PENDIDIKAN MORAL PANCASILA DAN KECENDERUNGAN PERILARU ANAK DIDIK: Suatu Studi Terhadap Siswa SMA Negeri di Kotamadya Banda Aceh.

\

PENDIDIKAN MORAL PANCASILA DAN KECENDERUNGAN
PERILARU ANAK DIDIR
Suatu Studi Terhadap Siswa SMA Ncgcri

di Koiamadya Banda Aceh

TES IS

Diajukan Kepada Panitia Ujian Tests
Institut Keguruan dan llmu Pendidikan Bandung

Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Program Pasca Sarjana
Bidang Studi Pendidikan Umum

Oleh t

Kadarusmadi

489 /


G / XVI - 8

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG
1987

TESIS INI DlSETUJUl DAN DISAHKAN OLEH

PROF. DR. ACHMAD SANUSI, SH-, MPA.
PEMBIMBING

DR.

I

NURSID SUMAATMADJA
PEMBIMBING


JANUARI

II

1987

FAKULTAS PASCA SARJANA

INSTITUT KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
BANDUNG

DIPERSEMBAHKAN UNTUK ANAKKU:
PUTERA ANARTA MARDANADI

DAFTAR I SI

hal.

KATA PENGANTAR


iii

UCAPAN TERIMA KASIH

vi

DAFTAR ISI

ix

DAFTAR TABEL

xii

DAFTAR BAGAN

xiii

BAB I


PENDAHULUAN

1

A. Latar Belakang Permasalahan

1

1. Masyarakat Indonesia
2.

Pewarisan Nilai-nilai Pancasila

3. Pelaksanaan Pendidikan Pancasila

1
...

3


..

5

B. Masalah Penelitian

C.

BAB II

7

1. Identifikasi Masalah
2. Perumusan Masalah

7
10

Variabel Penelitian


11

D. Tujuan Penelitian

12

E. Kegunaan Penelitian

13

PEWARISAN NILAI-NILAI MORAL PANCASILA
DAN PERKEMBANGAN MORAL ANAK DIDIK
SERTA KECENDERUNGAN PERILAKU

ANAK DI DIK

15

A. Nilai-nilai Moral dari Pancasila


...

15

1. Arti Moral dan Moralitas

15

2. Objek Moral
3. Ukuran-ukuran Moral
hf. Nilai-nilai Moral yang Terkandung
dalam Pancasila

22
23
26

B. Pendidikan Moral Pancasila (PMP) bagi
Pewarisan Moral Pancasila


IX

35

hal.

1. Ruang Lingkup Pendidikan Moral
Pancasila
2. Materi Pendidikan Moral Pancasila

.

35
39

3. Penyarapaian Materi Pendidikan
moral Pancasila




45

C. Perkembangan Nilai-nilai Moral pada
Anak Didik

50

1. Arti Perkembangan Moral bagi
Pendidikan

2. Pendekatan Kognitif

50

terhadap

Perkembangan Moral

%


3. Peranan Pendidikan Sekolah bagi

Perkembangan Moral
D.

Kecenderungan-kecenderungan Perilaku
Anak Didik

66
73

1. Pendekatan-pendekatan Terhadap
Perilaku

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Perilaku Anak Didik
3. Aspek-aspek Kecenderungan Peri
laku Anak Didik
BAB III MET0D0L0GI PENELITIAN


73

83
85

89

A.

Asumsi-asumsi

89

B.

Hipotesis

90

C. Populasi dan Sampel

90

D.

93

Metode Penelitian

E. Teknik Pengumpulan Data

93

F. Instrumen Pengumpulan Data

94

G. Uji Coba Dalam Rangka Validitas dan
Reliabilitas Instrumen Pengumpulan
Data

H. Rencana Analisis Data

101

113

XI

hal.

BAB IV PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISIS
DATA

115

A. Persiapan Pengumpulan Data

115

B. Pelaksanaan Pengumpulan Data

116

C.

119

Pengolahan Data

D. Analisis Data dan Hasil Penelitian

..

125

1. Pemahaman Anak Didik tentang
Pancasila

2. Kecenderungan Perilaku Anak Didik

3. Kontribusi Pemahaman tentang Panca
sila terhadap Kecenderungan
Perilaku Anak Didik
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN-SARAN
A.

Kesimpulan

125

.

130

138
145
145

B. Saran-saran

147

C. Penutup

154

DAFTAR BACAAN

156

DAFTAR LAMPIRAN-LAMPIRAN

162

DAFTAR TABEL

hal.

TABEL

2.1

3.1

5-2

3.3

PEN GORGAN ISASIAN BAHAN PELAJARAN PMP
DAN ALOKASI WAKTU PELAJARAN TIAP

SEMESTER

46

JUMLAH ANGGOTA SAMPEL PADA MASINGMASING SMA

92

PENYEBARAN BUTIR-BUTIR PERTANYAAN

TES MENURUT SILA-SILA PANCASILA
PENYEBARAN BUTIR BUTIR PERTANYAAN
TES MENURUT TINGKAT KESUKARAN

ITEM

3.4

96

97

PENYEBARAN BUTIR-BUTIR PERNYATAAN
UNTUK MENGUKUR KECENDERUNGAN

3.5

3.6

PERILAKU ANAK DIDIK

100

TINGKAT KESUKARAN ITEM TES

105

PERHITUNGAN NILAI SKALA PERNYATAAN
NOMOR 020

3.7

108

PERHITUAN PENGUJIAN t PERNYATAAN
NOMOR 020

110

XLl

DAFTAR BAGAN

BAGAN

hal.

2.1

UNTUK MEMAHAMI PANCASILA

2.2

KOJLBERG'S SIX STAGES OF MORAL

DEVELOPMENT

44

62

xm

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan

1. Masyarakat Indonesia
Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat maje-

muk, yaitu masyarakat yang terdiri dari beragam

suku

bangsa, kebudayaan, kepercayaan keagamaan dan perilaku
kehidupan kemasyarakatan. Namun, mereka adalah satu
bangsa. Semboyan "Bhinneka Tunggal Ika" menunjukkan

ciri keragaman kehidupan bangsa Indonesia, yang sesung-

guhnya berarti: justru karena berbeda-beda maka ia satu

adanya. (Mattulada, dalam YP2LPM. 1985: k7)
Keanekaragaman masyarakat dan kebudayaan, meng-

gambarkan kemajemukan masyarakat Indonesia. Kemajemukan itu bukan saja karena masyarakat Indonesia terdiri
dari beragam suku bangsa yang mendiami wilayah kepulau-

an nusantara, tetapi suku-suku bangsa itu memiliki kebudayaannya masing-masing. Walaupun demikian, secara
keseluruhan masyarakat Indonesia mempunyai suatu kebu
dayaan nasional, yaitu kebudayaan Nasional Indonesia.

