ANALISIS PERUBAHAN KENAIKAN PTKP PADA PERHITUNGAN PPH PASAL 21 PT. HBC DI PT. MANASA SISTEMATIKA INDONESIA.

(1)

i

ANALISIS PERUBAHAN KENAIKKAN PTKP PADA PERHITUNGAN PPh PASAL 21 PT. ABC DI PT. MANASA SISTEMATIKA INDONESIA

Oleh :

NI KOMANG AYU ARIATI NIM : 1306043032

Tugas Akhir ini ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratan menyelesaikan studi pada Program Studi Diploma III Perpajakan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana Denpasar


(2)

ii

Tugas Akhir Studi ini telah diuji oleh prnguji dan disetujui oleh Pembimbing, serta di uji pada tanggal :……….

Tim Penguji Tanda Tangan

1. Ketua : ……… ……… 2. Sekretaris : ……… ………

Mengetahui, Ketua Program

Drs. I Komang Ardana, MM NIP. 19561012 198403 1 003

DosenPembimbing,

Dra. Ni Ketut Lely A.M, M.Si.,Ak NIP. 19661107 199203 2001


(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir Studi yang berjudul “Analisis Perubahan Kenaikan PTKP Pada Perhitungan PPh Pasal 21 PT. ABC di PT. Manasa Sistematika Indonesia”.

Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak yang telah meluangkan waktunya dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa,SE.,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

2. Ibu Prof. Dr. Ni Nyoman Kerti Yasa, SE., M.S, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

3. Bapak Drs. I Komang Ardana, MM selaku Ketua Program Diploma III Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

4. Ibu Dra. Ni Ketut Lely A.M, M.Si.,Ak selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir Studi (TAS) yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan pengarahan sampai dengan selesainya Tugas Akhir Studi ini.

5. Bapak Dr. I Gde Ary Wirajaya, SE, M.Si, Ak selaku Pembimbing Akademik (PA) selama penulis menjalankan kuliah pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.


(4)

iv

6. Bapak dan Ibu Dosen yang mengajar dan membimbing penulis selama mengikuti perkuliahan pada Program Studi Diploma III Perpajakan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Udayana.

7. Bapak Drs, I Gde Santana dan I Gde Bujangga Hartawan, SE., selaku pimpinan PT. Manasa Sistematika Indonesia, Sentana, Bujangga & Rekan yang telah memberikan penulis melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

8. Ibu Putri, Mbak Arik, Mbak Dewik, Mbak Putu, Bli Leong, Bli Krisna, Mbak Asih, Mbak Devi, Mbak ayu, Mbak Desak, Bli Kadek, Bli Adi, Bli Komang, serta seluruh staff karyawan PT. Manasa Sistematika Indonesia yang telah mendampingi serta memberikan pengarahan pada saat PKL. 9. Semua pihak yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu karena

berbagai keterbatasan , atas perhatian , semangat, dan motivasi serta segala bantuan kepada penulis selama penyusunan Tugas Akhir Studi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan Tugas Akhir Studi ini, masih banyak terdapat kesalahan dan kekurangan yang disebabkan karena keterbatasan kemampuan serta pengalaman penulis. Namun demikian Tugas Akhir Studi ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi yang berkepentingan.

Denpasar, Mei 2016


(5)

v

Judul : Analisis Perubahan Kenaikan PTKP pada Perhitungan PPh Pasal 21 PT. ABC di PT. Manasa Sistematika Indonesia

Nama : Ni Komang Ayu Ariati NIM :1306043032

ABSTRAK

Sesuai dengan Pasal 21 Undang-Undang no.36 tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, pemotongan PPh dilakukan jika telah memenuhi syarat yang ditentukan peraturan yang terkait, yaitu pemberi penghasilan memenuhi syarat sebagai pemotong pajak dan penerima penghasilan memenuhi syarat sebagai pihak yang dipotong PPh pasal 21. Transaksi yang dilakukan merupakan objek PPh pasal 21.

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 PT. ABC. Mengetahui perubahan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 PT. ABC akibat adanya penyesuaian PTKP tahun 2015, dan untuk mengetahui dampak perubahan kenaikan PTKP pada Perhitungan PPh Pasal 21 PT. ABC di PT. MSI. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data kualitatif dan kuantitatif. Sumber data dalam penelitian ini adalah jenis data primer.

