PENGGUNAAN TEKNIK SCAFFOLDINGDALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN SELF EFFICACY SISWA SEKOLAH DASAR.

(1)

PENGGUNAAN TEKNIK SCAFFOLDINGDALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN

SELF EFFICACY SISWA SEKOLAH DASAR

SKRIPSI

DiajukanuntukMemenuhiSebagiandariSyaratuntuk MemperolehGelarSarjanaPendidikan Program StudiPendidikanGuru SekolahDasar

Oleh

IMAS DAMAYANTI LOVITA NIM. 1004169

PROGRAM S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

KAMPUS TASIKMALAYA

2014


(2)

PENGGUNAAN TEKNIK SCAFFOLDING DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN

SELF EFFICACY SISWA SEKOLAH DASAR

Oleh

ImasDamayantiLovita

Sebuahskripsidiajukanuntukmemenuhisalahsatusyarat memperolehgelarSarjanapadaFakultas Ilmu Pendidikan

© ImasDamayantiLovita2014 UniversitasPendidikan Indonesia

Juni 2014

HakCiptadilindungiundang-undang.

Skripsiinitidakbolehdiperbanyakseluruhyaatausebagian, dengandicetakulang, difotokopi, ataucaralainnyatanpaijindaripenulis.


(3)

IMAS DAMAYANTI LOVITA

PENGGUNAAN TEKNIK SCAFFOLDING DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN

SELF EFFICACY SISWA SEKOLAH DASAR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

Pembimbing I,

Dr. Karlimah, M. Pd. NIP. 196101221987032001

Pembimbing II,

Dindin Abdul MuizLidinillah, S. Si., S. E., M. Pd. NIP. 19790113 200501 1 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

Drs. Rustono, W.S., M.Pd. NIP. 19520628 198103 1 001


(4)

LEMBAR PENGAJUAN UNTUK SIDANG

IMAS DAMAYANTI LOVITA

PENGGUNAAN TEKNIK SCAFFOLDING DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA TERHADAP PENINGKATAN

SELF EFFICACY SISWA SEKOLAH DASAR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH Pembimbing I,

Dr. Karlimah, M. Pd. NIP. 196101221987032001

Pembimbing II,

Dindin Abdul MuizLidinillah, S. Si., S. E., M. Pd. NIP. 19790113 200501 1 003

Mengetahui,

Ketua Program Studi PGSD UPI Kampus Tasikmalaya

Drs. Rustono, W.S., M.Pd. NIP. 19520628 198103 1 001


(5)

i

ABSTRAK

Pada proses pembelajaran matematika sering ditemukan siswa yang kurang yakin dengan kemampuannya untuk mengerjakan soal. Matematika dipandang sebagai sumber stres atau sumber kecemasan bagi siswa. Hal itu berdampak pada ketidakyakinan siswa untuk menyelesaikan masalah. Keyakinan terhadap kemampuan diri mempengaruhi motivasi siswa dalam menyelesaikan masalah. Motivasi berkaitan dengan kesiapan dan keinginan siswa untuk menyelesaikan masalah. Salah satu bentuk motivasi yang digunakan untuk memecahkan masalah adalah motivasi yang berasal dari self efficacy siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan self efficacy siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan teknik scaffolding dan pembelajaran matematika bukan dengan teknik scaffolding. Penelitian ini dilaksanakan di SDN Nagarawangi 2 Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya. Subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN Nagarawangi 2 semester 2 pada Tahun Ajaran 2013/2014. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen, jeniskuasi eksperimen dengandesainpretest-posttest design with nonequivalent control group. Instrumen penelitian ini adalah angket dan lembar observasi. Prosedur analisis data dilakukan dengan menghitung data hasil pretes dan postes, mengkategorikan dan mendeskripsikan hasil perhitungan, serta melakukan pengujian hipotesis statistik dalam penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa self efficacy kelompok eksperimen berada pada kategori tinggi dan mengalami peningkatkan self efficacy dengan skor gain sebesar 0,14 sedangkan self efficacy kelompok kontrol berada pada kategori tinggi namun mengalami penurunan self efficacy dengan skor gain sebesar -0,13. Proses pembelajaran matematika menggunakan teknik scaffolding menyajikan tugas pemecahan masalah matematika yang melatih interaksi, kolaborasi, keaktifan, dan proses berpikir, dan kemandirian siswa saat pembelajaran. Adapun hasil pengujian rerata data postes kedua

kelompok diperoleh thitung>ttabel (3,320>1,671). Hal itumenunjukkan bahwa self efficacy

siswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan teknik scaffolding lebih tinggi secara signifikan daripada yang mendapatkan pembelajaran matematika bukan dengan teknik scaffolding.

Kata Kunci : self efficacy, teknikscaffolding, pemecahan masalah


(6)

DAFTAR ISI

Halaman

PERNYATAAN... i

MOTTO ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iv

... ABSTRAK ... v

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR GRAFIK ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. ... Latar Belakang ... 1

B. ... Identifikas iMasalah ... 6

C. ... Rumusan Masalah ... 7

D. ... Tujuan Penelitian ... 7

E. ... Manfaat Penelitian ... 8

F. ... Struktur Organisasi Skripsi ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 9

A. ... Kajian Pustaka ... 9

B. ... Kerangka Pemikiran ... 31

C. ... Hipotesis Penelitian ... 32

BAB III METODE PENELITIAN ... 33

A. ... Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian ... 33

B. ... Metode dan Desain Penelitian ... 33

C. ... Definisi Operasional Variabel ... 34

D. ... Instrumen Penelitian ... 35

E. ... Proses Pengembangan Instrumen ... 38

F. ... Teknik Pengumpulan Data ... 41


(7)

G. ... Teknik

Analisis Data ... 42

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 49

A. ... Hasil Penelitian ... 49

B. ... Pembahasa n ... 107

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 117

A. ... Simpulan ... 117

B. ... Saran ... 118

DAFTAR PUSTAKA ... 119

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 122

A. InstrumenPenelitiandan RPP Penelitian ... xi

B. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... xii

C. Hasil Pengolahan Data Penelitian ... xii

D. Hasil Pengujian dengan SPSS ... xiv

E. Administrasi Penelitian ... xv

DAFTAR TABEL Tabel Halaman 2.1. Bentuk-bentuk Scaffolding pada Pembelajaran ... 21

3.1. Teknik Penskoran Angket ... 36

3.2. Kisi-Kisi Angket Self EfficacySiswa ... 36

3.3. Kisi-Kisi LembarObservasiPembelajaran Teknik Scaffolding ... 37

3.4. Kriteria Derajat Validitas Alat Evaluasi ... 39

3.5. Hasil UjiValiditas AngketSelf Efficacy ... 39

3.6. Kriteria Reliabilitas Guilford ... 41

3.7. Reliabilitas Angket Self Efficacy ... 41

3.8. Norma Kategorisasi Jenjang ... 43

3.9. Kategorisasi Self Efficacy ... 44

... 3.10. KlasifikasiNilaiGain ... 48

4.1. Self EfficacyAwalKedua KelompokBerdasarkanKategoriUmum ... 50

4.2. Self Efficacy Awal BerdasarkanDimensi-Dimensi Self Efficacy ... 52

4.3. Self Efficacy Awal BerdasarkanDimensi Magnitude ... 53

4.4. Self Efficacy Awal BerdasarkanDimensi Generality ... 54

4.5. Self Efficacy Awal BerdasarkanDimensi Strength ... 55

4.6. Self Efficacy Awal BerdasarkanTahapan Pemecahan Masalah ... 56

4.7. Self EfficacyAkhirKedua KelompokBerdasarkanKategoriUmum ... 58

4.8. Self EfficacyAkhirBerdasarkanDimensi-Dimensi Self Efficacy ... 60

4.9. Self EfficacyAkhirBerdasarkanDimensi Magnitude ... 61

4.10. Self EfficacyAkhirBerdasarkanDimensi Generality ... 62

4.11. Self EfficacyAkhirBerdasarkanDimensi Strength ... 63

4.12. Self EfficacyAkhirBerdasarkanTahapan Pemecahan Masalah ... 64

4.13. Skor Gain Self EfficacySiswa... 65

4.14. Uji Normalitas Skor Pretes... 67


(8)

4.16. Uji Perbedaan Rata-Rata Skor Pretes ... 70

4.17. Uji Normalitas Skor Postes ... 71

4.18. Uji Homogenitas Varians Skor Postes ... 73

4.19. Uji Perbedaan Rata-Rata Skor Postes ... 74

4.20. Uji Normalitas Skor Gain ... 75

4.21. Uji Homogenitas Varians Skor Gain ... 77

4.22. Uji Perbedaan Rata-Rata Skor Gain ... 78

DAFTAR GAMBAR Gambar Halaman 2.1. Perbedaan Efficacy Expectations denganOutcome Expectations ... 10

