Kalimat yang
dibuat siswa dapat berbeda-beda. Guru dapat menilai kalimat siswa dari kesesuaian penggunaan
verba asal tersebut.
B.


Catatan untuk Guru:
Jawaban diserahkan kepada siswa. Jawaban
siswa dapat berbeda-beda. Guru dapat menilai
jawaban siswa dari kesesuaian penggunaan
verba turunan dan kelengkapan sumber teks
yang dikutip.

1. Jawaban: b
Salah satu bagian dalam struktur teks cerita
sejarah adalah komplikasi. Komplikasi adalah
kejadian-kejadian dalam teks cerita sejarah yang
dihubungkan secara sebab-akibat. Peristiwa
satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya
peristiwa lain.

4. Jawaban: c
Cerita dalam teks cerita sejarah tersebut menggunakan sudut pandang orang ketiga. Sudut
pandang orang ketiga ini terlihat dari narator
atau pencerita yang tidak terlibat dalam cerita.
Dalam sudut pandang orang ketiga, pengarang
menyebut tokoh-tokoh dalam cerita dengan
sebutan nama atau kata gantinya, seperti ia, dia,
dan mereka.

2. Jawaban: d
Resolusi adalah suatu keadaan ketika konflik
terpecahkan dan menemukan penyelesaiannya.
Tahapan ini ditandai dengan upaya pengarang
mengungkapkan solusi dari berbagai konflik
dialami tokoh.

5. Jawaban: b
Watak adalah sifat batin manusia yang
memengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku.
Dalam penggalan teks cerita sejarah tersebut,
watak Saleh digambarkan sebagai orang yang
rajin dan mudah bergaul dengan rakyat.

3. Jawaban: c
Penggalan teks tersebut menceritakan sosok
Pangeran Samudra. Penokohan adalah pelukisan
gambaran yang jelas tentang seseorang dalam
sebuah cerita.

6. Jawaban: a
Latar adalah keterangan tempat dan waktu
dalam sebuah cerita sejarah. Penggalan teks
cerita sejarah tersebut menceritakan pertarungan
antara orang berjubah putih dan anak buah kapal

Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

12

di atas kapal asing. Jadi, jawaban tepat terdapat
pada pilihan jawaban a.
7. Jawaban: b
Situasi pada penggalan teks cerita sejarah di atas
mencekam karena kapal tiba-tiba oleng tanpa
diketahui sebabnya.
8. Jawaban: a
Peristiwa-peristiwa dalam cerita di atas diceritakan
dari awal hingga akhir. Jadi, jawaban tepat
penggalan teks cerita sejarah tersebut terdapat
pada pilihan jawaban a.
9. Jawaban: e
Kesalahan ejaan pada kalimat tersebut adalah
tidak adanya tanda titik setelah kata pipit, tanda
hubung di antara kata burung-burung, dan tanda
kutip setelah kata menguning.
10. Jawaban: d
Dalam penggalan teks cerita sejarah tersebut,
watak Putri Pembayun digambarkan sebagai
seorang yang patuh dan memegang teguh
amanat karena menaati perintah ayahnya.
11. Jawaban: e
Aspek-aspek dalam penyuntingan sebagai
berikut.
1) Ketepatan penulisan huruf, kata, lambang
bilangan, dan tanda baca.
2) Ketepatan penggunaan diksi atau pilihan
kata.
3) Keefektifan kalimat.
4) Ketepatan struktur kalimat.
5) Keterpaduan paragraf.
Jadi, pilihan jawaban e bukan aspek dalam
penyuntingan.
12. Jawaban: c
Aspek yang membedakan konversi teks cerita
sejarah ke puisi dengan konversi teks cerita sejarah
ke teks drama adalah teks puisi mengandung
metafora. Metafora adalah pemakaian kata atau
kelompok kata bukan dengan arti yang sebenarnya, melainkan sebagai lukisan berdasarkan
persamaan atau perbandingan.
13. Jawaban: e
Dalam teks cerita sejarah, ada beberapa unsur
nyata, misalnya, tokoh, nama tempat, dan
peristiwa. Namun, dalam teks cerita sejarah
terdapat pula cerita rekaan, misalnya mitos
asal-usul raja, mitos pembukaan negeri, mitos
kedatangan sebuah agama, dan mitos alegori.
Jadi, pilihan jawaban e tidak mengandung cerita
rekaan.
14. Jawaban: c
Teks cerita sejarah termasuk karangan yang
berbentuk narasi ekspositorik karena bermaksud

