PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA (Penelitian dan Pengembangan pada Mata Pelajaran IPS di SMP Negeri Kota Serang.

(1)

iii DAFTAR ISI

JUDUL THESIS……….i

LEMBAR PENGESAHAN………..ii

LEMBAR PERNYATAAN………...iii

KATA PENGANTAR………..iv

UCAPAN TERIMA KASIH………...vi

ABSTRAK………ix

DAFTAR ISI……….x

DAFTAR TABEL……….xiii

DAFTAR GAMBAR………xiv

BAB I. PENDAHULUAN………1

A. Latar Belakang Masalah………1

B. Rumusan Masalah ………..………..6

C. Fokus dan Pertanyaan Penelitian………..7

D. Tujuan Penelitian……….10

E. Definisi Operasional………11

F. Manfaat Penelitian………..14

BAB II. MODEL PEMBELAJARAN POBLEM SOLVING DI SMP………15

A. Teori Belajar………..15

B. Model Pembelajaran………...20

1.Konsep Dasar Model Pembelajaran………20

2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Sistem Pembelajaran……..21

3.Jenis Model Pembelajaran………..23

C. Problem Solving Solving sebagai Model Pembelajaran………..,.24

D. Landasan Filosofis dan Psikologis Model Pembelajaran Problem Solving…………..………..29

E. Karakteristik Siswa SMP………...31

1. Perkembangan Kognitif………...31

2. Perkembangan Moral………...33


(2)

iv

1. Karakteristik bidang Studi IPS………34

2. Tujuan Pembelajaran IPS……….38

3. Hakekat Bidang Studi IPS………..41

4. Pembelajaran IPS di SMP………43

a.Kurikulum IPS di SMP……….43

b.Fungsi dan Tujuan Mata Pelajaran IPS di SMP………46

c. Guru Mata Pelajaran IPS………..47

d. Peningkatan Hasil Belajar………49

G. Kemampuan Berpikir……….50

1. Jenis-jenis pengembangan Kemampuan Berpikir………51

2. Kemampuan Berpikir Kritis……….53

H. Pengembangan Berpikir Kritis Dalam Pembelajaran IPS………..55

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN………58

A. Metode penelitian………...58

B. Lokasi penelitian………63

C. Subyek penelitian………..63

1. Populasi……….64

2. Sampel Penelitian………..64

D. Teknik dan Alat pengumpulan Data...………...65

E. Langkah-langkah Penelitian………...………67

F. Pengembangan Instrumen…..………72

G. Teknik Analisa Data………..76

H. Waktu Penelitian………77

I. Uji Coba Terbatas………..77

J. Uji Coba Luas………94

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN………102

A. Diskripsi Hasil Penelitian……….102

B. Pengembangan Model Pembelajaran Pada Mata pelajaran IPS..118

C. Hasil Penelitian Lapangan………121

D. Pembahasan………..146

1. Perencanaan Model Pembelajaran problem Solving yang Dapat Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis…….………….155

2. Pengembangan Pelaksanaan Model pembelajaran problem Solvig yang Dapat meningkatkan Kemampuan berpikir Kritis………...163

3. Pengembangan Evaluasi model pembelajaran problem Solving pada Mata pelajaran IPS………..………..167

4. Hasil belajar dengan Pengembangan model Pembelajaran problem Solving……….167


(3)

v

5. Hasil Belajar Siswa Setelah Mengikuti Pembelajaran dengan

Model Pembelajaran Problem Solving……….. 174

6. Karakteristik Model Hasil pengembangan……….176

a. Faktor pendukung……….177

b. Kendala-kendala dalam Pengembangan Model pembelajaran Problem Solving……….178

1. 143 BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI ………180

A. Simpulan ………...180

B. Rekomendasi……….181

DAFTAR PUSTAKA……….186 LAMPIRAN ………


(4)

vi

DAFTAR TABEL

3.1 Kisi-kisi Penyusunan Instrumen..……….72

3.2 Kisi-kisi Penilaian kemampuan Berpikir Kritis………76

4.1 Latar Belakang Pendidikan dan Pengalaman……….103

4.2 Persepsi Guru Mengenahi Tugas dan Fungsinya…..……….104

4.3 Persepsi Guru Terhadap pembelajaran IPS……..……….105

4.4 Persepsi Guru Tentang Model pembelajaran Problem Solving……..…...107

4.5 Persepsi Guru Tentang Perencanaan Pembelajaran…..……….108

4.6 Persepsi Guru Tentang Implementasi…..………..111

4.7 Persepsi Guru Terhadap Evaluasi Hasil Belajar………..………..112

4.8 Sarana dan Prasarana Milik Sekolah…..………114

4.9 Persepsi Siswa Terhadap Minat dan Cara Belajar………..115

4.10 Persepsi Siswa Mengenahi Cara, Media dan Evaluasj…..………117

4.11 Hasil Observasi dan Pengamatan Guru.………122

4.12 Hasil Observasi dan Pengamatan Guru (kualitas)……….122

4.13 Hasil Belajar Siswa ( uji coba terbatas 1)………..………123

4.14 Paired Samples Test……..……….124

4.15 Hasil Observasi dan Pengamatan Guru……….………127

4.16 Hasil Observasi dan Pengamatan Guru (kualitas)….………127

4.17 Hasil Belajar Siswa ( uji coba terbatas 1)………..128

4.18 Paired Samples Test………..……….129

4.19 Hasil Observasi dan Pengamatan Guru………..131

4.20 Hasil Observasi dan Pengamatan Guru (kualitas)………..132

4.21 Hasil Belajar Siswa ( uji coba terbatas 1)………..133

4.22 Paired Samples Test………..……….134

4.23 Hasil pengujian Uji Coba Luas I……….…..139

4.24 Hasil pengujian Uji Coba Luas II………..142

4.25 Hasil pengujian Uji Coba Luas III..………..145


(5)

vii

DAFTAR BAGAN/GAMBAR

1.1 Peta Variabel Model Pembelajaran Problem Solving………8

3.1 Langkah langkah Penelitian……….71

4.1 Bagan………..152

4.2 Desain model pembelajaran Problem Solving………153

4.1 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas I (kuantitas)………..137

4.2 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas I (kualitas)…….………...137

4.3 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas II (kuantitas)…..…………..….140

4.4 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas II (kualitas)...………….…..….140

4.5 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas III (kuantitas)………..….143

4.6 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas III (kualitas)………..……..….144

4.7 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas I (kuantitas)………..…....168

4.8 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas I (kualitas)…..………….…….169

4.9 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas II (kuantitas)……….169

4.10 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas II (kualitas)..……….170

4.11 Gambar Hasil Pengamatan Uji Coba luas III (kuantitas)……..………….170


(6)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu proses untuk membina dan mengantarkan anak didik agar dapat menemukan dirinya. Ini artinya pendidikan adalah suatu proses untuk membentuk seseorang agar menjadi manusia yang manusia. Dalam hal ini perlu ada kematangan sehingga pendidikan menjadi sebuah proses pendewasaan diri seseorang dan masyarakat. Dijelaskan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 1, butir 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya , masyarakat, bangsa dan negara.

Usaha mewujudkan pendidikan yang bermutu sesuai dengan tuntutan masyarakat di era global serta perkembangan iptek yang telah membawa perubahan pada aspek kehidupan , memerlukan sumberdaya manusia yang berkualitas sebagai insan berilmu pengetahuan, berketrampilan, berbudi pekerti luhur, beraklak mulia, bertanggungjawab dan berupaya mencapai kesejahteraan diri serta memberikan sumbangan terhadap keharmonisan dan kemakmuran keluarga, masyarakat, dan negara. Tingkat pendidikan dapat dipakai sebagai ukuran tinggi rendahnya kualitas sumber daya manusia yang dimiliki suatu negara. Tingkat pendidikan bangsa Indonesia masih tergolong rendah


(7)

sebagaimana pada catatan BPS tahun 2000 bahwa terbukti penduduk yang belum tamat sekolah dasar dan yang berpendidikan sekolah dasar masih mendominasi yakni sebesar 75 %, dibandingkan dengan tingkat pendidikan SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi yang hanya 25 %. Untuk itu upaya yang dilakukan pemerintah dalam peningkatan pendidikan dasar dan lanjutan pertama yakni dengan melaksanakan program wajib belajar pendidikan dasar sembilan tahun yang terkenal dengan “ Wajardiknas”.

Pengembangan pendidikan di Indonesia dihadapkan pada tantangan meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Berbicara masalah kualitas pendidikan tentunya terkait langsung dengan kualitas pembelajaran yang dilakukan guru-guru bersama murid-muridnya didalam kelas. Idealnya kegiatan pembelajaran khususnya pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial diarahkan agar siswa mampu memahami kehidupan dirinya sebagai makluk sosial dan terampil hidup didalam lingkungan sekitarnya baik dalam arti fisikal, sosial maupun budaya. Hal demikian sejalan dengan tujuan dari Ilmu Pengetahuan Sosial yakni untuk mengembangkan potensi peserta didik agar peka terhadap masalah sosial yang terjadi di masyarakat, memiliki sikap mental positif terhadap perbaikan segala ketimpangan yang terjadi, dan terampil mengatasi setiap masalah yang terjadi sehari-hari baik yang menimpa dirinya maupun menimpa masyarakat (Depdiknas,2005:7), adapun tujuan khusus pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial pada tingkat SMP/MTs salah satunya adalah memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.


(8)

Memperhatikan tujuan pembelajaran Ilmu pengetahuan sosial, maka topik topik yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial seharusnya disajikan dengan cara menarik, dengan menggunakan permasalahan riil sebagai suatu konteks bagi siswa untuk belajar berpikir kritis, mampu belajar memecahkan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep esensial, sehingga siswa merasa tertarik dan melibatkan diri secara aktif dalam proses belajar mengajar, apalagi pada tujuan itu memuat pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah.Sebagaimana pendapat Hasan (1996:12) bahwa kemampuan bukan saja berhubungan dengan disiplin ilmu sosial tertentu tetapi juga dapat berupa kemampuan yang bersifat umum dalam menghadapi masalah sehari-hari. Seorang siswa dalam kenyataan kehidupan sehari-harinya pun tidak lepas dari keharusan membuat berbagai macam keputusan.