2.2. Model Pengembangan ZPD ... 17

2.3. Zone of Proximal Development (ZPD) ... 17

2.4. Skema ZPD dalam Pembelajaran ... 18

2.5. Bagan Kerangka Pemikiran Penelitian... 32

4.1. Histogram Skor Pretes Self EfficacySiswaKelompokEksperimen ... 67

4.2. Histogram Skor Pretes Self EfficacySiswaKelompokKontrol ... 68

4.3. Histogram Skor Postes Self EfficacySiswaKelompokEksperimen ... 71

4.4. Histogram Skor Postes Self EfficacySiswaKelompokKontrol ... 72

4.5. Histogram Skor GainSelf Efficacy SiswaKelompokEksperimen ... 76

4.6. Histogram Skor GainSelf Efficacy SiswaKelompokKontrol ... 76

4.7. Responsiswasaat guru mengajakberpikirulang ... 80

4.8. Responsiswasaatmenjawabpertanyaandari guru ... 80

4.9. Guru sedangmenjelaskankonsep ... 81

4.10. Guru sedangmelakukanpemodelan ... 81

4.11. Guru memberikan waktu jedakepadasiswa ... 82

4.12. Guru memonitorsiswasaatmengerjakantugas ... 83

4.13. Responsiswasaat guru mengajakberpikirulang ... 85

4.14. Guru mendorongsiswauntukmengemukakanpendapat... 85

4.15. Guru melakukanpemodelan lewat kata-kata ... 86

4.16. Responsiswasaat guru memberi peringatan ... 87

4.17. Responsiswasaat guru memberi dorongan, petunjuk kongkret, dankartu kuncipermasalahan ... 88

4.18. Guru melakukan dialogdengansiswa... 89

4.19. Peer teaching tutorial ... 89

4.20. Guru sedangmelakukanpemodelan ... 91

4.21. Gurumendorong siswa untuk lebih telitidanmenjelaskan pemahamannya ... 92

4.22. Guru mengembangkan respon siswa ... 93

4.23. Guru mendorongsiswauntukmengemukakanpendapat... 94


(9)

4.25. Guru memonitorsiswasaatmengerjakantugas ... 97

4.26. Responsiswasaat guru memberi anggukan, senyuman, dan mengacungkanjempol ... 97

4.27. Responsiswasaat guru memberi gelengan kepaladan mengernyitkan dahi ... 97

4.28. Contoh pengerjaan siswa pada LKS 1 (tampak depan) ... 98

4.29. Contoh pengerjaan siswa pada LKS 1 (tampak belakang) ... 99

4.30. Contoh pengerjaan siswa pada LKS 2 (tampak depan) ... 100

4.31. Contoh pengerjaan siswa pada LKS 2 (tampak belakang) ... 101

4.32. Contoh pengerjaan siswa pada LKS Kelompok 1... 102

4.33. Contoh pengerjaan siswa pada LKS 3 ... 103

4.34. Contoh pengerjaan siswa pada LKS Kelompok 2... 105

4.35. Contoh pengerjaan siswa pada LKS 4 ... 106

DAFTAR GRAFIK Grafik Halaman 4.1. Perbandingan Self EfficacyAwal Berdasarkan Kategorisasi Umum .... 51

4.2. Perbandingan Self Efficacy Awal Berdasarkan Dimensi Magnitude ... 54

4.3. Perbandingan Self Efficacy Awal Berdasarkan Dimensi Generality ... 55

4.4. Perbandingan Self Efficacy Awal Berdasarkan Dimensi Strength ... 56

4.5. Perbandingan Self EfficacyAkhir Berdasarkan Umum ... 59

4.6. Perbandingan Self Efficacy Akhir Berdasarkan Dimensi Magnitude .. 61

4.7. Perbandingan Self Efficacy Akhir Berdasarkan Dimensi Generality ... 62


(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A INSTRUMEN DAN RPP PENELITIAN... xi

A.1 Angket Self EfficacySiswa ... 123

A.2 LembarObservasiGuru PembelajaranMenggunakanTeknikScaffolding ... 126

A.3 LembarObservasiSiswaPembelajaranMenggunakanTeknikScaffolding ... 129

A.4 RPP TeknikScaffolding ... 131

A.5 LKS Pemecahan Masalah Matematika ... 149

A.6 KunciJawaban LKS Pemecahan Masalah Matematika ... 157

A.7 LKS Kelompok ... 163

A.8 TesFormatif ... 165

A.9 KunciJawabanTesFormatif ... 166

B HASIL UJI COBA INSTRUMEN PENELITIAN... xii

B.2 Validitas Item AngketSelf Efficacy ... 168

B.3 Reliabilitas Angket Self Efficacy ... 170

C HASIL PENGOLAHAN DATA PENELITIAN ... xiii

C.1 Data Pretes Kelompok Eksperimen ... 172

C.3 Data Pretes Kelompok Kontrol ... 173

C.2 Data Postes Kelompok Eksperimen... 174

C.4 Data Postes Kelompok Kontrol ... 175

C.5 DataSkorGain KelompokEksperimen ... 176

C.6 DataSkorGain KelompokKontrol ... 177

C.7 AnalisisSkor Gain ... 178

D HASIL PENGUJIAN DATA DENGAN SPSS ... xiv

D.1 Hasil Pengujian Data Pretes ... 179

D.2 Hasil Pengujian Data Postes ... 181

D.3 Hasil Pengujian Data Gain ... 183

E ADMINISTRASI PENELITIAN ... xv

E.1 Daftar Nama Siswa KelompokEksperimen ... 185

E.2 Daftar Nama Siswa KelompokKontrol ... 186

E.3 Surat Permohonan Ijin Penelitian dari Kampus ... 187

E.4 SK Pengesahan Judul dan Dosen Pembimbing Skripsi ... 188

E.5 Surat Ijin Penelitian dari Kesbang ... 189


(11)

(12)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika adalah mata pelajaran yang mempunyai peranan penting untuk menunjang keberhasilan siswa dalam bidang pendidikan, karena penguasaan matematika menjadi sarana untuk mempelajari mata pelajaran lainnya. Selain itu, matematika juga merupakan pelajaran yang selalu ada baik pada jenjang pendidikan dasar, menengah, maupun jenjang pendidikan atas.

Pada proses pembelajaran matematika sering ditemukan siswa yang kurang yakin dengan kemampuannya untuk mengerjakan soal. Misalnya, saatsiswadimintauntukmengerjakansoal,

siswasepertitidakyakindengankemampuannyasendiriuntukmengerjakansoal.Siswa

akanbertanyadanmenunggujawabantemannya. Hal

itumenandakansiswabelummenguasaikompetensimatematika.

Upaya penguasaan kompetensimatematika harus diiringi dengan sikap positifsiswa terhadap pelajaran matematika.Kenyataan saat ini, banyak siswa menghindari atau merasa tidak suka terhadap pelajaran matematika. Matematika dipandang sebagai sumber stres atau sumberkecemasan bagi siswa. Padahal rasa cemasberdampakpadaketidakyakinansiswauntukmenyelesaikanmasalah,sertamem persulitupayapenyelesaianmasalah.Hal ini berkaitan dengan pendapat Bandura (1977, hlm. 195) yang mengemukakan bahwa rasa percaya terhadap kemampuan diri menghasilkan berbagai perasaan atau emosi dalam mengantisipasi suatu tindakan.

Apabila siswa berpikir bahwa dirinya akan berhasil melakukan suatu tugas tertentu, maka akan timbul perasaanpositif, seperti rasa senang. Sebaliknya, saat siswa berpikir bahwa dirinya tidak akan berhasil dan akan mengalami kegagalan, maka akan timbul perasaan negatif, seperti rasa khawatir, cemas, atau takut. Keyakinan terhadapkemampuan diriuntukmenyelesaikan suatu tugas tertentu biasa dikenal dengan istilah self efficacy.


(13)

2

Pikiran merupakansumber berbagai perasaan. Sementara itu, berbagai perasaan akan berdampak pada tindakan. Dalam situasi pembelajaran, untuk mengubah atau menghilangkan berbagai perasaan negatif seperti khawatir, cemas, takut, atau depresidalamdirisiswa, hal yang harus dilakukan guru adalah membantu siswa untuk mengubah perasaan negatif melalui pikiran positif, yaitu pikiran mengenai kemampuan siswadalammengatasi berbagai situasi yang sulit.

Sebagai kompetensi matematika, self efficacy merupakan ranah afektif yang turut menentukan keberhasilan pembelajaran matematika.Hal iniberkaitandenganStandar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah (BSNP, 2006, hlm. 417) yang menyebutkanbahwasalahsatutujuanmata pelajaran matematika di SD/MIadalah agar siswa memilikisikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam pemecahan masalah.

Self efficacymerupakan konsep diri berupa keyakinan terhadap kemampuan diri yang berdampak pada pencapaian orientasi tujuan. Dalamhalini, pencapaianorientasitujuanuntukberhasilmenyelesaikan tugas

pemecahanmasalah.Jikasiswadenganself efficacy

tinggidihadapkanpadasuatumasalahmatematika,

makasiswameyakinikemampuandirinyauntukmenyelesaikanmasalahmatematika, sehinggasiswaakanterusberusahadantidakakanmudahputusasauntuk

menyelesaikanmasalahtersebut.

Berdasarkanhasil surveiinternasional, kemampuan siswa di Indonesia dalam memecahkan masalah matematika masih sangat rendah.Rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalammemecahkan masalah matematika dapat dilihat dari hasil survei tiga tahunan Program for International Student Assessment(PISA).Pada keikutsertaannya pertama kali tahun 2000, Indonesia memperoleh nilai rata-rata 371 dan berada di peringkat ke-39 dari 41 negara, tahun 2003 memperoleh nilai rata-rata 382 dan berada di peringkat ke-39 dari 40 negara, tahun 2006 memperoleh nilai rata-rata 393 dan berada di peringkat ke-48 dari 56 negara, tahun 2009 memperoleh nilai rata-rata 371 dan berada di peringkat ke-61 dari 65


(14)

3

negara, dan tahun 2012 memperoleh nilai rata-rata 375 dan berada di peringkat ke-64 dari 65 negara.Salah satupenyebab rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalammemecahkan masalah matematikayakni rendahnya tingkat membaca siswa Indonesia(OECD, 2012).

