REVITALISASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DALAM PROGRAM PEMBINAAN WARGA NEGARA INDONESIA MUDA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK :Studi Deskriptif di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II.B Propinsi Kalimantan Barat.

(1)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

REVITALISASI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DALAM PROGRAM PEMBINAAN WARGA NEGARA INDONESIA MUDA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK

( Studi Deskriptif di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II.B Propinsi Kalimantan Barat )

T E S I S

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Magister pada Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan

O l e h :

THOMY SASTRA ATMAJA, SH. 1101155

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda

di Lembaga Pemasyarakatan Anak

(Studi Deskriptif pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB

Propinsi Kalimantan Barat)

Oleh

Thomy Sastra Atmaja

S.H Universitas Tanjungpura Pontianak, 2008

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Fakultas Pendidikan Kewarganegaraan

© Thomy Sastra Atmaja 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING DAN PENGUJI

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. H. Endang Danial, A.R, M.Pd Prof. Dr. H. Suwarma A. M., SH, M.Pd

NIP : 19500502 197603 1 002 NIP. 19530211 197803 1 002

Penguji I, Penguji II,

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed Prof. Dr. H. Karim Suryadi, M.Si NIP. 19630820 198803 1 001 NIP. 19700814 199402 1 001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan


(4)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Prof. Dr. H. Sapriya, M.Ed NIP.19630820 198803 1 001


(5)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ABSTRAK

Masalah kenakalan anak (juvenile delinquency) merupakan salah satu masalah sosial yang sangat kompleks dan menyeluruh, yang dapat menghambat laju pembangunan, karena masalah tersebut dapat mengganggu keamanan, ketertiban, serta ketenteraman dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Oleh sebab itu, pembinaan terhadap anak yang bermasalah dengan hukum melalui pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan, diharapkan dapat mengubah dan membentuk karakter anak agar menjadi warga negara yang baik yang mampu tumbuh dan berkembang menjadi tunas harapan bangsa dalam melanjutkan cita-cita pembangunan negara Indonesia.

Berkenaan dengan pembinaan pada anak yang bermasalah dengan hukum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan anak yang bermasalah dengan hukum di Lembaga Pemasyarakatan Anak dalam kedudukannya sebagai citizenship education. Penelitian ini dilakukan di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi deskriptif. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan berupa studi literatur, observasi, wawancara, dokumentasi, dan triangulasi data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dilakukan secara komprehesif melalui bimbingan belajar serta kegiatan pembinaan lainnya. Kesimpulan penelitian dirumuskan sebagai berikut: 1) Perencanaan pembelajaran PKn dirumuskan sesuai dengan modul PKn Kelas VI paket A. 2) Pelaksanaan pembelajaran PKn telah dilakukan secara baik terdiri dari tahap awal (kegiatan apersepsi dan eksplorasi), tahap inti (penyampaian materi, penerapan metode dan pemanfaatan media), serta tahap akhir (refleksi dan penugasan) sesuai karakteristik pendidikan nonformal. 3) Proses pembelajaran PKn disesuaikan dengan karakteristik pendidikan nonformal dimana pengaturan mengenai tempat, waktu , sarana, sumber, tenaga pengajar serta warga belajar tidak bersifat tetap dan ketat. 4) Keberhasilan program PKn telah memberikan peningkatan kualitas pengetahuan, keterampilan, serta sikap terhadap warga negara muda. 5) program pembinaan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang dilaksanakan meliputi: pembinaan kesadaran beragama, pembinaan kesadaran berbangsa dan bernegara, pembinaan kemampuan intelektual, pembinaan kesadaran hukum, pembinaan mengintegrasikan diri dengan masyarakat, keterampilan untuk mendukung usaha mandiri, keterampilan untuk mendukung usaha industri kecil, keterampilan sesuai dengan bakat, serta keterampilan untuk mendukung usaha industri dan pertanian. 6) tantangan LAPAS Anak Klas IIB Kalbar: mempersiapkan anak menjadi manusia seutuhnya, meningkatkan kebutuhan pendidikan dan kesehatan, meminimalisir stigma negatif masyarakat terhadap mantan anak didik pemasyarakatan, serta memenuhi kebutuhan sarana dan prasarana. Persoalan LAPAS Anak Klas IIB Kalbar: anggaran, jumlah petugas pembina, serta kondisi sarana dan prasarana. Solusi LAPAS Anak KLas IIB Kalbar: mengurangi pengeluaran keuangan, membangun koordinasi, serta memusatkan kegiatan di ruang aula.

Kepada pembina (guru PKn) diharapkan dalam merencanakan pembelajaran PKn menyusun materi perbaikan (remedial) dan materi pengayaan (enrichment). Dalam pembelajaran PKn disamping menggunakan metode ceramah, juga dapat


(6)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

menggunakan metode diskusi dan pemecahan masalah (problem solving) dengan pendekatan inquiri, induktif, dan tematik.

ABSTRACT

Delinquency problems (juvenile delinquency) is one of the social issue that is very complex and thorough, which can hamper the rate of development, because that problem can interfere with the safety, orderliness, and peace in social life. Therefore, the child founding in conflict with the law through the development of civic education program is expected to change and shape the character of children to become good citizens who are able to grow and develop into nation shoots in continuing the ideals development of the Indonesian state.

In connection with the child founding in confilct with the law, this aims of study are to determine how the development of civic education programs in coaching children in conflict with the law in Childrens’ Correctional Institution in his capacity as the son of citizenship education.

The research was conducted in Childrens’ Correctional Institution Class IIB Kalbar. The method that is used in this study is a descriptive study. The approach that is used in this study is qualitative. The technique of data collection that is used in the form of literature, observation, interviews, documentation, and data triangulation.

The study results showed that the development of civic education programs in

Childrens’ LAPAS Class IIB Kalbar is done comprehensive through tutoring and

other development activities. Studies conclusion was formulated as follows: 1) The planning of Civic Education is formulated in accordance with the module Civics package A class six. 2) Implementation of Learning Civic Education has done well consists of first stage (apersepsi and exploration activities), the core stage (explain of materials, application methods and use of the media), and the last stage (reflection and assignments) in accordance with the characteristics of non-formal education. 3) The process of learning civics education in accordance with the characteristics of non-formal settings where the place, time, facilities, resources, teachers and learners are not fixed and tight. 4) The success of Civic Education program has provided an increasement in the quality of knowledge, skills, and attitudes to young citizens. 5) training program knowledge, skills, and attitudes held include: fostering awareness of religion, nation and state building awareness, intellectual capacity building, fostering awareness of the law, to integrate himself with the coaching community, the skills to support independent businesses, the skills to support a small industry , skills according to their talents and skills to support industrial and agricultural enterprises.

6) Childrens’ LAPAS Kalbar challenges Class IIB: preparing children to become a

whole person, improve education and health needs, minimizing the negative stigma towards former students penal, as well as meeting facilities and infrastructure needs.

The issue of Childrens’ LAPAS Class IIB Kalbar: the budget, the number of officers

builder, as well as the condition of facilities and infrastructure. The solution for

Childrens’ LAPAS Class IIB Kalbar: reduce financial expenditures, build

coordination, and focus on the activities hall.

To builder (Civics teachers) are expected in planning of learning Civics Education to prepare materials repair and materials enrichment. In implementing of learning


(7)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Civic Education in addition using lecture method, also can use the method of discussion and problem solving with the inquiry approach, inductive, and thematic.


