PEMBELAJARAN AGAMA ISLAM MELALUI BERMAIN PADA ANAK USIA DINI :Studi kasus di TKIT Nurul Islam Pare Kebupaten Kediri Jawa Timur.

(1)

D

DAAFFTTAARRIISSII

HALAMAN JUDUL ………. i

HALAMAN PENGESAHAN ……….. ii

PERNYATAAN ……… iii

ABSTRAK ……… iv

KATA PENGANTAR ……….. v

DAFTAR ISI ………. ix

DAFTAR TABEL ………. xii

BAB I PENDAHULUAN ………. 1

A. Latar Belakang Masalah ……….. 1

B. Rumusan Masalah ……… 5

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ………. 6

D. Metode Penelitian ……… 7

E. Lokasi dan Obyek Penelitian ……….. 8

BAB II LANDASAN TEORI ……… 9

A. Konsep Belajar melalui bermain (Learning Trough Play) ..……… 9

1. Teori Bermain ……… 13

2. Jenis-jenis Bermain ……… 16

3. Karakteristik bermain ……… 19

4. Tahapan Bermain ………. 23

5. Tujuan Bermain ………. 24

6. Implementasi Bermain ……….. 26

B. Pembelajaran Agama Islam pada Anak Usia Dini 27 1. Pengertian Pembelajaran ……….. 27

2. Pembelajaran Pada Anak Usia Dini ………. 28

3. Tujuan Pembelajaran pada Anak Usia Dini ……… 31

4. Teori-teori Belajar pada Anak Usia Dini……….. 33


(2)

ii

6. Pengaruh Pendidikan bagi Perkembangan Moral ……… 41

7. Kurikulum dan Rencana Pembelajaran pada Anak Usia Dini ……. 44

8. Pembelajaran Agama Islam melalui Bermain ……….. 48

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ……… 50

D. Kedudukan Penelitian ini terhadap Penelitian Terdahulu ……….. 53

BAB III METODE PENELITIAN ……….. 54

A. Pendekatan Penelitian ………. 54

B. Operasional Variabel ………. 54

C. Subyek Penelitian ………..……….. 56

D. Tahapan Penelitian ……….……….. 56

E. Tehnik Pengumpul Data …………..………. 58

F. Alat Bantu Pengumpulan Data ……… 62

G. Keabsahan dan Keajegan Penelitian ……… 63

H. Teknik Analisa Data ……….……….. 65

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ………. 68

A. Hasil Penelitian 1. Deskripsi Proses Pembelajaran Agama Islam melalui Bermain di TKIT Nurul Islam ………….………..………... 68

2. Deskripsi Proses Pelaksanaan Pembelajaran Materi Agama Islam melalui Bermain di TKIT Nurul Islam ….……..……….. 74

3. Deskripsi Hasil Pelaksanaan Pembelajaran materi Agama Islam melaui Bermain di TKIT Nurul Islam ……….. 82 B. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Proses Perencanaan Pembelajaran Agama Islam melalui Bermain di TKIT Nurul Islam ………

89

2. Proses Pelaksanaan Pembelajaran Agama Islam melalui Bermain di TKIT Nurul Islam ………

97 3. Hasil Pembelajaran Agama Islam melalui Bermain di TKIT Nurul

Islam ………


(3)

iii

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ………. 110

A. Kesimpulan ……….. 110

B. Rekomendasi ……… 112

DAFTAR PUSTAKA ……….. 114 LAMPIRAN-LAMPIRAN

RIWAYAT HIDUP


(4)

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Bahan ajar PAUD 2007 aspek Moral Agama Anak Usia 4-6 Tahun ……….

49 Tabel 3.1 Operasional Variabel Penelitian ………... 55 Tabel 4.1 Media yag Digunakan dalam Pembelajaran Agama Islam

melalui Bermain di TKIT Nurul Islam ………. 81 Tabel 4.2 Hasil Rekapitulasi Perkembangan Anak melalui 7 Aspek

Perkembangan di Kelas Pine Apple TKIT Nurul Islam ….. 85 Tabel 4.3 Hasil Rekapitulasi Perkembangan Anak melalui 7 Aspek

Perkembangan di Kelas Tomato TKIT Nurul Islam ……… 86 Tabel 4.4 Rekapitulasi Perkembangan Anak Semua Kelas …………. 86 Tabel 4.5 Penerapan Pembelajaran Berdasar pada Teori

Pembelajaran Disesuaikan dengan Tujuan yang akan


(5)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kondisi sosial yang diakselerasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan pesatnya teknologi serta informasi yang begitu cepat menyentuh kehidupan masyarakat, dapat membawa perubahan diseluruh aspek kehidupan. Fondasi mental, moral dan Agama yang kuat mutlak diperlukan sebagai antisipasi kecenderungan imitasi suatu perilaku masyarakat kita.

Masyarakat modern cenderung memiliki perilaku yang serba instan, praktis, ingin segala sesuatu serba cepat, tidak jarang sistem instan ini dilakukan tanpa memperdulikan nilai-nilai dan norma-norma moral keagamaan. Sedangkan pemberdayaan masyarakat untuk mampu memegang teguh nilai-nilai bukanlah perkara yang mudah. Ketepatan waktu, disiplin, bersedia untuk antri, tidak menyuap untuk mendapatkan prioritas dan sebagainya bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh masyarakat kita.

Diperlukan penanaman nilai-nilai dan norma-norma Agama yang kuat terhadap bangsa ini agar tidak mudah terpengaruh dan mempunyai filter ketika pengaruh-pengaruh bangsa lain masuk. Supaya penanaman nilai dan norma tersebut kuat, maka harus dilakukan sejak usia dini, sebagaimana disampaikan oleh Hasan A. (dalam Barr A.tt:357) bahwa mencari ilmu pada saat kecil seperti memahat di atas batu dan mencari ilmu diwaktu tua bagaikan mengukir diatas air. Ungkapan ini menekankan pentingnya belajar pada usia dini, sebab belajar yang


(6)

dilakukan walaupun melalui proses yang tidak mudah namun apabila sudah dikuasai, maka akan tetap diingat sepanjang hidupnya.

Untuk itu pendidikan Agama Islam dapat dipelajari sejak usia dini agar dapat tercipta generasi yang memiliki moral Agama yang kuat dan ber-akhlakul karimah, sehingga mereka mampu membentengi dirinya dari pengaruh negatif dari era globalisasi.

Pendidikan Agama Islam harus dilakukan sejak usia dini dalam hal ini melalui pendidikan anak usia dini yatiu pendidikan yang ditujukan bagi anak sejak lahir hingga usia 6 tahun. Pendidikan tersebut sangat penting mengingat potensi kecerdasan dan dasar-dasar perilaku seseorang terbentuk pada rentang usia ini.