Hasil survei empat tahunanTrends in International Mathematics and Science Studies(TIMSS)yang dikoordinasikan oleh The International Association for the Evaluation of Educational Achievement(IEA),memperlihatkankemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika. Pada keikutsertaannya pertama kali tahun 1999, Indonesia memperoleh nilai rata-rata 403 dan berada di peringkat ke-34 dari 38 negara, tahun 2003 memperoleh nilai rata-rata 411 dan berada di peringkat ke-35 dari 46 negara, tahun 2007 memperoleh nilai rata-rata 397 dan berada di peringkat ke-36 dari 49 negara, dan tahun 2011 memperoleh nilai rata-rata 386 dan berada di peringkat ke-38 dari 42 negara. Salah satupenyebab rendahnya kemampuan siswa Indonesia dalammemecahkan masalah matematika, yakni metode pembelajaran yang digunakan di Indonesia terkesanmonoton dan membosankan (ISC, 2011).

Sementara itu, hasil survei lima tahunan Progress in International Reading Literacy Study(PIRLS)dari tahun 2001, 2006, dan 2011, Indonesia mulai berpartisipasi sebagai peserta PIRLS sejak tahun 2006, dengan perolehan nilai rata-rata 396 dan berada di peringkat ke-61 dari 65 negara dan tahun 2011 memperoleh nilai rata-rata 405 dan berada di peringkat ke-41 dari 45 negara. Keikutsertaan Indonesia dalam PIRLS bertujuan untuk mengetahui perbandingan prestasi siswa Indonesia dengan prestasi siswa di negara-negara lain, sertauntuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi prestasi setiapnegara yang mengikuti PIRLS(ISC, 2011).

Nilai standar rata-rata yang ditetapkan oleh PISA, TIMSS, dan PIRLS adalah 500, artinya Indonesia dalam setiap keikutsertaannya selalu memperoleh nilai dibawah rata-rata yang telah ditetapkan.

Adapunhasilpengamatanpeneliti di SDmenunjukkanbahwasalah satu penyebab rendahnya kemampuan siswa dalam memecahkan masalah matematika adalah rendahnya self efficacy siswa. Misalnya, siswa mudahmenyerah ketika menemukan


(15)

4

soal matematika yang sulit. Ketika siswa menemukan soalmatematika yang sulit, siswa langsung memiliki keyakinan bahwa dirinya tidak dapatmenyelesaikan soal, sehinggamuncullah sikap-sikap yang kurang menyenangkan dalam diri siswa. Sikap-sikap tersebut antara lain:

1. sikap pesimis, yaitu membayangkan skenario kegagalan yang akan dihadapi, sehingga siswa hanya menetapkan target yang rendah untuk menyelesaikan soal matematika;

2. sikap mengeluhkan kekurangan diri, sehingga siswa tidak mau mencoba hal-hal yang baru dan hanya mengerahkan sedikit usaha untuk menyelesaikan soal matematika;

3. sikap rendah diri, yaitu merasa dirinya tidak mampu menyelesaikan soal matematika, sehingga siswa menghindari soal-soal yang sulit, dan

4. sikap yang paling buruk adalah siswa rentanterhadap stres, cemas, dan depresi untuk mengerjakan soal matematika.

Bandura (Thomee, 2007, hlm. 24)berpendapatbahwaself efficacymerupakancara pandang individu menilai kemampuannyadalam mengatur dan melakukan tindakan yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu.

Kemampuan menilai diri merupakan hal yang sangat penting bagisiswauntuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Kemampuan menilai diriberkaitan dengan sumber motivasi siswa terhadap kesiapan dan keinginan siswa untukmemecahkanmasalah. Hal ini berdampak pada self efficacysiswa.

Adapun hasilpenelitianPajares (2003, hlm. 141) menunjukkan adanya hubungan antara self efficacy dengan prestasi akademik siswadi sekolah. Semakin tinggi self efficacy siswa, semakin tinggi pula prestasi akademik siswa, begitupun sebaliknya. Semakin rendahself efficacy siswa, semakin rendah pula prestasi akademik siswa.Selain itu, hasil penelitian Schunk (1990, hlm. 71) menunjukkan bahwa siswa yang memilikiselfefficacy rendah akan menghindari tugas, sedangkan siswa yang memilikiselfefficacytinggiakan lebih berpartisipasi dalam mengerjakan tugas.

Berdasarkan data-data yang telahdikemukakan, penelitiberpendapatbahwa siswa yang terlibat dalam aktivitas belajarakan mengamati kinerja dirinya. Hal


(16)

5

tersebutakanmempengaruhi selfefficacysiswa. Ketika siswa mengamati kesuksesan dan menghubungkan kesuksesan dengan kemampuan diri, maka selfefficacysiswa meningkat. Berbedadengansiswayang memilikiself efficacy rendah, mereka meyakini dirinya kurang mampu menyelesaikan tugas.Merekajugamerasa tidak dapat mengoptimalkan kemampuan diri,sehingga tidak termotivasi untuk berusaha (belajar) lebih keraslagi.Olehkarenaitu, selfefficacy dapat mempengaruhi usaha individu untuk meraih kesuksesan.

Salah satu pembelajaran yang dapat meningkatkan self efficacysiswa adalah pembelajaran menggunakan teknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika. Teknik scaffolding digunakan untuk mencapai kompetensi yang kompleks, menantang, sulit, dan realistis. Hal ini sesuai dengan pendapat Priyatni (2013, hlm. 172) yang menyatakan bahwa scaffolding akan membangkitkan rasa percaya diri yang luar biasa pada diri siswa karena ia merasa berhasil menaklukkan kompetensi yang sulit.

Berdasarkan hal tersebut, dalam mencapai kompetensi yang kompleks, menantang, sulit, dan realistis, diperlukan bantuan agar siswa dapat mencapai kompetensi tersebutdengan mudah dan bertahan lama. Dalam hal ini, guru berperan penting dalam mewujudkan suasana pembelajaran yang efektif.

Scaffolding berkaitan dengan bimbingan guru yang diberikan secara bertahap setelah siswa diberi permasalahan, sehingga kemampuan aktual siswa mencapai kemampuan potensialnya (Yulianingsih, 2013, hlm. 6).Kemampuan aktual merupakan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah secara mandiri, sedangkan kemampuan potensial merupakan kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah berdasarkan bantuan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih kompeten.

Berkaitandenganpenggunaanteknikscaffolding

dalampemecahanmasalahmatematika, hasilpenelitianYulianingsih (2013, hlm. 65) menunjukkanadanyapeningkatan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang memperoleh pembelajaran menggunakan teknik scaffoldingdaripada siswa yang memperoleh pembelajaran matematika secara konvensional.


(17)

6

Begitupun hasil penelitian Priyatni (2008, hlm. 218) menyebutkanbahwa manfaat nyata dari penggunaan teknikscaffolding adalah siswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dilatihkan, menumbuhkan motivasi belajar, dan meminimalkan rasa frustasi pada diri siswa.Selainitu, hasil penelitian Priyatni (2013, hlm. 172) juga menyatakan bahwa rasa percaya diri harus ditumbuhkembangkan dengan teknik scaffolding, agar siswa selalu yakin bahwa ia mampu melaksanakan tugas sesulit apapun.

Berdasarkan data-data yang telah dikemukakan, dapat dikatakan bahwa melaluipenggunaan teknik scaffolding, siswa dapat menguasai pengetahuan dan keterampilan yang dilatihkan, meminimalkan rasa frustasi, menumbuhkan motivasi belajar, dan siswa selalu yakin bahwa ia mampu menyelesaikan tugas sesulitapapun.

Berdasarkan penjelasan tersebut, peneliti berpendapat bahwa penggunaanteknikscaffoldingdalammemecahkanmasalahmatematikadapatmelatih kemandiriansiswauntuk menyelesaikan masalahmatematika.Hal ituberdampak pada peningkatan self efficacy siswa.

Dalam lingkup pelajaran matematika di sekolah dasar, materi perbandingan merupakan salah satu materi yang sulit, karena memerlukan penguasaan konsep yang

mendalam. Melaluipenggunaanteknik

scaffoldingdalampenyajianmasalahmatematikapadamateri perbandingan, siswa yang mengalami kesulitan belajar akan berusaha menemukan penyelesaian masalah matematika yang tepat berdasarkan bantuan guru atau siswa yang kompeten. Hal tersebut memberi keyakinan pada siswa bahwa dirinya memiliki kemampuan untukmenyelesaikan masalah matematika.

Berdasarkan latar belakang tersebut, diperoleh pemahaman betapa pentingnya penggunaanteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika untuk meningkatkan self efficacy siswa. Oleh karena itu, penulis melakukan penelitian mengenai “Penggunaan Teknik ScaffoldingDalam MemecahkanMasalah MatematikaterhadapPeningkatan Self Efficacy Siswa Sekolah Dasar”.


(18)

7

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis mengidentifikasi masalah yang terjadi di lapangan adalah sebagai berikut.

1. Self efficacy siswa kelas Vsekolah dasarmasih rendah. Hal iniditandaidenganadanyaanggapansiswa bahwamatematika merupakan pelajaran yang sulit.

2. Kemampuan memecahkan masalah matematika siswa masih rendah, karena siswa belum terbiasa menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika.

3. Waktu yang diperlukanolehsiswauntukmenyelesaikan

soalpemecahanmasalahmatematikalebih lama

dibandingkandenganmenyelesaikan soalmatematikapadaumumnya.