(8)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR ISI

JUDUL. ... i

HALAMAN PENGESAHAN. ... ii

PERNYATAAN. ... iii

KATA PENGANTAR. ... iv

UCAPAN TERIMA KASIH. ... v

ABSTRAK. ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL, BAGAN, DAN GAMBAR. ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A.Latar Belakang Penelitian... ... 1

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah ... 6

C.Pertanyaan Penelitian ... 6

D.Tujuan Penelitian ... 7

E.Manfaat Penelitian... 8

F. Struktur Organisasi Tesis ... 9

BAB II : KAJIAN PUSTAKA A.Hakikat dan Makna Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) 1. Visi dan Misi Pendidikan Kewarganegaraan (PKn). ... 10

2. Tujuan dan Program Pendidikan Kewarganegaraan... 15

3. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Program Pendidikan Persekolahan (Civic Education). ... 25

4. Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) Sebagai Program Pendidikan Masyarakat (Citizenship Education)... 27

B. Karakteristik Warga Negara Yang Baik 1. Batasan Warga Negara. ... 30

2. Syarat-Syarat Kewarganegaraan ... 33

3. Macam-Macam Kewarganegaraan. ... 35

4. Warga Negara Indonesia Yang Baik... 36

C.Eksistensi Lembaga Pemasyarakatan Anak (LAPAS Anak) 1. Sejarah Lembaga Pemasyarakatan Anak ... 38

2. Asas Lembaga Pemasyarakatan Anak ... 42

3. Tujuan Lembaga Pemasyarakatan Anak. ... 43

4. Tugas Lembaga Pemasyarakatan Anak. ... 44

5. Fungsi Lembaga Pemasyarakatan Anak. ... 45

D. Hasil Penelitian Relevan Terhahulu ... 46

E. Paradigma Penelitian. ... 47

BAB III : Metode Penelitian A. Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian ... 49


(9)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

2. Metode Penelitian ... 52

B. Teknik Pengumpul Data Penelitian. ... 53

C. Defenisi Operasional. ... 59

D. Instrumen Penelitian ... 63

E. Teknik Analisis Data ... 64

F. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian ... 67

2. Subjek Penelitian ... 67

F. Pengujian Keabsahan Data ... 68

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan A.Deskripsi Umum Lokasi Penelitian. 1. Profil Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar. ... 72

2. Manajemen dan Struktur Organisasi Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar. ... 80

3. Pembagian serta Penetapan Status Anak Didik Pemasyarakatan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar. ... 82

a. Pembagian Anak Didik Pemasyarakatan di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar. ... 82

b. Penetapan Status Anak Didik Pemasyarakatan di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar. ... 84

B.Deskripsi Hasil Penelitian 1. Pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara muda di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar. ... 85

a. Perencanaan Program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 86

b. Pelaksanaan Program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 102

c. Proses Pembelajaran Pendidikan Kewaragnegaraan. ... 108

d. Keberhasilan Program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 112

2. Program Pembinaan Pengetahuan, Keterampilan, serta Sikap Warga Negara Muda Yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat. ... 120

a. Program Pembinaan Kepribadian. 1. Pembinaan Kesadaran Beragama. ... 124

2. Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. ... 131

3. Pembinaan Kemampuan Intelektual. ... 133

4. Pembinaan Kesadaran Hukum. ... 137

5. Pembinaan Mengintegrasikan Diri Dengan Masyarakat. ... 141

b. Program Pembinaan Kemandirian. 1. Keterampilan Untuk Mendukung Usaha-Usaha Mandiri... 142

2. Keterampilan Untuk Mendukung Usaha-Usaha Industri Kecil. ... 143


(10)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

4. Keterampilan Untuk Mendukung Usaha-Usaha Industri

Dan Kegiatan Pertanian. ... 148

3. Tantangan, Persoalan, serta Solusi Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Anak Didik Pemasyarakatan). ... 153

a. Tantangan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Andikpas). ... 153

b. Persoalan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Andikpas). ... 159

c. Solusi Atas Persoalan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Andikpas). ... 163

C.Pembahasan Hasil Penelitian 1. Pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara muda di Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar. ... 166

a. Perencanaan program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 169

b. Pelaksanaan Program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 176

c. Proses Pembelajaran Pendidikan Kewaragnegaraan. ... 185

d. Keberhasilan Program Pendidikan Kewarganegaraan. ... 193

2. Program Pembinaan Pengetahuan, Keterampilan, serta Sikap Warga Negara Muda Yang dilaksanakan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat. ... 197

a. Program Pembinaan Kepribadian. 1. Pembinaan Kesadaran Beragama. ... 202

2. Pembinaan Kesadaran Berbangsa dan Bernegara. ... 204

3. Pembinaan Kemampuan Intelektual. ... 205

4. Pembinaan Kesadaran Hukum. ... 206

5. Pembinaan Mengintegrasikan Diri Dengan Masyarakat. ... 207

b. Program Pembinaan Kemandirian 1. Pembinaan Keterampilan Untuk Mendukung Usaha Mandiri. ... 207

2. Keterampilan Untuk Mendukung Usaha Industri Kecil. ... 208

3. Keterampilan Sesuai Dengan Bakat. ... 209

4. Keterampilan Untuk Mendukung Usaha Industri dan Pertanian. ... 209

3. Tantangan, Persoalan, serta Solusi Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalbar Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Anak Didik Pemasyarakatan). ... 210


(11)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

a. Tantangan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap

Warga Negara Muda (Andikpas). ... 211

b. Persoalan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Andikpas). ... 216

c. Solusi Atas Persoalan Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Kalimantan Barat Dalam Melaksanakan Pembinaan Terhadap Warga Negara Muda (Andikpas). ... 218

BAB V : Kesimpulan Dan Rekomendasi A. Kesimpulan Umum. ... 220

B. Kesimpulan Khusus. ... 221

C. Rekomendasi. ... 223

DAFTAR PUSTAKA ... xiii SURAT PENELITIAN.

LAMPIRAN PENELITIAN RIWAYAT HIDUP PENULIS


(12)

1

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Penelitian

Dewasa ini kecenderungan prilaku menyimpang yang dilakukan oleh seorang anak masih mudah ditemukan. Berbagai kasus kriminal yang pernah terjadi tidak sedikit berakibat pada pidana penjara seorang anak. Kenyataan ini menunjukkan bahwa masalah kenakalan anak (juvenile delinquency) merupakan salah satu masalah sosial yang sangat kompleks dan menyeluruh, yang dapat menghambat laju pembangunan, karena masalah tersebut dapat mengganggu ketertiban, ketenteraman, serta keamanan baik jasmani, rohani maupun sosial dalam kehidupan bersama, secara langsung maupun tidak langsung.

Lembaga Pemasyarakatan Anak (LAPAS Anak) merupakan salah satu institusi sosial yang didirikan oleh pemerintah bersama masyarakat guna melaksanakan tugas-tugas pendidikan dan pembinaan terhadap anak yang bermasalah dengan hukum agar dapat kembali menjadi seorang warga negara yang baik. Tujuan mulia tersebut didasari oleh pandangan bahwa anak merupakan amanah sekaligus karunia dari Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa harus kita bina, pelihara dan kita jaga karena di dalam dirinya melekat harkat, martabat, potensi serta hak-hak sebagai manusia yang harus kita junjung tinggi. Sebagaimana dikemukakan oleh Atmaja (2007:4) yang memberikan pemahaman pentingnya membina, menjaga, memelihara serta memenuhi hak-hak anak, sebab menurut beliau bahwa :

“...jika kita melihat dari sisi kehidupan berbangsa dan bernegara, tidak dapat dipungkiri bahwa anak Indonesia adalah harapan dan masa depan bangsa serta generasi penerus cita-cita bangsa Indonesia, sehingga setiap anak berhak atas kelangsungan hidupnya, berhak untuk tumbuh dan berkembang, berpartisipasi serta berhak atas perlindungan diri”.


(13)

2

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Karena anak adalah generasi penerus bangsa, yang mampu menjamin untuk meneruskan cita-cita pembangunan negara, yang mempunyai harkat, martabat, potensi serta hak asasi layaknya orang dewasa, maka setiap anak wajib untuk dilindungi dan dibina dalam mendukung perkembangannya. Tidak terkecuali perlindungan dan pembinaan terhadap anak didik pemasyarakatan yang berada di LAPAS Anak agar kembali menjadi warga negara yang baik.

Anak yang berada di LAPAS Anak secara sosial adalah anak yang bermasalah dengan hukum. Yakni dengan ciri-ciri anak yang cacat kepribadiannya, putus asa akan masa depan, anak yang hilang motivasi untuk kembali berprestasi dan sukses di dalam kehidupannya, anak yang merasa malu dan kurang percaya diri untuk berpartisipasi di dalam kehidupan bermasyarakat, serta anak yang merasa termarjinalkan dari kehidupan masyarakat. Sehingga dengan berbagai karakteristik tersebut, maka proses pembinaan untuk mengembalikan anak menjadi warga negara yang baik serta pembangunan karakter anak merupakan kebutuhan dan tantangan yang mendesak untuk diwujudkan oleh setiap LAPAS Anak di Indonesia.

