PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN PARTISIPATIF BERBASIS GENDER DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI KADER TENTANG KESEHATAN IBU DAN ANAK: studi terhadap kader kesehatan di desa pataruman kecamatan cihampelas kabupaten bandung barat.

(1)

MENINGKATKAN KOMPETENSI KADER TENTANG KESEHATAN IBU DAN ANAK (Studi Terhadap Kader Kesehatan di Desa Pataruman

Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat)

Oleh:

Merry Wijaya NIM: 0908495

Dra. STIA Bandung, 1988 M.Kes UI Jakarta, 1999

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Pendidikan (Dr.) pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

SEKOLAH PASCA SARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

© Merry Wijaya 2014 Universitas Pendidikan Indonesia


(2)

Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat)

Oleh:

Merry Wijaya NIM: 0908495 Dra. STIA Bandung, 1988

M.Kes UI Jakarta, 1999

Sebuah Disertasi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Doktor Kependidikan pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

© Merry Wijaya 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Promotor Merangkap Ketua

Prof. Dr. Mustofa Kamil, M.Pd NIP. 196111091987031001

Kopromotor Merangkap Sekretaris

Prof. Dr. H. Achmad Hufad, M.Ed NIP. 195501011981011001

Mengetahui

Ketua Program Studi Pendidikan Luar Sekolah

Dr. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd NIP. 1959082619860310


(4)

ABSTRAK

Pengembangan Model Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender

Dalam Meningkatkan Kompetensi Kader Tentang Kesehatan Ibu dan Anak (Studi Terhadap Kader Kesehatan di Desa Pataruman

Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat)

Tingginya kasus kematian ibu di Desa Pataruman disebabkan keterlambatan pertolongan medis dan rendahnya kompetensi kader. Pelatihan yang berbasis gender melalui pola pelatihan partisipatif berbasis gender merupakan solusi yang dikembangkan untuk meningkatkan kompetensi kader. Tujuan tersebut untuk meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak. Metode yang digunakan adalah Reseach and development, teknik sampling secara purposive dengan jumlah 30 orang responden, skala pengukuran dengan skala Guillford. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1). Kondisi empiric proses pelatihan kader kesehatan tidak menggunakan metode partisipatif dan tidak sesuai dengan karakteristik pembelajaran orang dewasa, substansi materi pelatihan, tidak berdasarkan kebutuhan wilayah setempat; 2). Adanya perubahan kader dalam meningkatkan kompetensi tentang kesehatan ibu dan anak setelah mengikuti pelatihan partisipatif berbasis gender; 3). Adanya peningkatan pemahaman kader mengenai pengaruh gender terhadap kesehatan ibu dan anak setelah mengikuti pelatihan partisipatif berbasis gender; 4). Model pembelajaran yang dikembangkan berdasarkan landasan filosofis dan psikologis, dikaitkan dengan masalah kesehatan ibu dan anak sesuai dengan kebutuhan masyarakat; 5). Dalam implementasi model dapat diterima oleh peserta pelatihan; 6). Uji efektifitas model menggunakan teknik Wilcoxon Signed Ranks test menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Pengembangan materi pelatihan partisipatif dengan prinsip andragogi pada dimensi kesehatan dan gender, diterapkan secara integrative dalam kesatuan program pelatihan, merupakan model pelatihan inovatif dan efektif dalam meningkatkan kompetensi kader kesehatan. Pelatihan ini perlu didukung oleh pemerintah untuk diujicobakan di beberapa wilayah terutama desa terpencil. Metode pelatihan ini dapat menjadi nilai tambah dalam program pelatihan lainnya, terutama di bidang kesehatan


(5)

ABSTRACT

Developing a Gender-Based Participatory Training Model

in Improving Cadre’s Competence in Maternal and Child Health

(A Study of Health Cadres in Pataruman Village, Cihampelas District, Bandung Barat Regency)

The high level of maternal mortality in Pataruman Village has been caused

by the late medical aids and the low cadres’ competence. Gender-based

participatory training is a solution developed to improve cadre’s competence, more specifically to improve the competence in maternal and child health. The method employed in the research was Research and Development, while sampling

was done purposively, with a number of 30 respondents, using Guillford’s

measurement scale. The outcomes of the research showed that: 1) Empirically, the

process of health cadres’ training did not use participatory method and was not

appropriate to the characteristics of adult teaching and learning; in addition, the content of the training was not based on the local needs; 2) Improvement in the competence of maternal and child health among the cadres was observable after they joined gender-based participatory training; 3) The cadres experienced improvement in their understanding on the influence of gender on maternal and child health after joining the gender-based participatory training; 4) The instructional model was developed based on philosophical and psychological principles, linked to the problems of maternal and child health appropriate to the community’s needs; 5) In the implementation, the model could be accepted by the training participants; 6) The effectiveness test of the model using Wilcoxon Signed Ranks Test demonstrated a significant difference. The development of participatory training materials using andragogy principles in the dimensions of health and gender, applied in an integrative way in the whole training program,

was an innovative and effective model in improving health cadres’ competence.

The training should be supported by the government to be experimented in some regions, ultimately remote areas. The training method can be an added value for other training programs, especially those in the field of health.


(6)

(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

ABSTRAK ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 8

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Manfaaat Penelitian ... 10

E. Struktur Organisasi Disertasi ... 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 13

A. Hakikat Pendidikan Non Formal Dan Program Pelatihan ... 13

1. Pendidikan Non Formal ... 13

2. Pengertian Pelatihan ... 14

3. Tujuan Pelatihan... 16

4. Pengembangan Sistem, Model dan Pengelolaan Pelatihan ... 17

5. Model Latihan Partisipatif... 21

B. Hakikat Gender dalam Kesehatan Ibu dan Anak ... 26

1. Pengertian Gender ... 26

2. Dampak Pembedaan Peran Gender dengan Kesehatan Ibu dan Anak ... 29

3. Kader Kesehatan Berbasis Gender ... 35

4. Tujuan Pelatihan Berbasis Gender ... 36

5. Metodologi Pelatihan Berbasis Gender ... 36

6. Penerapan Metode Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender ... 37

C. Konsep Kader Kesehatan Desa ... 39

1. Pengertian Kader Kesehatan ... 39

2. Tujuan Pembentukan Kader ... 39

3. Persyaratan Kader ... 40

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Peran Kader Desa ... 41

D. Hubungan Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender Dengan Komponen PNF... 47

E. Motivasi dan Perubahan Perilaku... 51

F. Kerangka Pemikiran ... 54


(8)

BAB III METODE PENELITIAN ... 58

A. Lokasi dan Subyek Penelitian ... 58

1. Lokasi Penelitian ... 58

2. Sampel atau Subyek Penelitian ... 59

B. Pendekatan dan Metode Penelitian ... 60

1. Penelitian Kualitatif ... 61

2. Penelitian Kuantitatif ... 61

C. Prosedur Penelitian ... 62

D. Definisi Operasional ... 63

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 65

F. Langkah-Langkah Penelitian ... 67

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 70

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 83

A. Hasil Penelitian ... 83

1. Kondisi Empirik Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat ... 83

2. Kondisi Empirik Upaya Kader Untuk Meningkatkan Kompetensi Tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat ... 86

3. Kondisi Empirik Pemahaman Kader Tentang Gender Yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat ... 94

4. Pengembangan Model Konseptual Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender Dalam Meningkatkan Kompetensi Kader Tentang Kesehatan Ibu dan Anak ... 109

5. Penerapan Model Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender Dalam Meningkatkan Kompetensi Kader Tantang Kesehatan Ibu dan Anak ... 136

6. Efektivitas Model Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender Untuk Meningkatkan Kompetensi Kader Tentang Kesehatan Ibu dan Anak..155

B. Pembahasan ... 155

1. Kondisi Empirik Tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat ... 162

2. Informsi Kondisi Empirik Upaya Kader dalam Meningkatkan Kompetensi Tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat ... 164

3. Kondisi Empirik Pemahaman Kader Tentang Gender yang Berpengaruh Terhadap Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat ... 168

4. Pengembangan Model Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender dalam Meningkatkan Kompetensi Kader Tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat ... 170


(9)

5. Implementasi Model Program Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender dalam Meningkatkan Kompetensi Kader Tentang Kesehatan Ibu dan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung

Barat ... 173

6. Menguji Efektivitas Model Konseptual Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender dalam Meningkatkan Kompetensi Kader Tentang Kesehatan Ibudan Anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat... 178

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 183

A. Kesimpulan ... 183

B. Saran ... 185

DAFTAR PUSTAKA ... 188

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 197


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Dalam Konferensi Internasional Kependudukan dan Pembangunan (ICPD) di Kairo tahun 1994, menghasilkan program penting yang berkaitan dengan kesehatan reproduksi untuk mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI), yaitu menyediakan pelayanan kesehatan reproduksi secara menyeluruh dan terpadu, termasuk penghapusan berbagai bentuk kekerasan terhadap perempuan; sedangkan keputusan MDGs Goal 5: Meningkatkan Kesehatan Ibu melalui target AKI jadi 120 per 100 000 kelahiran hidup pada tahun 2015.

Hasil Konfrensi tersebut sesuai dengan Pasal 28 H Ayat 1 UUD. 45 yang menyatakan bahwa: Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat, serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan, untuk mencapai maksud tersebut negara harus memberikan jaminan sebagaimana diatur dalam UUD. 45: bahwa negara mengembangkan sistem jaminan sosial bagi seluruh rakyat. (Pasal 34 Ayat 2) Walaupun pemerintah telah membuat berbagai kebijakan dan program dalam rangka mengurangi AKI, kenyataannya AKI masih tetap tinggi. Hingga 68 tahun Indonesia merdeka, jumlah kematian ibu di Indonesia tertinggi di ASEAN.

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), AKI per 100.000 kelahiran hidup menurun secara bertahap, dari 390 pada tahun 1991 menjadi 334 pada tahun 1997; dari 307 pada tahun 2003 menurun menjadi 228 pada tahun 2007; tetapi pada tahun 2012 melonjak menjadi 359. Angka ini tidak jauh berbeda dengan AKI 22 tahun yang lalu.