4. Pembelajaran matematika masih dilakukan secara

verbalistikdanberlangsungsatuarah, sehingga siswa merasa bosan dan kurang tertarik dalam mengikuti pembelajaran matematika.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagaimana self efficacy siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika?

2. Bagaimana self efficacy siswa kelas V SD yang mendapatkanpembelajaran bukandenganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika? 3. Bagaimana proses pembelajaran matematikamenggunakan teknikscaffolding? 4. Apakah self efficacy siswa yang mendapatkan pembelajaran denganteknik

scaffolding lebih tinggi daripada self efficacy siswa yang mendapatkan pembelajaran bukandenganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalahmatematika?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan self efficacy siswa kelas V SD yang mendapatkanpembelajaran dengan teknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika.


(19)

8

2. Untuk mendeskripsikan self efficacy siswa kelas V SD yang mendapatkanpembelajaran bukandenganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika.

3. Untuk mendeskripsikan proses pembelajaran matematikamenggunakan teknik scaffolding.

4. Untukmenjelaskan apakah self efficacy siswa yang mendapatkanpembelajaran dengan teknikscaffolding lebih tinggi daripada self efficacy siswa yang mendapatkan pembelajaran bukandenganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalahmatematika.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Manfaat Teoritik

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan rujukan untuk memahami penggunaan teknik scaffolding dalam pembelajaran matematika.

2. Manfaat Praktik

a. Bagi peneliti, penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai perbedaan self efficacy siswa antarasiswa yang mendapatkan pembelajaran matematika dengan teknik scaffolding dan pembelajaran bukandenganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika. b. Bagi guru SD, sebagai salah satu alternatif pembelajaran matematika

untuk meningkatkan self efficacy siswa.

c. Bagi siswa, penggunaan teknik scaffolding dalam memecahkanmasalahmatematikadapat membantu meningkatkan self efficacy siswa, sehingga siswalebih yakindanpercaya diri dalam menyelesaikan tugas pemecahan masalah matematika.

F. Struktur Organisasi Skripsi

Struktur organisasi skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab I terdiri dari latar belakang masalah, identifikasimasalah, rumusan masalah, manfaat penelitian, tujuan penelitian,dan struktur organisasi skripsi. Bab II terdiri dari kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka pemikiran, dan hipotesis penelitian. Bab III


(20)

9

memaparkan metode penelitian. Bab IV memaparkan hasil penelitian dan pembahasan penelitian. Bab V memaparkan kesimpulan dan sarandaripenelitian.


(21)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi, Populasi, dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Nagarawangi 2 kelas VA dan VB yang berada pada lingkup UPTD Pendidikan Kecamatan CihideungKota Tasikmalayapada semester dua Tahun Ajaran 2013/2014.

Adapun populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD yang berada pada Gugus I di Kecamatan CihideungKota Tasikmalaya. Sampel pada penelitian ini terdiri dari dua kelompok siswa kelas V SD yang berasal dari satu sekolah yang sama. Dalam penelitian ini, teknik yang digunakan untuk penetapan samplingadalah teknik purposive sampling.Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Adapun pertimbangan penetapan sampel dalam penelitian ini yaitu: 1) lokasi sampel merupakan lokasi pelaksanaan PLP UPI Kampus Tasikmalaya angkatan 2010. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam melaksanakan penelitian; 2) karakteristik kondisi dua kelas yang dijadikan sampel penelitian dianggap tidak jauh berbeda karena masih berada dalam satu sekolah.

Adapun sampel pada penelitian ini adalah kelas VAsebagai kelompok eksperimen dengan jumlah siswa 34orangdan kelas VBsebagai kelompok kontroldengan jumlah siswa 32orang.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuasi eksperimen.Pemilihan metode kuasi eksperimen didasarkan pada fokus penelitian yaitu untuk melihat hubungan antara penggunaan teknik scaffolding sebagai variabel bebas terhadap self efficacy siswa sebagai variabel terikat dalam konteks pemecahan masalah matematika.

Penelitian ini terdiri dari dua kelompok, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen yaitu kelompok yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik scaffolding, sedangkan kelompok kontrol yaitu kelompok yang mendapatkan pembelajaran bukan dengan teknik scaffolding.


(22)

34

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah pretest-posttest design with nonequivalent control group.Adapun desain penelitiannya adalah sebagai berikut.

A O1 X O2

B O1 O2

Keterangan:

A = kelas eksperimen B = kelas kontrol O1 = pretes

O2 = postes

X =pembelajaran matematika dengan teknik scaffolding

(Sumber: Creswell, 2013, hlm. 242) C. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu variabel bebas (independent variable)dan variabel terikat (dependent variable). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah teknik scaffolding, sedangkan variabel terikat adalah self efficacy. Penjelasan definisi operasional dari setiap variabel adalah sebagai berikut.

1. Self Efficacy

Self efficacy yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keyakinan siswa terhadap kemampuannya untuk mengerjakan soal pemecahan masalah matematika.Adapun keyakinan siswa yang diukur adalah keyakinan siswa kelas V SD untuk memecahkan masalah matematika,berdasarkan dimensi self efficacy menurut Bandura (1977, hlm. 194),yaitu magnitude, strength, generality. Selain itu, self efficacy juga dikaitkan dengan tahapan pemecahan masalah menurut Krulik dan Rudnick (1995, hlm. 4), yaitu read and think, explore and plan, select a strategy, find an answer, danreflect dan extend.

2. Teknik Scaffolding

Teknik Scaffolding yang dimaksud dalam penelitian ini adalahcara guru dalam mengelola pembelajaran melalui pemberian bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas pemecahan masalah matematika.


(23)

35

Adapun bentuk scaffolding atau ragam bantuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah verbal and gesture scaffolding.(Echevarria, Vogt & Short, 2004, hlm. 86-87). Bantuan yang diberikan merupakan bantuan yang terjangkau oleh pemikiran siswa, melatih siswa untuk berpikir dan berkomunikasi, serta melatih kemandirian siswa dalam memecahkan masalah matematika.

Bantuan diberikan guru atau teman sebaya kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika.Setelah siswa memahami penyelesaian soal, guru memberikan soal yang serupa dengan mengurangi pemberian bantuan.Hal itu dilakukan agar siswa dapatmenyelesaikan soal secara mandiri.

Pembelajaran dengan teknik scaffolding mencakup lima tahapan pembelajaran menurutApplebee & Langer (Zhao & Orey dalam Hamwi, 2011, hlm. 3), yaitu tahap intentionality,appropriateness, structure, collaboration, dan internalization. Pembelajaran dengan teknik scaffolding ini tercermin dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini.

D. Instrumen Penelitian

Self efficacy sebagai variabel terikat dalam penelitian ini merupakan jenis hasil belajar siswa yang termasuk ke dalam ranah afektif.Berdasarkan hal tersebut, instrumen yang paling cocok digunakan dalam penelitian ini adalah penilaian sikap dalam bentuk angket.

Angket self efficacy siswa disusun berdasarkan dimensi self efficacy menurut Bandura (1977, hlm. 194), yaitu magnitude, generality, dan strength.Dimensi-dimensi tersebut kemudian disajikan dalam bentuk kisi-kisi angket self efficacy.Kisi-kisi angket memuat indikator-indikatorself efficacyyangdijabarkan dalam bentuk pernyataanberdasarkan tahapan pemecahan masalah versi Krulik dan Rudnick (1995, hlm. 4).

Dalam menganalisis hasil angket, skala kualitatif terlebih dahulu diubah ke dalam skala kuantitatif.Teknik penskoran dibedakan antara pernyataan positif dengan pernyataan negatif.Teknik penskoran angket disajikan pada Tabel 3.1.berikut ini.


(24)

36

Tabel 3.1.

Teknik Penskoran Angket

Pilihan Sikap Penskoran Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Sangat sesuai dengan kondisi saya

(Sangat yakin) 4 1

Sesuai dengan kondisi saya

(Yakin) 3 2

Tidak sesuai dengan kondisi saya

(Tidak yakin) 2 3

Sangat tidak sesuai dengan kondisi saya

(Sangat tidak yakin) 1 4

Adapun kisi-kisi dan pernyataan angket self efficacydiadaptasi dari kisi-kisi dan pernyataan angket (Nuryani, 2013, hlm. 37&117) dan (Nursilawati, 2010, hlm. 48) dengan perubahan dalam segi penulisan, isi, dan struktur bahasa.Kisi-kisiangket self efficacy disajikan pada Tabel 3.2.berikut ini.

Tabel 3.2.