Berdasarkan penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa PT. ABC sudah memenuhi kewajiban perpajakan PPh pasal 21 tahun 2015 dengan baik dan benar.


(6)

vi DAFTAR ISI

Isi Halaman

JUDUL……….. i

HALAMAN PENGESAHAN………. ii

KATA PENGANTAR………. iii

ABSTRAK……… v

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR TABEL……… vii

DAFTAR LAMPIRAN……… viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………... 1

1.2Rumusan Masalah………...……….. 3

1.3Tujuan Penelitian………... 4

1.4Kegunaan Penelitian……… 4

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori………... 5

BAB III METODE PENELITIAN 3. 1Lokasi Penelitian……… ..12

3. 2 Objek Penelitian……… 12

3. 3 Identifikasi Variabel……….…... 12

3. 4 Definisi Operasional Variabel………...……... 12

3. 5 Jenis dan Sumber Data………. 13

3. 6 Metode Pengumpulan Data………... 13

3. 7 Teknik Analisis Data………... 13

BAB IV PEMBAHASAN HASI PENELITIAN 4. 1Gambaran Umum Daerah/Deskripsi Hasil Penelitian………….. 14

4. 2 Pembahasan Hasil Penelitian……… 17

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5. 1Simpulan………... 23

5. 2 Saran………. 23

DAFTAR RUJUKAN………. 24 LAMPIRAN


(7)

vii

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

4.1 Perhitungan dan Pemotongan PPh Pasal 21 PT. ABC yang dilakukan PT.

MSI …………... ……18

4.2 Rincian Total Gaji & Tunjangan PT. ABC ………... 19

4.3 Tanggal Penyetoran oleh PT. ABC ………... 20

4.4 Perhitungan Pasal 21 PTKP Rp.2.025.000……….. 21


(8)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran

1. Formulir SPT Masa PPh Pasal 21/26 untuk PTKP Rp 24.300.000 per Januari –Desember 2016

2. Formulir SPT Masa PPh Pasal 21/26 untuk PTKP Rp 36.000.000 per Januari –Desember 2016


(9)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Menjalankan roda pemerintahannya di Negara Republik Indonesia, pemerintah memiliki beberapa fungsi yang sangat penting. Fungsi-fungsi tersebut antara lain yaitu.

a. Fungsi stabilisasi, yaitu fungsi pemerintah dalam menciptakan kestabilan ekonomi, sosial politik, hukum, pertahanan dan keamanan.

b. Fungsi alokasi, yaitu fungsi pemerintah sebagai penyedia barang publik, seperti pembangunan jalan raya, gedung sekolah, penyediaan fasilitas penerangan jalan dan telephone.

c. Fungsi distribusi, yaitu fungsi pemerintah dalam pemerataan atau distribusi pendapatan masyarakat.

Untuk menjalankan semua fungsi-fungsi tersebut pastilah pemerintah memerlukan dana yang sangat besar, dimana belanja Negara tersebut didanai dari pendapatan Negara (Public Revenue). Pajak merupakan salah satu sumber pendapatan terbesar Negara Indonesia saat ini.

Pajak memegang peranan yang sangat penting bagi penerimaan Negara dan bertujuan untuk pembangunan nasional serta kemakmuran masyarakat. Menurut UU No. 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 16 Tahun 2009, Pajak


(10)

2

adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan definisi terebut dapat disimpulkan bahwa pajak adalah iuran wajib kepada Negara yang berdasarkan undang-undang tanpa jasa timbal atau kontraprestasi dari Negara yang secara lansung dapt ditunjuk yang digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.

Meningkatnya penerimaan Negara dari sektor pajak terjadi secara terus-menerus, dimana hal ini terjadi akibat dari kebijakan dan pembaharuan peraturan-peraturan yang dibuat pemerintah. Dimana hal ini akan menyebabkan terjadinya perubahan di sektor pajak yang salah satu adalah perubahan PTKP.

