HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI : Study Deskriptif pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang.

(1)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

(Study Deskriptif Pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan

Oleh

M. Afdhaluddin Hafizh 0901529

PRODI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2014


(2)

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN

PARTISIPASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI

(Study Deskriptif Pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang)

Oleh:

M. AFDHALUDDIN HAFIZH

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan

© M. Afdhaluddin Hafizh 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Februari 2014

Hak Cipta dilindungi Undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

MUHAMMAD AFDHALUDDIN HAFIZH

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PARTISIPASI BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI

(Study Deskriptif Pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang) DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH

PEMBIMBING :

Pembimbing I

Dr. Bambang Abduljabar, M.Pd NIP. 196509091991021001

Pembimbing II

Dr. Nuryadi, M.Pd NIP. 197101171998021001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Drs. Mudjihartono, M.Pd NIP. 196508171990011001


(4)

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa

Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

(Study Deskriptif pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang)

Muhammad Afdhaluddin Hafizh

Bambang Abduljabar

1

Nuryadi

2

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

muhammadafdhol20@ymail.com ABSTRAK

Kurangnya kecerdasan emosional siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani mengindikasikan rendahnya partisipasi belajar gerak siswa. Pentingnya melibatkan kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi, empati serta keterampilan sosial dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.

Suatu study deskriptif dengan metode survey serta menggunakan teknik kuisioner/angket dalam pengumpulan data. Disebar pada 104 orang siswa di SMP IT As-Syifa Subang.

Data hasil penyebaran angket dan analisis Pearson Correlation dan Koefisien Korelasi (Uji R2) dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 21, diperoleh hasil besaran korelasi 0,787 dengan rtabel 0,189112 (df=102 dan taraf signifikan α=0,05).

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa, Pertama, hubungan kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang adalah positif. Kedua, terdapat bukti-bukti bahwa kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang. Ketiga, terdapat interaksi guru dan siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ketika kecerdasan emosional dikaitkan dengan partisipasi belajar.

Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Partisipasi Belajar Siswa, Belajar Gerak, Belajar Emosi


(5)

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Relationship between Emotional Intelligence and Student

Participation in Learning Physical Education

(Descriptive Study in the 7th Grade of Islami Junior High School

As-Shifa Subang)

Muhammad Afdhaluddin Hafizh

Bambang Abduljabar

1

Nuryadi

2

PROGRAM STUDY PHYSICAL EDUCATION AND RECREATION FACULTY OF PHYSICAL EDUCATION AND HEALTH

INDONESIAN UNIVERSITY OF EDUCATION

muhammadafdhol20@ymail.com ABSTRACT

Lack of students emotional intelligence in teaching physical education indicates low student's participation in motion study. The importance of involving self-awareness, self-control, motivation, empathy and social skills in the learning process of physical education.

A descriptive study using survey method and questionnaire techniques/questionnaires in data collection. Distributed to 104 students in the 7th grade of islami junior high school As-Shifa Subang.

Data from questionnaire and analysis Pearson Correlation and Coefficient of Correlation (R2 Test) by using the computer program SPSS 21, the amount of correlation results obtained 0.787 with rtabel 0.189112 (df = 102, and the significant level α = 0.05).

These results of research indicate that, first, the relationship between emotional intelligence and student's participation in the 7th grade of islami junior high school As-Shifa Subang is positive. Second, there are evidences that emotional intelligence can be enhanced by student's participation in the 7th grade of islami junior high school As-Shifa Subang. Third, there is teachers and students interaction in the 7th grade of islami junior high school As-Shifa Subang when emotional intelligence is associated with learning participation.

Keywords: Emotional Intelligence, Student’s Participation, Motion Study, Emotional Study.


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK………... ... i

KATA PENGANTAR. ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI………. ... iv

DAFTAR TABEL…….. ... vi

DAFTAR GAMBAR…. ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 6

1.3.Tujuan Penelitian ... 7

1.4.Manfaat penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1.Tinjauan Pustaka ... 9

2.1.1.Profil SMP IT As-Syifa Subang ... 9

2.1.2.Konsep Pendidikan Jasmani ... 10

2.1.3.Konsep Kecerdasan Emosional ... 12

2.1.4.Konsep Partisipasi Belajar Siswa ... 18

2.1.5.Keterkaitan antara Kecerdasan Emosional dengan Partisipasi Belajar Siswa ... 22

2.2.Penelitian Terdahulu ... 25

2.3.Hipotesis ... 26

BAB III METODE PENELITIAN... 27

3.1.Objek Penelitian ... 27

3.2.Metode Penelitian ... 27

3.3.Populasi dan Sampel Penelitian ... 27

3.3.1. Populasi ... 27

3.3.2. Sampel ... 28

3.4.Operasional Variabel ... 30

3.5.Teknik Pengumpulan Data ... 31


(7)

v

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.6.1. Analisis Instrumen ... 32

3.6.2. Teknik Analisis Data ... 35

3.6.3Uji Hipotesis ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 39

4.1.Deskripsi Objek Penelitian ... 39

4.2.Profil Sampel ... 40

4.3.Gambaran Umum Variabel Penelitian ... 43

4.4.Hasil Penelitian ... 50

4.5.Pembahasan Hasil Penelitian ... 54

4.6.Implikasi Pendidikan ... 57

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 62

5.1.Kesimpulan ... 62

5.2.Saran ... 64

DAFTAR PUSTAKA ... 66


(8)