Kisi-Kisi Angket Self EfficacySiswa

Dimensi Self Efficacy

Pernyataan Positif Pernyataan Negatif Tahapan Pemecahan Masalah Magnitude (Level)

Analisis pilihan perilaku yang akan dicoba

1 3 Read and Think

5 Select a Strategy

Menghadapitugas di luar batas kemampuan

10 12 Read and Think

14 Explore and Plan

17 18 Find an Answer

Menyesuaikan dan

menghadapi langsung tugas-tugas sulit

19, 22 Read and Think

24, 30 Select a Strategy 34 Find an Answer

26 Reflect and Extend

Generality

Konsisten pada tugas dan

aktivitas 6 Explore and Plan

Kesiapan menghadapi situasi

2 Find an Answer

7 Reflect and Extend

Mengarahkan perilaku 11 Explore and Plan

Strength

Keyakinan yang kuat terhadap kemampuan

4 Explore and Plan


(25)

37

Tabel 3.2. (lanjutan) Ketahanan atau keuletan

dalam pemenuhan tugas

20 21 Find an Answer

23 27 Reflect and Extend

Kegigihan dalam menghadapi tugas

25, 28, 31, 36

35 Find an Answer

37 Select a Strategy Keberhasilan pengalaman

sebelumnya dalam memecahkan masalah

29, 33 32, 38 Read and Think

Jumlah 23 15

Adapun instrumen lainnya yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi.Lembar observasi merupakan data pendukung yang dinilai oleh observer saat penelitian berlangsung.Lembar observasi ini berkaitan untuk mengamati aktivitas guru, yaitu peneliti dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan teknik scaffolding.Hal ini bertujuan untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran menggunakan teknik scaffolding.Lembar observasi pembelajaran menggunakan teknik scaffolding memuatindikator-indikator tahapan pembelajaran menggunakan teknikscaffolding dengan pilihan ya dan tidak.Adapun kisi-kisi lembar observasi guru dan siswa pada pembelajaran menggunakan teknik scaffolding disajikan pada Tabel 3.3.berikut ini.

Tabel 3.3.

Kisi-Kisi Lembar Observasi Pembelajaran Menggunakan Teknik Scaffolding Tahapan Teknik Scaffolding Lembar Observasi Guru (Jumlah Item) Lembar Observasi Siswa (Jumlah Item) Intentionality

Kegiatan pendahuluan pembelajaran 6 5

Penyajian masalahseputar materi pembelajaran

2 2

Bentuk Scaffolding 2 2

Appropiateness

Pemberian bantuan pada hal yang belum dikuasai dan diketahui

1 Penanaman konsep materi

pembelajaran

1 1

Bentuk Scaffolding 4 4

Structure

Pengidentifikasian dan pemodelan informasi


(26)

38

Tabel 3.3. (lanjutan) Pengenalan strategi pemecahan

masalah

1 1

Bentuk Scaffolding 3 3

Collaboration

Penyampaian petunjuk LKS 2 2

Pengenalan langkah-langkah pemecahan masalah

5 5

Bentuk Scaffolding 15 15

Internalization

Kegiatan penutup pembelajaran 5 3

Pengisian jurnal harian 1 1

Jumlah 47 43

E. Proses Pengembangan Instrumen 1. Uji Validitas Angket Self Efficacy

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 348), instrumen yang valid adalah instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Dalam hal ini, angket self efficacyyang akandigunakan dalam penelitian terlebih dahulu diujicobakan kepada kelompok siswa yang tidak dijadikan sampel penelitian. Peneliti melakukan uji coba angket di SDN 3 Sukamulya Kecamatan Cihaurbeuti Kabupaten Ciamis yang berjumlah28 siswa.Uji coba ini dilakukan untuk mengetahui respon siswa terhadap pernyataan-pernyataan dalam angket, sehingga kesalahan dari segi penulisan, isi, dan sruktur bahasa bisa diketahui sebelum diujicobakan kepada sampel penelitian.Dari hasil uji coba, jika terdapat pernyataan yang kurang dipahami oleh siswa, maka dilakukan perbaikan redaksi kalimat dalam pernyataan tersebut.

Setelah data hasil uji coba angket ditabulasikan, langkah selanjutnya adalah melakukan uji validitas angket menggunakan programMicrosoft Excel2010 dan SPSS 16for windows dengan memakai rumus korelasi Product Moment(Bivariate)menurut Arikunto (2010, hlm. 72) sebagai berikut.

r =

(∑ )(∑ )(∑ ) (∑ )

Keterangan:


(27)

39

N = jumlah responden

∑X = jumlah skor suatu butir/item

∑Y = jumlah skor total

Setelah diperoleh harga rxyterlebih dahulu menetapkan derajat kebebasannya(degrees of freedom)dengan rumus df= n – 2, kemudian dilakukan pengujian validitas dengan membandingkan harga rxydan rtabelproduct moment.

Dengan diperolehnya df, maka dapat dicari harga rtabel product moment pada taraf

signifikansi 0,05(α = 5%) berdasarkan kriteria pengujian berikut.

a. Jika rxy≥ rtabel, maka instrumen atau item-item pernyataan berkorelasi

signifikan terhadap skor total (dinyatakan valid).

b. Jika rxy< rtabel, maka instrumen atau item-item pernyataan tersebut tidak

berkorelasi signifikan terhadap skor total (dinyatakan tidak valid).

Kriteria pengujian untuk menentukan tingkat atau derajat validitas alat evaluasi dari Arikunto (2010,hlm. 75) yang disajikan pada Tabel 3.4.berikut ini.

Tabel 3.4.

Kriteria Derajat Validitas Alat Evaluasi Koefisien korelasi (rxy) Kriteria

0,80 < rxy< 1,00 Validitas sangat tinggi

0,60 < rxy < 0,80 Validitas tinggi

0,40 < rxy< 0,60 Validitas cukup

0,20 < rxy < 0,40 Validitas rendah

0,00 < rxy < 0,20 Validitas sangat rendah

rxy< 0,00 Tidak valid

Diketahui bahwa nilai rtabelsebesar 0,388 (N=28, = 5 %), selanjutnya hasil

perhitungan nilai validitas angket dapat dilihat pada Tabel 3.5. berikut ini. Tabel 3.5.

Hasil Uji Validitas Angket Self Efficacy Nomor

rxy Kriteria

rtabel

Keterangan

Item (N = 28; α= 5%)

1 0.701 Tinggi

0,388

Valid

2 0.709 Tinggi Valid

3 0.695 Tinggi Valid

4 0.705 Tinggi Valid

5 0.689 Tinggi Valid

6 0.712 Tinggi Valid


(28)

40

Tabel 3.5. (lanjutan)

8 0.701 Tinggi

0,388

Valid

9 0.681 Tinggi Valid

10 0.684 Tinggi Valid

11 0.697 Tinggi Valid

12 0.702 Tinggi Valid

13 0.705 Tinggi Valid

14 0.697 Tinggi Valid

15 0.682 Tinggi Valid

16 0.702 Tinggi Valid

17 0.692 Tinggi Valid

18 0.719 Tinggi Valid

19 0.693 Tinggi Valid

20 0.707 Tinggi Valid

21 0.732 Tinggi Valid

22 0.680 Tinggi Valid

23 0.712 Tinggi Valid

24 0.693 Tinggi Valid

25 0.692 Tinggi Valid

26 0.745 Tinggi Valid

27 0.691 Tinggi Valid

28 0.697 Tinggi Valid

29 0.686 Tinggi Valid

30 0.702 Tinggi Valid

31 0.692 Tinggi Valid

32 0.695 Tinggi Valid

33 0.685 Tinggi Valid

34 0.744 Tinggi Valid

35 0.669 Tinggi Valid

36 0.700 Tinggi Valid

37 0.704 Tinggi Valid

38 0.701 Tinggi Valid

Berdasarkan hasil perhitungan validitas item angket self efficacy, diperoleh keterangan bahwa 38 item yang diujicobakan dinyatakan valid.Hal ini berarti, semua item yang terdapat dalam angket dapat digunakan dalam penelitian.

2. Uji Reliabilitas Angket Pengukuran Self Efficacy

Reliabilitas berkaitan dengan tingkat ketetapan, keajegan, atau kekonsistenan hasil pengukuran.Reliabilitas instrumen diartikan sebagai derajat keajegan (konsistensi) skor yang didapatkan oleh subjek penelitian dengan instrumen yang sama dalam kondisi yang berbeda. (Sugiyono, 2011, hlm. 121).Instrumen yang


(29)

41

reliabel adalah instrumen yang jika digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang sama. Pada penelitian ini, uji reliabilitas angket menggunakan menggunakanprogramMicrosoft Excel2010 dan SPSS 16for windows dengan memakai rumus Alpha Cronbachmenurut Arikunto (2010, hlm. 108) sebagai berikut.

=

( )

1 −

Keterangan:

= reliabilitas yang dicari

n = jumlah item atau butir pertanyaan dalam instrumen

∑ = jumlah varians skor tiap item = varians total

Setelah dilakukan perhitungan, nilai r11 diterjemahkan ke dalam kriteria reliabilitas dari Guilford (Suherman dalam Gunardi, 2013, hlm. 35) berikut.

Tabel 3.6.

Kriteria Reliabilitas Guilford Koefisien Reliabilitas Kriteria

0,90 <r11 < 1,00 Derajat reliabilitas sangat tinggi 0,70 <r11< 0,90 Derajat reliabilitas tinggi 0,40 <r11< 0,70 Derajat reliabilitas sedang 0,20 <r11 < 0,40 Derajat reliabilitas rendah

r11< 0,20 Derajat reliabilitas sangat rendah

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan bantuan program SPSS 16 for windows, diperoleh koefisien reliabilitas angket sebesar 0,706. Nilai tersebut menunjukkan bahwa instrumen berupa angket self efficacy memiliki reliabilitas tinggi.Adapun hasil pengujian reliabilitas angket terdapat pada Tabel berikut ini.

Tabel 3.7.

Reliabilitas AngketSelf Efficacy Cronbach's Alpha N of Items

.706 38

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik tes dan non-tes.Teknik tes terdiri dari LKS pemecahan masalah matematika dan soal


(30)

42

tes formatif.Sedangkan teknik non-tes terdiri dari angket, lembar observasi, dan dokumentasi.

Adapun teknik tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah LKS pemecahan masalah matematika.LKS digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah matematika.Selain itu, adapula soal tes formatif berupa soal matematika yang diberikan oleh peneliti di akhir pembelajaran.

