ANALISIS PERUBAHAN PTKP TERHADAP TINGKAT

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

ANALISIS PERUBAHAN PTKP TERHADAP TINGKAT PERTUMBUHAN
WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DAN PENRIMAAN PAJAK PENGHASILAN
Saekarini Yuliachtri
Dosen Fakultas Ekonomi dan BisnisProgram Studi Akuntansi
Universitas Muhammadiyah Palembang
Email : [email protected]
Abstract
Non taxable income (PTKP) is deductible from the net income as a private or
individual taxpayer in the country in calculating the taxable income which is the object of
income tax to be paid taxpayer in Indonesia. In 2015, the government issued the Finance
Minister Regulation (PMK) Number 122 / PMK. 010 / 2015 on Adjustment Total taxable
income, effective from January 1, 2015 to replace the Regulation of the Minister of
Finance (PMK) No. 162 / PMK.01 1 / 2012. This research was conducted to determine the
growth rate of individual taxpayers and tax revenue to changes in taxable income (PTKP)
on KPP Palembang Ilir Barat. The data used is data WPOP and income tax revenues
2011-2015. Descriptive quantitative research methods. The results showed that the
number of WPOP who pay income tax in 2015 increased by 7.72% and income tax

increased by 11.12% after the change in non taxable income (PTKP).
Keywords: PTKP, WPOP, income tax 21
Abstrak
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP) adalah faktor pengurang terhadap penghasilan netto
orang pribadi atau perseorangan sebagai wajib pajak dalam negeri dalam menghitung
penghasilan kena pajak yang menjadi objek pajak penghasilan yang harus dibayar wajib pajak
di Indonesia. Pada tahun 2015, pemerintah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
122 / PMK.010 / 2015 tentang Penyesuaian Jumlah Penghasilan kena pajak, efektif dari 1
Januari 2015 untuk menggantikan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
162/PMK.011/2012. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui tingkat pertumbuhan wajib
pajak orang pribadi dan penerimaan pajak penghasilan terhadap perubahan PTKP pada KPP
Pratama Palembang Ilir Barat. Data yang digunakan adalah data WPOP dan penerimaan pajak
penghasilan tahun 2011-2015. Metode penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian
menunjukan bahwa jumlah WPOP yang membayar pajak penghasilan pada tahun 2015
mengalami peningkatan sebesar 7,72% dan pajak penghasilan mengalami peningkatan sebesar
11,12% setelah perubahan PTKP.
Kata Kunci : PTKP, WPOP, PPh 21
penghasilan tidak kena pajak (PTKP), dan
tarif pajak berlapis yang dikenakan terhadap
penghasilan kena pajak Wajib Pajak Orang

Pribadi (WPOP) agar tercipta keadilan pada
setiap wajibpajak dari wajib pajak kaya dengan
penghasilan tinggi sampai dengan wajib pajak
berpenghasilan menengah kebawah. Selain itu

1. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang

Direktorat Jendral Pajak dalam proses
menghimpun pajak, menerapkan beberapa
aturan dalam menentukan pajak yang harus
dibayar oleh wajib pajak. Beberapa
diantaranya
adalah
biaya
jabatan,
70

ISSN 2407 - 1072


Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

belum menikah ataupun yang telah memiliki anak
memiliki jumlah yang berbeda secara proporsional.
Penetapan besarnya penghasilan tidak kena
pajak disesuaikan perkembangan ekonomi dan
moneter serta harga kebutuhan pokok yang setiap
waktu semakin meningkat.Ditengah perlambatan
ekonomi global kebijakan tersebut diambil agar
daya beli masyarakat meningkat.Penghasilan
tidak kena pajak indentik dengan standar biaya
hidup, berkurangnya penghasilan kena pajak
diharapkan masyarakat dapat menikmati lebih
banyak penghasilannya dalam bentuk konsumsi
atau tabungan (saving). Dengan begitu pemasukan
dari jenis pajak yang lain seperti PPN (pajak
pertambahan nilai) dan pajak atas bunga tabungan
(saving) akan meningkat.
Penelitian ini menggunakan metode
analisis deskriptif kuantitatif yang berpusat pada

jumlah wajib pajak orang pribadi dan penerimaan
pajak penghasilan. Penelitian ini menggunakan data
tahunan yang didapat langsung dari Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir
Barat.Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana tingkat pertumbuhan wajib pajak orang
pribadi dan tingkat pertumbuhan penerimaan pajak
penghasilan pasal 21 naik atau turun setelah
perubahan penghasilan tidak kena pajak.

