PENGEMBANGAN MEDIA ALTERNATIF AND AUGMENTATIF COMMUNICATION (AAC) DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA ANAK DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI.

(1)

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN MEDIA

ALTERNATIF AND AUGMENTATIF COMMUNICATION (AAC) DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI

PADA ANAK DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI

TESIS

diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

oleh

Reza Febri Abadi, S.Pd 1102726

PRORAM STUDI PENDIDIKAN KEBUTUHAN KHUSUS

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2013


(2)

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PENGEMBANGAN MEDIA

ALTERNATIF AND AUGMENTATIF

COMMUNICATION (AAC)

DALAM MENGEMBANGKAN

KETERAMPILAN KOMUNIKASI PADA ANAK DENGAN

HAMBATAN KOMUNIKASI

Oleh Reza Febri Abadi

S.Pd Univesitas Pendidikan Indonesia, 2013

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus

© Reza Febri Abadi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.


(3)

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.

LEMBAR PENGESAHAN

PENGEMBANGAN MEDIA

ALTERNATIVE AND AUGMENTATIVE COMMUNICATION (AAC) DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI

PADA ANAK DENGANHAMBATAN KOMUNIKASI

oleh

Reza Febri Abadi, S.Pd 1102726

disetujui dan disahkan oleh: Pembimbing

Dr. Zaenal Alimin, M.Ed. NIP 195903241984031002

diketahui oleh

Ketua Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus Sekolah Pascasarjana

Universitas Pendidikan Indonesia,

Dr. Djadja Rahardja, M.Ed. NIP 195904141985031005


(4)

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul “Pengembangan Media Alternative and Augmentative Communication (AAC) dalam Mengembangkan Keterampilan

Komunikasi pada Anak dengan Hambatan Komunikasi” ini beserta seluruh isinya sepenuhnya benar-benar karya saya sendiri, tidak ada di dalamnya merupakan plagiat dari karya orang lain dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan.

Bandung, Juni 2013

Yang membuat pernyataan,

Reza Febri Abadi, S.pd NIM 1102726


(5)

iii

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA ALTERNATIF AND AUGMENTATIF

COMMUNICATION (AAC) DALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN

KOMUNIKASI PADA ANAK DENGAN HAMBATAN KOMUNIKASI Reza Febri Abadi, S.Pd/1102726/Prodi Pendidikan Kebutuhan Khusus/SPs UPI

Faktor yang melatarbelakangi penelitian ini adalah bahwa terdapat anak yang mengalami kesulitan untuk berkomunikasi. Hambatan komunikasi yang dialami oleh subyek dibuktikan dengan melihat pemerolehan bahasa anak dengan usia yang telah 15 tahun namun belum bisa berkomunikasi verbal sebagaimana anak dengan usia tersebut, anak seharusnya sudah pada tahapan kompetensi penuh dan produktivitas bahasa secara memadai, sehingga dalam kehidupan sehari-hari anak tersebut banyak memerlukan bantuan dari orang lain untuk melakukan berbagai kegiatan. Penelitian ini bertujuan mengembangkan media alternative and augmentative communication, sebagai upaya mengembangkan keterampilan komunikasi anak dengan hambatan komunikasi. Pendekatan yang digunakan yaitu dengan Exploratory Mixed Method Research Design. Desain ini dipilih karena peneliti harus menangani dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif berupa data deskriptif yang menghasilkan pengembangan media alternative and augmentative communication; sedangkan data kuantitatif adalah berupa hasil pengukuran keefektifan media

alternative and augmentative communication yang dirumuskan berdasarkan data-data

kualitatif tersebut. Hasil temuan dilapangan menunjukkan bahwa; 1) hasil pengembangan alternative and augmentative communication menghasilkan papan komunikasi, buku komunikasi, foto-foto tentang barang yang dikenal anak prosedur pelaksanaan media komunikasi. 2) media alternative and augmentative

communication yang telah dikembangkan memberikan pengaruh pada pengembangan

keterampilan komunikasi anak, yang tadinya anak tidak bisa berkomunikasi tetapi dengan bantuan media ini anak dapa berkembang keterampilan komunikasinya. Berdasarkan temuan penelitian, peneliti merekomendasikan 1) penggunaan media

alternative and augmentative communication, memerlukan berbagai tahapan asesmen

seperti melalui observasi, wawancara, dan lain sebagainya, dimana hal tersebut memerlukan waktu yang relatif panjang oleh karenanya diharapkan pihak yang ingin mengembangkan media alternative and augmentative ini harus konsisten dalam melakukan tahapan tersebut. 2) Bagi pihak yang ingin menerapkan media alternative

and augmentative communication ini harus memperhatikan beberapa hal yaitu harus


(6)

iv

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari media, menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif untuk kelancaran proses belajar, juga diperlukan seseorang yang membantu dalam menerapkan penggunaan media alternative and augmentative communication pada anak dan dilaksanakan pada waktu yang telah diprogramkan

ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF ALTERNATIVE AND AUGMENTATIVE COMMUNICATION MEDIA IN ENHANCHING COMMUNICATION SKILL

OF CHILDREN WITH COMMUNICATION DISORDER

Reza Febri Abadi, S.Pd/1102726/Special Needs Education Study Program/ Postgraduate School, Indonesian University of Education

The factor that underlying this research is there still be found children who encounter communication disorder. It is showed by a 15-year-old student who still has difficulties to communicate verbally, generally in age of 15 he should have adequate skill to master syntax elements of his own mother tongue. Most of the time, he seems to be confused and hurt himself whenever he cannot express his feeling. Due to that condition, he needs help from people around him. This study aims at developing an alternative and augmentative communication media, in effort to develop the communication skills of children with communication difficulty. The study used Exploratory Mixed Methods Research Design. This design is chosen because the researchers had to deal with two types of data, qualitative and quantitative. Qualitative data is descriptive data that resulted in the development of alternative and augmentative communication media; while quantitative data is a result of the alternative and augmentative communication media which formulated based on the qualitative data. Based on the field observation indicate that: 1) the development of alternative and augmentative communication produces communication boards, communication books, some photos about goods which are familiar to the children, communication media implementation procedures. 2) The AAC media which has been developed also influenced children's communication skills. The children showed some improvement in his communication skills. Based on the research findings, the researcher recommends 1) the use of alternative and augmentative communication media, such assessment requires various stages through observation, interviews, and so forth, where it requires a relatively long time therefore expect the media who wish to develop alternative and augmentative this should consistent in these stages. 2) For


(7)

v

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

those who want to implement alternative and augmentative communication media should pay attention to some things that have to know in advance about the child's condition, knowing the concepts and procedures of the media, creating a learning climate that is conducive to smooth the process of learning, also needed a someone which helps in implementing the use of alternative and augmentative communication media in children and carried out at pre-defined


(8)

v

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

UCAPAN TERIMA KASIH ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GRAFIK ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Fokus dan Pertanyaan Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Metode Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Komunikasi ... 8

B. Anak dengan Hambatan Komunikasi... 13

C. Dampak Hambatan Komunikasi terhadap Kemampuan Kognitif Anak ... 15

D. Pentingnya Keterampilan Komunikasi bagi Proses Pembelajaran Anak ... 16

E. Alternative and Augmentative Communication ... 18


(9)

vi

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

G. Kerangka Berpikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian ... 26

B. Desain Penelitian ... 27

C. Prosedur Penelitian... 28

1. Penelitian Tahap Pertama ... 28

a) Lokasi Penelitian ... 28

b) Informan Penelitian ... 28

c) Proses Penelitian Tahap Satu ... 29

d) Teknik Pengumpulan Data ... 29

e) Teknik Analisis Data ... 33

2. Penelitian Tahap Kedua ... 34

a) Desain Penelitian Kuantitatif ... 36

b) Lokasi dan Subjek Penelitian ... 37

c) Variabel Penelitian ... 37

d) Instrumen Penelitian ... 38

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Kondisi Objektif Anak dengan Hambatan Komunikasi ... 47

2. Media yang Saat ini digunakan dalam Pembelajaran Keterampilan Komunikasi pada Anak dengan Hambatan Komunikasi ... 51

3. Pengembangan Media Alternative and Augmentative Communication yang Dapat Mengembangkan Keterampilan Komunikasi pada Anak dengan Hambatan Komunikasi ... 52 4. Efektivitas Hasil Pengembangan Media Alternative and Augmentative


(10)

vii

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Komunikasi Anak dengan Hambatan Komunikasi ... 79

