PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA: Penelitian dan Pengembangan di Kelas V SDN Kecamatan Petir Kab. Serang.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 10
C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 11
D. Definisi Operasional ......................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 13
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 14
BAB II MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP PADA
MATA PELAJARAN IPA DI SD ...........................................................16
A. Konsep Pembelajaran .........................................................................16
1. Pengertian Pembelajaran ............................................................... 16
2. Model Pembelajaran ..................................................................... 20
B. Pembelajaran Pencapaian Konsep di SD .......................................... 28
1. Pengertian Pembelajaran Pencapaian Konsep ............................. 28
2. Karakteristik Pembelajaran Pencapaian Konsep ......................... 32
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Pencapaian Konsep .................. 34
C. Kemampuan Pemahaman Konsep .................................................... 38
1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep .............................. 36
2. Ciri-Ciri Kemampuan Pemahaman Konsep ...................................40
D. Pembelajaran IPA di SD .................................................................. 41
1. Pengertian .................................................................................... 41
2. Hakekat IPA .................................................................................. 44
3. Tujuan dan Materi IPA di SD ...................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 49
A. Metode Penelitian ............................................................................ 49
B. Langkah-Langkah Penelitian ............................................................ 51
C. Lokasi dan Subyek Penelitian .......................................................... 54
D. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................ 56
E. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 57
F . Analisis Data ...................................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 61
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 61
1. Hasil Studi Pendahuluan ............................................................. 61
a. Deskripsi Data dari Responden Guru ........................................61
b. Deskripsi Data dari Responden Siswa ..................................... 67
2. Interpretasi Hasil Studi Pendahuluan ......................................... 70
3. Pengembangan Draft Model Pembelajaran ................................. 76
a. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep yang
Dikembangkan ...................................................................... 77
1. Pengembangan Perencanaan Model Pembelajaran ......... 78
2. Proses Pembelajaran ....................................................... 82
b. Langkah-Langkah Pengembangan Model ............................. 84
1. Mempelajari Kurikulum dan SK/KD .............................. 85
2. Menetapkan Alokasi Waktu ............................................ 87
3. Mengembangkan Analisis Materi Pembelajaran ............ 89
4. Implementasi Model ....................................................... 93
4. Interpretasi Hasil Uji Coba Terbatas ........................................... 100
5. Bentuk Akhir Model ................................................................... 105
6. Hasil Belajar Pada Uji Coba Terbatas ........................................ 109
7. Hasil Uji Coba Model Lebih Luas .............................................. 111
a. Uji Coba Luas Model pada Sekolah Berkategori Kurang ... 112
b. Uji Coba Luas Model pada Sekolah Berkategori Sedang .... 115
c. Uji Coba Luas Model pada Sekolah Berkategori Baik ........ 118
8. Interpretasi Hasil Uji Coba Lebih Luas ........................................ 121
9. Hasil Belajar Pada Uji Coba Lebih Luas ..................................... 126
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 128
1. Kondisi Pembelajaran IPA di SD saat ini .................................. 129
2. Desain Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Hasil
Pengembangan ........................................................................... 132
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Model
Pembelajaran Pencapaian Konsep .............................................. 140
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................... 143
A. Simpulan ......................................................................................... 143
B. Rekomendasi ................................................................................... 147
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 150
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 153
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam
proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya
sebagai ciri suatu bangsa. Pendidikan juga dapat berdampak pada suatu perubahan
ke arah yang lebih positif, bila dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian pentingnya sebuah pendidikan bagi generasi bangsa, maka
proses pendidikan perlu dilakukan dengan sistematis dan berkesinambungan agar
segala yang dicita-citakan oleh bangsa dapat tercapai dari penyelenggaraaan
pendidikan yang benar. Pendidikan merupakan variabel yang tidak dapat
diabaikan dalam mentransformasi ilmu pengetahuan melalui sebuah proses
pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003 yaitu bahwa :
“Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam upaya melaksanakan program yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dalam usaha peningkatan mutu pendidikan maka sebuah program
tersebut tidak lepas dari sebuah perencanaan dalam bidang pendidikan yang
disebut dengan kurikulum. Kurikulum tersebut akan dilaksanakan sekaligus
dikembangkan pada berbagai jenjang pendidikan sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing.
Sekolah Dasar (selanjutnya disingkat SD) sebagai institusi pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan selama enam tahun, pada dasarnya bertugas
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik, baik yang berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai agar mereka dapat hidup dalam
masyarakat serta sebagai persiapan baginya untuk melanjutkan studi pada jenjang
yang lebih tinggi. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 26 Ayat 1 menjelaskan bahwa “standar kompetensi
lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”.
Proses pembelajaran IPA merupakan salah satu bagian dari keseluruhan
proses pendidikan di SD. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistemis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Ditingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(Scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Selain itu dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 dijelaskan bahwa mata
pelajaran IPA di SD/MI
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka diperlukan strategi dan
model pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa sehingga
tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. Berbagai pendekatan dan metode
pebelajaran IPA telah banyak diterapkan di lingkungan sekolah, dengan harapan
bahwa penerapan pendekatan dan metode tersebut dapat meningkatkan
pemahaman dan penguasaan konsep para siswa terhadap konsep-konsep IPA yang
pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi siswa.
Namun kondisi yang terjadi di lapangan sesuai dengan hasil studi
pendahuluan ternyata belum sesuai dengan harapan. Realita yang ada menunjukan
bahwa hasil belajar IPA masih rendah dan rendahnya tingkat kemampuan
pemahaman konsep siswa pada konsep-konsep IPA, hal ini dapat terlihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 1.1
Rekapitulasi Rata-Rata Nilai UASBN siswa SD
Se-Kecamatan Petir
Tahun Pelajaran 2007/2008 – 2008/2009
Tahun Pelajaran
No
Bidang Studi
Rata-Rata
2007/2008
2008/2009
1.
Matematika
4.50
4.85
4.67
2.
IPA
4.85
4.72
4.78
3.
Bahasa Indonesia
6.95
7.52
7.23
Sumber : UPTD Pendidikan Kecamatan Petir
Merosotnya Nilai Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN)
siswa SD dalam bidang studi IPA selama dua tahun pelajaran terakhir ini menjadi
suatu bukti yang menunjukan bahwa IPA perlu mendapat perhatian secara
akademik, sebab dikhawatirkan kejadian tersebut akan menurunkan kemampuan
dan pemahaman siswa terhadap konsep IPA sehingga pada akhirnya prestasi
siswa menurun.
Menyimak kondisi objektif di lapangan, ada kecenderungan bahwa guru
IPA di SD kurang memperhatikan sasaran dan tujuan yang diharapkan dalam
kurikulum. Salah satu faktor penyebabnya adalah guru tidak melaksanakan proses
pembelajaran secara bervariasi, karena mengejar target yang harus dicapai
(attainment target). Siswa lebih banyak ditekankan pada penguasaan jumlah
(quantity) materi yang ditentukan secara top-down, daripada memperhatikan mutu
(quality) materi yang diharapkan, sehingga tingkat kemampuan siswa terabaikan.
Di samping itu, siswa yang mengikuti mata pelajaran tersebut sulit
menangkap materi yang disampaikan guru. Sebaliknya, para guru kurang
memberikan respon apapun terhadap tingkah laku siswa, karena kurangnya
sensitifitas, kreatifitas dan improvisasi guru. Salah satu contoh kongkritnya adalah
masih banyak guru IPA ketika melakukan proses pembelajaran hanya terfokus
kepada hal-hal yang bersifat pengetahuan. Padahal yang lebih penting adalah
bagaimana siswa dapat menerima hasil pembelajaran itu menjadi bermakna.
Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa salah satu permasalahan
besar dalam proses pembelajaran saat ini adalah kurangnya usaha pengembangan
berpikir yang menuntun siswa untuk memecahkan suatu permasalahan. Proses
pembelajaran saat ini lebih banyak mendorong siswa agar dapat menguasai materi
pelajaran supaya dapat menjawab semua soal ujian yang diberikan.
Suadnyana (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan
model siklus belajar tentang penyesuaian makhluk hidup dan hubungan antar
makhluk hidup untuk meningkatkan keterampilan berfikir rasional siswa Sekolah
Dasar kelas 5” menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
kebanyakan proses pembelajaran IPA masih berpusat pada guru dan kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan sendiri
melalui keterampilan berpikir rasional.
Sejalan dengan hasil penelitian di atas, Supreyekti (2005) dalam
penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Interaktif pada Mata
Pelajaran IPA di Sekolah Dasar” mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA di kelas, guru cenderung menggunakan model konvensional
dalam setiap pembelajaran yang dilakukannya. Penggunaan model-model
pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah hal ini disebabkan
kemungkinan kurangnya pemahaman guru terhadap model-model pembelajaran
yang ada. Masih banyak proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak
efisien dan tidak mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan
sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.
Siswa lebih banyak mendengar dan menulis apa yang diterangkan atau
ditulis oleh guru di papan tulis. Berdasarkan hasil penelitian dari pusat kurikulum
(PUSKUR) (Kaswan, 2004), ternyata metode ceramah dengan guru menulis di
papan tulis merupakan metode yang paling sering digunakan. Hal ini
menyebabkan isi mata pelajaran sains dianggap sebagai bahan hafalan, sehingga
siswa tidak menguasai konsep. Karena itu, perlu dipikirkan penerapan
pembelajaran yang lebih melibatkan siswa pada proses belajar.
Pembelajaran inovatif yang relevan dengan kondisi sekarang ini adalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), yaitu pembelajaran
yang
menekankan
bahwa
siswa
sendirilah
yang
akan
membangun
pengetahuannya. Guru harus merancang kegiatan pembelajaran bagi siswa untuk
meningkatkan atau mengubah pengetahuan awalnya. Ausabel (Dahar, 1996),
menyatakan bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi belajar
adalah apa yang telah diketahui siswa.
Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi setiap pendidik agar berupaya
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA, sehingga pemahaman dan berfikir
kritis siswa meningkat dan hasil belajarnya pun akan lebih baik lagi. Adapun
pendekatan atau metode pembelajaran yang diterapkan adalah pendekatan atau
metode yang memperhatikan aspek-aspek internal dan eksternal siswa.
Pencapaian konsep mengenai materi yang diajarkan merupakan salah satu
cara yang dapat diupayakan untuk menciptakan belajar bermakna bagi siswa
dengan menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat
dipelajari secara tepat dan efisien sehingga diharapkan akan meningkatkan
aktifitas siswa dalam belajar IPA sehingga meningkatkan pula kemampuan
pemahaman konsep siswa terhadap konsep-konsep IPA. Model ini memiliki
pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntut untuk mampu membentuk
konsep melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga harus dapat
membentuk susunan konsep dengan kemampuannya sendiri.