fasilitas tersebut diberikan agar masyarakat tidak
terlalu terbebani dengan beban pajak yang harus
dibayar. Salah satu fasilitas yang diberikan
Direktorat Jendral Pajak adalah Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP).Penghasilan tidak kena pajak
(PTKP) digunakan untuk menghitung besarnya
penghasilan kena pajak wajib pajak orang pribadi
dalam
negeri
yang

bekerja
sebagai
pegawai/karyawan/buruh/memiliki
pekerjaan
bebas yang memiliki penghasilan.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
yang ditetapkan sejak reformasi perpajakan tidak
memiliki nilai tetap, mulai dari UU Nomor 7
tahun 1983, UU Nomor 10 tahun 1994, UU
Nomor 17 tahun 2000 tentang penyesuanian
besaran penghasilan tidak kena pajak . Tahun 2004
pemerintah
Indonesia
menerbitkan
PeraturanMenteri
Keuangan
No.564/PMK.03/2004 tentang Penyesuaian
Besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak yang
berlaku efektif sejak 1 Januarai 2005.Tahun 2005
Peraturan

Menteri
Keuangan
No.137/PMK.03/2005 yang berlaku efektif sejak 1
januari 2006 untuk mengantikan Peraturan Menteri
Keuangan No.5640/PMK.03/2004. Selanjutnya
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) terus
mengalami penyesuaian dengan dikeluarkan UU
No. 36 tahun 2008 tentang pajak penghasilan pada
pasal 8. Tahun 2012 pemerintah Indonesia
menerbitkan Peraturan Menteri Keuangan
No.162/PMK.011/2012, pada tahun 2015
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.122/PMK.010/2015 tentang penyesuaian
besaran Penghasilan Tidak Kena Pajak
(PTKP).Terakhir tahun 2016 pemerintah melalui
kementerian keuangan kembali menaikkan
penghasilan tidak kena pajak dengan mengeluarkan
Peraturan

Menteri
Keuangan
No.101/PMK.010/2016.
Penghasilan tidak kena pajak atau PTKP
adalah setanadar kehidupan minimum yang
diberikan negara kepada wajib pajak yang tidak
dapat diganggu gugat oleh siapa pun.Penghasilan
tidak kena pajak merupakan salah satu
fasilitas dalam pelaksanaan kewajiban pajak
penghasilan.Penghasilan tidak kena pajak dapat
diberikan dalam jumlah tetap atau variatif. Di
Indonesia, Penghasilan tidak kena pajak bersifat
variatif disesuaikan dengan kondisi wajib pajak yang
bersangkutan. Wajib pajak telah menikah dan

1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian
ini adalah bagaimanakah analisis perubahan
PTKP terhadap tingkat pertumbuhan wajib
pajak orang pribadi dan penrimaan pajak

penghasilan.
2. KAJIAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Pajak
Definisi pajak menurut UndangUndang Nomor 16 tahun 2009 perubahan
keempat atas Undang-Undang Nomor 6
tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan pada Pasal 1 ayat 1
berbunyi pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
71

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

ISSN 2407 - 1072


cara perpajakan (KUP) sebagaimana telah
berubah beberapa kali terakhir undangundang nomor 16 tahun 2009, pasal 1 ayat 2
yang membahas tentang pengertian Wajib
Pajak. Wajib pajak adalah orang atau badan
meliputi pembayaran pajak, pemotongan
pajak, pemungutan pajak, yang mempunyai
hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Wajib pajak orang pribadi (WPOP) yang
berstatus sebgai pegawai adalah orang pribadi
yang melakukan pekerjaan (bekerja)
berdasarkan perjanjian atau kesepakatan
kerja baik tertulis maupuntidak tertulis, yang
memperoleh penghasilan sehubungan dengan
pekerjaan yang jumlahnya diatas Penghasilan Tidak
Kena Pajak (PTKP).