B. Pembahasan ... 90

1. Keunggulan Media ... 95

2. Keterbatasan Media ... 97

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 99

B. Rekomendasi ... 101

DAFTAR PUSATAKA ... 104

LAMPIRAN ... 107


(11)

viii

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pertanyaan Penelitian ... 31

Tabel 4.1 Skor Kemampuan Keterampilan Komunikasi ... 80

Tabel 4.2 Hasil Baseline (A) Kemampuan Keterampilan Komunikasi ... 81

Tabel 4.3 Hasil Intervensi (B) Kemampuan Keterampilan Komunikasi ... 82

Tabel 4.5 Panjang Kondisi ... 84

Tabel 4.6 Kecenderungan Arah... 84

Tabel 4.7 Rentang Stabilitas ... 84

Tabel 4.8 Mean Level ... 85

Tabel 4.9 Batas Atas ... 85

Tabel 4.10 Batas Bawah ... 86

Tabel 4.11 Persentase Stabilitas ... 86

Tabel 4.12 Data Perubahan ... 87

Tabel 4.13 Jejak Data ... 88

Tabel 4.14 Perubahan Kecenderungan Arah ... 88

Tabel 4.15 Perubahan Level Data ... 88


(12)

ix

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1 Hasil Baseline (A) Kemampuan Keterampilan Komunikasi ... 81 Grafik 4.2 Hasil Intervensi (B) Kemampuan Keterampilan Komunikasi ... 83 Grafik 4.4 Rekapitulasi Kemampuan Keterampilan Komunikasi ... 90


(13)

x

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Desain A-B ... 36

Gambar 4.1 Papan Komunikasi ... 49

Gambar 4.2 Foto Kartu Komunikasi ... 60

Gambar 4.3 Papan Komunikasi ... 71

Gambar 4.4 Buku Komunikasi ... 72


(14)

xi

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR BAGAN

Bagan 3.1 Eksploratory Mixed Methods Research Design ... 27 Bagan 3.2 Prosedur Penelitian... 27


(15)

xii

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

Kisi-kisi Instrument Penelitian ... 107

LAMPIRAN 2

Pedoman Wawancara ... 109 Pedoman Observasi ... 111 Lembar Validasi Media ... 115

LAMPIRAN 3

Fhoto kegiatan intervensi anak ... 120 Fhoto barang-barang anak ... 117


(16)

1

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalah makhluk sosial, yaitu makhluk yang tidak bisa hidup sendiri karena selalu membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dalam melaksanakan fungsinya sebagai makhluk sosial, manusia dituntut memiliki berbagai keterampilan, salah satunya adalah keterampilan berkomunikasi. Komunikasi merupakan proses yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu (baik individu pada umumnya ataupun individu berkebutuhan khusus) untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitar dalam mencapai tujuan hidupnya. Definisi lain menurut Cangara dalam Meimulyani (2009) “komunikasi adalah suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian yang mendalam”. Melalui komunikasi, interaksi menjadi lebih bermakna dan mempengaruhi segala aspek kehidupannya. Dengan komunikasi pula manusia dapat menyampaikan segala keinginannya, menyampaikan informasi, berpendapat, baik secara verbal (melalui lisan) maupun secara non verbal. Selain itu, dengan komunikasi setiap individu juga dapat membaca dan memahami perasaan, pemikiran, serta keinginan orang lain yang memungkinkan individu untuk merespon dan memberi tanggapan yang sesuai (Ginanjar, 2008: 62).

Komunikasi tidak terlepas dari penggunaan bahasa, bila kita mengamati perkembangan kemampuan berbahasa anak, kita akan terkesan dengan pemerolehan bahasa anak yang berjenjang dan teratur. Pada usia satu tahun anak mulai mengucapkan kata-kata pertamanya yang terdiri dari satu kata yang kadang-kadang tidak jelas tetapi sesungguhnya bermakna banyak. Contoh anak


(17)

2

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengucapkan kata “makan”, maknanya mungkin ingin makan, sudah makan, lapar atau mungkin makanannya tidak enak, dan sebagainya. Pada perkembangan berikutnya mungkin anak sudah dapat mengucapkan dua kata, contohnya “mama masak”, yang maknanya dapat berarti: ibu masak, ibu telah masak, atau ibu akan masak sesuatu. Demikian seterusnya hingga umur enam tahun anak telah siap menggunakan bahasanya untuk belajar di sekolah dasar, sekaligus dengan bentuk-bentuk tulisannya. Pada masa perolehan bahasa tersebut, bahasa anak lebih mengarah pada fungsi komunikasi daripada bentuk atau struktur bahasanya. Anak akan mengucapkan kata berikutnya untuk keperluan komunikasinya dengan orang tua atau kerabat dekatnya.

Proses komunikasi kadangkala mengalami berbagai hambatan atau gangguan. Hambatan atau gangguan tersebut diakibatkan oleh berbagai faktor, salah satunya adalah keterbatasan kemampuan individu dalam menyampaikan pesan. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Vardiansyah (2004: 83) “proses komunikasi terjadi manakala manusia berinteraksi dalam aktivitas komunikasi yaitu menyampaikan pesan guna mewujudkan motif komunikasi”. Komunikasi hanya akan efektif apabila pesan yang disampaikan dapat ditafsirkan sama oleh penerima pesan tersebut. Informasi yang disampaikan harus diterima dengan baik oleh komunikator dan komunikan sehingga dapat terjadi komunikasi yang baik. Seperti yang diungkapkan Verderber (1978: 7) bahwa “komunikasi yang efektif adalah komunikasi di mana makna yang disimulasikan serupa atau sama dengan yang dimaksudkan oleh komunikator”.

Kenyataannya tidak semua anak mampu melakukan proses komunikasi dengan baik. Bagi sebagian anak yang mengalami gangguan perkembangan, biasanya mengalami kesulitan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Hambatan komunikasi sendiri adalah sebagai dampak dari adanya gangguan lain seperti gangguan pendengaran, cacat fisik, gangguan perkembangan, gangguan belajar, dan ASD, yang berakibat pada kemampuan untuk berinteraksi dan bersosialisasi.


(18)

3

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan penelitian yang dilakukan (Home dalam Meimulyani, 2009) “anak dengan problem bicara, cacat fisik, cacat mental, gangguan perilaku, dan pencapaain akademis yang rendah ditolak oleh teman sebayanya. Mereka yang mengalami hambatan komunikasi dapat berpengaruh terhadap kemampuan personal dalam belajar, dan berinteraksi dengan lingkungannya dan berdampak pada saat mengekspresikan pikiran ke dalam bentuk kalimat, sehingga akan sulit juga bagi anak tersebut untuk mengerti atau memahami satu kalimat.

Hasil studi pendahuluan di lapangan, ditemukan bahwa terdapat anak yang mengalami kesulitan untuk berkomunikasi. Hambatan komunikasi yang dialami oleh subyek dibuktikan dengan melihat pemerolehan bahasa anak dengan usia yang telah 15 tahun, namun belum bisa berkomunikasi verbal sebagaimana anak dengan usia tersebut. Jika dilihat dari tahapan perkembangan bahasa, menurut Piaget dan Vygotsky (dalam Tarigan, 1988) tahap-tahap perkembangan bahasa anak adalah sebagai berikut.

Usia 0-0,5 tahun berada pada tahap meraban (pralinguistik) pertama, usia 0,5-1,0 tahap meraban (pralinguistik) kedua: kata nonsense, usia 0,5-1,0-2,0 tahun berada pada tahap linguistik I: holofrastik;kalimat satu kata, usia 2,0-3,0 tahun berada pada tahap linguistik II: kalimat dua kata, usia 3,0-4,0 tahun berada pada tahap linguistik III: pengembangan tata bahasa, usia 4,0-5,0 berada pada tahap linguistik IV: tata bahasa pra-dewasa,dan pada usia 5,0-seterusnya tahap linguistik V: kompetensi penuh.

Melihat usia anak yang berumur 15 tahun, anak seharusnya sudah pada tahapan kompetensi penuh, yang pada umumnya anak-anak yang perkembangannya tipikal telah menguasai elemen-elemen sintaksis bahasa ibunya, dan telah memiliki kompetensi (pemahaman dan produktivitas bahasa) secara memadai. Akan tetapi, anak hanya dapat mengeluarkan suara seperti desahan saja, tidak ada kata yang keluar dari mulutnya. Anak tersebut seperti bingung dan terkadang melukai dirinya sendiri karena sulit mengungkapkan keinginannya, ditambah lagi berdasarkan keterangan gurunya, kemampuan kognitif anak tersebut seperti anak berumur satu tahun, sehingga dalam kehidupan


(19)

4

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehari-hari anak tersebut banyak memerlukan bantuan dari orang lain untuk melakukan berbagai kegiatan. Anak ini tampak mengalami kesulitan apabila terlepas dari bantuan orang lain karena tidak bisa berkomunikasi. Sewaktu anak diajak berkomunikasi oleh Guru, anak seperti kebingungan, anak menepuk-nepukkan tangannya sambil mengeluarkan dengungan suara lalu meninggalkan lawan bicaranya, begitu juga saat anak diajak berkomunikasi oleh teman sebayanya anak melakukan hal yang sama, hal tersebut membuat bingung orang-orang yang ada disekitarnya.