Dengan diberlakukannya UU No. 20 tahun 2003 maka sistem pendidikan di Indonesia terdiri dari pendidikan anak usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi yang keseluruhannya merupakan kesatuan yang sistemik. PAUD diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar dan dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, nonformal, dan atau informal. Pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Pada jalur pendidikan nonformal berbentuk Kelompok Bermain (KB), Taman Penitipan Anak (TPA), atau bentuk lain yang sederajat. Pada jalur pendidikan informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan.

Agar pendidikan yang ditanamkan kepada anak usia dini dapat berhasil secara maksimal, maka diperlukan materi dan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik perkembangan anak usia dini. Soemantri P (2003:101)


(7)

3

mengemukakan bermain merupakan cara bekajar terbaik pada anak prasekolah. Dari pendapat tersebut dapat dikatakan bahwa pendekatan yang tepat dalam pembelajaran anak usia dini adalah pembelajaran melalui bermain. Melalui bermain dapat dikembangkan aspek sosial emosional anak, melalui bermain anak mempunyai rasa memiliki, merasa menjadi bagian dalam kelompok, belajar untuk hidup dan bekerja sama dalam kelompok dengan segala perbedaan yang ada.

Pada konsep belajar melalui bermain ini menempatkan anak sebagai subjek dan orang tua atau guru menjadi fasilitator. Dalam konsep ini anak akan memiliki kebebasan untuk mengekspresikan imajinasi dan kreativitas berfikirnya, dan akan merangsang daya cipta dan berfikir kritis. Jika dua hal ini terbangun anak akan menjadi orang yang percaya diri dan mandiri. Anak tidak mejadi menghafal tetapi justru analis yang handal.

Belajar melalui bermain adalah satu pendekatan pembelajaran yang berkesan kepada kanak-kanak. Melalui pendekatan ini juga akan mendatangkan kegembiraan dan kepuasan bagi mereka dalam sesuatu pengajaran yang hendak disampaikan. Dengan bermain juga anak-anak akan dapat menguasai perkembangan dan keterampilan fisik serta penguasaan bahasa dari segi perbendaharaan dan tatabahasa.

Mengenai cara belajar pada anak usia dini, mereka belajar dengan caranya sendiri. Seringkali guru dan orang tua mengajarkan anak sesuai dengan jalan pikiran orang dewasa. Akibatnya apa yang diajarkan orang tua sulit diterima anak. Gejala itu antara lain tampak dari banyaknya hal yang disukai oleh anak tetapi dilarang oleh orang tua dan sebaliknya banyak hal yang disukai oleh orang tua


(8)

tidak disukai oleh anak. Fenomena tersebut membuktikan bahwa sebenarnya jalan pikiran anak berbeda dengan jalan pikiran orang dewasa. Untuk itu orang tua dan guru anak usia dini perlu memahami hakikat perkembangan anak dan hakikat PAUD agar dapat memberi pendidikan yang sesuai dengan jalan pikiran anak.

Pembelajaran pada anak usia dini menggunakan esensi bermain, meliputi perasaan senang, demokratis, aktif, tidak terpaksa dan merdeka. Pembelajaran hendaknya disusun sedemikian rupa sehingga menyenangkan, membuat anak tertarik untuk ikut serta dan tidak terpaksa. Guru memasukkan unsur-unsur edukatif dalam kegiatan bermain, sehingga anak secara tidak sadar telah belajar berbagai hal. Anak-anak tidak merasa cepat bosan dengan apa yang akan dipelajari atau disampaikan oleh guru, sehingga dapat menangkap dengan baik materi apa yang dipelajari pada saat itu.

Salah satu prinsip pembelajaran pada pendidikan anak usia dini adalah belajar melalui bermain. Hal tersebut disebabkan karena pada hakikatnya semua anak suka bermain. Mereka menggunakan sebagian besar waktunya untuk bermain baik sendiri, dengan teman sebaya ataupun dengan orang yang lebih dewasa. Berdasarkan fenomena tersebut, maka para ahli menentukan bahwa bermain merupakan faktor yang cukup penting dalam kegiatan pembelajaran anak usia dini. Selain itu esensi bermain harus menjadi jiwa dari setiap kegiatan pembelajaran anak usia dini.

Kegiatan bermain pada anak perlu mendapat perhatian dari para pendidik anak usia dini. Semakin banyak anak yang tertekan mengikuti kegiatan sekolah dan tampaknya lebih banyak membebani anak didik. Begitu banyak tugas-tugas


(9)

5

yang diberikan guru termasuk pekerjaan rumah dan les. Selain itu anak seringkali mendapat tuntutan yang lebih tinggi dari lingkungan untuk berhasil terutama di bidang akademik.

Pembelajaran anak usia dini kebanyakan sangat terstruktur dan formal sehingga terkesan kaku dan monoton, sehingga celah bagi anak untuk bermain semakin sempit. Begitu pentingnya aktivitas bermain bagi pendidikan anak usia dini, maka hal tersebut perlu diadakan perubahan disesuaikan dengan karakteristik perkembangan anak usia dini.

Dari uraian diatas, penulis merasa perlu dan tertarik meneliti tentang pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini, sehingga dari hasil penelitian ini dapat dideskripsikan pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia ini yang dilaksanakan di TKIT Nurul Islam Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa timur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas penulis mendapatkan gambaran bahwa pembelajaran Agama Islam haruslah mulai diajarkan sejak anak usia dini dengan tidak mengesampingkan karakter anak dengan strategi pembelajaran yang digunakan pada pendidikan anak usia dini. Itulah sebabnya, peneliti memfokuskan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran Agama Islam pada anak usia dini melalui bermain di TKIT Nurul Islam Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur. Sehubungan dengan hal tersebut, maka peneliti merumuskan permasalahan sebagai berikut :


(10)

1. Bagaimana proses perencanaan pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TKIT Nurul Islam?

2. Bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TKIT Nurul Islam?

3. Bagimana hasil yang dicapai dalam pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TKIT Nurul Islam ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban atau data mengenai pembelajaran Agama Islam melalui bermain yang diterapkan di TKIT Nurul Islam. Tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan pembelajaran Agama

Islam melalui bermain di TKIT Nurul Islam.

2. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis pelaksanaan pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TKIT Nurul Islam.

3. Untuk mendeskripsikan dan menganalisis hasil pembelajaran Agama Islam melalui bermain di TKIT Nurul Islam.

2. Manfaat Penelitian a. Secara Teoretis

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kajian dan informasi tentang konsep pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini yang di TKIT Nurul Islam Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur.


(11)

7

2. Mengembangkan konsep-konsep yang terkait pada pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada pendidikan anak usia dini.