2.2 Pajak Penghasilan
Berdasarkan ketentuan pasal 1 UU
No. 7 Tahun 1983 yang telah diubah terakhir

dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang
pajak penghasilan. Pajak penghasilan adalah
pajak yang dikenakan tehadap subjek pajak
atas penghasilan yang diterima atau
diperolehnya dalam tahun pajak atau dapat
pula dikenakan pajak untuk penghasilan
dalam bagian tahun pajak apabila
kewajiban pajak subjektifnya dimulai atau
berakhir dalam tahun pajak.
2.3 Penghasilan Tidak Kena Pajak
Penghasilan tidak kena pajak (PTKP)
adalah
faktor
pengurang
terhadap
penghasilan netto orang pribadi atau
perseorangan sebagai wajib pajak dalam
negeri dalam menghitung penghasilan kena
pajak yang menjadi objek pajak penghasilan
yang harus dibayar wajib pajak di Indonesia.

Perhitungan penghasilan tidak kena pajak
ditentukan menurut keadaan pada awal tahun
pajak atau awal bagian awal tahun.
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
pertahun berdasarkan Peraturan Mentri
Keuangan No. 122/PMK.010/2015 adalah
sebagai berikut:
1. Rp 36.000.000 (tiga puluh enam juta
rupiah) untuk diri wajib pajak pribadi,
2. Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah)t
ambahan
untuk wajib pajak yang
kawin.
3. Rp 36.000.000 (tiga puluh enam juta
rupiah) tambahan untuk seorang istri yang
penghasilannya dengan penghasilan suami
sebagi dimaksud pasal 8 ayat (1), dan
4. Rp 3.000.000 (tiga juta rupiah) tambahan
untuk setiap anggota keluarga sedarah dan
keluarga semendah dalam garis keturun
lurus serta anak angkat, yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3
orang untuk setiap keluarga.

2.5 Pajak Penghasilan Pasal 21
Herry (2010: 117) Pajak penghasilan pasal
21 adalah pajak atas penghasilan berupa gaji,
uapah, honorarium, tabungan, dan pembayaran
lain yang diterima atau diperoleh wajib pajak orang
pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan
atau jabatan , jasa, dan kegiatan. Subjek pajak
penghasilan pasal 21 adalah penerima ahasil yang
dipotong, dan kegiatan. Subjek pajak penghasilan
pasal 21 adalah penerima penghasilan yang
dipotong PPh pasal 21, terdiri atas pegawai yang
memperoleh penghasilan dari pemberi kerja secara
berkala, penerima pensiun, penerima honorarium,
penerima upah, dan orang pribadi yang memperoleh
penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau
kegiatan dari pemotong pajak.
2.6 Tingkat Pertumbuhan
Menurut
situs
http://id.wikihow.com/Menghitung-Rasio
Pertumbuhan (online) diakses 15 Maret 2017
Tingkat pertumbuhan dasar secara sederhana
merupakan perbandingan antara dua nilai dalam
waktu tertentu, yang ditunjukkan dalam bentuk
persentase dari nilai awal. Untuk menghitung
tingkat pertumbuhan dapat mengunakan rumus
sederhana sebagai berikut:
Rumus perhitungan pertumbuhan adalah:

2.4 Wajib Pajak
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 tentang ketentuan umum dan tata
tingkat pertumbuhan =