DAFTAR TABEL

1.1 Nilai Rata-Rata Akhir Semester Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani

Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang... 3

2.1 Penelitian Terdahulu ... 25

3.1 Data Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 28

3.2 Daftar Sampel Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 29

3.3 Tabel Operasional Variabel... 30

3.4 Hasil Uji Validitas Instrumen... 33

3.5 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 34

4.1 Data Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 40

4.2 Daftar Sampel Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 40

4.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Kelas Belajar ... 41

4.4 Karakteristik Sampel Berdasarkan Golongan Umur ... 42

4.5 Klasifikasi Skor Standar Per Item ... 44

4.6 Klasifikasi Jumlah Skor Standar Kecerdasan Emosional Siswa ... 45

4.7 Klasifikasi Skor Kecerdasan Emosional Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 45

4.8 Klasifikasi Jumlah Skor Standar Partisipasi Belajar Siswa ... 48

4.9 Klasifikasi Skor Partisipasi Belajar Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 49

4.10 Correlations ... 51

4.11 Correlations ... 52


(9)

vii

DAFTAR GAMBAR

1.1 Kecerdasan Emosional Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 4

1.2 Kecerdasan Emosional yang Kurang Dimiliki Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ... 5

2.1 Cakupan Ranah dari Pendidikan Jasmani ... 11

2.2 Variabel-Variabel yang Mempengaruhi Belajar Keterampilan Gerak ... 22

3.1 Gambar Persamaan Arah Korelasi ... 37

4.1 Peta Kabupaten Subang... 39

4.2 Karakteristik Sampel Berdasarkan Kelas Belajar ... 41

4.3 Karakteristik Sampel Berdasarkan Golongan Umur ... 42

4.4 Gambar Arah Korelasi ... 53

4.5 Interaksi Guru dan Siswa Kecerdasan Emosional Dikaitkan dengan Pertisipasi Belajar Siswa ... 57


(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan.Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut, pendidikan memiliki peran yang sangat penting. Hal ini sesuai dengan UU No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Menurut dokumen SISDIKNAS 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, ahlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Pendidikan jasmani sebagai komponen pendidikan secara keseluruhan telah disadari oleh banyak kalangan. Namun, dalam pelaksanaannya pengajaran pendidikan jasmani berjalan belum efektif seperti yang diharapkan.Pembelajaran pendidikan jasmani cenderung tradisional. Pengertian pendidikan jasmani sering dikaburkan dengan konsep lain, yaitu menyamakan pendidikan jasmani dengan olahraga kecabangan tertentu. Pengertian itu memberikan pandangan yang sempit dan menyesatkan arti pendidikan jasmani yang sebenarnya.Walaupun memang benar olahraga kecabangan itu mempunyai tujuan tertentu, namun karena tidak dikaitkan dengan tujuan pendidikan, maka kegiatan itu tidak mengandung unsur-unsur pedagogi.

Pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, serta mengembangkan


(11)

2

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat, aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.

Pendidikan jasmani memiliki tujuan: (a) meletakkan landasan karakter moral, (b) membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi, (c) menumbuhkan kemampuan berfikir kritis, (d) mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab, kerjasama, percaya diri, dan demokratis, mengembangkan kemampuan gerak dan keterampilan berbagai macam permainan dan olahraga, (e) mengembangkan keterampilan mengelola diri dalam pemeliharaan kebugaran (Depdiknas; 2003).

Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disebutkan bahwa pendidikan jasmani adalah suatu proses pendidikan melalui aktivitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. Lingkungan belajar diatur secara seksama untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan seluruh ranah, jasmani, psikomotorik, kognitif, dan afektif setiap siswa.

Di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Islam Terpadu (IT) As-syifa yang beralamat di Jalan Raya Subang – Bandung Km 12, Desa Tambakmekar Kecamatan Jalan cagak Kabupaten Subang, sedikit berbeda dengan sekolah SMP lain pada umumnya, karena siswa laki-laki dan perempuan di pisahkan dalam satu lingkungan. Siswa laki-laki terbagi menjadi 4 kelas dari kelas 7 sampai dengan kelas 9, yaitu kelas Ibnu Sinna, Al-Biruni, Al-Khawarizmi, dan Ibnu Khaldun. Berikut adalah rata-rata nilai akhir pelajaran pendidikan jasmani kelas 7 SMP IT As-syifa dalam kurun waktu 3 tahun terakhir :


(12)

3

Tabel 1.1

Nilai Rata-Rata Akhir Semester Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang

Semester Ganjil dan Genap

Kelas

Tahun Ajaran

2010-2011 2011-2012 2012-2013

Ganjil Genap Ganjil Genap Ganjil

Ibnu Sina 74,38 68,91 77,09 86,10 67

Al Biruni 72,41 72,79 79,80 87,06 70

Al Khawarijmi 73,74 71,55 79,05 85,60 76 Ibnu Kholdun 73,44 69,71 83,00 84,40 70,8

Sumber: SMP IT As-Syifa

Berdasarkan tabel 1.1, nilai rata-rata mata pelajaran pendidikan jasmani kelas 7 pada tahun ajaran 2010-2012 mengalami peningkatan. Namun pada tahun ajaran 2012-2013 semester ganjil nilai rata-rata mata pelajaran pendidikan jasmani mengalami penurunan drastis.

Masalah diatas tentu saja tidak bisa dibiarkan karena berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang pada akhirnya akan menentukan arah pembangunan suatu bangsa.

Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani bukan hal mudah, salah satu syarat diperlukan adanya partispasi atau keikutsertaan siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah. Partisipasi siswa dalam pembelajaran sangat penting untuk menciptakan pembelajaran yang aktif, efektif, kreatif, dan menyenangkan. Partisipasi merupakan keikutsertaan siswa dalam suatu kegiatan untuk mencapai tujuan dari kegiatan tersebut. Dalam hal ini, dengan berpartisipasi siswa terhadap pembelajaran pendidikan jasmani, maka tujuan dari pendidikan jasmani itu sendiri dapat tercapai. Partispasi siswa di dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani dapat dilihat dari tingkat kehadiran yang baik, keterlibatan dalam proses pembelajaran cukup aktif serta bagaimana keseriusan dalam mengikuti proses pembelajaran pendidikan jasmani.

Menurut surat kabar harian online (www.edukasi.kompasiana.com) menjelaskan faktor yang mempengaruhi partisipasi belajar ialah faktor manusia, faktor tujuan, faktor bahan ajar, faktor fasilitas waktu dan sarana belajar. Dalam penelitian ini penulis akan meneliti faktor dalam diri manusia khususnya faktor


(13)

4

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

internal. Salah satu faktor internal manusia adalah kecerdasan emosional atau Emotional Quotient (EQ).

Menurut Baharuddin dan Nur Wahyuni Esa (2007:158):

Kecerdasan emosional adalah suatu kemampuan untuk mengendalikan, mengorganisasi, dan mempergunakan emosi ke arah kegiatan yang mendatangkan hasil optimal. Emosi yang dikendalikan ini merupakan dasar bagi otak untuk dapat berfungsi dengan baik. Dengan demikian, kecerdasan emosi tidak mengabaikan kecerdasan intelektual, tetapi melengkapinya agar menjadi suatu kekuatan intern dalam diri sesorang. Adapun ciri-ciri kecerdasan emosional menurut Baharudin dan Nur Wahyuni Esa (2007:158-160) yaitu kesadran awarenes, pengaturan

diri/self-regulation, motivasi/motivation, empati/emphaty, dan keterampilan sosial/social skill.