3. Memberi sumbangan pemikiran dalam rangka mengembangkan pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini.

4. Memberikan sumbangan pemikiran terhadap hasil-hasil penelitian terdahulu dan sebagai dukungan upaya penelitian yang akan datang.

b. Secara Praktis

1. Sebagai masukan bagi pengelola program studi pendidikan dasar dalam rangka mengembangkan konsentrasi pendidikan anak usia dini.

2. Sebagai masukan bagi pengelola TKIT Nurul Islam Pare khususnya dalam rangka peningkatan pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini.

3. Sebagai masukan bagi pendidik, orang tua dan masyarakat serta lembaga / tenaga kependidikan dalam melaksanakan perannya masing-masing sehingga dapat mencapai hasil yang optimal sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan pada TK yang bersangkutan.

D. Metode Penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif analisis studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara, catatan lapangan, gambar, rekaman video dan lain-lain.


(12)

Tahapan penelitian yang dilakukan adalah persiapan, pelaksanaan dan pengolahan data. Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian adalah wawancara, observasi dan studi dokumen dengan menggunakan alat bantu berupa pedoman wawancara, pedoman observasi dan alat perekam.

E. Lokasi dan Subjek Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu (TKIT) Nurul Islam terletak di Dusun Cangkring Desa Pelem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Jawa Timur.

Sedangkan subjek pada penelitian ini adalah anak usia dini di TKIT Nurul Islam dengan responden kepala sekolah, wakil kepala bagian kurikulum, wali kelas, ustadzah, dan wali siswa serta tidak menutup kemungkinan menambah responden lain jika diperlukan untuk mendukung penelitian ini.


(13)

54

BAB III

METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitiaan

Penelitian studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor (dalam Moleong, 1998:3) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Sejalan dengan definisi tersebut Kirk dan Miller (dalam Moleong, 1998:3) mendefinisikan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang secara fundamental bergantung pada pengamatan pada manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan orang-orang tersebut dalam bahasanya dan peristilahannya. Pada penelitian menghasilkan dan mengolah data yang sifatnya deskriptif, seperti transkripsi wawancara , catatan lapangan, gambar, foto rekaman video dan lain-lain.

B. Operasional Variabel

Untuk memudahkan dalam pelaksanaan penelitian, peneliti mencoba menjabarkan operasional variabel berdasarkan permasalahan yang diteliti yakni pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini. Variabel-variabel pada penelitian ini adalah pembelajaran Agama Islam pada anak usia dini dan belajar melalui bermain. Sedangkan anak usia dini dijadikan sebagai objek penelitian. Uraian operasional variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :


(14)

Tabel 3.1.

Operasional Variabel Penelitian

Masalah Rumusan Masalah Indikator Pertanyaan

Pembelajaran agama Islam melalui bermain pada anak usia dini (Study kasus di TKIT NURUL ISLAM Pare Kediri Jatim) Bagaimana perencanaan pengembangan pembelajaran agama Islam melalui bermain pada TKIT NURUL ISLAM

a. Standar nasional PAUD

Apa standar nasional PAUD pada aspek perkembangan agama dan moral anak ? b. Tujuan

Pengembangan

Apa saja tujuan pengembangan

pembelajaran agama Islam melalui bermain pada TKIT NURUL ISLAM ?

c. Sasaran pengembangan

Apa saja sasaran dari pengembangan pengembangan

pembelajaran agama Islam melalui bermain?

d. Isi / Materi pengembangan

Apa isi / materi pengembangan

pembelajaran agama Islam melalui bermain?

Bagaimana pelaksanaan pembelajaran agama Islam melalui bermain pada TKIT NURUL ISLAM

a. SKM dan

SKH

Apa langkah yang ditempuh dalam pembuatan SKM dan SKH ?

b. Proses Pembelajaran

Bagaimana rposes

pembelajaran agama Islam melalui bermain?

c. Metode bermain Metode apa saja yang

digunakan dalam

pembelajaran agama Islam?

d. Media Media apa saja yang

digunakan dalam

pembelajaran agama Islam melalui bermain ?

Bagaimana hasil yang dicapai dalam pengembangan pembelajaran agama islam melalui bermain pada TKIT NURUL ISLAM

a. Metode Penilaian Metode apa saja yang

digunakan dalam

memberikan penilaian hasil pembelajaran agama Islam melalui bermain ?

b. Perkembangan

aspek agama

Bagaimana perkembangan aspek agama anak setelah melaksanakan pembelajaran agama Islam melalui bermain ?

c. Catatan anekdot Bagaimana catatan anekdot

siswa ssaat pelaksanaan pembelajaran agama Islam melalui bermain?


(15)

56

C. Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini, subjek penelitian adalah anak usia dini di TKIT Nurul Islam yang terletak di jalan Letti 2 nomor 58 Dusun Cangkring Desa Pelem Kecamatan Pare Kabupaten Kediri Propinsi Jawa timur. TKIT Nurul Islam berdiri pada tahun 1994 dengan nama TK Bhakti yang merupakan cabang dari TK Bhakti yang ada di Dusun Pelem Kecamatan Pare.

Pada tahun 2004 atas inisiatif dari Lembaga Pendidikan Islam (LPI) Nurul Islam dibawah naungan yayasan Nurul Islam TK Bhakti melepaskan diri dari TK Bhakti Desa Pelem yang merupakan TK induk dan berubah menjadi TKIT Nurul Islam. Untuk lebih jelasnya profil dan stuktur organisasi TKIT Nurul Islam dapat dilihat pada lampiran 3.1.

Dari lampiran 3.1. dapat diketahui bahwa TKIT Nurul Islam berdiri tahun 1994 dan mulai berdiri sendiri dengan nama TKIT Nurul Islam pada tahun 2004 dan telah memiliki nomor NSS dan NIS, dengan jumlah siswa 95 dan ustadzah 13 pada tahun pelajaran 2008-2009.

D. Tahapan penelitian

Dalam penelitian ini terbagi dua tahap, yaitu : tahap persiapan penelitian dan tahap perlaksanaan penelitian. Dua tahap tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Pertama peneliti membuat pedoman wawancara yang disusun berdasarkan demensi kebermaknaan hidup sesuai dengan permasalahan yang dihadapi subjek. Pedoman wawancara ini berisi pertanyaan-pertanyaan mendasar yang nantinya


(16)

akan berkembang dalam wawancara. Pedoman wawancara yang telah disusun, ditunjukan kepada yang lebih ahli dalam hal ini adalah pembimbing penelitian untuk mendapat masukan mengenai isi pedoman wawancarara. Setelah mendapat masukan dan koreksi dari pembimbing, peneliti membuat perbaikan terhadap pedoman wawancara dan mempersiapkan diri untuk melakukan wawancara.

