Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Siri Online Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tetang Perlindungan Anak

BAB I
PENDAHULUAN

H. Latar Belakang
Nikah sirri zaman sekarang seolah menjadi trend dan gaya hidup. Saat
ini banyak dijumpai pasangan yang lebih memilih untuk melakukan nikah siri
atau nikah di bawah tangan terutama untuk kalangan kelas menengah ke bawah,
hal tersebut dipengaruhi dengan keterbatasan pengetahuan mengenai hukum,
akibat yang akan ditimbulkan serta masalah biaya. Sedangkan untuk kalangan
menengah ke atas mandalilkan takut akan dosa dan zina serta masih banyak
alasan yang lain.
Akhir-akhir ini, fenomena nikah siri memberikan kesan yang menarik.
Pertama, nikah siri sepertinya memang benar-benar telah menjadi trend yang
tidak saja dipraktekkan oleh masyarakat umum, namun juga dipraktekkan oleh
figur masyarakat yang selama ini sering disebut dengan istilah kyai, dai, ustad,
ulama, atau istilah lainnya yang menandai kemampuan seseorang mendalami

Universitas Sumatera Utara

agama (Islam). Kedua, nikah siri sering ditempatkan menjadi sebuah pilihan
ketika seseorang hendak berpoligami dengan sejumlah alasannya tersendiri. 1

Undang-undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya
disebut UU Perkawinan), merupakan salah satu wujud aturan tata tertib
pernikahan yang dimiliki oleh negara Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat, di
samping aturan-aturan tata tertib pernikahan yang lain yaitu hukum adat dan
hukum agama. Agar terjaminnya ketertiban pranata pernikahan dalam
masyarakat, maka Undang-undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 9 Tahun 1975 menentukan bahwa setiap perkawinan harus dicatat oleh
petugas yang berwenang. Namun kenyataan memperlihatkan fenomena yang
berbeda. Hal ini tampak dari maraknya pernikahan siri atau pernikahan di bawah
tangan yang terjadi di tengah masyarakat.
Negara Republik Indonesia, sebagai negara yang berdasarkan Pancasila,
di mana sila yang pertama adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, maka perkawinan
dianggap mempunyai hubungan yang erat sekali dengan agama atau kerohanian,
sehingga perkawinan bukan saja mengandung unsur lahir atau jasmani, tetapi
unsur batin atau rohani juga mempunyai peranan yang sangat penting. Keharusan
pencatatan perkawinan walaupun bukan menjadi rukun nikah, akan tetapi
merupakan hal yang sangat penting terutama sebagai alat bukti yang dimiliki
seseorang, apabila terjadi suatu permasalahan di kemudian hari. 2
Berdasarkan UU Perkawinan, perkawinan adalah sah apabila sah
menurut agama dan kepercayaannya masing-masing, serta perkawinan tersebut

1

https://fandyisrawan.wordpress.com/2014/02/26/makalah-nikah-siri/ (diakses tanggal 21
April 2016).
2
Ibid

Universitas Sumatera Utara

harus dicatatkan. Namun dalam kompilasi hukum islam perkawinan adalah sah
apabila sah menurut agama islam, kemudian syarat pencatatan yang ada agar
menjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat Islam. Berdasarkan kedua
aturan tersebut dapat diketahui bahwa suatu perkawinan itu tetap harus dicatatkan
demi terciptanya suatu ketertiban perkawinan dalam masyarakat. Meskipun suatu
perkawinan itu sudah disebut sah apabila sudah sah secara agama apabila tidak
dicatatkan dapat dikatakan perkawinan tersebut adalah perkawinan secara siri.
Penyebab yang menimbulkan masyarakat melakukan pernikahan siri
sebenarnya kembali kepada pribadinya masing-masing. Namun yang terjadi
belakangan ini hal-hal yang menyebabkan timbulnya nikah dilihat dari faktor
sosial dikarenakan adanya kesulitan pencatatan pernikahan yang kedua kalinya,

