Perlindungan Hukum terhadap Anak dari Perkawinan Antar Pemeluk Penghayat Kepercayaan dalam Pembuatan Akta Kelahiran Dihubungkan dengan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP ANAK DARI PERKAWINAN ANTAR
PEMELUK PENGHAYAT KEPERCAYAAN DALAM PEMBUATAN AKTA
KELAHIRAN DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN 2002
TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DAN UNDANG-UNDANG NO. 23 TAHUN
2006 TENTANG ADMINISTRASI KEPENDUDUKAN
Annatasya Maryana
110110090037
Kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu aspek
warisan budaya bangsa yang masih hidup dan berkembang serta dihayati oleh
sebagian masyarakat Indonesia dan penganutnya disebut Penghayat kepercayaan.
Melalui Undang-Undang No.23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan
dan Peraturan Pemerintah No. 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pelaksanaan
Undang-undang No.23 tahun 2006 tentang Administrasi kependudukan maka
perkawinan pengahayat kepercayaan dapat dicatatkan dengan syarat perkawinan
tersebut dilakukan dihadapan pemuka penghayat kepercayaan yang ditunjuk dan
ditetapkan oleh organisasi penghayat kepercayaan yang bertugas untuk mengisi
serta menandatangani surat penghayat kepercayaan. Pengahayat kepercayaan di
Kampung Adat Cirendeu tidak berbentuk organisasi sehingga tidak memiliki pemuka
penghayat dan Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Cimahi tidak dapat
mengeluarkan kutipan akta perkawinan yang berfungsi sebagai syarat pembuatan
akta kelahiran yang merupakan hak setiap anak tanpa terkecuali. Tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui penegakan hukum dalam pembuatan akta kelahiran
sebagai perlindungan hukum bagi anak yang lahir dari pasangan penghayat
kepercayaan serta mengetahui hambatan-hambatan yang terjadi dalam praktik yang
dihadapi pasangan penghayat kepercayaan dalam pembuatan akta kelahiran
anaknya dihubungkan dengan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 tentang
Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi
Kependudukan
Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan ini adalah deskriptif
analitis, dengan metode pendekatan yuridis normatif. Penelitian dilakukan dengan
dua tahap yaitu penelitian kepustakaan dengan cara meneliti data sekunder berupa
peraturan perundang-undangan, literatur, serta bahan lain yang berhubungan
dengan penelitian dan penelitian lapangan untuk memperoleh data primer melalui
wawancara dan selanjutnya data dianalisis secara juridis kualitatif
Hasil penelitian ini adalah penegakan hukum dalam bidang pencatatan akta
kelahiran merupakan bentuk perlindungan hukum. Bagi penghayat kepercayaan di
Kampung Adat Cirendeu pembuatan akta kelahiran dapat dilaksanakan setelah
memperoleh kutipan akta perkawinan dengan meminta bantuan pemuka penghayat
yang telah terdaftar di Direktorat Pembinaan Kepercayaan Kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan Tradisi dibawah Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan atau
mengajukan permohonan pengesahan perkawinan penghayat kepercayaan melalui

penetapan Pengadilan Negeri. Hambatan yang terjadi berasal dari faktor internal
yaitu masyarakat Kampung Adat Cirendeu tidak berbentuk organisasi penghayat
kepercayaan sehingga tidak memiliki pemuka penghayat kepercayaan dan faktor
eksternal yaitu tidak terdapat aturan formal yang mengatur secara teknis pencatatan
perkawinan penghayat yang tidak memiliki pemuka penghayat.

LAW PROTECTION TO CHILDREN OF NON-RELIGIOUS BELIEVERS’
MARRIAGE IN THE ISSUANCE OF BIRTH CERTIFICATE BASED ON THE ACT
NO. 23/2002 ON CHILD PROTECTION AND THE ACT NO. 23/2006 ON
POPULATION ADMINISTRATION
Annatasya Maryana
110110090037
Faith in God the Almighty One is one of the cultural inheritances that still lives
and thrives as well as is internalized by some Indonesian communities and those
with such belief are called non-religious believers. By the Act No. 23/2006 on
Population Administration and the Government Regulation No. 37/2007 on
Guidelines of Law Enforcement of the Act No. 23/2006 on Population Administration,
it is stated that the marriage of non-religious believers may be registered as long as
it is performed before the appointed leader of the community and set by the nonreligious believers organization which is in charge of filling and signing the
community letters. Non-religious believers’ community in Indigenous Village of

Cirendeu is not in the form of an organization; therefore they do not have a leader
and the Population and Civil Registry Office of Cimahi cannot issue marriage
certificates which function as requirement for birth certificates as the right of every
child without exception. This research aims to identify the law enforcement in the
issuance of birth certificates as law protection for children of non-religious believer
parents as well as to recognize the obstacles in practice faced by the parents in the
issuance of their children’s birth certificates related to the Act No. 23/2002 on Child
Protection and the Act No. 23/2006 on Population Administration.
The method used for this research is descriptive analysis with normative
juridical approach. The research is conducted with two phases which are literary
research by studying the secondary data of regulations, literatures and other
materials related to the research and field research to obtain primary data by
interview. The collected data are then analyzed with qualitative juridical method.
The result shows that law enforcement in the issuance of birth certificates for
the non-religious believers’ community in Cirendeu can be implemented by asking
for assistance from a leader who has been registered in the Directorate of
Disposition for the Faith in the God Almighty One and Tradition under the Ministry of
Education and Culture by applying for approval of non-religious believers’ marriage
through the court determination. Obstacles generally are caused by internal factor
that the Cirendeu community resists to form an organization, as well as external one

that there is an absence of formal regulation which technically regulates the registry
of marriages in such community without a leader.
Keywords : law protection, birth certificate, non-religious believers