Tahap persiapan selanjutnya adalah peneliti membuat pedoman observasi yang disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan pencatatan langsung yang dilakukan pada saat peneliti melakukan observasi. Namun apabila tidak memungkinkan maka peneliti sesegera mungkin mencatatnya setelah wawancara selesai.

Peneliti selanjutnya mencari subjek yang sesuai dengan karakteristik subjek penelitian. Untuk itu sebelum wawancara dilaksanakan peneliti bertanya kepada subjek tentang kesiapanya untuk diwawancarai. Setelah subjek bersedia untuk diwawancarai, peneliti membuat kesepakatan dengan subjek tersebut mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara. Pedoman observasi, pedoman wawancara dan daftar nama subjek dapat dilihat pada lampiran 3.2.

2. Tahap pelaksanaan penelitiaan

Peneliti membuat kesepakatan dengan subjek mengenai waktu dan tempat untuk melakukan wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan wawancara dalam bentuk dokumen tertulis. Selanjutnya peneliti melakukan analisis data dan interprestasi data sesuai dengan langkah-langkah yang dijabarkan


(17)

58

pada bagian metode analisis data di akhir bab ini. Setelah itu, peneliti membuat kesimpulan dan rekomendasi dari hasil penelitian.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitiaan ini, peneliti menggunakan 3 teknik pengumpulan data yaitu : wawancara, observasi dan studi dokumen. Berikut penjelasannya.

1. Wawancara

Sebelum wawancara dilakukan peneliti membuat kesepakatan dengan interviewee mengenai, waktu, dan tempat pelaksanaan wawancara dengan lebih mempertibangkan kesibukan dan kesempatan yang dimiliki interviewee. Jadual pelaksanaan wawancara dapat dilihat pada lampiran 3.2. Pada saat pertemuan untuk menentukan jadual wawancara, peneliti memberikan informasi secara gelobal tentang masalah, rumusan dan tujuan penelitian. Selain itu juga meminta ijin untuk menggunakan alam perekam pada saat wawancara berlangsung.

Untuk memahami tentang teknik wawancara berikut ini penulis uraikan beberapa pendapat ahli. Moleong (1998:135) wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan yag di wawancarai (viewer) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara antara lain ; mengkontruksi mengenai orang, kejadian, kegiatan, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain.

Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview


(18)

dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu yang harus diliput tanpa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak terbentuk pertanyaan yang eksplisit.

Sejalan dengan itu Danim S (2002:130) merupakan sebuah percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh peneliti pada subjek atu sekelompok subjek penelitian untuk dijawab. Pada penelitian kualitatif, wawancara mendalam dapat dilakukan dengan dua cara ; pertama wawancara sebagai strategi utama dalam mengumpulkan data. Pada konteks ini, catatan data lapangan yang diperoleh berupa pedoman wawancara. Kedua, wawancara sebagai strategi penunjang teknik lain dalam mengumpulkan data, seperti observasi partisipan, analisis dokumen, dan fotografi.

Sebelum wawancara, peneliti harus menyadari bahw ia memasuki area sensitif, ruangan kepribadian yang berbeda, atau menghadapi subjek penelitian yang sama sekali belum diketahui karakternya. Oleh karena itu wawancara diawali dengan permohonan ijin, pembuatan kesepakatan mengenai kontrak waktu, tempat dan durasi waktu yang diperlukan. Perlu disadari juga saat membuat kesepakatan subjek penelitianlah yang dominan menentukan. Pedoman wawancara dapat dilihat pada lampiran 3.2.

2. Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi. Observasi dilakukan selama 2 bulan untk mengamati pembelajaran Agama Islam di TKIT Nurul Islam, mulai dari perencanaan yang dilakukan oleh ustadzah


(19)

60

sampai pada saat pelaksanaan pembelajaran serta sistem dan cara penilaian yang dilaksanakan.

Peneliti mengamati apa yang dilakukan oleh kepala sekolah, wali kelas, ustadzah, dan siswa dalam pembelajaran Agama Islam di TKIT Nurul Islam. Untuk lebih jelasnya berikut peneliti paparkan beberapa teori tentang observasi.

Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau gejala-gejala dalam objek penelitian. Tujuan observasi adalah mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari perspektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Hasil observasi menjadi data penting karena :

a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal yang diteliti akan atau terjadi.

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk mendekati masalah secara induktif.

c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian sendiri kurang disadari.

d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka dalam wawancara.


(20)

e. Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti. Pedoman observasi dapat dilihat pada lampiran 3.2.

3. Studi dokumen

Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data studi dokumen untuk melengkapi hasil penelitian melalui teknik wawancara dan observasi. Peneliti mengumpulkan data berupa; buku-buku yang relevan, profil TKIT Nurul Islam, foto-foto kegiatan pembelajaran dan data-data lain yang relevan dengan penelitian.

Peneliti mengajukan ijin kepada ketua yayasan dan kepala sekolah untuk melihat dan meminjam data-data yang dibutuhkan dalam penelitian, kemudian difotokopi untuk dijadikan dokumen penelitian. untuk memahami lebih lanjut teknik studi dokumen berikut peneliti uraikan berikut ini.

Akdon (2005 : 139) mengemukakan bahwa studi dokumen adalah penelitian yang ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, film dokumenter, serta data yang relevan dengan penelitian. Pada penelitian ini data yang diharapkan dari kegiatan dokumentasi dapat tercermin melalui bahan catatan atau tulisan yang berhubungan dengan rumusan permasalahan yang akan diteliti baik yang berkaitan dengan perorangan, kelompok maupun instansi terkait.


(21)

62

F. Alat Bantu pengumpulan data

Menurut Poerwandari (1998) penulis sangat berperan dalam seluruh proses penelitian, mulai dari memilih topik, mendeteksi topik tersebut, mengumpulkan data, hingga analisis, menginterprestasikan dan menyimpulkan hasil penelitian.

Dalam mengumpulkan data-data penulis membutuhkan alat bantu. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan 3 alat bantu, yaitu pedoman wawancara, pedoman observasi dan alat perekam. Berikut penjelasannya ;

1. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara digunakan agar wawancara yang dilakukan tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pedoman ini disusun tidak hanya berdasarkan tujuan penelitian, tetapi juga berdasarkan teori yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Pedoman observasi

Pedoman observasi digunakan agar peneliti dapat melakukan pengamatan sesuai dengan tujuan penelitian. Pedoman observasi disusun berdasarkan hasil observasi terhadap perilaku subjek selama wawancara dan observasi terhadap lingkungan atau setting wawancara, serta pengaruhnya terhadap perilaku subjek dan informasi yang muncul pada saat berlangsungnya wawancara.