Menurut Ausabel (dalam Dahar, 1989:81) menyatakan bahwa konsepkonsep diperoleh dengan dua cara yaitu : formasi konsep (concept formation) dan
asimilasi konsep (concept assimilation). Jika berorientasi pada tujuan pokok dan
jenis pengetahuan yang terkandung dalam kurikulum IPA SD tahun 2006, maka
konsep merupakan suatu jenis pengetahuan yang memiliki peranan sangat penting
dalam lingkup pengembangan keterampilan berfikir siswa apabila dikembangkan
dengan model pembelajaran yang tepat. Berikut terdapat tiga jenis model
pembelajaran yang dapat dipilih untuk mengembangkan jenis pengetahuan
konsep. Pertama ; Model Pembentukan Konsep (Concept Formation), model ini
mengarah kepada bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak memasuki
sekolah formal. Model ini berorientasi pada konsep-konsep konkret (Gagne,
1977), oleh karena itu banyak diterapkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya
melalui kehidupan nyata. Kedua ; Model Penerimaan Konsep (Concept
Reception). Model ini mengawali pembelajaran dengan menyampaikan definisi
suatu konsep kemudian diikuti dengan contoh-contoh sampai siswa mampu
menstranfer definisi tersebut pada situasi baru (Naylor & Diem, 1987). Ketiga ;
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment). Model ini mengikuti langkahlangkah terbaik dari model yang kedua. Pada model ini, pertama-tama siswa
disuguhi sejumlah data yang berbentuk contoh dan bukan contoh suatu konsep,
kemudian siswa mengelompokan contoh-contoh berdasarkan kesamaan atribut
yang terkandung di dalamnya, menganalisis atribut, membuat dugaan, membuat
contoh tambahan, dan akhirnya merumuskan definisi konsep (Naylor & Diem,
1987).
Dengan pencapaian konsep yang dirancang untuk mengajarkan konsep dan
membantu siswa lebih efektif dalam mempelajari konsep. Metode ini merupakan
metode efisien dalam menyajikan informasi yang tersusun dan terencana dari
ruang lingkup topik yang luas bagi siswa pada setiap tingkatan perkembangan.
Model pencapaian konsep merupakan perangkat evaluasi unggul saat guru ingin
mengetahui sejauhmana siswa mampu menguasai gagasan-gagasan penting yang
mereka ajarkan. Model ini dengan cepat akan memberikan laporan tentang
kedalaman pemahaman siswa sekaligus akan memperkuat pengetahuan mereka
sebelumnya. Selain itu juga model pencapaian konsep juga dapat berguna dalam
membuka bidang konseptual baru dengan cara melakukan rangkaian penelitian
pada siswa secara individu atau kelompok.
Penerapan model pencapaian konsep akan menentukan bentuk aktifitasaktifitas pembelajaran tertentu. Contohnya jika penekanannya adalah untuk
memperoleh konsep baru maka guru harus menekankan melalui pernyataan atau
komentarnya tentang sifat-sifat di setiap contoh dan nama konsep. Jika
penekanannya adalah proses induktif, guru mungkin dapat menyediakan sedikit
tanda atau isyarat dan mengajak siswa untuk tekun dan berpartisipasi aktif dalam
proses induktif. Bahkan mungkin untuk konsep yang sudah banyak diketahui. Jika
penekanannya pada analisis berfikir maka guru sebaiknya menerapkan latihan
penemuan konsep yang tidak terlalu lama sehingga siswa akan menghabiskan
lebih banyak waktu untuk analisis berpikir. Struktur pengajaran pada model
penemuan konsep ini adalah dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :
Tahap pertama melibatkan penyajian data pada siswa. Setiap unit data
merupakan contoh atau non contoh konsep yang terpisah. Unit-unit ini disajikan
berpasangan. Data tersebut bisa berupa kejadian, manusia, objek, cerita, gambar,
atau unit lain yang dapat dibedakan satu sama lain. Tahap kedua siswa menguji
penemuan konsep mereka, pertama-tama dengan mengidentifikasi secara tepat
contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dari konsep itu dan kemudian dengan
membuat contoh-contoh mereka sendiri. Setelah itu guru dapat membenarkan atau
tidak membenarkan hipotesis mereka, merevisi pilihan konsep atau sifat-sifat
yang mereka tentukan sebagaimana mestinya. Pada tahap ketiga siswa mulai
menganalisis strategi-strategi dengan segala hal yang mereka gunakan untuk
mencapai konsep. Siswa dapat menggambarkan pola-pola mereka apakah mereka
fokus pada ciri-ciri atau konsep-konsep sehingga secara bertahap mereka dapat
membandingkan efektifitas setiap strategi yang telah mereka rancang dan
terapkan.
Dengan memperhatikan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran pencapaian konsep, peneliti tertarik untuk mengembangkan
pembelajaran tersebut pada siswa Sekolah Dasar dalam upaya meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA di SD.
B. Rumusan Masalah
Dari berbagai dimensi permasalahan pengembangan model pembelajaran
pencapaian konsep pada mata pelajaran IPA dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Model pembelajaran pencapaian konsep yang
bagaimana yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada
mata pelajaran IPA di SD ?”
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka selanjutnya rumusan masalah
tersebut dijabarkan dalam beberapa bentuk pertanyaan penelitian berikut ini :
1. Bagaimana kondisi pembelajaran IPA pada saat ini ? Dari masalah ini akan
dikaji tentang situasi dan kondisi pembelajaran IPA Sekolah Dasar di
Kecamatan Petir dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana desain dan penerapan pembelajaran IPA sekolah dasar di
Kecamatan Petir yang berlangsung selama ini ?
b. Bagaimana kinerja guru IPA dalam pengolahan pembelajaran di dalam
kelas ?
c. Bagaimana aktifitas siswa dalam proses pembelajaran IPA dewasa ini ?
d. Bagaimana ketersediaan fasilitas atau sumber belajar IPA di SD ?
2. Model
pembelajaran
pencapaian
konsep
bagaimana
yang
cocok
dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa
pada mata pelajaran IPA? Dari masalah ini yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah :
a. Bagaimana perencanaan model pembelajaran pencapaian konsep untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
IPA di kelas 5 sekolah dasar ?
b. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran pencapaian konsep untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
IPA dikelas 5 sekolah dasar ?
c. Bagaimana evaluasi hasil belajar dari model pembelajaran pencapaian
konsep untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada
mata pelajaran IPA di kelas 5 sekolah dasar ?
3. Bagaimana
pembelajaran
faktor
pendukung
pencapaian
dan
konsep
penghambat
untuk
pelaksanaan
meningkatkan
model
kemampuan
pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA?
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai
berikut :
1. Model pembelajaran merupakan suatu pola yang direncanakan dan digunakan
dalam mewajibkan materi pelajaran dan memberikan petunjuk dalam proses
pembelajaran di kelas yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan materi
dan kebutuhan sosial.
2. Pencapaian konsep memperlihatkan suatu bentuk interaksi kegiatan belajar
dengan kegiatan mengajar yang berorientasi pada aspek-aspek antara lain :
mendeskripsikan contoh-contoh dari yang bukan contoh-contoh suatu konsep,
menganalisis atribut-atribut yang terdapat dalam sejumlah contoh suatu
konsep, merumuskan suatu hipotesis, menganalisis setiap jawaban siswa dan
merumuskan batasan suatu konsep.
3. Kemampuan pemahaman konsep merupakan kemampuan menangkap
pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang
disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan
interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Kemampuan pemahaman terdiri
dari beberapa aspek seperti translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk menemukan :
1. Kondisi pembelajaran IPA yang berlangsung pada Sekolah Dasar di
Kecamatan Petir saat ini, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut :
a. Memperoleh gambaran tentang desain dan penerapan pembelajaran IPA
Sekolah Dasar di Kecamatan Petir yang berlangsung selama ini
b. Memperoleh gambaran tentang kinerja guru IPA dalam pengolahan
pembelajaran di dalam kelas
c. Memperoleh gambaran tentang aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
dewasa ini
d. Memperoleh gambaran tentang ketersediaan fasilitas atau sumber belajar
IPA di Sekolah Dasar
2. Model pembelajaran pencapaian konsep yang cocok dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
IPA. meliputi :
a. Perencanaan model pembelajaran pencapaian konsep untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 5
Sekolah Dasar
b. Pelaksanaan model pembelajaran pencapaian konsep untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 5
Sekolah Dasar
c. Evaluasi hasil belajar dari model pembelajaran pencapaian konsep untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA
di kelas 5 Sekolah Dasar
3. Untuk menemukan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model
pembelajaran
pencapaian
konsep
dalam
meningkatkan
kemampuan
pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip yang
memperkaya teori dan praktek kurikulum dan pembelajaran sebagai suatu sistem
yang merupakan bagian dari sistem persekolahan pada tingkat Sekolah Dasar,
khususnya pengembangan kurikulum dalam dimensi proses.
1. Manfaat teoritis
Penelitian pengembangan model pembelajaran ini diharapkan dapat
memperkuat prinsip atau dalil-dalil berkenaan dengan pembelajaran IPA,
khususnya dalam pembelajaran berfikir di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat praktis untuk
meningkatkan atau menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar, diantaranya :
a. Bagi para guru, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang sangat
berarti dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, melalui
model pembelajaran peningkatan kemampuan pemahaman konsep khususnya
dalam pelajaran IPA di Sekolah Dasar.
b. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam
meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran IPA di
Sekolah Dasar melalui model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa yang dianggap sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan kurikulum yang berlaku.
c. Bagi Dinas Pendidikan, khususnya di Kecamatan petir dan Kabupaten Serang,
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi keberhasilan
pelaksanaan proses pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPA di
Sekolah Dasar.
d. Bagi peneliti selanjutnya, menjadikan landasan untuk penelitian lebih lanjut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Riset and Development atau
penelitian dan pengembangan. Pendekatan ini merujuk kepada teori Borg & Gall
dalam bukunya “Applying Educational Research : A Practical Guide For
Teachers”. Dalam buku tersebut Borg dan Gall mendefinisikan pendekatan
penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “ a process used
to development and validate educational products” (Borg & Gall, 979 : 624).
Borg & Gall (1979:626) mengemukakan langkah-langkah umum dalam
melaksanakan penelitian dan pengembangan sebagai berikut :
1. Research and Information Collecting (Penelitian Pengumpulan Informasi)
termasuk di dalam review literature dan observasi kelas.
2. Planning (perencanaan), termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan,
menetapkan tujuan, menentukan urutan pembelajaran dan uji kemungkinan
dalam skala kecil.
3. Develop Preliminary form of Product (mengembangkan bentuk produk
pendahuluan) termasuk di dalamnya persiapan materi belajar, buku-buku yang
digunakan dan evaluasi.
4. Preliminary Field Testing (uji coba pendahuluan) melibatkan sekolah dalam
jumlah terbatas. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket,
hasil wawancara dan observasi.
5. Main Product Revision (revisi terhadap produk utama), didasarkan atas hasil
uji coba pendahuluan.
6. Main Field Testing (uji coba utama), melibatkan sekolah dalam jumlah
tertentu. Data kualitatif berupa pretest, dan postest dikumpulkan dan hasilnya
dievaluasi sesuai dengan tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut
dibandingkan dengan kontrol.
7. Operation Product Revision (revison produk operasional), dilakukan
berdasarkan hasil uji coba utama.
8. Operational Field Testing (uji coba operasional) yang melibatkan sekolah
dalam jumlah tertentu. Pada langkah ini dikumpulkan data angket, observasi
dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.
9. Final Product Revision (revisi produk terakhir) berdasarkan hasil uji coba
operasional.
10. Dissemination and Distribution (diseminasi dan distribusi). Pada langkah ini
dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk.
Mengacu pada langkah-langkah yang dikembangkan oleh Borg & Gall
dimana berdasarkan hasil studi pendahuluan (langkah 1) kemudian dikembangkan
model pengembangan model yang berdasarkan pada temuan kajian itu diuji coba
dalam situasi tertentu dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai
mendapat hasilnya sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dengan sedikit
modifikasi, pelaksanaan penelitian ini akan dibatasi hanya sampai dengan (tujuh)
yaitu dilaksanakannya model setelah mengalami tiga kali uji lapangan
(Syaodih,2005;18).
B. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian pengembangan model pembelajaran pencapaian konsep pada
mata pelajaran IPA di SD Kecamatan Petir menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Studi Pendahuluan
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji teori-teori model pembelajaran pencapaian konsep yang relevan
dengan karakteristik siswa SD pada mata pelajaran IPA
b. Mengkaji hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya yang relevan dengan uji coba model pembelajaran pencapaian
konsep di SD Negeri Kecamatan Petir.
c. Melakukan kegiatan pra survey di beberapa SD tertentu, melalui observasi,
angket terhadap guru dan siswa yang diperkirakan dapat dilaksanakan uji coba
pengembangan model pembelajaran pencapaian konsep.
2. Pengembangan Model
a. Perencanaan
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Mengkaji kurikulum SD pada mata pelajaran IPA kelas V semester 2
2) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
3) Merumuskan materi, media dan metode pembelajaran.
4) Merumuskan skenario pembelajaran
5) Merumuskan alat penilaian
6) Melakukan uji kelayakan desain pembelajaran
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan ini dilakukan uji coba model pembelajaran pencapaian
konsep di SD dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Guru merancang program model pembelajaran pencapaian konsep di (lima)
SD. Pada langkah ini guru harus mempertimbangkan dan menetapkan target
model pembelajaran interaktif yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
2) Meningkatkan tujuan dan sikap, keterampilan serta kompetensi hasil yang
harus dimiliki oleh siswa selama penggunaan model pembelajaran pencapaian
konsep.
3) Membuat sumber ajar berupa pencapaian konsep mata pelajaran IPA.
4) Dalam aplikasi model pembelajaran pencapaian konsep di kelas, guru
merancang lembar kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran.
5) Guru mengarahkan siswa selama proses pembelajaran untuk memahami
materi yang disampaikan melalui model pembelajaran pencapaian konsep.
6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya.
7) Melakukan refleksi, tes akhir, dan tindak lanjut.
c. Deskripsi Produk
Deskripsi produk model pembelajaran pencapaian konsep yang akan
dilaksanakan meliputi : 1) Tema model pembelajaran pencapaian konsep 2)
Pembelajaran pencapaian konsep yang dijadikan core, 3) Mendesain bahan ajar
pencapaian
konsep,
4)
Deskripsi
kemampuan
guru
untuk
dapat
mengimplementasikan model pembelajaran pencapaian konsep. Deskripsi desain
model berpedoman pada model pencapaian konsep dan langkah-langkah yang
telah ditetapkan pada tahap perencanaan.
Berdasarkan deskripsi model pencapaian konsep maka selanjutnya di
susun rencana penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran IPA.
Penyusunan rencana pembelajaran dilakukan oleh peneliti bersama guru-guru
yang dilibatkan. Mengingat guru adalah orang yang akan berperan dalam
penggunaan produk sekaligus memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan
kepada guru untuk dapat menggunakan model pencapaian konsep.
3. Uji coba yang dikembangkan
Pada tahap pengembangan kegiatan yang dilakukan adalah uji coba untuk
mengimplementasikan model pembelajaran pencapaian konsep. Uji coba
dilaksanakan pada 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Petir. Kegiatan
Uji coba dilakukan sebanyak empat kali terdiri dari : a) pretest, b) pelaksanaan
model pembelajaran pencapaian konsep, c) post test, dan d) revisi.
STUDI
PENDAHULUAN
Pra Survey Lapangan :
- Kondisi Guru
- Proses Belajar Mengajar
- Kondisi Siswa
- Sarana Dan Prasarana
Kajian Literatur :
- Teori tentang model pembelajaran
- Hasil Penelitian yang relevan
PENGEMBANGAN
MODEL
A. Penyusunan Draf Awal Metode
1. Perencanaan model tujuan materi
pelajaran, strategi, metode dan
teknik model pembelajaran
2. Perencanaan uji lapangan kegiatan
tempat dan waktu
3. Pengembangan draf awal model
desain, implementasi, evaluasi /
penilaian
B. Uji Coba Terbatas
1. Desain
model,
implementasi,
evaluasi, refleksi dan revisi
C. Uji Coba Luas
Bagan 3.1 Tahapan Penelitian dan Pengembangan
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Hasil pengembangan model pencapaian konsep ini diproyeksikan untuk
menjadi alternatif pembelajaran mata pelajaran IPA. Penelitian dilaksanakan di
SDN Kecamatan Petir. Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPA dan
murid kelas V SDN di Kecamatan Petir dan terhadap populasi itu dilakukan
sampling. Penetapan sampel dilakukan sebagai berikut :
1. Dalam penelitian pra survey, guru SDN di Kecamatan Petir yang mengajar di
kelas V pada mata pelajaran IPA dan siswa kelas V SD dijadikan subjek
penelitian dalam rangka memperoleh profil yang menggambarkan proses
pembelajaran IPA yang selama ini dilaksanakan. Yaitu 10 SD dari 30 SD yang
ada di wilayah Kecamatan Petir.
Tabel 3.1
Daftar Subjek Penelitian Pada Penelitian Pra Survey
No
Nama Sekolah
Guru
Siswa
Keterangan
1
SDN Ciburuy
1
35
Kec. Petir
2
SDN Pajarakan
1
32
Kec. Petir
3
SDN Wadas Kubang
1
28
Kec. Petir
4
SDN Cileungsir
1
35
Kec. Petir
5
SDN Petir 1
1
30
Kec. Petir
6
SDN Sindangsari
1
40
Kec. Petir
7
SDN Kadugenep
1
36
Kec. Petir
8
SDN Petir 2
1
32
Kec. Petir
9
SDN Padasuka
1
38
Kec. Petir
10
SDN Umbul
1
29
Kec. Petir
JUMLAH
10
335
2. Dari 10 (Sepuluh) SD yang dijadikan subjek penelitian pra survey, dilakukan
penetapan satu SD yang akan dijadikan subjek penelitian pengembangan
tempat dilakukannya uji coba terbatas model pembelajaran pencapaian
konsep. Penetapan tersebut didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya
uji coba. Artinya tidak ditemui hambatan dari pihak kepala sekolah dan
adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan model pembelajaran pencapaian konsep. Uji coba terbatas dilakukan
pada SDN Ciburuy Kecamatan Petir.
3. Setelah proses uji coba terbatas, dilakukan uji coba luas. Penetapan sampel
dilakukan berdasarkan klasifikasi kondisi sekolah, yakni sekolah yang diangap
baik, sedang dan rendah. Kriteria penetapan klasifikasi tersebut didasarkan
pada pencapaian hasil ujian nasional dan prestasi yang pernah diraih oleh
sekolah dalam segala bidang mata pelajaran. Di sini kriteria lebih ditekankan
kepada pendapat umum (public opinion) terhadap kondisi sekolah.
Tabel 3.2
Daftar SD yang diteliti pada uji lapangan lebih luas
No
Nama SD
Kualifikasi
Ket
Baik
Kec. Petir
1.
SDN Petir 1
2.
SDN Pajarakan
Sedang
Kec. Petir
3.
SDN Wadas Kubang
Rendah
Kec. Petir
D. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini
dengan cara sebagai berikut :
1. Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar IPA SD Kelas V
Kurikulum 2006.
2. Angket, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang berhubungan
dengan kondisi model pembelajaran IPA selama ini, penggunaan model
pembelajaran pencapaian konsep dan pandangan siswa terhadap produk
pencapaian konsep yang dikembangkan dan serta faktor pendukung dan
penghambat.
3. Test/Penilaian, digunakan untuk memperoleh data tentang hasil evaluasi
analisis landasan dan konsep, flowchart view dan pengembangan model
pencapaian konsep.
4. Observasi,
digunakan
untuk
memperoleh
data
tentang
pelaksanaan
penggunaan model pencapaian konsep dalam pembelajaran IPA.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh dan
mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini
instrument yang digunakan adalah lembar observasi, tes dan angket.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat secara langsung aktifitas guru
dan menilai aktifitas dan kinerja siswa selama proses pembelajaran. Instrumen
observasi kinerja siswa merupakan instrument observasi yang berfungsi untuk
menilai kemampuan pemahaman konsep dan instrument observasi aktifitas guru
berfungsi untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran.
memberikan tanda cek (V) jika kriteria yang dimaksud dalam cek (Format
Observasi) ditunjukan siswa. Sedangkan instrumen observasi aktifitas guru dan
siswa, selain memuat daftar cek, juga terdapat kolom keterangan yang ditujukan
untuk memuat saran-saran observer atau kekurangan-kekurangan aktifitas guru
dan siswa selama proses pembelajaran yang tidak termuat dalam dafftar cek.
b. Angket
Angket merupakan instrument non-tes yang digunakan untuk mengetahui
respon
siswa
tentang
proses
pembelajaran
yang
menggunakan
model
pembelajaran pencapaian konsep yang dikembangkan.
Instrumen lembar angket siswa berbentuk chek list, artinya siswa hanya
memberikan tanda cek (V), jika pernyataan yang dimaksud dalam lembar angket
siswa sesuai dengan yang dialami siswa.
c. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau instrument yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk tes uraian. Munaf (1997:25) menyatakan bahwa ‘ Kualitas
dan informasi/data-data yang dikumpulkan ditentukan oleh kualitas alat
pengambil data (instrument) dan pengumpul data (surveyor)’. Mengingat
pentingnya kualitas alat pengambil data maka instrument yang digunakan harus
teruji misalnya dari segi validitas, realibilitas, memiliki daya pembeda dalam
membedakan mana siswa yang memiliki kemampuan tinggi, rendah dan juga
tingkat kemudahannya sudah teruji dilapangan.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara induktif sesuai dengan jenis data.
Untuk data kualitatif dianalisis secara kualitatif yang dilakukan bersamaan dengan
pengumpulan data, dengan cara data yang diperoleh dikumpulkan dan
dideskripsikan dalam matrik data. Jadi, teknik analisis data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah statistik deskriftif. Digunakan untuk pengolahan data
yang bersifat nominal dan ordinal dengan menggunakan teknik Person yang
disajikan dalam bentuk tabel.
Pengumpulan data pada tahap studi pendahuluan khususnya kegiatan
survei awal dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan
pembelajaran IPA di SD. Pembelajaran ini meliputi model pembelajaran IPA yang
selama ini digunakan oleh guru-guru. Perencanaan pembelajaran, langkah-langkah
atau proses pembelajarannya sendiri, evaluasi, kondisi dan kegiatan siswa sumber
belajar, media atau alat bantu pembelajaran yang digunakan, serta fasilitas lain
yang ada disekolah yang sering digunakan.
Analisis data yang digunakan pada tahap ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data
yang diperoleh dari angket, dicari frekuensi untuk setiap alternatif jawaban untuk
kemudian dihitung presentasenya. Dari analisis ini akan diperoleh gambaran
kecenderungan umum tentang pelaksanaan pembelajaran IPA di SD. Gambaran
kecenderungan umum ini akan dilengkapi diperkuat oleh hasil analisis kualitatif
dari data yang diperoleh dari observasi. Dengan analisis seperti itu diharapkan
bukan saja diperoleh gambaran yang obyektif dan menyeluruh tentang
pembelajaran IPA, tetapi juga ditemukan model-model mengajar, metode atau
prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA
di SD.