Kebudayaan Nasional Indonesia itu, adalah puncak-puncak
dari kebudayaan-kebudayaan daerah. (Ki Hadjar Dewantara, dikutip Koentjaraningrat dalam Alfian. 1985: 109)

Di dalam keragaman itu, masyarakat Indonesia hi-

dup sebagai suatu bangsa, Perbedaan-perbedaan di antara
1

warga masyarakat, baik dalam kebudayaannya maupun dalam
perilaku kehidupan kemasyarakatannya, berada dalam sua
tu sistem nilai budaya yang sesuai dan berlaku bagi se

mua warga tanpa memandang agama dan suku bangsanya. Sis
tem nilai budaya itu merupakan suatu tata nilai budaya
masyarakat Indonesia yang berisikan nilai-nilai, normanorma dan moral sebagai pedoman perilaku kehidupan ma

syarakat Indonesia. Nilai-nilai, norma-norma dan

moral

yang dimaksud adalah Pancasila.
Di dalam Pancasila terkandung nilai-nilai

luhur

masyarakat Indonesia. Nilai-nilai itu senantiasa dipedomani oleh masyarakat Indonesia, Nilai-nilai, norma
dan moral Pancasila itu mewarnai setiap tindakan dan pe
rilaku manusia Indonesia dalam kehidupannya sehari-hari.

Dengan demikian, manusia Indonesia adalah manusia Panca
sila, Manusia-manusia Indonesia yang berPancasila, pada
akhimya membentuk suatu masyarakat Indonesia yang ber

Pancasila, yaitu suatu masyarakat yang sosialistis religius. Dengan ciri-ciri pokok:

-

tidak membenarkan adanya: kemelaratan, keterbelakangan, perpecahan, pemerasan, kapitalisme,
feodalisme, kolonialisme, dan imperialisme; karenanya
harus bersama-sama menghapuskannya dan
- menghayati hidupnya dengan berkewajiban: taqwa pa
da Tuhan Yang Maha Esa, cinta pada Tanah Air, ka
sih sayang pada sesama manusia, suka bekerja dan
rela berkorban untuk kepentingan rakyat. (Presiden
Soeharto dalam Krtssantono, 1976: 22-23)

Ciri-ciri tersebut merupakan suatu ciri yang membedakan

masyarakat Indonesia dengan masyarakat lainnya yang ada
di

dunia i n i .

2. Pewarisan Nilai-nilai Pancasila

Pengakuan bahwa masyarakat Indonesia adalah

ma

syarakat yang ber-Pancasila atau masyarakat Pancasila,
mengharuskan setiap manusia Indonesia senantiasa

meng-

hayati dan mengamalkan Pancasila dalam setiap tindakan

dan perilaku kehidupannya sehari-hari. Pancasila

sama

sekali bukan sekedar semboyan untuk dikumandangkan, bukan dasar falsafah negara yang sekedar untuk dikeramatkan dalam dokumen Pembukaan Undang Undang Dasar 1945.
Melainkan Pancasila harus diamalkan. Tanpa diamalkan,

dasar falsafah negara itu tidak akan berguna dan tidak

ada artinya. (Presiden Soeharto dalam Krissantono. 1976:
96)

Oleh karena itu, setiap manusia Indonesia wajib

untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila
dalam kehidupan sehari-hari.

Untuk maksud tersebut di atas, menghayati

dan

mengamalkan nilai-nilai Pancasila, setiap manusia Indo
nesia harus dapat mewarisi nilai-nilai Pancasila. Nilainilai Pancasila sejak dini harus diwariskan kepada generasi muda (anak didik) Indonesia, agar mereka dapat
menghayati dan mengamalkan nilai-nilai tersebut. Penghayatan dan pengamalan Pancasila atau pewarisan nilai-

nilai Pancasila kepada anak didik tidak mungkin terjadi

secara spontan atau dengan sendirinya. Melainkan melalui suatu proses pengenalan, pemikiran, pengakuan, peng-

hargaan dan pendorong tertentu, sehingga anak didik merasa memiliki nilai-nilai tersebut. Suatu sikap dan ni

lai-nilai suatu masyarakat dapat diwarisi oleh generasi
berikutnya dari masyarakat tersebut memerlukan proses

tertentu, apalagi diterapkan bagi sekelompok masyarakat
yang berbeda. Kemampuan untuk menerapkan sikap dan ni

lai-nilai kemanusiaan tradisional ke dalam pergaulan na
sional di antara sekian banyak suku, agama, kebudayaan

dan golongan yang cukup berbeda tidak dapat diharapkan
terjadi secara serentak dan dengan sendirinya, melain

kan membutuhkan waktu dan merupakan hasil sebuah proses

belajar. (Frans Magnis-Suseno SJ, 1986: 114)

Oleh kare

na itu, pendidikan merupakan sarana yang sangat pen ting.
Pendidikan, baik secara formal di sekolah, mau
pun secara informal di keluarga dan secara nonformal di

masyarakat, dilaksanakan untuk mencapai maksud agar se

tiap anak didik sebagai warga masyarakat Indonesia

dan

warga negara Indonesia dapat menghayati dan mengamalkan

Pancasila sebagai suatu nilai, norma, moral dan budaya
masyarakat Indonesia. Dengan demikian, pendidikan meru

pakan suatu proses pewarisan kebudayaan, yaitu pewaris
an cara hidup berkebudayaan secara luas. Pada dasarnya,
pendidikan itu bertujuan menyediakan bagi anak dan

remaja penghargaan yang wajar terhadap nilai-nilai etis,
agama dan intelektual yang mengikat masyarakat menjadi
satu. (Muhd. Said, 1985: 58, dikutip dari J. E. Lipps:
The Origin of Things.