3. Alat perekam

Alat perekam berguna sebagai alat bantu pada saat wawancara, agar peneliti dapat berkonsentrasi pada proses pengambilan data tanpa harus berhenti untuk mencatat jawaban-jawaban dari subjek. Dalam pengumpulan data, alat perekam


(22)

baru dapat dipergunakan setelah mendapat ijin dari subjek untuk mempergunakan alat tersebut pada saat wawancara berlangsung.

Untuk mempermudah memahami teknik, alat dan data yang dikumpulkan peneliti menyusun teknik, alat dan data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yag dapat dilihat pada lampiran 3.3.

Dari lampiran 3.3. dapat dijelaskan bahwa untuk memperoleh data yang diinginkan teknik dan alat yang digunakan disuaikan dengan data yang akan diambil.

G. Keabsahan dan Keajegan Penelitian

Studi kasus ini menggunakan penelitian pendekatan kualitataif. Empat kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah Sebagai berikut.

1. Keabsahan konstruk (construct validity)

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang berukur benar-benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau Sebagai pembanding terhadap data itu. Terdapat 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai keabsahan, yaitu :


(23)

64

a. triangulasi data

Menggunakan berbagai sumber data seperti dokumen, arsip, hasil wawancara, hasil observasi atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap memiliki sudut pandang yang berbeda.

b. triangulasi pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing studi kasus bertindak Sebagai pengamat (expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan data.

c. triangulasi teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya data tersebut.

d. triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat wawancara dilakukan.

2. Keabsahan internal (internal validity)

Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya. Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat.


(24)

Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang berbeda.

3. Keabsahan eksternal (eksternal validity)

Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memiliki sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif tetapi dapat dikatakan memiliki keabsahan ekternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut memiliki konteks yang sama.

4. Keajegan (Realibilitas)

Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang sama sekali lagi.

Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi dengan subjek yang sama. Hal ini menujukan bahwa konsep keajegan penelitian kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan data dan pengolahan data.

H. Teknik Analisis Data

Dalam menganalisa penelitian kualitatif terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan. Marshall dan Rossman (dalam Kabalmay 2002) mengemukakan tahapan yang dilakukan dalam menganalisa data yaitu ;


(25)

66

Mengorganisasikan data, pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban. Penjelasan dari tahapan tersebut sebagai berikut :

1. Mengorganisasikan data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape recorder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti benar data atau hasil yang telah di dapatkan.

2. Pengelompokan berdasarkan kategori, tema dan pola jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data, perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam melakukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan singkat, kemudian dikelompokkan atau dikategorikan berdasarkan kerangka analisis yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti. Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata


(26)

kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap pengalaman, permasalahan, dan dinamika yang terjadi pada subjek.

3. Mencari alternatif penjelasan bagi data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk kedalam tahap penejelasan dan berdasarkan kesimpulan yang telah didapat dari kaitanya tersebut, penulis merasa perlu mencari suatu alternatif penjelasan lain tentang kesimpulan yang telah didapat, sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu ada alternatif penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat hal-hal yang menyimpang dari asumsi atau tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan rekomendasi.

4. Menulis hasil penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah prosentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian berdasarkan wawancara mendalam dan observasi dengan subjek. Proses dimulai dari data-data yang diperoleh dari subjek dibaca berulang kali sehingga penulis mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencakup keseluruhan kesimpulan dari hasil penelitian.


(27)

110

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian dan menganalisis hasil penelitian tentang pengembangan pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak ank usia dini di TKIT Nurul Islam, dengan ini peneliti dapat menarik kesimpulan sebagai berikut.

1. Proses perencanaan pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini di TKIT Nurul Islam telah dilaksanakan sesuai dengan kaidah perencanaan pembelajaran pada Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Proses perencanan melalui tahap penentuan tujuan pembelajaran, pemilihan materi materi, jadual kegiatan pembelajaran, dan telah langkah-langkah penyusunan kegiatan pembelajaran berupa pembuatan Rencana Kegiatan Tahunan (RKT), Satuan Kegiatan Mingguan (SKM) dan Satuan Kegiatan harian (SKH).

2. Proses pelaksanaan pembelajaran Agama Islam melalui bermain yang dilaksanakan di TKIT Nurul Islam sesuai dengan prinsip-prinsip perkembangan anak, hal tersebut nampak pada pengembangan aspek spiritual yakni dengan membiasakan sejak kecil berlatih sholat, dan berdo'a, dan mengamalkan do'a tersebut secara nyata, seperti berdo'a sebelum makan, masuk kamar mandi dan keluar, mau tidur, dan sebagainya. Sedangkan jenis permainan yang digunakan berupa ; permainan dolanan, permainan beberan, permainan tepuk, lagu anak-anak islami, cerita islami dan bermain dengan


(28)

benda-benda. Telah menggunakan media dalam pembelajaran dan ustadzah bertindak sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

3. Pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini di TKIT Nurul Islam telah berhasil mengoptimalkan aspek perkembangan moral Agama anak. Dibuktikan dari hasil laporan evaluasi yang diberikan lembaga kepada orang tua siswa menunjukkan aspek perkembangan moral Agama anak 95 % siswa sudah berkembang dengan baik dan 5 % belum berkembang dengan baik. Hal ini juga diperkuat dengan laporan orang tua siswa adanya peningkatan yang signifikan pada aspek perkembangan moral Agama anak dirumah. Penilaian dilakukan oleh wali kelas, ustadzah dan wali siswa dengan menggunakan instrumen yang disiapkan oleh lembaga.

B. Rekomendasi Penelitian

Dari hasil penelitian tentang pembelajaan Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini di TKIT Nurul Islam, peneliti dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah

Masih perlu dilakukan peningkatan kompetesi guru utamanya dalam melaksanakan pembelajaran melalui bermain. Dari hasil observasi masih ditemukan ustadzah yang belum maksimal dapat menguasai kelas dan materi permainan yang disampaikan. Penyediaan dan penggunaan media pembelajaran masih perlu ditingkatkan agar pembelajaran dapat berjalan lebih optimal. Hibana dan Rahman (2005: 50) mengemukakan media dan sarana, perlu dipilih yang


(29)

112

memudahkan dan memancing anak untuk aktif terlibat, aman dan menyenangkan. Sistem evaluasi yang sudah ada seyogyanya didesain agar lebih natural, Marimba dan Rahman (2005:50) mengemukakan bahwa sistem evaluasi yang digunakan pada anak usia dini, lebih bersifat natura, alamiah. Anak melaksanakan secara alamiah dan pendidik mengamati dan memberikan penilaian.