13

menceritakan kembali cerita sejarah yang
terjadi pada masa lalu. Teks cerita sejarah juga
mengandung amanat yang dapat menjadi rujukan
pada masa sekarang.
15. Jawaban: e
Latar adalah keterangan tempat, waktu, dan
suasana dalam teks cerita sejarah dalam teks
cerita sejarah. Dalam penggalan teks cerita
sejarah tersebut, latar cerita digambarkan Pantai
Moro yang sangat lebar, mengalir Sungai Demak
di tengahnya, dan terdapat perahu, jung, dan
kapal-kapal besar silih berganti mendatangi
Pantai Moro Demak. Latar suasana dalam
penggalan teks cerita di atas adalah suasana
Pantai Moro yang ramai oleh hilir mudik perahu,
jung, dan kapal-kapal besar. Jadi, pilihan jawaban
e tidak sesuai dengan penggalan teks cerita
sejarah tersebut.
16. Jawaban: a
Pokok pikiran adalah inti paragraf. Dalam paragraf
tersebut, pokok pikiran menggambarkan Pantai
Moro Demak yang sangat lebar. Jadi, pokok
pikiran paragraf tersebut terdapat pada pilihan
jawaban a.
17. Jawaban: e
Susunan kalimat tepat sebagai berikut.
4) Pada tahun 1547 Fatahillah bersama bala
tentaranya memperkuat pasukan Demak.
5) Mereka merupakan kekuatan gabungan
dalam memerangi pasukan Pasuruan.
3) Pihak musuh berhasil dipukul mundur.
2) Sultan Trenggono senang sekali mendapat
kemenangan.
1) Hari itu juga kemenangan tersebut dirayakan
dengan pesta.
18. Jawaban: b
Paragraf tersebut merupakan pengenalan tokoh
Pangeran Diponegoro. Dalam struktur teks cerita
sejarah, bagian yang menggambarkan tokoh atau
tempat terjadinya peristiwa disebut orientasi.
19. Jawaban: a
Verba transitif adalah verba yang memerlukan
nomina atau frasa nominal sebagai objek dalam
kalimat aktif dan dapat berfungsi sebagai objek
dalam kalimat pasif.
20. Jawaban: b
Verba berpreposisi adalah verba yang selalu
diikuti oleh preposisi tertentu. Frasa berdiskusi
tentang pada pilihan jawaban b merupakan
verba berpreposisi karena kata diskusi mendapat
preposisi ber- dan memiliki nomina di belakang
kata tentang.

Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

Ia ingin berkuasa sepanjang masa. Untuk itu, ia
senantiasa menjaga kesehatan badannya dengan
cara berolahraga, berburu, dan meramu jamu
agar panjang umur.

B. Uraian
1.

2.

3.

4.

Jawaban:
Teks cerita sejarah mempunyai struktur yang
membedakannya dengan jenis karangan lain.
Struktur teks cerita sejarah terbagi menjadi enam,
yaitu abstrak, orientasi, komplikasi, klimaks,
resolusi, dan koda atau amanat.
Jawaban:
Unsur ekstrinsik adalah unsur yang berada di luar
teks cerita sejarah. Akan tetapi, unsur ekstrinsik
tersebut tidak secara langsung memengaruhi
bangunan atau sistem organisme dalam teks
cerita sejarah.
Jawaban:
Penyuntingan naskah dapat dilakukan dengan
beberapa langkah berikut.
a. Penyunting harus membaca cermat kalimat
demi kalimat dalam naskah untuk menemukan kesalahan-kesalahan.
b. Penyunting membenarkan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam naskah.
c. Penyunting memeriksa keterpaduan antarparagraf.
d. Penyunting memeriksa kebenaran data dan
teori jika ada.
Jawaban:
Di sebuah bukit bernama Napo, darah Tammajarra,
Kecamatan Balanipa, Kabupaten Polewali Mandar,
Sulawesi Barat berdiri sebuah kerajaan bernama
Kerajaan Balanipa. Kerajaan Balanipa dipimpin
oleh Raja Balanipa. Sudah tiga puluh tahun raja
berkuasa, tetapi ia tidak mau turun dari tahtanya.

5.

Contoh jawaban:
a. Verba turunan yang dibentuk melalui transposisi:
Dasar
cangkul

Verba Turunan
cangkul

Contoh kalimat:
Cangkul tanah itu agar dapat ditanami!
b. Verba turunan yang dibentuk melalui afiksasi:
Dasar
temu

Verba Turunan
bertemu

Contoh kalimat:
Mereka tidak sengaja bertemu di jalan.
c. Verba turunan yang dibentuk melalui reduplikasi:
Dasar
tembak

d.

Verba Turunan
tembak-menembak

Contoh kalimat:
Polisi dan pemberontak tembak-menembak
di perbatasan.
Verba turunan yang dibentuk melalui pemajemukan:
Dasar
campur, tangan

Verba Turunan
campur tangan

Contoh kalimat:
Pemerintah campur tangan dalam kejadian
itu.

Kunci Jawaban dan Pembahasan Bahasa Indonesia Kelas XII Semester 2

14