x100%

Sumber: http://id.wikihow.com

72

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

2.7 Penelitian Sebelumnya
Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Novita
Erawati Farnika (2012) dengan judul “Analisis
Penerimaan Pajak Pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar
Setelah Pemberlakuan Kenaikan Penghasilan Tidak
Kena Pajak”. Rumusan masalah bagaimana
penerimaan pajak pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar setelah adanya
pemberlakuan kenaikan Penghasilan Tidak
KenaPajak?.Sedangkan tujuan penelitian adalah
untuk mengetahui kenaikan ataupun penurunan
penerimaan pajak pada Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Wajib Pajak Besar setelah
diberlakukannya kenaikan Penghasilan Tidak Kena
Pajak.
Metode penelitian pada penelitin ini adalah
deskriptif.Teknik analisis deskriptif kualitatif. Hasil
penelitian menunjukan Penerimaan pajak Pajak
Penghasilan, Kanwil Direktorat Jenderal Pajak
Wajib Pajak Besar mengalami peningkatan secara
signifikan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun
2009. Walaupun terjadi kenaikan PTKP pada
tahun 2009, akantetapi peningkatan penerimaan
pajak yang paling besar justru terjadi pada tahun
2009 tersebut dengan kenaikan sebesar 101,44%
dari tahun sebelumnya.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh
Siska (2015) dengan judul “Analisis Perubahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Tingkat
Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penghasilan (studi
kasus pada KPP Pratama Ilir Timur Palembang)”.
Rumusan masalah bagaimana pengaruh
PerubahanPenghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap
Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak
Penghasilan (studi kasus pada KPP Pratama Ilir
Timur Palembang) ?.
Tujuan penelitian untuk mengetahui
pengaruh Perubahan Penghasilan Tidak Kena
Pajak Terhadap Tingkat pertumbuhan penerimaan
pajak penghasilan (studi kasus pada KPP Pratama
Ilir Timur Palembang). Metode penelitian
deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menujukan
bahwa perubahan PTKP tidak menyebabkan
pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan
menurun tetapi mengalami peningkatan sebesar
9% pada tahun 2015. Pertumbuhan pajak
penghasilan pasal 25 mengalami kenaikan sebesar
38% pada tahun 2011.

3. METODE PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif, yaitu penelitian yang
dilakukan untuk
menganalisis
tingkat
pertumbuhan wajib pajak orang pribadi dan
tingkat pertumbuhan penerimaan pajak setelah
kenaikan penghasilan tidak kana pajak.Penelitian ini
dilakukan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Palembang Ilir Barat yang beralamat di jalan
Tasik Kambang Iwak Palembang 30135 telepon
(0711) 357077, 315288, 312395 Sumstera
Selatan.Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah datasekunder. Teknik pengumpulan data
menggunakan metode dokumentasi.Teknik
analisis data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah metode analisis kuantitatif. Data yang
didapat dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Palembang Ilir Barat dikelompokkan sesuai
dengan kelompok datanya, kemudian dianalisis
mengenai perubahanperubahan yang terjadi pada
tingkat pertumbuhan Wajib Pajak Orang Pribadi dan
tingkat pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan
setelah perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak.
4. HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN
4.1 Gambaran
Singkat
KPP
Pratama Palembang Ilir Barat
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Palembang
Ilir Barat didirikan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 132/PMK.01/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja Instansi Vertikal
Direktorat Jenderal Pajak sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 67/PMK.01/2008.Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat
bertanggung jawab langsung kepada Kepala
Kantor Wilayah DJP Sumatera Selatan dan
Kepulauan Bangka Belitung yang berkedudukan
di Palembang.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Palembang Ilir Barat yang sebelumnya bernama
Kantor Pelayanan Pajak Palembang Ilir Barat
didirikan sebagai bagian dari modernisasi
Direktorat Jenderal Pajak dengan menerapkan
Sistem Administrasi Perpajakan Modern. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Palembang Ilir Barat
beralamat di Jalan Tasik, Kambang Iwak, Palembang
30135, satu gedung dengan Kantor Wilayah DJP
73

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

ISSN 2407 - 1072

Sumatera Selatan dan Kepulauan Bangka Belitung
dan Kantor Pelayanan Pajak Madya Palembang.
KPP Pratama Palembang Ilir Barat memiliki
wilayah kerja meliputi 6 (enam) kecamatan di Kota
Palembang, yaitu Ilir Barat I, Ilir Barat II, Bukit
Kecil, Sukarami, Alang-alang Lebar, dan Gandus,
yang terdiri dari 324 Rukun Warga (RW) dan
1.338 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah
penduduk 592.158jiwa dengan jumlah
penduduk laki-laki 300.631 dan perempuan
291.527. Luas wilayah kerja KPP Pratama
Palembang Ilir Barat adalah 190.730 Km2,
dengan batas-batas sebagai berikut :

Utara : Kecamatan Talang Kelapa, Banyuasin
Selatan: Sungai Musi
Barat
: Kecamatan Talang Kelapa,
Banyuasin
Timur : Kecamatan Ilir Timur I, Palembang
4.2 Pembahasan
4.2.1 Analisis Perubahan Penghasilan Tidak
Kena Pajak Terhadap Tingkat
Pertumbuhan Wajib Pajak Orang
Pribadi