1956: 157)

3. Pelaksanaan Pendidikan Pancasila

Secara umum pendidikan nasional bangsa Indonesia
diarahkan untuk menghasilkan manusia-manusia Indonesia

yang sesuai dengan nilai-nilai, norma-norma, moral, kepribadian dan budaya Indonesia. Nilai-nilai, norma-nor
ma, moral, kepribadian dan budaya itu, merupakan sesua-

tu* yang telah dimiliki oleh masyarakat Indonesia

sejak

Negara Indonesia diproklamirkan kemerdekaannya. Pendi
dikan Nasional Indonesia berdasarkan Pancasila, dan bertujuan:

Untuk meningkatkan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang

Maha Esa, kecerdasan dan keterampilan, mempertinggi
budi pekerti, memperkuat kepribadian dan mempertebal
semangat kebangsaan dan cinta tanah air, agar dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang dapat
membangun dirinya sendiri serta bersama-sama
ber-

tanggung jawab atas pembangunan bangsa. (Dalam GBHN
1983, Sekretariat Negara Republik Indonesia, 1985:
90)

Secara khusus melalui pendidikan, nilai-nilai
dan moral Pancasila ditanamkan dan diwariskan kepada

anak didik

sebagai generasi muda, gar mereka dapat me

mahami nilai-nilai luhur bangsa, menghayati dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. Pewarisan nilainilai Pancasila,

secara formal pada lembaga pendidikan

formal (sekolah), diberikan secara khusus melalui Pendi
dikan Pancasila. Dalam Garis-garis Besar Haluan Negara

1983, dikatakan bahwa:
Pendidikan Pancasila termasuk pendidikan pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan

Pancasila

(P4), Pendidikan Moral Pancasila serta unsur-unsur
yang dapat meneruskan dan mengembangkan jiwa, semangat dan nilai-nilai 1945 kepada generasi muda harus

makin ditingkatkan dalam kurikulum sekolah,
mulai
dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi, baik
negeri maupun swasta, dan di lingkungan masyarakat.

(Secretariat Negara Republik Indonesia, 1985: 91)
Dari rumusan di atas, Pendidikan Pancasila meru

pakan suatu pendidikan yang harus ada pada setiap ting
kat pendidikan formal (sekolah) di Indonesia. Melalui

pendidikan Pancasila diharapkan anak didik sebagai ge
nerasi muda Indonesia dapat mewarisi, meneruskan dan

mengembangkan nilai-nilai 1945, yaitu nilai-nilai

yang

terkandung di dalam Pancasila. Dengan mewarisi, menerus

kan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila, diharapkan
pula anak didik menjadi manusia Pancasila, yaitu yang
senantiasa menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Panca
sila dalam kehidupan sehari-hari.
Pelaksanaan atau penyajian Pendidikan Pancasila

di sekolah-sekolah, dari TK sampai dengan SMTA, diberi
kan melalui bidang studi (mata-pelajaran) Pendidikan Mo

ral Pancasila (PMP). Sebagai suatu bidang studi (mata-

pelajaran), PMP wajib diikuti oleh setiap anak didik,

diberikan selama anak didik berada di sekolah tersebut.

Untuk tingkat SMTA, sejak semester pertama kelas

satu

sampai semester kedua kelas tiga, anak didik mengikuti
PMP sebagai suatu pelajaran wajib dan pokok bagi mereka.
Penyajian PMP di sekolah-sekolah dimaksudkan agar

anak didik dapat mengerti, memahami, menghargai, memiliki dan menghayati serta mengamalkan nilai-nilai luhur

Pancasila. Keluar dari sekolah diharapkan anak didik
bertingkah laku sesuai dengan moral Pancasila dan raenja-

di warga negara yang bertanggung jawab bagi pembangunan
bangsanya. Dengan demikian, pelaksanaan Pendidikan Pan
casila melalui PMP di sekolah-sekolah bertujuan: untuk

membina anak didik menjadi insan yang setia kepada Ne

gara dengan penuh kesadaran dan rasa tanggung jawab,
mengerti, menghayati dan mampu mengamalkan Pancasila.
(Dardji Darmodiharjo,
B.

1979:

11)

Masalah Penelitian
1.

Identifikasi Masalah

Dari bidang studi (mata-pelajaran) Pendidikan Mo
ral Pancasila anak didik mempelajari dasar dan falsafah

negara Pancasila. Dengan demikian, berarti anak didik

telah mendapatkan pelajaran tentang nilai-nilai dan mo
ral yang terkandung dalam Pancasila. Nilai-nilai dan mo

ral tersebut adalah nilai dan moral yang harus dipedomani dalam tindakan, perilakunya sehari-hari sebagai

8

warga masyarakat dan negara Indonesia. Oleh karena itu,
anak didik harus memiliki pemahaman yang benar tentang
nilai-nilai dan moral Pancasila. Apakah anak didik telah

memiliki pemahaman yang benar tentang nilai-nilai dan
moral Pancasila, sehingga sebagai warga masyarakat

dan

negara Indonesia mereka dapat memilih, menyeleksi nilainilai mana yang dapat dipakai sebagai pedoman dalam ke-

hidupannya sehari-hari? Seiring dengan kemajuan dan per
kembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, nilai-nilai
kehidupan manusia di dunia ini mengalami perkembangan

dan perubahan-perubahan. Nilai-nilai yang berkembang itu

tidak: semuanya sesuai, cocok atau dapat dipakai sebagai
pedoman dalam situasi dan kondisi bangsa Indonesia yang
ber-Pancasila.

Suatu nilai atau moral yang telah dipahami, memerlukan adanya perwujudan nyata dalam kehidupan seharihari, yaitu dalam tindakan dan perilaku. Nilai-nilai dan
moral Pancasila merupakan rangsangan bagi anak didik un

tuk berperilaku dalam kehidupannya. Dengan demikian, ke
hidupan anak didik sehari-hari merupakan pengejewantahan

nilai-nilai dan moral Pancasila. Apakah mereka mengha
yati dan mengamalkan nilai-nilai dan moral Pancasila?