batasan usia yang layak nikah berdasarkan peraturan perundang-undangan, tempat
tinggal yang berpindah-pindah membuat orang kesulitan untuk mengurus
administrasi dan prosedur pencatatan pernikahan. Kemudian ada faktor
ekonomi dimana masyarakat yang kurang mampu biasanya akan kesulitan untuk
membayar biaya-biaya untuk mencatatkan pernikahannya sehingga lebih memilih
nikah siri. Selanjutnya ada juga faktor agama dimana nikah siri dilakukan untuk
menghalalkan suatu hubungan agar dijauhkan dari zina dan dosa.
Meski sudah ada peraturan yang jelas, pada kenyataannya dalam
masyarakat sering terjadi perkawinan yang tidak sesuai dengan prosedur yang
telah ditetapkan UU Perkawinan. Masyarakat tersebut beranggapan bahwa cukup
melakukan pernikahan sesuai dengan hukum agama saja perkawinan tersebut

Universitas Sumatera Utara

sudah dianggap sah (perkawinan semacam ini biasa dikenal dengan nikah siri atau
perkawinan di bawah tangan).
Anak sebagai generasi muda penerus bangsa, mempunyai hak dan
kewajiban untuk ikut serta dalam membangun negara. Anak merupakan modal
pembangunan


yang

kelak

akan

memelihara,

mempertahankan,

serta

mengembangkan hasil pembangunan yang telah ada. Di sisi lain anak–anak
tersebut belum mempunyai kemampuan untuk melengkapi serta mengembangkan
diri mereka, melaksanakan hak dan kewajibannya sebagai warga negara yang
mampu betanggung jawab dan bermanfaat bagi sesama. Kondisi fisik, mental, dan
sosial anak yang seperti ini yang seringkali dimanfaatkan oleh pihak–pihak
tertentu untuk mengambil keuntungan, hak anak-anak dapat disalahgunakan oleh
pihak-pihak tersebut untuk kepentingan pribadi mereka masing-masing.
Anak juga merupakan pribadi sosial yang memerlukan relasi dan

komunikasi dengan orang lain untuk memanusiakan dirinya. Anak ingin dicintai,
ingin diakui dan dihargai. Berkeinginan pula untuk dihitung dan mendapatkan
tempat dalam kelompoknya. Hanya dalam komunikasi dan relasi dengan orang
lain (guru, pendidik, pengasuh, orang tua, anggota keluarga, kawan sebaya,
kelompoknya dan lain-lain) seorang anak dapat berkembang menuju pada
kedewasaan. 3
Apabila hal itu terjadi maka akan merusak mental dan kepribadian dari si
anak sekaligus berdampak negatif terhadap pelaksanaan pembangunan yang

3

Kartini Kartono, Psikologi Anak (Psikologi Perkembangan), Mandar Maju, Bandung:
1999, hlm.43

Universitas Sumatera Utara

sedang berjalan. Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945 BAB XA Pasal 28B ayat (2) Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4316 (selanjutnya disebut UndangUndang Dasar 1945)
mengatur bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh, dan

berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. 4
Anak merupakan tunas, potensi, dan generasi penerus bangsa yang
memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin
kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Negara Kesatuan
Republik Indonesia pun menjamin atas kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya,
termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan Hak Asasi Manusia,
sehingga untuk mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka anak-anak perlu
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan
upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan
memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan
tanpa diskriminasi. Untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak
diperlukan dukungan.
Anak merupakan tunas, potensi, dan generasi penerus bangsa yang
memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus yang menjamin
kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa depan. Negara Kesatuan
Republik Indonesia pun menjamin atas kesejahteraan tiap-tiap warga negaranya,
4

Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, mengenai Hak Asasi

Manusia, BAB XA, Pasal 28B ayat (2), Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia, 4316,
Sekretaris Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia, 2008, hlm. 46