Berdasarkan kondisi tersebut, menyebabkan orangtua anak sangat cemas dengan perkembangan kemampuan komunikasi anaknya. Karena itu, orangtua berusaha untuk mengembangkan kemampuan komunikasi dengan melatih anak untuk berbicara. Akan tetapi, hasil dari latihan tersebut tidak terlalu terlihat. Anak pun masih tetap sulit bicara, bahkan lebih sering menyakiti dirinya sendiri karena tidak bisa mengeluarkan perasaan dan keinginannya. “Dengan menuntut anak untuk bicara lancar akan membuatnya semakin tegang, dan ketegangan tersebut menghambatnya untuk berpikir leluasa” (Sjah dan Fadhilah, 2003:213). Tuntutan agar anak terus dilatih bicara lancar tidak hanya muncul dari orangtua saja, tetapi juga dari para pendidik atau guru. Para guru menuntut anak berbicara lancar karena berkaitan dengan kepentingan program pembelajaran, di antaranya diharapkan setidaknya anak mampu menjawab secara lisan pertanyaan-pertanyaan sederhana. Memang benar, kemampuan bicara penting dalam pembelajaran, “.... namun sesungguhnya yang lebih penting adalah pemahaman terhadap bahasa dan kemampuan untuk berkomunikasi dua arah” (Sjah dan Fadhilah, 2003:213).

Semua pihak (orangtua dan guru) harus menyadari bahwa yang harus ditekankan adalah kemampuan berkomunikasi, tidak hanya bicara, tapi aspek komunikasinya. Dengan pemikiran seperti itu maka kita bisa melakukan berbagai hal untuk mengembangkan kemampuan komunikasi anak. Perlu dipikirkan


(20)

5

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pendekatan, metode atau media yang dapat membantu mengembangkan kemampuan komunikasi anak agar potensi yang mereka miliki akan berkembang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya. Salah satu metode yang diasumsikan dapat membantu meningkatkan komunikasi pada anak adalah

Alternative and Augmentative Communication, yaitu teknik-teknik yang

menggantikan komunikasi lisan bagi individu yang mengalami hambatan dalam bicara atau tidak mampu berkomunikasi melalui bahasa lisan (McCormick & Shane, 1990). Definisi lain tentang Alternative and Augmentative Communication adalah kaidah-kaidah dan peralatan/media yang dapat meningkatkan kemampuan komunikasi dalam kenyataan hidup sehari-hari. Penggunaan Alternative and

Augmentative Communication sendiri pernah digunakan dalam penelitian tentang

media komunikasi augmentatif bagi anak autis spektrum disorder oleh Ahmad dkk dalam Mandala (2008). Dalam penelitian tersebut, media Alternative and

Augmentative Communication yang dibuat yaitu berupa kartu gambar dapat

membantu anak autis spektrum disorder dalam berkomunikasi. Walaupun masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki, diantaranya gambar yang dipakai masih membuat bingung anak karena memakai gambar objek yang jarang dilihat anak sehingga anak mengalami kebingungan, akan tetapi adanya peningkatan kemampuan komunikasi sebelum dan sesudah menggunakan media Alternative

and Augmentative Communication membuktikan keefektifan dari Alternative and Augmentative Communication.

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, dalam penelitian ini peneliti mencoba untuk mengembangkan suatu media Alternative and

Augmentative Communication untuk mengembangkan keterampilan komunikasi

pada anak dengan hambatan komunikasi dan melihat keefektifan media

Alternative and Augmentative Communication dalam mengembangkan

keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi.


(21)

6

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1. Fokus Penelitian

Adapun yang akan menjadi fokus dalam penelitian ini adalah “bagaimana pengembangan media Alternative and Augmentative Communication yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi anak dengan hambatan komunikasi?

2. Pertanyaan Penelitian

Dari fokus penelitian tersebut peneliti menguraikannya ke dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut.

a. Bagaimana kondisi objektif anak dengan hambatan komunikasi saat ini? b. Media apa saja yang saat ini digunakan dalam pembelajaran keterampilan

komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi ?

c. Pengembangan Media Alternative and Augmentative Communication yang bagaimanakah yang dapat mengembangkan keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi?

d. Apakah media Alternative and Augmentative Communication yang telah dikembangkan efektif dapat mengembangkan keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Mengetahui kondisi objektif anak dengan hambatan komunikasi

2. Mengetahui media apa saja yang saat ini digunakan dalam pembelajaran keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi

3. Mengetahui media Alternative and Augmentative Communication yang dapat mengembangkan keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi.

4. Mengetahui keefektifan media Alternative and Augmentative Communication dapat mengembangkan keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi.


(22)

7

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Manfaat Penelitian

Peneliti berharap hasil dari penelitian ini ada kegunaannya, diantaranya sebagai berikut.

1. Manfaat bagi guru

Memberikan masukan bagi guru dalam pembelajaran komunikasi dengan menggunakan media Alternative and Augmentative Communication untuk mengembangkan keterampilan komunikasi anak dengan hambatan komunikasi.

2. Manfaat bagi sekolah

Memberikan masukkan bagi sekolah untuk menyediakan media pembelajaran komunikasi bagi anak dengan hambatan komunikasi.

3. Manfaat bagi peneliti

Memperkaya pemahaman mengenai pembelajaran bagi anak dengan hambatan komunikasi terutama mengenai pembelajaran komunikasi dengan menggunakan media Alternative and Augmentative Communication

4. Manfaat bagi anak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu anak dalam mengembangkan keterampilan komunikasinya.

E. Metode Penelitian

Secara umum metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu (Sugiyono, 2007:3). Metode Penelitian yang dipakai dalam penelitian ini yaitu mixed methode

research design adalah suatu prosedur untuk mengumpulkan, menganalisis, dan

“mencampur” pendekatan kualitatif dan kuantitatif dalam satu kajian untuk memahami sebuah masalah penelitian (Craswell dalam Sugiyono, 2007). Design penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah exploratory mixed methods


(23)

8

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kualitatif dan kuantitatif secara berurutan, dimana tahap pertama penelitian menggunakan metode kualitatif dan pada tahap kedua metode kuantitatif.


(24)

26

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Produk akhir penelitian ini adalah suatu media Alternatif Augmentatif

Communication untuk mengembangkan keterampilan komunikasi pada anak

dengan hambatan komunikasi. Untuk sampai pada hasil produk tersebut penelitian ini menggunakan pendekatan mixed methode research design. Metode ini

bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan “mencampur” metode

kualitatif dan kuantitatif dalam satu kajian untuk memahami sebuah masalah penelitian (Craswell dalam Sugiyono, 2007). Pendekatan ini dipilih karena peneliti harus menangani dua jenis data yaitu kualitatif dan kuantitatif. Asumsi dasarnya adalah bahwa penggunaan kualitatif dan kuantitatif yang dikombinasikan memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian dan pertanyaan penelitian daripada hanya melakukan satu penelitian saja.

Alasan lain penelitian ini dilaksanakan menggunakan mixed methods, adalah secara umum apabila kita mempunyai data kualitatif maupun data kuantitatif, dan kedua jenis data tersebut secara bersama-sama memberikan pemahaman yang lebih baik tentang masalah penelitian itu daripada jika kita hanya mempunyai salah satu dari kedua jenis data tersebut, dan juga apabila satu jenis penelitan (kualitatif dan kuantitatif) tidak cukup untuk membahas msalah penelitian atau menjawab pertanyaan penelitian.

Pendekatan kualitatif akan menjawab pertanyaan pada pertanyaan penelitian pada gugus pertama, kedua dan ketiga yaitu tentang kondisi objektif anak dengan hambatan komunikasi, media pembelajaran komunikasi yang saat ini dipakai dan pengembangan media AAC seperti apakah yang dapat mengembangkan keterampilan komunikasi anak dengan hambatan komunikasi. Sedangkan pada


(25)

27

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pertanyaan penelitian yang ketiga yang terkait tentang apakah media AAC yang dikembangkan efektif dalam mengembangkan keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi, pertanyaan tersebut hanya dapat dijawab dengan metode kuantitatif.