Masalah kematian ibu merupakan agenda utama dalam pelayanan kesehatan perempuan di Indonesia, karena AKI merupakan salah satu indikator dalam menentukan derajat kesehatan perempuan.


(11)

Dari Tabel Profil Gabung Kesehatan Ibu dan Anak Propinsi Jawa Barat Tahun 2012 diperoleh informasi bahwa di Kabupaten Bandung Barat pada Tahun 2012 terdapat 28 kasus kematian ibu dari 31.412 kelahiran hidup; 79 bayi lahir mati, 5670 ibu bersalin (17,3%) ditolong paraji dan terdapat 37 balita yang meninggal. Menurut data monografi Desa Pataruman (2012), jumlah penduduk di Desa Pataruman seluruhnya 12628 jiwa, terdiri dari laki-laki 6633 jiwa dan perempuan 5995 jiwa, jumlah anak usia 0-6 tahun 1777 jiwa. Berdasarkan hasil survey pendahuluan diketahui bahwa: Desa Pataruman terdiri dari 10 RW dan setiap RW memliki 1 Posyandu, terdapat 62 kader kesehatan, terdiri dari 57 kader perempuan dan 5 kader laki-laki. Setiap posyandu dikelola oleh 5-7 orang kader.

Hasil observasi lapangan diketahui, bahwa pelayanan kesehatan ibu dan anak yang diberikan oleh kader kesehatan di posyandu selama ini adalah: menimbang berat badan, menentukan statu gizi anak, mencatat hasil kegiatan dan membuat laporan; membagikan oralit; Pil KB ulangan; kondom dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) kepada balita, kader belum mampu mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang alasan dan pentingnya kegiatan dilakukan.

Berdasarkan wawancara dengan ketua kader kesehatan desa tersebut, sebagian besar kader cukup aktif dan mempunyai dedikasi tinggi, memiliki potensi untuk dikembangkan, semua kader sudah pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan peran kader rata-rata 4 kali dalam 2 tahun terakhir. tetapi kader belum mempunyai kapasitas dalam melaksanakan fungsinya dengan baik, terutama dalam hal penyuluhan dan pembinaan. Tetapi kenyataannya, kompetensi kader kesehatan di desa tersebut masih rendah.

Menurut Mc.Carthy dan Maine, (1992: 23-33), faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya kematian ibu meliputi: faktor sosio-kultural dan faktor ekonomi, seperti status wanita dalam keluarga dan masyarakat, status keluarga dalam masyarakat dan status masyarakat itu sendiri.


(12)

Berdasarkan SDKI 2007, tingginya AKI selain masalah medis, juga karena masalah ketidaksetaraan gender, nilai budaya, ekonomi serta rendahnya perhatian laki-laki terhadap ibu hamil dan melahirkan.

Dari hasil penelitian Fibriana yang berkaitan dengan kematian ibu mengungkapkan, Keterlambatan pertolongan pertama merupakan keterlambatan dalam pengambilan keputusan. Dari hasil indepth interview yang dilakukan pada saat penelitian, diperoleh informasi bahwa ketika terjadi kegawatdaruratan, sering terlambat akibat pengambilan keputusan masih berdasarkan budaya ‘berunding’, yang menyebabkan keterlambatan merujuk. Peran suami sebagai pengambil keputusan utama juga masih tinggi, sehingga pada saat terjadi komplikasi yang membutuhkan keputusan ibu segera dirujuk menjadi tertunda karena suami tidak berada di tempat (Fibriana, 2007).

Berdasarkan hasil kajian teori dan fenomena penelitian tersebut, sesuai dengan kondisi empirik kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat, yaitu masih terdapat kematian ibu karena terlambat merujuk, pengambil keputusan ada pada suami, ibu dan anak kurang terakses fasilitas pelayanan kesehatan yang telah disediakan oleh pemerintah. Sebagai contoh: masih terdapat anak kurang gizi; paraji masih memegang peranan penting dalam pertolongan persalinan khususnya di RW 02 dan 10, ibu hamil belum menyadari pentingnya perawatan kehamilan, padahal sudah tersedia program jampersal untuk pemeriksaan kehamilan sampai nifas dan pertolongan persalinan gratis oleh tenaga kesehatan.

Fenomena ini timbul berkaitan dengan tidak semua bidan desa tinggal di tempat, sehingga kurangnya intensitas hubungan antara mayarakat dengan bidan, yang menyebabkan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya pertumbuhan dan perkembangan anak, kurangnya pemahaman ibu hamil terhadap pentingnya perawatan kehamilan dan persalinan oleh tenaga kesehatan.


(13)

Masyarakat menganggap kehamilan dan persalinan adalah kodrat, tidak perlu ada perawatan khusus, kematian merupakan takdir dan bila terjadi kematian ibu saat melahirkan akan masuk surga. Faktor geografis di desa tersebut juga menjadi kendala bila terjadi kegawatdaruratan, karena tempat rujukan jauh dan macet, sangat berisiko terjadinya keterlambatan dalam pelayanan medis.

Banyak faktor yang berkaitan dengan masalah tersebut, antara lain: kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak serta kurangnya pemahaman gender; sosial ekonomi rendah; geografis yang tidak mendukung; kader banyak dan berdedikasi tinggi, sering ikut pelatihan tentang kesehatan tetapi kader kurang mampu dalam melaksanakan perannya.

Berdasarkan kajian kebijakan kesehatan dan implementasi yang dilaksanakan oleh pemerintah serta kajian teori yang relevan, dapat diidentifikasi penyebab tingginya kematian ibu di Desa Pataruman, Kecamatan Cihampelas, Kabupaten Bandung Barat adalah: kurangnya pemahaman masyarakat tentang pengaruh gender terhadap kesehatan, terutama tentang kesehatan ibu dan anak serta kurangnya kompetensi kader kesehatan dalam melaksanakan perannya. Walaupun kader kesehatan sering mendapatkan pelatihan kesehatan.

Setelah dikonfirmasi terhadap tenaga kesehatan sebagai pengelola dan narasumber pelatihan, ternyata pelatihan yang dilakukan selalu berkaitan dengan ketersediaan proyek, bukan berdasarkan kepentingan yang dibutuhkan masyarakat, demikian juga dengan kurikulum pelatihan, dirancang oleh pemerintah pusat dan diseragamkan untuk seluruh daerah, bukan berdasarkan fenomena yang timbul kemudian disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi daerah masing-masing. Metode yang digunakan selama proses pelatihan adalah ceramah tanya jawab, evaluasi hanya dilakukan pada akhir pelatihan, dengan tanya jawab tentang materi yang telah disampaikan pada beberapa peserta pelatihan, dan pembinaan pasca pelatihan dilakukan bila timbul masalah.


(14)

Kondisi pelatihan seperti di atas menyebabkan tidak tercapaikan kompetensi kader setelah mengikuti pelatihan. Masalah ini sangat berkaitan dengan pendekatan model dan metode pembelajaran yang digunakan, baik dalam perencanaan pelatihan, selama proses pelatihan maupun evaluasi program. Berdasarkan kajian teoritis, metode pembelajaran partisipatif efektif untuk meningkatkan kompetensi peserta pelatihan. Menurut Kamil: Suatu model pelatihan yang efektif bila dilandasi kurikulum, pendekatan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan belajar sasaran didik dan permasalahan-permasalahan yang terjadi, kegiatan belajar dalam pelatihan dibangun atas dasar partisipasi aktif dari peserta dalam semua aspek kegiatan. Sedangkan menurut Sudjana. (2001) iklim yang kondusif untuk belajar melalui pembinaan hubungan yang baik dan saling belajar, sangat dibutuhkan dalam Pembelajaran Partisipatif.

Agar pelatihan efektif untuk meningkatkan kompetensi kader setelah mengikuti pelatihan, penulis menggunakan model pelatihan partisipatif sesuai dengan kebutuhan belajar kader kesehatan yang mengikuti pelatihan.

Kompetensi kader yang diharapkan setelah mengikuti pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak antara lain adalah: dapat mendampingi ibu hamil; meyakinkan ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya ke petugas kesehatan; mampu menyampaikan pesan gender kepada ibu hamil untuk mendukung kesehatan ibu dan janin; memahami tanda bahaya ibu hamil; merujuk ibu hamil bila diperlukan; meyakinkan ibu melahirkan di tenaga kesehatan; mampu mengetahui tanda bahaya ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas; meyakinkan ibu untuk memberikan ASI kepada bayinya; mampu mengajari ibu cara memerah ASI dan menyajikannya; mampu merawat tali pusat bayi dan memandikan bayi baru lahir; mampu meyakinkan ibu agar bayinya diimunisasi dan ditimbang; mampu mengadvokasi ibu nifas maupun suaminya menggunakan salah satu metode KB;


(15)

merekap dan melaporkan kondisi seluruh ibu hamil sampai nifas di wilayah binaannya ke Bidan Desa/puskesmas setempat setiap akhir bulan.

Kurikulum yang diperlukan adalah: Pengaruh gender terhadap kesehatan ibu dan anak; Kesehatan ibu hamil; bersalin dan nifas; kesehatan anak; Keluarga Berencana; ilmu sosial budaya dan ilmu komunikasi.

Mangkunegara (2009:52) memandang setiap pelatihan memerlukan tahapan-tahapan, sebagaimana dikemukakan bahwa :

Tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan meliputi : (1) mengidentifikasi kebutuhan pelatihan/ need assesment; (2) menetapkan tujuan dan sasaran pelatihan; (3) menetapkan kriteria keberhasilan dengan alat ukurnya; (4) menetapkan metode pelatihan; (5) mengadakan percobaan (try out) dan revisi; serta (6) mengimplementasikan dan mengevaluasi.

Agar pelatihan sesuai dengan tujuan yang direncanakan, perlu mengikuti tahapan-tahapan dalam pelatihan dan pengembangan berdasarkan konsep pembelajaran partisipatif, melalui agen-agen pembaharuan yang handal dengan melibatkan pranata-pranata sosial yang ada di masyarakat, untuk mendapatkan dukungan masyarakat dalam pelaksanaan inovasi tersebut, guna perbaikan masalah sosial yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak.