2. Lembaga TK Sekitar

Pembelajaran Agama Islam melalui bermain merupakan salah satu alternatif dalam upaya mengoptimalisasikan perkembangan aspek moral Agama anak usia dini. Dengan bermain anak-anak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan imajinasi dan kreatifitas berfikirnya dan anak merangsang daya cipta dan berfikir ktitis. Pembelajaran melalui bermain juga merupakan salah satu teknik pembelajaran yang berkesan pada anak-anak. Melalui teknik ini juga akan mendatangkan kegembiraan dan kepuasan bagi mereka dalam suatu pembelajaran yang disampaikan. Oleh karena itu pembelajaran melalui bermain merupakan metode terbaik yang dapat diterapkan pada anak usia dini. Sehubungan dengan tersebut, maka peneliti merekomendasikan kepada lembaga TK sekitar hendaknya menggunakan pendekatan metode belajar melalui bermain utamanya dalam pembelajaran materi Agama Islam.

3. Pemerintah

Sehubungan dengan kebutuhan peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran melaui bermain, maka seyogyanya pemerintah mengadakan pelatihan pendekatan pembelajaran melalui bermain. Hal ini disebabkan masih


(30)

kurangnya sumberdaya manusia (pendidikan TK) yang memahami dan menguasai pembelajaran melalui bermain. Pelatihan kompetensi ini meliputi; (1) kemampuan guru dalam merencanakan dan mengelola proses pembelajaran, dan (2) memonitor dan mengevaluasi proses pembalajaran. Jamaris (2006:184) mengemukakan keahlian guru TK mencakup berbagai kemampuan dalam melaksanakan kompetesi sebagai guru. Kompetensi tersebut meliputi.

a. Kemampuan merencanakan dan mengelola proses pembelajaran. b. Memonitor dan mengevaluasi proses pembelajaran.

4. Peneliti Berikutnya

Dari penelitian ini ditemukan bahwa pembelajaran melalui bermain merupakan pendekatan pembelajaran yang paling cocok dengan karakteristik anak usia dini. Peneliti menfokuskan pada pembelajaran Agama Islam pada anak usia dini utamanya pada aspek perkembangan moral agama anak, sehingga untuk materi pengembangan lainnya seperti bahasa, sosial emisonal dan lain-lain masih perlu untuk diteliti. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan kepada peneliti berikutnya seyogyanya untuk melakukan penelitian pembelajaran melalui bermain pada aspek perkembangan yang lain. Penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian dalam aspek yang lebih luas.


(31)

114

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D Marimba. (1989) Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung. Al-Ma.arif

Ahmad Tafsir. (1992) Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung Remaja. Rosdakarya

Al Juhra. (2008). Konsep Pendidikan Agama Islam menurut Muhammad Natsir (Tesis). Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta. Bandung. Rosdakarya.

Beaty, Janice J. (1990). Observing Development of The Young Child Ohio : Merrill Pub.Co.

Borden, M.E. (1997). Smart Star. Kaifa: Bandung

Bredekamp, Sue.(1987). Developmentally Appropriate Practice in Early ChildhoodPrograms Serving from Birth Throught Age 8. NAEYC:Washington.

---.1987). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs Serving Children from Birth through Age 8, (Exp. Ed). Washington : NAEYC

Brewer, Jo An (2007). Introduction to Early Chilhood Education. Pearson Allyn and Beon:Amerika

Cholimah, Nur (2008). Implementasi Program Pembelajaran PAUD,Tesis, UPI:Bandung

Conny R. Semiawan (2003). Pengembangan Rambu-rambu Belajar sambil Bermain Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. . Direktorat PAUD. Jakarta ISSN 1693-1947.

Danim S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung. Pustaka Setia Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas. (2006). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.

Dwi Yulianti, Sri S, Dewanti H. (2008) Model Bermain Sambil Belajar Sains Untuk Mengembangkan Keterampilan Proses Siswa Taman Kanak-Kanak (Penelitian). Universitas Negeri Semarang (UNNES).


(32)

Gardner, H. (2003). Multiple Intlligences After Twenty Years, Paper Presented at the Americen education Research Assocation, Chicago llinois. Howard @pz. Harvard.edu. (21 April 2007).

---. (2003). Multiple Intelligence. Kecerdascm Majemuk Teori clan Praktilc Alexandar Sindoro. Ineraksa : Batam

---.(2004 ) Mu l t i p l e In t l l i g en ces a n d Ed u ca t i o n www.infed.org/thinkers/gardnenhtm. (21 April 2007)

Gestwicki, C. (2006). Developmentally Appropriate Practice Curriculum And Development In Early Education. Central Piedmont Community College: Canada.

Gutama. (2003). Melongok Kegiatan PADU di Negeri Singapura. Jakarta : Direktorat PAUD.

Harianti, D. (1994). Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak 1994, Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran (07 Juli 2009)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Dasar (diakses 18 september 2008) Hurlock, Elizabeth B. (1980). Developmental Psycology. Mc Graw: Hill. Inc. Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak. Jilid I (Terjemahan) Edisi

keenam. Jakarta : Penerbit Airlangga.

Jalal, F (2003). Kurikulum Genrik Untuk Anak Uisa Dini. Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. . Direktorat PAUD. Jakarta ISSN 1693-1947.

Jalal, F (2004). Arah dan Kebijakan Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Makalah dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Menyongsong Kurikulum Pendidikan anak Usia Dini Jalur Pendidikan Non Formal, Kerjasama Dirjen PLS Depdiknas denfgan Program studi Pendidikan Anak Usia Dini Program Pascasarjana UNJ. Jakarta Oktober 2004.

Juntika Nurikhsan. (2007). Perkembangan Peserta Didik Pendidikan Dasar. (Buku Materi Pokok Mata Kuliah)

Moleong, J. Lexy (1998), Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya:Bandung Nasution, S. (1982). Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.


(33)

116

Nugraha, Ali (2005), Kurikulum dan Bahan Belajar TK, UT:Jakarta Oberlander, June (2000). Slowly, Steady, Get me Ready, Jakarta

Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Ritayanti, Utin (2008), Belajar Melalui Bermain, Tesis, UPI: Bandung Sa’ud, Udin Syaefudin. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Saayah BT. Abu. (Pelaksanaan Aktiviti Belajar melalui Bermain di

Tadika-Tadika Kawasan Melaka TengahMelaka (Jurnal Penelitian). http://www.pdf-search-engine.compembelajaran-agama-islam-pdf.html. (07 Juli 2009)

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana.

Saud, U. (2008) Prosiding Seminar Nasional Peningkatkan Kualitas

Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar, Vol 01 hal 24 UPI: Bandung.

Siswanto. (2006). Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Dalam PAUD. Jurnal Ilmiah PADU: Jakarta.

Solehuddin, M (2000). Konsep dasar pendidikan prasekolah, Bandung, UPI Press Solehuddin. (2000). Konsep Pendidikan Prasekolah. FIP: Bandung.

Sudajana, N. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo, Jakarta.