Pada dasarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) adalah pengurang penghasilan neto bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dalam menentukan besarnya penghasilan kena pajak (PKP). PTKP ditentukan oleh keadaan pada awal tahun pajak atau awal bagian tahun pajak. Saat ini pemerintah melakukan revisi Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besaran PTKP. Per 1 Juli 2015, batas Pendapatan Tidak Kena Pajak (PTKP) naik dari Rp 24,3 juta per tahun menjadi Rp 36 juta per tahun, atau Rp 3 juta per bulan. Di mana naik 48% dari sebelumnya Rp 24,3 juta setahun atau sekitar Rp 2 juta per bulan.


(11)

3

Peningkatan PTKP diperoleh setelah dikeluarkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 122/PMK.010/2015 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak. Penerbitan Peraturan Menteri Keuangan tersebut dilatarbelakangi oleh melambatnya pertumbuhan ekonomi serta perkembangan harga kebutuhan pokok yang semakin meningkat. Lebih lanjut, kenaikan PTKP tersebut ditujukan untuk meningkatkan daya beli masyarakat dan sebagai insentif agar pertumbuhan ekonomi nasional dapat didorong melalui peningkatan konsumsi masyarakat.

Dampak kenaikan Penghasilan Tidak Kena Pajak dalam jangka pendek mungkin akan menurunkan penerimaan negara dari sektor perpajakan khususnya Pajak Penghasilan Pasal 21 karena akan mengurangi jumlah Pajak Penghasilan terutang yang dibayarkan.

Merupakan suatu hal yang menarik untuk kita lihat pengaruh perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak terkait dengan jumlah Pajak Penghasilan Orang Pribadi yang masuk ke kas negara.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti bermaksud untuk melakukan peneltian yang difokuskan kepada perubahan PTKP yang dikemas dengan judul “Analisis Perubahan Kenaikan PTKP pada Perhitungan PPh Pasal 21 PT. ABC DI PT. Manasa Sistematika Indonesia”.


(12)

4 1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka masalah penelitian yang dapat dirumuskan adalah.

1) Bagaimanakah Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap pada PT. ABC di PT. MSI ?

2) Apakah terdapat perubahan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pegawai Tetap PT. ABC akibat adanya penyesuaian PTKP tahun 2015 di PT. MSI ? 3) Apa saja dampak perubahan kenaikkan PTKP pada pehitungan PPh Pasal 21

Pegawai Tetap PT. ABC di PT. MSI ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah untuk: 1) Mengetahui bagaimana Perhitungan, Pemotongan, Penyetoran, dan

Pelaporan PPh Pasal 21 PT. ABC yang dilakukan PT.MSI.

2) Mengetahui perubahan penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21 PT. ABC akibat adanya penyesuaian PTKP tahun 2015 di PT. MSI.

3) Mengetahui dampak perubahan kenaikan PTKP pada Perhitungan PPh Pasal 21 PT. ABC di PT. MSI.


(13)

5 1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi: 1) Penulis

Penelitian ini merupakan peluang bagi penulis untuk dapat menerapkan materi studi yang diterima selama mengenyam pendidikan di Progam Studi Diploma III Perpajakan Universitas Udayana. Selain itu juga penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman, wawasan, dan pemahaman penulis dalam menganalisis suatu masalah lain yang mungkin timbul di kemudian hari.

2) Untuk Direktorat Jenderal Pajak

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bisa dijadikan pertimbangan dalam menyusun perencanaan dan kebijakan perpajakan.


(14)

5 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Pajak

Pengertian pajak menurut Mardiasmo (Edisi Revisi:1) “Pajak adalah iuran rakyat ke kas Negara berdasarkan undang-undang (yang dapat

dipaksakan) dengan tiada memperoleh jasa timbal (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Sedangkan pajak menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) adalah kontribusi wajib kepada Negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Berdasarkan kedua pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pajak memiliki unsur-unsur.

1) Iuran dari rakyat ke Negara. Yang berhak memungut pajak hanyalah Negara. Iuran tersebut berupa uang (bukan barang).

2) Berdasarkan undang, Pajak dipungut dengan kekuatan undang-undang serta aturan pelaksanannya.


(15)

6

3) Tanpa jasa timbal balik atau kontraprestasi dari Negara yang secara langsung dapat ditunjuk. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukan adanya kontraprestasi individual oleh pemerintah.

4) Digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara, yakni pengeluaran-pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat.

