PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNIKASI AUGMENTATIF DAN ALTERNATIF SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI BAGI ANAK YANG MENGALAMI HAMBATAN KOMUNIKASI.

(1)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA KOMUNIKASI AUGMENTATIF DAN ALTERNATIF SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI BAGI ANAK YANG

MENGALAMI HAMBATAN KOMUNIKASI Oleh : Maimunah

NIM : 1201128

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media komunikasi augmentatif dan alternatif sebagai media komunikasi bagi anak yang mengalami hambatan komunikasi. Subjek penelitian ini adalah anak berumur 8 tahun yang mengalami hambatan komunikasi, anak tersebut belum bisa mengungkapkan keinginannya kepada orang lain. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Hasil temuan lapangan dari pengembangan komunikasi augmentatif dan alternatif berupa kartu gambar dan papan komunikasi dapat membantu anak menggunakan media ini sebagai media komunikasi baginya untuk berkomunikasi dengan orang lain. Media dikembangkan melalui tahapan asesment, observasi dan wawancara disesuaikan dengan kebutuhan anak, kemudian disusun sebuah media komunikasi augmentatif dan alternatif.


(2)

ABSTRACT

DEVELOPING AUGMENTATIVE AND ALTERNATIVE

COMMUNICATION MEDIA AS THE TOOLS FOR CHILD WHO HAS COMPLICATED COMMUNICATION

Oleh : Maimunah NIM : 1201128

The objective of this research is to develop augmentative and alternative communication for child who has complicated communication. The subject of the

research is a 8 years’s old boy who encounters the complicated communication,

can not express his desires to others. The study used qualitative and descriptive method. The result of media augmentative and alternative communication are picture card and communication board which can help the child in expressing his feeling and using this media as the tool to communicate with others. The media is developed based on assessment stage, observation and interview appropriated to

what children’s need, then implement augmentative and alternative communication media.


(3)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup sendiri, dan saling bergantung satu sama lain, sehingga memerlukan bantuan orang lain dalam menjalani kehidupannya. Agar keinginan yang akan disampaikan kepada orang dimengerti dan diterima oleh orang lain, maka diperlukanlah komunikasi. Miller dalam Mulyana (2012, hlm. 68) mengatakan “Komunikasi terjadi ketika suatu sumber menyampaikan suatu pesan kepada penerima dengan niat yang disadari untuk mempengaruhi perilaku penerima”

Komunikasi dilakukan oleh siapa saja, baik anak kecil, anak remaja, orang dewasa, orang tua, maupun orang yang berkebutuhan khusus. Komunikasi bisa terjadi antara seorang individu dengan seseorang, antara seorang individu dengan banyak orang atau dengan kelompok. Cangara dalam Meimulyani (2009) mendefinisikan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam.

Komunikasi yang disampaikan kepada orang lain dikatakan efektif apabila maksud dan tujuan yang disampaikan difahami dan dimengerti oleh orang itu. Seperti yang dikatakan oleh Verderber (1987, hlm. 7) dalam Reza (2013) bahwa “ komunikasi yang efektif adalah komunikasi dimana makna yang disimulasikan

serupa atau sama dengan yang dimaksudkan oleh komunikator.”

Kadangkala dalam proses penyampaian komunikasi yang dilakukan oleh seseorang ada yang lancar dan ada pula yang mengalami hambatan atau gangguan. Sehingga pesan yang disampaikannya tidak bisa dimengerti oleh orang yang menerima pesan. Hambatan atau gangguan yang dialami seseorang berbeda-beda antara seseorang dengan orang lain. Salah satu gangguannya adalah


(4)

keterbatasan kemampuan seorang individu dalam menyampaikan pesan. Vardiansyah (2004, hlm. 83) dalam Reza (2013) mengatakan “proses komunikasi terjadi manakala manusia berinteraksi dalam aktifitas komunikasi yaitu

menyampaikan pesan guna mewujudkan motif komunikasi”