Tujuan dilakukan suatu pelatihan menurut Hadari, (2005) untuk memperbaiki kemampuan peserta dalam melaksanakan pekerjaan secara individual, kelompok dan berdasarkan jenjang jabatan dalam organisasi atau perusahaan.

Berdasarkan pernyatakan di atas, penulis berpendapat jika pengelolaan pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak dilaksanakan sesuai tahapan-tahapan pelatihan dan menggunakan model yang efektif, akan meningkatkan kompetensi dalam mendampingi ibu hamil sampai nifas, sehingga akan meningkatkan kesehatan ibu dan anak di desa tersebut.

Dalam menghadapi masalah ini, diperlukan kontribuasi Pendidikan Non Formal (PNF), karena masalah kesehatan perempuan dimulai sejak konsepsi


(16)

sampai usia lanjut. PNF dipandang oleh sebagian pakar pendidikan lebih mampu mengembangkan konsep pendidikan sepanjang hayat, untuk mengkondisikan tumbuhnya kesadaran, minat dan semangat masyarakat, yang menjadi kekuatan utama dalam mengatasi dan memecahkan masalah sosial-ekonomi dan kesehatan yang dihadapi melalui pelatihan. Sudjana (2001:217-218), mengemukakan bahwa: Proses belajar dalam lingkup pendidikan sepanjang hayat melalui PNF sangat fleksibel dan cocok untuk berbagai lapisan masyarakat, dan dapat ditempuh melalui berbagai cara antara lain: dengan menyaksikan atau mengamati orang lain melakukan kegiatan yang diinginkan; membantu orang lain membuat barang atau usaha; ikut serta dengan orang lain yang melakukan usaha; atau mengerjakan sendiri pekerjaan/ kegiatan tertentu. Melalui salah satu atau beberapa langkah tersebut, peserta didik dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, sikap dan aspirasinya untuk mencapai kepuasan dalam meningkatkan diri ke arah yang lebih baik.

Menyimak kondisi empiris kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman, Kader Kesehatan Desa Pataruman menyadari akan kebutuhan kesehatan dan mempunyai wawasan ke depan bagi dirinya maupun masyarakatnya serta manfaat ekonomi untuk mengurangi biaya pengobatan yang mahal dan berisiko, perlu adanya dukungan dan pendekatan/advokasi dari pihak yang berpengaruh pada tokoh masyarakat, pengambil kebijakan di lintas sektor maupun lintas program sebagai pendukung terlaksananya pendidikan sepanjang hayat, selain itu diperlukan masyarakat yang mempunyai komitmen tinggi untuk dijadikan kader kesehatan di wilayahnya. Kader kesehatan yang dipilih dari dan oleh masyarakat lebih diterima oleh masyarakat, untuk menghasilkan output sesuai dengan tujuan dan mempunyai pengaruh/dampak yang positif.

Kader kesehatan yang direkrut perlu diberikan treatment pelatihan berbasis gender, agar mampu meningkatkan kompetensi kader dalam memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang dampak pembedaan peran gender terhadap kesehatan ibu dan anak.


(17)

Dalam perencanaan pelatihan tersebut, perlu didukung oleh berbagai komponen antara lain: instrumental input; termasuk sumber daya manusia (kompetensi yang akan dicapai dan pengalaman dari peserta didik), hardware (sarana, alat dan media pembelajaran dan latihan), software (kurikulum dan metode praktek); raw input (bakat dan minat serta motivasi), proses pembelajaran; (perencanaan dan interaksi pembelajaran), environmental input; (sumber daya alam dan lingkungan), other input; (pendampingan, dukungan dan kemitraan), output; (kompetensi kader meningkat), outcome; (kompeten dalam pembinaan ibu hamil sampai masa nifas).

Komponen-komponen dari model pelatihan tersebut hendaknya dirancang oleh, bersama dan untuk peserta didik dengan bantuan sumber belajar/tutor, serta memperhatikan kebutuhan dan aspirasi peserta didik. Demikian juga dalam proses belajar, harus disesuaikan dengan prinsip-prinsip pembelajaran partisipatif. Kader di Desa Pataruman semuanya adalah orang dewasa, yang telah memiliki pengalaman dalam merawat kesehatan dirinya maupun anaknya, serta telah mendapatkan pengetahuan ketika mengikuti pelatihan, maupun mendapatkan pengalaman selama menjadi kader kesehatan, jika proses pelatihan dilakukan dengan model Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning), yang melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran, diharapkan dapat meningkatkan efektifitas untuk mendapatkan output sesuai dengan yang direncanakan.

Agar tidak terjadi benturan kebudayaan yang dapat menghambat masuknya budaya baru, diperlukan adanya strategi untuk memahami tentang aspek sosial budaya tersebut, diperlukan strategi dan langkah-langkah untuk menyadarkan kaum perempuan akan pentingnya pemahaman gender yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak melalui pembinaan kader kesehatan yang kompeten. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Pengembangan Model Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender Dalam


(18)

Meningkatkan Kompetensi Kader Tentang Kesehatan Ibu dan Anak. Agar kader kesehatan mampu/kompeten melakukan pembinaan dan pendampingan kepada ibu hamil, bersalin sampai masa nifas yang terdapat di masing-masing RW di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah 1. Identifikasi Masalah

Masalah-masalah yang muncul dari kegiatan pelatihan partisipatif berbasis gender untuk meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak dapat diidentifikasi sebagai berikut:

Dilandasi kurikulum, adanya pendekatan dan strategi yang sesuai dengan kebutuhan belajar sasaran didik serta strategi untuk mengatasi permasalahaan-permasalahan yang terjadi selama proses pelatihan

Instrumental input; termasuk sumber daya manusia (kompetensi yang akan dicapai dan pengalaman dari peserta didik), hardware (sarana, alat dan media pembelajaran dan latihan), software (kurikulum dan metode praktek); raw input (bakat dan minat serta motivasi), proses pembelajaran; (perencanaan dan interaksi pembelajaran), environmental input; (sumber daya alam dan lingkungan), other input; (pendampingan, dukungan dan kemitraan), output; (kompetensi kader meningkat), outcome; (kompeten dalam pembinaan ibu hamil sampai masa nifas). a. Kompetensi yang diharapkan tidak sesuai dengan kebutuhan maupun

pengalaman peserta pelatihan.

b. Media dan alat pembelajaran selama proses pelatihan sulit didapatkan

c. Kurikulum pembelajaran yang disusun tidak integratif antara materi pelatihan dan keterampilan yang diharapkan.

d. Tutor maupun peserta pelatihan tidak mempunyai bakat dan motivasi dalam mengikuti pelatihan.

e. Sumber daya alam dan lingkungan pelatihan tidak kondusif. e. Tidak ada dukungan, pembinaan dan kemitraan setelah pelatihan.


(19)

f. Output pelatihan tidak sesuai kompetensi yang diharapkan.

g. Kader tidak kompeten dalam pembinaan ibu hamil sampai masa nifas. 2. Perumusan Masalah

Dari tujuh permasalahan yang telah diidentifikasi, dijadikan fokus penelitian, dengan rumusan masalah sebagai berikut:

a. Bagaimana kondisi empirik tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat?

b. Bagaimana kondisi empirik upaya kader untuk meningkatkan kompetensi tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat?

c. Bagaimana kondisi empirik pemahaman kader tentang gender yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat?

d. Bagaimana pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat?

e. Bagaimana mengimplementasikan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat? f. Bagaimana efektivitas model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam

meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat?

C.Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model konseptual pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak. Mengacu pada tujuan umum, maka tujuan khusus studi ini secara terperinci adalah:


(20)

di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat.

2. Untuk memperoleh informasi tentang kondisi empirik upaya kader dalam meningkatkan kompetensi tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat.

3. Untuk memperoleh informasi kondisi empirik pemahaman kader tentang gender yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat.

4. Untuk mengetahui cara pengembangan model konseptual pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat.

5. Untuk mengimplementasikan model konseptual pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. 6. Untuk menguji efektivitas model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam

meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat.

Dari tujuan yang ditetapkan, pada akhirnya dapat menemukan sebuah model pelatihan berbasis gender untuk meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak, yang difokuskan pada model pelatihan partisipatif dalam Program Pendidikan Non Formal(PNF).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini dapat ditinjau dari dua aspek yaitu: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengembangan keilmuan pendidikan non formal khususnya dalam:

a. Pengelolaan program pelatihan dan pengembangan sistem pembelajaran berdasarkan riset, penyediaan tutor yang kompeten dengan metode


(21)

pembelajaran partisipatif, sebagai satuan dalam pendidikan non formal, untuk meningkatkan mutu layanan masyarakat tanpa diskriminasi dari segala usia, letak geografis, budaya, ras, gender dan etnis, sehingga terjangkau layanan pendidikan secara berkelanjutan dan berkesetaraan, bermutu, relevan dengan kebutuhan masyarakat di daerah masing-masing. b. Masalah gender sangat berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak, karena adanya pengaruh budaya patriarki terhadap birokrasi publik, sehingga belum sepenuhnya sensitif gender, dengan berbagai strategi PNF, diharapkan pendidikan berbasis gender dapat terinternalisasi dalam menyusun strategi pengintegrasian gender melalui perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi atas kebijakan, program dan kegiatan pembangunan dalam setiap program pelatihan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian diharapkan memberikan kegunaan sebagai berikut: a. Sebagai masukan untuk mencari alternatif lain bagi pengambil kebijakan,

dalam mengembangkan program pelatihan partisipatif, khususnya dalam bidang kesehatan ibu dan anak.

b. Program pelatihan berbasis gender untuk meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak, yang dikembangkan dalam program pendidikan non formal, untuk menjangkau kelompok masyarakat yang kurang terlayani di daerah terpencil, dan meningkatkan keadilan bagi kaum perempuan, tentang hak yang menyangkut kesehatan dirinya serta layanan pemberdayaan untuk hidup sehat secara mandiri.

c. Pelatihan partisipatif berbasis gender sebagai alternatif model bagi lembaga-lembaga yang terkait, pengelola program pelatihan dalam meningkatkan kompetensi kader kesehatan. Selain itu diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai pedoman dan rambu-rambu, dalam


(22)

penyusunan program pelatihan berbasis gender untuk meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak.