Berdasarkan hasil pra penelitian penulis, yang dilakukan pada 61 siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ternyata setengah siswa memilki kecerdasan emosional yang dianggap kurang. Hal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1.1 dibawah ini

Gambar 1.1

Kecerdasan Emosional Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang (Sumber: Murid SMP IT As-Syifa)

Sebagian besar dari siswa menganggap dirinya kurang memiliki kecerdasan emosional sikap empati, selanjutnya keterampilan sosial, kesadaran diri, motivasi, dan terakhir pengaturan diri. Hal itu dapat tergambar oleh Gambar 1.2 dibawah ini:

Baik 51% KurangBaik


(14)

5

Gambar 1.2

Faktor Emosional yang Kurang Dimilki Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang

(Sumber: Murid SMP IT As-Syifa)

Dalam pembelajaran pendidikan jasmani kecerdasan emosional dapat menjadi pengendali siswa dalam aktivitas pendidikan jasmani, dimana pembelajaran pendidikan jasmani memerlukan kesadaran dan pengaturan diri, motivasi, empati, serta keterampilan sosial dari dalam diri siswa. Sebagai contoh, ketika dalam melakukan tugas belajar berupa gerak ataupun bentuk permainan siswa seharus mempunyai kesadaran diri berupa keyakinan atas kemampuan dirinya. Jika tidak maka siswa tersebut akan memiliki sifat rendah diri atau minder, yang itu merupakan suatu sikap yang tidak baik bagi masa perkembangan siswa. Masih berhubungan dengan rendahnya tingkat kesadaran diri siswa, ada siswa enggan untuk melakukan tugas gerak atau permainan dengan serius ataupun sungguh-sungguh karena berlebihnya ketakutan yang akan menyebabkan badannya lelah, capek serta mengantuk yang membuat dirinya tidak fokus lagi untuk belajar mata pelajaran selajutnya setelah pelajaran pendidikan jasmani berakhir.

Contoh selanjutnya , sikap empati, motivasi dan keterampilan sosial dalam pendidikan jasmani yaitu, jika ada siswa yang belum mampu melaksanakan tugas gerak ataupun melakukan kesalahan dalam permainan, ada sebagian siswa yang menjadikanya sebuah lelucon ataupun bahan ejekan. Jika sikap empati, motivasi dan keterampilan sosial nya telah ada dalam diri siswa, siswa tersebut tidak akan melakukan hal kurang baik itu, akan tetapi sebaliknya akan memberikan support atau dukungan, baik berupa ucapan verbal atau tindakan. Masih berhubungan

Kesadaran Diri 20%

Pengaturan Diri 12% Motivasi

16% Sikap Empati

31% Keterampilan

Sosial 21%


(15)

6

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan contoh lain siswa yang kurang memliki keterampilan sosial, siswa tersebut enggan bekerja sama dengan teman yang lainya karena menggangap dirinyalah yang paling hebat (overconfiden).

Salah satu partisipasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani selain keseriusan belajar teori adalah belajar gerak. Belajar gerak dalam pengajaran pendidikan jasmani tidak hanya melibatkan motorik siswa, akan tetapi juga kognisi dan afeksi siswa. Gerak (tubuh) yang ditampilkan siswa akan selalu terkait dengan persepsi siswa tentang gerak (kognisi), dan begitu juga dengan

mood, perasaan atau emosi siswa. Gerak (tubuh) tidak bisa menjadi tunggal, tetapi

perlu dimanfaatkan dalam pengembangan kognisi dan afeksi siswa. Manakala siswa melakukan tugas belajar gerak, pada saat yang sama seorang guru pendidikan jasmani, perlu menggugah rasa dan fikiran siswa. Karena itu pendidikan jasmani menjadi sangat uniq dalam pengajaranya. Fisik dikembangkan, tetapi bersamaan dengan itu emosi dapat dikembangkan pula.

Dengan demikian pengajaran pendidikan gerak, aktivitas jasmani ataupun olahraga akan selalu terkait dengan kecerdasan emosional siswa. Terlepas dari realita negatif tersebut, tak sedikit juga siswa yang telah mengetahui, memahami dan menyadari keistimewaan pembelajaran pendidikan jasmani untuk dunia pendidikan.

Berdasarkan uraian diatas penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar

Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani (Study Deskriptif pada Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang)

1.2Rumusan Masalah

Penelitian ini akan mengkaji hubungan kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa di dalam kelas pendidikan jasmani. Kecerdasan emosional yang dimaksud dalam penelitian ini kesadaran diri, pengendalian diri, motivasi, empati, serta keterampilan sosial. Semua siswa diharapkan bersedia dan berpartisipasi aktif didalam belajar gerak pada kelas pendidikan jasmani. Siswa perlu membawakan dan menggerakan dirinya untuk terlibat aktif dalam belajar gerak. Sedangkan, partisipasi belajar yang dimaksud dalam penelitian ini adalah,


(16)

7

keterlibatan, spontanistas, dengan kesadaran disertai tanggung jawab diri untuk mencapai tujuan.

Jadi penelitian ini akan membahas keterkaitan dimensi emosi dengan dimensi gerak tubuh dalam wujud partisipasi belajar gerak siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

Atas dasar latar belakang masalah dan identifikasi masalah diatas dapat dimunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan antara kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang dalam pembelajaran pendidikan jasmani?

2. Bagaimana kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui partisipasi belajar siswa ?

3. Bagaimana interaksi guru dan siswa ketika kecerdasan emosional dikaitkan dengan partispasi belajar siswa ?

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupakan pegangan/pedoman bagi peneliti dalam melaksanakan penelitianya. Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :

1. Hubungan antara kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang dalam pembelajaran pendidikan jasmani. 2. Mendapatkan bukti-bukti kecerdasan emosional dapat ditingkatkan melalui

partisipasi belajar siswa.