Selanjutnya pada tahap pengembangan, data diperoleh dari hasil analisis
observasi selama guru mengajar baik pada tahap uji coba terbatas maupun uji
coba lebih luas. Karena data ini bersifat kasus masing-masing guru yang ikut
dalam kegiatan uji coba, maka di analisis secara kualitatif,. Hasil analisis ini
dikomunikasikan dan didiskusikan dengan guru untuk penyempurnaan rancangan
dan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Data hasil belajar siswa pada uji coba
terbatas dan lebih luas, akan di analisis dengan uji t dan anova, melihat perbedaan
antara lain hasil tes awal dan tes akhir (pre test dan post test) dengan
menggunakan program SPSS versi 16.
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan temuan hasil penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, selanjutnya dikemukakan beberapa simpulan sebagai akhir
dari penelitian ini.
1. Berdasarkan studi pendahuluan penelitian, pada pembelajaran mata pelajaran
IPA yang berlangsung selama ini, sebagian besar guru melaksanakan
pembelajaran dengan metode ceramah dan tidak banyak menggunakan model
pembelajaran. Pembelajaran lebih berpusat kepada guru sebagai sumber
belajar (teacher oriented), hal ini dikarenakan kepada guru merasa bahwa
metode ceramah dianggap tepat oleh guru. Kajian-kajian teori hanya didapat
dari buku paket milik sekolah. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran hanya
dilakukan dalam tanya jawab selama proses pembelajaran. Guru tidak banyak
memanfaatkan media dalam proses pembelajaran, walaupun ada beberapa
sekolah yang memiliki media KIT IPA, namun belum dapat dimanfaatkan
secara maksimal oleh guru. Namun demikian guru bersikap terbuka terhadap
berbagai inovasi pembelajaran yang ada, guru berusaha untuk menerapkan
inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Walaupun
sebagian besar siswa menyenangi mata pelajaran IPA, namun hal ini bukan
berarti bahwa IPA adalah mata pelajaran yang mudah, sebagian besar siswa
menganggap bahwa materi IPA sulit untuk dihapal, banyak istilah-istilah yang
susah dihapal. Metode yang diinginkan siswa adalah tidak hanya ceramah saja
tetapi metode yang lebih banyak melibatkan kemampuan berfikir siswa.
2. Penelitian yang dilakukan telah mengembangkan sebuah model pembelajaran
yang dipandang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa yaitu
model pembelajaran pencapaian konsep. Desain model yang dikembangkan
terdiri dari : 1) Tema atau topik, diambil dari silabus (kurikulum); 2) Tujuan
pembelajaran, terdiri dari kompetensi dasar berkenaan dengan topik yang
dibahas, diambil dari silabus dan indikator yang merupakan penjabaran dari
kompetensi dasar dan terukur; 3) Materi pembelajaran, berisi substansi mata
pelajaran yang akan diajarkan, terdiri dari gambaran umum bahan pelajaran
dan merupakan rincian topik yang diajarkan;4) Model pembelajaran,
merupakan gambaran model pembelajaran secara umum terdiri dari langkahlangkah atau prosedur pembelajaran dengan berbagai variasi metode
disesuaikan dengan materi pelajaran. Metode yang digunakan adalah metode
yang mengaktifkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran; 5) Media dan
sumber pembelajaran, media yang digunakan adalah yang tersedia di
lingkungan sekolah sedangkan sumber pembelajaran berupa buku-buku yang
dapat dijadikan acuan baik yang tersedia diperpustakaan sekolah maupun yang
dimiliki siswa dan guru, juga berbagai bahan untuk melakukan percobaan
yang dibawa siswa; 6) Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap hasil
tes belajar siswa yang dilaksanakan pada awal pembelajaran siklus pertama
(pretest) dan pada setiap akhir pembelajaran di semua siklus (postest).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan bahwa
model pembelajaran yang dikembangkan telah terbukti secara empiris dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Hal ini diantaranya disebabkan
oleh perbaikan yang dilakukan oleh guru pada implementasi di setiap siklus
uji coba, adanya dorongan motivasi dari dalam diri guru untuk mau berubah
dan melakukan perubahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yang
semula
mengajar
dengan
ceramah
saja
menjadi
mengajar
dengan
menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep berhasil dilaksanakan.
Dari uji coba terbatas dan uji coba secara luas yang masing-masing dilakukan
empat siklus, ditemukan adanya perbedaan yang berarti antara hasil tes awal
dan hasil tes akhir. Nilai rata-rata hasil tes akhir yaitu setelah dilakukannya
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep
yang
dikembangkan
mengalami
peningkatan
yang
cukup
signifikan
disbanding dengan nilai rata-rata hasil tes awal yaitu sebelum dilakukannya
model pembelajaran yang dikembangkan. Kesimpulan tersebut didukung oleh
hasil analisa statistik terhadap keseluruhan nilai kemampuan berfikir siswa
selama uji coba, baik uji coba terbatas maupun uji coba luas yaitu diperoleh t
hitung > t tabel pada setiap pengujian.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam penerapan model pembelajaran
pencapaian konsep :
a. Motivasi dan keinginan yang kuat dari dalam diri guru untuk maun
berubah dan menerapkan perubahan dalam gaya mengajar, dari cara
mengajar ceramah menjadi menggunakan model pembelajaran pencapaian
konsep.
b. Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
demokratis, terbuka dan saling menghargai dengan menempatkan siswa
dan guru sama-sama sebagai subjek belajar.
c. Keterampilan guru dalam mengembangkan teknik-teknik bertanya yang
dapat merangsang siswa untuk berfikir, dalam hal ini termasuk juga
kemampuan untuk bersabar menunggu jawaban siswa.
d. Kemampuan guru dalam merangsang dan membangkitkan keberanian
siswa untuk menjawab pertanyaan, menjelaskan, membuktikan dengan
memberikan data faktual serta keberanian mengeluarkan ide atau gagasan
merumuskan kesimpulan.
e. Ketersediaan media pembelajaran yang memadai, baik berupa buku paket
IPA, buku LKS dan media gambar dan aalat-alat peraga.
f. Ukuran, kondisi dan suasana ruang kelas, ukuran berkaitan dengan luas
dan pemanfaatan ukuran kelas, kondisi kelas berkenaan dengan penataan
sarana dan prasarana di kelas sehingga kondusif untuk pembelajaran
pencapaian konsep sedangkan suasana kelas berkenaan dengan iklim dan
kenyamanan belajar.
Adapun faktor yang menjadi penghambat keberhasilan implementasi model
pencapaian konsep :
a. Kurangnya motivasi guru untuk menerima inovasi dengan menerapkan
model pembelajaran di kelas, dikarenakan guru sudah terbiasa dengan
model pembelajaran yang konvensional, dan guru masih beranggapan
bahwa pembelajaran di kelas merupakan proses transfer pengetahuan
sebanyak-banyaknya kepada siswa.
b. Kurangnya kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya yang
dapat merangsang kemampuan berfikir siswa.
c. Tahapan-tahapan
pembelajaran
pencapaian
konsep
membutuhkan
kemampuan dan kejelian guru dalam merumuskan konsep yang akan
disampaikan kepada siswa. Hal ini dapat diatasi dengan mempelajari dan
mengembangkan materi secara luas dan mendalam.
d. Kurangnya sarana, fasilitas yang mendukung proses pembelajaran.
e. Siswa terbiasa melakukan pembelajaran dengan mendengarkan dan
mencatat sehingga agak sulit membawa siswa pada situasi belajar yang
lain dari biasanya.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pengembangan model pembelajaran pencapaian konsep
yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa Sekolah Dasar,
maka dikemukakan rekomendasi kepada beberapa pihak terkait sebagai berikut :
1. Untuk Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Model pembelajaran pencapaian konsep yang dikembangkan mampu
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa, sehingga disarankan agar
model yang telah dikembangkan dapat dijadikan salah satu pilihan bagi guru
dalam implementasi pembelajaran. Mata pelajaran IPA pada dasarnya
merupakan mata pelajaran yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan
eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan
tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Sehingga dalam implementasi
pembelajaran di kelas disarankan untuk menggunakan berbagai model
pembelajaran secara variatif. Guru disarankan untuk mempelajari dan
memahami berbagai model pembelajaran yang ada untuk dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran di kela
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
ABSTRAK .................................................................................................... iv
DAFTAR ISI .................................................................................................. v
DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix
DAFTAR BAGAN ....................................................................................... xi
DAFTAR GRAFIK ........................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 10
C. Pertanyaan Penelitian ......................................................................... 11
D. Definisi Operasional ......................................................................... 12
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 13
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 14
BAB II MODEL PEMBELAJARAN PENCAPAIAN KONSEP PADA
MATA PELAJARAN IPA DI SD ...........................................................16
A. Konsep Pembelajaran .........................................................................16
1. Pengertian Pembelajaran ............................................................... 16
2. Model Pembelajaran ..................................................................... 20
B. Pembelajaran Pencapaian Konsep di SD .......................................... 28
1. Pengertian Pembelajaran Pencapaian Konsep ............................. 28
2. Karakteristik Pembelajaran Pencapaian Konsep ......................... 32
3. Langkah-Langkah Pembelajaran Pencapaian Konsep .................. 34
C. Kemampuan Pemahaman Konsep .................................................... 38
1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep .............................. 36
2. Ciri-Ciri Kemampuan Pemahaman Konsep ...................................40
D. Pembelajaran IPA di SD .................................................................. 41
1. Pengertian .................................................................................... 41
2. Hakekat IPA .................................................................................. 44
3. Tujuan dan Materi IPA di SD ...................................................... 45
BAB III METODOLOGI PENELITIAN .................................................... 49
A. Metode Penelitian ............................................................................ 49
B. Langkah-Langkah Penelitian ............................................................ 51
C. Lokasi dan Subyek Penelitian .......................................................... 54
D. Tehnik Pengumpulan Data ................................................................ 56
E. Instrumen Pengumpulan Data ........................................................... 57
F . Analisis Data ...................................................................................... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................. 61
A. Hasil Penelitian ................................................................................ 61
1. Hasil Studi Pendahuluan ............................................................. 61
a. Deskripsi Data dari Responden Guru ........................................61
b. Deskripsi Data dari Responden Siswa ..................................... 67
2. Interpretasi Hasil Studi Pendahuluan ......................................... 70
3. Pengembangan Draft Model Pembelajaran ................................. 76
a. Model Pembelajaran Pencapaian Konsep yang
Dikembangkan ...................................................................... 77
1. Pengembangan Perencanaan Model Pembelajaran ......... 78
2. Proses Pembelajaran ....................................................... 82
b. Langkah-Langkah Pengembangan Model ............................. 84
1. Mempelajari Kurikulum dan SK/KD .............................. 85
2. Menetapkan Alokasi Waktu ............................................ 87
3. Mengembangkan Analisis Materi Pembelajaran ............ 89
4. Implementasi Model ....................................................... 93
4. Interpretasi Hasil Uji Coba Terbatas ........................................... 100
5. Bentuk Akhir Model ................................................................... 105
6. Hasil Belajar Pada Uji Coba Terbatas ........................................ 109
7. Hasil Uji Coba Model Lebih Luas .............................................. 111
a. Uji Coba Luas Model pada Sekolah Berkategori Kurang ... 112
b. Uji Coba Luas Model pada Sekolah Berkategori Sedang .... 115
c. Uji Coba Luas Model pada Sekolah Berkategori Baik ........ 118
8. Interpretasi Hasil Uji Coba Lebih Luas ........................................ 121
9. Hasil Belajar Pada Uji Coba Lebih Luas ..................................... 126
B. Pembahasan Hasil Penelitian ........................................................... 128
1. Kondisi Pembelajaran IPA di SD saat ini .................................. 129
2. Desain Model Pembelajaran Pencapaian Konsep Hasil
Pengembangan ........................................................................... 132
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam Pelaksanaan Model
Pembelajaran Pencapaian Konsep .............................................. 140
BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ........................................... 143
A. Simpulan ......................................................................................... 143
B. Rekomendasi ................................................................................... 147
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 150
RIWAYAT HIDUP ..................................................................................... 153
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan secara historis telah menjadi landasan moral dan etik dalam
proses pembentukan karakter bangsa, sehingga mampu menemukan jati dirinya
sebagai ciri suatu bangsa. Pendidikan juga dapat berdampak pada suatu perubahan
ke arah yang lebih positif, bila dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya.