Kenyataan yang sering dijumpai bahwa pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial disajikan tidak menarik malah berkesan membosankan sehingga kurang merangsang siswa untuk berpikir kritis dan kemampuan memecahkan permasalahan. Padahal kemampuan berpikir kritis dan kemampuan mengatasi masalah merupakan kompetensi yang harus dimiliki oleh siswa, seperti yang diungkapkan Hamalik (2008:152) bahwa peserta didik harus dilatih tentang cara memecahkan masalah dengan mengembangkan kemampuan berpikir yang terarah untuk menghasilkan gagasan mengenahi berbagai macam memecahkan masalah dalam kaitannya dengan upaya mencapai tujuan. Kemampuan memecahkan masalah disamping sebagai hasil belajar juga merupakan bekal bagi mereka untuk melintasi garis kehidupan yang selalu menyediakan berbagai masalah, dan


(9)

masalah hendaknya dimaknai secara positif karena dengan adanya masalah orang akan mencoba melakukan problem solving/pemecahan masalah untuk mengatasi masalah yang dihadapinya atau bisa jadi orang mengatasi masalah untuk mencapai kemajuan, Sukmadinata (2004:241) mengemukakan, kemajuan sesungguhnya dicapai karena keberhasilan manusia memecahkan masalah yang dihadapinya. Hampir semua kemajuan, pembaharuan, temuan atau inovasi berawal dari adanya masalah, hambatan, kesulitan, ancaman. Orang, kelompok atau bangsa yang maju adalah yang mampu mengatasi dan memecahkan masalah.

Sehubungan dengan pentingnya mengembangkan kemampuan memecahkan masalah ini, Sanjaya (2006:214) mengungkapkan dengan mengajarkan pemecahan masalah kepada siswa akan mengembangkan kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analitis, sistematis dan logis untuk menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. Lemahnya kemampuan berpikir kritis siswa dan kemampuan memecahkan masalah merupakan masalah yang menggejala, dari hasil studi pendahuluan yang penulis lakukan terjadi pada siswa Sekolah Menengah Pertama di Kota Serang, dimana kemampuan berpikir kritis siswa dalam memecahkan masalah masih rendah dan nampaknya perlu diupayakan untuk meningkatkan kemampuan tersebut melalui pengembangan metode pembelajaran yang berorientasi pada peningkatan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah.

Rendahnya kemampuan berpikir kritis siswa dan kemampuan memecahkan masalah ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain pertama


(10)

dari segi kemampuan guru. Guru masih kurang mencerminkan sikap yang baik dalam mengajar, hal ini terlihat dari keterbatasan guru dalam menguasai berbagai model pembelajaran, khususnya penggunaan metode pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Kedua dari segi media pembelajaran, guru tidak terbiasa menggunakan media dalam pembelajaran, hal ini dikarenakan kurangnya media pembelajara yang tersedia. Ketiga dari segi materi, materi pelajaran IPS oleh kebanyakan siswa dianggap sebagai materi hafalan, sehingga menimbulkan kejenuhan dan akibatnya siswa merasa bosan mempelajari materi tersebut. Keempat dari segi siswa, yakni latar belakang sosial siswa yang berbeda-beda baik dari latar belakang ekonomi, kecerdasan dan motivasi belajar serta kemandirian juga turut mempengaruhi aktifitas belajar siswa, terutama dalam kemampuan memahami dan memecahkan masalah. Siswa yang sudah terbiasa menghadapi berbagai masalah yang dikarenakan latar belakang kondisi orang tua atau lingkungan dimana siswa tinggal, tentu akan berbeda dengan siswa yang sering dimanja dan terkadang cenderung untuk tidak mandiri. Kelima dari segi kebijakan pimpinan sekolah, pada umumnya pimpinan sekolah berkeinginan siswanya berhasil menempuh ujian nasional, akibatnya para guru diarahkan untuk mempersiapkan siswa menghadapi ujian nasional dengan melakukan latihan-latihan menjawab soal-soal dengan harapan siswa memiliki kemampuan menjawab soal-soal pada Ujian Nasional, walaupun ini baik, namun pada sisi lain ada kemampuan lain yang terabaikan seperti kemampuan berpikir kritis, kemampuan memecahkan masalah , kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik.


(11)

Melihat kenyataan tersebut maka konsep pembelajaran IPS sekarang ini perlu diubah, dengan kata lain strategi pembelajaran yang digunakan perlu divariasikan dengan berbagai metode yang dapat memberikan kesempatan siswa berperan aktif sehingga pada gilirannya akan meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

Untuk mengatasi masalah-masalah dalam pencapaian tujuan pembelajaran IPS SMP di Kota Serang , maka penulis akan menggunakan model pembelajaran problem solving yang merupakan suatu cara belajar aktif yang mengembangkan kemampuan anak untuk berfikir dan bertindak secara logis, kreatif dan kritis untuk memecahkan masalah. Model ini dikembangkan agar melatih peserta didik untuk berpikir kritis, sehingga dapat mendorong dan mengembangkan rasa ingin tahu peserta didik yang pada akhirnya mampu memecahkan masalah dalam proses pembelajaran. Pemecahan masalah sangat penting dalam proses belajar mengajar agar anak dapat mengembangkan cara berpikir memecahkan masalah yang dijumpai sehari-hari baik di lingkungan terdekat maupun di lingkungan masyarakat yang lebih luas, dibekali kemampuan menghadapi tantangan baru yang akan muncul dalam kehidupannya di masa depan sesuai dengan perkembangan jaman, dibekali kemampuan dasar bagaimana menanggapi masalah, merumuskan masalah dan memilih alternatif pemecahan secara tepat.

B. Rumusan Masalah

Salah satu yang dihadapi dalam pelajaran IPS adalah masih dominannya pendekatan ekspositoris dan resistensi untuk tetap berkembangnya belajar pasif.


(12)

Kondisi ini kecenderungan pengelolaan pembelajaran lebih berorientasi pada proses menghafal materi pelajaran. Artinya dalam setiap kegiatan pembelajaran guru memandang siswa sebagai objek yang harus diisi dengan berbagai informasi. Pola pembelajaran yang satu arah ini mengakibatkan kemampuan berpikir siswa tidak berkembang dan jauh dari tujuan ideal. Untuk itu perlu dilakukan inovasi-inovasi dalam pembelajaran, sehingga kemampuan berpikir kritis siswa dapat meningkat. Inovasi yang dilakukan dalam pembelajaran yaitu mengembangkan model problem solving yang dipandang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Bertumpu pada preposisi yang telah dikemukakan, maka penulis merumuskan masalah penelitian yaitu “Model pembelajaran problem solving bagaimanakah yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS ?”.

C. Fokus dan Pertanyaan Penelitian

Fokus dalam penelitian ini berhubungan dengan proses pembelajaran IPS di SMP Negeri Kota Serang yang keberhasilannya ditentukan oleh beberapa variabel, beberapa variabel tersebut antara lain (1) Kompetensi guru kurang memadai dan metode pengajaran masih bersifat konservatif, (2) Kurang relevannya materi dengan metode/ pendekatan yang digunakan, (3) Pembelajaran kurang memperhatikan pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa dan kemampuan memecahkan masalah, (4) Kurangnya media dan sumber belajar yang tersedia, (5) Kebijakan pimpinan sekolah yang berorientasi pada penguasaan materi pelajaran dan cenderung kurang memperhatikan penguasaan kompetensi


(13)

lainnya. Berikut perumusan peta variabel variabel yang yang mempengaruhi kemampuan berpikir kritis siswa.

Sumber: dimodifikasi dari Sukmadinata (2008:276) Gambar 1.1

Peta Perumusan variabel penelitian

Dari peta variabel diatas dapat diketahui bahwa ada lima variabel pokok yang saling mempengaruhi terhadap proses pembelajaran IPS . Pertama, kurikulum yang berhubungan dengan tujuan pembelajaran, materi pelajaran dan evaluasi hasil belajar. Kedua, kondisi guru yaitu latar belakang pendidikan dan pengalaman mengajar. Ketiga, kondisi siswa yang berhubungan dengan minat belajar IPS , tingkat kecerdasan siswa, motivasi belajar dan latar belakang sosial siswa. Keempat, sarana dan prasarana yaitu yang berhubungan dengan media dan

PBM Model Problem Solving pada mata pelajaran IPS Lingklngan : Sekolah, Kellarga, Masyarakat meningkatkan kemamplan berpikir kritis siswa Klriklllm:

Tljlan pendidikan, materi pelajaran , evallasi

Kondisi Siswa Minat, Motivasi dan , Tingkat kecerdasan, Latar belakang sosial

Kondisi Glrl

Latar belakang

pendidikan, pengalaman

Sarana dan prasarana

Media, slmber


(14)

sumber belajar dan kelima lingkungan, dimana sekolah,keluarga dan masyarakat itu berada.

Kelima variabel pokok tersebut penulis bagi menjadi dua kategori yakni variabel bebas dan variabel terikat. Menurut Sugiyono (2009:61) Variabel independen disebut sebagai variabel bebas, adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat) . Variabel dependen (variabel) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat adanya variabel bebas. Dalam penelitian ini variabel bebas adalah model pembelajaran problem solving dan sebagai variabel terikatnya adalah meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa banyak variabel bahwa banyak variabel yang melatarbelakangi atau mempengaruhi proses pembelajaran, mengingat keterbatasan waktu dan tenaga, maka penelitian ini difokuskan pada pengembangan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa, serta beberapa faktor yang melatarbelakangi khususnya faktor guru, siswa dan lingkungan sekolah. Pada komponen guru , faktor yang akan diteliti dan akan dibatasi pada latar belakang, pemahaman dan kemampuan guru terhadap pemanfaatan model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pada komponen siswa dibatasi pada kecerdasan, latar belakang sosial, minat dan motivasi belajar. Komponen lingkungan akan dibatasi pada sarana dan prasarana pembelajaran termasuk sumber belajar serta ketersediaan media. Pada komponen


(15)

proses pembelajaran akan dibatasi pada desain, implementasi dan evaluasi pembelajaran.

Berdasarkan fokus masalah yang penulis uraikan diatas maka dikembangkan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai landasan pemikiran bagi peneliti , adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kondisi pembelajaran IPS saat ini dilihat dari perencanaan, implementasi, dan evaluasi pembelajaran yang terkait dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis

2. Model pembelajaran problem solving yang bagaimana yang cocok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dilihat dari perencanaan, implementasi dan evaluasinya?