B. Desain Penelitian

Berdasarkan hal tersebut, maka desain penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah exploratory mixed methods research design, yaitu metode penelitian kombinasi yang menggabungkan pendekatan kualitatif dan kuantitatif secara berurutan, tahap pertama penelitian menggunakan metode kualitatif dan pada tahap kedua pendekatan kuantitatif. Desain ini diaplikasikan untuk mengeksplorasi suatu fenomena, mengidentifikasi tema-tema, merancang suatu instrumen atau produk, dan selanjutnya mengujinya. Secara visual, bagan desain tersebut dapat dilihat berikut ini.

Membangun

Bagan 3.1

Eksploratory Mixed Methods Research Design (Creswell dalam Sugiyono, 2007).

Keterangan :

1. Tanda panah menunjukkan urutan pengumpulan data, pengumpulan data kuantitatif dilakukan setelah diperoleh data kualitatif.

2. Huruf kapital menunjukkan prioritas data, (QUAL) menunjukkan bahwa data kualitatif lebih diprioritaskan daripada data kuantitatif.

Secara keseluruhan prosedur penelitian ini dapat digambarkan seperti yang dapat dilihat pada bagan berikut ini :

QUAL

(Data dan Hasil )

quan


(26)

28

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian C. Prosedur Penelitian

1. Penelitian Tahap Pertama

Tahap ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu untuk merumuskan pengembangan media yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi anak dengan hambatan bicara. “Pendekatan kualitatif dilakukan ketika sebuah penelitian menggambarkan dan menganalisa perilaku, keyakinan, pemikiran, dan persepsi individu atau sosial secara kolektif” (McMillan, 2001: 51). Dalam mengungkapkan satu fenomena, penelitian kualitatif tidak berdasarkan pada teori atau menguji teori yang ada, namun dari salah satu teori yang dikemukakan oleh Maxwell (1996) yaitu “peneliti berupaya untuk lebih

memahami proses (daripada produk) kejadian atau kegiatan yang dialami‟ (dalam

Alwasilah, 2006: 110). a. Lokasi Penelitian :

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dan survey lapangan yang telah dilakukan sebelumnya, juga melihat dari terdapatnya murid yang mengalami hambatan dalam komunikasi, maka lokasi penelitian yang dipilih peneliti adalah SLB Purnama Asih yang berlokasi di Sarijadi, Bandung.

b. Informan Penelitian


(27)

29

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

atau sumber. Menurut Burhan Bungin, informan penelitian adalah orang yang diperkirakan menguasai dan memahami data, informasi, ataupun fakta objek penelitian (Bungin, 2007: 108). Dalam penelitian ini yang dijadikan informan yaitu sebagai berikut.

1) Guru

Guru diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai mengenai kemampuan komunikasi dari subjek penelitian. Juga dianggap mempunyai pengalaman yang banyak dalam hal komunikasi anak berkebutuhan khusus. 2) Keluarga Subjek

Informan lainnya yaitu keluarga subjek yang ada di lingkungan rumah subjek, yang terdiri dari ayah, ibu, adik, kakak, dan pengasuh dari subjek. Keluarga dianggap mengetahui lebih banyak tentang keseharian dari subjek, sehingga bisa dimintai pendapat mengenai media AAC yang cocok dalam mengembangkan komunikasi dari subjek yang mengalami hambatan bicara.

c. Proses Penelitian Tahap Satu

Proses penelitian yang dilakukan pada tahap ini yaitu : 1) studi pendahuluan melalui penelitian kualitatif,

2) pembuatan media AAC,

3) validasi dengan melibatkan guru dan keluarga subjek,

4) finalisasi tahap akhir atau hasil revisi media AAC untuk mengembangkan kemampuan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi. d. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui observasi dan wawancara. Dalam Sugiyono (2007: 309) dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif pengumpulan data dilakukan dalam kondisi alamiah, sumber data primer, teknik pengumpulan lebih banyak pada data hasil observasi, dan wawancara.


(28)

30

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 1) Observasi

Nasution dalam Sugiyono (2007) menyatakan bahwa observasi adalah dasar semua ilmu pengetahuan. Selaras dengan hal itu, Marshall dalam Sugiyono (2007) juga menyatakan bahwa “through observation, the resercher learn about behavior and the meaning attached to those behavior”. Melalui observasi,

peneliti belajar tentang perilaku, dan makna perilaku tersebut.

Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku dan kejadian untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan langsung terhadap ketrampilan komunikasi anak tersebut. Observasi juga akan didukung oleh studi dokumentasi.

2) Wawancara

Susan Stainback (1998) dalam Sugiyono (2007) mengemukakan bahwa

interviewing provide the researcher a means to gain a deeper understanding of how participant interpret a situation or phenimenon than can be gained through observation alone

Setelah melakukan wawancara, maka peneliti akan mengetahui hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterpretasikan situasi dan fenomena yang terjadi, dalam hal ini tidak bisa ditemukan melalui observasi. Adapun teknik wawancara yang akan dilakukan oleh penelti adalah wawancara tidak berstruktur. Sugiyono (2007: 218) menyatakan bahwa wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas, pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang ditanyakan. Wawancara yang tidak berstruktur ini memungkinkan peneliti menelusuri gagasan-gagasan yang dapat terbukti sangat signifikan (Patton dalam Sugiyono, 2007). Dengan pendekatan ini, peneliti menyiapkan pedoman wawancara yang berisi garis-garis


(29)

31

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

besar tentang hal-hal yang akan dieksplorasi pada masing-masing partisipan. Pedoman wawancara tersebut berfungsi sebagai daftar cek pada saat wawancara dilangsungkan untuk meyakinkan bahwa semua topik yang relevan sudah diliput. Dengan menggunakan pedoman ini, peneliti melibatkan diri dalam percakapan dengan masing-masing partisipan.

Wawancara dilakukan terhadap dua unsur subjek, yaitu guru dan keluarga. Wawancara kepada guru dilakukan secara tatap muka dan akan dilaksanakan di tempat guru tersebut mengajar, sedangkan wawancara kepada anggota keluarga dari subjek yang akan diteliti akan dilakukan secara tatap muka dan lokasinya akan dilaksanakan di keluarga subjek tersebut. Garis besar wawancara yang akan dilakukan berlandaskan kepada pertanyaan penelitian a)media AAC yang bagaimanakah yang dapat mengembangkan kemampuan komunikasi anak dengan hamabatan bicara, b) bagaimana bentuk pengembangan media AAC yang dapat membantu mengembangkan keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi.

e. Instrument Penelitian

Penelitian Kualitatif, yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti itu sendiri. Hal ini berarti peneliti merupakan perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, dan pada akhirnya menjadi pelopor hasil penelitiannya, keberadaan peneliti sebagai instrument merupakan alat pengumpul data utama. Nasution (1988) dalam Sugiyono (2007) menyatakan :

Dalam penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai instrumen penelitian utama. Alasannya ialah bahwa, segala sesuatunya belum mempunyai bentuk yang pasti. Masalah, fokus penelitian, prosedur penelitian, hipotesis yang digunakan, bahkan hasil yang diharapkan, itu semuanya tidak dapat ditentukan secara pasti dan jelas sebelumnya. Segala sesuatu masih perlu dikembangkan sepanjang penelitian itu. Dalam keadaan yang serba tidak pasti dan tidak jelas itu, tidak ada pilihan lain dan hanya peneliti itu sendiri sebagai alat satu-satunya yang dapat mencapainya.


(30)

32

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan pernyataan tersebut, maka dapat dipahami, bahwasanya dalam penelitian kualitatif disaat permasalahannya belum jelas, maka penelitilah yang akan menjadi instrumen, namun dengan seiring berjalannya waktu dan permasalahan yang akan dipelajari menjadi jelas, maka akan dikembangakan suatu instrumen sederhana yang diharapkan dapat melengkapi data dan membandingkan dengan data yang telah ditemukan melalui observasi dan wawancara.

1) Pedoman observasi

Sebagai acuan dalam melakukan observasi atau pengamatan langsung terhadap kasus, sehingga akan diperoleh aspek-aspek yang diteliti secara langsung berdasarkan kepada pedoman observasi yang telah dipersiapkan.