3. Mengetahui interaksi guru dan perilaku siswa dalam meningkatkan kecerdasan melalui partisipasi belajar siswa.

1.4Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian, maka hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut :


(17)

8

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Manfaat Ilmiah

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan untuk memberikan sumbangan ilmu pengetahuan dan pemikiran mengenai kecerdasan emosional terhadap partisipasi belajar siswa dalam pembelajaran pendidikan jasmani.

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat disajikan bahan informasi bagi pihak-pihak yang berkepentingan di dunia pendidikan dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan.


(18)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Objek Penelitian

Menurut Sutrisno Hadi yang dikutip oleh Arikunto (2010: 159), mendefinisikan bahwa variabel sebagai gejala yang bervariasi. Kemudian Arikunto (2010:161) menegaskan bahwa variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka yang menjadi objek dalam penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu kecerdasan emosional serta variabel terikatnya adalah partisipasi belajar siswa dalam pendidikan jasmani. Dan unit analisisnya adalah siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang.

3.2Metode Penelitian

Menurut Sugioyono (2010:6), metode penelitian dapat diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dikembangkan, dan dibuktikan, suatu pengetahuan tertentu sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahakan, dan mengantisipasi masalah. Oleh karena itu, metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan survey. Pendekatan survey adalah suatu pendekatan yang pada umumnya digunakan untuk mengumpulan data yang luas dan banyak (Arikunto, 2010: 156). Menurut Van Dalen yang dikutip oleh Arikunto (2010:156) mengatakan bahwa, survey merupakan bagian dari studi deskriptif yang bertujuan untuk mencari kedudukan (status) fenomena (gejala) dan menentukan kesamaan status dengan cara membandingkannya dengan standar yang sudah ditentukan.

3.3Populasi dan Sampel Penetilian 3.3.1 Populasi

Menurut Arikunto (2010: 173), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam


(19)

28

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

wilayah penelitian, maka penelitiannya merupakan penelitian populasi.Studi atau penelitiannya juga disebut studi populasi atau studi sensus.

Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa laki-laki /ikhwan kelas 7 SMP IT Syifa Subang. Adapun data dari kelas 7 SMP IT As-Syifa tersebut sebagai berikut:

Tabel 3.1

Data Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang

No Kelas Jumlah Siswa

1 Ibnu Sina 34

2 Al Biruni 34

3 Al Khawrijmi 34

4 Ibnu Khaldun 34

Total Siswa 136

Sumber: Data SMP IT As-Syifa Subang

3.3.2 Sampel

Setelah memperolah jumlah populasi yang akan diteliti, maka langkah selanjutnya adalah menentukan jumlah sampel siswa untuk seluruh sampel. Adapun jumlah siswa secara keseluruhan sebanyak 136 siswa. Untuk penarikan sampel siswa, penulis menggunakan rumus pengambilan sampel dengan metode Solvin sebagai berikut: (www.analisis-statistika.blogspot.com)

Dimana

n : jumlah sampel N : jumlah populasi

E : batas toleransi kesalahan (error tolerance)

Dengan menggunakan rumus tersebut, didapat sampel siswa kelas 7 SMP IT Subang sebagai berikut :


(20)

29

Dari rumus diatas dapat diketahui bahwa ukuran sampel yang diambil yaitu, 101 siswa kelas 7 SMP IT As-syifa Subang, selanjutnya menentukan jumlah sampel dari masing-masing kelas. Untuk menentukan jumlah sampel dilakukan secara proportional random sampling dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Keterangan :

Spl : Jumlah sampel pada tiap-tiap sub populasi n : Jumlah sampel dalam sub populasi

N : Jumlah sampel dalam populasi js : Jumlah sampel yang dibutuhkan

Dari hasil perhitungan dari rumus diatas diperoleh sebaran sampel untuk siswa kelas 7 SMP IT As-syifa Subang sebagai berikut :

Tabel 3.2

Daftar Sample Siswa Kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang

No Kelas Populasi Sampel

1 Ibnu Sina 34

2 Al Biruni 34

3 Al Khawrijmi 34

4 Ibnu Khaldun 34

Jumlah 136 104

Pengambilan sampel siswa pada setiap kelas dilakukan dengan penyebaran angket secara langsung kepada siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang.


(21)

30

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.4Operasionalisasi Variabel

Untuk menghindari terjadinya kekeliruan didalam menafsirkan permasalahan yang penulis teliti, maka berikut ini buat penjabaran konsep yang dapat dijadikan pedoman dalam menemukan aspek-aspek yang diteliti, adapun tabel operasional variabel sebagai berikut:

Tabel 3.3

Tabel Operasional Variabel

Variabel Sub Variabel Indikator Skala

Partisipasi Belajar Siswa

(Y)

Partisipasi Pikiran Kemauan siswa memberikan pendapat dalam kegiatan mata pelajaran pendidikan jasmani

Ordinal

Partisipasi Tenaga 1. Keterlibatan siswa dalam kegiatan mata pelajaran pendidikan jasmani

2. Kemauan siswa melakukan aktivitas gerak maupun aktivitas permainan dalam mata pelajaran pendidikan jasmani Kecerdasan

Emosional (X)

Kesadran diri/

self-awarenes

1. Memiliki kepercayaan diri

Ordinal Pengaturan diri/

self-regulation

1. Mengelola emosi-emosi dan desakan hati

2. Memelihara norma kejujuran dan integritas

3. Mudah menerina dan terbuka terhadap gagasan, pendekatan, dan

informasi-informasi baru. Motivasi/motivation 1. Memiliki dorongan

untuk menjadi lebih baik

2. Kegigihan dalam memperjuangkan sasaran


(22)

31

Empati/emphaty 1. Mengindra perasaan dan perspektif orang lain

2. Berusaha menumbuhkan kemampuan orang lain

3. Bergaul dengan macam-macam orang keterampilan

sosial/social skill

1. Mengirim pesan yang jelas dan meyakinkan 2. Memandu kelompok

dan orang lain 3. Menumbuhkan

hubungan yang bermanfaat

4. Kerjasama dengan orang lain demi tujuan bersama

3.5Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dengan teknik tertentu sangat diperlukan dalam pengujian anggapan dasar dan hipotesis karena teknik tersebut dapat menentukan lancar tidaknya suatu penelitian.Pengumpulan data yang diperlukan untuk menguji anggapan dasar dan hipotesis. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, maka teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah:

1) Angket, yaitu daftar pertanyaan yang diberikan kepada orang lain bersedia memberikan respons (sampel) sesuai dengan permintaan pengguna.