3. Bagaimana kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS dengan model pembelajaran problem solving?

4. Faktor apakah yang mendukung dan menghambat dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa?

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian sebagaimana disebutkan, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan model pembelajaran problem solving yang cocok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS SMP Negeri Kota Serang. Berdasarkan tujuan


(16)

tersebut yang masih umum maka dapat dijabarkan mejadi tujuan yang lebih rinci antara lain:

1. Memperoleh gambaran kondisi pembelajaran IPS di SMP saat ini terutama dilihat dari : perencanaan, implementasi dan evaluasi terkait dengan peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa SMP Negeri di Kota Serang.

2. Menemukan desain model pembelajaran problem solving yang cocok untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP Negeri di Kota Serang .

3. Mengetahui efektifkah penggunaan model pembelajaran problem solving terhadap kemampuan berpikir kritis serta hasil belajar siswa SMP Negeri di Kota Serang .

4. Mengetahui faktor-faktor yang mendukung dan menghambat model pembelajaran problem solving dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP.

E. Definisi Operasional

An operational definition is a definition based on the observable characteristics of that which is being defined ( Tuckman 1972:57). Dengan demikian definisi operasional dimaksudkan untuk mengukur variabel yang mendukung masalah penelitian. Penelitian ini serangkaian dari aktivitas 0perasional , maka mengoperasionalkan variabel berarti mengungkapkannya


(17)

dalam bentuk yang dapat diobservasi , diukur atau diamati ( tidak kabur) dan dapat diuji . Adapun variabel yang terdapat dalam penelitian ini, adalah:

1. Model Pembelajaran Problem solving .

Model Pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum atau rencana pembelajaran jangka panjang. Model pembelajaran memiliki a) tujuan, b) langkah-langkah kegiatan, c)peranan guru dan siswa, d) menggunakan berbagai metode, e) dukugan system seperti alat bantu dan evaluasi.Model Pembelajaran Problem solving adalah cara penyajian bahan pelajaran dengan menjadikan masalah sebagai titik tolak pembahasan untuk dianalisis dan disintesis dalam usaha mencari pemecahan masalah atau jawabannya oleh siswa.Permasalahan itu dapat diajukan atau diberikan guru kepada siswa , dari siswa bersama guru, atau dari siswa sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan pembelajaran siswa. Jadi model ini memberikan tekanan pada terselesaikannya suatu masalah secara menalar. Adapun langkah langkah model pembelajaran problem solving sebagai berikut:

a. merumuskan masalah b. merumuskan hipotesis

c. mengumpulkan dan mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis

d. pembuktian hipotesis


(18)

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Berpikir kritis merupakan jenis berpikir yang konvergen , yaitu menuju satu titik . Lawan dari berpikir kritis adalah berpikir kreatif yaitu jenis berpikir yang divergen yang bersifat menyebar dari satu titik. Berpikir kritis adalah suatu proses yang dilakukan manusia secara spesifik dengan cara mengidentifikasi dan mengkaji kearah yang lebih sempurna dan terfokus dengan apa yang diyakininya untuk sebuah keputusan dengan alasan alasan yang memadai dan logis.Proses yang dilakukan manusia secara spesifik dan mengkaji kearah yang lebih sempurna merupakan ciri-ciri yang terdapat pada proses berpikir tingkat tinggi.

Adapun ciri-ciri berpikir kritis menurut Costa (1985:277) diantaranya:

Pandai mendeteksi permasalahan, mampu mengidentifikasi perbedaan perbedaan informasi, mengumpulkan data untuk pembuktian,mampu mengidentifikasi, mampu mendaftar alternative pemecahan masalah dengan masalah lainnya, mampu membuat hubungan yang berurutan antara satu masalah dengan masalah lainnya, mampu menarik kesimpulan yang tersedia yang diperoleh dari lapangan, mampu membuat prediksi dari informasi yang tersedia, mampu menarik kesimpulan dari data yang telah ada dan terseleksi dan mampu mengklasifikasikan informasi serta ide.

Dari kutipan diatas kemampuan berpikir kritis merupakan kemampuan membuktikan, mengidentifikasi, membuat hubungan yang berurutan hingga mengambil kesimpulan dari permasalah yang ada.

Penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kritis ditinjau pada saat proses pembelajaran yakni keaktifan siswa dalam mendeteksi permasalahan, alternatif pemecahan masalah dan membuat hubungan


(19)

permasalahan yang satu dengan permasalahan yang lain, dan penarikan kesimpulan.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah

1. Bagi guru, khususnya yang mengajar Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Menengah Pertama penelitian ini dapat menambah wawasan guru di lapangan dan dapat dijadikan acuan bagi guru dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa

2. Bagi Kepala sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk meningkatkan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran Ilmu pengetahuan Sosial di sekolahnya.

3. Bagi Dinas Pendidikan, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan referensi untuk dijadikan alternatif model pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.

4. Bagi masyarakat yang tergabung dalam komite sekolah, hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian untuk dipromosikan kembali kepada masyarakat untuk memperoleh dukungan dalam membantu meningkatkan mutu pendidikan.

5. Bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian diharapkan memberikan kontribusi dalam mengembangkan pemikiran untuk menjadi bekal dalam penelitian


(20)

(21)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini diharapkan menghasilkan suatu model pembelajaran problem solving yang tepat sehingga dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis pada siswa SMP kelas VIII. Pengembangan model ini menggunakan pendekatan penelitian dan perkembangan ( research and development) R & D yang merujuk pada teori Borg dan Gall (2003; 571). Langkah-langkah penelitian dari proses penelitian ini mengacu pada siklus, yang mendasar pada kajian dan temuan penelitian untuk kemudian dikembangkan menjadi suatu produk.

Sesuai dengan karakteristik masalah yang dikaji, kegiatan penelitian ini didasarkan pada penelitian dan pengembangan, oleh karena itu harus dikerjakan secara kolaboratif dan efektif. Sukmadinata (2006:167)mengatakan bahwa dalam penelitian dan pengembangan ada beberapa metode yang digunakan diantaranya adalah :

a. Metode deskriptif, yang digunakan dalam pnelitian awal untuk menghimpun data tentang kondisi yang ada.

b. Metode evaluatif, digunakan untuk mengevaluasi proses ujicoba


(22)

c. Metode eksperimen, yang digunakan untuk menguji keampuhan dari produk tersebut.

Metodologi penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui pengembangan model pembelajaran problem solving dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa SMP pada mata pelajaran IPS. Dari aspek pendekatan metodologi, penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian dan pengembangan (Research and Development). Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini menurut Brog dan Gall (2003:571) mencakup 10 (sepuluh) langkah, yaitu:

1) Research and information collecting (Penelitian dan pengumpulan informasi). Tahap ini merupakan studi pendahuluan sebagai bentuk pengumpulan data, pengukuran kebutuhan, studi literature, observasi, penelitian dalam skala kecil, serta pertimbangan untuk menunjang penelitian dan pengembangan model problem solving pada mata pelajaran IPS.

2) Planning (perencanaan), merupakan tahapan perancangan berbagai kegiatan dan prosedur yang akan ditempuh dalam penelitian diantaranya perumusan tujuan yang hendak dicapai dengan penelitian tersebut, desain atau langkah-langkah penelitian, kemungkinan pengujian dalam skala kecil, yaitu uji terbatas penelitian dan pengembangan model pembelajaran problem solving pada mata pelajaran IPS di SMP.


(23)

3) Develop preliminary from of product (pengembangan produk awal), Pengembangan bahan pembelajaran, proses pembelajaran dan instrument evaluasi. Pengembangan produk awal adalah menyusun model pembelajaran problem solving pada mata pelajaran IPS berdasarkan studi pendahuluan.

4) Preliminary field testing (uji coba awal) merupakan kegiatan uji coba lapangan awal yang melibatkan sekolah dan subyek dalam jumlah terbatas. Pada tahap ini dilakukan analisis data berdasarkan angket, hasil wawancara serta observasi. Langkah ini dilakukan untuk memperoleh deskripsi data kualitatif awal dan model hipotetik yang akan diujicobakan pada langkah berikutnya.

5) Main product revision (revisi produk) , yaitu meliputi kegiatan memperbaiki, dan menyempurnakan hasil ujicoba terbatas mengenahi pelaksanaan dan pengembangan model pembelajaran problem solving pada mata pelajaran IPS dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis, yang hasilnya akan dijadikan bahan uji coba yang lebih luas.

6) Main field testing (uji coba utama), yaitu uji coba model yang lebih luas dengan melibatkan sekolah dan subyek dalam jumlah yang lebih banyak. Data yang dikumpulkan adalah kuantitatif pre-test dan post-test dan hasilnya dievaluasi sesuai dengan tujuan uji coba luas yang dilakukan. Dalam uji coba


(24)

lebih luas akan dilakukan pada tiga sekolah ( SMP N 11 Kota Serang, SMP N 15 Kota Serang dan SMP 17 Kota Serang)

7) Operational product revision ( penyempurnaan produk hasil uji lapangan). Merupakan langkah yang ditempuh untuk merevisi secara operasional dengan menggunakan informasi dan data yang terkumpul melalui uji coba lapangan di tahap pertama sehingga pada tahap ini dan atau selanjutnya dapat dilakukan peningkatan dan penyempurnaan produk penelitian.

8) Operational field testing (uji coba operasional) , yaitu uji coba model yang melibatkan sekolah dan subyek yang lebih banyak. Pada langkah ini data dikumpulkan dari angket, observasi, hasil wawancara yang kemudian dianalisis.

9) Revisi produk akhir (final product revision), yang didasarkan pada model operasional dan uji coba model yang lebih luas.

10)Penyebaran dan distribusi (dissemination and distribution), pada langkah ini dilakukan monitoring sebagai control terhadap kualitas model.

Dari kesepuluh langkah yang dikembangkan oleh Borg dan Gall tersebut diatas, dalam penelitian ini hanya menggunakan langkah pertama sampai ke tujuh yang telah diadaptasikan sesuai dengan keperluan penelitian tanpa mengurangi dari penelitian dan pengembangan. Langkah tersebut dikelompokkan pelaksanaannya dilakukan


(25)

menjadi tiga tahap , menurut Sukmadinata ( 2008 : 184) yang memungkinkan dilakukan oleh peneliti, yaitu:

1. Studi pendahuluan. Pada tahap ini akan dikaji teori-teori yang berkaitan dengan model pembelajaran problem solving beserta hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini, serta kondisi yang aktual pembelajaran yang dilaksanakan dalam peningkatan kemampuan berpikir kritis.