Dengan demikian pentingnya sebuah pendidikan bagi generasi bangsa, maka
proses pendidikan perlu dilakukan dengan sistematis dan berkesinambungan agar
segala yang dicita-citakan oleh bangsa dapat tercapai dari penyelenggaraaan
pendidikan yang benar. Pendidikan merupakan variabel yang tidak dapat
diabaikan dalam mentransformasi ilmu pengetahuan melalui sebuah proses
pendidikan. Hal tersebut sesuai dengan yang diamanatkan dalam UU Sisdiknas
Nomor 20 Tahun 2003 yaitu bahwa :
“Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban
bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang
demokratis serta bertanggung jawab”.
Dalam upaya melaksanakan program yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dalam usaha peningkatan mutu pendidikan maka sebuah program
tersebut tidak lepas dari sebuah perencanaan dalam bidang pendidikan yang
disebut dengan kurikulum. Kurikulum tersebut akan dilaksanakan sekaligus
dikembangkan pada berbagai jenjang pendidikan sesuai dengan karakteristiknya
masing-masing.
Sekolah Dasar (selanjutnya disingkat SD) sebagai institusi pendidikan
yang menyelenggarakan pendidikan selama enam tahun, pada dasarnya bertugas
memberikan bekal kemampuan dasar kepada peserta didik, baik yang berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai agar mereka dapat hidup dalam
masyarakat serta sebagai persiapan baginya untuk melanjutkan studi pada jenjang
yang lebih tinggi. Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan Pasal 26 Ayat 1 menjelaskan bahwa “standar kompetensi
lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakan dasar
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut”.
Proses pembelajaran IPA merupakan salah satu bagian dari keseluruhan
proses pendidikan di SD. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara
mencari tahu tentang alam secara sistemis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep, atau prinsip-prinsip saja
tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pendidikan IPA diharapkan dapat
menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam
sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam
kehidupan sehari-hari. Proses pembelajarannya menekankan pada pemberian
pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajahi dan
memahami alam sekitar secara ilmiah. Pendidikan IPA diarahkan untuk inkuiri
dan berbuat sehingga dapat membantu peserta didik untuk memperoleh
pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar.
IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan
manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan.
Penerapan IPA perlu dilakukan secara bijaksana agar tidak berdampak buruk
terhadap lingkungan. Ditingkat SD/MI diharapkan ada penekanan pembelajaran
salingtemas (Sains, lingkungan, teknologi, dan masyarakat) yang diarahkan pada
pengalaman belajar untuk merancang dan membuat suatu karya melalui penerapan
konsep IPA dan kompetensi bekerja ilmiah secara bijaksana. Pembelajaran IPA
sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah
(Scientific inquiry) untuk
menumbuhkan kemampuan berfikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta
mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup.
Selain itu dalam Permendiknas No 22 Tahun 2006 dijelaskan bahwa mata
pelajaran IPA di SD/MI
bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA
yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar,
memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
6. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTS.
Untuk mencapai tujuan tersebut di atas maka diperlukan strategi dan
model pembelajaran yang dapat memenuhi kebutuhan belajar siswa sehingga
tujuan pembelajaran IPA dapat tercapai. Berbagai pendekatan dan metode
pebelajaran IPA telah banyak diterapkan di lingkungan sekolah, dengan harapan
bahwa penerapan pendekatan dan metode tersebut dapat meningkatkan
pemahaman dan penguasaan konsep para siswa terhadap konsep-konsep IPA yang
pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi siswa.
Namun kondisi yang terjadi di lapangan sesuai dengan hasil studi
pendahuluan ternyata belum sesuai dengan harapan. Realita yang ada menunjukan
bahwa hasil belajar IPA masih rendah dan rendahnya tingkat kemampuan
pemahaman konsep siswa pada konsep-konsep IPA, hal ini dapat terlihat pada
tabel sebagai berikut :
Tabel 1.1
Rekapitulasi Rata-Rata Nilai UASBN siswa SD
Se-Kecamatan Petir
Tahun Pelajaran 2007/2008 – 2008/2009
Tahun Pelajaran
No
Bidang Studi
Rata-Rata
2007/2008
2008/2009
1.
Matematika
4.50
4.85
4.67
2.
IPA
4.85
4.72
4.78
3.
Bahasa Indonesia
6.95
7.52
7.23
Sumber : UPTD Pendidikan Kecamatan Petir
Merosotnya Nilai Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN)
siswa SD dalam bidang studi IPA selama dua tahun pelajaran terakhir ini menjadi
suatu bukti yang menunjukan bahwa IPA perlu mendapat perhatian secara
akademik, sebab dikhawatirkan kejadian tersebut akan menurunkan kemampuan
dan pemahaman siswa terhadap konsep IPA sehingga pada akhirnya prestasi
siswa menurun.
Menyimak kondisi objektif di lapangan, ada kecenderungan bahwa guru
IPA di SD kurang memperhatikan sasaran dan tujuan yang diharapkan dalam
kurikulum. Salah satu faktor penyebabnya adalah guru tidak melaksanakan proses
pembelajaran secara bervariasi, karena mengejar target yang harus dicapai
(attainment target). Siswa lebih banyak ditekankan pada penguasaan jumlah
(quantity) materi yang ditentukan secara top-down, daripada memperhatikan mutu
(quality) materi yang diharapkan, sehingga tingkat kemampuan siswa terabaikan.
Di samping itu, siswa yang mengikuti mata pelajaran tersebut sulit
menangkap materi yang disampaikan guru. Sebaliknya, para guru kurang
memberikan respon apapun terhadap tingkah laku siswa, karena kurangnya
sensitifitas, kreatifitas dan improvisasi guru. Salah satu contoh kongkritnya adalah
masih banyak guru IPA ketika melakukan proses pembelajaran hanya terfokus
kepada hal-hal yang bersifat pengetahuan. Padahal yang lebih penting adalah
bagaimana siswa dapat menerima hasil pembelajaran itu menjadi bermakna.
Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa salah satu permasalahan
besar dalam proses pembelajaran saat ini adalah kurangnya usaha pengembangan
berpikir yang menuntun siswa untuk memecahkan suatu permasalahan. Proses
pembelajaran saat ini lebih banyak mendorong siswa agar dapat menguasai materi
pelajaran supaya dapat menjawab semua soal ujian yang diberikan.
Suadnyana (2000) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengembangan
model siklus belajar tentang penyesuaian makhluk hidup dan hubungan antar
makhluk hidup untuk meningkatkan keterampilan berfikir rasional siswa Sekolah
Dasar kelas 5” menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil pengamatan di lapangan
kebanyakan proses pembelajaran IPA masih berpusat pada guru dan kurang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk membangun pengetahuan sendiri
melalui keterampilan berpikir rasional.
Sejalan dengan hasil penelitian di atas, Supreyekti (2005) dalam
penelitiannya yang berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Interaktif pada Mata
Pelajaran IPA di Sekolah Dasar” mengungkapkan bahwa dalam pelaksanaan
pembelajaran IPA di kelas, guru cenderung menggunakan model konvensional
dalam setiap pembelajaran yang dilakukannya. Penggunaan model-model
pembelajaran yang bervariatif masih sangat rendah hal ini disebabkan
kemungkinan kurangnya pemahaman guru terhadap model-model pembelajaran
yang ada. Masih banyak proses pembelajaran yang kurang berkualitas, tidak
efisien dan tidak mempunyai daya tarik, bahkan cenderung membosankan
sehingga hasil belajar yang dicapai tidak optimal.
Siswa lebih banyak mendengar dan menulis apa yang diterangkan atau
ditulis oleh guru di papan tulis. Berdasarkan hasil penelitian dari pusat kurikulum
(PUSKUR) (Kaswan, 2004), ternyata metode ceramah dengan guru menulis di
papan tulis merupakan metode yang paling sering digunakan. Hal ini
menyebabkan isi mata pelajaran sains dianggap sebagai bahan hafalan, sehingga
siswa tidak menguasai konsep. Karena itu, perlu dipikirkan penerapan
pembelajaran yang lebih melibatkan siswa pada proses belajar.
Pembelajaran inovatif yang relevan dengan kondisi sekarang ini adalah
pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), yaitu pembelajaran
yang
menekankan
bahwa
siswa
sendirilah
yang
akan
membangun
pengetahuannya. Guru harus merancang kegiatan pembelajaran bagi siswa untuk
meningkatkan atau mengubah pengetahuan awalnya. Ausabel (Dahar, 1996),
menyatakan bahwa faktor yang paling penting dalam mempengaruhi belajar
adalah apa yang telah diketahui siswa.
Kondisi tersebut merupakan tantangan bagi setiap pendidik agar berupaya
untuk memperbaiki kualitas pembelajaran IPA, sehingga pemahaman dan berfikir
kritis siswa meningkat dan hasil belajarnya pun akan lebih baik lagi. Adapun
pendekatan atau metode pembelajaran yang diterapkan adalah pendekatan atau
metode yang memperhatikan aspek-aspek internal dan eksternal siswa.
Pencapaian konsep mengenai materi yang diajarkan merupakan salah satu
cara yang dapat diupayakan untuk menciptakan belajar bermakna bagi siswa
dengan menata atau menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat
dipelajari secara tepat dan efisien sehingga diharapkan akan meningkatkan
aktifitas siswa dalam belajar IPA sehingga meningkatkan pula kemampuan
pemahaman konsep siswa terhadap konsep-konsep IPA. Model ini memiliki
pandangan bahwa para siswa tidak hanya dituntut untuk mampu membentuk
konsep melalui proses pengklasifikasian data akan tetapi mereka juga harus dapat
membentuk susunan konsep dengan kemampuannya sendiri.
Menurut Ausabel (dalam Dahar, 1989:81) menyatakan bahwa konsepkonsep diperoleh dengan dua cara yaitu : formasi konsep (concept formation) dan
asimilasi konsep (concept assimilation). Jika berorientasi pada tujuan pokok dan
jenis pengetahuan yang terkandung dalam kurikulum IPA SD tahun 2006, maka
konsep merupakan suatu jenis pengetahuan yang memiliki peranan sangat penting
dalam lingkup pengembangan keterampilan berfikir siswa apabila dikembangkan
dengan model pembelajaran yang tepat. Berikut terdapat tiga jenis model
pembelajaran yang dapat dipilih untuk mengembangkan jenis pengetahuan
konsep. Pertama ; Model Pembentukan Konsep (Concept Formation), model ini
mengarah kepada bentuk perolehan konsep-konsep sebelum anak memasuki
sekolah formal. Model ini berorientasi pada konsep-konsep konkret (Gagne,
1977), oleh karena itu banyak diterapkan oleh orang tua terhadap anak-anaknya
melalui kehidupan nyata. Kedua ; Model Penerimaan Konsep (Concept
Reception). Model ini mengawali pembelajaran dengan menyampaikan definisi
suatu konsep kemudian diikuti dengan contoh-contoh sampai siswa mampu
menstranfer definisi tersebut pada situasi baru (Naylor & Diem, 1987). Ketiga ;
Model Pencapaian Konsep (Concept Attainment). Model ini mengikuti langkahlangkah terbaik dari model yang kedua. Pada model ini, pertama-tama siswa
disuguhi sejumlah data yang berbentuk contoh dan bukan contoh suatu konsep,
kemudian siswa mengelompokan contoh-contoh berdasarkan kesamaan atribut
yang terkandung di dalamnya, menganalisis atribut, membuat dugaan, membuat
contoh tambahan, dan akhirnya merumuskan definisi konsep (Naylor & Diem,
1987).