Tujuan utama dibentuknya LAPAS Anak di Indonesia bukan semata-mata sebagai tempat penampungan bagi anak-anak yang bermasalah dengan hukum, namun jauh lebih mulia tujuan negara membentuk LAPAS Anak di Indonesia adalah untuk meningkatkan kualitas anak didik pemasyarakatan agar menyadari kesalahan yang dilakukannya, dapat memperbaiki dirinya, serta adanya keinginan untuk tidak melakukan dan mengulangi berbagai bentuk tindak pidana lainnya. Selain itu LAPAS Anak juga bertujuan mempersiapkan anak agar dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berpartisipasi dan berperan aktif dalam pembangunan, serta dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab setelah selesai menjalani masa hukumannya. Sedangkan tugas LAPAS Anak adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan terhadap anak didik pemasyarakatan.


(14)

3

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Hasil penelitian yang dilakukan di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar memberikan gambaran awal bahwa data terakhir penghuni pada maret 2013 berjumlah 35 anak meliputi berbagai kasus, diantaranya kasus pencurian 9 anak, asusila 17 anak, narkoba 7 anak, dan kasus perkelahian/penganiayaan 2 anak. Kenyataan tersebut mengindikasikan bahwa tingkat kriminalitas yang dilakukan oleh anak di wilayah hukum Kalimantan Barat tergolong besar. Sehingga menuntut keseriusan pihak LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dalam melaksanakan pembinaannya. Disisi lain, dari aspek keamanan, ketertiban, dan ketentraman di masyarakat, tentu kasus-kasus di atas sangat mengkhawatirkan apabila tidak disikapi dengan program pembinaan yang benar.

Pembinaan terhadap anak yang berada di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar agar menjadi manusia Indonesia seutuhnya dalam menjamin kelangsungan pembangunan negara serta pencapaian cita-cita negara secara sadar harus selalu diupayakan, sebab pengabaian terhadap pembinaan anak didik pemasyarakatan agar menjadi warganegara yang baik akan menimbulkan berbagai gejala yang jauh lebih kompleks. Seperti kurang mampunya anak berperan dan berpartisipasi di dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang tentunya akan mempersulit posisi anak dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan global setelah anak tersebut selesai menjalani masa pembinaannya.

Pada dasarnya penelitian ini mendeskripsikan secara menyeluruh berbagai program pembinaan yang dilakukan oleh LAPAS Anak Klas II.B Kalbar yang merupakan konsep dan praktik Pendidikan Kewarganegaraan. Berdasarkan hasil penelitian pendahulun, peneliti menemukan berbagai program pembinaan yang dilaksanakan oleh LAPAS Anak Klas IIB Kalbar yang merupakan konsep dan praktik Pendidikan Kewarganegaraan seperti kegiatan keagamaan (siraman rohani, mengaji, sholat, ke gereja), kegiatan pendidikan (bimbingan belajar, pendidikan budi pekerti, sosialisasi hukum), kegiatan kesenian (bermain musik), kegiatan kesehatan (olah raga), kegiatan pertanian (berkebun), kegiatan pelatihan kerja (kegiatan pertukangan), serta kegiatan-kegiatan lainnya.


(15)

4

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam kaitan Pendidikan Kewarganegaraan dapat disikapi sebagai program pendidikan kemasyarakatan, maka kegiatan-kegiatan pembinaan seperti di atas memiliki keterkaitan dengan ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan yakni sebagai tradisi citizenship education. Berbagai program pembinaan yang dilaksanakan oleh LAPAS Anak Klas II.B Kalbar sebagaimana diatas pada akhirnya bermuara pada pembentukan pribadi warga negara Indonesia yang baik. Yakni warga negara Indonesia yang memiliki pengetahuan, keterampilan, serta sikap kewarganegaraan meliputi warga negara yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, warga negara yang mengetahui hak-hak dan kewajibannya, warga negara yang memiliki kecerdasan (intelektual, emosional, sosial, spritual), memiliki kepedulian kepada warga negara yang lain, memiliki rasa bangga serta tanggung jawab, senantiasa didasari oleh etika dalam berhubungan dengan sesamanya, mampu berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta warga negara yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air.

Dewasa ini konsep dan praktek Pendidikan Kewarganegaraan tidak terbatas pada dunia pendidikan formal saja. Tetapi juga terjadi didalam pendidikan nonformal, organisasi keagamaan. organisasi kemasyarakatan serta di lingkungan masyarakat. Atas dasar keluasan cakupan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kedudukannya sebagai citizenship education tersebut, maka konsep dan praksis Pendidikan Kewarganegaraan dapat terjadi dimana saja tak terkecuali di Lembaga Pemasyarakatan Anak. Sebagaimana dikemukakan oleh Sapriya (2012:30-31) berkaitan dengan tiga domain yang dilahirkan oleh konsep citizenship education, memberikan batasan secara jelas mengenai ruang lingkup dari ketiga domain citizenship education bahwa:

“Domain akademis adalah berbagai pemikiran tentang pendidikan kewarganegaraan yang berkembang dilingkungan komunitas ilmiah. Domain kurikuler adalah konsep dan praksis PKn dalam dunia pendidikan formal dan nonformal. Domain sosial-kultural adalah konsep dan praksis PKn di lingkungan masyarakat “.


(16)

5

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Dalam kaitannya dengan konsep dan praksis PKn dalam program pembinaan di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar, penjelasan yang dikemukakan di atas dapat menjadi dasar teori mengenai ruang lingkup PKn dalam kedudukannya sebagai citizenship education yang di praktekkan di LAPAS Anak Kalbar.

Sejalan dengan gagasan diatas, Cogan (Winataputra & Budimansyah, 2012:11) menegaskan bahwa :

“Civic Education secara umum menunjuk pada jenis-jenis kegiatan belajar yang terjadi dalam konteks struktur sekolah formal. Dalam posisi ini Civic Education diperlakukan sebagai mata pelajaran dasar yang dirancang untuk mempersiapkan para pemuda warganegara untuk dapat melakukan peran aktif dalam masyarakat, kelak setelah mereka dewasa. Sedangkan Citizenship Education/Education for Citizenship merupakan istilah generik yang mencakup pengalaman belajar disekolah dan diluar sekolah, seperti yang terjadi dilingkungan keluarga, dalam organisasi kemasyarakatan, dan dalam media. Oleh karena itu oleh Cogan disimpulkan Citizenship Education/Education for Citizenship merupakan suatu konsep yang lebih luas dimana Civic Education termasuk bagian penting didalamnya.

Dari gagasan diatas, dapat dipahami bahwa konsep civic education digolongkan sebagai mata pelajaran dasar yang diajarkan didalam sekolah formal. Sedangkan citizenship eduacation adalah hasil atau produk dari keseluruhan proses belajar disekolah dan diluar sekolah dalam bentuk pengalaman belajar siswa.

Oleh sebab itu, berangkat dari kedua pandangan di atas, tidak berlebihan dikatakan bahwa berbagai program pembinaan yang dilaksanakan oleh LAPAS Anak Klas IIB Kalbar juga merupakan pengembangan konsep-konsep dan praksis PKn dalam kedudukannya sebagai citizenship education dalam rangka membentuk anak menjadi warga negara yang baik.

Kemudian gagasan mengenai konsep PKn dalam kedudukannya sebagai citizenship education juga dikemukakan oleh Winataputra (Samsuri et al, 2012:73) dimana menurutnya bahwa :

“...di Indonesia, pendidikan kewarganegaraan dalam pengertian sebagai Citizenship Education, secara substantif dan pedagogis didesain untuk


(17)

6

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

mengembangkan warganegara yang cerdas dan baik untuk seluruh jalur dan jenjang pendidikan”.

Dari pandangan yang diuraikan di atas, dapat dipahami bahwa di Indonesia PKn dalam kedudukannya sebagai citizenship education didesain untuk mengembangkan warga negara Indonesia melalui kelompok sosial dan kegiatan di masyarakat agar menjadi warga negara yang cerdas dan baik.

Anak yang berada di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar (baik anak pidana, anak negara, anak sipil) adalah anak yang harus tetap dibina agar menjadi warga negara Indonesia yang baik. Hal tersebut menjadi sangat penting mengingat bahwa anak tersebut nantinya setelah selesai menjalani masa pembinaannya akan kembali kedalam kehidupan masyarakatnya untuk menjadi bagian dari masyarakatnya. Yang harapannya mampu berperan dan berpartisipasi secara penuh dalam pembangunan nasional, melanjutkan cita-cita bangsa serta mengisi kemerdekaan dengan aktifitas dan hal-hal yang positip sebagaimana ciri manusia Indonesia yang seutuhya. Sehingga setiap upaya yang dilakukan oleh LAPAS Anak dalam membina anak menjadi warga negara yang baik harus senantiasa mendapat dukungan dari seluruh komponan bangsa.