2. Perencanaan dan pengembangan Model. Pada tahap ini akan dirumuskan tujuan pengembangan dan rancangan model pembelajaran problem solving. Dalam menyusun rancangan model dilakukan beberapa kegiatan antara lain: mengkaji standar kompetensi dan kompetensi dasar sesuai dengan kurikulum yang berlaku, merumuskan materi, evaluasi, metode dan media dalam pembelajaran.

3. Uji coba model. Pada tahap ini ada dua langkah yang dilakukan yaitu pertama uji coba terbatas dan kedua uji coba luas. Selama pelaksanaan uji coba terbatas dilakukan pengamatan dengan mencatat hal-hal yang dianggap penting selama proses pembelajaran berlangsung, setelah dilakukan uji coba terbatas dilakukan revisi dan penyempurnaan berdasarkan hasil uji coba tersebut.


(26)

B. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian untuk pengembangan model problem solving, pada pelaksanaan uji coba terbatas pada 1 sekolah yakni Smp N 10 Kota Serang dengan kelas paralel yang diambil 1 kelas. Sedangkan untuk ujicoba luasnya dilakukan pada 3 sekolah yang mewakili kelas tinggi, sedang, rendah yakni di SMP N 15 Kota Serang, SMP N 11 Kota Serang, SMP N 17 Kota Serang.. Alasan pengambilan lokasi ini didasarkan pada pertimbangkan yaitu pertama peneliti tinggal dan bekerja di Kota Serang, serta adanya dukungan dari kepala sekolah dan dukungan dari pihak guru IPS di sekolah tersebut yang mau bekerjasama membantu peneliti, kedua SMP N 15 Kota Serang merupakan sekolah yang sudah lama berdiri di Kota Serang yang dulunya bernama SMP N 7 Serang dan dilihat dari hasil lulusannya sekolah ini mendapat akreditas sangat baik, ketiga SMP N 11 Kota Serang mendapat akreditasi sedang , keempat SMP N 17 Kota Serang merupakan sekolah yang mendapat akreditasi cukup.

C. Subyek Penelitian

Adapun subyek penelitianya adalah guru mata pelajaran IPS dan siswa kelas VIII pada semester 2 di empat sekolah , dan masing-masing sekolah diwakili oleh satu kelas yang merupakan kelas inti pada sekolah tersebut. Jumlah subjek penelitian yaitu 12 orang guru IPS dari empat SMP, yakni SMP N 10 Kota Serang dengan jumlah siswa kelas VIII 41 siswa, , SMP N 15 Kota Serang dengan jumlah siswa


(27)

kelas VIII 30 siswa , SMP N 17 Kota Serang dengan jumlah siswa 35, dan SMP N 11 Kota Serang dengan jumlah siswa 34. Adapun subyek penelitian meliputi populasi dan sampel penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi merupakan sekumpulan obyek/subyek yang dapat berupa orang, benda peristiwa maupun gejala yang terjadi disekeliling kita. Selain itu populasi bukan hanya sekedar kumpulan yang menunjukkan kuantitas suatu obyek/subyek penelitian , tetapi seluruh krakteristik/sifat yang dimiliki subyek atau obyek tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sugiono (2009: 117) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulnya.

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana model pembelajaran problem solving yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa tingkat SMP pada mata pelajaran IPS.Maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah manusia , yaitu siswa kelas VIII semester dua pada 24 sekolah negeri di Kota Serang.

2. Sampel penelitian

Sampel penelitian merupakan bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data yang dianggap mewakili karakterisik/sifat yang dimiliki oleh populasi tersebut. Seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2009:118) bahwa sampel adalah


(28)

bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Penentuan sampel pada studi pendahuluan menggunakan teknik cluster sampling ( area sampling) berdasarkan area di 6 lokasi kecamatan di Kota Serang , yakni kecamatan Serang, Cipocokjaya, Walantaka, Curug, Kasemen, Taktakan. Tiap kecamatan diambil satu sekolah.

Pengembangan model pembelajaran pada uji coba terbatas pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling dilakukan pada satu sekolah (SMP N 10 Kota Serang) untuk uji coba terbatas adapun alasan pemilihan sekolah tersebut merupakan sekolah pada kategori sedang . Untuk uji coba luas pengambilan sampel dengan menggunakan teknik stratified random sampling dipilih tiga sekolah yakni (SMP N 11 Kota Serang, SMP N 15 Kota Serang , SMP N 17 Kota Serang) . Ketiga sekolah ini mewakili kategori sekolah peringkat atas, sedang dan rendah.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Untuk menunjang terlaksananya penelitian ini digunakan alat pengumpulan data berupa instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah 1) observasi, 2) angket, 3) wawancara, 4) tes, dan 5) studi dokumentasi. Pada studi pendahuluan dilakukan teknik observasi, wawancara dan studi dokumentasi, sedangkan pada tahap uji coba terbatas menggunakan observasi, wawancara dan angket. Sedangkan pada uji coba luas ditambah dengan tes.


(29)

1.Observasi

Observasi adalah semua kegiatan yang dilakukan untuk mengamati merekam dan mendokumentasikan setiap indikator dari proses dan hasil yang dicapai. Dalam kegiatan observasi di kelas VIII pada mata pelajaran IPS peneliti menggunakan pedoman observasi yang berbentuk format isian dengan memberikan atau membubuhkan tanda centang(v) pada aspek yang muncul. Tujuan observasi adalah untuk memantau proses, hasil dan dampak perbaikan pembelajaran yang direncanakan.

2.Angket

Angket atau kuesioner ini berisi pernyataan-pernyataan yang berkaitan dengan perencanaan , pelaksanaan, dan evaluasi yang telah dilakukan dalam pembelajaran IPS, dan proyeksi-proyeksi pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran problem solving.

3.Wawancara

Dalam penelitian ini peneliti melakukan wawancara dengan guru IPS , siswa, dan kepala sekolah . Supaya hasil wawancara dapat terekam dengan baik dan peneliti memiliki bukti telah melakukan wawancara kepada sumber data maka diperlukan alat-alat bantu wawancara seperti buku catatan, tape recorder, dan camera. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk mendapatkan data pelaksanaan pembelajaran IPS serta pendukung dan kendala saat ini bagi pengembangan model pembelajaran.


(30)

4.Tes

Tes ini dilakukan untuk mengetahui efektivitas pembelajaran yang didasarkan pada model pembelajaran problem solving. Tes ini juga untuk mengetahui hasil pembelajaran setelah menggunakan model pembelajaran problem solving.

5.Dokumentasi

Dokumentasi sebagai teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dokumen-dokumen yang ada seperti bahan/ materi , RPP, Silabus dan soal ulangan.

E. Langkah-langkah Penelitian

Adapun langkah langkah penelitian ini mengikuti tahap-tahap yang dikemukakan Sukmadinata (2008:184) sebagai penyederhana dari 10 langkah dari Gall dan Borg (2003:571), yaitu studi pendahuluan, pengembangan model dan uji coba model.

1. Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilakukan untuk memperoleh gambaran/data awal tentang berbagai kondisi dan potensi di lapangan. Kegiatan yang dilakukan dalam tahap ini antara lain sebagai berikut:

a. Mengkaji kondisi dan perilaku pembelajaran IPS saat ini


(31)

c. Mengkaji teori-teori yang relevan dengan model pembelajaran problem solving dan kemampuan berpikir kritis.

d. Mengkaji hasil-hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan pelaksanaan model pembelajaran problem solving dan berpikir kritis siswa

e. Melakukan kegiatan survai lapangan ditujukan untuk menghimpun data tentang kondisi pembelajaran IPS di SMP saat ini. Aspek aspek yang diteliti menyangkut perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, model pembelajaran yang digunakan, evaluasi hasil belajar, penggunaan media dan fasilitas pembelajaran. Selain itu dari guru didapatkan data mengenahi latar belakang guru dan siswa, seperti latar belakang pendidikan, pengetahuan dan persepsi tentang pembelajaran IPS dan motivasi belajar IPS.

2. Tahap penyusunan dan perencanaan model

Melalui penelitian dan pengembangan yang dilakukan pada mata pelajaran IPS dengan merujuk pada domain teknologi pembelajaran diharapkan dapat mencapai hasil yang diinginkan. Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:

a. Merumuskan desain pembelajaran terdiri atas

• Melihat dan mengkaji kurikulum di SMP sebagai acuan program pengajaran berupa analisis materi pelajaran dan persiapan pengajaran (RPP)


(32)

• Pengembangan materi,media, metode dan model pembelajaran problem solving yang ideal .

• Menyusun langkah-langkah pembelajaran problem solving untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

b. Merumuskan kawasan pengembangan, yaitu meliputi pengembangan strategi pembelajaran berdasarkan sumber yang relevan.

c. Merumuskan kawasan pemanfaatan yakni pemanfaatan media dan

implementasinya pada proses pembelajaran.

d. Merumuskan kawasan pengelolaan yaitu pengelolaan alokasi waktu, fasilitas belajar dan sistem penyampaian.

e. Merumuskan kawasan penilaian, yaitu penilaian formatif maupun penilaian sumatif.

3. Tahap pengujian dan pengembangan(Uji coba program pembelajaran).

Pada tahap ini dilakukan pengujian model dengan menguji kelebihan model pembelajaran problem solving yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis dibandingkan dengan model yang biasa digunakan oleh guru. Dalam tahapan ini digunakan tiga sekolah untuk uji coba luas yang mewakili sekolah baik, sedang dan kurang.

Dengan melihat tahapan diatas maka penelitian dan pengembangan (Research and Development) merupakan metode penghubung atas pemutus kesenjangan penelitian dasar dan penelitian terapan. Kesenjangan yang dimaksud antara


(33)

penelitian-penelitian dasar yang bersifat teoritis saja dengan penelitian terapan yang bersifat praktis.Dengan kesenjangan yang dimaksud menurut Sukmadinata (2008:165) dapat dihilangkan atau disambungkan dengan penelitian dan pengembangan (Research and Development ). Maka melalui metode penelitian dan pengembangan hasil yang diharapkan dalam penelitian adalah untuk menghasilkan suatu model pembelajaran problem solving untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS di SMP.

Ketiga tahapan pelaksanaan penelitian pengembangan model pembelajaran tersebut secara visual dapat dilihat pada gambar berikut.


(34)

F.

G.

