Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak Yang Lahir Dari Perkawinan Siri Online Berdasarkan Undang-Undang No. 23 Tahun 2002 Tetang Perlindungan Anak
Dr. Edy Ikhsan, Sh.,M.Hum
SH.,M.Hum
NIP. 196302161988031002
Dr. Yefriza Wati,
NIP. 197512012002122001
ABSTRAK
* Yosua Perdinan B
**Edy Ikhsan
*** Yefriza Wati
Akhir-akhir ini, fenomena nikah siri memberikan kesan yang menarik.
Pertama, nikah sirri sepertinya memang benar-benar telah menjadi trend yang
tidak saja dipraktekkan oleh masyarakat umum, namun juga dipraktekkan oleh
figur masyarakat yang selama ini sering disebut dengan istilah kyai, dai, ustad,
ulama. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengaturan
mengenai perkawinan sirri online menurut hukum positif. Status anak yang lahir
dari perkawinan sirri online berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003
Tentang Perlindungan Anak. Perlindungan hukum anak yang lahir dari
perkawinan sirri online berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003
Tentang Perlindungan Anak.
Hukum positif di Indonesia tidak mengendal adanya istilah nikah siri
(perkawinan siri), terlebih lagi mengatur secara khusus megenai perkawinan siri
dalam sebuah peraturan perundang-undangan. Ketentuan pasal 2 ayat (1) UU
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu.” Perkawinan adalah sah bila telah dilakukan
menurut hukum agama dan kepercayaan pasangan yang kawin. Pasal ini
menempatkan hukum agama dan kepercayaan adalah hal yang paling utama
dalam perkawinan, dan secara implisit tidak ada larangan oleh Negara terhadap
Universitas Sumatera Utara
nikah siri. Status hukum anak yang lahir dari perkawinan siri online berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak yang
lahir di luar perkawinan mempunyai hubungan hukum dengan ayah biologis, tak
lagi hanya kepada ibu dan keluarga ibu. Selain itu, konsekuensi dari tidak adanya
hubungan antara ayah dan anak secara hukum juga berakibat anak di luar nikah
tidak mendapat warisan dari ayah biologisnya. Perlindungan hukum negara
terhadap anak yang lahir dari perkawinan siri online, yaitu memberikan
pengakuan terhadap anak hasil nikah siri sebagai anak yang sah secara undangundang. Anak hasil nikah siri secara teknis sudah mendapatkan haknya sebagai
anak-anak dari pernikahan sah lainnya. Misalkan, soal akta kelahiran, si anak bisa
mendapatkannya setelah melalui isbat atas pernikahan siri orang tuanya.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Anak, Perkawinan, Siri Online
* Yosua Perdinan B, Mahasiswa Fakultas Hukum USU
** Dr. Edy Ikhsan,SH.,MA, Dosen Fakultas Hukum USU
*** Dr. Yefriza Wati,SH.,M.Hum, Dosen Fakultas Hukum USU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul:
Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak yang Lahir dari Perkawinan
Siri Online Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Universitas Sumatera Utara
SH.,M.Hum
NIP. 196302161988031002
Dr. Yefriza Wati,
NIP. 197512012002122001
ABSTRAK
* Yosua Perdinan B
**Edy Ikhsan
*** Yefriza Wati
Akhir-akhir ini, fenomena nikah siri memberikan kesan yang menarik.
Pertama, nikah sirri sepertinya memang benar-benar telah menjadi trend yang
tidak saja dipraktekkan oleh masyarakat umum, namun juga dipraktekkan oleh
figur masyarakat yang selama ini sering disebut dengan istilah kyai, dai, ustad,
ulama. Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah pengaturan
mengenai perkawinan sirri online menurut hukum positif. Status anak yang lahir
dari perkawinan sirri online berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003
Tentang Perlindungan Anak. Perlindungan hukum anak yang lahir dari
perkawinan sirri online berdasarkan Undang-undang Nomor 23 Tahun 2003
Tentang Perlindungan Anak.
Hukum positif di Indonesia tidak mengendal adanya istilah nikah siri
(perkawinan siri), terlebih lagi mengatur secara khusus megenai perkawinan siri
dalam sebuah peraturan perundang-undangan. Ketentuan pasal 2 ayat (1) UU
Perkawinan adalah sah, apabila dilakukan menurut hukum masing-masing
agamanya dan kepercayaannya itu.” Perkawinan adalah sah bila telah dilakukan
menurut hukum agama dan kepercayaan pasangan yang kawin. Pasal ini
menempatkan hukum agama dan kepercayaan adalah hal yang paling utama
dalam perkawinan, dan secara implisit tidak ada larangan oleh Negara terhadap
Universitas Sumatera Utara
nikah siri. Status hukum anak yang lahir dari perkawinan siri online berdasarkan
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, anak yang
lahir di luar perkawinan mempunyai hubungan hukum dengan ayah biologis, tak
lagi hanya kepada ibu dan keluarga ibu. Selain itu, konsekuensi dari tidak adanya
hubungan antara ayah dan anak secara hukum juga berakibat anak di luar nikah
tidak mendapat warisan dari ayah biologisnya. Perlindungan hukum negara
terhadap anak yang lahir dari perkawinan siri online, yaitu memberikan
pengakuan terhadap anak hasil nikah siri sebagai anak yang sah secara undangundang. Anak hasil nikah siri secara teknis sudah mendapatkan haknya sebagai
anak-anak dari pernikahan sah lainnya. Misalkan, soal akta kelahiran, si anak bisa
mendapatkannya setelah melalui isbat atas pernikahan siri orang tuanya.
Kata Kunci : Perlindungan Hukum, Anak, Perkawinan, Siri Online
* Yosua Perdinan B, Mahasiswa Fakultas Hukum USU
** Dr. Edy Ikhsan,SH.,MA, Dosen Fakultas Hukum USU
*** Dr. Yefriza Wati,SH.,M.Hum, Dosen Fakultas Hukum USU
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas limpahan Rahmat dan
Karunia-Nya, sehingga penulis dapat merampungkan skripsi dengan judul:
Perlindungan Hukum Terhadap Status Anak yang Lahir dari Perkawinan
Siri Online Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2003 tentang
Universitas Sumatera Utara