2.1.2 Fungsi Pajak

Pajak memiliki fungsi sebagai sumber pendapatan Negara, namun fungsi tersebut bukanlah merupakan fungsi utama. Ada dua fungsi pajak yang paling penting antara lain:

1) Fungsi penerimaan (budgetair) yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluarannya.

2) Fungsi mengatur (regulerend) yaitu pajak sebagai alat untuk melaksanakan atau mengatur kebijakan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.

2.1.3 Pengelompokkan Pajak

Menurut Waluyo (2011: 12) pajak dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu.

1) Menurut golongannya terdiri atas.

(1) Pajak langsung, adalah pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan pihak lain, tetapi harus menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan.


(16)

7

(2) Pajak tak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

2) Menurut sifat

Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagian berdasarkan ciri-ciri prinsip, yaitu.

(1) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan subjeknya. (2) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,

tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3) Menurut pemungut dan pengelolanya, antara lain.

(1) Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

(2) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

2.2 Pajak Penghasilan Pasal 21

2.2.1 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Mardiasmo (Edisi Revisi : 188) “PPh 21 adalah pajak atas panghasilan berupa gaji, uoah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan naman dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau


(17)

8

jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang Undang Pajak Penghasilan.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21, terdapat pengertian-pengertian yang menjadi dasar dalam penerapan Pajak Pertambahan Nilai antara lain.

1) Pemotong pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh.

a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan pegawai atau bukan pegawai.

b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.

d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebgai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; dan


(18)

9

e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan.

2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah kantor perwakilan Negara asing dan organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 .

3) Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

4) Penghasilan pegawai harian, mingguan, erta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotongpajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan.

5) Tariff pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan peraturan pemerintah.

6) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memilki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan


(19)

10

terhadap wajib pajak yang yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

7) Ketentuan mengenai petunjuk palaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.

2.3 PTKP

2.3.1 Pengertian PTKP

Menghitung Penghasilan Kena Pajak di SPT Tahunan Orang Pribadi, jumlah penghasilan neto selama setahun harus dikurangi terlebih dahulu dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Kemudian untuk mendapatkan pajak penghasilan terutang, penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh). PTKP merupakan pengurangan penghasilan neto yang diperkenankan oleh undang-undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. PTKP hanya diberikan kepada Wajib Pajak orang pribadi / perseorangan sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat 3 UU PPh.

Besarnya PTKP disesuaikan dari waktu ke waktu dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat.


(20)

11 2.3.2 Status Wajib Pajak

TK : Tidak Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota Keluarga,

K : Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga K/I : Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang penghasilannya

digabung dengan penghasilan suami, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga.

PH : Wajib pajk kawin secara tertulis melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

HB : Wajib pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyaknya tanggungan anggota keluarga.

2.3.3 Penentuan Besarnya PTKP

Penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) untuk Orang Pribadi. Untuk menentukan besarnya PKP, Penghasilan neto dikurangi dengan PTKP untuk diri sendiri, tambahan untuk yang kawin, dan tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang.

2.3.4 Waktu penentuan besarnya PTKP

Penghitungan besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak. Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2011 Wajib Pajak B berstatus kawin dengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahir setelah tanggal 1


(21)

12

Januari 2011, maka besarnya PTKP yang diberikan kepada Wajib Pajak B untuk tahun pajak 2011 tetap dihitung berdasarkan status kawin dengan 1 (satu) anak.


(1)

(2) Pajak tak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

2) Menurut sifat

Pembagian pajak menurut sifat dimaksudkan pembedaan dan pembagian berdasarkan ciri-ciri prinsip, yaitu.

(1) Pajak subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan subjeknya. (2) Pajak objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya,

tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3) Menurut pemungut dan pengelolanya, antara lain.

(1) Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga Negara.

(2) Pajak daerah adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah.

2.2 Pajak Penghasilan Pasal 21

2.2.1 Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

Menurut Mardiasmo (Edisi Revisi : 188) “PPh 21 adalah pajak atas panghasilan berupa gaji, uoah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan naman dan dalam bentuk apa pun sehubungan dengan pekerjaan atau


(2)

jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi. Subjek pajak dalam negeri, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang Undang Pajak Penghasilan.