Dengan pencapaian konsep yang dirancang untuk mengajarkan konsep dan
membantu siswa lebih efektif dalam mempelajari konsep. Metode ini merupakan
metode efisien dalam menyajikan informasi yang tersusun dan terencana dari
ruang lingkup topik yang luas bagi siswa pada setiap tingkatan perkembangan.
Model pencapaian konsep merupakan perangkat evaluasi unggul saat guru ingin
mengetahui sejauhmana siswa mampu menguasai gagasan-gagasan penting yang
mereka ajarkan. Model ini dengan cepat akan memberikan laporan tentang
kedalaman pemahaman siswa sekaligus akan memperkuat pengetahuan mereka
sebelumnya. Selain itu juga model pencapaian konsep juga dapat berguna dalam
membuka bidang konseptual baru dengan cara melakukan rangkaian penelitian
pada siswa secara individu atau kelompok.
Penerapan model pencapaian konsep akan menentukan bentuk aktifitasaktifitas pembelajaran tertentu. Contohnya jika penekanannya adalah untuk
memperoleh konsep baru maka guru harus menekankan melalui pernyataan atau
komentarnya tentang sifat-sifat di setiap contoh dan nama konsep. Jika
penekanannya adalah proses induktif, guru mungkin dapat menyediakan sedikit
tanda atau isyarat dan mengajak siswa untuk tekun dan berpartisipasi aktif dalam
proses induktif. Bahkan mungkin untuk konsep yang sudah banyak diketahui. Jika
penekanannya pada analisis berfikir maka guru sebaiknya menerapkan latihan
penemuan konsep yang tidak terlalu lama sehingga siswa akan menghabiskan
lebih banyak waktu untuk analisis berpikir. Struktur pengajaran pada model
penemuan konsep ini adalah dapat dilakukan dengan beberapa tahap yaitu :
Tahap pertama melibatkan penyajian data pada siswa. Setiap unit data
merupakan contoh atau non contoh konsep yang terpisah. Unit-unit ini disajikan
berpasangan. Data tersebut bisa berupa kejadian, manusia, objek, cerita, gambar,
atau unit lain yang dapat dibedakan satu sama lain. Tahap kedua siswa menguji
penemuan konsep mereka, pertama-tama dengan mengidentifikasi secara tepat
contoh-contoh tambahan yang tidak dilabeli dari konsep itu dan kemudian dengan
membuat contoh-contoh mereka sendiri. Setelah itu guru dapat membenarkan atau
tidak membenarkan hipotesis mereka, merevisi pilihan konsep atau sifat-sifat
yang mereka tentukan sebagaimana mestinya. Pada tahap ketiga siswa mulai
menganalisis strategi-strategi dengan segala hal yang mereka gunakan untuk
mencapai konsep. Siswa dapat menggambarkan pola-pola mereka apakah mereka
fokus pada ciri-ciri atau konsep-konsep sehingga secara bertahap mereka dapat
membandingkan efektifitas setiap strategi yang telah mereka rancang dan
terapkan.
Dengan memperhatikan kelebihan pembelajaran dengan menggunakan
model pembelajaran pencapaian konsep, peneliti tertarik untuk mengembangkan
pembelajaran tersebut pada siswa Sekolah Dasar dalam upaya meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA di SD.
B. Rumusan Masalah
Dari berbagai dimensi permasalahan pengembangan model pembelajaran
pencapaian konsep pada mata pelajaran IPA dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini adalah “Model pembelajaran pencapaian konsep yang
bagaimana yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada
mata pelajaran IPA di SD ?”
C. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas, maka selanjutnya rumusan masalah
tersebut dijabarkan dalam beberapa bentuk pertanyaan penelitian berikut ini :
1. Bagaimana kondisi pembelajaran IPA pada saat ini ? Dari masalah ini akan
dikaji tentang situasi dan kondisi pembelajaran IPA Sekolah Dasar di
Kecamatan Petir dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
a. Bagaimana desain dan penerapan pembelajaran IPA sekolah dasar di
Kecamatan Petir yang berlangsung selama ini ?
b. Bagaimana kinerja guru IPA dalam pengolahan pembelajaran di dalam
kelas ?
c. Bagaimana aktifitas siswa dalam proses pembelajaran IPA dewasa ini ?
d. Bagaimana ketersediaan fasilitas atau sumber belajar IPA di SD ?
2. Model
pembelajaran
pencapaian
konsep
bagaimana
yang
cocok
dikembangkan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa
pada mata pelajaran IPA? Dari masalah ini yang menjadi pertanyaan
penelitian adalah :
a. Bagaimana perencanaan model pembelajaran pencapaian konsep untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
IPA di kelas 5 sekolah dasar ?
b. Bagaimana pelaksanaan model pembelajaran pencapaian konsep untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
IPA dikelas 5 sekolah dasar ?
c. Bagaimana evaluasi hasil belajar dari model pembelajaran pencapaian
konsep untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada
mata pelajaran IPA di kelas 5 sekolah dasar ?
3. Bagaimana
pembelajaran
faktor
pendukung
pencapaian
dan
konsep
penghambat
untuk
pelaksanaan
meningkatkan
model
kemampuan
pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA?
D. Definisi Operasional
Untuk menghindari penafsiran yang berbeda terhadap istilah-istilah yang
digunakan dalam penelitian ini, maka perlu dijelaskan beberapa istilah sebagai
berikut :
1. Model pembelajaran merupakan suatu pola yang direncanakan dan digunakan
dalam mewajibkan materi pelajaran dan memberikan petunjuk dalam proses
pembelajaran di kelas yang dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan materi
dan kebutuhan sosial.
2. Pencapaian konsep memperlihatkan suatu bentuk interaksi kegiatan belajar
dengan kegiatan mengajar yang berorientasi pada aspek-aspek antara lain :
mendeskripsikan contoh-contoh dari yang bukan contoh-contoh suatu konsep,
menganalisis atribut-atribut yang terdapat dalam sejumlah contoh suatu
konsep, merumuskan suatu hipotesis, menganalisis setiap jawaban siswa dan
merumuskan batasan suatu konsep.
3. Kemampuan pemahaman konsep merupakan kemampuan menangkap
pengertian-pengertian seperti mampu mengungkapkan suatu materi yang
disajikan ke dalam bentuk yang lebih dipahami, mampu memberikan
interpretasi dan mampu mengaplikasikannya. Kemampuan pemahaman terdiri
dari beberapa aspek seperti translasi, interpretasi dan ekstrapolasi.
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan di atas, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk menemukan :
1. Kondisi pembelajaran IPA yang berlangsung pada Sekolah Dasar di
Kecamatan Petir saat ini, dengan fokus pada hal-hal sebagai berikut :
a. Memperoleh gambaran tentang desain dan penerapan pembelajaran IPA
Sekolah Dasar di Kecamatan Petir yang berlangsung selama ini
b. Memperoleh gambaran tentang kinerja guru IPA dalam pengolahan
pembelajaran di dalam kelas
c. Memperoleh gambaran tentang aktifitas siswa dalam proses pembelajaran
dewasa ini
d. Memperoleh gambaran tentang ketersediaan fasilitas atau sumber belajar
IPA di Sekolah Dasar
2. Model pembelajaran pencapaian konsep yang cocok dikembangkan untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran
IPA. meliputi :
a. Perencanaan model pembelajaran pencapaian konsep untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 5
Sekolah Dasar
b. Pelaksanaan model pembelajaran pencapaian konsep untuk meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA di kelas 5
Sekolah Dasar
c. Evaluasi hasil belajar dari model pembelajaran pencapaian konsep untuk
meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pada mata pelajaran IPA
di kelas 5 Sekolah Dasar
3. Untuk menemukan faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan model
pembelajaran
pencapaian
konsep
dalam
meningkatkan
kemampuan
pemahaman konsep siswa pada mata pelajaran IPA
F. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menemukan prinsip yang
memperkaya teori dan praktek kurikulum dan pembelajaran sebagai suatu sistem
yang merupakan bagian dari sistem persekolahan pada tingkat Sekolah Dasar,
khususnya pengembangan kurikulum dalam dimensi proses.
1. Manfaat teoritis
Penelitian pengembangan model pembelajaran ini diharapkan dapat
memperkuat prinsip atau dalil-dalil berkenaan dengan pembelajaran IPA,
khususnya dalam pembelajaran berfikir di sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini juga diharapkan memberikan manfaat praktis untuk
meningkatkan atau menyempurnakan pelaksanaan pembelajaran IPA di Sekolah
Dasar, diantaranya :
a. Bagi para guru, hasil penelitian ini dapat memberikan masukan yang sangat
berarti dalam upaya meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, melalui
model pembelajaran peningkatan kemampuan pemahaman konsep khususnya
dalam pelajaran IPA di Sekolah Dasar.
b. Bagi Kepala Sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman dalam
meningkatkan mutu pembelajaran, khususnya dalam mata pelajaran IPA di
Sekolah Dasar melalui model pembelajaran yang dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep siswa yang dianggap sesuai dengan
kebutuhan dan tuntutan kurikulum yang berlaku.
c. Bagi Dinas Pendidikan, khususnya di Kecamatan petir dan Kabupaten Serang,
hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi keberhasilan
pelaksanaan proses pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPA di
Sekolah Dasar.
d. Bagi peneliti selanjutnya, menjadikan landasan untuk penelitian lebih lanjut.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Riset and Development atau
penelitian dan pengembangan. Pendekatan ini merujuk kepada teori Borg & Gall
dalam bukunya “Applying Educational Research : A Practical Guide For
Teachers”. Dalam buku tersebut Borg dan Gall mendefinisikan pendekatan
penelitian dan pengembangan dalam bidang pendidikan sebagai “ a process used
to development and validate educational products” (Borg & Gall, 979 : 624).
Borg & Gall (1979:626) mengemukakan langkah-langkah umum dalam
melaksanakan penelitian dan pengembangan sebagai berikut :
1. Research and Information Collecting (Penelitian Pengumpulan Informasi)
termasuk di dalam review literature dan observasi kelas.
2. Planning (perencanaan), termasuk di dalamnya mendefinisikan keterampilan,
menetapkan tujuan, menentukan urutan pembelajaran dan uji kemungkinan
dalam skala kecil.
3. Develop Preliminary form of Product (mengembangkan bentuk produk
pendahuluan) termasuk di dalamnya persiapan materi belajar, buku-buku yang
digunakan dan evaluasi.
4. Preliminary Field Testing (uji coba pendahuluan) melibatkan sekolah dalam
jumlah terbatas. Dalam hal ini dilakukan analisis data berdasarkan angket,
hasil wawancara dan observasi.