Universitas Sumatera Utara

termasuk perlindungan terhadap hak anak yang merupakan Hak Asasi Manusia,
sehingga untuk mampu memikul tanggung jawab tersebut, maka anak-anak perlu
mendapat kesempatan yang seluas-luasnya untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan berakhlak mulia, perlu dilakukan
upaya perlindungan serta untuk mewujudkan kesejahteraan anak dengan
memberikan jaminan terhadap pemenuhan hak-haknya serta adanya perlakuan
tanpa diskriminasi. Untuk mewujudkan perlindungan dan kesejahteraan anak
diperlukan dukungan kelembagaan dan peraturan perundang-undangan yang dapat
menjamin pelaksanaannya.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109 dan Tambahan
lembaran Negara nomor 3143 dalam BAB I mengenai Ketentuan Umum pada
Pasal 1 (selanjutnya disebut Undang-Undang tentang Perlindungan Anak)
mengatur bahwa anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas)
tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan. 5

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 1974 Nomor 1 dalam BAB I mengenai dasar
Perkawinan pada Pasal 1 UU Perkawinan mengatur bahwa perkawinan adalah
ikatan lahir batin antara seorang wanita sebagai suami-istri dengan tujuan
membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan
KeTuhanan Yang Maha Esa. Undang–Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang
5

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, bagian menimbang,
Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara
Nomor 3143. hlm. 3.

Universitas Sumatera Utara

Perkawinan pada BAB II Pasal 7 mengenai syarat-syarat perkawinan mengatur
bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria telah mencapai umur 21 (dua
puluh satu) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 19 (sembilan belas)
tahun. 6
Persyaratan umur kawin jika dihubungkan dengan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, khususnya BAB IV mengenai

kewajiban dan tanggung jawab,bagian kesatu umum, Pasal 26 ayat (1) huruf C
mengatur bahwa orang tua berkewajiban dan bertanggung jawab untuk mencegah
adanya perkawinan anak pada usia anak–anak atau usia dini. 7
Contoh kasus pernikahan siri online antara lain MG, seorang wanita
malam berusia 21 (dua puluh satu) tahun yang bekerja di sebuah karaoke di kota
Malang, mengungkapkan banyak wanita-wanita malam di daerah Malang Raya
(kota Malang, Kabupaten Malang, Kota Batu) yang melakukan nikah siri baik
secara online maupun nikah siri biasa. MG termasuk salah satunya. MG
menuturkan MG dan teman-temannya sesama wanita malam melakukan nikah siri
online karena merasa dengan nikah siri akan menjadi lebih aman agar dapat
menghindari zina dan menjamin nafkah yang akan diberikan pria yang
menikahinya secara siri. 8 MG telah menikah siri dengan seorang pria yang
merupakan pelanggan tetap karaoke tempat MG bekerja dan telah lama menjadi

6

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, BAB I, Pasal 1, mengenai
Dasar Perkawinan, Lembaran Negara Repulik Indonesia, 1975, Nomor , hlm.,537.
7
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak, Op.cit. hlm. 15.

8
http://dokumen.tips/documents/contoh-kasus-nikah-siri-online.html (diakses tanggal 25
Mei 2016).

Universitas Sumatera Utara

langganannya. Mereka melakukan nikah siri secara online. MG mengakui pria
langganannya itulah yang mengajaknya untuk nikah siri.
Alasan MG mengiyakan ajakan pria itu untuk nikah siri adalah karena MG
sudah lama kenal dengan pria itu dan si pria sudah lama menjadi langganannya.
Menurut MG, hubungan mereka layaknya orang yang berkenalan kemudian
pacaran, dan menikah. Namun si pria telah memiliki istri. MG mengakui selama
ini MG diberi nafkah dan memiliki hubungan layaknya suami dan istri degan pria
itu, namun ia tetap memiliki kebebasan bisa melayani pelanggan lain. Nikah siri
online antara MG dan pria langganannya itu dilakukan melalui media sosial
Skype. Mereka diperkenalkan pada penghulu dan saksi nikah melalui website yang
menyediakan jasa nikah siri online. Kemudian nikah siri dilakukan tidak dalam
satu majelis; MG dan pria langganannya berkomunikasi dengan penghulu dan
saksi melalui video call dari media sosial Skype.
Contoh lain adalah RS, seorang wanita malam di karaoke di Jalan