Banyak ditemui sekarang anak-anak yang tidak bisa atau tidak mampu melakukan komunikasi dengan baik. Mereka mengalami hambatan dalam menyampaikan pesan. Bagi anak yang mengalami hambatan perkembangan, biasanya mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Gangguan komunikasi itu terjadi dampak dari ganguan atau hambatan yang dimiliki oleh anak. Dampak lain dari gangguan komunikasi yang dialami anak adalah anak tidak bisa mengikuti pelajaran dengan baik di sekolah, tidak bisa bersosialisasi dengan teman sebayanya, tidak bisa mengungkapkan keinginannya kepada orang lain, baik kepada guru, teman sebaya, atau orang tua, serta tidak berkembang sesuai dengan perkembangan anak pada umumnya. Anak juga tidak bisa bergaul dengan lingkungan yang berada di sekitar lingkungan rumahnya. Anak akan selalu bergantung kepada orang tua, karena orang tualah yang bisa memahami anaknya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Home dalam Meimulyani, 2009)

mengatakan “ anak dengan problem bicara, cacat fisik, cacat mental, gangguan

perilaku, dan pencapaian akademis yang rendah ditolak oleh teman sebayanya. Berdasarkan hasil studi di lapangan, peneliti menemukan seorang anak yang mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Anaknya sudah berumur 8 tahun dan belum bisa berkomunikasi secara lisan. Kemampuan yang dimiliki anak sekarang kadang-kadang menoleh atau melihat jika dipanggil, bisa melambaikan tangan

seperti “daah” ketika ada orang yang didekatnya mau pergi, bisa mengucapkan

kata mah, yah, bah itu juga kadang-kadang, mau mengikuti perintah sederhana dengan dibantu oleh ibunya. Seperti kalau ibu mengajak pipis ke kamar mandi, anak mau ikut dengan dibantu oleh orang tua dengan cara memegang tangannya ke kamar mandi. Kadang-kadang anak menggunakan jempol kanannya yang diletakkan dibawah dagu sambil mengucapkan kata-kata ghi-ghi apabila anak ingin mengungkapkan keinginannya. Akan tetapi keinginannya itu ada yang bisa


(5)

3

dipahami orang tua dengan cara menebak-nebak saja dan kadangkala ada yang tidak bisa dipahami oleh orang tua. Kalau orang tua tidak bisa memahami akan keinginannya, anak akan marah dan membuang atau melempar apa saja benda yang ada di depannya. Kalau diperhatikan dan dilihat dari keterampilan berbahasa yang baru dimiliki anak, keterampilan berbahasa yang dimiliki anak setara dengan perkembangan keterampilan berbahasa anak yang berumur 1 sampai 2 tahun. Itupun hanya beberapa keterampilan berbahasa saja yang baru dikuasai anak. Menurut Permanarian (2007, hlm. 33) dalam buku interaksi-komunikasi karakteristik dan keterampilan berbahasa anak yang berumur 1 sampai 2 tahun adalah :

Menoleh dan melihat jika dipanggil, menunjukkan pada benda atau gambar

jika disebutkan namanya, melambaikan tangan dan mengatakan “daah” jika

ada orang yang pergi, mengenali nama-nama orang, benda atau tubuh, mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mimik”, “mamam”, “ini”, “itu”,

menggunakan frase dua kata seperti “mimik susu”, mampu mengikuti

perintah sederhana, mengulangi kata-kata yang didengarnya dalam percakapan orang lain, menggunakan benda, gerak isyarat dan kata-kata sederhana untuk berkomunikasi.

Perkembangan keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh DK sekarang sangat jauh ketinggalan dibandingkan dengan perkembangan keterampilan berbahasa anak yang sudah berumur 8 tahun. Padahal kalau melihat dari perkembangan bahasa, anak yang sudah berumur 8 tahun sudah bisa berkomunikasi dengan lancar, mempunyai banyak perbendaharaan kata, mampu membuat kalimat yang lebih panjang, sudah bisa melakukan percakapan dengan orang dewasa, sudah mulai memahami bacaan.