E.Struktur Organisasi Disertasi

Sistematika penulisan disertasi yang berjudul Pengembangan Model Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender dalam Meningkatkatkan Kompetensi Kader Tentang Kesehatan Ibu dan Anak terdiri dari :

BAB I, Pendahuluan yang membahas tentang latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, struktur organisasi disertasi.

BAB II, Kajian Pustaka dan Kerangka Pemikiran yang berhubungan dengan masalah penelitian diantaranya: 1) Pendidikan Non Formal 2) Hakikat Program Pelatihan; 3) Hakikat Gender dalam Kesehatan ibu dan anak; 4)Konsep Kader Kesehatan Desa; 5)Kerangka Pemikiran.

BAB III, Metodologi Penelitian, membahas beberapa komponen diantaranya: lokasi dan subjek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV, Pembahasan hasil penelitian yang bertujuan untuk: (1) Mendeskripsikan kondisi empirik tentang kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat; (2) Mendeskripsikan kondisi empirik pelatihan kesehatan dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak; (3) Mendeskripsikan kondisi empirik pemahaman kader tentang gender yang berpengaruh terhadap kesehatan ibu dan anak di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat; (4) Mendeskripsikan model konseptual pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak; (5) Mendeskripsikan penerapan model pelatihan partisipatif


(23)

berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak; (6) Menguji efektivitas model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak.

BAB V, Kesimpulan dan Saran, membahas kesimpulan dari hasil penelitian dan beberapa saran yang diberikan berdasarkan hasil penelitian.


(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subyek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat, sasaran dari penelitian ini adalah kader kesehatan di lingkungan Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat.

Ada beberapa pertimbangan yang melatar belakangi dipilihnya Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas dengan objek penelitian Kader Kesehatan, antara lain: Pertama; kegiatan pelatihan bagi kader kesehatan sering dilaksanakan, tetapi belum memiliki dampak yang signifikan dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak, kedua; Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas memiliki 10 RW dengan 3839 Kepala Keluarga, di RW 02 dan RW 10 masih banyak ibu bersalin yang ditolong oleh dukun paraji, padahal ada Program Jaminan Persalinan gratis bila ditolong oleh tenaga kesehatan dan masih terdapat kasus komplikasi persalinan yang terlambat mendapatkan pertolongan akibat terlambat merujuk. Ketiga; Masyarakat di Desa Pataruman belum memahami pengaruh peran gender terhadap kesehatan ibu dan anak, ibu hamil dan bersalin dianggap sebagai kodrat yang tidak memerlukan perawatan khusus, sehingga bila terdapat komplikasi kehamilan maupun persalinan, berisiko terjadinya kematian ibu maupun anak akibat terlambatnya mendeteksi dini dan terlambat mendapatkan pertolongan. Keempat; Model pelatihan yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat diterapkan pada kegiatan pelatihan yang akan datang, sekaligus sebagai input bagi para kader kesehatan dan stakeholder lainnya untuk meningkatkan kompetensi kader kesehatan; Kelima; Kader kesehatan di Desa Pataruman berpotensi tinggi dalam melaksanakan tugas, tetapi belum memiliki kapasitas khususnya dalam


(25)

memfasilitasi kebutuhan kesehatan ibu dan anak, maka itu diperlukan adanya kader kesehatan yang kompeten dan memiliki strategis berperan sebagai fasilitator yang handal untuk mendampingi ibu hamil, agar dapat melalui kehamilan, persalinan dan nifas dengan lancar dan selamat;

2. Sampel atau Subyek Penelitian

Kegiatan eksplorasi lebih difokuskan kepada para kader kesehatan di Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat. Melakukan identifikasi terhadap para kader kesehatan agar dapat diketahui secara pasti karakteristik peserta pelatihan yang akan dijadikan sasaran pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

Subjek penelitian ini adalah kader posyandu yang dianggap berdedikasi dalam melaksanakan tugas posyandu. Masing-masing RW dipilih 3 (tiga) orang kader yang aktif dan berkomitmen untuk mengikuti pelatihan sampai selesai.

Subyek penelitian dan pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive, yaitu mengambil 30 orang kader posyandu yang aktif dalam melaksanakan program tentang kesehatan ibu dan anak, dengan pertimbangan sebagai berikut: a) pengalaman menjadi kader kesehatan minimal 2 (dua) tahun, b) sudah pernah mengikuti pelatihan yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak, c) dapat berbahasa Indonesia dengan baik dan merupakan warga desa setempat, d) bersedia mengikuti pelatihan (full time) dan mau menerapkan hasil pelatihan kepada ibu hamil maupun keluarga yang dibinanya, e) menularkan hasil pelatihan kepada orang lain terutama bagi kader kesehatan yang belum sempat mengikuti pelatihan ini.

Subyek penelitian merupakan orang/sumber/informan yang dapat memberikan data/informasi kepada peneliti di lokasi penelitian. Penentuan subyek penelitian dalam penelitian kualitatif dilakukan secara purposive yang


(26)

dilakukan secara terus menerus dan sifatnya tergantung pada tujuan penelitian setiap saat.

Dalam kaitannya dengan penentuan sumber data, Sugiyono (2009: 216) menjelaskan bahwa :

Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan responden, tetapi sebagai narasumber, atau partisipan, informan, teman dan guru dalam penelitian. Sampel dalam penelitian kualitatif bukan dinamakan sampel statistik, tetapi sampel teoritis, karena tujuan penelitian kualitatif adalah untuk menghasilkan teori.

Berdasarkan pertimbangan jenis data yang dibutuhkan, maka sumber data pada penelitian ini sebagai berikut :

a. Kader kesehatan sebagai subyek penerapan model pelatihan berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak. b. Kepala Puskesmas dan bidan yang bertugas di Puskesmas Pataruman, yang

memiliki kewenangan dalam pengambilan keputusan untuk meningkan kompetensi kader kesehatan berbasis gender di tingkat desa dan kecamatan. c. Penyelenggara program yang memiliki komitmen dan kepedulian dalam

mengembangkan program pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak.

B. Pendekatan dan Metode Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian dan pengembangan/ research and development (R&D) untuk menyelidiki kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak, dengan mengkombinasikan atau menghubungkan bentuk penelitian kualitatif dan bentuk penelitian kuantitatif. Seperti yang dipaparkan oleh Sugiyono (2009: 297) yang menyatakan bahwa “R & D adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut” Produk pendidikan berupa tujuan belajar, metode, cara, prosedur, kurikulum, evaluasi, baik perangkat keras maupun lunak, tujuan akhir dari R & D pendidikan adalah lahirnya produk baru untuk meningkatkan kompetensi kader


(27)

tentang kesehatan ibu dan anak. Dengan demikian proses pembelajaran menjadi lebih efektif dan efisien, serta sesuai dengan tuntutan kebutuhan.

Tujuan utama dalam penelitian ini adalah untuk menemukan atau membuat model pelatihan baru guna mengadakan perbaikan terhadap model pelatihan yang sudah ada. Hal ini dimaksudkan untuk dapat menghasilkan model pelatihan baru dengan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan, dan untuk menguji keefektifan produk tersebut agar dapat berfungsi di kalangan pendidikan luar sekolah khususnya program pelatihan bagi kader kesehatan, maka diperlukan penelitian untuk menguji keefektifan produk tersebut. Penelitian ini dilakukan melalui quasi eksperimen.

1. Penelitian Kualitatif

Penelitian kualitatif dalam penelitian ini ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan antara lain: kader, ibu hamil, Dokter Puskesmas, Bidan Desa, Pengelola Pelatihan, Fasilitator. Sesuai dengan pernyataan Sugiono, (2005) pada penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen kunci.

2. Penelitian Kuantitatif

Penelitian kuantitatif untuk melihat perbedaan pengaruh pelatihan partisipatif berbasis gender terhadap peningkatan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak, dan menguji efektivitas pengembangan model pelatihan partisipatif dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak.

Pendekatan kuantitatif digunakan dalam proses uji coba model pelatihan partisipasif berbasis gender yang sudah dikembangkan. Pengujian menggunakan desain eksperimen dilakukan untuk menguji efektifitas model, agar diperoleh model pelatihan partisipatif berbasis gender yang dapat meningkatkan kompetensi kader kesehatan dalam mendukung peningkatan kesehatan ibu dan anak. Menurut Sugiyono (2008: 72) bahwa penelitian eksperimen merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang dikendalikan. Dijelaskan pula bahwa penelitian eksperimen


(28)

merupakan bagian dari metode penelitian kuantitatif yang mempunyai ciri khas tersendiri.

Desain eksperimen yang digunakan dalam penelitian ini adalah quasi

experiment dengan Desain The One-Group Pre-test-Post-test Design

(Campbell, dalam Sugiyono, 2008: 73) seperti gambar berikut:

Pre-test Perlakuan Post-test

O1 X O2

Sumber: Sugiyono (2008)

Gambar 3.1. The One-Group Pre-test - Pos-test Design Keterangan:

O1 : Observasi perilaku kader kesehatan sebelum penerapan model O2 : Observasi perilaku kader kesehatan setelah penerapan model X : Perlakuan yang diberikan

C. Prosedur Penelitian

Sugiyono (2009: 298) menyatakan bahwa langkah-langkah penelitian dan pengembangan secara umum mencakup sepuluh (10) langkah, diantaranya:

1) Analisis potensi dan masalah, yang meliputi kegiatan mengkaji dan mengumpulkan informasi termasuk mengobservasi, membaca literatur dan menyiapkan laporan tentang kebutuhan pengembangan, 2) Pengumpulan data untuk planning, meliputi kegiatan merencanakan prototype komponen yang akan dikembangkan, 3) Desain Produk awal, 4) Validasi desain, dengan menggunakan treatment/uji coba terbatas terhadap produk awal, 5) Revisi desain dengan melakukan revisi hasil treatment dari produk awal, 6) Penerapan uji coba produk, 7) Revisi produk berdasarkan uji coba lapangan, 8) Ujicoba pemakaian, 9) Revisi produk, dengan melakukan revisi akhir dan menetapkan produk akhir, 10) uji model dan implementasi (produksi masal).

Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian dan pengembangan model, dapat dilihat pada alur pikir secara sistematis pada gambar berikut:

Kajian Teoritik

Modal Teoritik


(29)

Gambar 3.2

Alur Pikir Pengembangan Model Pelatihan Partisipatif Berbais Gender dalam Meningkatkan Kompetensi Kader

Dari gambar tersebut tampak alur pemikiran secara sistematis dalam pengembangan model yang harus dilalui dalam penelitian ini untuk mendapatkan model akhir untuk dapat diimplementasikan.

Sugiyono (2009: 24) menyatakan bahwa penelitian kualitatif itu digunakan bila:

a) masalah penelitian belum jelas, masih remang-remang atau mungkin malah masih gelap, b) untuk memahami makna di balik data yang tampak, c) untuk memahami interaksi sosial, d) untuk memahami perasaan orang, e) untuk mengembangkan teori, f) untuk memastikan kebenaran data, g) meneliti sejarah perkembangan.

Penelitian ini membutuhkan analisis pendapat dari para pakar yang terkait dengan validasi dari masing-masing ahli/pakar, yaitu: 1) Pakar/ahli PLS , 2) Praktisi dan pakar Kebidanan. Dalam Penentuan pakar/ahli tersebut berdasarkan pertimbangan: (1) Praktisi dan pakar Kebidanan dari Program Diploma Kebidanan Universitas Padjadjaran serta bidan Puskesmas Pataruman yang mengetahui tradisi masyarakat setempat (2) Dosen Universitas Pendidikan Indonesia pada Program Studi Pendidikan Luar Sekolah, (3) Mempunyai latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang keilmuan PLS. Selain itu, analisis dilakukan

Analisis Potensi dan Masalah Kajian Informasi Pengumpul an Data Untuk Pengemban gan Modal Desain Produk Awal Penetapan Fokus Kajian Validasi Modal Uji Coba Terbatas Mentoring Revisi Modal Penetapan Modal Implementasi Modal Uji Coba


(30)

oleh kolega di Program Studi Pendidikan Luar Sekolah UPI untuk memperoleh masukan terkait dengan pengembangan model yang telah disusun. Analisis kualitatif ini digunakan untuk menganalisis data uji coba lapangan, baik pada uji coba tahap satu maupun pada uji coba tahap kedua.

D.Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dalam menafsirkan permasalahan penelitian, maka perlu dijelaskan definisi operasional terhadap istilah-istilah yang berkaitan dengan variabel penelitian :

1. Pengembangan Model Pelatihan Partisipatif Berbasis Gender dalam Meningkatkan Kompetensi Kader tentang Kesehatan Ibu dan Anak

a. Pengembangan Model Pelatihan Partisipatif

Pengembangan model pelatihan partisipatif adalah model pelatihan sejenis yang sudah ada dianalisis, dikembangkan, diujicoba, direvisi dan diimplementasikan untuk mendapatkan output yang berpengaruh sesuai dengan tujuan pelatihan. Meliputi identifikasi kebutuhan pelatihan, pendekatan pelatihan dan penerapan strategi pembelajaran yang menekankan pada kesetaraan antara fasilitator dan peserta dalam berbagai aspek sejak perencanaan sampai evaluasi. Untuk mengukur efektivitas pelatihan dilakukan tes tentang pemahaman dan perubahan perilaku kader sebelum dan sesudah pelatihan, sehingga dapat diketahui output dari penerapan model pelatihan partisipatif berbasis gender. b. Berbasis Gender

Menumbuhkan kepekaan kader tentang keadilan gender serta isu-isu keadilan sosial, khususnya isu-isu tentang kesehatan ibu dan anak, meningkatkan kemampuan kader dalam komunikasi terkait dengan pembinaan ibu hamil, ibu bersalin dan ibu nifas, dapat melakukan advokasi sebagai strategi untuk terciptanya keluarga yang berkeadilan gender dalam meningkatkan KIA. adanya pemahaman tentang pentingnya kerjasama dan saling menghormati dalam


(31)

menghadapi masalah, agar perempuan mempunyai kesempatan dalam mengambil keputusan yang menyangkut keselamatan dirinya maupun anaknya.

Berbasis gender dalam pelatihan ini didasari atas pemahaman para kader atau peserta pelatihan mengenai keadilan gender atau kesetaraan perempuan dalam perlakuan sosialnya yang akan mendasari penerapan materi atau bahan pembelajaran dalam proses pelatihan.

c. Meningkatkan Kompetensi Kader

Adanya peningkatan pengetahuan kader dalam pemahaman gender dan meningkatnya kompetensi tentang kesehatan ibu dan anak sebelum dan setelah dilakukan penelitian, penguasaan kompetensi kader yang dimaksud tercermin dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilannya yang berkaitan dengan kesehatan ibu dan anak. Kompetensi kader ini meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotor tentang kesehatan ibu dan anak, dimana setelah mengikuti pelatihan diharapkan adanya peningkatan kompetensi para kader kesehatan.

d. Kesehatan ibu dan anak

Ibu dan bayinya sehat dan selamat menggunakan fasilitas kesehatan untuk memeriksakan kehamilan, minimal 1 kali pada trimester pertama, 1 kali pada trimester ke dua, dan 2 kali pada trimester ke tiga setelah didampingi kader berbasis gender; persalinan ditolong tenaga profesional; melalui masa nifas yang sehat; anak mendapatkan imunisasi dan ASI; ibu/suami menjadi akseptor KB serta ibu memiliki keterampilan merawat tali pusat bayi; memandikan bayi dan mempraktekkan teknik menyusui bayi yang benar.

E.Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data untuk studi awal dan pelaksanaan penelitian yang digunakan meliputi; 1) pengamatan partisipasi, 2) wawancara, 3) studi dokumentasi, 4) angket diberikan sebelum (pre-test) dan sesudah pengembangan model pelatihan berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak (post-test). Observasi partisipasi (partisipation


(32)

observation), dilakukan oleh pengamat dengan melibatkan dirinya dalam suatu kegiatan yang sedang dilakukan atau sedang dialami orang lain, sedangkan orang lain tidak mengetahui bahwa dia atau mereka sedang diobservasi.

1. Observasi

Kegiatan observasi dilakukan agar peserta pelatihan yang terkait dalam penelitian tidak merasa jika dirinya sedang diobservasi. Kegiatan ini dilaksanakan untuk mencermati berbagai fenomena dari mulai tahap studi orientasi suasana lingkungan penelitian, implementasi, sampai evaluasi akhir. Data kegiatan observasi peneliti peroleh melalui data Puskesmas dan Kader posyandu serta Pengawas Kader dari PKK Desa Pataruman Kecamatan Cihampelas Kabupaten Bandung Barat yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, serta membantu memahami sikap para kader kesehatan.

2. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap informan yang dianggap sebagai kunci dalam penelitian ini seperti: Bidan Puskesmas, Bidan Desa, Kader Posyandu, Pengawas Kader Kesehatan, nara sumber yang pernah memberikan pelatihan maupun yang akan memberikan pelatihan, pemerhati Pendidikan Luar Sekolah, dengan maksud untuk mendapatkan informasi sebagai data awal yang berkaitan dengan pelaksanaan pelatihan kader kesehatan yang selama ini telah dilaksanakan oleh penyelenggara pelatihan baik di tingkat kecamatan, kabupaten maupun tingkat provinsi. Data hasil wawancara ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh melalui kegiatan observasi.

Wawancara dilakukan terhadap penerapan model pelatihan berbasis gender dan dampaknya terhadap peningkatan kesehatan ibu dan anak. Wawancara ini juga


(33)

dilakukan kepada tutor/narasumber/pelatih pada saat kegiatan pelatihan, maupun setelah kegiatan pelatihan selesai.

3. Studi Dokumentasi

Kegiatan ini bertujuan untuk menyimpan/menjaring data atau dokumen tertulis yang berhubungan dengan penyelenggaraan pelatihan yang dilaksanakan. Data ini digunakan untuk melengkapi dalam upaya menemukan data yang valid. Data diperoleh melalui hasil penelaahan serta interpretasi terhadap dokumen, dan dapat dijadikan sumber data yang dapat dimanfaatkan untuk menguji.

Teknik studi dokumentasi digunakan untuk menghimpun data tertulis yang berhubungan dengan masalah karakteristik kader kesehatan, tingkat pendidikan, pengalaman kader kesehatan mengikuti pelatihan. Hal ini pula dilakukan dari tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelatihan kader kesehatan yang telah dilaksanakan. Data yang diperoleh dari studi dokumentasi dijadikan alat untuk mengecek kesesuaian data dengan kegiatan observasi dan wawancara. 4. Angket

Angket menjadi teknik utama dalam penelitian ini. Angket yang digunakan berupa angket terbuka, dimana responden diberikan kesempatan untuk menjawab pertanyaan dalam angket. Dalam penelitian ini, angket dipergunakan pada proses pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender, hal ini berkenaan dengan angket untuk uji coba lapangan skala kecil, dan angket untuk uji coba lapangan skala besar. Angket yang digunakan merupakan angket terbuka.

5. Tes (Evaluasi Awal dan Akhir Peserta Pelatihan)

Alat (instrument) evaluasi awal (pre-test) dan evaluasi Akhir (post-test) digunakan untuk mengukur perbedaan tingkat kemampuan peserta pelatihan pada saat sebelum memasuki program pelatihan dan setelah mengikuti program pelatihan. Perbedaan kemampuan ini penting agar dapat diketahui sejauh mana pengaruh pelatihan terhadap perubahan perilaku peserta pelatihan.