2) Wawancara, yaitu dengan bertanya pada nara sumber yang sesuai dengan kebutuhan data untuk penelitian.

3) Studi dokumentasi, yaitu ditujukan untuk memperoleh data langsung dari tempat penelitian, meliputi buku-buku yang relevan, peraturan- peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, dan data yang relevan.

3.6Teknik Pengolahan Data

Ada beberapa langkah yang dilakukan dalam pengolahan data hasil penelitian ini, yaitu:


(23)

32

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.6.1 Analisis Instrumen

Agar hasil penelitian tidak bias dan diragukan kebenarannya maka alat ukur tersebut harus valid dan reliable. Untuk itulah terhadap kuesioner yang diberikan kepada sampel dilakukan 2 macam tes yaitu tes validitas dan tes reliabilitas.

1) Tes Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrument (Arikunto, 2010:211). Untuk menguji validitas instrumen, digunakan teknik Korelasi Product Momentdari Pearson dengan rumus dibawah ini:

√{ } { }

( Arikunto, 2010:213) Keterangan:

rxy = koefisien validitas yang dicari

X = skor yang diperoles dari subjek tiap item Y = skor total item instrumen

∑ = jumlah skor dalam distribusi X ∑ = jumlah skor dalam distribusi Y

∑ = jumlah kuadrat pada masing-masing skor X ∑ = jumlah kuadrat pada masing-masing skor Y

N = Jumlah sampel

Dalam hal ini kriterianya adalah sebagai berikut : rxy< 0,20 = validitas sangat rendah

0,20 – 0,39 = validitas rendah 0,40 – 0,59 = validitas sedang/cukup 0,60 – 0,89 = validitas tinggi

0,90 – 1,00 = validitas sangat tinggi

Dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 koefisian korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan, dibandingan dengan tabel korelasi


(24)

33

tabel nilai r dengan derajat kebebesan (N-2) dimana N menyatakan jumlah baris atau banyak sampel.

Jika ryx> r 0,05 maka valid, dan jika rxy< r 0,05 maka tidak valid.

Adapun hasil dari uji validitas instrumen adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4

Hasil Uji Validitas Instrumen

Item

Soal Validitas Keterangan

Item

Soal Validitas Keterangan

1 0,4961 Valid 19 0,5252 Valid

2 0,3311 Valid 20 0,5380 Valid

3 0,6975 Valid 21 0,6350 Valid

4 0,2954 Valid 22 0,4280 Valid

5 0,6339 Valid 23 0,5592 Valid

6 0,3816 Valid 24 0,3412 Valid

7 0,6855 Valid 25 0,5289 Valid

8 0,4955 Valid 26 0,4978 Valid

9 0,4408 Valid 27 0,5145 Valid

10 0,3076 Valid 28 0,5852 Valid

11 0,4405 Valid 29 0,3898 Valid

12 0,4192 Valid 30 0,4980 Valid

13 0,5609 Valid 31 0,5566 Valid

14 0,6471 Valid 32 0,6175 Valid

15 0,5606 Valid 33 0,6190 Valid

16 0,3020 Valid 34 0,3867 Valid

17 0,5267 Valid 35 0,3022 Valid

18 0,3055 Valid 36 0,4191 Valid

Sumber: Hasil Pengolahan Data

Dari hasil perhitungan setiap item soal kuesioner diperoleh nilai ttabel

dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 104 -2, yaitu 0,2941. Dengan demikian semua item kuesioner dalam penelitian ini valid.

2) Tes Reabilitas

Reabilitas menunjukan pada satu pengertian bahwa suatu istrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen tersebut sudah baik (Arikunto, 2010:221).


(25)

34

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

⁄ ⁄ ⁄ ⁄

(Arikunto, 2010:224) Dengan keterangan:

= reabilitas instrumen

⁄ ⁄ = rxy yang disebutkan sebgai indeks korelasi antara dua belahan

instrumen

Selanjutnya dengan taraf signifikansi α = 0,05, nilai reabilitas yang diperoleh dari hasil perhitungan dibandingkan dengan nilai dari tabel korelasi nilai r dengan derajat kebebasan (N-2) dimana N menyatakan jumlah baris atau banyak sampel.

Jika r11> rtabel maka reabel, dan jika r11< rtabel maka tidak reabel.

Adapun hasil dari uji reliabilitas instrumen adalah sebagai berikut:

Tabel 3.5

Hasil Uji Reliabilitas Instrumen

Item

Soal Validitas Keterangan

Item

Soal Validitas Keterangan

1 0,6632 Reliabel 19 0,6887 Reliabel

2 0,4975 Reliabel 20 0,6996 Reliabel

3 0,8218 Reliabel 21 0,7767 Reliabel

4 0,4561 Reliabel 22 0,5994 Reliabel

5 0,7759 Reliabel 23 0,7173 Reliabel

6 0,5524 Reliabel 24 0,4500 Reliabel

7 0,8134 Reliabel 25 0,6918 Reliabel

8 0,6627 Reliabel 26 0,6647 Reliabel

9 0,6119 Reliabel 27 0,6795 Reliabel

10 0,4705 Reliabel 28 0,7383 Reliabel

11 0,6116 Reliabel 29 0,5610 Reliabel

12 0,5909 Reliabel 30 0,6649 Reliabel

13 0,7187 Reliabel 31 0,7151 Reliabel

14 0,7857 Reliabel 32 0,7635 Reliabel

15 0,7184 Reliabel 33 0,7647 Reliabel

16 0,4640 Reliabel 34 0,5577 Reliabel

17 0,6900 Reliabel 35 0,4641 Reliabel

18 0,4680 Reliabel 36 0,5906 Reliabel


(26)

35

Dari hasil perhitungan setiap item soal kuesioner diperoleh nilai ttabel

dengan menggunakan taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan 104 -2, yaitu 0,2941. Dengan demikian semua item kuesioner dalam penelitian ini reliabel.