Perbedaan LKS dengan soal tes formatif terdapat pada kegunaannya. LKS digunakan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan siswa dalam menyelesaikan soal pemecahan masalah, sedangkan soal tes formatif digunakan untuk mengetahui ketercapaian siswa setelah proses pembelajaran berlangsung. Ketercapaian siswa berkaitan dengan tujuan pembelajaran.

Adapun teknik non-tes, terdiri dari angket, lembar observasi, dan dokumentasi.Angket digunakan untuk mengumpulkan data yang berkaitan dengan self efficacy siswa.Lembar observasi digunakan untuk mengamati aktivitas guru, yaitu peneliti dan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran dengan teknik scaffolding.Dokumentasi sebagai pengumpulan bukti dan keterangan seperti gambar, untuk mengetahui proses pembelajaran menggunakan teknik scaffolding G. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data dengan Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menjawab rumusan masalah deskriptif pada penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikanself efficacy siswa pada kelompok eksperimen maupun pada kelompok kontrol. Setelah dilakukan perhitungan hasil data pretes dan postes angketself efficacy siswa, selanjutnya dilakukan perhitungan terhadap ukuran-ukuran data statistik deskriptif yang meliputi skor rata-rata, standar deviasi, nilai maksimum, nilai minimun dan gain.Perhitungan dilakukan dengan menggunakan program Microsoft Exceldan SPSS 16.0 for Windows.

Pada tahap sebelumnya, peneliti merumuskan kategorisasidimensi self efficacy untuk mempermudah interpretasi skor yang diperoleh siswa.Pembuatan kategorisasi mengacu pada aturan kategorisasi jenjang dari Saifuddin Azwar


(31)

43

(Nuryani, 2013, hlm. 44). Pada penelitian ini pembuatan norma diklasifikasikan ke dalam lima kategori yaitu: (1) sangat rendah, (2) rendah, (3) sedang, (4) tinggi, dan (5) sangat tinggi. Selanjutnya peneliti menjumlahkan setiap skor yang diperoleh setiap siswa kemudian membandingkannya berdasarkan kategori yang telah disusun.

Langkah-langkah untuk mengkonversikan skor self efficacy ke dalam beberapa kategori adalah sebagai berikut.

a. Skala self efficacy terdiri dari 38 item, masing-masing item diberi skor 1-4. b. Menentukan skor terkecil (Xmin) dan skor terbesar (Xmax) yang dapat

diperoleh responden. Skor terkecil yang dapat diperoleh adalah Xmin= 38 x 1

= 38, dan skor terbesar yang dapat diperoleh adalah Xmax= 38 x 4 = 152.

c. Menentukan rentang skor ideal skala (R) dengan rumus Xmax - Xmin.

Berdasarkan perhitungan diperoleh rentang skor ideal = 152 – 38 = 114. d. Menentukan estimasi besarnya satuan deviasi standar (Sideal) untuk digunakan

dalam membuat kategori patokan (PAP) skor responden. Caranya dengan membagi rentang skor ideal dengan enam satuan deviasistandar = 114 : 6 =19.

e. Menentukan rata-rata ideal (Xideal) dengan cara menjumlahkan skor minimun

dengan setengah dari nilai rentang skor ideal = Xmin + R = 38 + ( x 114) =

38 +57 = 95.

f. Setelah diperoleh nilai Sideal dan Xideal dibuat kategorisasi berdasarkan norma

berikut.

Tabel3.8.

Norma Kategorisasi Jenjang

Kriteria Kategori

X ≤ Xideal -1,5 Sideal Sangat Rendah

Xideal-1,5 Sideal< X ≤ Xideal - 0,5 Sideal Rendah

Xideal- 0,5σ < X ≤Xideal + 0,5 Sideal Sedang

Xideal + 0,5σ < X ≤ Xideal + 1,5 Sideal Tinggi

Xideal+1,5 Sideal< X Sangat Tinggi

Hasil penyusunan kategorisasi self efficacy disajikan pada Tabel berikut ini. Tabel 3.9.


(32)

44

Kategorisasi Self Efficacy

Kriteria Kategori

X ≤ 66,5 Sangat Rendah 66,5< X ≤ 85,5 Rendah 85,5< X ≤104,5 Sedang 104,5 < X ≤ 123,5 Tinggi

123,5< X Sangat Tinggi

Dengan cara yang sama, peneliti juga membuat kategori self efficacyberdasarkan dimensi self efficacy menurut Bandura (1977, hlm. 194) dan berdasarkan tahapan pemecahan masalah versi Krulik dan Rudnick (1995, hlm.4). 2. Analisis Data dengan Statistik Inferensial

Statistik inferensial digunakan untuk membuktikan hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini. Pada tahap ini akan dilakukan uji perbedaan rata-rata hasil pretes dan postes angket self efficacy siswa. Tujuan akhir dari tahap analisis ini adalah untuk membuktikan apakah terdapat perbedaan rata-rata self efficacy antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol setelah diberi perlakuan yang berbeda, serta peningkatannya.Untuk pengujian hipotesis statistik dalam penelitian, jenis statistik uji perbedaan rata-rata yang digunakan dapat ditentukan dengan terlebih dahulu melakukan uji asumsi data yang terdiri dari uji normalitas sebaran data dan uji homogenitas varians.

a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui normal atau tidaknya distribusi data dari kedua kelompok.Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Ho : data berasal dari sampel yang berdistribusi normal Ha : data berasal dari sampel yang tidak berdistribusi normal

Uji normalitas menggunakan uji Shapiro-Wilk karena data berbentuk interval serta jumlah sampel lebih dari 30. Pengujian dilakukan dengan memanfaatkanprogramSPSS 16.0 for Windows. Melalui penggunaan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengujiannya sebagai berikut.

1) Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak.


(33)

45

b. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang homogen atau tidak.Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Ho : varians kedua kelompok adalah sama (homogen)

Ha : varians kedua kelompok adalah berbeda (tidak homogen)

Uji homogenitas data menggunakan uji Levene dengan bantuan programSPSS 16.0 for windows. Melalui penggunakan taraf signifikansi 5%, maka kriteria pengujiannnya sebagai berikut.

1) Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥ 0,05 maka Ho diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig.) < 0,05 maka Ho ditolak. c. Uji Perbedaan Rata-rata

Uji perbedaan rata-rata bertujuan untuk mengetahui perbedaan rata-rata nilai pretes maupun postesself efficacy siswa antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol. Untuk uji perbedaan rata-rata nilai pretes menggunakan uji dua fihak (two tailed test) dengan taraf signifikansi 5%, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Ho : µ1 = µ2

Keterangan:

Rata-rata self efficacysiswa yang mendapatkan pembelajaran denganteknik scaffoldingsama dengan yang mendapatkan pembelajaran bukan denganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika.

Ha : µ1≠ µ2

Keterangan:

Rata-rata self efficacysiswa yang mendapatkan pembelajaran denganteknik scaffolding berbeda dengan yang mendapatkan pembelajaran bukan denganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika.

Melalui penggunaan taraf signifikansi α = 0,05 (Sig. 2-tailed), maka kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.

1) Jika nilai signifikansi (Sig.) ≥α , maka Ho diterima. 2) Jika nilai signifikansi (Sig.) <α , maka Ho ditolak.


(34)

46

Adapun pengujian menggunakan harga ttabel, kriteria pengujiannya adalah

sebagai berikut.

1) Jika thitung>ttabel , maka Ho ditolak.

2) Jika thitung≤ ttabel , maka Ho diterima.

Sedangkan untuk uji perbedaan rata-rata nilai postes menggunakan uji satu fihak (one tailed test) dengan uji fihak kanan (α = 0,05). Adapun hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Ho : µ1≤ µ2

Keterangan:

Rata-rata self efficacysiswa yang mendapatkan pembelajaran denganteknik scaffolding lebih rendah atau samadengan yang mendapatkanpembelajaran bukan denganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika.

Ha : µ1> µ2

Keterangan:

Rata-rata self efficacysiswa yang mendapatkan pembelajaran denganteknik scaffolding lebih tinggi dari yang mendapatkan pembelajaran bukan denganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika.

Adapun jenis statistik yang digunakan untuk menguji perbedaan rata-rata antara kedua kelompok adalahsebagai berikut.

1) Jika data berdistribusi normal maka uji hipotesis statistik penelitian menggunakan uji statistik parametris dengan uji-t menggunakan programSPSS 16.0 for Windows

a) Jika data berdistribusi normal dan homogen, maka menggunakan rumus Compare means – Independent sample t-test;

= !""" − !"""

#( $ )%$&( )%

$& ' $+ )

Keterangan:

!""" = rerata sampel pertama

!""" = rerata sampel kedua


(35)

47

* = varians sampel kedua

+ = banyak data sampel pertama

+ = banyak data sampel kedua

b) Jika data berdistribusi normal dan tidak homogen, maka menggunakan rumus:

=

,"""" ,""""$

-.$

/$& /.

2) Jika data tidak berdistribusi normal, maka menggunakan uji non-parametris Mann Whitney.

0 = + + + + (+ + 1)2 − 2 0 = + + + + (+ + 1)2 − 2

Keterangan:

+ = jumlah sampel 1

+ = jumlah sampel 2

0 = jumlah peringkat 1

0 = jumlah peringkat 2

2 = jumlah ranking pada sampel 1

2 = jumlah ranking pada sampel 2

Adapun pengujian menggunakan harga ttabel, kriteria pengujiannya adalah

sebagai berikut.