(34)

Alat evaluasi awal dan akhir kemampuan peserta pelatihan dapat berbetuk tes (esai, obyektif, performansi), lembar pendapat (Oppinionaire) dan lain-lain. Dalam penelitian ini menggunakan tes objektif (pre-test dan post-test), Evaluasi awal dilaksanakan pada saat sebelum mengikuti pelatihan dan evaluasi akhir diberikan pada saat setelah pelatihan berakhir. Pertanyaan yang dimuat dalam instrumen awal sama dengan yang diberikan pada akhir pelatihan, sehingga hasilnya dapat diukur menggunakan pengukuran yang ajeg dan dapat dipercaya. Tes digunakan untuk memperoleh data menyangkut pemahaman gender yang berhubungan dengan kesehatan ibu dan anak, serta kompetensi kader, kuesioner disebarkan kepada peserta pelatihan (kader kesehatan) untuk melihat dampaknya pembedaan peran gender terhadap kesehatan ibu dan anak setelah mengikuti pelatihan dan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak.

F. Langkah-LangkahPenelitian

1. Studi Pendahuluan, pada tahap ini kegiatan yang dilakukan yakni melakukan kajian empirik dan teoritis. Pada kajian empirik lebih difokuskan pada mengidentifikasi masalah di lapangan berkaitan dengan materi pelatihan yang akan dilaksanakan. Kajian teori difokuskan pada model-model pelatihan, analisis tentang produk awal yang akan dikembangkan.

2. Mengembangkan produk awal, kegiatan pada tahap ini adalah mengembangkan draf materi mulai dari persiapan kegiatan pelatihan, pelaksanaan kegiatan pelatihan, nara sumber, dan evaluasi bagi peserta pelatihan. Menyusun model konseptual pelatihan berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak.

3. Melaksanakan validasi ahli dan revisi, Pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan pengembangan instrumen uji coba produk model pelatihan kader kesehatan yang sudah dilaksanakan, dilanjutkan dengan validasi ahli yang terdiri dari Akademisi PLS, Pakar dari Program Studi Diploma Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran dan Tim Praktisi Puskesmas sekaligus


(35)

sebagai nara sumber. Hasil validasi digunakan untuk melakukan revisi produk awal model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kesehatan ibu dan anak. Selain itu dilakukan analisis terhadap data validasi dari para ahli.

4. Uji coba lapangan skala kecil dan revisi, pelaksanaan kegiatan ini diawali dengan pengembangan instrumen uji coba produk, yang dilanjutkan dengan uji kelompok kecil yang jumlahnya 20 orang. Data hasil uji coba lapangan skala kecil ini divalidasi guna merevisi produk yang akan disiapkan untuk uji coba skala besar.

5. Uji coba lapangan skala besar, kegiatan ini diawali dengan pengembangan instrumen uji coba produk yang dilanjutkan dengan uji coba lapangan skala yang lebih besar (30 orang)

6. Revisi produk akhir, adapun tujuan kegiatan pada langkah ini adalah memperoleh produk akhir model pelatihan berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak.

7. Model akhir, setelah dilakukan revisi dan validasi dengan pakar, maka model sudah dapat direkomendasikan.

Langkah-langkah dalam proses penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran research dan development yang terdiri dari: (a) meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang dikembangkan, (b) mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian, (c) uji lapangan dan (d) mengurangi defisiensi yang ditemukan dalam tahap uji coba lapangan.

Pada awal kegiatan penelitian, data yang diperoleh dari hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dianalisis dengan teknik induksi. Datanya berupa kata-kata, pernyataan, perilaku, dokumen-dokumen dan foto-foto, rekaman. Mengacu pada uraian di atas, maka dalam analisis data kualitatif, peneliti membagi menjadi beberapa tahap yaitu pekerjaan menulis, mengedit, mengklasifikasi data, mereduksi, interpretasi data atau memberi tafsiran.


(36)

Data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara kemudian direduksi, dirangkum, dipilih dan difokuskan pada variabel pengembangan selanjutnya, data disusun secara berurutan berdasarkan kepentingan, sehingga data tersebut dapat memberikan gambaran yang lengkap mengenai objek atau fokus kajian.

Aplikasi teknik analisis data dalam penelitian ini dikelompokkan atas tiga tahap, yaitu studi pendahuluan, pengembangan model dan kajian efektivitas. 1. Studi Pendahuluan

Pada tahap studi pendahuluan digunakan teknik analisis data kualitatif. Huberman dan Miles dalam Sugiyono (2007) mengatakan bahwa “analisis data dan pengumpulan data kualitatif memperlihatkan sifat interaktif, sebagai suatu sistem dan merupakan siklus”. Pengumpulan data ditempatkan sebagai bagian komponen yang merupakan bagian integral dari kegiatan analisis data sebagaimana gambar berikut:

Sumber: Sugiyono (2007)

Gambar 3.3 Komponen-komponen Analisis Data Model Interaktif

2. Pengembangan Model

Pada tahap pengembangan model dilakukan analisis deskriptif, berdasarkan hasil studi pendahuluan dan kajian teoritik meliputi menyusun model pelatihan berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan

Data collection

Data Display

Data Reduction

Conclusion Drawing Verification


(37)

anak. Model yang disusun ini kemudian divalidasi ahli, praktisi, dan akademisi PLS serta dikonsultasikan dengan promotor dan kopromotor.

3. Kajian Efektivitas

Pada tahap kajian efektivitas model ini menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :

            2 1 2 1 2 2 2 2 1 2 1 2 1 1 1 2 ) 1 ( ) ( n n n n s n s n n X X t

(Sumber: Sugiyono, 2011:138).

4. Pengecekan Keabsahan Data

Uji keabsahan data yang dilakukan peneliti yakni : a. Uji Kredibilitas

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah data yang terkumpul dapat dipercaya. Kegiatannya meliputi: 1) triangulasi, yakni mengecek kebenaran data yang diperoleh dari sumber lain pada waktu yang berbeda dengan metode pendekatan lain, 2) member check dengan mengkonfirmasikan data kepada responden yang diwawancarai, 3) mengadakan pengamatan terus menerus atau secara berulang-ulang pada objek/lokasi penelitian, 4) mendiskusikan data tersebut dengan orang lain yang mengetahui keadaan di lapangan penelitian.

b. Uji Transferabilitas

Kegiatan ini dimaksudkan untuk menguji keberlakuan hasil penelitian atau informasi yang diberikan dalam konteks yang lebih luas.

c. Uji Dependabilitas dan Konfirmabilitas

Untuk uji dependabilitas diadakan wawancara secara beruntun kepada responden yang berbeda dan waktu yang berbeda. Kemudian hasilnya dibandingkan dan dikonfirmasikan kepada orang lain. Kedua cara dilakukan secara bersamaan pada kegiatan audit trail. Maksud dengan audit trail adalah pemeriksaaan secara lengkap dan teliti seluruh proses penelitian yang dilalui. G.Pengolahan dan Analisis Data


(38)

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini mencakup analisis kualitatif, analisis kuantitatif dan analisis deskriptif. Kombinasi metoda analisis data diharapkan dapat memperoleh temuan yang lebih komprehensif dari penelitian pengembangan model ini.

1. Analisis kualitatif

Analisis ini digunakan untuk menganalisis data dari hasil observasi dan wawancara, baik yang dikumpulkan pada saat studi pendahuluan, selama berlangsung uji coba dan validasi empiris model, maupun sesudah validasi. Menurut Miles dan Huberman (Bunyamin Maftuh, 2004:201) langkah-langkah yang ditempuh untuk menganalisa data kualitatif pada tahap penelitian pendahuluan ini adalah: (1) mengkategorikan dan mengkodefikasi data, (2) mereduksi data, yakni (a) merangkum laporan lapangan, (b) mencatat semua data, (c) melakukan klasifikasi, (3) mendeskrispikan dan mengklasifikasi data dalam bentuk tabel dan grafik, (4) mendeskripsikan (drawing), memverifikasi (verifying) dan menyimpulkan (conclusion).

Untuk menjaga validitas, reliabilitas dan objektifitas temuan data kualitatif, dilakukan melalui pengujian validitas internal (credibility), validitas eksternal (transferability), reliabilitas (dependability) dan objektifitas (confirmability). Validitas internal dilakukan dalam bentuk kredibilitas (tarap kepercayaan). Menurut Lincoln dan Guba (1985:305), untuk mencapai taraf kredibilitas disarankan ditempuh tujuh cara : pertama, memperpanjang waktu tinggal di lokasi penelitian. Kedua, mengadakan pengamatan/wawancara lebih tekun. Ketiga, menguji secara triangulasi, yaitu: proses untuk mencek kebenaran data, dengan cara membandingkan data yang diperoleh dari sumber lain, pada berbagai fase penelitian lapangan, pada waktu yang berlainan menggunakan metoda yang berlainan.

Dalam penelitian ini hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua, dibandingkan dengan anggota kelompok kader posyandu dan dibandingkan juga


(39)

dengan informasi yang diperoleh dari kader kesehatan, serta dibandingkan dengan hasil observasi yang dilakukan penulis/peneliti selama di lapangan. Keempat, melakukan diskusi dengan teman sejawat. Dalam penelitian ini penulis cukup sering diskusi dengan teman-teman program S3 di Program Pascasarjana UPI. Kelima, melakukan analisis kasus negatif. Keenam, mengadakan pengecekan kecukupan referensi. Ketujuh, mengadakan pengecekan anggota.

Selanjutnya validitas eksternal dinyatakan dalam transferabilitas, dilakukan dengan maksud melihat sampai sejauh mana hasil penelitian dapat ditrasfer kepada subjek lain atau diaplikasikan dalam situasi lain. Dalam penelitian ini penulis berasumsi bahwa model peningkatan penyadaran kemungkinan dapat diterapkan dalam situasi lain dengan penyesuaian berdasarkan kondisi masing-masing tanpa mengabaikan prinsip-prinsip dasarnya.