3.6.2 Teknik Analisis data

Analisis data dilakukan dengan pendekatan kuantitatif yang dilakukan melalui analisis statistik.Statistik yang digunkan dalam penelitian ini adalah statistik parametrik dimana data yang digunakan adalah data-data berskala minimal interval.Mengingat skor yang diperoleh dari variabel bebas mempunyai tingkat pengukuran ordinal, maka perlu ditingkatkan menjadi interval melalui MSI (Methods of Succesive Interval).

Adapun langkah-langkah untuk melakukan transformasi data melalui MSI adalah :

1. Hitung frekuensi masing-masing kategori sampel.

2. Tentukan nilai proporsi untuk masing-masing kategori sampel.

3. Jumlah nilai proporsi menjadi proporsi kumulatif untuk masing-masing kategori sampel.

4. Diasumsikan proporsi kumulatif (PK) mengikuti distribusi normal baku, maka untuk setiap nilai PK (untuk masing kategori masing-masing sampel) akan didapat nilai Z (dari tabel normal baku).

5. Hitung nilai densitas (Z) untuk masing-masing nilai Zi

6. Hitung SV (Skala Velue) untuk masing-masing kategori sampel, secara umum rumus yang digunakan sebagai berikut :

Model analisis korelasi digunakan untuk mengukur kuatnya tingkat hubungan linear antara dua variabel. Untuk mengukur kuatnya hubungan (korelasi), antara dua variabel X dan Y di beri symbol rXY atau r saja.


(27)

36

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.6.3 Uji Hipotesis

Selanjutnya uji hipotesis, maka penulis menggunkan Uji Pearson Correlation dan Uji Koefisien Determinasi Majemuk (R2).

1. Uji Pearson Correlation

Uji hipotesis dengan Uji Pearson Correlation adalah teknik statistik untuk menguji ada tidaknya hubungan serta arah hubungannya dari dua variabel.

Besarnya koefisien korelasi antara -1 0 +1. Besaran koefisien -1 dan +1 adalah koefisien yang sempurna, namun jika koefisioen korelasi 0 atau mendekati 0 maka dianggap tidak berhubungan antara dua variabel yang diuji.

Arah hubungan:

Positif (Koefisien 0 s/d 1) Negatif (Koefisien 0 s/d -1)


(28)

37

Gambar 3.1

Gambar Persamaan Arah Korelasi Untuk pengambilan keputusan statistik digunakan dua cara:

1) Koefisien korelasi dibanduingkan dengan nilai rtabel (korelasi tabel):

 Apabila koefisien korelasi > rtabel, maka ada korelasi yang

signifikan (Ha diterima)

 Apabila koefisien korelasi < rtabel, maka tidak ada korelasi

yang signifikan (Ho diterima)

2) Melihat Sig.

 Apabila nilai Sig. < 0,05 , maka ada korelasi yang signifikan (Ha diterima)

 Apabila nilai Sig. > 0,05 , maka tidak ada korelasi yang signifikan (Ho diterima)

Interpretasi arah hubungan dilihat dari tanda koefisian korelasi:  Tanda (-) berarti apabila variabel X tinggi, maka varaibel Y

rendah.

 Tanda (+) berarti apabila variabel X tinggi, maka Y juga tinggi.

2. Koefisien Korelasi (R2)

Koefisien kolerasi (R2) dalam hal ini mengukur seberapa besar proporsi variansi variabel dependen dijelaskan oleh semua variabel independen. R2 dinamakan koefisien determinasi atau koefisien penentu. Dinamakan demikian oleh karena 100 R2 % dari pada variasi yang terjadi dalam variabel tak bebas Y dapat dijelaskan oleh variabel bebas X dengan adanya regresi linier Y atas X (Sudjana, 2005:368).

Formula untuk menghitung koefisien determinasi (R2) adalah sebagai berikut:

∑ ̂


(29)

38

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Nilai R2 berkisar antara 0 dan 1 (0 < R2< 1), dengan ketentuan sebagai berikut:

 Jika R2 semakin mendekati angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin erat atau dekat, atau dengan kata lain lain model tersenut dapat dinilai baik.

 Jika R2 semakin menjauhi angka 1, maka hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat semakin tidak erat atau jauh, atau dengan kata lain lain model tersebut dapat dinilai kurang baik.


(30)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Hasil uji person correlation diperoleh besar korelasi yaitu 0,787. Jika di bandingkan dengan rtabel 0,189112 (df=102 dan taraf signifikan α=0,05), maka

koefisien korelasi > rtabel yaitu 0,787 > 0,189112. Artinya terdapat korelasi

yang signifikan antara variabel X (kecerdasan emosional) dan variabel Y (partisipasi belajar siswa). Selanjutnya dengan melihat nilai signifikan, diketahui tingkat signifikan adalah 0,000. Maka nilai signifikan < 0,05, yaitu 0,000 < 0,05. Artinya terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X (kecerdasan emosional) dan variabel Y (partisipasi belajar siswa). Dari perhitungan statistik yang telah dilakukan maka hipotesis yang menyatakan terdapat hubungan positif antara kecerdasan emosional dengan partisipasi belajar siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang diterima, itu berarti Ha di

terima. Sedangkan Pada uji r2, keeratan hubungan antara variabel independen (kecerdasan emosional siswa) dan variabel dependen (partisipasi belajar siswa) yang di peroleh dari hasil penelitian ini adalah sebesar 0,787. Artinya bahwa garis korelasi mampu menjelaskan sebesar 78,7% terhadap fakta dan sisanya sebesar 21,3% dijelaskan oleh variabel lain.

2. Kecerdasan emosional siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang dapat ditingkatkan melalui partisipasi belajar siswa dengan hal-hal berikut:

1) Menyediakan sarana prasarana dan media pembelajaran yang lengkap. Jika sarana prasarana dan media pembelajaran yang lengkap membuat siswa lebih percaya diri untuk menunjukan kemampuan yang terbaik dalam diri siswa tersebut.

2) Membuat aturan main yang dimengerti dan dipahami untuk siswa dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani, jika tidak mematuhi tentunya ada sebuah hukuman yaitu, tidak mengikuti pembelajaran atau dianggap tidak hadir.


(31)

63

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3) Menciptakan kondisi pembelajaran lebih menarik untuk siswa serta membuat inovasi baru dalam pembelajaran sehingga membuat siswa lebih antusias lagi.