5. Main Product Revision (revisi terhadap produk utama), didasarkan atas hasil
uji coba pendahuluan.
6. Main Field Testing (uji coba utama), melibatkan sekolah dalam jumlah
tertentu. Data kualitatif berupa pretest, dan postest dikumpulkan dan hasilnya
dievaluasi sesuai dengan tujuan, dan jika memungkinkan hasil tersebut
dibandingkan dengan kontrol.
7. Operation Product Revision (revison produk operasional), dilakukan
berdasarkan hasil uji coba utama.
8. Operational Field Testing (uji coba operasional) yang melibatkan sekolah
dalam jumlah tertentu. Pada langkah ini dikumpulkan data angket, observasi
dan hasil wawancara untuk kemudian dianalisis.
9. Final Product Revision (revisi produk terakhir) berdasarkan hasil uji coba
operasional.
10. Dissemination and Distribution (diseminasi dan distribusi). Pada langkah ini
dilakukan monitoring sebagai kontrol terhadap kualitas produk.
Mengacu pada langkah-langkah yang dikembangkan oleh Borg & Gall
dimana berdasarkan hasil studi pendahuluan (langkah 1) kemudian dikembangkan
model pengembangan model yang berdasarkan pada temuan kajian itu diuji coba
dalam situasi tertentu dan dilakukan revisi terhadap hasil uji coba tersebut sampai
mendapat hasilnya sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Dengan sedikit
modifikasi, pelaksanaan penelitian ini akan dibatasi hanya sampai dengan (tujuh)
yaitu dilaksanakannya model setelah mengalami tiga kali uji lapangan
(Syaodih,2005;18).
B. Langkah-Langkah Penelitian
Penelitian pengembangan model pembelajaran pencapaian konsep pada
mata pelajaran IPA di SD Kecamatan Petir menggunakan langkah-langkah
sebagai berikut :
1. Studi Pendahuluan
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Mengkaji teori-teori model pembelajaran pencapaian konsep yang relevan
dengan karakteristik siswa SD pada mata pelajaran IPA
b. Mengkaji hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya yang relevan dengan uji coba model pembelajaran pencapaian
konsep di SD Negeri Kecamatan Petir.
c. Melakukan kegiatan pra survey di beberapa SD tertentu, melalui observasi,
angket terhadap guru dan siswa yang diperkirakan dapat dilaksanakan uji coba
pengembangan model pembelajaran pencapaian konsep.
2. Pengembangan Model
a. Perencanaan
Pada langkah ini kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Mengkaji kurikulum SD pada mata pelajaran IPA kelas V semester 2
2) Merumuskan tujuan pembelajaran khusus
3) Merumuskan materi, media dan metode pembelajaran.
4) Merumuskan skenario pembelajaran
5) Merumuskan alat penilaian
6) Melakukan uji kelayakan desain pembelajaran
b. Pelaksanaan
Dalam pelaksanaan ini dilakukan uji coba model pembelajaran pencapaian
konsep di SD dengan kegiatan sebagai berikut :
1) Guru merancang program model pembelajaran pencapaian konsep di (lima)
SD. Pada langkah ini guru harus mempertimbangkan dan menetapkan target
model pembelajaran interaktif yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
2) Meningkatkan tujuan dan sikap, keterampilan serta kompetensi hasil yang
harus dimiliki oleh siswa selama penggunaan model pembelajaran pencapaian
konsep.
3) Membuat sumber ajar berupa pencapaian konsep mata pelajaran IPA.
4) Dalam aplikasi model pembelajaran pencapaian konsep di kelas, guru
merancang lembar kegiatan belajar siswa selama proses pembelajaran.
5) Guru mengarahkan siswa selama proses pembelajaran untuk memahami
materi yang disampaikan melalui model pembelajaran pencapaian konsep.
6) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya.
7) Melakukan refleksi, tes akhir, dan tindak lanjut.
c. Deskripsi Produk
Deskripsi produk model pembelajaran pencapaian konsep yang akan
dilaksanakan meliputi : 1) Tema model pembelajaran pencapaian konsep 2)
Pembelajaran pencapaian konsep yang dijadikan core, 3) Mendesain bahan ajar
pencapaian
konsep,
4)
Deskripsi
kemampuan
guru
untuk
dapat
mengimplementasikan model pembelajaran pencapaian konsep. Deskripsi desain
model berpedoman pada model pencapaian konsep dan langkah-langkah yang
telah ditetapkan pada tahap perencanaan.
Berdasarkan deskripsi model pencapaian konsep maka selanjutnya di
susun rencana penggunaan model pencapaian konsep pada mata pelajaran IPA.
Penyusunan rencana pembelajaran dilakukan oleh peneliti bersama guru-guru
yang dilibatkan. Mengingat guru adalah orang yang akan berperan dalam
penggunaan produk sekaligus memberikan bekal pengetahuan dan keterampilan
kepada guru untuk dapat menggunakan model pencapaian konsep.
3. Uji coba yang dikembangkan
Pada tahap pengembangan kegiatan yang dilakukan adalah uji coba untuk
mengimplementasikan model pembelajaran pencapaian konsep. Uji coba
dilaksanakan pada 3 (tiga) Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Petir. Kegiatan
Uji coba dilakukan sebanyak empat kali terdiri dari : a) pretest, b) pelaksanaan
model pembelajaran pencapaian konsep, c) post test, dan d) revisi.
STUDI
PENDAHULUAN
Pra Survey Lapangan :
- Kondisi Guru
- Proses Belajar Mengajar
- Kondisi Siswa
- Sarana Dan Prasarana
Kajian Literatur :
- Teori tentang model pembelajaran
- Hasil Penelitian yang relevan
PENGEMBANGAN
MODEL
A. Penyusunan Draf Awal Metode
1. Perencanaan model tujuan materi
pelajaran, strategi, metode dan
teknik model pembelajaran
2. Perencanaan uji lapangan kegiatan
tempat dan waktu
3. Pengembangan draf awal model
desain, implementasi, evaluasi /
penilaian
B. Uji Coba Terbatas
1. Desain
model,
implementasi,
evaluasi, refleksi dan revisi
C. Uji Coba Luas
Bagan 3.1 Tahapan Penelitian dan Pengembangan
C. Lokasi dan Subyek Penelitian
Hasil pengembangan model pencapaian konsep ini diproyeksikan untuk
menjadi alternatif pembelajaran mata pelajaran IPA. Penelitian dilaksanakan di
SDN Kecamatan Petir. Subjek penelitian ini adalah guru mata pelajaran IPA dan
murid kelas V SDN di Kecamatan Petir dan terhadap populasi itu dilakukan
sampling. Penetapan sampel dilakukan sebagai berikut :
1. Dalam penelitian pra survey, guru SDN di Kecamatan Petir yang mengajar di
kelas V pada mata pelajaran IPA dan siswa kelas V SD dijadikan subjek
penelitian dalam rangka memperoleh profil yang menggambarkan proses
pembelajaran IPA yang selama ini dilaksanakan. Yaitu 10 SD dari 30 SD yang
ada di wilayah Kecamatan Petir.
Tabel 3.1
Daftar Subjek Penelitian Pada Penelitian Pra Survey
No
Nama Sekolah
Guru
Siswa
Keterangan
1
SDN Ciburuy
1
35
Kec. Petir
2
SDN Pajarakan
1
32
Kec. Petir
3
SDN Wadas Kubang
1
28
Kec. Petir
4
SDN Cileungsir
1
35
Kec. Petir
5
SDN Petir 1
1
30
Kec. Petir
6
SDN Sindangsari
1
40
Kec. Petir
7
SDN Kadugenep
1
36
Kec. Petir
8
SDN Petir 2
1
32
Kec. Petir
9
SDN Padasuka
1
38
Kec. Petir
10
SDN Umbul
1
29
Kec. Petir
JUMLAH
10
335
2. Dari 10 (Sepuluh) SD yang dijadikan subjek penelitian pra survey, dilakukan
penetapan satu SD yang akan dijadikan subjek penelitian pengembangan
tempat dilakukannya uji coba terbatas model pembelajaran pencapaian
konsep. Penetapan tersebut didasarkan pada kemungkinan dapat dilakukannya
uji coba. Artinya tidak ditemui hambatan dari pihak kepala sekolah dan
adanya kemauan dari pihak guru untuk melaksanakan pembelajaran sesuai
dengan model pembelajaran pencapaian konsep. Uji coba terbatas dilakukan
pada SDN Ciburuy Kecamatan Petir.
3. Setelah proses uji coba terbatas, dilakukan uji coba luas. Penetapan sampel
dilakukan berdasarkan klasifikasi kondisi sekolah, yakni sekolah yang diangap
baik, sedang dan rendah. Kriteria penetapan klasifikasi tersebut didasarkan
pada pencapaian hasil ujian nasional dan prestasi yang pernah diraih oleh
sekolah dalam segala bidang mata pelajaran. Di sini kriteria lebih ditekankan
kepada pendapat umum (public opinion) terhadap kondisi sekolah.
Tabel 3.2
Daftar SD yang diteliti pada uji lapangan lebih luas
No
Nama SD
Kualifikasi
Ket
Baik
Kec. Petir
1.
SDN Petir 1
2.
SDN Pajarakan
Sedang
Kec. Petir
3.
SDN Wadas Kubang
Rendah
Kec. Petir
D. Teknik Pengumpulan Data
Tehnik pengumpulan data yang dipergunakan di dalam penelitian ini
dengan cara sebagai berikut :
1. Dokumentasi, digunakan untuk memperoleh informasi berkaitan dengan
Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar Standar IPA SD Kelas V
Kurikulum 2006.
2. Angket, digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang berhubungan
dengan kondisi model pembelajaran IPA selama ini, penggunaan model
pembelajaran pencapaian konsep dan pandangan siswa terhadap produk
pencapaian konsep yang dikembangkan dan serta faktor pendukung dan
penghambat.
3. Test/Penilaian, digunakan untuk memperoleh data tentang hasil evaluasi
analisis landasan dan konsep, flowchart view dan pengembangan model
pencapaian konsep.
4. Observasi,
digunakan
untuk
memperoleh
data
tentang
pelaksanaan
penggunaan model pencapaian konsep dalam pembelajaran IPA.
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen merupakan alat yang digunakan untuk memperoleh dan
mengumpulkan data. Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi
yang dibutuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian. Dalam penelitian ini
instrument yang digunakan adalah lembar observasi, tes dan angket.
a. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk melihat secara langsung aktifitas guru
dan menilai aktifitas dan kinerja siswa selama proses pembelajaran. Instrumen
observasi kinerja siswa merupakan instrument observasi yang berfungsi untuk
menilai kemampuan pemahaman konsep dan instrument observasi aktifitas guru
berfungsi untuk mengetahui keterlaksanaan model pembelajaran.
memberikan tanda cek (V) jika kriteria yang dimaksud dalam cek (Format
Observasi) ditunjukan siswa. Sedangkan instrumen observasi aktifitas guru dan
siswa, selain memuat daftar cek, juga terdapat kolom keterangan yang ditujukan
untuk memuat saran-saran observer atau kekurangan-kekurangan aktifitas guru
dan siswa selama proses pembelajaran yang tidak termuat dalam dafftar cek.
b. Angket
Angket merupakan instrument non-tes yang digunakan untuk mengetahui
respon
siswa
tentang
proses
pembelajaran
yang
menggunakan
model
pembelajaran pencapaian konsep yang dikembangkan.