Sufean Hussin, Muhammadsulhan Lamatha (2004). Kesediaan Sekolah-Sekolah Agama Islam Di Selatan Thailand Dalam Melaksanakan Jaminan Kualiti Pendidikan Dari Aspek Pelajar Jurnal Pendidikan 2004, Universiti Malaya 1

Suyanto, S. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat.

Yusuf, S. (2003). Evalunsi Kinerja Guru, Bandung: LP UPI.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al 'Utsaimin t.t PrinsipPrinsip Dasar Keimanan” Undang-Undang No. XX tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia


(1)

111

benda-benda. Telah menggunakan media dalam pembelajaran dan ustadzah bertindak sebagai fasilitator dalam pembelajaran.

3. Pembelajaran Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini di TKIT Nurul Islam telah berhasil mengoptimalkan aspek perkembangan moral Agama anak. Dibuktikan dari hasil laporan evaluasi yang diberikan lembaga kepada orang tua siswa menunjukkan aspek perkembangan moral Agama anak 95 % siswa sudah berkembang dengan baik dan 5 % belum berkembang dengan baik. Hal ini juga diperkuat dengan laporan orang tua siswa adanya peningkatan yang signifikan pada aspek perkembangan moral Agama anak dirumah. Penilaian dilakukan oleh wali kelas, ustadzah dan wali siswa dengan menggunakan instrumen yang disiapkan oleh lembaga.

B. Rekomendasi Penelitian

Dari hasil penelitian tentang pembelajaan Agama Islam melalui bermain pada anak usia dini di TKIT Nurul Islam, peneliti dapat memberikan rekomendasi sebagai berikut :

1. Kepala Sekolah

Masih perlu dilakukan peningkatan kompetesi guru utamanya dalam melaksanakan pembelajaran melalui bermain. Dari hasil observasi masih ditemukan ustadzah yang belum maksimal dapat menguasai kelas dan materi permainan yang disampaikan. Penyediaan dan penggunaan media pembelajaran masih perlu ditingkatkan agar pembelajaran dapat berjalan lebih optimal. Hibana dan Rahman (2005: 50) mengemukakan media dan sarana, perlu dipilih yang


(2)

memudahkan dan memancing anak untuk aktif terlibat, aman dan menyenangkan. Sistem evaluasi yang sudah ada seyogyanya didesain agar lebih natural, Marimba dan Rahman (2005:50) mengemukakan bahwa sistem evaluasi yang digunakan pada anak usia dini, lebih bersifat natura, alamiah. Anak melaksanakan secara alamiah dan pendidik mengamati dan memberikan penilaian.

2. Lembaga TK Sekitar

Pembelajaran Agama Islam melalui bermain merupakan salah satu alternatif dalam upaya mengoptimalisasikan perkembangan aspek moral Agama anak usia dini. Dengan bermain anak-anak memiliki kebebasan untuk mengekspresikan imajinasi dan kreatifitas berfikirnya dan anak merangsang daya cipta dan berfikir ktitis. Pembelajaran melalui bermain juga merupakan salah satu teknik pembelajaran yang berkesan pada anak-anak. Melalui teknik ini juga akan mendatangkan kegembiraan dan kepuasan bagi mereka dalam suatu pembelajaran yang disampaikan. Oleh karena itu pembelajaran melalui bermain merupakan metode terbaik yang dapat diterapkan pada anak usia dini. Sehubungan dengan tersebut, maka peneliti merekomendasikan kepada lembaga TK sekitar hendaknya menggunakan pendekatan metode belajar melalui bermain utamanya dalam pembelajaran materi Agama Islam.

3. Pemerintah

Sehubungan dengan kebutuhan peningkatan kompetensi guru dalam pembelajaran melaui bermain, maka seyogyanya pemerintah mengadakan pelatihan pendekatan pembelajaran melalui bermain. Hal ini disebabkan masih


(3)

113

kurangnya sumberdaya manusia (pendidikan TK) yang memahami dan menguasai pembelajaran melalui bermain. Pelatihan kompetensi ini meliputi; (1) kemampuan guru dalam merencanakan dan mengelola proses pembelajaran, dan (2) memonitor dan mengevaluasi proses pembalajaran. Jamaris (2006:184) mengemukakan keahlian guru TK mencakup berbagai kemampuan dalam melaksanakan kompetesi sebagai guru. Kompetensi tersebut meliputi.

a. Kemampuan merencanakan dan mengelola proses pembelajaran. b. Memonitor dan mengevaluasi proses pembelajaran.

4. Peneliti Berikutnya

Dari penelitian ini ditemukan bahwa pembelajaran melalui bermain merupakan pendekatan pembelajaran yang paling cocok dengan karakteristik anak usia dini. Peneliti menfokuskan pada pembelajaran Agama Islam pada anak usia dini utamanya pada aspek perkembangan moral agama anak, sehingga untuk materi pengembangan lainnya seperti bahasa, sosial emisonal dan lain-lain masih perlu untuk diteliti. Oleh karena itu peneliti merekomendasikan kepada peneliti berikutnya seyogyanya untuk melakukan penelitian pembelajaran melalui bermain pada aspek perkembangan yang lain. Penelitian ini dapat dijadikan rujukan untuk penelitian dalam aspek yang lebih luas.


(4)

114

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad D Marimba. (1989) Pengantar Filsafat Pendidikan Islam. Bandung. Al-Ma.arif

Ahmad Tafsir. (1992) Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. Bandung Remaja. Rosdakarya

Al Juhra. (2008). Konsep Pendidikan Agama Islam menurut Muhammad Natsir (Tesis). Universitas Islam Indonesia. Yogyakarta.

Arikunto, S. (1993). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Jakarta: Rineka Cipta. Bandung. Rosdakarya.

Beaty, Janice J. (1990). Observing Development of The Young Child Ohio : Merrill Pub.Co.

Borden, M.E. (1997). Smart Star. Kaifa: Bandung

Bredekamp, Sue.(1987). Developmentally Appropriate Practice in Early

ChildhoodPrograms Serving from Birth Throught Age 8.

NAEYC:Washington.

---.1987). Developmentally Appropriate Practice in Early Childhood Programs Serving Children from Birth through Age 8, (Exp. Ed). Washington : NAEYC

Brewer, Jo An (2007). Introduction to Early Chilhood Education. Pearson Allyn and Beon:Amerika

Cholimah, Nur (2008). Implementasi Program Pembelajaran PAUD,Tesis, UPI:Bandung

Conny R. Semiawan (2003). Pengembangan Rambu-rambu Belajar sambil Bermain Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. . Direktorat PAUD. Jakarta ISSN 1693-1947.

Danim S. (2002). Menjadi Peneliti Kualitatif. Bandung. Pustaka Setia Depdikbud. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka Depdiknas. (2006). Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. Bandung: Desmita. (2006). Psikologi Perkembangan. Bandung: Rosda Karya.