2) Pedoman wawancara

Sebagai acuan yang digunakan ketika melakukan wawancara, yang berisi pokok-pokok masalah yang akan menjadi bahan pembicaraan, dan menetapkan pihak-pihak yang akan diwawancarai. Pedoman wawancara ini disusun sebelum melaksanakan wawancara.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Pedoman Wawancara

No. Pertanyaan

Penelitian Indikator

Teknik Pemgumpulan

Data

Instrumen Responden No. Item

1. Bagaimana kondisi objektif anak dengan hambatan komunikasi saat ini ?

1.Communicati on Without Speech oleh Warrick (1998: 20). a.Penglihatan b.Pendengaran c.Motorik d.Bicara e.Bahasa f. Intelektuali-tas g.Perilaku Observasi dan wawancara Pedoman Observasi dan Pedoman wawancara

Anak , guru dan orang tua

1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8,


(31)

33

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sosial 2. 3 Media apa saja yang saat ini digunakan dalam pembelajaran keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi ? 2.Pembelajaran komunikasi yang dilakukan saat ini 3.Media komunikasi yang saat ini digunakan

Wawancara Pedoman Wawancara Guru dan orangtua 9, 10 Pengembang an media Alternatif and Augmentatif Communicati on yang bagaimana-kah yang dapat mengembang kan keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi ? 1.Pengetahuan tentang alternative and augmentative communica-tion

2.Jenis media Alternative and Augmentative Communica-tion yang dibutuhkan dalam mengembang kan kemampuan keterampilan komunikasi bagi anak dengan hambatan komunikasi

3.Bahan media yang aman dan sesuai untuk anak dengan hambatan komunikasi

Wawancara Pedoman Wawancara Guru, orangtua 11, 12, 13, 14, 15, 16


(32)

34

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu e. Teknik Analisis Data

Analisis data dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data. Aktivitas analisis data. Miles dan Huberman dalam Sugiyono (2007) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisisi kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Berikut adalah keterangan mengenai aktivitas analisis data.

1) Data Reduction (Reduksi Data)

Reduksi data merupakan proses berpikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan, serta kedalaman wawasan yang tinggi. Untuk dapat melakukan reduksi data ini maka peneliti akan melakukannya dengan cara mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli, dengan demikian nantinya akan dapat mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori yang signifikan.

2) Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data. Dalam penelitian kualitatif penyajian data akan berupa tabel, grafik, phie chard,

pictogram, dan sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, data akan

terorganisasikan, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.

Pembahasan hasil display data dilakukan dengan bertitik tolak pada hasil observasi dan wawancara, serta studi dokumen secara objektif dengan ditunjang oleh landasan teori yang ada.

3) Conclusion Drawing/ Verification (Menarik Kesimpulan atau Verifikasi) Dalam tahap ini, peneliti membuat rumusan proposisi yang terkait dengan prinsip logika, mengangkatnya sebagai temuan penelitian, kemudian dilanjutkan


(33)

35

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan mengkaji secara berulang-ulang terhadap data yang ada, pengelompokkan data yang telah terbentuk, dan proposisi yang telah dirumuskan. Langkah selanjutnya yaitu melaporkan hasil penelitian lengkap, dengan „temuan baru‟ yang berbeda dengan temuan yang sudah ada.

f. Keabsahan Data

Keabsahan data yang berhubungan dengan masalah seberapa jauh kebenaran dan kenetralan hasil penelitian ini diperoleh melalui beberapa kegiatan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dalam pengertiannya,

“triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek

penelitian” (Moleong dalam Novita, 2010).

Wilian Wiersma (1986) dalam Sugiyono (2007) manyatakan bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data, juga dilakukan untuk memperkaya data. Maka untuk keabsahan data pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan triangulasi sumber dan triangulasi teknik. Dalam Sugiyono (2007), yang dimaksud dengan triangulasi sumber dan triangulasi teknik adalah sebagai berikut.

1) Triangulasi sumber untuk menguji data dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber. Setelah data dianalisis oleh peneliti dan menghasilkan suatu kesimpulan, selanjutnya peneliti akan meminta kesepakatan (member check) dari beberapa sumber tersebut.

2) Triangulasi teknik untuk menguji keabsahan data dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda.

Dalam penelitian ini, data kualitatif tersebut selain dipergunakan sebagai bahan untuk menganalisa, hasil analisa tersebut dijadikan acuan


(34)

36

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dalam pengembangan media Alternative and Augmentative Communication dalam mengembangkan kemampuan komunikasi anak dengan hambatan bicara.

2. Penelitian Tahap Kedua

Penelitian tahap dua menggunakan metode kuantitatif yaitu untuk menjawab pertanyaan dari rumusan masalah, “apakah media Alternative and

Augmentative Communication dapat mengembangkan komunikasi pada anak

dengan hambatan bicara?” Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen. Menurut Sugiyono (2007: 107) “metode penelitian eskperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh

perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” Metode

eksperimen dalam penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data yang diperlukan dengan melihat hasil atau akibat dari suatu perlakuan dalam penggunaan media AAC dalam mengembangkan keterampilan komunikasi anak dengan hambatan komunikasi.

Metode eksperimen yang digunakan pada penelitian ini adalah Single

Subject Research (SSR). SSR merupakan metode untuk subjek tunggal terhadap

perilaku tertentu. Tawney dan Gats (1984:10) mengemukaan bahwa:

Single Subject Research design is an integral part of behavior analytic tradition. The term refers to a research strategy developed to document changes in the behavior of individual subject. Through the accurate selection an utilization of the family design, it is possible to deminstrate a functional between intervention and a change behavior.

Definisi di atas dapat diartikan bahwa Single Subject Research (SSR) merupakan bagian yang integral dari analisis tingkah laku. SSR mengacu pada strategi penelitian yang dikembangkan untuk mendokumentasikan perubahan


(35)

37

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tentang tingkah laku subjek secara perseorangan melalui seleksi yang akurat dan pemanfaatan pola desain kelompok yang sama. Hal ini memungkinkan untuk memperlihatkan hubungan fungsional antara perlakuan dari perubahan tingkah laku.

a. Desain Penelitian

Pola desain eksperimen subjek tunggal yang dipakai dalam penelitian ini adalah desain A-B seperti berikut :


(36)

38

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gambar 3.1 Desain A-B

1. A-1 adalah lambang dari data garis datar (baseline dasar). Baseline merupakan suatu kondisi awal kemampuan subjek dalam berkomunikasi. Pengukuran pada fase ini dilakukan dengan melihat kemampuan komunikasi anak menggunakan instrumen yang telah dibuat dan dihitung frekuensi komunikasinya dengan durasi 60 menit.

2. B (intervensi) adalah untuk data perlakuan atau intervensi, kondisi kemampuan subjek dalam berkomunikasi. Pada tahap ini subjek diberi perlakuan dengan penggunaan media AAC dan dihitung fekuensi komunikasi yang terjadi dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat, durasi yang dipakai pada tiap sesi intervensi yaitu 60 menit.

b. Lokasi dan Subjek Penelitian

0

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

sesi

Frekuensi


(37)

39

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Lokasi yang dipilih untuk melakukan penelitian ini berada di sekolah luar biasa di kota Bandung yang terdapat anak dengan hambatan bicara. Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini yaitu SLB Purnama Asih yang berlokasi di Sarijadi, Bandung. Subjek dalam penelitian ini adalah anak dengan hambatan bicara yang menyebabkan anak tersebut kesulitan untuk berkomunikasi.

c. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep Variabel

Variabel dalam penelitian adalah subjek yang sifatnya berhubungan, yang satu mempengaruhi yang lainnya. Adapun variabel dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel, yaitu sebagai berikut.

a. Variabel bebas, yaitu “variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab

perubahannya atau timbulnya variabel terikat” (Sugiyono, 2007: 39). Dalam hal ini yang menjadi variabel bebas adalah Alternative and Augmentative

Communication, yaitu sistem yang digunakan oleh orang-orang dengan

berkebutuhan khusus untuk menggantikan atau menambah keterampilan komunikasi, menurut Whiteley dalam Meymulyani (2008).

b. Variabel terikat, adalah “variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas” (Sugiyono, 2007 : 39). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah keterampilan komunikasi, menurut Barelson dan Steiner dalam Mulyana (2000: p.62). menyatakan bahwa:

“komunikasi adalah transmisi informasi, gagasan, emosi, keterampilan, dan sebagainya, dengan menggunakan simbol-simbol (kata-kata, gambar, figur, grafik, dan sebagainya). Tindakan atau proses transmisi itulah yang

biasanya disebut komunikasi”.