Berangkat dari semua pemaparan diatas, maka penulis tertarik untuk mengangkat tesis dengan judul “ Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda di Lembaga Pemasyarakatan Anak” yang merupakan Studi Deskriptif di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II.B Kalimantan Barat.

B.Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka secara umum rumusan masalah penelitian ini yaitu: “Bagaimanakah Upaya Pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan dalam Program Pembinaan Warga Negara Muda di Lembaga Pemasyarakatan Anak”.


(18)

7

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Agar penelitian ini lebih terarah dan terfokus pada pokok permasalahan, maka masalah pokok tersebut dijabarkan dalam sub-sub masalah sebagai berikut: 1. Bagaimanakah pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam

pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar?

2. Program apa sajakah yang dilaksanakan LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan, serta sikap warga negara muda?

3. Bagaimanakah tantangan dan persoalan serta solusi LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dalam melaksanakan pembinaan warga negara muda?

C.Pertanyaan Penelitian

Untuk memudahkan mengenali kearah mana yang hendak dicapai dari penelitian ini maka, adapun yang menjadi pertanyaan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimanakah perencanaan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar?

2. Bagaimanakah pelaksanaan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar?

3. Bagaimanakah proses pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan antara para pembina dan anak sebagai warga belajar?

4. Bagaimanakah keberhasilan program pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan terhadap warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar?

5. Program apa sajakah yang dilaksanakan LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan, serta sikap warga negara muda?

6. Bagaimanakah tantangan dan persoalan serta solusi LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dalam melaksanakan pembinaan warga negara muda?


(19)

8

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

1. Tujuan Umum.

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai upaya pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan dalam program pembinaan warga negara Indonesia muda di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar.

2. Tujuan Khusus.

Adapun yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui bagaimanakah pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar.

2. Mengetahui program apa sajakah yang dilaksanakan LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan, serta sikap warga negara muda.

3. Mengetahui bagaimanakah tantangan dan persoalan serta solusi LAPAS Anak Klas IIB Kalbar dalam melaksanakan pembinaan warga negara muda?

E. Manfaat Penelitian

Peneliti mengharapkan penelitian ini akan bermanfaat baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaatnya sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memberikan manfaat secara ilmiah seputar pengembangan program Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara Indonesia muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar yang dapat menambah khasanah keilmuan Pendidikan Kewarganegaraan.


(20)

9

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keberhasilan penelitian ini diharapkan di samping memberikan manfaat teoritis juga memberikan manfaat praktis, adapun manfaat praktis dari penelitian ini di antaranya adalah:

a. Terhadap Peneliti, penelitian ini sebagai wahana untuk memperkaya khasanah keilmuan peneliti.

b. Bagi Sekolah Pasca Sarjana Prodi PKn, penelitian ini sebagai sumbangan keilmuan dalam rangka melihat pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Kalbar.

c. Bagi LAPAS Anak Klas IIB Kalbar, penelitian ini diharapkan menjadi kajian bersama dalam melihat pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan dalam pembinaan warga negara muda di LAPAS Anak Kelas II.B Kalbar.

d. Bagi Warga Negara Muda, penelitian ini akan merumuskan pengembangan Pendidikan Kewarganegaraan di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar yang dapat membantu pembentukan anak menjadi warga negara yang baik.

e. Bagi Masyarakat, penelitian ini berusaha membantu keinginan masyarakat agar warga negara muda yang dibina di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar dapat kembali menjadi warga negara yang baik.

F. Struktur Organisasi Tesis

Tesis yang akan ditulis terdiri dari 5 bab, yakni: bab I tentang pendahuluan, bab II tentang kajian pustaka, bab III tentang metode penelitian, bab IV tentang hasil penelitian dan pembahasan serta bab V tentang kesimpulan dan rekomendasi. Untuk lebih jelasnya, pembahasan dari kelima bab ini secara singkat dijelaskan dibawah ini.

Bab I tentang pendahuluan.Bab ini secara rinci mendeskripsikan latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi penulisan tesis.


(21)

10

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Bab II tentang kajian pustaka.Pada bab ini terbagi dalam beberapa sub bab yaitu: (1) hakikat dan makna PKn. Topik yang ditulis mengenai visi dan misi PKn, tujuan dan program PKn, PKn sebagai program pendidikan persekolahan, PKn sebagai program pendidikan masyarakat. (2) karakteristik warga negara yang baik. Topik yang ditulis mengenai batasan warga negara, syarat-syarat kewarganegaraan, macam-macam kewarganegaraan, warga negara Indonesia yang baik. (3) Eksistensi Lembaga Pemasyarakatan Anak. Topik yang ditulis mengenai sejarah, asas, tujuan, tugas, dan fungsi lembaga pemasyarakatan anak. (4) hasil penelitian yang relevan, (5) Paradigma Penelitian.

Bab III membahas tentang metode penelitian. Adapun sub bab yang dibahas dalam bab ini mencakup pendekatan dan metode penelitian, teknik pengumpul data penelitian, defenisi operasional, instrumen penelitian, teknik analisis data, lokasi dan subjek penelitian, pengujian keabsahan data.

Bab IV membahas tentang hasil dan pembahasan penelitian. Pada bab ini dibahas tentang gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian serta pembahasan hasil penelitian.

Bab V berisi tentang kesimpulan dan rekomendasi. Pada bab ini dibagi menjadi dua sub bab yaitu:(1) kesimpulan dan (2) rekomendasi.


(22)

49

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A.Pendekatan dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Alasan penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena data yang terkumpul dan proses analisisnya lebih bersifat kualitatif yakni suatu kajian yang dalam pengolahan data, sejak mengumpulkan data, mereduksi, menyajikan dan memverifikasi serta menyimpulkan data, tidak menggunakan perhitungan-perhitungan secara matematis dan statistik, melainkan lebih menekankan pada kajian interpretatif. Pemilihan pendekatan penelitian kualitatif ini dikarenakan peneliti bermaksud ingin mendeskripsikan dan memahami secara menyeluruh situasi sosial di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas II.B Kalimantan Barat.

Sebagaimana dikemukakan oleh Sugiyono (2011) pada bagian pengantar bukunya bahwa “metode penelitian kualitatif cocok digunakan terutama bila permasalahan masih remang-remang bahkan gelap, peneliti bermaksud ingin memahami secara mendalam suatu situasi sosial yang kompleks, penuh makna”.

Berdasarkan gagasan yang diuraikan di atas, maka dalam rangka penelitian ini bermaksud ingin mengembangkan teori serta memahami secara mendalam situasi sosial yang terjadi di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Kalimantan Barat, maka pemilihan pendekatan penelitian kualitatif dianggap tepat. Bogdan dan Biklen (Sugiyono, 2011:13) memberikan gagasan mengenai karakteristik penelitian kualitatif yakni:

Dilakukan pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen), langsung ke sumber data dan peneliti adalah instrumen kunci; penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif, data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga tidak menekankan pada angka; penelitian kualitatif lebih menekankan pada proses daripada produk atau outcome;


(23)

50

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif; penelitian kualitatif lebih menekankan makna (data dibalik yang teramati)

Adapun pemahaman terhadap karakteristik pendekatan penelitian kualitatif seperti diuraikan diatas adalah penting dalam rangka melaksanakan proses penelitian secara menyeluruh nantinya. Kemudian dalam rangka penelitian ini yang menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, Creswell (Satori dan Komariah, 2011:24) mengemukakan mengenai defenisi penelitian kualitatif bahwa:

Qualitative research is an inquiry process of understanding based on distinct methodological tradition of inquiry that explore a social or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analysis words, reports detailed views of informants, and conduct the study in a natural setting

Dari pernyataan diatas dapat dipahami bahwa penelitian kualitatif adalah proses penelitian untuk memahami berdasarkan tradisi metodologi penelitian tertentu dengan cara menyelidiki masalah sosial atau manusia. Peneliti membuat gambaran kompleks bersifat holistik, menganalisis kata-kata, melaporkan pandangan-pandangan para informan secara rinci, dan melakukan penelitian dalam situasi alamiah. Guba dan Lingcoln (Moleong, 2001: 15) untuk penelitian kualitatif biasa digunakan istilah naturalistic inquiry atau inkuiri alamiah. Sebab, situasi lapangan penelitian bersifat natural atau wajar, sebagaimana adanya. Untuk memahami makna dari fenomena yang terjadi secara alamiah itu, maka peneliti berperan sebagai key instrument, yang harus mengumpulkan data dan mendatangi langsung sumber data.