Dwi Yulianti, Sri S, Dewanti H. (2008) Model Bermain Sambil Belajar Sains Untuk Mengembangkan Keterampilan Proses Siswa Taman Kanak-Kanak (Penelitian). Universitas Negeri Semarang (UNNES).


(5)

115

Gardner, H. (2003). Multiple Intlligences After Twenty Years, Paper Presented at the Americen education Research Assocation, Chicago llinois. Howard @pz. Harvard.edu. (21 April 2007).

---. (2003). Multiple Intelligence. Kecerdascm Majemuk Teori clan Praktilc Alexandar Sindoro. Ineraksa : Batam

---.(2004 ) Mu l t i p l e In t l l i g en ces a n d Ed u ca t i o n www.infed.org/thinkers/gardnenhtm. (21 April 2007)

Gestwicki, C. (2006). Developmentally Appropriate Practice Curriculum And Development In Early Education. Central Piedmont Community College: Canada.

Gutama. (2003). Melongok Kegiatan PADU di Negeri Singapura. Jakarta : Direktorat PAUD.

Harianti, D. (1994). Program Kegiatan Belajar Taman Kanak-kanak 1994, Jakarta. http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran (07 Juli 2009)

http://id.wikipedia.org/wiki/Sekolah_Dasar (diakses 18 september 2008) Hurlock, Elizabeth B. (1980). Developmental Psycology. Mc Graw: Hill. Inc. Hurlock, Elizabeth B. 1997. Perkembangan Anak. Jilid I (Terjemahan) Edisi

keenam. Jakarta : Penerbit Airlangga.

Jalal, F (2003). Kurikulum Genrik Untuk Anak Uisa Dini. Jurnal Ilmiah Anak Usia Dini. . Direktorat PAUD. Jakarta ISSN 1693-1947.

Jalal, F (2004). Arah dan Kebijakan Nasional Pendidikan Anak Usia Dini Makalah dalam Seminar dan Lokakarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini, Menyongsong Kurikulum Pendidikan anak Usia Dini Jalur Pendidikan Non Formal, Kerjasama Dirjen PLS Depdiknas denfgan Program studi Pendidikan Anak Usia Dini Program Pascasarjana UNJ. Jakarta Oktober 2004.

Juntika Nurikhsan. (2007). Perkembangan Peserta Didik Pendidikan Dasar. (Buku Materi Pokok Mata Kuliah)

Moleong, J. Lexy (1998), Metodologi Penelitian Kualitatif. Rosdakarya:Bandung Nasution, S. (1982). Didaktik Asas-asas Mengajar. Bandung: Jemmars.


(6)

Nugraha, Ali (2005), Kurikulum dan Bahan Belajar TK, UT:Jakarta Oberlander, June (2000). Slowly, Steady, Get me Ready, Jakarta

Purwanto, Ngalim. (2006). Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: Rosdakarya.

Ritayanti, Utin (2008), Belajar Melalui Bermain, Tesis, UPI: Bandung Sa’ud, Udin Syaefudin. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Dasar. Saayah BT. Abu. (Pelaksanaan Aktiviti Belajar melalui Bermain di

Tadika-Tadika Kawasan Melaka TengahMelaka (Jurnal Penelitian). http://www.pdf-search-engine.compembelajaran-agama-islam-pdf.html. (07 Juli 2009)

Sanjaya, W. (2005). Pembelajaran dan Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi, Jakarta: Kencana.

Saud, U. (2008) Prosiding Seminar Nasional Peningkatkan Kualitas

Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Dasar, Vol 01 hal 24 UPI: Bandung.

Siswanto. (2006). Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Dalam PAUD. Jurnal Ilmiah PADU: Jakarta.

Solehuddin, M (2000). Konsep dasar pendidikan prasekolah, Bandung, UPI Press Solehuddin. (2000). Konsep Pendidikan Prasekolah. FIP: Bandung.

Sudajana, N. (2005). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Sinar Baru Algesindo, Jakarta.

Sufean Hussin, Muhammadsulhan Lamatha (2004). Kesediaan Sekolah-Sekolah Agama Islam Di Selatan Thailand Dalam Melaksanakan Jaminan Kualiti Pendidikan Dari Aspek Pelajar Jurnal Pendidikan 2004, Universiti Malaya 1

Suyanto, S. (2005). Dasar-dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Yogyakarta: Hikayat.

Yusuf, S. (2003). Evalunsi Kinerja Guru, Bandung: LP UPI.

Syaikh Muhammad bin Sholeh Al 'Utsaimin t.t PrinsipPrinsip Dasar Keimanan” Undang-Undang No. XX tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). (2007). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia


Dokumen yang terkait

BAB II PEMBELAJARAN MORAL DAN NILAI AGAMA ISLAM (MONA) PADA ANAK USIA DINI

0 4 33

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA ANAK USIA PAUD DI TKIT “FATAHILLAH” KABUPATEN SUKOHARJO Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Paud Di Tkit “Fatahillah” Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012 / 2013.

0 3 17

PENDAHULUAN Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Paud Di Tkit “Fatahillah” Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012 / 2013.

0 3 22

DAFTAR PUSTAKA Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Paud Di Tkit “Fatahillah” Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012 / 2013.

0 2 4

IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN DAILY‐LIFE PADA ANAK USIA PAUD DI TKIT “FATAHILLAH” Implementasi Kurikulum Pendidikan Agama Islam Pada Anak Usia Paud Di Tkit “Fatahillah” Kabupaten Sukoharjo Tahun 2012 / 2013.

0 3 25

PENANAMAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM MELALUI METODE BERMAIN (Studi Kasus TKIT Az Zahra Sragen Tahun Ajaran 2008/2009).

0 0 18

PENGELOLAAN PEMBELAJARAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) PENGELOLAAN PEMBELAJARAN NILAI-NILAI AGAMA ISLAM PADA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) „AISYIYAH KREATIF DI KOTA MAGELANG.

0 0 13

INTERNALISASI NILAI-NILAI DAKWAH PADA ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK ISLAM TERPADU (TKIT) ALKARIMA

0 1 8

View of PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DI PESANTREN ( Studi Kasus Pada Pondok Pesantren Sirojul Ulum Semanding Pare Kediri )

0 1 23

STUDI KOMPARASI TINGKAT PERKEMBANGAN ANAK USIA 3-5 TAHUN BERDASARKAN METODE PEMBELAJARAN SEKOLAH ALAM DAN KONVENSIONAL DI TKIT MEKAR INSANI DAN TKIT NURUL ISLAM YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Studi Komparasi Tingkat Perkembangan Anak Usia 3-5 Tahun Berdasa

0 0 17