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas


(38)

40

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

penelitian ini adalah media dan metode serta cara yang digunakan oleh anak/orang yang mengalami hambatan dalam berkomunikasi agar dapat berkomunikasi dengan baik dan lancar dengan orang di sekitarnya.

b. Variabel Terikat (Target Behavior)

Keterampilan komunikasi anak dengan hambatan komunikasi, keterampilan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu proses keterampilan dalam penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku. Terdapat 3 indikator yang menunjukan anak memiliki kemampuan keterampilan komunikasi, yaitu anak mampu menyampaikan keinginannya dengan cara mengambil gambar yang telah disediakan sebagai simbol keinginannya, anak mampu menyerahkan gambar yang menjadi simbol keinginannya pada orang yang ada di sekitarnya, anak mampu menerima feed back dari orang yang diajak komunikasi sebagai hasil dari menyerahkan gambar yang menjadi simbol keinginannya.

Selanjutnya, anak dengan hambatan komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah anak yang mengalami hambatan dalam berbahasa (verbal dan non verbal), yang mana bahasa sebenarnya merupakan media utama dalam komunikasi. Mereka sering kesulitan untuk mengkomunikasikan keinginannya baik secara verbal (lisan/bicara) maupun non verbal (isyarat/gerak tubuh dan tulisan).

d. Instrumen Penelitian

Pada prinsipnya, meneliti adalah melakukan pengukuran, maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Menurut Sugiyono (2007: 102) “instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati”. Secara spesifik fenomena ini disebut variabel penelitian. Instrumen penelitian merupakan bagian penting dalam penelitian karena berfungsi sebagai sarana


(39)

41

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

untuk mengumpulkan data yang banyak menentukan keberhasilan suatu penelitian, maka dalam penyusunannya berpedoman pada pendekatan yang digunakan agar data terkumpul dapat dijadikan dasar untuk menguji hipotesis.

Pada penelitian ini, instrumen digunakan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas media AAC yang telah dikembangkan dengan menggunakan instrumen yang telah dibuat. Adapun teknik pengumpulan data dilakukan dengan prosedur sebagai berikut.

1) Menghitung frekuensi subjek dalam berkomunikasi dengan orang di sekitarnya yang ada di rumah, sebagai pengukuran data pada fase baseline awal (A) dari subjek pada setiap sesinya. Setiap sesi waktu yang dipakai yaitu 60 menit.

2) Selanjutnya, setelah mendapatkan data yang stabil pada baseline awal, lanjut pada intervensi (B), yaitu dengan menghitung frekuensi subjek saat berkomunikasi melalui media AAC sebagai pengukuran data pada fase ini. Selama fase intervensi ini dilakukan pengukuran target behavior sampai mencapai data yang stabil. Adapun prosedur intervensi terdiri dari beberapa fase, yaitu sebagai berikut.

Fase I

a. Simpanlah di depan anak dua atau tiga objek yang disukai, sering digunakannya dan sudah dikenal oleh anak.

b. Pada saat anak memilih objek tersebut, biarkanlah ia memainkannya untuk beberapa saat, kemudian guru utama mengambil objek itu. Simpanlah objek itu, jangan sampai terlihat oleh anak.

c. Gantilah objek itu dengan gambarnya dan simpan gambar itu di depan anak. Sementara salah satu tangan guru memegang objek yang diinginkan oleh anak dan tangan satu lagi sebagai prompting, posisinya terbuka (posisi tangan


(40)

42

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

meminta sesuatu). Diharapkan anak memberikan gambar objek itu ke guru. Reaksi anak mungkin akan berusaha untuk merebut objek yang diinginkan oleh guru, oleh karena itu asisten harus menjaga agar anak tetap duduk. Reaksi seperti itu adalah reaksi yang tidak diinginkan.

d. Jika anak bereaksi tidak sesuai yang diharapakan, maka asisten dapat memberikan bantuan/prompting dengan cara memegang tangan anak untuk meraih gambar objek dan memberikannya pada tangan guru. Mintalah anak untuk melepas gambar itu sambil melabel perbuatan anak itu dengan

mengatakan, misalnya: “oh, kamu ingin main mobil-mobilan, ya!” Kemudian segera berikanlah objek yang diinginkannya.

e. Biarkanlah anak beberapa saat memainkan objek itu. Kemudian ambil lagi objek itu dan lakukan langkah c dan d. Langkah-langkah itu terus diulang sambil coba dihilangkan bantuan/prompting dari asisten dan guru.

f. Latihan dapat dilanjutkan pada fase kedua, jika respon anak benar dan tidak membutuhkan prompting dari guru ataupun asisten.

Tujuan: anak mampu mengamati item/objek yang disajikan, anak memilih salah satu gambar dari item itu, mengambil gambar itu, dan menyerahkannya pada guru atau pembimbing.

Catatan: pada fase ini tidak ada prompting verbal (misalnya: “apa yang kamu

inginkan?” atau “berikan gambar itu!”). Anak boleh belajar berbagai gambar. Gambar yang berbeda boleh diajarkan jika gambar sebelumnya sudah dikuasai. Fase II

Persiapan: Siapkanlah papan komunikasi untuk menempelkan atau mengaitkan kartu gambar. Siapkanlah gambar di tempat yang mudah dijangkau.


(41)

43

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

a. Tempelkan pada papan komunikasi gambar tertentu yang mewakili keinginan anak.

b. Anak harus mengambil gambar dari papan itu dan memberikannya kepada guru, kemudian guru memberikan apa yang diinginkan anak. Guru memasang kembali gambar tersebut.

c. Jika anak tidak mengambil gambar di papan atau responnya salah, maka perlu

promting (bantuan) dari asisten dengan cara memegang tangan anak untuk

meraih gambar dan menyerahkannya pada tangan guru.

d. Apabila respon anak sudah benar, maka perlebarlah sedikit-sedikit jarak guru dengan anak, sehingga anak akan bergerak/berjalan keluar dari kursi menuju guru untuk menyerahkan gambar. Segeralah guru memberikan objek yang diinginkannya. Guru memasang kembali gambar.

e. Selanjutnya perlebar juga sedikit-sedikit jarak antara anak dengan papan komunikasi.

f. Cobalah lakukan agar anak memasang kembali gambar yang telah diberikan kepada guru. Jangan mengatakan “Tempel kembali gambar ini!”

g. Apabila anak sudah konsisten dan mandiri bisa mengambil gambar dan menyerahkannya kepada guru, maka lanjutkanlah pada fase III.

Tujuan: anak berkomunikasi menggunakan buku/papan komunikasi, menempel/ menyimpan gambar, mampu berganti partner komunikasi, dan menyerahkan gambar pada tangan partner komunikasinya.

Catatan: tidak ada prompting verbal. Anak boleh belajar berbagai gambar. Gambar yang bebeda boleh diajarkan jika gambar sebelumnya sudah dikuasai. Posisi sebagai guru dan asisten bergantian, boleh juga diganti oleh guru lain. Fase III :


(42)

44

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yang diinginkan oleh anak. Gambar yang tidak mewakili keinginan anak harus benar-benar bertolak belakang dengan keinginannya (misalnya anak ingin snack, dipasang pula gambar sepatu, atau baju, dll).

a. Pasanglah pada papan komunikasi satu gambar objek yang diinginkan dan gambar objek lain yang tidak diinginkannya.

b. Awalnya pasangkan gambar objek yang diinginkan dengan objek kongkritnya (dengan cara menempatkan gambar diantara objek dan anak).

c. Kemudian, secepatnya ambil/pindahkan objek kongkrit dan hanya gambar objek yang ada di hadapan anak.

d. Kembali ke papan komunikasi. Jika anak memilih gambar objek yang tidak diinginkannya, bantulah ia untuk mengambil gambar yang sesuai dengan yang diinginkan, sambil mengatakan “kalau kamu mau kue, kamu minta kue”. Kalau kesalahan itu terus terjadi, berarti tidak benar-benar menginginkan objek yang diinginkan itu.

e. Untuk meyakinkan hubungan antara gambar objek dengan objek yang diinginkan, melalui cara memberikan langsung objek yang diinginkan ketika anak menyerahkan gambar objek yang diinginkan. Kemudian amati apakah anak menolak atau tidak. Cara seperti itu, dapat pula untuk melihat apakah anak sudah memiliki atau belum, konsep hubungan antara gambar dengan objek yang diinginkannya.

f. Langkah-langkah di atas menyebabkan anak belajar memperhatikan gambar dan melakukan diskriminasi terhadap gambar-gambar itu. Lalu, mulailah menambahkan gambar-gambar lain, sehingga anak belajar berbagai permintaan melalui berbagai gambar pula.

g. Lanjutkan terus aktivitas itu hingga anak dapat mendiskriminasi 1 – 20 gambar.