Kemudian dikesempatan berbeda, dalam kaitannya dengan dunia pendidikan Creswell (2008:46) memberikan defenisi yang lebih khusus mengenai penelitian kualitati merupakan bagian dalam penelitian pendidikan bahwa:

Qualitative research is a type of educational research in which the researcher relies on the views of participants; asks broad, general questions; collect data consisting largely of words (or text) from


(24)

51

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

participants; describes and analyzes these words for themes; and conducts the inquiry in a subjective, biased manner.

Gagasan diatas dapat dimaknai bahwa penelitian kualitatif merupakan salah satu penelitian pendidikan dimana peneliti mendasarkan penelitiannya pada pandangan partisipan, peneliti bertanya secara luas, pertanyaan lebih bersifat umum, peneliti mengumpulkan data yang sebagian besar berupa kata-kata atau berupa teks dari para partisipan, kemudian peneliti mendeskripsikan dan menganalisis kata-kata tersebut untuk disesuaikan dengan tema penelitian, serta melakukan penyelidikan dengan cara yang lebih subjektif.

Hakikatnya penelitian kualitatif merupakan suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan serta menganalisis peristiwa, fenomena, serta aktifitas sosial pada latar alamiah secara menyeluruh dalam bentuk kata-kata atau teks sehingga mampu menemukan makna dibalik data yang tampak. Sebagaimana Syaodih (2005 : 60) yang turut memberikan defenisi mengenai pendekatan penelitian kualitatif dimana menurutnya bahwa :

Penelitian kualitatif (qualitative research) adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktifitas sosial, sikap kepercayaan, resepsi dan pemikiran orang secara individu maupun kelompok. Dalam paradigma ini realitas sosial dipandang sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, dan penuh makna.

Kemudian konsep yang sejalan dengan gagasan diatas juga dikemukakan oleh Moleong (2007: 6) bahwa :

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya prilaku, persepsi, motivasi, tindakan dll., secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.

Setelah mengkaji beberapa gagasan mengenai defenisi penelitian kualitatif oleh beberapa ahli diatas, maka untuk kepentingan dunia pendidikan dapatlah disintesiskan bahwa pendekatan penelitian kualitatif merupakan salah satu


(25)

52

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian pendidikan, yang dilakukan pada kondisi alamiah, dimana data yang terkumpul berbentuk kata-kata atau gambar sehingga lebih bersifat deskriptif dalam pengolahan datanya, kemudian dari sifat deskriptif tersebut peneliti membuat gambaran yang komplek secara menyeluruh dalam mendeskripsikan, menganalisis, serta memahami fenomena, peristiwa, serta masalah sosial yang ditemukan disitus penelitian agar memperoleh makna.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah suatu cara untuk memperoleh pengetahuan atau memecahkan permasalahan yang dihadapi. Dalam hal ini peneliti menggunakan metode deskriptif, karena apabila peneliti bermaksud mengetahui keadaan sesuatu mengenai apa dan bagaimana, berapa banyak, sejauhmana dan sebagainya. Maka penelitian ini bersifat deskriptif yaitu menjelaskan atau menerangkan suatu peristiwa (Arikunto, 1998 :25).

Menurut Surachmad (1999:140) secara umum penelitian deskriptif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Memusatkan pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang yaitu masalah yang aktual.

2. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan kemudian dianalisis

Selanjutnya Moh Nazir (2005:63) memberikan pengertian mengenai metode deskriptive bahwa:

Metode deskriptif adalah metode dalam meneliti status kelompok manusia atau objek, suatu sistem pemikiran ataupun kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi gambaran atau ukuran secara sistemik serta hubungan antara fenomena yang diteliti.

Metode deskriptif semata-mata menerangkan atau mendeskripsikan kenyataan sosial tertentu dengan jalan mendeskripsikan sejumlah variable


(26)

53

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

penelitian. Penelitian ini merupakan studi deskriptif analitik maka untuk memperoleh data sebanyak-banyaknya dilakukan dengan sangat mendalam artinya melalui berbagai teknis yang disusun secara sistematis serta dicari informasi selengkapnya untuk tujuan pengumpulan data hasil penelitian yang lebih sempurna.

Alasan penulis melakukan penelitian dengan studi deskriptif ini karena sesuai dengan sifat dan tujuan penelitian yang ingin diperoleh dan bukan menguji hipotesis, tetapi berusaha untuk mendapat gambaran yang nyata tentang bagaimana upaya penguatan dan pengembangan konsep Pendidikan Kewarganegaraan dalam program pembinaan warga negara di lembaga pemasyarakatan anak kelas II. B Kalimantan Barat.

B.Teknik Pengumpul Data Penelitian.

Teknik pengumpul data merupakan salah satu langkah utama didalam melakukan sebuah penelitian, sebab tujuan utama dari penelitian adalah untuk mendapatkan data. Pada hakikatnya pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber, serta berbagai cara. Apabila dilihat dari setting- nya maka data dapat dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting). Apabila dilihat dari sumber datanya, maka pengumpulan data dapat dilakukan dengan menggunakan data primer dan data sekunder. Kemudian apabila dilihat dari teknik atau cara pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan observasi partisipasi (participant observer), diskusi terfokus (fokus group discussion), dokumentasi, dan gabungan dari keempatnya. Menurut Satori dan Komariah (2011:146) menyatakan bahwa:

“Didalam penelitian kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada natural

setting (kondisi yang alamiah), sumber data primer, dan teknik pengumpulan data lebih banyak pada observasi berperan serta (participation observation), wawancara mendalam (in depth interview), dan dokumentasi.


(27)

54

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Selanjutnya menurut Catherine Marshall, Gretchen B. Rossman (Satori dan Komariah, 2011:146) menyatakan bahwa “the fundamental methods relied on by qualitative researchers for gathering information are, participation in the setting, direct observation, in-depth interviewing, document review”. Dari gagasan tersebut diatas dapat dipahami bahwa didalam penelitian kualitatif metode mendasar yang diandalkan dalam pengumpulan datanya yakni pengamatan berperan serta, pengamatan secara langsung, wawancara secara mendalam, serta dokumentasi. Adapun tehnik pengumpulan data dan informasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur, observasi, wawancara, studi dokumentasi, dan triangulasi. Penjelasan masing-masing teknik pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut:

1. Studi literatur.

Studi ini dimaksudkan untuk menemukan berbagai fakta, konsep, generalisasi, dan teori-teori yang relevan dengan masalah yang diteliti serta sebagai kerangka berpikir dalam penelitian. Pada tahapan ini peneliti mengkaji penelitian terdahulu, buku, artikel, jurnal, peraturan perundang-undangan serta informasi yang terkait dengan permasalahan penelitian.

Adapun fakta, konsep, generalisasi, atau teori yang dipelajari dalam teknik ini berkaitan dengan topik yang membahas mengenai civic education, citizenship education, pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan, managemen pembelajaran pendidikan nonformal, warga negara, warga negara yang baik, dan pola pembinaan lembaga pemasyarakatan anak. Semua informasi di atas terkait dengan permasalahan dalam penelitian ini.

2. Observasi.

Dalam upaya memperoleh pengetahuan setiap manusia tidak bisa terlepaskan dari proses observasi, bahkan observasi merupakan dasar bagi semua


(28)

55

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

ilmu pengetahuan. Menurut Cresswell (2010: 267) bahwa observasi yang dilakukan dalam penelitian kulitatif adalah “observasi yang didalamnya peneliti langsung turun ke lapangan untuk mengamati perilaku dan aktivitas individu-individu di lokasi penelitian”.

Dalam rangka melaksanakan penelitian ini, maka observasi yang dilakukan peneliti di situs penelitian yakni mengadakan pengamatan langsung terhadap kondisi, aktifitas, sarana prasarana, dan seluruh latar alamiah yang berkaitan dengan masalah penelitian.

Adapun materi yang diamati dalam teknik ini untuk menjawab masalah penelitian meliputi:

- Pengamatan terhadap perencanaan program pembelajaran PKn di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar;

- Pengamatan terhadap pelaksanaan program pembelajaran PKn di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar;

- Pengamatan terhadap proses pembelajaran PKn antara para pembina dan anak sebagai warga belajar;

- Pengamatan terhadap keberhasilan program pembelajaran PKn terhadap warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar;

- Pengamatan terhadap berbagai program pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Anak Kelas II.B Kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan serta sikap warga negara muda;

- Pengamatan terhadap tantangan, persoalan, serta solusi LAPAS Anak Kalbar dalam melaksanakan program pembinaan.