1) Jika thitung>ttabel , maka Ho ditolak.

2) Jika thitung≤ ttabel , maka Ho diterima.

d. Analisis Peningkatan Self Efficacy Siswa

Analisis ini bertujuan untuk mengetahui peningkatanself efficacy siswa setelah adanya perlakuan.Pada perhitungan ini, data yang dianalisis adalah data gain score ternormalisasi. Adapun rumus gain ternormalisasi menurut Meltzer (Nuryani, 2013, hlm. 50) sebagai berikut.

345+ = Skor postes − Skor pretesSkor ideal − Skor pretes


(36)

48

Tabel 3.10. Klasifikasi Nilai Gain

Gain Klasifikasi

g >0,7 Gain tinggi 0,3< g ≤ 0,7 Gain sedang

g ≤ 0,3 Gain rendah

Selanjutnya, untuk mengetahui peningkatan self efficacy siswa, maka dilakukan uji asumsi data skorgain ternormalisasi.Sama seperti analisis data pretes atau postes, sebelum menganalisis data skor gain terlebih dahulu melakukan uji normalitas,uji homogenitas,danuji perbedaan rata-rata skorgain dari kedua kelompok. Melalui uji satu fihak (one tailed test) dengan taraf signifikansi 5%, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Ho : µg1≤ µg2

Keterangan:

Peningkatan self efficacy siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik scaffolding tidak lebih baik atau sama dengan yang mendapatkan pembelajaranbukan denganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika.

Ha : µg1> µg2

Keterangan:

Peningkatan self efficacy siswa dalam memecahkan masalah matematika yang mendapatkan pembelajaran denganteknik scaffolding lebih baik daripada yang mendapatkan pembelajaran bukan denganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika.

Adapun pengujian menggunakan harga ttabel, kriteria pengujiannya adalah

sebagai berikut.

1) Jika thitung>ttabel , maka Ho ditolak.


(37)

117 BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

mengenaipenggunaanteknikscaffolding

dalammemecahkanmasalahmatematikaterhadappeningkatanself efficacy siswa sekolahdasardiperolehsimpulansebagaiberikut.

1. Self efficacy siswa kelas V SD yang mendapatkanpembelajaran denganteknik

scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika

beradapadakategoritinggidanmengalamipeningkatandarisebelumnya.Peningka tanself efficacysiswaterjadipadaketigadimensiself efficacy, yaitumagnitude,

level, danstrength. Adapunpeningkatanself

efficacysiswatertinggiberadapadadimensistrength.

2. Self efficacy siswa kelas V SD yang mendapatkanpembelajaran bukandenganteknikscaffoldingdalam memecahkan masalah matematika beradapadakategoritinggidanmengalamipenurunandarisebelumnya.Penurunan self efficacysiswaterjadipadaketigadimensiself efficacy, yaitumagnitude, level,

danstrength. Adapunpenurunanself

efficacysiswatertinggiberadapadadimensimagnitude.

3. Pembelajaran matematika menggunakanteknikscaffolding menyajikan tugas pemecahan masalah matematika yang melatih interaksi, kolaborasi,keaktifan, dan proses berpikirsiswasaat pembelajaran. Bantuan yang diberikanoleh guru padasetiappertemuansemakinberkurang, namuntugas/soal yang diberikankepadasiswasemakinsulit. Hal inidilakukan agar siswalebihtertantangdanbertanggungjawabdalammengerjakantugas-tugas

yang sulit,

sehinggasiswalebihmandiridankemampuanberpikirsiswaberkembang.

4. Self efficacyakhir siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran denganteknik scaffoldingsecara signifikan lebihtinggi dibandingkan


(38)

118

bukandenganteknikscaffoldingdalammemecahkanmasalahmatematika.Berdas arkan hasil pengujian perbedaanrerataskor gain kedua kelompok, diperoleh informasi bahwa peningkatan self efficacy siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran denganteknik scaffolding secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran bukandenganteknikscaffoldingdalammemecahkanmasalahmatematika.

B. Saran

Berdasarkan hasilpenelitiandankesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Pembelajaran menggunakanteknikscaffolding dapat diterapkan di sekolah dasar dan dapatdijadikan sebagai alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan self efficacy siswa.

2. Penggunaanteknikscaffoldingdalammemecahkanmasalahmatematikahendakn yadapatdigunakanpadamateripembelajaranmatematikalainnyaselainmateriper bandingan.

3. Perlu dikembangkan bahan ajar yang mengarah pada pengembangankemampuanberpikir, kemampuanberkomunikasi, dankemandiriansiswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalahmatematika.

4. Penelitian selanjutnya tentang pembelajaran matematika menggunakanteknikscaffolding, hendaknya dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif matematika lainnya, seperti self regulated leaning, self esteem, danlain-lain yang memiliki keterkaitan secara konseptual dengan teknikscaffolding.


(39)

119

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, R. (2011). Pengaruh metode penemuan dengan menggunakan teknik scaffolding terhadap hasil belajar matematika siswa. (Skripsi). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological review, 84 (2), hlm. 191-215.

__________. (2009). Self-efficacy in changing societies. New York: CambridgeUniversity.

BSNP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. [Online]. Tersedia di: http://bnsp-indonesia.org.id/Diakses 30 Desember 2013.

Creswell, J. W. (2010). Reseach Design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif,dan mixed. Jakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Echevarria, J., Vogt, M. & Short, D.J. (2004). Scaffolding techniques in CBI classrooms. Boston, MA: Pearson Education, Inc.

Gunardi, E. (2013). Aplikasi pendekatan pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. (Skripsi). Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya

Hamwi, B. (2011). Grafic organizers as a means for english languange learners to increase comprehension. hlm. 1-9. PA, USA: Albright College, Reading.

ISC. (2011). Internationalresult mathematics. [Online]. Tersedia di: http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/international-result-mathematics.html. Diakses 29 Desember 2013.


(40)

120

Krishnamurthi, M. (2009). Scaffolding techniques for improving engineering students' writing skills. Journal of American Society for engineering education.

Krulik, S. dan Rudnick, J. A. (1995). The new sourcebook for teaching reasoning and problem solving in elementary school. Boston: Temple University.

Lange, V. L. (2002). Instructional scaffolding. [Online]. Tersedia di: http://condor.admin.ccny.cuny.edu/~group4/Cano/Cano%20Paper.doc .

Diakses 3 Desember 2013.

Mulyana, T. (2008). Pembelajaran analitik sintetik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa sekolah menengah atas. (Disertasi). Fakultas Matematika dan IPA, Program Doktor Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Nursilawati. (2010). Hubungan self efficacy siswa dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika. (Skripsi). Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nuryani, R. (2013). Penggunaan strategi metakognitif untuk meningkatkan self efficacy siswa sekolah dasar dalam memecahkan masalah matematika. (Skripsi).Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.

OECD. (2012). Comparing countries and economics performances. [Online]. Tersedia di: www.oecd.org/pisa/ Diakses 28 Desember 2013.

Pajares, F. (2003). Self-efficacy beliefs, motivation, and achievement in writing: a review of the literature.Educational psychologist, (19), hlm. 139-158.

Priyatni, dkk. (2008). Peningkatan kompetensi menulis paragraf dengan teknik scaffolding.Jurnal BAHASA DAN SENI, 36 (2), hlm. 206-219.

___________. (2013). Internalisasi karakter percaya diri dengan teknik scaffolding. Jurnal pendidikan karakter, 3 (2), hlm. 164-173.


(41)

121

Rodgers, A. & Rodgers, E.M. (2004).Scaffolding literacy instruction: Strategies for k-4 classrooms. Portsmouth: Heinemann.

Saomah, A. (2011). Implikasi teori belajar terhadap pendidikan literasi. [Online]. Tersedia di: http://ebookbrowse.com/implementasi-teori-belajar-dalam-pendidikan-literasi-pdf. Diakses 5 Januari 2014.

Schunk, D. H. (1990). Goal-setting and self-efficacy during self-regulated learning. Educational psychologist, (25), hlm. 71-86.

Sudrajat, A. (2008). Pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran. [Online]. Tersedia di: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/ Diakses: 29 Desember 2013.

Sugiyono (2011). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, dan r&d. Bandung: ALFABETA.

Suryadi, D. (2005). Penggunaan pendekatan pembelajaran tidak langsung serta pendekatan gabungan langsung dan tidak langsung dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi siswa SLTP. (Disertasi). Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Thomeé, P. (2007). Self-efficacy of knee function in patients with anterior cruciate ligament injury. (Thesis). Department of Orthopaedics, Institute of Clinical Sciences, Sahlgrenska Academy at Göteborg University, Göteborg, Sweden.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Walqui, A. (2006). Scaffolding instruction for english language learners: a conceptual framework. The international journal of bilingual education and bilingualism, 9 (2), hlm. 159-180.

Wood, D., Bruner, J., & Ross, G. (1976). The role of tutoring in problem solving. Journal of child psychology and psychiatry, 17, hlm. 89-100.

Yulianingsih, R. (2013). Penerapan model problem-based learning dengan teknik scaffolding untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMA.(Skripsi).Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.


(1)

Tabel 3.10. Klasifikasi Nilai Gain Gain Klasifikasi g >0,7 Gain tinggi 0,3< g ≤ 0,7 Gain sedang

g ≤ 0,3 Gain rendah

Selanjutnya, untuk mengetahui peningkatan self efficacy siswa, maka dilakukan uji asumsi data skorgain ternormalisasi.Sama seperti analisis data pretes atau postes, sebelum menganalisis data skor gain terlebih dahulu melakukan uji normalitas,uji homogenitas,danuji perbedaan rata-rata skorgain dari kedua kelompok. Melalui uji satu fihak (one tailed test) dengan taraf signifikansi 5%, hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut.