Soekarno-Hatta, Kota Malang, telah melakukan nikah siri secara online pula. Ia
telah menikah siri dengan seorang pengusaha di Malang. RS mengatakan bahwa
dirinya dinafkahi secara rutin oleh suami sirinya, dan ia juga merasa hubungan
intim antara dirinya dengan suami sirinya itu halal. Tetapi ia tetap bekerja
melayani pelanggan lain, dan suami sirinya juga sudah memiliki istri yang sah.
Menurut pengakuan RS menikah secara online berarti saat dinikahkan penghulu
tidak harus hadir secara langsung, tetapi dapat juga melalui telepon. RS
menandaskan hal ini merupakan hal yang lumrah dilakukan para wanita malam di
daerah Malang.

Universitas Sumatera Utara

Selanjutnya AP (41 tahun) seorang pria yang melakukan nikah siri online.
Ia beralasan nikah siri online jelas tidak dilarang agama, hanya negara saja yang
melarangnya. Alasan AP melakukan nikah siri online adalah untuk menghindari
zina. Sudah setahun semenjak berita diturunkan AP menikah siri dengan salah
satu wanita pekerja tempat hiburan malam. Selain untuk menghindari zina, alasan
AP melakukan nikah siri adalah karena ia tidak akan diizinkan istri untuk menikah
lagi secara resmi, atau melakukan poligami. Meskipun telah memiliki seorang istri
dan putra, AP tetap saja melakukan nikah siri secara online. Ia menggunakan jasa
sebuah website nikah siri online, sementara untuk penghulunya menurut AP
adalah seorang ustadz yang mengerti agama dan berpendapat bahwa nikah siri itu
diperbolehkan dalam agama. 9

Berdasarkan latar belakang di atas maka judul dalam penulisan skripsi
adalah perlindungan hukum terhadap status anak yang lahir dari perkawinan siri
online berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan
Anak.

I. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka merumuskan permasalahan
sebagai berikut:

9

http://regional.kompas.com/read/2015/03/15/12124341/ Wanita. Malam. di. Malang.
Banyak. Lakuk an. Nikah. Siri.secara.Online, diakses tanggal 25 Mei 2016.

Universitas Sumatera Utara

D. Bagaimana pengaturan mengenai perkawinan siri online menurut hukum
positif?
E. Bagaimana status hukum anak yang lahir dari perkawinan siri online
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan
Anak?
F. Perlindungan hukum negara terhadap anak yang lahir dari perkawinan siri
online?

J. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan penelitian di atas, tujuan penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaturan mengenai perkawinan siri online menurut
hukum positif.
2. Untuk mengetahui status hukum anak yang lahir dari perkawinan siri online
berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan
Anak.
3. Untuk mengetahui perlindungan hukum negara terhadap anak yang lahir dari
perkawinan siri online.

K. Manfaat Penulisan

Universitas Sumatera Utara

1. Secara teoritis
Hasil penelitian ini adalah untuk memberikan kontribusi bagi kajian dan
pengembangan ilmu hukum tentang perlindungan hukum terhadap status anak
yang lahir dari perkawinan siri online.
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan dan masukan bagi
para pengambil kebijakan dalam pelaksanaan Undang-Undang perkawinan serta
masukan kepada pemerintah yang juga ikut bertanggung jawab atas masyarakat,
selain itu hasil penelitian ini dapat dipergunakan sebagai bahan acuan
masyarakat dalam melakukan perkawinan.