H. I. J. K.

L. B.Subj M. N. Gambar 3.1 Langkah-langkah Penelitian Studi pendahuluan Kegiatan literature/hasil penelitian

Hasil kajian literature dan pra survai

Kegiatan literature/hasil penelitian

1.Perencanaan Model (tujuan, materi, urutan kegiatan dan alat evakuasi.

2.Perncanaan uji lapangan (kegiatan tempat dan waktu) 3.Penyusunan draf awal model: (tujuan, materi urutan kegiatan dan alat evaluasi

1.Ujicoba Terbatas - Pre test

- Desain pembelajaran - Implementasi - Post test - Revisi untuk penyempurnaan Kajian literature/hasil

penelitian terdahulu

Survei lapangan: - Kurikulum IPS

SMP - PBM

- Kondisi siswa - Kondisi guru - Lingkungan

sekolah

Perencanaan dan penyusunan model

Ujicoba model

Hasil kajian literature dan survai lapangan

Draf awal model yang siap untuk diujicobakan

2. Ujicoba Luas - Pre test - Desain pembelajaran - Implementasi - Post test

Model pembelajaran problem solving


(35)

F. Pengembangan Instrumen

Mengacu kepada definisi operasional dan penjelasan istilah yang telah dikemukakan pada Bab I, maka dikembangkan instrumen penelitian . Sebelum disusun butir-butir pertanyaan terlebih dahulu dibuat kisi-kisi penyusunan instrumen yang memetakan permasalahan, sub masalah, indikator, sumber data, dan teknik pengumpulan data yang digunakan. Berpegang pada kisi-kisi tersebut dirumuskan butir-butir pertanyaan. Sebelum instrument-instrumen tersebut digunakan dalam penelitian diadakan penilaian dan ujicoba . penilaian akan dimintakan dari para ahli terutama pembimbing, sedangkan uji coba instrumen akan dilakukan kepada guru(untuk angket) dan siswa (untuk tes). Setelah mendapatkan penyempurnaan-penyempurnaan baru digunakan dalam penelitian sebenarnya.

Tabel : 3.1

Kisi-kisi Penyusunan Instrumen penelitian

Masalah Sub masalah Indikator Sumber Data Teknik pengumpulan data Bagaimana pembelajaran saat ini yang dilaksanakan di SMP?

Bagaimana performent guru ?

- Latar belakang pendidikan guru

- Pengalaman mengajar - Pengalaman penataran - Sifat profesinya/cara

pandang guru terhadap profesinya

- Fungsi guru dalam pembelajaran

- Upaya guru

- Cara pandang guru terhadap pembelajaran IPS

- Minat mengajar IPS


(36)

Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS? Bagaimana Implementasi pembelajaran saat ini?

- Harapan guru terhadap siswa setelah proses pembelajaran IPS - Persepsi guru terhadap

model pembelajaran problem solving

- Persepsi guru terhadap kemampuan berpikir kritis siswa

- Langkah-langkah

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran - Pertimbangan dalam

penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran - Faktor-faktor yang

dipertimbangkan dalam rencana pelaksaan pembelajaran - Ruang lingkup materi

pelajaran IPS di rencana pelaksanaan pembelajaran - Metode yang digunakan

dalam pembelajaran IPS - Media yang digunakan

dalam pembelajaran IPS - Sumber belajar yang

digunakan dalam pembelajaran IPS - Kemampuan awal siswa - Penyajian materi

- Upaya guru dalam melibatkan siswa dalam proses pembelajaran meliputi: a. Mengemukakan pendapat b. Memecahkan permasalahan c. Menyimpulkan hasil

Guru

Guru

Angket


(37)

Bagaimana Evaluasi pembelajaran ?

Bagaimana cara pandang siswa terhadap pembelajaran IPS ?

pembelajaran - Kesesuaian alokasi waktu

- Tujuan diadakannya evaluasi

- Waktu diadakan evaluasi. - Teknik evaluasi - Bentuk evaluasi - Kriteria evaluasi - Remedial

- Minat terhadap pelajaran IPS

- cara siswa belajar IPS - persepsi siswa terhadap

cara guru mengajar IPS di kelas

- metode yang digunakan guru dalammengajar dikelas

- media yang digunakan guru dalam mengajar dikelas

- pelaksanaan evaluasi yang sering dilakukan guru

- aktivitas siswa di kelas menurut persepsi siswa . - Kondisi ruang kelas - Lingkungan - Sumber belajar - Media dan alat bantu - Perpustakaan

Guru

Siswa

Angket


(38)

Bagaimana sarana dan prasarana yang dapat

mendukung pembelajaran IPS

Guru, Kepala Sekolah

dan Ka TU

Angket dan lembar observasi


(39)

Tabel 3.2

Kisi kisi Penilaian Kemampuan Berpikir Kritis

Masalah Sub masalah Indikator sumber data Teknik pengumpulan data Bagai mana kemam puan berpiki r kritis siswa?

Kemampuan berpikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS

Kuantitas: - Bertanya

- Menjawab pertanyaan - Mengeluarkan

pendapat Kualitas:

- Mendeteksi permasalahan

- Alternative pemecahan masalah

- Membuat hubungan permasalahan satu dengan yang lain

guru Observasi kelas

G. Teknik Analisis Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara,catatan lapangan, dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan keadaan unit-unit,


(40)

melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola , memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami. (Sugiyono, 2005:89)

Data yang telah dikumpulkan melalui berbagai alat pengumpul data, selanjutnya diolah dan dianalisis dengan rasional (induktif dan deduktif). Data hasil belajar siswa dianalisis dengan menggunakan teknik persentase dan uji –t. Pengumpulan dan penganalisisan data dilakukan selama proses penelitian berlangsung (tahap perencanaan, pelaksanaan dan kulminasi). Prosedur yang dilakukan dalam analisa data ini meliputi: analisa data, refleksi dan tindakan.

H. Waktu Penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Pertama Negeri di Kota Serang pada kelas VIII semester 2 tahun pelajaran 2009/2010 mulai bulan Maret sampai bulan Mei 2010.

I.Uji Coba Terbatas

Pelaksanaan uji coba model pembelajaran dilakukan melalui uji coba terbatas dan uji coba luas. Uji coba terbatas dilakukan disatu sekolah yakni SMP N 10 Kota Serang dengan tiga kali pertemuan setiap kali pertemuan 2 jam pelajaran. Sebelum dilaksanakan uji coba model pembelajaran dilakukan pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan penguasaan materi sebelum dilaksanakan proses pembelajaran. Kemudian setelah selesai proses pembelajaran dilaksanakan tes akhir


(41)

atau posttest tujuannya untuk mengetahui sejauh mana model tersebut berpengaruh terhadap hasil belajar siswa . Hal ini dilakukan pada uji coba terbatas pertama, kedua dan ketiga.

Tujuan dilakukan uji coba terbatas yakni untuk mengetahui kesesuaian dan kebermaknaan model pembelajaran yang dikembangkan. Melalui uji coba terbatas akan dilakukan perbaikan pelaksanaan pembelajaran pada setiap pertemuan guna menyempurnakan model pembelajaran yang digunakan, hasil penyempurnaan pada uji coba terbatas akan siap digunakan di uji coba lebih luas. Adapun penyempurnaan model pada kegiatan uji coba terbatas difokuskan pada perencanaan,implementasi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar.

1. Uji Coba Terbatas Pertama (siklus 1)

Draf uji coba terbatas pertama difokuskan pada kegiatan perencanaan, implementasi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. Desain model pembelajaran uji coba terbatas pertama sebagai berikut:


(42)

Draf Awal Uji Coba Pertama (siklus 1)

I. Rancangan

1. Tujuan Pembelajaran

Siswa memahami permasalahan ketenagakerjaan dalam kegiatan ekonomi dan upaya penanggulangannya

2. Materi Pembelajaran

Tenaga kerja ( masalah menjadi titik tolak pembahasan)

3. Metode Pembelajaran

Metode ceramah, tanyajawab, diskusi

4. Media dan Sumber Pembelajaran

a. Sumber buku IPS Terpadu kelas VIII semester 2

b. Media pembelajaran yang relevan dengan pokok pembahasan

5. Evaluasi

a. Evaluasi proses b. Evaluasi hasil

II. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Pendahuluan

• Memberi salam kepada siswa

• Memeriksa kehadiran kehadiran siswa dan membentuk kelompok

diskusi

• Menjelaskan topik dan tujuan pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan

• Mengadakan pretest

b. Kegiatan Inti

Perumusan Masalah

Perumusan Hipotesis

• Mengumpulkan dan mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis

Pembuktian hipotesis

Menentukan pilihan penyelesaian

c. Kegiatan Penutup

Menyimpulkan materi

• Menanyakan kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran berlangsung

Memberi tugas dirumah (PR)

III. Evaluasi

a. Evaluasi Proses (dilaksanakan dalam bentuk observasi) b. Evaluasi Hasil (dilaksanakan dalam bentuk tes tulisan)


(43)

a) Perencanaan Tindakan

Perencanaan tindakan siklus 1 berpedoman pada draf model awal pembelajaran problem solving yang telah disusun berdasarkan hasil refleksi studi pendahuluan. Draf awal tersebut berupa RPP model pembelajaran problem solving seperti yang disajikan diatas.

b) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus I adalah implementasi perencanaan tindakan siklus 1 yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanyajawab, dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Kegiatan awal (pendahuluan) alokasi waktu 20 menit (dilakukan secara klasikal)

• Guru memberi salam kepada siswa dan memeriksa kehadiran hari ini. • Guru menyampaikan topik dan tujuan yang akan dipelajari sesuai

dengan pokok bahasan yang akan dipelajari siswa. • Guru melakukan pretest.

2. Kegiatan Inti alokasi waktu 40 menit a) Tahap perumusan masalah


(44)

• Guru menyampaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran

• Guru membimbing siswa agar termotivasi untuk merumuskan

permasalahan secara aktif.

• Guru dan siswa menetapkan rumusan masalah yang disepakati

bersama.

b)Tahap perumusan hipotesis

o Guru mengarahkan siswa agar memberi jawaban sementara berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji.

o Masing-masing kelompok memberikan hipotesis sesuai dengan

rumusan masalah.

c) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.

o Secara berkelompok menjaring informasi yang ada sesuai dengan pertanyaan yang diajukan guru.

o Siswa secara berkelompok mengolah informasi yang diajukan sesuai dengan permasalahan yang diajukan.

d)Tahap pembuktian hipotesis

Siswa membuktikan bahwa sektor tenaga kerja dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

e) Tahap menentukan pilihan penyelesaiannya

o Merumuskan penyelesaian masalah berdasarkan hasil temuan dalam pengujian hipotesis.