Ho : µg1 ≤ µg2 Keterangan:

Peningkatan self efficacy siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan teknik scaffolding tidak lebih baik atau sama dengan yang mendapatkan pembelajaranbukan denganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika.

Ha : µg1> µg2 Keterangan:

Peningkatan self efficacy siswa dalam memecahkan masalah matematika yang mendapatkan pembelajaran denganteknik scaffolding lebih baik daripada yang mendapatkan pembelajaran bukan denganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika.

Adapun pengujian menggunakan harga ttabel, kriteria pengujiannya adalah sebagai berikut.

1) Jika thitung>ttabel , maka Ho ditolak. 2) Jika thitung≤ ttabel , maka Ho diterima.


(2)

117

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan

mengenaipenggunaanteknikscaffolding

dalammemecahkanmasalahmatematikaterhadappeningkatanself efficacy siswa sekolahdasardiperolehsimpulansebagaiberikut.

1. Self efficacy siswa kelas V SD yang mendapatkanpembelajaran denganteknik scaffoldingdalam memecahkan masalah matematika beradapadakategoritinggidanmengalamipeningkatandarisebelumnya.Peningka tanself efficacysiswaterjadipadaketigadimensiself efficacy, yaitumagnitude, level, danstrength. Adapunpeningkatanself efficacysiswatertinggiberadapadadimensistrength.

2. Self efficacy siswa kelas V SD yang mendapatkanpembelajaran bukandenganteknikscaffoldingdalam memecahkan masalah matematika beradapadakategoritinggidanmengalamipenurunandarisebelumnya.Penurunan self efficacysiswaterjadipadaketigadimensiself efficacy, yaitumagnitude, level,

danstrength. Adapunpenurunanself

efficacysiswatertinggiberadapadadimensimagnitude.

3. Pembelajaran matematika menggunakanteknikscaffolding menyajikan tugas pemecahan masalah matematika yang melatih interaksi, kolaborasi,keaktifan, dan proses berpikirsiswasaat pembelajaran. Bantuan yang diberikanoleh guru padasetiappertemuansemakinberkurang, namuntugas/soal yang diberikankepadasiswasemakinsulit. Hal inidilakukan agar siswalebihtertantangdanbertanggungjawabdalammengerjakantugas-tugas

yang sulit,

sehinggasiswalebihmandiridankemampuanberpikirsiswaberkembang.

4. Self efficacyakhir siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran denganteknik scaffoldingsecara signifikan lebihtinggi dibandingkan


(3)

bukandenganteknikscaffoldingdalammemecahkanmasalahmatematika.Berdas arkan hasil pengujian perbedaanrerataskor gain kedua kelompok, diperoleh informasi bahwa peningkatan self efficacy siswa kelas V SD yang mendapatkan pembelajaran denganteknik scaffolding secara signifikan lebih baik dibandingkan siswa yang mendapatkan pembelajaran bukandenganteknikscaffoldingdalammemecahkanmasalahmatematika.

B. Saran

Berdasarkan hasilpenelitiandankesimpulan yang diperoleh, maka penulis mengajukan beberapa saran sebagai berikut.

1. Pembelajaran menggunakanteknikscaffolding dapat diterapkan di sekolah dasar dan dapatdijadikan sebagai alternatif pembelajaran matematika untuk meningkatkan self efficacy siswa.

2. Penggunaanteknikscaffoldingdalammemecahkanmasalahmatematikahendakn yadapatdigunakanpadamateripembelajaranmatematikalainnyaselainmateriper bandingan.

3. Perlu dikembangkan bahan ajar yang mengarah pada pengembangankemampuanberpikir, kemampuanberkomunikasi, dankemandiriansiswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalahmatematika.

4. Penelitian selanjutnya tentang pembelajaran matematika menggunakanteknikscaffolding, hendaknya dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif matematika lainnya, seperti self regulated leaning, self esteem, danlain-lain yang memiliki keterkaitan secara konseptual dengan teknikscaffolding.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Apriyanti, R. (2011). Pengaruh metode penemuan dengan menggunakan teknik scaffolding terhadap hasil belajar matematika siswa. (Skripsi). Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Arikunto, S. (2010). Dasar-dasar evaluasi pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Bandura, A. (1977). Self-efficacy: Toward a unifying theory of behavioral change. Psychological review, 84 (2), hlm. 191-215.

__________. (2009). Self-efficacy in changing societies. New York: CambridgeUniversity.

BSNP. (2006). Standar isi untuk satuan pendidikan dasar dan menengah. [Online]. Tersedia di: http://bnsp-indonesia.org.id/Diakses 30 Desember 2013.

Creswell, J. W. (2010). Reseach Design: Pendekatan kualitatif, kuantitatif,dan mixed. Jakarta: PUSTAKA PELAJAR.

Echevarria, J., Vogt, M. & Short, D.J. (2004). Scaffolding techniques in CBI classrooms. Boston, MA: Pearson Education, Inc.

Gunardi, E. (2013). Aplikasi pendekatan pemecahan masalah terhadap kemampuan siswa dalam penyelesaian soal cerita matematika. (Skripsi). Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya

Hamwi, B. (2011). Grafic organizers as a means for english languange learners to increase comprehension. hlm. 1-9. PA, USA: Albright College, Reading.

ISC. (2011). Internationalresult mathematics. [Online]. Tersedia di: http://timssandpirls.bc.edu/timss2011/international-result-mathematics.html. Diakses 29 Desember 2013.


(5)

Krishnamurthi, M. (2009). Scaffolding techniques for improving engineering students' writing skills. Journal of American Society for engineering education.

Krulik, S. dan Rudnick, J. A. (1995). The new sourcebook for teaching reasoning and problem solving in elementary school. Boston: Temple University.

Lange, V. L. (2002). Instructional scaffolding. [Online]. Tersedia di: http://condor.admin.ccny.cuny.edu/~group4/Cano/Cano%20Paper.doc .

Diakses 3 Desember 2013.

Mulyana, T. (2008). Pembelajaran analitik sintetik untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif matematik siswa sekolah menengah atas. (Disertasi). Fakultas Matematika dan IPA, Program Doktor Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia.

Nursilawati. (2010). Hubungan self efficacy siswa dengan kecemasan menghadapi pelajaran matematika. (Skripsi). Fakultas Psikologi, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Nuryani, R. (2013). Penggunaan strategi metakognitif untuk meningkatkan self efficacy siswa sekolah dasar dalam memecahkan masalah matematika. (Skripsi).Program S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Tasikmalaya.

OECD. (2012). Comparing countries and economics performances. [Online]. Tersedia di: www.oecd.org/pisa/ Diakses 28 Desember 2013.

Pajares, F. (2003). Self-efficacy beliefs, motivation, and achievement in writing: a review of the literature.Educational psychologist, (19), hlm. 139-158.

Priyatni, dkk. (2008). Peningkatan kompetensi menulis paragraf dengan teknik scaffolding.Jurnal BAHASA DAN SENI, 36 (2), hlm. 206-219.

___________. (2013). Internalisasi karakter percaya diri dengan teknik scaffolding. Jurnal pendidikan karakter, 3 (2), hlm. 164-173.


(6)

Rodgers, A. & Rodgers, E.M. (2004).Scaffolding literacy instruction: Strategies for k-4 classrooms. Portsmouth: Heinemann.

Saomah, A. (2011). Implikasi teori belajar terhadap pendidikan literasi. [Online]. Tersedia di: http://ebookbrowse.com/implementasi-teori-belajar-dalam-pendidikan-literasi-pdf. Diakses 5 Januari 2014.

Schunk, D. H. (1990). Goal-setting and self-efficacy during self-regulated learning. Educational psychologist, (25), hlm. 71-86.

Sudrajat, A. (2008). Pendekatan, strategi, metode, teknik, dan model pembelajaran. [Online]. Tersedia di: http://akhmadsudrajat.wordpress.com/ 2008/09/12/pendekatan-strategi-metode-teknik-dan-model-pembelajaran/ Diakses: 29 Desember 2013.

Sugiyono (2011). Metode penelitian kualitatif, kuantitatif, dan r&d. Bandung: ALFABETA.

Suryadi, D. (2005). Penggunaan pendekatan pembelajaran tidak langsung serta pendekatan gabungan langsung dan tidak langsung dalam rangka meningkatkan kemampuan berpikir matematik tingkat tinggi siswa SLTP. (Disertasi). Program Pascasarjana, Universitas Pendidikan Indonesia.

Thomeé, P. (2007). Self-efficacy of knee function in patients with anterior cruciate ligament injury. (Thesis). Department of Orthopaedics, Institute of Clinical Sciences, Sahlgrenska Academy at Göteborg University, Göteborg, Sweden.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI PRESS.

Walqui, A. (2006). Scaffolding instruction for english language learners: a conceptual framework. The international journal of bilingual education and bilingualism, 9 (2), hlm. 159-180.

Wood, D., Bruner, J., & Ross, G. (1976). The role of tutoring in problem solving. Journal of child psychology and psychiatry, 17, hlm. 89-100.

Yulianingsih, R. (2013). Penerapan model problem-based learning dengan teknik scaffolding untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematik siswa SMA.(Skripsi).Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Jurusan Pendidikan Matematika, Universitas Pendidikan Indonesia Bandung.