(43)

45

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

h. Pada poin ini guru dapat mengembangkan tema-tema pada papan komunikasi ini dan bisa ditempel di dinding atau buku.

i. Anak dapat melanjutkan ke fase IV bila anak sudah mampu membedakan (mendiskriminasi) berbagai gambar dan mampu meminta melalui gambar objek yang diinginkan diantara sekelompok gambar lain.

Tujuan: anak mampu meminta objek yang diinginkannya dengan cara bergerak menuju papan komunikasi, kemudian memilih gambar tertentu yang mewakili keinginannya dan menyerahkan gambar itu ke guru atau partner komunikasinya. Catatan: tidak ada prompting verbal. Anak boleh belajar berbagai gambar. Gambar yang bebeda boleh diajarkan jika gambar sebelumnya sudah dikuasai. Posisi sebagai guru dan asisten bergantian, boleh juga diganti oleh guru lain. Lokasi gambar yang diinginkan pada papan komunikasi harus berubah-ubah, sehingga mendorong anak untuk mengidentifikasi dan mengamati.

Fase IV

Persiapan: sediakan papan kalimat dan siapkan gambar/simbol “saya ingin” atau

“saya mau”.

a. Simpanlah simbol “saya ingin” pada papan kalimat.

b. Bimbinglah anak untuk menempatkan gambar objek yang diinginkan di sebelah kanan simbol “saya ingin”.

c. Mintalah anak untuk menyerahkan susunan gambar itu kepada guru, sambil

guru mebacakan keinginan anak “saya ingin ...” (ada jeda diharapakan anak mengulangi ucapan guru atau mengisi jeda itu).

d. Apabila siswa sudah konsisten melakukan ini, pasanglah terus simbol “saya


(44)

46

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

e. Pada saat siswa menginginkan sesuatu, bimbinglah ia menempatkan simbol

“saya ingin”, kemudian bimbinglah anak untuk menempatkan gambar objek yang diinginkannya di sebelah kanan simbol “saya ingin”.

f. Lanjutkan terus latihan ini hingga anak mampu melengkapi langkah-langkah latihan secara mandiri.

g. Mulai jauhkan dari pandangan anak objek yang diinginkannya.

Tujuan: siswa mampu meminta objek yang diinginkan dengan atau tanpa ada gambar objeknya disertai penggunaan frase multi-kata sambil membuka buku kompilasi gambar, kemudian mengambil gambar/simbol “saya ingin” atau “saya

mau”, lalu gambar/simbol itu diletakan pada papan kalimat, selanjutnya anak

mengambil gambar objek yang diinginkan dan diletakan di sebelah kanan simbol

“saya ingin”. Susunan gambar tersebut diserahkan kepada guru atau pasangan komunikasinya. Di akhir fase ini, diharapkan anak dapat menggunakan 20 – 50 gambar dalam berkomunikasi dan berkomunikasi dengan berbagai partner (pasangan).

Catatan: tidak ada prompting verbal. Teruskan menguji pemahaman anak tentang hubungan antar gambar dengan yang diinginkannya. Lanjutkan pula dengan berbagai aktivitas dengan berbagai partner komunikasi.

Fase V

a. Pada fase ini, anak dapat secara mandiri menggunakan simbol “saya ingin”

atau “saya mau” diikuti gambar objek yang diinginkan.

b. Idealnya, untuk mengungkapkan pada yang anak inginkan, ia tidak perlu

dibantu dengan pertanyaan “apa yang kamu inginkan?” Namun, hal itu tidak bisa dielakkan lagi, bahwa orang akan selalu mengatakan itu. Oleh karena itu, fase ini mengajarkan anak untuk merespon pertanyaan itu.


(45)

47

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

c. Meskipun demikian, yang paling penting adalah anak mampu mengungkapkan keinginannya secara spontan tanpa harus dibantu pertanyaan lagi.

Tujuan: anak mampu secara spontan meminta objek yang diinginkan melalui

gambar dan dapat menjawab dengan gambar pertanyaan “apa yang kamu

inginkan?” atau “kamu mau apa?” Fase VI

Persiapan: membuat simbol “menurut saya”, “saya suka”, “saya rasa”, dan lain -lain.

a. Ciptakan kesempatan agar anak berkomentar dalam aktifitas secara alami,

misalnya, saat jam istirahat, guru dapat membuat komentar “mmm, Saya suka kue” (menggunakan kartu gambar milik anak), “apa yang kamu sukai?”.

b. Contoh yang lain “saya bahagia”, “bagaimana perasaanmu?”

c. Akhir dari fase ini, diharapkan siswa siap menggunakan gambar untuk mengungkapkan komentar dan perasaannya kepada siapa pun, meskipun harus membawa buku/papan komunikasi kemana-mana.

d. Konsep warna/ukuran/lokasi dapat dipelajari oleh anak bersamaan dengan mengungkapkan komentar atau perasaan (anak tidak hanya mengatakan “saya

ingin bola”, anak boleh menambahkan dengan “saya ingin bola merah”, atau

“saya ingin bola besar”, atau “saya ingin bola merah yang besar”). Konsep tersebut dapat diajarkan melalui format struktur konteks secara alamiah. Tujuan: anak mampu berkomentar, mengekspresikan perasaan, suka dan tidak suka, dll.

3) Setelah semua data lengkap, lalu membandingkan frekuensi subjek dalam berkomunikasi yang diperoleh dari kondisi baseline dengan hasil yang didapat pada fase intervensi (treatment).


(46)

48

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu \

e. Pengolahan dan Analisis Data

Adapun dalam penelitian ini, teknik analisis data yang digunakan adalah analisis statistik deskriptif. Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganilisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya, tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2007: 207).

Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai sumber, penyajian data diolah dengan menggunakan grafik atau diagram yang diharapkan dapat lebih memperjelas gambaran dari pelaksanaan penelitian. Desain subjek tunggal ini menggunakan tipe garis yang sederhana (type simple

line graph).

Menurut Sunanto (2005:36-37) ada beberapa komponen grafik garis, yaitu sebagai berikut.

1. Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk variabel bebas (misalnya sesi, hari, tanggal).

2. Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertikal yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat (misalnya persen, frekuensi, durasi).

3. Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal satuan variabel bebas dan terikat.

4. Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya: 0%, 25%, 50%, 75%).

5. Label kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen misalnya baseline atau intervensi


(1)

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Melalui uji efektivitas media Alternative and Augmentative Communication menunjukkan adanya peningkatan dalam keterampilan komunikasi anak. Pada awalnya, kemampuan komunikasi subjek sangat rendah tetapi dengan menggunakan media dan melalui prosedur intervensi yang dilakukan terjadi peningkatan keterampilan komunikasi pada anak dengan hambatan komunikasi tersebut. Tingkat keberhasilan dalam hal komunikasi sangat besar bila lingkungan subjek mampu untuk konsisten dan memiliki komitmen yang tinggi dalam mendukung program ini. Lokasi penerapan media Alternative Znd Augmentative ini dapat dilaksanakan di mana saja dan kapan saja, dalam pengertian dapat dilaksanakan di dalam kehidupan sehari-hari. Peningkatan juga terlihat dari adanya kenaikan pada grafik dari baseline awal sampai intervensi, yang tadinya pada baseline awal anak sama sekali tidak dapat berkomunikasi, tetapi dengan proses intervensi menggunakan media Alternative and Augmentative ini juga melalui prosedur yang dilakukan, keterampilan komunikasi AR dapat berkembang. Dampak dari penggunaan media ini juga berimplikasi pada penurunan perilaku AR yang tidak adaptif seperti tantrum dan melukai diri sendiri.

B. Rekomendasi

Menyadari pentingnya pengembangan keterampilan komunikasi yang harus dimiliki anak, maka pengembangan media Alternative and Augmentative Communication hasil studi temuan ini direkomendasikan untuk diterapkan oleh guru, orang tua, pengasuh, dan pihak lainnya yang ada disekitar anak. Untuk itu, dengan melihat keunggulan dan keterbatasan yang ada dalam media Alternative and Augmentative Communication ini, rekomendasi yang dapat diberikan adalah sebagai berikut.


(2)

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Berdasarkan temuan penelitian, Ar mengalami hambatan komunikasi dan itu menyebabkan Ar tidak bisa dapat mengungkapkan keinginannya, sehingga setiap hari Ar hanya melakukan suatu rutinitas yang telah diatur. Rutinitas tersebut sebaiknya melihat perkembangan Ar juga, sehingga setiap rutinitas yang dilakukan oleh Ar dapat mengoptimalkan semua modalitas yang dimiliki Ar, seperti perkembangan visual, motorik dsb.