(45)

o merumuskan kesimpulan pemecahan masalah pada pokok bahasan dari hasil diskusi

3. Kegiatan Penutup alokasi waktu 20 menit

• Siswa menarik kesimpulan dengan bimbingan guru. • Siswa mengerjakan soal post test

• Refleksi

c) Observasi/Pengamatan

Observasi /pengamatan dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran. Pelaksanaan observasi tersebut dibantu oleh seorang kolaborator, yaitu seorang rekan guru. Pengamatan terhadap guru dilakukan pada aspek-aspek pelaksanaan pembukaan pembelajaran, kegiatan inti dan penutup. Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada saat proses pembelajaran yakni mengenahi keaktifan siswa dalam diskusi.

Berdasarkan pengamatan kolaborator diperoleh masukan sebagai berikut: • Dalam pembukaan guru kurang memotivasi siswa sehingga siswa kurang


(46)

• Dalam proses kegiatan inti, siswa kurang aktif, hanya beberapa anak yang tergolong prestasinya baik saja yang aktif, sehingga proses pembelajaran kurang begitu hidup.

• Para siswa sebagian besar lambat dalam menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan guru.

d.) Refleksi

Setelah rencana tindakan siklus I dilaksanakan, diamati prosesnya dengan bantuan kolaborator , direnungkan serta didiskusikan hasilnya, diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: dari segi proses, pelaksanaan model pembelajaran problem solving model awal pada ujicoba terbatas siklus 1 masih menunjukkan beberapa kelemahan yaitu siswa kurang bersemangat dan kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dari segi hasil belajar model pembelajaran ini belum menunjukkan hasil maksimal meskipun terjadi peningkatan kemampuan dari hasil pretest dan hasil postest.

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan penyempurnaan pada siklus berikutnya berupa upaya upaya sebagai berikut:

• Pemberian motivasi lebih optimal dalam pembukaan.


(47)

2. Uji Coba Terbatas Kedua (Siklus 2)

Pelaksanaan pengembangan model pembelajaran problem solving pada uji coba terbatas kedua dilakukan dengan memperhatikan saran maupun usulan yang diberikan pada refleksi siklus 1 yakni pemberian motivasi lebih optimal dan penambahan penggunaan metode penugasan. Draf uji coba terbatas kedua difokuskan pada kegiatan perencanaan, implementasi dan evaluasi hasil belajar.

a. Desain pembelajaran

Persiapan mengajar pada uji coba terbatas ke dua merupakan hasil revisi dari uji coba terbatas pertama. Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan format yang sama yakni topic kegiatan, tujuan pembelajaran, media , langkah-langkah pembelajaran dan evaluasi. Desain pembelajaran uji coba terbatas ke dua sebagai berikut:

Draf Uji Coba Terbatas Kedua (siklus 2)

I. Rancangan

1. Tujuan Pembelajaran

a. Standar Kompetensi, memahami kegiatan perekonomian Indonesia

b. Kompetensi Dasar, mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya

c. Indikator

• Mengidentifikasi permasalahan dasar yang berhubungan dengan tenaga kerja di Indonesia (jumlah mutu, persebaran dan angka pengagguran)

• Mengidentifikasi peningkatan mutu tenaga kerja

• Mengidentifikasi peranan pemerintah dalam mengatasi masalah tenaga kerja di Indonesia


(48)

2. Materi Pembelajaran

Angkatan kerja ( Masalah sebagai titik tolak pembahasan)

3. Metode Pembelajaran

Ceramah, tanyajawab, diskusi, penugasan

4. Media dan Sumber Belajar

• Sumber buku IPS Terpadu kelas VIII semester 2

• Media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan

5. Eavluasi

a. Evaluasi Proses b. Evaluasi hasil

II. Pelaksanaan Evaluasi

a. Pendahuluan

• Memberi salam kepada siswa, memeriksa kehadiran siswa dan

menjelaskan topik dan tujuan pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan

• Mengadakan pretest

b. Kegiatan Inti

Melaksanakan langkah-langkah pembelajaran

Perumusan Masalah

Perumusan Hipotesis

• Mengumpulkan dan mengelompokan data sebagai bahan pembuktian hipotesis

Pembuktian hipotesis

Menentukan pilihan penyelesaian

c. Kegiatan Penutup

• Menanyakan kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran berlangsung

Memberi tugas (PR)

III. Evaluasi

a. Evaluasi Proses (dilaksanakan dalam bentuk observasi) • Guru menilai keterlibatan siswa dalam pembelajaran b. Evaluasi Hasil (dilaksanakan dalam bentuk tes tulisan)

• Melakukan testertulis kepada siswa dalam bentuk pretest dan posttest. • Membuat karya tulis tentang ketenagakerjaan di Indonesia

IV. Refleksi dan Perbaikan

a. Refleksi

• Guru hendaknya mempunyai persiapan yang prima atas penguasaan materi yang berimbang


(49)

Alokasi waktu hendaknya digunakan seefisien mungkin b. Perbaikan

• Hendaknya guru mengupayakan siswa terlibat dalam proses

pembelajaran.

b.Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus 2 adalah implementasi perencanaan tindakan siklus 2 yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode

ceramah, diskusi, tanyajawab, penugasan dengan prosedur sebagai berikut:

1). Kegiatan awal (pendahuluan) alokasi waktu 20 menit (dilakukan secara klasikal) • Guru memberi salam kepada siswa dan memeriksa kehadiran hari ini.

• Guru menyampaikan topik dan tujuan yang akan dipelajari sesuai dengan pokok bahasan yang akan dipelajari siswa.

• Guru melakukan pretest.

2). Kegiatan Inti alokasi waktu 40 menit a) Tahap perumusan masalah

• Guru menyampaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran

• Guru membimbing siswa agar termotivasi untuk merumuskan

permasalahan secara aktif.

• Guru dan siswa menetapkan rumusan masalah yang disepakati bersama.


(50)

b)Tahap perumusan hipotesis

o Guru mengarahkan siswa agar memberi jawaban sementara berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji.

o Masing-masing kelompok memberikan hipotesis sesuai dengan

rumusan masalah.

c) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis. - Secara berkelompok menjaring informasi yang ada sesuai dengan pertanyaan yang diajukan guru.

- Siswa secara berkelompok mengolah informasi yang diajukan sesuai dengan permasalahan yang diajukan.

d) Tahap pembuktian hipotesis

- Siswa membuktikan bahwa sektor tenaga kerja dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

e) Tahap menentukan pilihan penyelesaiannya

- Merumuskan penyelesaian masalah berdasarkan hasil temuan dalam pengujian hipotesis.

- Masing-masing kelompok menanggapi hasil temuan kelompok lain

- Merumuskan kesimpulan pemecahan masalah pada pokok bahasan dari hasil diskusi

3. Kegiatan Penutup alokasi waktu 20 menit

a. Siswa menarik kesimpulan dengan bimbingan guru. b. Siswa mengerjakan soal post test


(51)

c. Refleksi

3) Observasi/Pengamatan

Observasi /pengamatan dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran. Pelaksanaan observasi tersebut dibantu oleh seorang kolaborator, yaitu seorang rekan guru. Pengamatan terhadap guru dilakukan pada aspek-aspek pelaksanaan pembukaan pembelajaran, kegiatan inti dan penutup. Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada saat proses pembelajaran yakni mengenahi keaktifan siswa dalam diskusi.

Berdasarkan pengamatan kolaborator diperoleh masukan sebagai berikut:

• Dalam pembukaan guru cukup bagus dalam memotivasi siswa sehingga siswa

begitu antusias.

• Dalam proses kegiatan inti, siswa mulai aktif, sudah mulai bermunculan siswa siswa yang dikelasnya bukan kategori siswa berprestasi meskipun belum begitu banyak.

• Waktu yang digunakan dalam menyelesaikan tugas guru masih dianggap kurang, hal ini menandakan siswa belum optimal dalam menggunakan waktu yang tersedia dikarenakan kurang terfokusnya konsentrasi belajar.


(52)

4.) Refleksi

Setelah rencana tindakan siklus 2 dilaksanakan, diamati prosesnya dengan bantuan kolaborator , direnungkan serta didiskusikan hasilnya, diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: dari segi proses, pelaksanaan model pembelajaran problem solving model awal pada ujicoba terbatas siklus 2 masih menunjukkan beberapa hal yang perlu disempurnakan. Beberapa hal itu yakni mengenahi penggunakan waktu yang tersedia belum optimal, keaktifan siswa dalam proses pembelajaran juga belum optimal.. Dari segi hasil belajar model pembelajaran ini belum menunjukkan hasil maksimal meskipun terjadi peningkatan kemampuan dari hasil pre test dan hasil post test dan juga dibandingkan dengan siklus 1.

Sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan penyempurnaan pada siklus berikutnya berupa upaya upaya sebagai berikut:

• Optimalisasi penggunaan waktu dalam proses pembelajaran

• Penambahan penggunaan metode permainan yang merangsang siswa lebih aktif lagi yakni kupon bertanya

3. Uji Coba Terbatas Ketiga (Siklus 3)

Pelaksanaan pengembangan model pembelajaran problem solving pada uji coba ketiga dilakukan dengan memperhatikan saran atau usulan yang diberikan


(53)

sebagai pelaksanaan model pembelajaran untuk meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa serta sikap positif terhadap pembelajaran berkelompok dan diskusi. Draf ujicoba model pembelajaran pada siklus 3 di fokuskan pada kegiatan perencanaan , implementasi dan evaluasi hasil.

a. Perencanaan Tindakan

Persiapan mengajar dalam pelaksanaan pengembangan model

pembelajaran problem solving pada siklus 3 ini merupakan hasil revisi dari persiapan mengajar pada siklus 2 . Perencanaan pembelajaran dilakukan dengan format yang sama topik/kegiatan, tujuan pembelajaran, media langkah-langkah pembelajarandan evaluasi. Desain model pembelajaran uji coba terbatas ketiga ( siklus 3) adalah sebagai berikut:

Uji Coba Terbatas Ketiga (siklus 3)

I. Rancangan

1. Tujuan Pembelajaran

a. Standar Kompetensi, memahami kegiatan perekonomian Indonesia

b. Kompetensi Dasar, mendeskripsi permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber dalam kegiatan ekonomi, serta peranan pemerintah dalam upaya penanggulangannya.