Melihat dari hambatan komunikasi yang dimiliki oleh anak inilah peneliti ingin mengadakan penelitian untuk membantu subjek dalam rangka meningkatkan kemampuan komunikasi anak ke tingkat lebih baik. Kalau dibiarkan anak yang mengalami hambatan komunikasi ini akan ketinggalan dalam pelajaran, tidak bisa bergaul dengan teman sebaya, selalu bergantung kepada orang tua, tidak bisa mandiri, serta susah beradaptasi dengan lingkungan. Peneliti ingin membantu anak yang mengalami hambatan komunikasi dengan menggunakan Augmentative


(6)

and Alternative Communication (AAC). Menurut (Mc Comik & Shane, 1990) AAC yaitu tehnik-tehnik yang menggantikan komunikasi lisan bagi individu yang mengalami hambatan dalam bicara atau tidak mampu berkomunikasi secara lisan. Augmentative and Alternative Comminication diasumsikan dapat membantu anak yang mengalami hambatan komunikasi ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengembangkan media Augmentative and Alternative Communication agar bisa membantu anak yang mengalami hambatan komunikasi. Dan peneliti juga ingin mengetahui dan melihat keefektifan media Augmentative and Alternative Communication yang telah dikembangkan.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengembangkan media Augmentative and Alternative Communication yang dapat digunakan sebagai media komunikasi bagi anak yang mengalami hambatan komunikasi.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana anak yang mengalami hambatan komunikasi melakukan komunikasi di lingkungan keluarga dan di sekolah?

2. Media Augmentative and Alternative Communication bagaimana yang dapat digunakan untuk berkomunikasi pada anak yang mengalami hambatan komunikasi?

3. Apakah media Augmentative and Alternative Communication yang telah dikembangkan efektif digunakan dalam berkomunikasi pada anak yang mengalami hambatan komunikasi?


(7)

5

D. Tujuan Penelitian

Mengembangkan media Augmentative and Alternative Communication yang dapat digunakan anak yang mengalami hambatan komunikasi sebagai media komunikasi.

E. Manfaat Penelitiaan

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan baru dalam bidang disiplin ilmu PKKH ( Pendidikan Kebutuhan Khusus ) dalam mengembangkan media Augmentative and Alternative Communication (AAC) untuk membantu anak yang mengalami hambatan komunikasi. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada :

1. Kepala sekolah, sebaiknya sekolah menyediakan media komunikasi berupa kartu gambar dan papan komunikasi dalam proses belajar mengajar.

2. Guru, sebagai masukkan untuk menggunakan media Augmentative and Alternative Communication (AAC) sebagai media komunikasi kepada anak yang mengalami hambatan komunikasi.

3. Bagi orang tua mendapatkan cara dan pengalaman baru agar dapat membantu anaknya untuk bisa berkomunikasi melalui penggunaan media Augmentative and Alternative Communication (AAC) sebagai media komunikasi.

4. Bagi peneliti sendiri menjadi pengalaman tersendiri dan berharga dalam menangani anak yang mengalami hambatan komunikasi dalam menggunakan media Augmentative and Alternative Communication (AAC) sebagai media komunikasi.


(8)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Case jane, Smith. (1996). Occupational Therapy for Children. Mosby : A Times Mirror Company.

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group.

Efendi, Uchjana. (2011). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Jajang (2011). Pengaruh Penggunaan PECS Terhadap Peningkatan Keterampilan Komunikasi Pada Anak Dengan Gangguan Perkembangan Kecerdasan Yang Disertai Dengan Gangguan Pendengaran. Thesis Pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Taufan, Johandri. (2013). Kebijakan-kebijakan Kepala Sekolah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Di Sekolah X Kota Jambi. Thesis Pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Komala, lukiati. (2009). Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung : Widya Padjajaran.

Meimulyani, Y. (2009). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Melalui Sistem dan Penukaran Gambar (PECS) Pada Anak yang Tidak Berkomunikasi Secara Verbal. Thesis Pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.


(9)

88

Mulyana, Deddy. (2012). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nazir. (2014). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Rahardja, Djadja. (2006). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Criced : University of Tsukuba.

Reza, Abadi. (2013). Pengembangan Media Alternative Augmentative Communication Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Pada Anak Hambatan Komunikasi. Thesis Pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Skjorten, Johsen. (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. UPI Bandung.

Soyomukti Nurani. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta : Ar Ruzz Media.

Somad, Permanarian. (2007). Perkembangan Keterampilan Interaksi-Komunikasi Pada Anak Berkebutuhan Khusus. UPI Bandung.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (mixed Methods). Bandung : Alfabeta.

Sunanto ,dkk. (2005). Pengantar Peneltian dengan Subjek Tunggal. Bandung : Upi Press.