Sedangkan reliabilitas penelitian ini dinyatakan dalam bentuk dependabilitas, berkaitan dengan sejauh mana kualitas proses dalam mengkonseptualisasikan penelitian, pengumpulan data, interpretasi temuan, dan pelaporan hasil, serta dilakukan audit trail. Menurut Lincoln & Guba (1985:319), trail diartikan jejak yang dapat dilacak ataupun diikuti, sedangkan audit diartikan pemeriksaan terhadap ketelitian yang dilakukan sehingga timbul keyakinan bahwa apa yang dilaporkan itu demikian adanya. Dalam penelitian ini penulis/peneliti yang melakukan “audit trail” dalam: membuat catatan lapangan (field notes) serta menyimpan dan meneliti dokumen dari data mentah yang diperoleh melalui wawancara dan observasi, melakukan kategorisasi informasi dan menggambarkannya sebagai hasil analisis data, manafsirkan dan menyimpulkan, serta melaporkan proses pengumpulan data yang dilakukan.

Kemudian objektivitas penelitian dilakukan dalam bentuk comfirmabilitas, yaitu untuk menjamin kepastian data, dilakukan dengan pengecekan kembali hasil temuan sementara dengan data yang baru diperoleh yang terangkum dalam catatan observasi, wawancara dan tes.


(40)

2. Analisis Perbedaan

Efektifitas model yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah untuk menentukan sejauh mana Model Pelatihan Berbasis Gender Dalam Meningkatkan Kompetensi Kader Tentang Kesehatan Ibu dan Anak.

Pengujian efektifitas model yang dikembangkan dalam penelitian ini dengan quasi-experimental. Persyaratan digunakan quasi experiment adalah: (1) tanpa digunakan kelompok kontrol, walaupun menggunakan desain experimen, (2) mengkaji hubungan antar variabel, (3) membandingkan hasil dua kelompok (Safuri, 2003:88) Desain yang digunakan untuk menguji efektifitas model adalah dengan menggunakan desain penelitian “The One-Group Pretest-Posttest Design”, tanpa kelompok pembanding. Desain uji lapangan ini dilukiskan oleh Campbell dalam Sugiyono (2008: 73) sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2008) Gambar 3.4 Desain Uji Coba

Berdasarkan uraian di atas, analisis perbedaan dilakukan terhadap data pre-test dan post-test proses pelatihan. Jika terjadi perbedaan yang signifikan antara hasil pre-test dan post-tes, maka perbedaan yang terjadi sebagai dampak atau pengaruh dari implementasi model pelatihan pembentukan sikap yang diujicobakan.

Data yang dianalisis dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif. Analisis data kualitatif dilakukan melalui wawancara mendalam, diskusi dan refleksi pengalaman belajar, sedangkan data yang sifatnya kuantitatif dianalisis dari data instrumen. Penentuan signifikansi atas analisis data instrumen dilakukan dengan menggunakan analisis perbedaan terhadap data yang diolah menggunakan teknik statistik parametrik dan nonparametrik.

T1 X T2


(41)

Selanjutnya prosedur pengolahan data untuk analisis perbedaan dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut :

a. Analisis Validitas Instrumen Penelitian

Menurut Sugiyono (2001:96) bahwa perlu dibedakan antara hasil penelitian yang valid dan reliabel dengan instrumen penelitian yang valid dan reliabel. Hasil penelitian yang valid bila terdapat kesamaan antara data yang terkumpul dengan data yang sesungguhnya terjadi pada objek yang diteliti.

Untuk mengetahui tingkat validitas instrumen yang telah diujicobakan, maka digunakan teknik validitas item. Penggunaan teknik ini berdasarkan atas pertimbangan bahwa terdapat kesesuaian antara bagian-bagian instrumen secara keseluruhan. Dengan kata lain, bagian-bagian instrumen mendukung misi instrumen keseluruhan yang mengungkap data dari variabel yang dimaksud. Untuk menguji tingkat validitas sebuah instrumen penelitian digunakan Korelasi Product Moment dengan rumus Pearson sebagai berikut:

  

 

2 2

2

 

2

Y Y N X X N Y X XY N rXY            Keterangan:

rXY = Koefmisien korelasi.

Σ X = Jumlah skor dari tiap item dan seluruh responden Σ Y = Jumlah skor total seluruh item dan seluruh responden N = Banyaknya sampel

(Sumber: Sugiyono, 2001:148)

Uji validitas dilakukan untuk mengetahui tingkat kevalidan suatu instrumen. Suatu instrumen yang baik mempunyai validitas yang tinggi, sebaliknya instrumen yang kurang baik memiliki validitas yang rendah.

Uji validitas dikenakan pada setiap item pertanyaan. Hasil koefisien korelasi tersebut kemudian dikonsultasikan ke dalam tabel harga kritik r Product Moment dengan taraf signifikasi α = 0,5 atau pada taraf kepercayaan 95 %.


(42)

Hasil Perhitungan Validitas Instrumen Penelitian

No. Item Hasil Uji Taraf Signifikansi Keterangan r. hitung 95 % r tabel = 0.361

1. 0.730 0.361 r hitung > r tabel Valid 2. 0.482 0.361 r hitung > r tabel Valid 3. 0.492 0.361 r hitung > r tabel Valid 4. 0.619 0.361 r hitung > r tabel Valid 5. 0.685 0.361 r hitung > r tabel Valid 6. 0.615 0.361 r hitung > r tabel Valid 7. 0.706 0.361 r hitung > r tabel Valid 8. 0.532 0.361 r hitung > r tabel Valid 9. 0.724 0.361 r hitung > r tabel Valid 10. 0.600 0.361 r hitung > r tabel Valid 11. 0.627 0.361 r hitung > r tabel Valid 12. 0.566 0.361 r hitung > r tabel Valid 13. 0.606 0.361 r hitung > r tabel Valid 14. 0.687 0.361 r hitung > r tabel Valid 15. 0.542 0.361 r hitung > r tabel Valid 16. 0.576 0.361 r hitung > r tabel Valid 17. 0.545 0.361 r hitung > r tabel Valid 18. 0.523 0.361 r hitung > r tabel Valid 19. 0.729 0.361 r hitung > r tabel Valid 20. 0.665 0.361 r hitung > r tabel Valid 21. 0.602 0.361 r hitung > r tabel Valid 22. 0.625 0.361 r hitung > r tabel Valid 23. 0.572 0.361 r hitung > r tabel Valid 24. 0.749 0.361 r hitung > r tabel Valid 25. 0.572 0.361 r hitung > r tabel Valid 26. 0.548 0.361 r hitung > r tabel Valid 27. 0.547 0.361 r hitung > r tabel Valid 28. 0.697 0.361 r hitung > r tabel Valid 29. 0.660 0.361 r hitung > r tabel Valid 30. 0.545 0.361 r hitung > r tabel Valid

Sumber: Peneliti 2012

Dari Hasil perhitungan di atas dapat terlihat bahwa semua item variabel yang ada dalam instrument pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak adalah valid. Hal tersebut terbukti dari hasil perhitungan r hitung > r tabel.

b. Analisis Reliabilitas Instrumen

Pengujian reliabilitas instrumen ini untuk mengukur tingkat kemantapan instrumen yang telah diujicobakan. Instrumen yang reliabel akan sama hasilnya apabila dilakukan tes pada kelompok yang sama walaupun dalam waktu yang berbeda.


(43)

Pada pengukuran gejala sosial selalu diperhitungkan kesalahan pengukuran (Measurement Error) makin kecil kesalahan pengukuran, makin reliabel alat pengukur dan sebaliknya. Untuk menguji reliabilitas menggunakan rumus alfa:

 





2 2 11

1

1

t

i

n

n

r

Keterangan : 11

r = Reliabilitas Instrumen Yang Dicari i2 = Jumlah Varians Item

t2 = Varians Total n = Banyaknya Item

Untuk mencari jumlah varians tiap butir menggunakan rumus:

N N X X b

          2 2 2 

Sedangkan untuk mencari total dengan rumus:

N N X Xt t

         2 2 2 

Reliabilitas angket akan terbukti jika r hitung > r tabel dengan tingkat kepercayaan 95%. Apabila r hitung > r tabel maka angket tersebut reliabel.

Tabel 3.2

Hasil Perhitungan Reliabilitas Instrumen Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha N of Items

.752 31

Setelah diperoleh harga r hitung, selanjutnya dapat ditentukan instrument tersebut reliabel atau tidak, harga tersebut dikonsultasikan dengan harga r tabel.


(44)

Dengan n = 30 taraf kesalahan 5% diperoleh 0,361 dan taraf kesalahan 1% = 0,463. Karena r hitung lebih besar dari r tabel untuk taraf kesalahan 5% maupun 1% (0,752>0,463>0,361), maka dapat disimpulkan instrumen pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak tersebut reliabel dan dapat dipergunakan untuk penelitian.

c. Perhitungan Kecenderungan Umum Skor

Perhitungan statistik yang digunakan dalam mengolah dan mendeskripsikan data adalah statistik deskriptif, sedangkan untuk pengujian hipotesis dan membuat kesimpulan data terhadap populasi digunakan statistik inferensial. Pengolahan datanya dilakukan dengan menggunakan program SPSS Versi 17. Langkah-langkah pengolahan data berdasarkan rumus-rumus pengujian adalah sebagai berikut:

1) Perhitungan Kecenderungan Umum Skor

Perhitungan kecenderungan umum skor responden dari setiap variabel dimaksudkan untuk mengetahui kecenderungan secara umum jawaban responden terhadap setiap variabel penelitian. Tujuannya adalah untuk mengetahui kesesuaian data yang dihitung dengan skor idealnya yaitu dengan menggunakan cara sebagai berikut:

P= x100% Xid

X

Keterangan:

P : Proporsi skor rata-rata yang dicari X : Skor rata-rata tiap variabel

Xid : Skor ideal setiap variabel yang dicari dengan cara nilai maksimal variabel tertentu dikalikan dengan jumlah item variabel tertentu. Sedangkan harga rata-rata setiap variabel yang diperoleh dari data tidak bergolong dengan menggunakan rumus sebagai berikut:


(45)

X =

n X

Keterangan:

X = Harga rata-rata yang dicari

Σ = Jumlah harga untuk variabel tertentu n = Banyak sampel

Setelah diketahui nilai proporsi, kemudian dikonsultasikan dengan Tabel Guilford sebagai berikut:

Tabel 3.3

Nilai Proporsi Menurut Guillford

PROPORSI KETERANGAN

00-19,9 Sangat rendah

20-39,9 Rendah

40-69,9 Sedang

70-89,9 Tinggi

90-100 Sangat tinggi

d. Tes Normalitas Distribusi

Untuk melakukan tes normalitas distribusi dari masing-masing kelompok dengan menggunakan rumus uji lilliefors (Sudjana, 2002), dengan langkah-langkah sebagai berikut :

1) Tentukan hipotesis penelitian. H0 : Data berdistribusi normal H1 : Data tidak berdistribusi normal

2) Tentukan tingkat kesalahan yang bias ditolelir, alpha (α). 3) Data diurutkan dari kecil ke besar.