3. Wawancara.

Wawancara merupakan salah satu teknik pengumpul data penelitian yang merupakan suatu kegiatan dimana dalam kegiatan tersebut dilakukan oleh dua orang secara langsung. Esterberg (Sugiyono, 2011:231) mendefinisikan interview

sebagai:”a meeting of two person to exchange information and idea throung


(29)

56

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

meaning about a particular topic”. Dari gagasan diatas dapat dipahami bahwa

wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

Dalam kaitannya dengan melaksanakan proses wawancara dalam penelitian ini, maka peneliti berupaya mendalami informasi di situs penelitian melalui komunikasi dua arah atau lebih guna mencari informasi-informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian.

Wawancara dalam penelitian ini dilakukan terhadap empat kelompok informan yakni kepala lapas anak, kepala seksi pembinaan anak dan kepala sub seksi kegiatan kerja, pembina (guru PKn), dan warga negara muda (andikpas) dengan jumlah informan seluruhnya 6 orang. Sedangkan materi wawancara setiap kelompok informan berbeda-beda.

Adapun materi wawancara dengan kepala lapas anak kalbar meliputi: apakah lapas anak kalbar ada menyelenggarakan program pendidikan kesetaraan atau sejenisnya; apa nama program pendidikan kesetaraan tersebut; apa tujuan dilaksanakannya pendidikan kesetaraan; apakah dalam program pendidikan kesetaraan ada dibelajarkan PKn; program apa saja yang dilaksanakan lapas anak dalam membina pengetahuan, keterampilan, serta sikap anak; apa sajakah tantangan, persoalan, serta solusi lapas anak kalbar dalam melaksanakan pembinaan.

Kemudian materi wawancara dengan kepala seksi pembinaan anak dan kepala sub seksi kegiatan kerja meliputi: apakah dalam program pendidikan kesetaraan ada dibelajarkan PKn; bagaimana perencanaan program pembelajaran PKn di lapas anak kalbar, apa tujuan lapas anak kalbar membelajarkan PKn, bagaimana lapas anak kalbar menyusun jadwal pembelajaran PKn, program apa saja yang dilaksanakan lapas anak kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan, serta sikap anak; apa sajakah tantangan, persoalan, serta solusi lapas anak kalbar dalam melaksanakan pembinaan.


(30)

57

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Selanjutnya materi wawancara pembina yang merangkap jabatan sebagai guru PKn meliputi: apakah jabatan atau tugas ibu disini; apa latar belakang pendidikan terakhir ibu; bagaimana perencanaan pembelajaran PKn yang ibu lakukan; bagaimana pelaksanaan pembelajaran PKn yang ibu lakukan; bagaimana proses pembelajaran PKn di lapas anak; bagaimanakah keberhasilan program pembelajaran PKn terhadap anak di lapas; apa tujuan diajarkannya PKn dalam program bimbingan belajar di lapas; bagaiaman respon anak dalam mengikuti proses pembelajaran PKn di lapas; dan apakah pembelajaran PKn yang ibu lakukan sudah cukup optimal.

Sedangkan materi wawancara dengan warga negara muda meliputi: apakah ada diajarkan mata pelajaran PKn kepada anda; apa nama program tempat diajarkannya PKn tersebut; apakah pertemuan di kelas rutin setiap minggu dilaksanakan; siapa yang mengajar PKn kepada anda; fasilitas apa saja di kelas yang anda gunakan selama belajar PKn; dimana tempat anda belajar PKn; kapan anda belajar PKn; buku apa yang anda gunakan dalam belajar PKn; apakah anda merasa senang di ajar oleh Ibu Rosita, Berikan alasan anda; bagaimana biasanya ibu Rosita menjelaskan materi PKn kepada anda; apa saja kegiatan yang Ibu Rosita lakukan ketika sedang mengajar PKn kepada anda, kegiatan apa sajakah yang anda lakukan selama berada disini; apa manfaat yang anda rasakan dari semua kegiatan yang anda lakukan disini; menurut anda apakah fasilitas yang ada disini telah cukup atau masih kurang memadai.

4. Studi Dokumentasi.

Studi dokumensi dalam penelitian ini difokuskan pada dokumen-dokumen berbentuk tulisan, karya akademik, serta foto-foto berbagai program pembinaan di Lembaga Pemasyarakatan Anak Kelas IIB Kalimantan Barat.

Studi dokumentasi dalam penelitian kualitatif adalah sebagai pelengkap dari pengunaan teknik observasi dan wawancara. Menurut Satori dan Komariah (2011:149) menyatakan bahwa “studi dokumentasi yaitu mengumpulkan


(31)

58

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

dokumen dan data-data yang diperlukan dalam permasalahan penelitian lalu ditelaah secara intens sehingga dapat mendukung dan menambah kepercayaan dan

pembuktian suatu kejadian”. Selanjutnya Sugiyono (2011:240) menyatakan

bahwa “dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang”.

Adapun studi dokumentasi yang ingin dikumpulkan melalui penelitian ini meliputi:

- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang berhubungan dengan perencanaan program pembelajaran PKn di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar;

- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang berhubungan dengan pelaksanaan program pembelajaran PKn di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar;

- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang berhubungan dengan proses pembelajaran PKn antara para pembina dan anak sebagai warga belajar;

- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang berhubungan dengan keberhasilan program pembelajaran PKn terhadap warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar;

- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang berhubungan dengan berbagai program pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Anak Kelas II.B Kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan serta sikap warga negara muda;

- Mengumpulkan berbagai dokumen, foto atau bentuk lainnya yang berhubungan dengan tantangan, persoalan, serta solusi LAPAS Anak Kalbar dalam melaksanakan program pembinaan.

5. Triangulasi

Triangulasi merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif yang bersifat mengabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data.


(32)

59

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Konsep tersebut sesuai dengan gagasan yang dikemukakan oleh Sugiyono (2011:241) menyatakan bahwa:

“...triangulasi diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang bersifat menggabungkan dari berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang telah ada...Triangulasi teknik, berarti peneliti menggunakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber

yang sama”.

Berdasarkan gagasan diatas, dalam rangka melaksanakan penelitian ini peneliti sekali waktu akan mengabungkan berbagai teknik penelitian yang ada secara serempak (observasi, wawancara, dan dokumentasi) untuk mendapatkan serta mengumpulkan informasi dari sumber data yang sama untuk menjawab masalah penelitian yang berkaitan dengan:

- Perencanaan program pembelajaran PKn di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar; - Pelaksanaan program pembelajaran PKn di LAPAS Anak Klas II.B Kalbar; - Pengamatan terhadap proses pembelajaran PKn antara para pembina dan

anak sebagai warga belajar;

- Keberhasilan program pembelajaran PKn terhadap warga negara muda di LAPAS Anak Klas IIB Kalbar;

- Berbagai program pembinaan yang dilaksanakan LAPAS Anak Kelas II.B Kalbar dalam membina pengetahuan, keterampilan serta sikap warga negara muda;

- Tantangan, persoalan, serta solusi LAPAS Anak Kalbar dalam melaksanakan program pembinaan.

C.Defenisi Operasional

Definisi operasional merupakan pembatasan tentang hal-hal yang diamati. sebagai konsep pokok dalam penelitian ini adalah : revitalisasi, Pendidikan Kewarganegaraan, pembinaan, warga negara, lembaga pemasyarakatan anak. 1. Revitalisasi

Pada hakikatnya terdapat pengertian yang beragam terhadap istilah “revitalisasi”. Menurut hemat penulis istilah “revitalisasi” dapat dipahami sebagai


(33)

60

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

upaya penguatan atau mengiatkan kembali sesuatu dalam sebuah program yang terencana.

Adapun yang menjadi dasar pemikiran dari gagasan diatas yakni mengacu pada defenisi yang digariskan dalam Kamus Ilmiah Populer (2009:373) bahwa istilah ”revitalisasi” memiliki kesamaan arti dengan “proses; cara; kegiatan

menghidupkan atau mengiatkan kembali”. Dari defenisi diatas, kiranya dapat

ditegaskan bahwa istilah “revitalisasi” dapat disamakan artinya dengan proses penguatan atau mengiatkan kembali.