Tidak menutup kemungkinan suatu pengetahuan yang dipel-

ajari oleh anak didik hanya sekedar untuk mendapatkan

angka dalam ujian. Padahal PMP yang diberikan

kepada

anak didik tersebut, bukan sekedar untuk diketaliui, di-

hafal, atau untuk menjawab soal-soal ujian, melainkan
untuk dihayati dan diamalkan dalam kehidupan sehari-ha
ri. Dengan demikian, pengetahuan tentang Pancasila yang

diperoleh melalui PMP itu, akan bermanfaat dan berguna
bagi diri mereka serta menjadi pedoman hidup dalam ke hidupannya sebagai warga masyarakat dan negara Indonesia,
Sebagai makhluk sosial, anak didik memerlukan

teman bergaul, teman bermain, teman belajar dan bahkan
teman hidupnya. Dalam artian, anak didik hidup memerlu

kan orang lain, hidup dalam masyarakat. Dt dalam masya
rakat Indonesia, yaitu masyarakat yang terdiri dari in-

dividu-individu yang berasal dari suku bangsa yang ber
beda, kepercayaan keagamaan yang berbeda, dan perilaku

kemasyarakatan yang berbeda, anak didik hidup sebagai

warganya. Dalam lingkungan masyarakat yang sedemikian
itu, anak didik diharapkan dapat berperilaku sesuai

dengan keadaan, kondisi dan harapan-harapan masyarakat.
Sebagai warga masyarakat Indonesia, anak didik
merupakan manusia Indonesia yang bertaqwa kepada Tuhan

Yang Maha Esa, kasih sayang sesamanya, suka berkorban

untuk kepentingan bersama, suka bekerja dan sebagainya.
Dengan kata lain, dalam hidupnya sehari-hari anak didik
mewujudkan suatu perilaku sesuai dengan nilai-nilai dan

moral Pancasila. Namun demikian, sebagai manusia yang

10

memiliki kebutuhan-kebutuhan pribadi, tidak

mustahil

anak didik akan berperilaku tidak sesuai dengan

nilai-

nilai dan moral Pancasila. Dalam kehidupannya di masya

rakat, anak didik cenderung untuk berperilaku berdasar
kan nilai-nilai dan moral pribadi. Mereka cenderung

untuk berbuat, bertindak atau berperilaku semata-mata
untuk memenuhi kebutuhan pribadi. Mengingat bahwa se

tiap anak didik memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi,
memiliki pengalaman, emosi dan perasaan yang dapat mem-

pengaruhi tindakan, perilakunya sehari-hari.
Sebagai warga yang mendapatkan pengetahuan ten

tang Pancasila, tentang nilai-nilai dan moral yang ter
kandung dalam Pancasila, anak didik dapat menjadikan
nilai-nilai dan moral Pancasila sebagai nilai-nilai dan

moral pribadinya. Dengan demikian, dalam setiap tindak
an, perbuatan atau perilaku sehari-hari sebagai warga
masyarakat dan negara Indonesia, mereka berpedoman pada
nilai-nilai dan moral Pancasila. Adakah pemahaman anak

didik tentang nilai-nilai dan moral Pancasila mempengaruhi perilaku mereka sehari-hari sebagai warga masyara
kat dan negara Indonesia?
2.

Perumusan Masalah

Masalah yang akan dipelajari dalam penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut:

"Sejauhmanakah Pendidik

an Moral Pancasila (PMP) telah menanamkan pengertian,

11

pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila pada diri
anak didik, mempengaruhi perilaku mereka sehari-hari
sebagai warga masyarakat Indonesia?"

Dengan pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1) Adakah anak didik di SMA memiliki tingkat pema
haman tentang Pancasila yang tinggi setelah me

reka mendapatkan Pendidikan Moral Pancasila (PMP)?
2) Adakah anak didik di SMA memiliki kecenderungan

perilaku yang positif, yang sesuai dengan nilainilai dan moral Pancasila, dalam kehidupannya se
hari-hari sebagai warga masyarakat Indonesia?

3) Adakah hubungan antara pemahaman tentang Pancasi
la yang dimiliki oleh anak didik di SMA dengan

kecenderungan perilaku mereka sebagai warga ma—
syarakat Indonesia?
C.

Variabel

Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, maka variabel da
lam penelitian ini sebagai berikut:

1. Pemahaman tentang Pancasila. yaitu kemampuan anak

didik memahami nilai-nilai dan moral yang terkan

dung dalam Pancasila. Hal ini menyangkut pemaham
an mereka tentang: a. Ketuhanan, b. Kemanusiaan,
c. Persatuan, d. Kerakyatan, dan e. Keadilan.
2. Kecenderungan Perilaku. yaitu kecenderungan anak

didik untuk berperilaku di dalam masyarakatnya.

12

Hal ini menyangkut dengan kecenderungan perilaku
anak didik dalam: ber-Ketuhanan, ber-Kemanusiaan,

ber-Persatuan, ber-Kerakyatan, dan ber-Keadilan.
Sebagai pengontrol dalam penelitian ini dipergunakan variabel hasil evaluasi b el ajar dalam bidang stu

di (mata-pelajaran) Pendidikan Moral Pancasila (PMP).
Hal ini menyangkut dengan nilai (angka) yang diperoleh
anak didik dalam bidang studi Pendidikan Moral Pancasi

la, dan bentuk soal ujian yang sering digunakan oleh
guru-guru bidang studi Pendidikan Moral Pancasila dalam
mengevaluasi hasil belajar anak didik.
D.

Tujuan Penelitian
1.

Tujuan Umum

- Untuk mendapatkan gambaran yang objektif tentang
tingkat pemahaman Pancasila yang dimiliki anak
didik di SMA dan kecenderungan perilaku

mereka

dalam kehidupannya sehari-hari sebagai warga ma
syarakat Indonesia.
2.

Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis kemampuan anak didik di SMA
memahami Pancasila.

b. Untuk menganalisis kecenderungan perilaku anak
didik di SMA dalam kehidupan sehari-hari dalam
lingkungan masyarakat.

c. Untuk menganalisis hubungan antara pemahaman

13

Pancasila yang dimiliki oleh anak didik di SMA
dengan kecenderungan perilaku mereka sehari-ha
ri dalam masyarakat.
E.

Kegunaan Penelitian

Secara empiris. penelitian ini mendapatkan ting

kat pemahaman tentang Pancasila dan kecenderungan peri
laku anak didik serta hubungan di antara kedua variabel

tersebut. Oleh karena itu, secara teoritis penelitian
ini berguna bagi:

1. Pengembangan konsep atau teori, sebagai berikut:
a. Anak didik dapat dikatakan bermoral, apabila

mereka berperilaku sesuai dengan nilai-nilai
dan moral yang berlaku dalam masyarakatnya.
b. Untuk dapat berperilaku sesuai dengan nilainilai dan moral masyarakat (berperilaku moral),
anak didik memiliki rasa hormat, mengetahui,
memahami dan meyakini nilai-nilai dan moral

yang menjadi dasar bagi perilaku masyarakatnya.
c. Perilaku anak didik sehari-hari sebagai warga
masyarakat Indonesia dipengaruhi oleh pemaham

an mereka tentang nilai-nilai dan moral Panca
sila.