4) Cari rata-rata (X ) dan simpangan bakunya (s). n

X

X   i

) 1 ( ) ( )

( 2 2

     n n X X n


(1)

Merry Wijaya, 2014

Pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak

(studi terhadap kader kesehatan di desa pataruman Kecamatan cihampelas kabupaten bandung barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

McMillan, J.H. and Schumacher, S. (2001) . Research in Education. New York: Longman, Inc.

Meilani, Niken, dkk. (2009). “Kebidanan Komunitas”. Yogyakarta :Fitramaya

Menharg, S.J. (2009). Measuring Effectiveness in Complex Operations: What is

Good Enough. Canadian: Canadian Defence and Foreign Affairs Institute

Millar J. Cross. (1992).National Research on Women in the European Community in Women’s Studies International Forum. New York:

Moekijat, T. (1991). Perilaku Karyawan di Perusahaan. Jakarta: PT.Gramedia PustakaUtama.

Moekijat. (1993). Manajemen Kepegawaian. Penerbit Alumni. Bandung.

Mosse, Julia Cleves. (1996). Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka Annisa Women‟s Crisis Center dan Pustaka Pelajar.

______, Julia Cleves. Gender dan Pembangunan. Yogyakarta: Rifka Annisa Nasution. (1988). Metode Penelitian Naturalistik dan Kualitatif. Bandung:Tarsito. Nasution, S. (2003). Metode Research (penelitian ilmiah).Jakarta: Bumi Aksara. Nazir, M. (1999). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Noor, H. M. Arifin, Drs. (1997).Ilmu Sosial Dasar. Bandung: Pustaka Setia, Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta : PT. Rineka

Cipta.

______. (1997). Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

______. (1993). Pengantar Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan, Andi Offset: Yogyakarta.

Nursalam. (2002). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Jakarta :SalembaMedika.


(2)

Merry Wijaya, 2014

Pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak

(studi terhadap kader kesehatan di desa pataruman Kecamatan cihampelas kabupaten bandung barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Handbook for Training and Development Personnel. Massachussets:

Addition-Weley Publishing Company.

Pallutturi, S. (2005). Ekonomi Kesehatan. Penerbit :Bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan FKM UNHAS

Petri, H.L. (1981). Motivation Theory and Research. California: Wadsworth Publishing Company

Prabu-Mangkunegara, A. (2006) . Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia. Bandung: PT Refika Aditama.

Prabu-Mangkunegara, A. (2005). Evaluasi Kinerja SDM. Bandung :Refika Aditama.

Prabu-Mangkunegara, A. (2000). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, cetakan pertama, Bandung :PT. Remaja Rosdakarya..

Rifai, Bachtiar. (1986). Perspektif dari Pembangunan Ilmu dan Teknologi. Jakarta: PT Gramedia.

Rivai, Veithzal (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan

dari teori ke Praktik. Jakarta: PT Raja Grafindo persada.

Safari. (2003). Evaluasi Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas, Dirjen Dikdasmen dan Direktorat Tenaga Kependidikan

Sarwono Prawirohardjo. (1999). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Siswanto. (2002). Manajemen Tenaga Kerja Indonesia (Pendidikan Administrasi

dan Operatif). Jakarta : PT. Bumi Aksara

Smith, R. M. (1982). Learning How to learn : Applied Theory for Adult. Chicago: Follet Publ. Co.

Soelaeman, M. Munandar. Ir. MS. (1998).Ilmu Sosial Dasar, Teori dan Konsep

Ilmu Sosial. Bandung: Refika Aditama,

Soedomo M. (1989). Pendi dikan Luar Sekolah Kearah Pengembangan Sistem


(3)

Merry Wijaya, 2014

Pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak

(studi terhadap kader kesehatan di desa pataruman Kecamatan cihampelas kabupaten bandung barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Subino. (1997). Teknik-teknik Evaluasi Konstruksi dan Analisis Items. Bandung: LP IKIP Bandung

Sudjana, N. dan Ibrahin. (2007). Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Bandung:Sinar Baru Algesindo.

Sudjana, D. (2004). Manajemen Pendidikan :Untuk Pendidikan non Formal dan

Pengembangan Sumber Daya Manusia. Bandung: Falah Production.

________. (2003). Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Prouction.

________. (2002). Metode Statistik. Bandung :Tarsito.

________. (2001). Pendidikan Luar Sekolah.Bandung: Falah Production.

________. (2000).Wawasan, Sejarah Perkembangan, Falsafah & Teori

Pendukung, serta Asas. Bandung: Falah Production.

_______. (1997). Peranan PLS dalam Pengembangan SDM Berkualitas, Makalah Seminar Nasional PLS danKonperensi ISPPSI, Surabaya.

Sugiyono. (2009).Penelitian Pendidikan, Pendekatan Kuantitative, Kualitatif dan

R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

_______. (2008). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_______. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

_______. (2004), Metode Penelitian Bisnis, CV. Alfabeta, Bandung. _______. (2001).Metode Penelitian bisnis. Bandung: Alfabeta.

S um ant ri. S . (2000) . Pelatihan dan Pengembangan Sumber Daya

Manusia.Bandung: Fakultas Psikologi Unpad.

Surapranata, S. (2005). Analisis, Validitas, Reliabilitas dan Interpretasi Hasil Tes


(4)

Merry Wijaya, 2014

Pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak

(studi terhadap kader kesehatan di desa pataruman Kecamatan cihampelas kabupaten bandung barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suryadi, Ace (2009). Mewujudkan Masyarakat Pembelajar. Bandung. Widya Aksara Press.

Syafrudin dan Hamidah. (2009). “Kebidanan Komunitas”. Jakarta : EGC

Uno, B. Hamzah. (2008). Teori Motivasi dan pengukurannya. Jakarta : Bumi Aksara.

Undang, G. (2008). Teknik penelitian tindakan kelas. Bandung: Sayagatama UNICEF (2011). Gender Influences on child survival a Narrative Review. New

York.

Wibowo, A.(1993). Kesehatan Ibu di Indonesia: Status "Praesens" dan Masalah

yang dihadapi di lapangan. Makalah yang dibawakan pada Seminar "Wanita dan Kesehatan". Jakarta: Pusat Kajian Wanita FISIP UI.

Winardi, J.SE. (2001). Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen.Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Winarno, S. (1998). Pengantar Penelitian Ilmiah (dasar, metode, teknik). Bandung. Tarsito

Yuliadi, R. (2005). Pengembangan Model Pelatihan Life Skill Pada Peternakan

Kambing Bagi Peningkatan Kewirausahaan. Bandung: PPS UPI.

Sumber Internet:

ACCESS. (2012). Revitalisasi Posyandu untuk Menyehatkan desa. [Online]. Tersedia: www.access-indo.or.id [...]

Anwar.(2002). Angka kematian ibu di Indonesia Tertinggi di Asia. [Online].Tersedia : www.lipi.html [22 Oktober 2009]

Hermawati, T. (2008). Budaya Jawa dan kesetaraan Gender. Jurnal Komunikasi massa [Online], Vol 1, 18-24. Tersedia:

Ilham, M. (2010). Wanita dan Kemiskinan dalam Perspektif Seajarah Gender. [Online]. Tersedia: http://lppbi-fiba.html [...]

Johnson (1976). Manajemen Sistem Pelatihan. (online). Tersedia: http:


(5)

Merry Wijaya, 2014

Pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak

(studi terhadap kader kesehatan di desa pataruman Kecamatan cihampelas kabupaten bandung barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Kamil, M. (2003). Model-Model Pelatihan. [Online]. Tersedia: http://www.file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR.../Modelmodel_pelatihan.pdf [10Mei 2012]

Republika Online. (2013). Angka Kematian Ibu Kabupaten Bandung tertinggi di

Asean. [Online]. Tersedia: www.bappenas.go.id [...]

RoyatSujana (2008). Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Keadilan Gender. [Online]. Tersedia :http://kesehatan-ibu.html […]

Wahyuaskari. (2012). Gender dan sosialisasi. [Online]. Tersedia : http:/.wordpress.com.[...]

SumberDepartemen:

Departemen Kesehatan R.I.(1999). Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju

Indonesia Sehat 2010. Jakarta :DEPKES RI.

Departemen Kesehatan R.I. (1994). Profil Kesehatan Indonesia 1994. Jakarta: Pusat Data Kesehatan.

DepartemenKesehatan RI. (1991). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Rekam

Medis / Medical Record Rumah Sakit. Jakarta : DEPKES RI.

PeraturanPemerintahnomor 19.Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafik

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41/2007. Tentang Standar Proses. Tersedia: http://www/zulkarnainidiran.files.wordpress.com/.../paradikma-baru-dalam-strategi-pembelajaran.doc

Pusdiklat Pegawai Depdiknas. (2003). Cara Belajar Orang Dewasa,

Teknik-Teknik Presentasi dan Ice Breaker. Depok: Pusdiklat Pegawai Depdiknas.

Pusdiklat Pegawai Depdiknas. (2003). Penyusunan Rancang Bangun Pelatihan. Depok: Pusdiklat Pegawai Depdiknas.

Perubahan Kedua UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945. (2010). Tentang Hak Asasi Manusia. Jakarta. Tersedia: www.ppid.bnp2tki.go.id

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003. Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Sinar Grafik.


(6)

Merry Wijaya, 2014

Pengembangan model pelatihan partisipatif berbasis gender dalam meningkatkan kompetensi kader tentang kesehatan ibu dan anak

(studi terhadap kader kesehatan di desa pataruman Kecamatan cihampelas kabupaten bandung barat)