Sehingga dalam kaitannya dengan penggunaan istilah revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan sebagaimana judul penelitian ini, dapat dipahami sebagai upaya penguatan PKn dalam program pembinaan warga negara di Lembaga Pemasyarakatan Anak (LAPAS Anak).

2. Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut hemat penulis, Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) dalam kedudukannya sebagai civic education merupakan mata pelajaran dasar yang diberikan disekolah yang bertujuan membentuk anak menjadi warga negara yang cerdas dan baik. Sedangkan Pendidikan Kewarganegaraan dalam kedudukannya sebagai citizenship education adalah konsep-konsep dan praktik PKn yang lebih luas yang dilaksanakan di sekolah dan di luar sekolah seperti rumah, organisasi keagamaan dan kemasyarakatan, lingkungan masyarakat, media massa dan lain sebagainya yang bertujuan membentuk warga negara yang dan baik.

Adapun yang menjadi dasar pemikiran dari gagasan diatas yakni mengacu pada teori-teori berikut. Sebagaimana Cogan (1999:4) memberikan batasan dari kedua istilah tersebut :

“Civic education,…the foundation course work in school designed to prepare young citizens for an active role in their communities in their adult live. “Citizenship Education or Education for Citizenship”,… both these in school experiencess as well as out of school or non formal an formal learning which takes place in the family, the religious organization.


(34)

61

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Community organizations, the media. Etc which help to shape the totally of

the citizens”.

Dari kutipan diatas, dapat dipahami bahwa civic education atau Pendidikan kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran dasar di sekolah yang di rancang untuk mempersiapkan warga negara muda agar dapat berperan aktif didalam kehidupan masyarakat kelak setelah mereka dewasa. Kemudian lebih lanjut dikatakan citizenship education atau Pendidikan Kewarganegaraan atau Pendidikan untuk kewarganegaraan keduanya itu mencakup pengalaman belajar disekolah dan luar sekolah seperti rumah, organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan, media massa dan lain sebagainya yang berperan membantu proses pembentukan totalitas atau keutuhan sebagai warga negara.

Selanjutnya gagasan mengenai citizenship education juga dikemukakan oleh Winataputra (Sapriya, 2012:30) bahwa “...citizenship education...memiliki paradigma sistemik dengan tiga domain yakni : domain akademis, domain kurrikuler, dan domain sosial-kultural”. Kemudian dikesempatan yang berbeda, berkaitan dengan ketiga domain yang dilahirkan oleh konsep citizenship education sebagaimana yang telah dikemukakan di atas, Sapriya (2012:30-31) memberikan batasan secara jelas mengenai ruang lingkup dari ketiga domain tersebut bahwa:

“Domain akademis adalah berbagai pemikiran tentang pendidikan kewarganegaraan yang berkembang dilingkungan komunitas ilmiah. Domain kurikuler adalah konsep dan praksis PKn dalam dunia pendidikan formal dan nonformal. Domain sosial-kultural adalah konsep dan praksis PKn di lingkungan masyarakat “.

Dari gagasan diatas dapat dipahami bahwa mata pelajaran Pendididkan Kewarganegaraan dalam kedudukannya sebagai citizenship education memiliki tiga domain, yakni domain akademis merupakan berbagai pemikiran PKn yang berkembang didalam komunitas ilmiah, domain kurikuler merupakan konsep dan praktik PKn didalam dunia pendidikan formal dan nonformal, serta domain sosial-kultur merupakan konsep dan praktik PKn di lingkungan masyarakat.


(35)

62

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu 3. Pembinaan

Menurut hemat penulis, pembinaan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang secara sadar, terencana, terarah, teratur dan bertanggung jawab dalam mendidik individu lainnya agar manjadi lebih baik.

Adapun yang menjadi dasar pemikiran dari gagasan diatas yakni mengacu pada teori-teori berikut. Sebagaimana digariskan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1998: 117) bahwa : “membina adalah membangun, mendirikan

dan mengusahakan supaya lebih baik”. Sedangkan menurut Simandjuntak (1980:

84) menyatakan bahwa:

“Pembinaan pada dasarnya adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar ,berencana dan terarah ,teratur dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan menumbuhkan dan membimbing dan mengembangkan suatu dasar- dasar kepribadian yang seimbang, utuh dan selaras, pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan bakat ,kecenderungan dan keinginan serta kemampuan sebagai bekal untuk selanjutnya atas prakarsa sendiri, menambah dan meningkatkan dirirnya, sesamanya maupun lingkungannya kearah tercapainya martabat mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri”.

Dari kedua gagasan di atas, dapat dipahami bahwa pembinaan hakikatnya merupakan upaya pendidikan yang dapat dilakukan baik secara formal maupun non formal. Pembinaan dapat pula dipahami sebagai proses pembelajaran yang mengembangkan potensi diri serta bakat sesorang agar menjadi lebih baik.

4. Warga Negara.

Menurut hemat penulis, warga negara adalah anggota dari sebuah kelompok atau komunitas yang kehidupannya diatur oleh hukum. Sedangkan yang dimaksud warga negara Indonesia adalah seseorang yang secara status telah ditetapkan oleh undang-undang menjadi warga negara Indonesia. Adapun yang menjadi dasar pemikiran dari gagasan diatas yakni mengacu pada teori-teori berikut.


(36)

63

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Sebagaimana Wahab dan Sapriya (2011: 183) secara general memberikan defenisi

mengenai warga negara bahwa “...warganegara adalah anggota suatu komunitas.

Kemudian defenisi yang senada juga dikemukakan oleh Turner (Wahab dan Sapriya, 2011:202) bahwa ‘a citizen is a member of a gruop living under certain

laws’, pengertiannya bahwa warga negara adalah anggota dari kelompok manusia

yang hidup atau tinggal diwilayah hukum tertentu.

Di dalam UUD 1945 pasal 26 (ayat 1) digariskan bahwa “ Yang menjadi warga negara ialah orang Indonesia asli dan orang-orang bangsa lain yang disahkan oleh undang-undang sebagai warga negara. Sebagai peraturan pelaksana, kemudian didalam Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia pasal 1 (ayat 1) kembali diperjelas mengenai defenisi warga negara Indonesia bahwa “ warga negara adalah warga suatu negara yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan”.

Dari ketentuan yang digariskan diatas dapat dipahami bahwa yang menjadi warga negara Indonesia adalah orang Indonesia asli dan bangsa-bangsa keturunan lain yang telah diakui oleh undang-undang sebagai bagian dari warga negara Indonesia.

5. Lembaga Pemasyarakatan

Menurut hemat penulis lembaga pemasyarakatan (LAPAS) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan (ANDIKPAS) berdasarkan sistem pembinaan pemasyarakatan.

Adapun yang menjadi dasar pemikiran dari gagasan diatas yakni mengacu pada ketentuan yang digariskan di dalam Undang-Undang Negara Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan pasal 1 (ayat 1) digariskan bahwa: “Pemasyarakatan adalah kegiatan untuk melakukan pembinaan Warga Binaan Pemasyarakatan berdasarkan sistem, kelembagaan, dan cara pembinaan yang merupakan bagian akhir dari sistem pemidanaan dalam tata peradilan pidana. Kemudian lebih lanjut pada pasal 1 (ayat 3) digariskan bahwa:


(37)

64

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

“Lembaga Pemasyarakatan yang selanjutnya disebut LAPAS adalah tempat untuk

melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan”. D.Instrumen Penelitian.

Karena penelitian ini mengunakan pendekatan penelitian kualitatif, maka yang menjadi instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri (human instrument), untuk dapat menjadi instrument, maka dalam melaksanakan penelitian, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga dengan bekal tersebut mendukung peneliti untuk mampu bertanya, menganalisis, memotret, serta mengkonstruksi berbagai persoalan yang diteliti hingga menjadi lebih jelas dan bermakna. Sesuai dengan pendapat Nasution (Sugiono, 2011:223) yang menyatakan:

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunya bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.

Dari urian diatas, dapat dipahami bahwa didalam menghadapi karakteristik penelitian kualitatif yang segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti atau senantiasa berkembang sepanjang penelitian berlangsung, maka yang bertindak sebagai instrumen penelitian adalah peneliti sendiri (human instrument) agar dapat mengungkap fakta-fakta di situs penelitian. Sejalan dengan konsep tersebut Lincoln dan Guba (Satori dan Komaria, 2011:62) turut menjelaskan bahwa “manusia sebagai instrumen pengumpul data mamberikan keuntungan, dimana ia dapat bersikap fleksibel dan adaptif, serta dapat mengunakan


(1)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (1998). Prosedur Penelitian. Jakarta: Renika Cipta.