c. Indikator

• Mengidentifikasikan permasalahan dasar yang berhubungan

dengan tenaga kerja di Indonesia (jumlah mutu, persebaran dan angka pengangguran)

• Mengidentifikasi peningkatan mutu tenaga kerja

• Mengidentifikasi peranan pemerintah dalam mengatasi masalah tenaga kerja di Indonesia

2. Materi Pembelajaran


(54)

3. Metode Pembelajaran

Metode tanyajawab, diskusi, permainan kupon bertanya, penugasan

4. Media dan Sumber Belajar

a. Sumber buku IPS Terpadu krlas VIII semester 2

b. Media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan 5. Evaluasi

a. Evaluasi Proses b. Evaluasi Hasil

II. Pelaksanaan Pembelajaran

a. Pendahuluan

• Memberi salam, memeriksa kehadiran siswa dan menjelaskan topik dan tujuan pembelajaran sesuai dengan pokok bahasan

• Mengadakan pretest

b. Kegiatan Inti

Perumusan Masalah

Perumusan Hipotesis

• Mengumpulkan dan mengelompokan data sebagai bahan

pembuktian hipotesis

Pembuktian hipotesis

Menentukan pilihan penyelesaian

c. Kegiatan Penutup

• Menanyakan kesulitan yang dialami siswa selama proses pembelajaran berlangsung

• Memberi tugas dirumah

III. Evaluasi

a. Evaluasi Proses (dilaksanakan dalam bentuk observasi) • Guru menilai keterlibatan siswa dalam pembelajaran b. Evaluasi Hasil (dilaksanakan dalam bentuk tes tulisan)

Guru melakukan tes tulis b.Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan siklus 3 adalah implementasi perencanaan tindakan siklus 3 yang telah disusun. Pelaksanaan tindakan tersebut dilakukan dengan menggunakan metode


(55)

ceramah, diskusi, permainan kupon bertanya, tanyajawab, penugasan dengan prosedur sebagai berikut:

a. Kegiatan awal (pendahuluan) alokasi waktu 20 menit (dilakukansecara klasikal) • Guru memberi salam kepada siswa dan memeriksa kehadiran hari ini.

• Guru menyampaikan topik dan tujuan yang akan dipelajari sesuai dengan pokok bahasan yang akan dipelajari siswa.

• Guru melakukan pretest.

b. Kegiatan Inti alokasi waktu 40 menit 1) Tahap perumusan masalah

• Guru menyampaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran

• Guru membimbing siswa agar termotivasi untuk merumuskan

permasalahan secara aktif.

• Guru dan siswa menetapkan rumusan masalah yang disepakati bersama.

2)Tahap perumusan hipotesis

o Guru mengarahkan siswa agar memberi jawaban sementara berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji.

o Masing-masing kelompok memberikan hipotesis sesuai dengan

rumusan masalah.

3) Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis. - Secara berkelompok menjaring informasi yang ada sesuai dengan pertanyaan yang diajukan guru.


(56)

- Siswa secara berkelompok mengolah informasi yang diajukan sesuai dengan permasalahan yang diajukan.

4) Tahap pembuktian hipotesis

- Siswa membuktikan bahwa sektor tenaga kerja dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.

5) Tahap menentukan pilihan penyelesaiannya

- Merumuskan penyelesaian masalah berdasarkan hasil temuan dalam pengujian hipotesis.

- Masing-masing kelompok menanggapi hasil temuan kelompok lain

- merumuskan kesimpulan pemecahan masalah pada pokok bahasan dari hasil diskusi

c. Kegiatan Penutup alokasi waktu 20 menit

a. Siswa menarik kesimpulan dengan bimbingan guru. b. Siswa mengerjakan soal post test

c. Refleksi

c) Observasi/Pengamatan

Observasi /pengamatan dilakukan terhadap kegiatan guru dan siswa dalam pelaksanaan tindakan pembelajaran. Pelaksanaan observasi tersebut dibantu oleh seorang kolaborator, yaitu seorang rekan guru. Pengamatan terhadap guru dilakukan pada aspek-aspek pelaksanaan pembukaan pembelajaran, kegiatan inti dan penutup.


(57)

Pengamatan terhadap siswa dilakukan pada saat proses pembelajaran yakni mengenahi keaktifan siswa dalam diskusi.

Berdasarkan pengamatan kolaborator diperoleh masukan sebagai berikut:

• Dalam pembukaan guru cukup bagus dalam memotivasi siswa sehingga siswa

begitu antusias.

• Dalam proses kegiatan inti, siswa begitu aktif, sudah begitu banyak bermunculan siswa siswa yang dikelasnya bukan kategori siswa berprestasi. • Permainan kupon bertanya sangat bagus digunakan untuk merangsang siswa

aktif dalam proses pembelajaran..

d.) Refleksi

Setelah rencana tindakan siklus 3 dilaksanakan, diamati prosesnya dengan bantuan kolaborator , direnungkan serta didiskusikan hasilnya, diperoleh hasil refleksi sebagai berikut: dari segi proses, pelaksanaan model pembelajaran problem solving model awal pada ujicoba terbatas siklus 3 menunjukkan hasil yang termasuk kategori sangat baik sekali. Oleh karena itu kegiatan pembelajaran untuk uji coba terbatas dalam rangka pengembangan model dihentikan pada siklus ke 3.


(58)

J. Penyajian Uji Coba Lebih Luas

a. Uji coba lebih luas 1

Pelaksanaan uji coba luas 1 dilaksanan di SMP N 11 Kota Serang . Uji coba Lebih luas 1 dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dalam tiga siklus. Pada ketiga siklus tersebut tidak ada penyempurnaan model pembelajaran problem solving. Kelemahan-kelemahan dan masukan masukan dari kolaborator banyak berkenaan dengan perlunya upaya optimalisasi setiap kegiatan yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Dengan demikian perencanaan tindakan yang disusun dalam bentuk RPP tiap siklus adalah tetap RPP model problem solving model akhir sementara dari hasil uji coba terbatas . Namun pada setiap pelaksanaan RPP model pembelajaran problem solving dalam setiap siklusnya terdapat beberapa kelemahan dan mendapat beberapa masukan yang berkenaan dengan perlunya optimalisasi penggunaan metode dan pelaksanaan setiap kegiatan dalam proses pembelajaran yang meliputi kegiatan pembukaan, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup. Jadi hasil refleksi setiap akhir siklus sampai siklus ke 3 berupa pada tekanan optimalisasi kegiatan guru dan siswa denngan scenario pembelajaran sebagaimana ditetapkan dalam RPP model pembelajaran problem solving hasil pengembangan uji coba terbatas.

b. Uji Coba Lebih Luas II

Uji coba luas II dilaksanakan di SMP N 15 Kota Serang. Uji coba lebih luas II sama dengan uji coba lebih luas I dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dalam


(59)

tiga siklus. Pada ketiga siklus tersebut tidak ada penyempurnaan model pembelajaran problem solving. Kelemahan-kelemahan dan masukan masukan dari kolaborator banyak berkenaan dengan perlunya upaya optimalisasi setiap kegiatan yang telah ditetapkan dalam perencanaan. Dengan demikian perencanaan tindakan yang disusun dalam bentuk RPP tiap siklus adalah tetap RPP model problem solving model akhir sementara dari hasil uji coba terbatas . Namun pada setiap pelaksanaan RPP model pembelajaran problem solving dalam setiap siklusnya terdapat beberapa kelemahan dan mendapat beberapa masukan yang berkenaan dengan perlunya optimalisasi penggunaan metode dan pelaksanaan setiap kegiatan dalam proses pembelajaran yang meliputi kegiatan pembukaan, kegiatan inti pembelajaran, dan kegiatan penutup. Jadi hasil refleksi setiap akhir siklus sampai siklus ke 3 berupa pada tekanan optimalisasi kegiatan guru dan siswa, waktu pembelajaran dengan skenario pembelajaran sebagaimana ditetapkan dalam RPP model pembelajaran problem solving hasil pengembangan uji coba terbatas.

c. Uji Coba Lebih Luas III

Pelaksanaan uji coba lebih luas III dilaksanakan di SMP N 17 Kota Serang.Uji coba lebih luas III pun sama dengan ujicoba lebih luas II dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dalam tiga siklus. Pada siklus 1 dan 2 tidak ada penyempurnaan model pembelajaran problem solving. Kelemahan-kelemahan dan masukan dari kolaborator hanya berkenaan dengan perlunya upaya optimalisasi setiap kegiatan yang ditetapkan dalam perencanaan. Perencanaan tindakan yang disusun


(60)

dalam bentuk RPP pada siklus 1 dan 2 adalah tetap RPP model pembelajaran problem solving akhir dari hasil uji coba terbatas.

Berbeda dengan siklus 1 dan 2 diatas , pada siklus 3 terdapat penyempurnaan model pembelajaran problem solving berdasarkan masukan dan hasil refleksi siklus 2. Penyempurnaan itu berupa penambahan penggunaan metode penemuan pada proses pembelajaran inti sehingga penggunaan metode menjadi metode ceramah, diskusi tanyajawab, bermain kupon bertanya, penemuan dan penugasan. Model pembelajaran problem solving pada siklus ke 3 adalah RPP model pembelajaran problem solving penyempurnaan dari siklus 2 yang sekaligus menjadi model final pembelajaran problem solving dalam penelitian ini. Model final itu dapat dikemukakan dalam bentuk RPP model pembelajaran problem solving seperti dibawah ini.


(61)

RPP Model Pembelajaran problem Solving ( Final)

Satuan Pendidikan : SMP

Mata Pelajaran : Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Kelas/ Semester : VIII/Genap

Pokok Bahasan : Ketenagakerjaan

Sub Pokok Bahasan : Peran Pemerintah dalam Menangulangi Masalah

Ketenagakerjaan di Indonesia

Alokasi Waktu : 2 x 40 menit

A.Standar Kompetensi

Memahami kegiatan perekonomian Indonesia B.Kompetensi Dasar

Mendeskripsikan permasalahan angkatan kerja dan tenaga kerja sebagai sumber daya dalam kegiatan ekonomi serta peran pemerintah dalam upaya penanggulangannya.