4) Selalu mengingatkan murid untuk lebih menghargai (respect) temannya. karena pada hakikatnya pendidikan jasmani mengajarkan kita untuk bersikap respect pada sesama. Karena pendidikan jasmani harus memberikan sumbangsih pada lingkungan sosialnya.

5) Memberikan tugas kelompok baik tugas teori berkelompok atau tugas gerak yang berkelompok seperti olahraga permain. Hal tersebut dilakukan untuk menumbuhkan keterampilan sosial bagi siswa.

Berdasarkan hasil tersebut dapat kita simpulkan bahwa dalam pembelajaran ini mencakup kegiatan pengembangan kognitif-reflektif,

afektif-emosional, dan pengembangan keterampilan sosial siswa/social skill.

Pengembangan ini mencakup tumbuhnya sikap intern dalam diri siswa. Karena pada dasarnya pembelajaran tersebut dapat menumbuhkan keberhasilan gerak siswa agar terbangun kepercayaan diri siswa, sehingga kemudian terbentuk pula sebuah penghargaan terhadap diri/self esteem dan terbentuknya konsep dalam dirinya/self concept, dan kemudian siswa tumbuh menjadi mandiri yang pandai dalam membawakan dirinya dengan penuh kepercayaan. Ataupun bukti lainya mampu megembangkan daya tarik tubuh siswa, membuat sisi maskulin siswa laki-laki. Dalam hal ini menyentuh pada pengembangan feeling/mood untuk terlibat pada tugas gerak, dan karena keterlibatan itu mampu untuk menumbuhkan motivasi/motivated, percaya diri/self confiden, dan lebih mampu dalam pengelolaan dirinya/self regulated. 3. Suatu pembelajaran harus menumbuhkan interaksi dan komunikasi dari

siswa/student interaction, dalam artian menumbuhkan situasi interaksi diantara siswa untuk terciptanya keterhubungan satu dengan yang lain. Seiring dengan hal tersebut diharapkan muncul juga rasa (mood) dari siswa. Karena dari hal tersebut lebih menyentuh kepada pengembangan mood untuk terlibat pada tugas belajar gerak, dan karena keterlibatan dalam tugas gerak itu mampu menumbuhkan sikap pengendalian diri/self regulated. Setelah berkembangnya


(32)

64

hal tersebut diarahkan kepada motivasi dirinya/self motivated untuk lebih baik lagi dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani. Seiring dengan itupun diharapkan adanya keterlibatan emosi siswanya. Salah satu cara untuk terciptanya keterlibatan emosi dalam diri siswa dengan cara dihadapkan kepada tantangan baru ataupun inovasi/ being innovated dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.

Pembelajaran ini mencakup kegiatan yang lebih berfokus pada tumbuhnya perasaan dan sikap internal siswa/afektif-emosional. Terciptanya situasi diatas mampu menciptakan pembelajaran lebih membuat siswa penuh dengan jiwa

humanistik, aktif inovatif, kreatif dan menyenangkan. Tentunya dalam situasi

belajar yang kondusif dan efisien. Interaksi guru dan siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ketika kecerdasan emosional dikaitkan dengan partisipasi belajar terjalin sebelum proses pembelajaran dimulai, saat proses pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran berlangsung.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang secara umum telah memiliki kecerdasan emosional, tetapi hal ini harus dijadikan faktor pendorong bagi guru untuk dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kecerdasan emosional dan partisipasi belajar siswa.

2. Memberikan batas waktu dalam hal pengumpulan tugas atau pekerjaan rumah disertai reward atau hukuman, hal ini dilakukan agar siswa mempunyai motivasi dalam belajar yang merupakan salah satu unsur dalam pengaturan diri

3. Mengajarkan siswa untuk lebih menghargai usaha dan prestasi yang telah dilakukan oleh orang lain dengan cara memberikan teladan dalam pergaulan serta sopan santun yang berlaku di lingkungan sekolah

4. Untuk siswa yang memiliki kecerdasan emosional yang rendah, guru harus mengajarkan dan mengembangkan kecerdasan emosional dengan cara


(33)

65

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

memberikan kasih sayang yang dubutuhkan oleh siswa yang bersifat menyeluruh, kasih sayang ini berarti menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan emosi siswa. Menjalin hubungan yang terbuka dengan siswa karena hubungan yang terbuka akan meningkatkan citra diri, keterampilan menguasai situasi. Menerapkan disiplin yang tegas dan konsisten, guru memiliki cara–cara yang telah terpikir matang, terencana untuk menghadapi perilaku siswa yang menyimpang.


(34)

DAFTAR PUSTAKA Dari Buku Teks :

Abduljabar, Bambang. 2010. Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung. Rizqi Press.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. .RinekaCipta.

Baharuddin, dan EsaNurwahyuni. 2007. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.

Cooper, Robert K dan AymanSawaf. 1998. Kecerdasan Emosional dalam

Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. 1996. Emitional Intelligence (Terjemahan). Jakata. Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, Yusuf. 2008. Psikologi Olahraga. Bandung. CV BintangWarlika.

Jensen, Eric. 2011. Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta Barat.Indeks.

Kusnadi, dan Hendar. 1999. Ekonomi koperasi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta. Lembaga Penerbit FE-UI.

Lutan, Rusli. 2001. Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta. Depdiknas.

Mulyasa, E. 2003.Kurikulum BerbasisKompetensi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Najat, Utsman. 2003. Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi.Jakarta Selatan.Hikmah.

Sastropoetro, Santoso. 1986. Partisipasi, Komunikasi, Persuasi dan Disiplin


(35)

67

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono . 2011. Metode penelitian Kuantitatif dan kualitatif. Bandung. Alfabeta.

Sukintaka. 2004. Filosofi, Pembelajaran, dan Masa Depan Teori Pendidikan

Jasmani. Bandung. Nuansa.

Dari Jurnal Penelitian, Skripsi atau Tesis :

Firmansyah, Helmy. Hasil Belajar Pendidikan Jasmani. Jurnal.

Ernita. 2009. Partisipasi Anggota Sebagai Indikator Keberhasilan Kooperasi. Jurnal.

Hayati, Nor. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurangnya

Partisipasi Mahasiswa Malaysia dalam Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler di Universitas Negeri Semarang. UNNES: Skripsi

YuliaWidiastuti, Fitria. Hubungan Hasil Belajar dengan Partisipasi Belajar

dalam Pembelajaran PKN. Jurnal.