Bloom, Benyamin S. (2010). Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (Edisi Revisi). Yogyakarta: Penerbit Pustaka Pelajar.

Budimansyah, D dan Suryadi, K. (2008). PKn dan Masyarakat Multikultural. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan SPS UPI.

Budimansyah, D. (2012). Perancangan Pembelajaran Berbasis Karakter (Seri Pembinaan Profesionalisme Guru). Bandung: Widya Aksara Press.

CICED. (1999). Democratic Citizens in a Civil Society: Report of the Conference on Civic Education for Civil Society. Bandung: CICED.

Cogan, J.J. dan Derricott,R. (1998). Citizenship For The 21st Century: An International Perspective On Education. London: Kogan Page.

Cogan, JJ. (1999). Developing the Civic Society; The Role of Civic Education. Bandung: Penerbit CICED.

Creswell. J W. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and Evaluating Quantitative and Qualitative Research.USA: Person Education International.

... . (2010). Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Faisal, S. (1981). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: CV. Usaha Nasional

Gunakarya, W. (1988). Sejarah dan Konsepsi Pemasyarakatan. Bandung: Armico.

Joesoef, S dan Santoso, S. (1979). Pendidikan Luar Sekolah. Surabaya: C.V. Usaha Nasional.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1998). Jakarta : Penerbit Pustaka Amani.

Komalasari, K dan Syaifullah. (2009). Kewarganegaraan Indonesia: Konsep, Perkembangan dan Masalah Kontemporer. Bandung: Laboratorium PKn UPI.


(2)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Lincoln, Y.S. dan Guba, E.G. (1985). Naturalistic Inquiry. Baverly Hills: Sage Publications.

Majid, A. (2008). Perencanaan Pembelajaran (Mengembangkan Standar Kompetensi Guru). Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles dan Huberman. (1992). Analisis Data Kualitatif. Jakarta. Penerbit Universitas Indonesia ( UI - Press).

Moleong, Lexy J. (2001). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya.

... (2007). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung. PT. Remaja Rosdakarya. Muladi dan Barda Nawawi, A. (1984). Teori-Teori dan Kebijakan Pidana (Edisi

Revisi). Bandung. Alumni.

Nazir, Moh. (2007). Metode Penelitian. Bogor: Penerbit Ghalia Indonesia.

Nasution. (1997). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: PT Tarsito. Nurmalina, K & Syaifullah. (2008). Memahami Pendidikan Kewarganegaraan.

Bandung. Laboratorium Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetensi pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta.

Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Pendidikan Nasional. (2010). Pengembangan Pendidikan Budaya Dan Karakter Bangsa. Jakarta.

Qualifications and Curriculum Authority. (1998). Education for Citizenship and the Teaching of Democracy in Schools: Final Report of the Advisory Group for Citizenship. London: QCA.

Sapriya. (2012). Memperkokoh Posisi PKn Sebagai Disiplin Ilmu Terintegrasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Satori, J dan Komariah, A. (2011). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta.


(3)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Simanjuntak B. (1980). Membina dan Mengembangkan Generasi Muda. Bandung: Penerbit Tarsito.

Somantri, N. (2001). Menggagas Pembaharuan Pendidikan IPS. Bandung: Rosda Karya dan PPS UPI.

... (2011). Memperkokoh dan Memperluas Spirit PKn di Era Globalisasi. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Soemadipraja, Ahmad S. Dan Romli Atmasasmita. (1978).

Sudjana, D.(1983). Strategi Kegiatan Belajar Mengajar Dalam Pendidikan Nonformal. Bandung: Penerbit Theme 1976.

... (2008). Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: SPS UPI & PT Remaja Rosdakarya.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R&D. Bandung. Alfabeta.

Syaodih, N. (2007). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung. PT Remaja Rosdakarya.

Wahab, Abdul Aziz dan Sapriya. (2011). Teori dan Landasan Pendidikan Kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Winarno, 2007 : Paradigma Baru Pendidikan Kewarganegaraan di Perguruan Tinggi, Bumi Aksara, Jakarta.

Winarno. (2009). Kewarganegaraan Indonesia Dari Sosiologis Menuju Yuridis. Bandung. Alvabeta.

Winataputra, Udin S dan Budimansyah, D. (2012). Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Internasional (Konteks, Teori, dan Profil Pembelajaran). Bandung. Widya Aksara Press.

Winataputra. (2012). Transformasi nilai-nilai kebangsaan untuk memperkokoh jatidiri bangsa Indonesia: suatu pendekatan pendidikan kewarganegaraan. Bandung.

Windy Novia S.Pd. (2009). Kamus Ilmiah Populer (Referensi Ilmiah, Sains, Politik, Hukum, Sosial dan Budaya). Penerbit Wacana Intelektual.


(4)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Jurnal Ilmiah

Danial, E. (2009). Aktualisasi Guru Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Membina WNI Masa Depan. Bandung : Jurnal CIVICUS PKn FPIPS UPI. Rahmat. (2009). Model Pembelajaran Interaktif Untuk Meningkatkan

Kemampuan Berpikir Kritis Mahasiswa Pada Perkuliahan Sistem Pemerintahan Daerah. Bandung : Jurnal CIVICUS PKn FPIPS UPI. Skripsi, Thesis, dan Disertasi:

Atmaja, Thomy Sastra. (2007). Efektifitas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Terhadap Kekerasan Pada Anak Oleh Orang Tua di Kecamatan Siantan Kabupaten Pontianak. Pontianak. Universitas Tanjungpura

Furnamasari, Yayang F. (2011). Proses Pendidikan Hukum dalam Pembentukan Karakter Anak yang Bermasalah dengan Hukum. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia.

Suparman, H. Asep. (2011). Pendidikan Hukum Kritis pada Anak Konflik Hukum dalam Perspektif Pendidikan Kewarganegaraan: Studi Kasus di Rumah Tahanan Negara Kelas I Bandung). Bandung: Universitas Pendidikan Indoensia.

Fitriasari, S. (2008). Proses Pendidikan Hukum Pada Lembaga Pemasyarakatan Dalam Pembina Warga Negara Yang Baik: Studi Kasus Pada Lembaga Pemasyarakatan Klas II.B Kabupaten Majalengka. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia.

Ruskandi, C (2010). Model Pengembangan Budaya Demokrasi Konstitusional Melalui Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Perspektif Pendidikan Demokrasi Berbasis Sekolah. UPI. Bandung.


(5)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Asshiddiqie, J. (2012). Living Constitution. Bandung: Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan Universitas Pendidikan Indonesia.

Budimansyah, D. (2012). Cakrawala PKn. Bandung. Universitas Pendidikan Indonesia

Winataputa, Udin S. IDEALS AND ISSUES IN CIVIC EDUCATION: Foundational Perspectives (General Introduction).

Peraturan Perundang-Undangan:

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Amandemen ke-4. 2007. Jakarta. Visimedia

Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. 2010. Bandung. Fokusmedia.

Undang-Undang R.I Nomor 12 Tahun 1995 Tentang Pemasyarakatan Undang-Undang R.I Nomor 12 Tahun 2006 Tentang Kewarganegaraan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 1999 Tentang Syarat Dan Tata Cara Pelaksanaan Hak Warga Binaan Pemasyarakatan.

Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 73 Tahun 1991 Tentang Pendidikan Luar Sekolah.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 49 tahun 2007 Tentang Standar Pengelolaan Pendidikan oleh Satuan Pendidikan Nonformal.

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 3 Tahun 2008 Tentang Standar Proses Pendidikan Kesetaraan Program Paket A, Program Paket B, Dan Program Paket C

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 14 Tahun 2007 Tentang Standar Isi Untuk Program Paket A, Program Paket B, dan Program Paket C.

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor. M. 01. PR. 07. 03. Tahun 1985 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Lembaga Pemasyarakatan.


(6)

Thomy Sastra Atmaja, 2013

Revitalisasi Pendidikan Kewarganegaraan Dalam Program Pembinaan Warga Negara Indonesia Muda Di Lembaga Pemasyarakatan Anak (Studi Deskriptif Pada Lembaga Pemasyarakatan Anak Klas IIB Propinsi Kalimantan Barat)

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia Nomor : M.02-PK.04.10 Tahun 1990 Tentang Pola Pembinaan Narapidan atau Tahanan.