2. Membantu para pendidik, pengelola pendidikan uraum,
khususnya pengelola Pendidikan Moral Pancasila

(PMP) dalam merencanakan, menseleksi program

IJf

pendidikan umum dan mengevaluasi pencapaian tujuan
program pendidikan umum dalam mempersiapkan anak
didik menjadi manusia-manusia Indonesia sebagai

warga negara yang baik (good citizens), sebagai
"Manusia Indonesia Seutuhnya" yang berdasarkan
Pancasila.

Secara praktis. informasi yang diperoleh dalam

penelitian ini berguna sebagai bahan masukan (input)
bagi pengelola pendidikan umum di SMA, khususnya penge

lola Pendidikan Moral Pancasila (PMP). Dengan demikian,
pengelola PMP dan guru PMP di SMA dapat menggunakan ha
sil penelitian ni sebagai salah satu ukuran untuk meli-

hat keberhasilan Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dalam
mencapai sasaran dan tujuan, yaitu: anak didik yang

berperilaku positif, sesuai dengan nilai-nilai dan mo
ral Pancasila.

I-;: -'J?..1''
'•*•;>••

-

• -

• ' A'1*,

BAB I I I

METODOLOGI PENELITIAN
A. Asumsi-asumsi

Penelitian ini berasumsi sebagai berikut:

1. Pengetahuan (informasi) tentang sesuatu objek meru

pakan rangsangan yang dapat mempengaruhi perkem
bangan kognisi seseorang tentang objek tersebut.
Dengan demikian, kognisi anak didik tentang Panca
sila tumbuh dan berkembang dengan adanya pengetahu
an (informasi) tentang Pancasila. Dengan mendapat

kan pengetahuan (informasi) tentang Pancasila mela
lui bidang studi (mata pelajaran) Pendidikan Moral
Pancasila (PMP), anak didik dapat memahami Pancasi

la. Dengan memahami Pancasila, berarti anak didik
memahami nilai-nilai moral yang terkandung di dalam
Pancasila.

2. Nilai-nilai, norma dan moral yang berlaku dalam su
atu masyarakat, membatasi tindakan-tindakan mana
yang boleh dan tidak boleh dilakukan oleh warga ma
syarakat tersebut. Sebagai warga masyarakat, anak

didik cenderung berperilaku sesuai dengan nilai-ni
lai moral yang berlaku dalam masyarakatnya. Nilainilai moral itu menjadi landasan dan motivasi dalam

setiap tindakan dan perbuatannya sebagai warga ma
syarakat.
89

90

3. Perilaku anak didik di dalam masyarakat mencerminkan kesediaan mereka untuk bereaksi di dalam masya

rakatnya, sesuai atau tidak sesuai dengan nilainilai moral yang berlaku dalam masyarakat tersebut.
B.

Hipotesis

Penelitian ini berhipotesis sebagai berikut:

1. Dengan mengikuti Pendidikan Moral Pancasila (PMP),
anak didik memiliki tingkat pemahaman Pancasila
yang tinggi.

2. Dengan memahami Pancasila sebagai pedoman hidup
bermasyarakat, anak didik memiliki kecenderungan

perilaku yang positif dalam kehidupan sehari-hari
sebagai warga masyarakat Indonesia.

3. Terdapat hubungan fungsional antara pemahaman Pan
casila yang dimiliki oleh anak didik di SMA dengan
kecenderungan perilaku mereka sebagai warga masya
rakat Indonesia.

C.

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini meliputi keseluruhan karakteristik, pemahaman pengetahuan dan perilaku da
lam kehidupan sehari-hari yang dimiliki oleh anak didik

di SMA Negeri dalam wilayah Kotamadya Banda Aceh. Dengan

demikian, yang menjadi anggota populasi adalah anak di

dik yang sedang belajar di SMA Negeri yang terdapat

91

dalam wilayah Kotamadya Banda Aceh, kelas terakhir.

Sampel dalam penelitian ini adalah pemahaman ten
tang Pancasila dan kecenderungan perilaku anak didik da
lam kehidupan sehari-hari sebagai warga masyarakat Indo
nesia. Anggota sampel yang langsung menjadi objek pene
litian adalah anak didik kelas terakhir dari setiap SMA

Negeri dalam wilayah Kotamadya Banda Aceh. Jumlah anggo

ta sampel ditetapkan sebanyak 15# dari jumlah anggota
populasi.

Penarikan sampel menggunakan teknik probability

sampling, yaitu setiap individu anak didik kelas akhir

di SMA Negeri dalam wilayah Kotamadya Banda Aceh, menda

patkan peluang untuk dipilih sebagai anggota sampel. Un
tuk menarik anggota sampel yang langsung menjadi objek

penelitian dilakukan secara simple random sampling,
yaitu penarikan sampel secara acakan sederhana. Hal ini
dilakukan dengan mengingat bahwa populasi memiliki kesamaan-kesamaan dalam: kurikulum PMP yang diikuti (yang
digunakan di masing-masing SMA), yaitu Kurikulum PMP

1975; lamanya pendidikan yang telah diikuti oleh masing-

masing anak didik, yaitu 2 tahun atau 4 semester (kecuali bagi mereka yang peraah tinggal kelas, mengulang ke
las).

Jumlah anggota sampel untuk masing-masing SMA di
ni tung dengan menggunakan formula sebagai berikut:

92

JADKA DI SMA.

*•

x (15# JSAPO).,

JSAPO

Keterangan:

JADKA DI SMA.

: Jumlah Anak Didik Kelas Akhir di
SMA Negeri

JSAPO

: Jumlah Semua Anggota Populasi

15 %

: Jumlah Anggota Sampel yang diperlukan

Dengan demikian, jumlah anggota sampel dalam penelitian
ini sebagai berikut:
TABEL 3.1

JUMLAH ANGGOTA SAMPEL PADA MASING-MASING SMA

Jumlah Anak
No.

Sekolah

Didik Kelas
Akhir

Sampel

1.

SMA Negeri 1

237

35

2.

SMA Negeri 2

419

63

3.

SMA Negeri 3

532

80

4.