Instrumen lembar angket siswa berbentuk chek list, artinya siswa hanya
memberikan tanda cek (V), jika pernyataan yang dimaksud dalam lembar angket
siswa sesuai dengan yang dialami siswa.
c. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan atau instrument yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan
atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. Tes yang digunakan dalam
penelitian ini berbentuk tes uraian. Munaf (1997:25) menyatakan bahwa ‘ Kualitas
dan informasi/data-data yang dikumpulkan ditentukan oleh kualitas alat
pengambil data (instrument) dan pengumpul data (surveyor)’. Mengingat
pentingnya kualitas alat pengambil data maka instrument yang digunakan harus
teruji misalnya dari segi validitas, realibilitas, memiliki daya pembeda dalam
membedakan mana siswa yang memiliki kemampuan tinggi, rendah dan juga
tingkat kemudahannya sudah teruji dilapangan.
F. Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis secara induktif sesuai dengan jenis data.
Untuk data kualitatif dianalisis secara kualitatif yang dilakukan bersamaan dengan
pengumpulan data, dengan cara data yang diperoleh dikumpulkan dan
dideskripsikan dalam matrik data. Jadi, teknik analisis data yang dipergunakan
dalam penelitian ini adalah statistik deskriftif. Digunakan untuk pengolahan data
yang bersifat nominal dan ordinal dengan menggunakan teknik Person yang
disajikan dalam bentuk tabel.
Pengumpulan data pada tahap studi pendahuluan khususnya kegiatan
survei awal dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan
pembelajaran IPA di SD. Pembelajaran ini meliputi model pembelajaran IPA yang
selama ini digunakan oleh guru-guru. Perencanaan pembelajaran, langkah-langkah
atau proses pembelajarannya sendiri, evaluasi, kondisi dan kegiatan siswa sumber
belajar, media atau alat bantu pembelajaran yang digunakan, serta fasilitas lain
yang ada disekolah yang sering digunakan.
Analisis data yang digunakan pada tahap ini adalah analisis deskriptif
kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis data
yang diperoleh dari angket, dicari frekuensi untuk setiap alternatif jawaban untuk
kemudian dihitung presentasenya. Dari analisis ini akan diperoleh gambaran
kecenderungan umum tentang pelaksanaan pembelajaran IPA di SD. Gambaran
kecenderungan umum ini akan dilengkapi diperkuat oleh hasil analisis kualitatif
dari data yang diperoleh dari observasi. Dengan analisis seperti itu diharapkan
bukan saja diperoleh gambaran yang obyektif dan menyeluruh tentang
pembelajaran IPA, tetapi juga ditemukan model-model mengajar, metode atau
prinsip-prinsip pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik mata pelajaran IPA
di SD.
Selanjutnya pada tahap pengembangan, data diperoleh dari hasil analisis
observasi selama guru mengajar baik pada tahap uji coba terbatas maupun uji
coba lebih luas. Karena data ini bersifat kasus masing-masing guru yang ikut
dalam kegiatan uji coba, maka di analisis secara kualitatif,. Hasil analisis ini
dikomunikasikan dan didiskusikan dengan guru untuk penyempurnaan rancangan
dan pelaksanaan pembelajaran selanjutnya. Data hasil belajar siswa pada uji coba
terbatas dan lebih luas, akan di analisis dengan uji t dan anova, melihat perbedaan
antara lain hasil tes awal dan tes akhir (pre test dan post test) dengan
menggunakan program SPSS versi 16.
BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Simpulan
Berdasarkan temuan hasil penelitian sebagaimana yang telah dikemukakan
pada bab sebelumnya, selanjutnya dikemukakan beberapa simpulan sebagai akhir
dari penelitian ini.
1. Berdasarkan studi pendahuluan penelitian, pada pembelajaran mata pelajaran
IPA yang berlangsung selama ini, sebagian besar guru melaksanakan
pembelajaran dengan metode ceramah dan tidak banyak menggunakan model
pembelajaran. Pembelajaran lebih berpusat kepada guru sebagai sumber
belajar (teacher oriented), hal ini dikarenakan kepada guru merasa bahwa
metode ceramah dianggap tepat oleh guru. Kajian-kajian teori hanya didapat
dari buku paket milik sekolah. Keterlibatan siswa dalam pembelajaran hanya
dilakukan dalam tanya jawab selama proses pembelajaran. Guru tidak banyak
memanfaatkan media dalam proses pembelajaran, walaupun ada beberapa
sekolah yang memiliki media KIT IPA, namun belum dapat dimanfaatkan
secara maksimal oleh guru. Namun demikian guru bersikap terbuka terhadap
berbagai inovasi pembelajaran yang ada, guru berusaha untuk menerapkan
inovasi pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Walaupun
sebagian besar siswa menyenangi mata pelajaran IPA, namun hal ini bukan
berarti bahwa IPA adalah mata pelajaran yang mudah, sebagian besar siswa
menganggap bahwa materi IPA sulit untuk dihapal, banyak istilah-istilah yang
susah dihapal. Metode yang diinginkan siswa adalah tidak hanya ceramah saja
tetapi metode yang lebih banyak melibatkan kemampuan berfikir siswa.
2. Penelitian yang dilakukan telah mengembangkan sebuah model pembelajaran
yang dipandang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman siswa yaitu
model pembelajaran pencapaian konsep. Desain model yang dikembangkan
terdiri dari : 1) Tema atau topik, diambil dari silabus (kurikulum); 2) Tujuan
pembelajaran, terdiri dari kompetensi dasar berkenaan dengan topik yang
dibahas, diambil dari silabus dan indikator yang merupakan penjabaran dari
kompetensi dasar dan terukur; 3) Materi pembelajaran, berisi substansi mata
pelajaran yang akan diajarkan, terdiri dari gambaran umum bahan pelajaran
dan merupakan rincian topik yang diajarkan;4) Model pembelajaran,
merupakan gambaran model pembelajaran secara umum terdiri dari langkahlangkah atau prosedur pembelajaran dengan berbagai variasi metode
disesuaikan dengan materi pelajaran. Metode yang digunakan adalah metode
yang mengaktifkan seluruh siswa dalam proses pembelajaran; 5) Media dan
sumber pembelajaran, media yang digunakan adalah yang tersedia di
lingkungan sekolah sedangkan sumber pembelajaran berupa buku-buku yang
dapat dijadikan acuan baik yang tersedia diperpustakaan sekolah maupun yang
dimiliki siswa dan guru, juga berbagai bahan untuk melakukan percobaan
yang dibawa siswa; 6) Evaluasi pembelajaran adalah evaluasi terhadap hasil
tes belajar siswa yang dilaksanakan pada awal pembelajaran siklus pertama
(pretest) dan pada setiap akhir pembelajaran di semua siklus (postest).
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat dikemukakan bahwa
model pembelajaran yang dikembangkan telah terbukti secara empiris dapat
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa. Hal ini diantaranya disebabkan
oleh perbaikan yang dilakukan oleh guru pada implementasi di setiap siklus
uji coba, adanya dorongan motivasi dari dalam diri guru untuk mau berubah
dan melakukan perubahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran, yang
semula
mengajar
dengan
ceramah
saja
menjadi
mengajar
dengan
menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep berhasil dilaksanakan.
Dari uji coba terbatas dan uji coba secara luas yang masing-masing dilakukan
empat siklus, ditemukan adanya perbedaan yang berarti antara hasil tes awal
dan hasil tes akhir. Nilai rata-rata hasil tes akhir yaitu setelah dilakukannya
pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran pencapaian konsep
yang
dikembangkan
mengalami
peningkatan
yang
cukup
signifikan
disbanding dengan nilai rata-rata hasil tes awal yaitu sebelum dilakukannya
model pembelajaran yang dikembangkan. Kesimpulan tersebut didukung oleh
hasil analisa statistik terhadap keseluruhan nilai kemampuan berfikir siswa
selama uji coba, baik uji coba terbatas maupun uji coba luas yaitu diperoleh t
hitung > t tabel pada setiap pengujian.
3. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam penerapan model pembelajaran
pencapaian konsep :
a. Motivasi dan keinginan yang kuat dari dalam diri guru untuk maun
berubah dan menerapkan perubahan dalam gaya mengajar, dari cara
mengajar ceramah menjadi menggunakan model pembelajaran pencapaian
konsep.
b. Kemampuan guru dalam menciptakan suasana pembelajaran yang
demokratis, terbuka dan saling menghargai dengan menempatkan siswa
dan guru sama-sama sebagai subjek belajar.
c. Keterampilan guru dalam mengembangkan teknik-teknik bertanya yang
dapat merangsang siswa untuk berfikir, dalam hal ini termasuk juga
kemampuan untuk bersabar menunggu jawaban siswa.
d. Kemampuan guru dalam merangsang dan membangkitkan keberanian
siswa untuk menjawab pertanyaan, menjelaskan, membuktikan dengan
memberikan data faktual serta keberanian mengeluarkan ide atau gagasan
merumuskan kesimpulan.
e. Ketersediaan media pembelajaran yang memadai, baik berupa buku paket
IPA, buku LKS dan media gambar dan aalat-alat peraga.
f. Ukuran, kondisi dan suasana ruang kelas, ukuran berkaitan dengan luas
dan pemanfaatan ukuran kelas, kondisi kelas berkenaan dengan penataan
sarana dan prasarana di kelas sehingga kondusif untuk pembelajaran
pencapaian konsep sedangkan suasana kelas berkenaan dengan iklim dan
kenyamanan belajar.
Adapun faktor yang menjadi penghambat keberhasilan implementasi model
pencapaian konsep :
a. Kurangnya motivasi guru untuk menerima inovasi dengan menerapkan
model pembelajaran di kelas, dikarenakan guru sudah terbiasa dengan
model pembelajaran yang konvensional, dan guru masih beranggapan
bahwa pembelajaran di kelas merupakan proses transfer pengetahuan
sebanyak-banyaknya kepada siswa.
b. Kurangnya kemampuan guru dalam menggunakan teknik bertanya yang
dapat merangsang kemampuan berfikir siswa.
c. Tahapan-tahapan
pembelajaran
pencapaian
konsep
membutuhkan
kemampuan dan kejelian guru dalam merumuskan konsep yang akan
disampaikan kepada siswa. Hal ini dapat diatasi dengan mempelajari dan
mengembangkan materi secara luas dan mendalam.
d. Kurangnya sarana, fasilitas yang mendukung proses pembelajaran.
e. Siswa terbiasa melakukan pembelajaran dengan mendengarkan dan
mencatat sehingga agak sulit membawa siswa pada situasi belajar yang
lain dari biasanya.
B. Rekomendasi
Berdasarkan hasil pengembangan model pembelajaran pencapaian konsep
yang dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep siswa Sekolah Dasar,
maka dikemukakan rekomendasi kepada beberapa pihak terkait sebagai berikut :
1. Untuk Guru Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
Model pembelajaran pencapaian konsep yang dikembangkan mampu
meningkatkan kemampuan pemahaman siswa, sehingga disarankan agar
model yang telah dikembangkan dapat dijadikan salah satu pilihan bagi guru
dalam implementasi pembelajaran. Mata pelajaran IPA pada dasarnya
merupakan mata pelajaran yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan
eksperimen, pengamatan dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan
tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya. Sehingga dalam implementasi
pembelajaran di kelas disarankan untuk menggunakan berbagai model
pembelajaran secara variatif. Guru disarankan untuk mempelajari dan
memahami berbagai model pembelajaran yang ada untuk dapat diterapkan
dalam proses pembelajaran di kela