L. Metode Penelitian
Metode merupakan sebuah instrument penting agar penelitian itu bisa
terlaksana dengan rasional dan terarah, sehingga tercapai hasil yang maksimal. Di
samping itu juga bisa mempermudah penelitian. Dalam penyusunan skripsi ini,
penyusun menggunakan metode sebagai berikut :
1. Jenis penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif analitis. Jenis penelitian ini adalah yuridis
normatif. Data yang digunakan adalah data prumer dan data sekunder. Teknik
pengumpulan data dengan studi pustaka dan data di analisa secara kualitatif.
2. Sifat penelitian
Sifat penelitian ini adalah deskripsi analitis. Penelitian ini melakukan
analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan menyajikan

Universitas Sumatera Utara

fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami dan
disimpulkan. Deskriptif dalam arti bahwa dalam penelitian ini, bermaksud untuk
menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh,
mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap
status anak yang lahir dari perkawinan siri online berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
3. Data penelitian
Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa
data sekunder. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro data sekunder adalah data yang
diperoleh melalui bahan kepustakaan. 10 Penelitian ini yang dijadikan data
sekunder adalah data yang bersumber dari:
a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yang
terdiri dari: Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata),
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, UndangUndang Nomor 35 tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak.
b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan
mengenai bahan hukum primer.
c. Bahan hukum tersier
Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum
primer dan bahan hukum sekunder dengan memberikan pemahaman dan

10

Ronny Hanitijo Sumitro, Metode Penelitian Hukum dan Jurimetri Ghlmia Indonesia,
Jakarta,1998, hlm. 76.

Universitas Sumatera Utara

pengertian atas bahan hukum lainnya. Bahan hukum yang dipergunakan
oleh penulis adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Kamus Hukum.
4. Teknik pengumpulan data
Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka
digunakan metode pengumpulan data dengan cara: 11 studi kepustakaan, yaitu
mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat
kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan
bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang di bahas dalam skripsi
ini.
5. Analisis data
Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data
yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara
normatif kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Pengertian
analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian
secara logis, sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir deduktifinduktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian
ilmiah.
Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara
deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai

11

Soejano Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum UI Press, Jakarta, 2010, hlm. 24.

Universitas Sumatera Utara

dengan permasalahan yang diteliti. 12 Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu
kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.

M. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelursan dan hasil pengamatan yang telah dilakukan oleh
penulis baik di Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Dalam
penelitian skripsi ini penulis mengambil judul tentang perlindungan hukum
terhadap status anak yang lahir dari perkawinan siri online berdasarkan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak. Jadi penelitian ini
belum diteliti oleh peneliti yang lain.
Muhammad Fauzi Syareyza (2013), dengan judul penelitian Aspek
Hukum Pencatatan Kelahiran Anak dan Kaitannya Dengan Hubungan Anak dan
Orang Tuanya (Studi Putusan Mahkamah Konstitusi No. 46/PUU-VIII/2010).
Adapun permasalahan dalan penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah keberadaan pencatatan kelahiran anak dalam kaitannya dengan
status hukum anak?
2. Bagaimanakah akibat hukum lahirnya putusan Mahkamah Konstitusi Nomor:
46/PUU-8/2010 tanggal 27 Pebruari 2012 terhadap status hukum anak?
3. Apakah permasalahan penerapan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor
46/PUU-8/2010 dalam kaitannya status hukum anak?

12

H.B. Sutopo, Metode Penelitian Kualitatif Bagian II UNS Press, Surakarta, 1988, hlm.

37.