SMA Negeri 4

91

14

5.

SMA Negeri 5

510

76

6.

SMA Negeri Darus-

85

13

1874

281

salam

Jumlah

93

D. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif

analitis, yaitu menganalisis tingkat pemahaman Pancasi
la dan kecenderungan perilaku anak didik dalam kehidup

annya sehari-hari sebagai warga masyarakat Indonesia

pada saat sekarang (dewasa ini). Selanjutnya menganali
sis keterhubungan antara pemahaman Pancasila dengan ke

cenderungan perilaku anak didik dalam kehidupan seharihari sebagai warga masyarakat Indonesia.
E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data, penelitian ini menggu

nakan teknik kuesioner. yaitu suatu teknik mengumpulkan

data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang berisikan sejumlah pertanyaan atau pernyataan secara terperinci dan lengkap. Teknik ini dipilih, mengingat bahwa

untuk mengumpulkan data yang objektif tentang pemahaman

pengetahuan dan kecenderungan perilaku pada sejumlah
populasi yang besar, dapat efektif dilakukan dengan
mengajukan sejumlah pertanyaan atau pernyataan secara
tertulis.

Di samping itu, penelitian ini menggunakan juga

teknik analisis dokumen untuk mengumpulkan data yang

diperlukan. Teknik ini digunakan untuk mendapatkan data
tentang: 1. Nilai hasil evaluasi belajar dalam bidang
studi (mata pelajaran) Pendidikan Moral

94

Pancasila (PMP) yang dilaksanakan sekolah,

2. Bentuk tes (soal) ujian -yang sering diguna

kan oleh guru dalam mengukur hasil belajar
anak didik dalam pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila (PMP).
F. Instrumen Pengumpulan Data

Sesuai dengan teknik pengumpulan data yang digu

nakan dalam penelitian ini, instrumen (alat) untuk

mengumpulkan data yang diperlukan sebagai berikut:
1. Kuesioner (Daftar Pertanyaan dan Daftar Pernyataan)
Kuesioner merupakan alat utama yang akan mengum

pulkan data dalam penelitian ini. Kuesioner itu dibentuk
dalam dua jenis yang berbeda, menurut data yang akan di-

kumpulkan dan diperlukan dalam penelitian ini. Kedua pe
rangkat kuesioner dimaksud adalah:
a. Daftar Pertanyaan Berbentuk Tes (Soal).
Instrumen (alat) ini digunakan untuk mendapatkan

data mengenai tingkat pemahaman anak didik mengenai Pan
casila. Perangkat tes ini disusun dalam bentuk tes objektif pilihan ganda dengan 60 item pertanyaan. Pertanyaan-

pertanyaan disusun dengan mempertimbangkan kelima sila
dari Pancasila. Perangkat tes yang memiliki 60 item pertanyaan ini digunakan setelah mengalami uji coba.

Setiap item tes diberi bobot nilai 1 (satu), se
hingga apabila seorang responden menjawab benar semua

95

item pertanyaan, maka ia akan mendapat skor 60. Apabila
seorang responden (anak didik) menjawab tidak benar se
mua item pertanyaan. maka ia akan mendapat skor 0. Skorskor mentah tersebut kemudian disusun dalam bentuk nilai

0 - 10, dengan menggunakan formula sebagai berikut:

SMH

X =

x 10
STM

Keterangan:

X

: Nilai yang dicari (untuk variabel X)

SMH

: Skor tes yang diperoleh

STM

:

10

: Bilangan konstan tertinggi dari 0-10

Skor tes maksimum

Penyebaran item tes (butir-butir pertanyaan) da

lam perangkat instrumen (ala) penelitian ini, dapat di
lihat pada Tabel 3.2 (Penyebaran Butir-butir Pertanyaan
Tes Menurut Sila-sila Pancasila) dan Tabel 3.3 (Penye
baran Butir-butir Pertanyaan Tes Menurut Tingkat Kesukaran Item) sebagai berikut:

96

TABEL 3.2

PENYEBARAN BUTIR-BUTIR PERTANYAAN TES
MENURUT SILA-SILA PANCASILA

Sila

No.

Ke

I ( Ketuhanan Yang Ma
ha Esa )

Item

Jumlah

Tes

i;

2;

3;

4;

5;

6;

7;

8;

9; 10;

V 11

11;

II (Kemanusiaan yang
adil dan beradab)

12; 13; 14; 15; 16;
17; 18; 19; 20; 21;

11

22;

III (Persatuan Indo
nesia)

23; 24; 25; 26; 27;
28; 29; 30; 31; 32;

12

33; 34;
IV (Kerakyatan yang di-

35; 36; 37; 38; 39;

pimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam

/+0; 41; 42; 43; 44;

13

permusyawaratan/
perwakilan)
V (Keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indo
nesia)

45; 46; 47;
48; 49; 50; 51; 52;

53; 54; 55; 56; 57;

13

58; 59; 60;
Jumlah Item Tes

60

97

TABEL 3.3

PENYEBARAN BUTIR-BUTIR PERTANYAAN TES
MENURUT TINGKAT KESUKARAN ITEM

(Diperoleh dari hasil

Uji Coba)

Tingkat
Nomor Item Tes

Kesukaran
Item

1;
Mudah

2;

4;

6;

7;

Jumlah

<

8; 16;
•••

22\ 26; 29; 31; 33; 37; 43;

15

60;
3;

9; n; 17; 19; 20; 21;

23; 24; 25; 30; 32; 34; 35;
Sedang

36; 38; 39; 42; 45; 47; 48;

30

49; 51; 52; 53; 54; 56; 57;
58; 59;
5; 10;
Sukar

12; 13; 14; 15; 18;

27; 28; 40; 41; 44; 46; 50;

i

15

55;
Jum lah Item Tes

b.

60

Daf tar Pernyataan Berbentuk Skala.