C. Indikator

1. Mengidentifikasi permasalahan peningkatan mutu tenaga kerja

2. Mengidentifikasi peranan pemerintah dalam mengatasi tenaga kerja di Indonesia

D. Tujuan Pembelajaran:

1. Memecahkan permasalahan dasar yang berhubungan dengan ketenagakerjaan. 2. Siswa dapat menjelaskan upaya pemerintah dalam mengatasi masalah tenaga

kerja di Indonesia. E. Materi Pembelajaran

1. Permasalahan tenaga kerja di Indonesia

2. Peran pemerintah dalam mengatasi masalah tenaga kerja di Indonesia. F. Model dan Metode Pembelajaran


(62)

1. Model Pembelajaran Problem Solving

2. Metode Pembelajaran menggunakan metode kombinasi: ceramah,penemuan, diskusi, tanyajawab dengan permainan kupon bertanya , penugasan.

G. Langkah-langkah pembelajaran

1. Kegiatan awal (pendahuluan) alokasi waktu 20 menit (dilakukan secara klasikal)

a. Guru memberi salam kepada siswa dan memeriksa kehadiran hari ini.

b. Guru menyampaikan topik dan tujuan yang akan dipelajari sesuai dengan pokok bahasan yang akan dipelajari siswa.

c. Guru melakukan pretest.

2. Kegiatan Inti alokasi waktu 40 menit a. Tahap perumusan masalah

• Guru menyampaikan suatu permasalahan yang berkaitan dengan materi pelajaran

• Guru membimbing siswa agar termotivasi untuk merumuskan

permasalahan secara aktif.

• Guru dan siswa menetapkan rumusan masalah yang disepakati bersama.

b. Tahap perumusan hipotesis

o Guru mengarahkan siswa agar memberi jawaban sementara berkaitan dengan permasalahan yang sedang dikaji.

o Masing-masing kelompok memberikan hipotesis sesuai dengan

rumusan masalah.

d. Mengumpulkan dan mengelompokkan data sebagai bahan pembuktian hipotesis.

- Secara berkelompok menjaring informasi yang ada sesuai dengan pertanyaan yang diajukan guru.

- Siswa secara berkelompok mengolah informasi yang diajukan sesuai dengan permasalahan yang diajukan.

e. Tahap pembuktian hipotesis

- Siswa membuktikan bahwa sektor tenaga kerja dapat meningkatkan perekonomian masyarakat.


(63)

f. Tahap menentukan pilihan penyelesaiannya

- Merumuskan penyelesaian masalah berdasarkan hasil temuan dalam pengujian hipotesis.

- Masing-masing kelompok menanggapi hasil temuan kelompok lain

- merumuskan kesimpulan pemecahan masalah pada pokok bahasan dari hasil diskusi

3. Kegiatan Penutup alokasi waktu 20 menit

a. Siswa menarik kesimpulan dengan bimbingan guru. b. Siswa mengerjakan soal post test

c. Refleksi

H. Sumber , Alat dan Media Pembelajaran 1. Sumber : Buku IPS terpadu kelas VIII

2. Media : media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan I. Evaluasi (Proses dan Hasil)

1. Evaluasi proses (dilaksanakan dalam bentuk observasi) 2. Evaluasi hasil (dilakukan dalam bentuk tes tulisan)

Lembar pengamatan (observasi) proses pembelajaran problem solving

No Nama Siswa Mengajukan

pertanyaan

Menjawab pertanyaan

Kemukakan pendapat

Keterangan

Keterangan:


(1)

pembelajaran yang bervariasi sehingga akan membantu siswa dalam memahami konsep-konsep abstrak.

1. Untuk Guru

Guru-guru SMP dapat menggunakan hasil-hasil dari penelitian ini untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran, khususnya dalam pembelajaran Probelm Solving. Hasil-hasil dari studi pendahuluan dapat dijadikan bahan perbandingan dengan kondisi di sekolahnya, kemudian dijadikan titik tolak peningkatan prestasi belajar.

Dalam menerapkan model pembelajaran guru harus menerapkan prinsip-prinsip dan mengoptimalkan berbagai sumber. Penentuan prestasi belajar siswa dalam pelajaran IPS tidak hanya berorientasi pada penguasaan hasil belajar akan tetapi juga mempertimbangkan prosesnya. Guru harus memfungsikan desain pembelajaran sebagai pedoman bukan sebagai pelengkap administrasi. Oleh sebab itu mencoba melaksanakan serta memperbaiki kekurangan-kekurangan agar mampu menerapkan model dengan optimalsehingga dapat meningkatkan kualitas pelaksanaan proses pembelajaran yang lebih komprehensif.

2. Untuk Kepala Sekolah

Kepala Sekolah adalah pemimpin di sekolah inovasi dan upaya-upaya mutu pendidikan yang dilakukan guru harus diarahkan, dibantu dan difasilitasi oleh kepala sekolah untuk membantu memfasilitasi inovasi yang dilakukan oleh guru, terlebih dahulu kepala sekolah harus menguasai model pembelajaran Problem Solving sebagai acuan.


(2)

Bentuk fasilitas utama dari kepala sekolah yang dibutuhkan dalam implementasi model pembelajaran Problem Solving berkenaan dengan dukungan saat mengimplementasikan sehingga guru merasa leluasa dalam mengembangkan berbagai inovasi dan kreatifitas mengajar.

Model pembelajaran problem solving dapat dijadikan salah satu contoh model dan acuan oleh kepala sekolah dalam mendorong, membina dan memfasilitasi inovasi dan peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran di sekolahnya dengan acuan model pembelajaran Problem Solving yang dihasilkan dalam penelitian ini, kepada kepala sekolah dapat mendorong menggunakannya pada tingkat disekolahnya atau menginformasikan keunggulannya kepada kepala sekolah lain baik untuk pembelajaran Problem Solving maupun bidang studi yang lain yang berkarateristik materi cocok dengan model.

3. Untuk peneliti selanjutnya

Penelitian ini berkenan dengan pembelajaran Problem Solving di kelas VIII dengan focus untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian menumukan bahwa model pembelajaran yang cocok dan cukup efektif untuk mengembangkan pembelajaran Problem Solving. Penelitian ini cukup terbatas hanya mengembangkan model pembelajaran bagi pembelajaran. Masih terbuka bagi penelitian sekarang.

Keberhasilan implementasi model ini juga memerlukan berbagai dukugan bukan hanya kemauan dan kemampuan peneliti untuk menggali dengan tepat berbagai potensi bacaan dan hasil penelitian sebelumnya, juga kemampuan


(3)

melakukan atau mengembangkan inovasi kreativitas untuk model pembelajaran, kecukupan waktu kemampuan untuk melakukan pendekatan, kerjasama serta pelatihan bagi para guru sebelum mengimplementasikan model di sekolah yang dijadikan objek penelitian. Dengan pendekatan tersebut maka beberapa hambatan yang terjadi bisa teratasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Benyamin,B.A,(2003). Efektifitas Penggunaan Metode Problem Solving terhadap Peningkatan Motivasi Siswa, Bandung, Tesis PPS UPI, Tidak dipublikasikan.

Bloom, B.S.(Ed), (1956) Taxonomy of Educational Objectives Cognitive Domain, New York, David Mc Kay

Costa. Athur L.(ed) (1985). Developing Minds: A Resource Book for Teaching Thinking. Alexandria Virginia:Association for Supervision and Curriculum Development.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Buku 1, (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial. Jakarta : Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program.

Departemen Pendidikan Nasional, Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama, Buku 5, (2004). Materi Pelatihan Terintegrasi Pengetahuan Sosial. Jakarta : Bagian Proyek Pengembangan Sistem dan Pengendalian Program.

Depdiknas, (2006) Standar Isi,Jakarta, permendiknas 22 Tahun 2006

Depdiknas, (2006) Standar Kompetensi Lulusan, Jakarta, Permendiknas No. 23 tahun 2006

Depdiknas, (2006) Pelaksanaan Standar Isi dan kompetensi Lulusan, Jakarta, Permendiknas No. 24 tahun 2006

Fajar, A, (2005) Portopolio dalam Pelajaran IPS, Bandung: Remaja Rosdakarya Fisher, Alec (2004). Critical Thinking. Cambridge University Press

Fisher, R. (1987) Problem Solving in Primary schools, Oxford : Basil Blackwell

Gall, M.D. J.P.& Borg, W.R.(2003). Educational Research. Boston: Pearson Education, Inc.

Gulo, W. (2008). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.


(5)

Hamalik, Oemar (2002). Perencanaan Pengajaran : Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta : Bumi Aksara.

Hasan, S. H, (1996) Pendidikan Ilmu Ilmu Sosial, Bandung, Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS, IKIP Bandung.

Http:// agustinussetiono (2007) Berpikir Kritis.Word press. Com

Http://suaraguru( 2009) Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa.Word

press.Com

Johnson Elaine B(2002) Contextual Teaching and Learning: What It Is and Why It Is Here To Stay,California, Corwin Press.Inc

Joyce, B, dan Weil, M. (2009). Model of Teaching edisi terjemahan. Englewood Cliffs, New Jersey; Prentice-Hall Inc.

Michaelis, John U. (1962).Social Studies in Elementary Schools. Washington: the George Banta Company.

Mulyasa, E, (2006) Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, Bandung, PT Rosdakarya

Mutakin,A. (1997/1998) . Pendidikan Ilmu Sosial. Jakarta: Depdikbud.

Nugroho, Bhuono A. (2005). Strategi Jitu Metode Penelitian Dengan SPSS, Yogyakarta : Penerbit Andi

Orstein,A.C., et all. (2009). Contemporary Issues In Curriculum.4 th Ed. Boston: Pearson International.

Rusman (2008). Manajemen Kurikulum. Bandung : Mulia Mandiri Press.

Sanjaya Wina (2008). Strategi Pembelajaran, Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Sitanggang, O.(2009). Program Pembelajaran Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis, Thesis, Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia. Somantri,N.M.(2001)Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS, Bandung:PT

Remaja Rosda Karya.


(6)

Sujana, N(1989) Proses Belajar Mengajar, Bandung, Mandar Madju

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008). Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukmadinata, Nana Syaodih. (2008).Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek, Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sugiyono.(2009).Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: Alfabeta

Sumaatmaja, N (1980) Metodologi Pengajaran IPS, Bandung: CV, Alumni

Tuckman, B,W (1972) Conducting Educational Research, New York: Harcourt Brace Jovanovich, INC

Undang undang Pendidikan Nasional Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Departemen pendidikan dan Kebudayaan Universitas Pendidikan Indonesia, (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah,

Bandung

Wahab.A.A(2007) Metode dan Model-model Pengajar Ilmu pengetahuan Sosial(IPS) Bandung: Alfabeta.