2. Pembelajaran keterampilan komunikasi yang dilakukan pada anak dengan hambatan komunikasi sebelum memakai media Alternative and Augmentative Communication dengan membawa objek aslinya langsung pada anak. Berdasarkan temuan dilapangan banyak ide-ide dari guru ataupun orang tua mengenai pembelajaran keterampilan komunikasi anak yang harus bersifat visual, itu didapat dengan melihat modalitas anak, akan tetapi ide tersebut tidak dicoba untuk direalisasikan karena kesibukan masing-masing, akan lebih baik jika pihak guru dan orang tua bisa merealisasikan ide-ide tentang pembelajaran anak, sehingga tidak harus menunggu adanya peneliti-peneliti yang datang untuk merealisasikan ide tersebut tapi bisa langsung direalisasikan oleh pihak guru dan orang tua sehingga dapat membantu anak sedini mungkin.

3. Pengembangan media Alternative and Augmentative Communication bisa dimodifikasi dengan menggunakan bahan-bahan yang lebih fleksible lagi, sehingga mudan digunakan dan dibawa oleh anak. Agar penggunaan media Alternative and Augmentative Communication berjalan lancar dan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, maka dalam penerapan AAC yang tepat bagi anak yang mengalami hambatan dalam komunikasi, memerlukan berbagai tahapan seperti melalui observasi, wawancara, dan lain sebagainya. Hal tersebut memerlukan waktu yang relatif panjang. Oleh karenanya, diharapkan pihak yang ingin


(3)

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengembangkan media Alternative and Augmentative ini harus konsisten dalam melakukan tahapan tersebut.

4. Berdasarkan hasil temuan penelitian, yaitu dengan melakukan uji efektivitas pada AR setelah melakukan intervensi menggunakan media Alternative and Augmentative Communication didapatkan bahwa terjadi peningkatan pada keterampilan komunikasi AR. Hal tersebut terjadi karena didukung banyak hal. Rekomendasi untuk pihak yang ingin menerapkan media Alternative and Augmentative Communication ini harus memperhatikan beberapa hal, yaitu harus mengetahui terlebih dahulu tentang kondisi anak, mengetahui konsep dan prosedur dari media Alternative and Augmentative Communication, menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif untuk kelancaran proses belajar, juga diperlukan seorang penolong (helper) yang membantu dalam menerapkan penggunaan media Alternative and Augmentative Communication pada anak dan dilaksanakan pada waktu yang telah diprogramkan. Ketika target telah tercapai dalam proses penggunaan media Alternative and Augmentative ini, tidak berhenti saat itu, namun terus-menerus digunakan dan dikembangkan dengan menambahkan kosakata baru dengan menambahkan gambar foto yang baru untuk anak. Untuk peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian selanjutnya dapat dikembangkan pada uji efektivitas pada beberapa anak dengan hambatan komunikasi lainnya, sehingga dapat diketahui apakah media Alternative and Augmentative dapat digunakan pada semua ragam anak dengan hambatan komunikasi.


(4)

104 Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Daftar Pustaka

Abdurrahman. (1999). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Alwasilah, A.C. (2006). Pokoknya Kualitatif. Jakarta : PT. Dunia Pustaka Jaya. American Speech-Language-Hearing Association (1982), Helping Children With

Communication Disorder in The School. [Online]. Tersedia di: http://www.unk.my/jpbm/ [10 Maret 2013].

Ardianto, Elvinarno dan Lukiati Komala. (2009). Komunikasi Massa (Suatu Pengantar). Bandung: Simbiosa Rekatama Media.

Arifin, Anwar. (2008). Strategi Komunikasi. Jakarta: Armico.

Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta.

Bondy and Frost. (1994). Picture Exchange Communication System [Online]. Tersedia di: www.pecs.com. [10 September 2012].

Bungin, Burhan H.M. (2007). Penelitian Kualitatif. Jakarta: Prenada Media Group. Cangara, Hafield. (2007). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo

Persada.

Demchak, et all, 2002, Using Cues to Enchance Receptive Communication, Nevada Dual Sensory Impairment Project Department of Educational Specialities University of Nevada, Nevada, [Online]. Tersedia di: http://www.unr.my/jpbm/ [10 Maret 2013].

Ginanjar, A. (2008). Panduan Praktis Mendidik Anak Autis Menjadi Orang Tua Istimewa. Jakarta: Dian Jakarta.

IDEA, (1997) : Anak Berkebutuhan Khusus [Online]. Tersedia di: https://staff.uny.ac.id/ABK/. [11 November 2012]

Lasswell, (1960) : Unsur-unsur Komunikasi [Online]. Tersedia di: www.wikipedia.com. [10 November 2012]


(5)

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Mandala .(2008). Upaya Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Anak Autis Dengan Menggunakan PECS .im_mandala@yahoo.com (tanggal 19 Oktober 2009) Maxwell, Joseph A. (1996). Pragmatics. Great Britain: University of Cambridge. McCormik&Shane. (1990). Augmentative and Alternative Communication.

Journal[Online].Tersedia di: http://en.wikipedia.org/wiki/Augmentative and alternative communication) [10 November 2012].

McMillan, J.H. (2001). Research In Education. New York : Longman.

Meimulyani, Y. (2008). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Melalui Sistem Penukaran Gambar (PECS) pada Anak yang Tidak Berkomunikasi Secara Verbal. Thesis pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Mulyana, Deddy. (2000). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. (2005). Ilmu Komunikasi. Bandung: PT.Remaja Rosdakarya. Noor Aini Ahmad. (2010). Pengajaran Kemahiran Bahasa bagi Murid-murid

Bermasalah Pembelajaran Teruk Journal [Online]. Tersedia di: http://www.ukm.my/jpbm/ [10 November 2012].

Novita, Nina. (2010). Program Pengembangan Kemampuan Komunikasi Ekspresif Dan Reseptif Pada Anak Dengan Gangguan Komunikasi. Thesis pada Jurusan PKKh Sekolah Pascasarjana UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Sjah, S, dan Fadhilah, S. (2003). Membantu Anak Berkomunikasi Secara Efektif. Konferensi Nasional Autisme I. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia, Ikatan Dokter Anak Indonesia, Perhimpunan Dokter Spesialis Saraf Indonesia.

Somad, Permanarian. (2007). Pengembangan Keterampilan Interaksi-Komunikasi pada Anak Berkebutuhan Khusus. Bandung.

Sugiyono. (2002). Statistik Nonparametris untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta. Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung :


(6)

Reza Febri Abadi, 2013

Pengembangan Media Alternatif And Augmentatif Communication (AAC) Dalam Mengembangkan Keterampilan Komunikasi Anak Dengan Hambatan Komunikasi

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Alfabeta.

Sunanto,dkk. (2005). Penelitian dengan Subjek Tunggal. Bandung: UPI Press.

Sunardi dan Sunaryo. (2007). Intervensi Anak Berkebutuhan Khusus. Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat Pendidikan Tinggi. Direktorat Pembinaan Tenaga Kependidikan dan tenaga Kependidikan dan Tenaga Perguruan Tinggi, Jakarta 2006.

Suprapto, T. dan Fahrianoor. (2004). Komunikasi Penyuluhan dalam Teori dan Praktek. Yogyakarta : Arti Bumi Intaran.

Tarigan, Henry Guntur. (1988). Metodologi Pengajaran Bahasa: Suatu Penelitian Kepustakaan. Jakarta : Depdikbud.

Tawney and Gast. (1984). Single Subject Research In Special Education. Colombus: Charles E Merril Publishing Company.

The American Speech Language Hearing Association. (2005). Augmentatif and Alternative Communication [Online]. Tersedia di: http://www.asha.org/slp/clinical/aac/. [15 September 2012].

Vardiansyah, D. (2004). Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasrama Indonesia

Verderber. (1978). Pentingnya Communication Skill (Keterampilan Berkomunikasi) untuk Keunggulan Kompetitif [Online]. Tersedia di: http://ittemputih.wordpress.com/2012/02/13/pentingnya-communication-skill-keterampilan-berkomunikasi-untuk-keunggulan-kompetitif/. [10 November 2012]

Wallin. (2007). Visual Support PECS [On line]. Tersedia di: www.widgit.com. [10 September 2012].

Warrick, Anne,. (1998). Communication Without Speech. Augmentative and Alternative Communication Around the World. Canada: Issaac press.