Tabel IV.3
Perhitungan Tingkat Pertumbuhan WPOP yang Membayar PPh 21
Tahun

WPn

WPn-1

2011
2012
2013
2014
2015

Tingkat
Pertumbuhan

932
1.112
932
987
1.112
1.140
978
1.228
1.140
Rata-rata
Sumber: Data Skunder yang Dioleh, 2017

Berdasarkan
tabel
IV.3
hasil
perhitungan tingkat pertumbuhan wajib pajak
orang pribadi yang membayar pajak
penghasilan pasal 21. Tingkat pertumbuhan
wajib pajak orang pribadi yang membayar
pajak penghasilan pasal 21 tertinggi terjadi
pada tahun 2012 dengan tingkat pertumbuhan
sebesar 19,31% dan tingkat pertumbuhan
wajib pajak orang pribadi yang membayar
pajak penghasilan pasal 21 terendah pada
tahun 2013 dengan penurunan sebesar
11,24%. Hal ini terjadi disebabkan oleh
pemberlakuan Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 162/PMK.01 1/2012 tentang
penyesuaian
PTKP.Perubahan
PTKP
memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan
wajib pajak orang pribadi.
Peningkatan PTKP mengakibatkan
penurunan Penghasilan Kena Pajak (PKP)
yang pada akhirnya mengakibatkan penurunan
jumlah pajak penghasilan yang harus
dibayarkan. Standar gaji di Palembang yang
rendah juga mengakibatkan banyak wajib

19,31%
-11,24%
15.50%
7.78%
7,82%

pajak yang tereliminasi dengan adanya
penurunan ini. Disisi lain peningkatan
Penghasilan tidak kena pajak mengakibatkan
pembayaran pajak yang harus dibayar oleh
wajib pajak lebih sedikit, hal ini membuat
wajib pajak orang pribadi menjadi tidak ragu
untuk membayar pajak. Hal ini dibuktikan
dengan peningkatan jumlah wajib pajak yang
membayar pajak penghasilan pasal 21pada
tahun 2014 sebanyak 1.140 wajib pajak atau
mengalami peningkatan pertumbuhan sebesar
15,50%. dan pada tahun 2015 sebanyak 1.228
wajib pajak atau mengalami peningkatan
pertumbuhan sebesar 7,72%. Tingkat
pertumbuhan wajib pajak orang pribadi yang
membayar pajak PPh pasal 21 dari tahun
2011 sampai 2015 mengalami peningkatan
rata-ratasebesar
7,82%.
Tingkat
pertumbuhan wajib pajak orang pribadi yang
membayar pajak penghasilan pasal 21 juga
dapat dilihat pada gambar IV.2 grafik tingkat
pertumbuhan wajib pajak orang pribadi.
74

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

Sumber: Data Skunder yang Dioleh, 2017.
Gambar 4.1
Grafik Tingkat Pertumbuhan Wajib Pajak Orang Pribadi
4.2.2 Analisis Perubahan Penghasilan Tidak Kena Pajak Terhadap Tingkat Pertumbuhan
Penerimaan Pajak Penghasilan
Tabel IV.4
Perhitungan Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21
Tahun
PPn
PPn-1
Tingkat
Pertumbuhan
2011
2012
2013
2014
2015

Rp 112.519.145.378
Rp 173.690.120.304
Rp 164.285.429.823
Rp 193.086.617.235
Rp 214.778.452.924

Rp 112.519.145.378
Rp 173.690.120.304
Rp 164.285.429.823
Rp 193.086.617.235

Ratarata
Sumber: Data Skunder yang Dioleh, 2017

15,44%
-9,46%
11,75%
11,12%
7,21%

Pada tahun 2015 diterbitkanya PMK
No.122/PMK.010/2015 tingkat pertumbuhan
penerimaan pajak penghasilan pasal 21
mengalami peningkatan sebesar 11,12% pada
tahun 2015. Peningkatan penerimaan pajak
penghasilan pasal 21 juga disebabkan adanya
kenaikan gaji pegawai. Pegawai yang
sebelumnya
tidak
berkewajiban
untuk
membayar pajak dikarenakan gaji netto
perbulandibawah PTKP, pada adanya kenaikan
gaji pegawai dan melebihi PTKP maka
pegawai tersebut diwajibkan untuk membayar
pajak PPh pasal 21, dalam hal ini pemotongan
dilakukan oleh perusahaan ini.
Peningkatan penerimaan pajak jiga
disebabkan oleh pembayaran pajak yang lebih
sedikit dengan adanya kenaikan PTKP, sehingga
wajib pajak menjadi tidak ragu untuk membayar