Menurut Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan Pasal 21, terdapat pengertian-pengertian yang menjadi dasar dalam penerapan Pajak Pertambahan Nilai antara lain.

1) Pemotong pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri wajib dilakukan oleh.

a. Pemberi kerja yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan pegawai atau bukan pegawai.

b. Bendahara pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan.

c. Dana pensiun atau badan lain yang membayarkan uang pensiun dan pembayaran dengan nama apa pun dalam rangka pensiun.

d. Badan yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebgai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas; dan


(3)

e. Penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan.

2) Tidak termasuk sebagai pemberi kerja yang wajib melakukan pemotongan pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah kantor perwakilan Negara asing dan organisasi-organisasi internasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 .

3) Penghasilan pegawai tetap atau pensiunan yang dipotong pajak untuk setiap bulan adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi dengan biaya jabatan atau biaya pensiun yang besarnya ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan, iuran pensiun, dan Penghasilan Tidak Kena Pajak.

4) Penghasilan pegawai harian, mingguan, erta pegawai tidak tetap lainnya yang dipotongpajak adalah jumlah penghasilan bruto setelah dikurangi bagian penghasilan yang tidak dikenakan pemotongan yang besarnya ditetapkan dengan peraturan menteri keuangan.

5) Tariff pemotongan atas penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah tarif pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1) huruf a, kecuali ditetapkan lain dengan peraturan pemerintah.

6) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (5) yang diterapkan terhadap Wajib Pajak yang tidak memilki Nomor Pokok Wajib Pajak lebih tinggi 20% (dua puluh persen) daripada tarif yang diterapkan


(4)

terhadap wajib pajak yang yang dapat menunjukkan Nomor Pokok Wajib Pajak.

7) Ketentuan mengenai petunjuk palaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan diatur dengan atau berdasarkan peraturan Menteri Keuangan.

2.3 PTKP

2.3.1 Pengertian PTKP

Menghitung Penghasilan Kena Pajak di SPT Tahunan Orang Pribadi, jumlah penghasilan neto selama setahun harus dikurangi terlebih dahulu dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP). Kemudian untuk mendapatkan pajak penghasilan terutang, penghasilan kena pajak dikalikan dengan tarif pasal 17 Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh). PTKP merupakan pengurangan penghasilan neto yang diperkenankan oleh undang-undang Nomor 7 tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan. PTKP hanya diberikan kepada Wajib Pajak orang pribadi / perseorangan sesuai dengan ketentuan pasal 6 ayat 3 UU PPh.

Besarnya PTKP disesuaikan dari waktu ke waktu dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah dikonsultasikan dengan Dewan Perwakilan Rakyat.


(5)

2.3.2 Status Wajib Pajak

TK : Tidak Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota Keluarga,

K : Kawin, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga K/I : Kawin, tambahan untuk isteri (hanya seorang) yang penghasilannya

digabung dengan penghasilan suami, ditambah dengan banyaknya tanggungan anggota keluarga.

PH : Wajib pajk kawin secara tertulis melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan.

HB : Wajib pajak kawin yang telah hidup berpisah ditambah banyaknya tanggungan anggota keluarga.

2.3.3 Penentuan Besarnya PTKP

Penentuan besarnya Penghasilan Kena Pajak (PKP) untuk Orang Pribadi. Untuk menentukan besarnya PKP, Penghasilan neto dikurangi dengan PTKP untuk diri sendiri, tambahan untuk yang kawin, dan tambahan untuk setiap anggota keluarga sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus, serta anak angkat yang menjadi tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 (tiga) orang.

2.3.4 Waktu penentuan besarnya PTKP

Penghitungan besarnya PTKP ditentukan menurut keadaan Wajib Pajak pada awal tahun pajak atau pada awal bagian tahun pajak. Misalnya, pada tanggal 1 Januari 2011 Wajib Pajak B berstatus kawin dengan tanggungan 1 (satu) orang anak. Apabila anak yang kedua lahir setelah tanggal 1


(6)

Januari 2011, maka besarnya PTKP yang diberikan kepada Wajib Pajak B untuk tahun pajak 2011 tetap dihitung berdasarkan status kawin dengan 1 (satu) anak.