Warrick, Anne. (1998). Communication Without Speech Augmentative and Alternative Communication Around the World. Canada : Isaac Press . Wulandari, Rani. (2013). Tehnik Mengajar Siswa dengan Gangguan Bicara dan

Bahasa. Yoyakarta : Imperium.


(10)

Yuwono. (2009). Memahami Anak Autistik. Bandung : Alfabeta. http://www.psikologizone.com/definisi-media-komunikasi-dan-fungsinya/06511971 (tgl 16 juli 2014)

http://mcfdc.blogspot.com/2013/09/pecs-picture-exchange-communication.html (diunduh tgl 13 mai 2014)

http://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Alternative_and_augmentative_comm unication/


(1)

dipahami orang tua dengan cara menebak-nebak saja dan kadangkala ada yang tidak bisa dipahami oleh orang tua. Kalau orang tua tidak bisa memahami akan keinginannya, anak akan marah dan membuang atau melempar apa saja benda yang ada di depannya. Kalau diperhatikan dan dilihat dari keterampilan berbahasa yang baru dimiliki anak, keterampilan berbahasa yang dimiliki anak setara dengan perkembangan keterampilan berbahasa anak yang berumur 1 sampai 2 tahun. Itupun hanya beberapa keterampilan berbahasa saja yang baru dikuasai anak. Menurut Permanarian (2007, hlm. 33) dalam buku interaksi-komunikasi karakteristik dan keterampilan berbahasa anak yang berumur 1 sampai 2 tahun adalah :

Menoleh dan melihat jika dipanggil, menunjukkan pada benda atau gambar

jika disebutkan namanya, melambaikan tangan dan mengatakan “daah” jika

ada orang yang pergi, mengenali nama-nama orang, benda atau tubuh, mengucapkan kata-kata sederhana seperti “mimik”, “mamam”, “ini”, “itu”,

menggunakan frase dua kata seperti “mimik susu”, mampu mengikuti

perintah sederhana, mengulangi kata-kata yang didengarnya dalam percakapan orang lain, menggunakan benda, gerak isyarat dan kata-kata sederhana untuk berkomunikasi.

Perkembangan keterampilan berbahasa yang dimiliki oleh DK sekarang sangat jauh ketinggalan dibandingkan dengan perkembangan keterampilan berbahasa anak yang sudah berumur 8 tahun. Padahal kalau melihat dari perkembangan bahasa, anak yang sudah berumur 8 tahun sudah bisa berkomunikasi dengan lancar, mempunyai banyak perbendaharaan kata, mampu membuat kalimat yang lebih panjang, sudah bisa melakukan percakapan dengan orang dewasa, sudah mulai memahami bacaan.

Melihat dari hambatan komunikasi yang dimiliki oleh anak inilah peneliti ingin mengadakan penelitian untuk membantu subjek dalam rangka meningkatkan kemampuan komunikasi anak ke tingkat lebih baik. Kalau dibiarkan anak yang mengalami hambatan komunikasi ini akan ketinggalan dalam pelajaran, tidak bisa bergaul dengan teman sebaya, selalu bergantung kepada orang tua, tidak bisa


(2)

and Alternative Communication (AAC). Menurut (Mc Comik & Shane, 1990) AAC yaitu tehnik-tehnik yang menggantikan komunikasi lisan bagi individu yang mengalami hambatan dalam bicara atau tidak mampu berkomunikasi secara lisan. Augmentative and Alternative Comminication diasumsikan dapat membantu anak yang mengalami hambatan komunikasi ini.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian untuk mengembangkan media Augmentative and Alternative Communication agar bisa membantu anak yang mengalami hambatan komunikasi. Dan peneliti juga ingin mengetahui dan melihat keefektifan media Augmentative and Alternative Communication yang telah dikembangkan.

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian dalam penelitian ini adalah mengembangkan media Augmentative and Alternative Communication yang dapat digunakan sebagai media komunikasi bagi anak yang mengalami hambatan komunikasi.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana anak yang mengalami hambatan komunikasi melakukan komunikasi di lingkungan keluarga dan di sekolah?

2. Media Augmentative and Alternative Communication bagaimana yang dapat digunakan untuk berkomunikasi pada anak yang mengalami hambatan komunikasi?