Berdasarkan Tabel IV.4 hasil perhitungan
tingkat pertumbuhan penerimaan pajak pasal 21,
peneliti
menganalisis
bahwa
perubahan
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tidak
mempengaruhi tingkat pertumbuhan penerimaan
pajak penghasilan secara signifikan pada saat
diterbitkanya UUNo.36 Tahun 2008, dengan
tingkat pertumbuhan sebesar 15,44% pada tahun
2012. Pada tahun 2013 tingkat pertumbuhan
pajak penghasilan pasal 21 mengalami
penurunan sebesar 9,46%. Penurunan tingkat
pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan
pasal 21 ini diakibatkan oleh pemberlakuan
Peraturan
Menteri
Keuangan
No.162/PMK.011/2012 tentang penyesuaian
PTKP. Perubahan PTKP memberi pengaruh
yang besar terhadap penerimaan pajak
penghasilan pasal 21..
75

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017

pajak.Hal ini dibuktikan dengan peningkatan
jumlah wajib pajak orang pribadi yang
membayar pajak penghasilan pasal 21 yang
terjadi pada tahun 2015 sebanyak 1.228 wajib
pajak.Tingkat pertumbuhan penerimaan pajak
penghasilan selama tahun 2011 sampai

dengan tahun 2015 mengalami peningkatan
dengan rata-rata peningkatan sebesar 7,21%.
Berikut ini gambar IV.3 tingkat
pertumbuhan penerimaan pajak penghasilan
KPP Pratama Palembang Ilir Barat dari tahun
2011 sampai dengan tahun 2015.

Sumber: Data Skunder yang Dioleh, 2017
Gambar IV.3
Tingkat Pertumbuhan Penerimaan Pajak Penghasilan Pasal 21
KPP Pratama Palembang Ilir Barat
2. Bagi KPP Pratama Palembang Ilir Barat
Perlu dilakukan Ekstensifikasi Wajib Pajak atau
perluasan Subjek pajak yang berkala.
3. Bagi Penelitian Selanjutnya
Untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat
mencari variable lainnya yang dapat
mempengaruhi jumlah wajib pajak dan penerimaan
pajak penghasilan selain perubahan PTKP di masa
yang akan datang.

5. SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1. Perubahan penghasilan tidak kena pajak dapat
menurunkan dan meningkatkan pertumbuhan wajib
pajak orang pribadi yang membayar pajak
penghasilan pasal 21.
2. Perubahan penghasilan tidak kena pajak dapat
meningkatkan pertumbuhan penerimaan pajak
penghasilan. Hal itu terjadi karena adanya
peningkatan pertumbuhan wajib pajak orang
pribadi yang membayar pajak penghasilan. Perubahan
penghasilan tidak kena pajak juga menyebabkan
penurunan penerimaan pajak.

DAFTAR PUSTAKA
Anwar Sanusi. (2011). MetodePenelitian Bisnis.
Jakarta: Salemba Empat.
Dimas Adianto. (2014). Analisis Perubahan Pen
ghasilan Tidak Kenak Pajak (PTKP)
Terhadap Tin gkat Pertumbuhan Jumlah
Wajib Pajak Pajak Orang Pribadi Dan
Penerimaan Pajak Penghasilan: Study
Pada KPP Pratama Malang Selatan Dan
KPP Pratama Banyuangi, jurnal mahasiswa
perpajakan, vol. 2, no.1.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pendapatan dan
pembahasan diberikan saran sebagai berikut:
1. Bagi Direktorat Jendral Pajak
Direktorat Jendral Pajak (DJP) harus lebih giat untuk
mengajak masyarakat yang berpotensi pajak yang
belum mempunyai NPWP bahkan yang tidak
membayar pajak, untuk mendaftarkan dirinya serta
membayarkan pajak penghasilan.
76

ISSN 2407 - 1072

Jurnal Akuntanika, Vol. 3, No. 2 , Juli – Desember 2017
Sugiyono.(2014b). Metode Penelitian Bisnis.
Bandung: Alfabeta.