Universitas Sumatera Utara

Miranty (2010), dengan judul penelitian Perlindungan Hukum Terhadap
Anak Hasil Perkawinan Yang Tidak Dicatatkan Berdasarkan Undang-Undang
Nomor 1 Tahun 1974. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah
1. Apakah yang menjadi latar belakang dilakukannya perkawinan yang tidak
dicatatkan ?
2. Bagaimanakah kedudukan hukum atas anak yang lahir dari hasil perkawinan
yang tidak dicatatkan?
3. Bagaimanakah perlindungan hukum yang dapat di berikan kepada anak yang
lahir dari hasil perkawinan yang tidak dicatatkan
Penulis mengkaji dan mengambil perumusan masalah Bagaimana
pengaturan mengenai perkawinan siri online menurut hukum positif. Akibat
hukum status anak yang lahir dari perkawinan siri online berdasarkan UndangUndang Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak. Perlindungan hukum
status anak yang lahir dari perkawinan siri online berdasarkan Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak, maka penulis tertarik
mengambil judul ini sebagai judul skripsi. Dengan demikian ini keaslian skripsi
ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

N. Sistematika Penulisan
Untuk memperoleh bentuk penyusunan skripsi yang sistematis, maka
penyusun membagi skripsi kedalam lima bab, masing- masing terdiri dari sub- sub
bab secara lengkap. Penyusun dapat menggambarkan sebagai berikut :

Universitas Sumatera Utara

BAB I

PENDAHULUAN
Bab pertama, berisi Pendahuluan. Untuk mengantarkan pembahasan
pada bab-bab selanjutnya secara lebih komperhensif, penyusun
membagi bab ini kedalam sub bab yang berisi latar belakang,
permasalahan, tujuan penulisan dan manfaat penulisan, metode
penelitian, keaslian penelitian serta sistematika pembahasan.

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG ANAK
Berisikan mengenai pengertian anak, kedudukan anak dan status anak
dalam Undang-Undang Perkawinan

BAB III

TINJAUAN UMUM TENTANG PERKAWINAN SIRI ONLINE
Berisikan Tinjauan Umum Tentang Perkawinan yang terdiri
pengertian

perkawinan,

perkawinan

menurut

undang-undang

perkawinan dan dasar hukum perkawinan. Tinjauan Umum Tentang
Perkawinan Siri Online yang berisikan latar belakang dan sejarah
perkawinan siri, tata cara perkawinan siri, beberapa fakta dan alasan
kawin siri dan hubungan hukum perkawinan siri dan pencatatan
perkawinan
BAB IV

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP STATUS ANAK YANG
LAHIR DARI PERKAWINAN SIRI ONLINE BERDASARKAN
UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2003 TENTANG
PERLINDUNGAN ANAK

Universitas Sumatera Utara

Bab ini berisikan pengaturan mengenai perkawinan siri online
menurut hukum positif dan status hukum anak yang lahir dari
perkawinan siri online berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2003 Tentang Perlindungan Anak dan perlindungan hukum
negara terhadap anak yang lahir dari perkawinan siri online.
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab kelima, adalah kesimpulan dan saran yang berisi kesimpulan
akhir dari proses penelitian skripsi ini, selanjutnya untuk menambah
kekayaan dalam penulisan skripsi ini diberikan saran-saran untuk
membangkitkan para pembaca ataupun penulis

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Perlindungan Hukum Terhadap Pelaksanaan Pengangkatan Anak Ditinjau Dari Hukum Islam Dan Undang-Undang No 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

5 114 133

Perlindungan Hukum terhadap Anak dari Perkawinan Antar Pemeluk Penghayat Kepercayaan dalam Pembuatan Akta Kelahiran Dihubungkan dengan Undang-Undang No.23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

0 0 2

Undang-Undang No 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

0 0 27

Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Siri Online Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tetang Perlindungan Anak

0 0 8

Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Siri Online Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tetang Perlindungan Anak

0 0 2

Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Siri Online Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tetang Perlindungan Anak

0 0 6

Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Siri Online Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tetang Perlindungan Anak Chapter III V

0 0 47

Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Siri Online Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tetang Perlindungan Anak

0 0 4

Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Siri Online Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tetang Perlindungan Anak

0 0 32

ADVOKASI BP3AKB TERHADAP ANAK YANG BERHADAPAN DENGAN HUKUM BERDASARKAN UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK JO UNDANG- UNDANG NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK

0 0 12