Instrumen (alat) ini digunakan untuk mendapatkan

data tentang keceaderungan perilaku anak didik dalam kehisupan sehari-hari sebagai warga masyarakat Indonesia.
Perangkat daftar pernyataan ini disusun dengan

98

mempertimbangkan dan memperhatikan nilai-nilai moral
yang terkandung di dalam Pancasila. Butir-butir pernya

taan (item pernyataan) dalam perangkat instrumen (alat)
ini berkenan dengan perilaku warga masyarakat Indonesia
menurut butir-butir nilai-nilai moral Pancasila (menu

rut Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila)• Pe

rangkat instrumen ini terdiri dari 76 item pernyataan,
terbagi dalam 38 item pernyataan yang mengarah positif

dan 38 item pernyataan yang mengarah negatif. Ke 76 item
pernyataan yang terdapat dalam perangkat instrumen ini
digunakan setelah melalui proses uji coba,

Respons (jawaban) dari masing-masing item dibuat
dalam satu kontinum yang terdiri dari lima katagori

(Likert, dalam Newcomb. Turner. Converse. 1978: 652),
dengan urutan sebagai berikut: SS tanda "Sangat Setuju",
S tanda "Setuju", TT tanda "Tidak Tahu, TS tanda "Tidak
Setuju" dan STS tanda "Sangat Tidak Setuju. Bobot untuk
masing-masing item tersebut sebagai berikut:

Arah dari

Pernyataan

(SS)

(s)

(TT)

(TS)

(STS)

Positif

4

3

2

1

0

Negatif

0

1

2

3

4

Berdasarkan pembobotan di atas, 3kor dari masing-masing

99

responden berkisar di antara 0 - 304. Untuk keperluan

pengolahan data dalam penelitian ini, skor-skor dari
masing-masing responden (anak didik) di susun ke dalam

nilai 0 - 10, dengan menggunkan formula sebagai berikut:
JSR

Y =

x

10

JSM

Keterangan:

Y

: Nilai dari responden yang diinginkan

JSR

: Jumlah Skor yang diperoleh responden

JSM

: Jumlah Skor Maksimum untuk perangkat instru
men.

10

: Nilai tertinggi dari nilai 0-10

Penyebaran dari butir-butir pernyataan dalam pe
rangkat instrumen (alat) penelitian yang akan mengukur
tingkat kecenderungan perilaku anak didik ini, dapat di
lihat pada Tabel 3.^ berikut ini:

100

TABEL 3.4
PENYEBARAN BUTIR-BUTIR PERNYATAAN UNTUK
MENGUKUR KECENDERUNGAN PERILAKU
ANAK DIDIK

(Berdasarkan Hasil Uji Coba )

Pernyataan

Perilaku
Menurut

Sila

Ke

I

Jumlah
Positif

Negatif

003; 004; 005;

001; 002; 006;
8

007; 008;
009; 014; 017;
021;

II

010; 011; 012;

013; 015; 016;
018; 020; 021;

15

022; 023;

III

027; 028; 029;

024; 025; 026;

031; 032; 033;

030; 034; 035;

036;

037;

042; 046; 050;

038; 039; 040;

052; 054;

041; 043; 044;
045; 047; 048;

IV

14

17

049; 051; 053;

055; 058; 059
060; 061; 062
V

056; 057; 068;
074; 075;

063; 064; 065
066; 067; 069;
070; 071; 072;

22

073; 076;
Jumlah

38

38

76

101

2.

Dokumen-dokumen

Dokumen-dokumen merupakan instrumen (alat) pem-

bantu dalam penelitian ini, untuk mendapatkan data ten

tang variabel kontrol. Dokumen-dokumen dimaksud akan
mengumpulkan data mengenai:

a. Nilai hasil evaluasi belajar anak didik dalam

bidang studi (mata pelajaran) Pendidikan Moral
Pancasila (PMP)

di SMA.

b. Bentuk tes (soal) ujian yang sering digunakan

oleh guru-guru Pendidikan Moral Pancasila (PMP)
dalam mengevaluasi hasil belajar anak didik di
SMA dalam bidang studi (mata pelajaran) Pendi
dikan Moral Pancasila (PMP).

G. Uji Coba Dalam Rangka Validitas dan Reliabilitas
Instrumen (alat) Pengumpulan Data

Untuk mengadakan uji coba instrumen (alat)
pengumpulan data dalam penelitian ini, diadakan peneli
tian pendahuluan pada tanggal 11 dan 13 Agustus 1986.
Uji coba instrumen tersebut, diajukan kepada 39 orang
responden (anak didik) yang diwakili oleh siswa-siswa
kelas III SMA Negeri 3 Banda Aceh. Data yang diperoleh
dari hasil uji coba tersebut, dianalisis untuk mengeta
hui validitas dan reliabilitas instrumen (alat) yang
digunakan.

102

Validitas dalam penelitian ini mempersoalkan

apakah instrumen (alat) yang digunakan benar-benar da
pat mengukur karakteristik variabel yang hendak diteliti. Validitas akan menunjukkan apakah instrumen (alat)

yang digunakan sesuai atau tidak sesuai, tepat atau ti
dak tepat. Ada beberapa validitas yang dikenal,
Kerlinger membagi validitas atas tiga jenis, yaitu: va

liditas isi, validitas yang berkenaan dengan kriteria,
dan validitas konstrak (Moh. Nazir, 1985: 175-178).
Validitas isi dimaksudkan untuk mengetahui apa-

apakah alat ukur mempunyai keterikatan dengan sesuatu
yang hendak diukur atau apakah alat ukur mewakili semua

bahan pelajaran (materi) yang telah diajarkan. Dengan
demikian, instrumen (alat) pengumpul data memilih per
tanyaan atau pernyataan yang cukup representatif dari
keseluruhan variabel yang diteliti. Validitas yang ber

hubungan dengan kriteria, dimaksudkan untuk membanding
kan alat ukur yang dugunakan dengan suatu kriteria atau
variabel yang diketahui atau dipercaya dapat mengukur
suatu atribut tertentu.

Dengan kata lain, menemukan ke-

sesuaian antara ramalan (prediksi) instrumen yang digu
nakan dengan kenyataan yang sebenarnya. Validitas kons

trak, menyangkut kesesuaian hasil pengukuran dengan

komponen-komponen yang ukur, yaitu unsur-unsur apa saja
yang menjadi bagian dari konstrak instrumen tersebut.

103

dengan harapan, bahwa gejala yang dikaji hanya mengan
dung satu dimensi.