Evi .(201 5). Kenaikkan Pen ghasilan Tidak Kena
Pajak
http:/www.kompasiana.com/giagimi/kenaikan
ptkp-2015. (online), diakses 19 Desember 2016.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah diubah
terakhir dengan Undang-Undang Nomor
16 Tahun 2009 (UU KUP). Jakarta:
Direktorat Jendral Pajak.

Evi Malia dan Qoyyimah. (2016) .Analisis Kenaikan
PTKP Sebagai Upaya Peningkatan
Pertumbuhan
Wajib
Pajak
dan
Penerimaan Pajak Pen ghasilan Di KPP
Pratama Pamekasan. Madura: Universitas
Wirajaya.Jurnal “PERFORMANCE” Bisnis &
Akuntansi Volume VI, No.2.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983
sebgaimana telah diubah terakhir den
gan undang-undang nomor 36 tahun 2008
tentang pajak penghasilan. Jakarta:
Direktorat Jendral Pajak
.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
sebgaimana telah diubah terakhir dengan
undang-undang nomor 16 tahun 2009
tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan (UU KUP).Jakarta: Direktorat
Jendral Pajak

Herry Purwono.(2010).
Dasar-dasa perperpajakan dan akuntansi pajak.
Jakarta:
Erlangga
http://id.wikihow.com/Menghitung-RasioPertumbuhan (online) diakses 15 Maret 2017
Mardiasmo. (2011). Perpajakan, Edisi Revisis
2011. Jakarta: salemba empat
Novita Erawati Farnika. (2012). Analisis
Penerimaan Pajak Pada Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Wajib Pajak
Besar SetelahPemberlakuan Kenaikan Pen
ghasilan Tidak Kena Pajak. Surabaya:
Universitas Negeri Surabaya.
Peraturan
Mentri
Keuangan
Nomor
122/PKM.010/2015. Tentang Penyesuaian
Besarnya Pen ghasilan Tidak Kena Pajak.
Jakarta: Kementrian Keuangan Republik
Indonesia.
Program strata satu.(201 1). Pedoman penelitian
usulan penelitian dan penelitian. Palembang:
Universitas Muhammadiah Palembang.
Siska.(201 5). pen garuh Perubahan Penghasilan
Tidak Kena Pajak Terhadap Ptingkat
Pertumbuhan
Penerimaan
Pajak
Penghasilan (studi kasus pada KPP
Pratama Ilir Timur Palembang). Penelitian
Tidak Diterbitkan. Palembang: Program
Studi
Akuntansi,
Universitas
Muhammadiyah Palembang.
Siti Resmi. (2016). Perpajakan: Teori
dan Kasus, Edisi Sembilan.
Jakarta:
Salemba
Empar.
Sugiyono.(2009a).
Metode
Penelitian Bisnis. Bandung:
Alfabeta..

77

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

EFEKTIFITAS BERBAGAI KONSENTRASI DEKOK DAUN KEMANGI (Ocimum basilicum L) TERHADAP PERTUMBUHAN JAMUR Colletotrichum capsici SECARA IN-VITRO

4 157 1

ANALISIS KOMPARATIF PENDAPATAN DAN EFISIENSI ANTARA BERAS POLES MEDIUM DENGAN BERAS POLES SUPER DI UD. PUTRA TEMU REJEKI (Studi Kasus di Desa Belung Kecamatan Poncokusumo Kabupaten Malang)

23 307 16

ANALISIS ISI LIRIK LAGU-LAGU BIP DALAM ALBUM TURUN DARI LANGIT

22 212 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

ANALISIS SISTEM PENGENDALIAN INTERN DALAM PROSES PEMBERIAN KREDIT USAHA RAKYAT (KUR) (StudiKasusPada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Oro-Oro Dowo Malang)

160 705 25

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26