Internet dan lain-lain :

Undang-Undang SISDIKNAS No.20 tahun 2003.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pengertian Kecerdasan Emosional pada

http://www.sarjanaku.com/2011/07/kecerdasan-emosi.html yang di unduh tanggal 29 Mei 2013


(36)

68

Ciri-ciri kecerdasan enosional pada

http://media.kompasiana.com/buku/2013/05/01/tahukah-anda-tentang-ciri-ciri-kecerdasan-emosional-556353.html yang diunduh tanggal 29 Mei 2013

Peta Kabupaten Subang pada http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Subang yang di


(37)

Muhammad Afdhaluddin Hafizh, 2014

Hubungan Kecerdasan Emosional Dengan Partisipasi Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pendidikan Jasmani

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN


(1)

hal tersebut diarahkan kepada motivasi dirinya/self motivated untuk lebih baik lagi dalam pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani. Seiring dengan itupun diharapkan adanya keterlibatan emosi siswanya. Salah satu cara untuk terciptanya keterlibatan emosi dalam diri siswa dengan cara dihadapkan kepada tantangan baru ataupun inovasi/ being innovated dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani.

Pembelajaran ini mencakup kegiatan yang lebih berfokus pada tumbuhnya perasaan dan sikap internal siswa/afektif-emosional. Terciptanya situasi diatas mampu menciptakan pembelajaran lebih membuat siswa penuh dengan jiwa

humanistik, aktif inovatif, kreatif dan menyenangkan. Tentunya dalam situasi

belajar yang kondusif dan efisien. Interaksi guru dan siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang ketika kecerdasan emosional dikaitkan dengan partisipasi belajar terjalin sebelum proses pembelajaran dimulai, saat proses pembelajaran berlangsung, dan setelah pembelajaran berlangsung.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, penulis mengajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian, bahwa siswa kelas 7 SMP IT As-Syifa Subang secara umum telah memiliki kecerdasan emosional, tetapi hal ini harus dijadikan faktor pendorong bagi guru untuk dapat mempertahankan bahkan meningkatkan kecerdasan emosional dan partisipasi belajar siswa.

2. Memberikan batas waktu dalam hal pengumpulan tugas atau pekerjaan rumah disertai reward atau hukuman, hal ini dilakukan agar siswa mempunyai motivasi dalam belajar yang merupakan salah satu unsur dalam pengaturan diri

3. Mengajarkan siswa untuk lebih menghargai usaha dan prestasi yang telah dilakukan oleh orang lain dengan cara memberikan teladan dalam pergaulan serta sopan santun yang berlaku di lingkungan sekolah


(2)

65

memberikan kasih sayang yang dubutuhkan oleh siswa yang bersifat menyeluruh, kasih sayang ini berarti menyediakan situasi yang baik bagi perkembangan emosi siswa. Menjalin hubungan yang terbuka dengan siswa karena hubungan yang terbuka akan meningkatkan citra diri, keterampilan menguasai situasi. Menerapkan disiplin yang tegas dan konsisten, guru memiliki cara–cara yang telah terpikir matang, terencana untuk menghadapi perilaku siswa yang menyimpang.


(3)

DAFTAR PUSTAKA Dari Buku Teks :

Abduljabar, Bambang. 2010. Landasan Ilmiah Pendidikan Intelektual Dalam

Pendidikan Jasmani. Bandung. Rizqi Press.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta. .RinekaCipta.

Baharuddin, dan EsaNurwahyuni. 2007. Teori Belajar & Pembelajaran. Jogjakarta. Ar-Ruzz Media.

Cooper, Robert K dan AymanSawaf. 1998. Kecerdasan Emosional dalam

Kepemimpinan dan Organisasi. Jakarta. Gramedia Pustaka Utama.

Goleman, Daniel. 1996. Emitional Intelligence (Terjemahan). Jakata. Gramedia Pustaka Utama.

Hidayat, Yusuf. 2008. Psikologi Olahraga. Bandung. CV BintangWarlika.

Jensen, Eric. 2011. Pembelajaran Berbasis Otak. Jakarta Barat.Indeks.

Kusnadi, dan Hendar. 1999. Ekonomi koperasi Untuk Perguruan Tinggi. Jakarta. Lembaga Penerbit FE-UI.

Lutan, Rusli. 2001. Asas-Asas Pendidikan Jasmani. Jakarta. Depdiknas.

Mulyasa, E. 2003.Kurikulum BerbasisKompetensi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya.

Najat, Utsman. 2003. Belajar EQ dan SQ dari Sunnah Nabi.Jakarta Selatan.Hikmah.


(4)

67

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor Yang mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta.

Sugiyono . 2011. Metode penelitian Kuantitatif dan kualitatif. Bandung. Alfabeta.

Sukintaka. 2004. Filosofi, Pembelajaran, dan Masa Depan Teori Pendidikan

Jasmani. Bandung. Nuansa.

Dari Jurnal Penelitian, Skripsi atau Tesis :

Firmansyah, Helmy. Hasil Belajar Pendidikan Jasmani. Jurnal.

Ernita. 2009. Partisipasi Anggota Sebagai Indikator Keberhasilan Kooperasi. Jurnal.

Hayati, Nor. 2001. Analisis Faktor-faktor yang Menyebabkan Kurangnya

Partisipasi Mahasiswa Malaysia dalam Kegiatan Kokurikuler dan Ekstrakurikuler di Universitas Negeri Semarang. UNNES: Skripsi

YuliaWidiastuti, Fitria. Hubungan Hasil Belajar dengan Partisipasi Belajar

dalam Pembelajaran PKN. Jurnal.

Internet dan lain-lain :

Undang-Undang SISDIKNAS No.20 tahun 2003.

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pengertian Kecerdasan Emosional pada

http://www.sarjanaku.com/2011/07/kecerdasan-emosi.html yang di unduh tanggal 29 Mei 2013


(5)

Ciri-ciri kecerdasan enosional pada http://media.kompasiana.com/buku/2013/05/01/tahukah-anda-tentang-ciri-ciri-kecerdasan-emosional-556353.html yang diunduh tanggal 29 Mei 2013

Peta Kabupaten Subang pada http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Subang yang di


(6)

LAMPIRAN