Reliabilitas instrumen (alat) pengumpulan data

dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk mengetahui
tingkat kepercayaan instrumen (alat) yang digunakan se
cara konsisten memberi hasil yang sama. S. Nasution

(1982: 89) mengemukakan: suatu alat ukur dikatakan re-

liabel, bila alat itu dalam mengukur suatu gejala pada
waktu yang berlainan senantiasa menunjukkan hasil yang
sama. Reliabilitas menunjukkan mutu seluruh proses

pengumpulan data dalam suatu penelitian mulai dari penjabaran konsep-konsep samapai saat data siap dianalisis.
1. Uji Coba Instrumen (alat) Daftar Pertanyaan (Tes)
Seperti telah dijelaskan di muka, bahwa instru
men (alat) ini untuk mengungkapkan variabel tingkat pe
mahaman Pancasila, disusun dan dikembangkan sendiri

oleh peneliti. Item-item pertanyaan disusun dalam ben
tuk soal-soal objektif mengenai Pancasila, mengenai sila-sila dalam Pancasila.

Pada saat uji coba, tes (soal) mengenai Pancasi

la disusun dalam bentuk tes objektif Benar-Salah dan

pilihan Ganda. Masing-masing bentuk tes memiliki 75
item pertanyaan. Ke 150 pertanyaan tersebut dilemparkan
kepada responden (anak didik) untuk dikerjakan dalam
waktu kurang lebih 2,5 jam pelajaran (112,5 menit).

104

Data yang diperoleh dari 39 orang responden (anak
didik) uji coba, dianalisis sebagai berikut:
a. Validitas tes (soal).

Analisis item dilaksanakan dengan mencari daya

pembeda masing-masing item menurut tes Betul-Salah dan
tes Pilihan Ganda. Analisis itu menggunakan cara Stanley
(1969: 341-159), dilakukan sebagai berikut:

1) Menghitung skor yang diperoleh masing-masing

responden, dan membagi responden ke dalam ke

lompok rendah (R) dan kelompok tinggi (T).
Masing-masing kelompok berjuralah 11 orang,

yaitu 27% dari N (keseluruhan responden).
2) Menghitung jumlah jawaban yang dijawab salah
dari masing-masing kelompok, menurut item per

tanyaan, yaitu: jumlah responden yang menjawab

salah dari kelompok rendah (SR) dan jumlah
responden yang menjawab salah dari kelompok
tinggi (SJ. Kemudian menghitung selisih anta

ra Sp dan S,p (Sp - S^,).
3) Menentukan daya pembeda (DP) item pertanyaan
menurut tes Betul-Salah dan tes Pilihan Ganda.

/+) Menentukan tingkat kesukaran dari masing-ma
sing item tes dengan formula:
100 x o

2n x (o -

,„
e
x (sR
- sT)

1)

(Stanley, 1969: 343)

105

Keterangan:

100

: Bilangan tetap (konstan)

o

: Option (jumlah kemungkinan jawaban)

n

: 27% dari responden

(SD - Sm): Banyaknya responden yang menjawab tidak
benar pada item tersebut.

Secara lengkap perhitungan DP (derajat pembeda)
dari masing-masing item pertanyaan tes Betul-Salah dan
tes Pilihan Ganda dapat dilihat pada tabel lampiran 2.1
dan 2,2. Item-item pertanyaan pada tes Betul-Salah yang

nilai (SR-ST); ;'^^3y;«f .-'v

BAB V
KESIMPULAN DAN

A.

SARAN-SARAN

Kesimpulan

Dari uraian-uraian dan analisis data di atas, pe

nelitian ini menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1. Pengetahuan tentang Pancasila yang diberikan mela

lui mata pelajaran Pendidikan Moral Pancasila (PMP) yang
terdapat di SMA, belum sepenuhnya dikuasai oleh anak di
dik. Kemampuan anak didik dalam menguasai pengetahuan
tentang Pancasila berada pada taraf (tingkat) sedang,

terbatas pada kemampuan yang memberikan nilai (angka)

cukup. Anak didik tahu tentang Pancasila, namun mereka
kurang memahami dan mendalami nilai-nilai moral yang
terkandung di dalam Pancasila.

2. Dengan mengikuti Pendidikan Moral Pancasila (PMP),
tidak berarti anak didik memiliki tingkat pemahaman ten

tang Pancasila yang tinggi. Tingkat pemahaman tentang
Pancasila yang dimiliki anak didik di SMA relatif ren

dah, dibandingkan dengan tingkat pemahaman yang seharus
nya dimiliki oleh setiap warga masyarakat Indonesia.
Anak didik memiliki tingkat pemahaman tentang Pancasila

yang kurang memadai untuk menyatakan bahwa Pendidikan
Moral Pancasila (PMP) di SMA telah berhasil mengembang-

kemampuan kognitif anak didik tentang Pancasila.

3. Pada diri anak didik belum tertanam nilai-nilai
145

146

moral Pancasila yang memadai bagi usaha melestarikan

dan mempertahankan nilai-nilai moral Pancasila dalam

kehidupan nyata sehari-hari. Mereka kurang menghayati
dan kurang mengamalkan nilai-nilai moral Pancasila da
lam memilih atau menentukan suatu tindakan atau perbu

atan yang akan dilakukan. Anak didik cenderung untuk

ragu-ragu (tidak tahu), bahkan mungkin akan memilih
tindakan yang tidak sesuai dengan nilai-nilai moral
Pancasila.

4. Kecenderungan perilaku anak didik, belum mencer-

minkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai moral
Pancasila. Ada kecenderungan anak didik di SMA, melaku

kan tindakan atau perbuatan atas dasar untuk memenuhi

kebutuhan pribadi. Kepentingan kolektif (masyarakat)

seperti yang dianjurkan oleh Pancasila, tidak raendasari
pilihan anak didik dalam menentukan tindakan yang pantas atau patut untuk dilakukan.

5. Kecenderungan-kecenderungan perilaku yang diperlihatkan oleh anak didik di SMA, tidak memadai untuk

menyatakan bahwa Pendidikan Moral Pancasila (PMP) telah
berhasil mengembangkan kemampuan afektif dan kemampuan

psikomotor anak didik. Mata pelajaran Pendidikan Moral
Pancasila (PMP) masih belum berhasil mendorong anak di

dik agar mau bertindak atau mau berbuat sesuai dengan
nilai-nilai moral Pancasila.

147

6. Ada hubungan yang nyata (signifikan) dan fungsio

nal antara pemahaman tentang Pancasila yang dimiliki
anak didik di SMA dengan kecenderungan perilaku mereka

sebagai warga masyarakat Indonesia. Kecenderungan-ke

cenderungan perilaku anak didik yang ragu-ragu (tidak
tahu), dan bahkan cenderung negatif, karena rendahn