3. Apakah media Augmentative and Alternative Communication yang telah dikembangkan efektif digunakan dalam berkomunikasi pada anak yang mengalami hambatan komunikasi?


(3)

D. Tujuan Penelitian

Mengembangkan media Augmentative and Alternative Communication yang dapat digunakan anak yang mengalami hambatan komunikasi sebagai media komunikasi.

E. Manfaat Penelitiaan

Hasil penelitian ini diharapakan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan ilmu pengetahuan baru dalam bidang disiplin ilmu PKKH ( Pendidikan Kebutuhan Khusus ) dalam mengembangkan media Augmentative and Alternative Communication (AAC) untuk membantu anak yang mengalami hambatan komunikasi. Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukkan kepada :

1. Kepala sekolah, sebaiknya sekolah menyediakan media komunikasi berupa kartu gambar dan papan komunikasi dalam proses belajar mengajar.

2. Guru, sebagai masukkan untuk menggunakan media Augmentative and Alternative Communication (AAC) sebagai media komunikasi kepada anak yang mengalami hambatan komunikasi.

3. Bagi orang tua mendapatkan cara dan pengalaman baru agar dapat membantu anaknya untuk bisa berkomunikasi melalui penggunaan media Augmentative and Alternative Communication (AAC) sebagai media komunikasi.

4. Bagi peneliti sendiri menjadi pengalaman tersendiri dan berharga dalam menangani anak yang mengalami hambatan komunikasi dalam menggunakan media Augmentative and Alternative Communication (AAC) sebagai media komunikasi.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Azhar. (2013). Media Pembelajaran. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Case jane, Smith. (1996). Occupational Therapy for Children. Mosby : A Times Mirror Company.

Bungin, Burhan. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta : Prenada Media Group.

Efendi, Uchjana. (2011). Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Jajang (2011). Pengaruh Penggunaan PECS Terhadap Peningkatan Keterampilan Komunikasi Pada Anak Dengan Gangguan Perkembangan Kecerdasan Yang Disertai Dengan Gangguan Pendengaran. Thesis Pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Taufan, Johandri. (2013). Kebijakan-kebijakan Kepala Sekolah Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif Di Sekolah X Kota Jambi. Thesis Pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.

Komala, lukiati. (2009). Ilmu Komunikasi Perspektif, Proses, dan Konteks. Bandung : Widya Padjajaran.

Meimulyani, Y. (2009). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Melalui Sistem dan Penukaran Gambar (PECS) Pada Anak yang Tidak Berkomunikasi Secara Verbal. Thesis Pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung.


(5)

Mulyana, Deddy. (2012). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.

Nazir. (2014). Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Rahardja, Djadja. (2006). Pengantar Pendidikan Luar Biasa. Criced : University of Tsukuba.

Reza, Abadi. (2013). Pengembangan Media Alternative Augmentative Communication Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Pada Anak Hambatan Komunikasi. Thesis Pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung

Skjorten, Johsen. (2003). Pendidikan Kebutuhan Khusus Sebuah Pengantar. UPI Bandung.

Soyomukti Nurani. (2012). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jogjakarta : Ar Ruzz Media.

Somad, Permanarian. (2007). Perkembangan Keterampilan Interaksi-Komunikasi Pada Anak Berkebutuhan Khusus. UPI Bandung.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Kombinasi (mixed Methods). Bandung : Alfabeta.

Sunanto ,dkk. (2005). Pengantar Peneltian dengan Subjek Tunggal. Bandung : Upi Press.

Warrick, Anne. (1998). Communication Without Speech Augmentative and Alternative Communication Around the World. Canada : Isaac Press . Wulandari, Rani. (2013). Tehnik Mengajar Siswa dengan Gangguan Bicara dan


(6)

Yuwono. (2009). Memahami Anak Autistik. Bandung : Alfabeta. http://www.psikologizone.com/definisi-media-komunikasi-dan-fungsinya/06511971 (tgl 16 juli 2014)

http://mcfdc.blogspot.com/2013/09/pecs-picture-exchange-communication.html (diunduh tgl 13 mai 2014)

http://www.rch.org.au/kidsinfo/fact_sheets/Alternative_and_augmentative_comm unication/