PERANCANGAN TRAVEL GUIDEBOOK “THE EPIC JOURNEY OF SUMENEP”.

(1)

PERAN CAN GAN T RAV EL GU I DEBOOK “T H E

EPI C J OU RN EY OF SU M EN EP”

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

DISUSUN OLEH :

AH M AD FI T RON I

(0 9 5 4 0 1 0 0 7 6 )

PROGRAM ST U DI DESAI N K OM U N I K ASI V I SU AL

FAK U LT AS T EK N I K SI PI L & PEREN CAN AAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2013


(2)

PERAN CAN GAN T RAV EL GU I DEBOOK “T H E

EPI C J OU RN EY OF SU M EN EP”

TUGAS AKHIR

Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam memperoleh Gelar Sarjana Teknik (S-1)

JURUSAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL

DISUSUN OLEH :

AH M AD FI T RON I

(0 9 5 4 0 1 0 0 7 6 )

PROGRAM ST U DI DESAI N K OM U N I K ASI V I SU AL

FAK U LT AS T EK N I K SI PI L & PEREN CAN AAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR

2013


(3)

i

TUGAS AKHIR

PERAN CAN GAN T RAV EL GU I DEBOOK

“T H E EPI C J OU RN EY OF SU M EN EP”

Dipersiapkan dan disusun oleh

AH M AD FI T RON I

0954010076

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Pada tanggal : 27 Mei 2013

Pembimbing I Penguji I

Kadek Primayudi, S.Sn., M.Sn. Septi Asri F, S.Pd., M.Sn.

NPTY. 3810 6130 3611 NPTY. 3870 9130 3631

Pembimbing II Penguji II

Artika R.F, ST. Aryo Bayu W, ST., M.Med.Kom.

NPTY. 3851 1130 3531

Ketua Jurusan Koordinator

Heru Subiyantoro, ST., MT.

NPTY. 3 7102 96 0061 1 NPTY. 3810 9100 3031

Aditya Rahman Y, ST., M.Med.Kom

Tugas Akhir ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan Untuk memperoleh gelar Sarjana (S1)

Tanggal : ………..

Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan

NIP. 19590729 198603 2 00 1


(4)

ii

PERANCANGAN TRAVEL GUIDEBOOK “THE EPIC JOURNEY OF SUMENEP”

Nama mahasiswa : AHMAD FITRONI

NPM : 0954010076

Jurusan : Desain Komunikasi Visual FTSP – UPN

Dosen Pembimbing : KADEK PRIMAYUDI, S.SN., M.SN.

ABSTRAK

Fenomena banyaknya obyek wisata membuat adanya alternatif media untuk kemudahan wisatawan dalam berpariwisata, alternatif-alternatif diperlukan untuk menyatukan unsur-unsur yang mewakili keunggulan dari objek wisata dan budaya yang ada di Kabupaten Sumenep serta memberi informasi yang lengkap untuk kemudahan para wisatawan. Travel guidebook adalah salah satu media yang isinya memuat lengkap tentang pariwisata dan informasi-informasi yang ada di sebuah kota atau lokasi wisata, namun sampai saat ini belum ada sebuah travel guidebook yang membahas mengenai pariwisata Kabupaten Sumenep secara ekslusif. Konsep utama dalam perancangan travel guidebook Kabupaten Sumenep adalah “Epic Journey” sebuah informasi yang akan disampaikan kepada seseorang (wisatawan) saat berwisata di Kabupaten Sumenep yang divisualisasikan melalui sebuah travel guidebook dengan bahasa yang komunikatif dan mengangkat unsur budaya lokal, serta foto dan layout yang menarik dengan nuansa warna yang alami, dan dengan dikemas dalam sebuah buku yang mudah dibawa dan dibaca dimana saja.


(5)

iii

TRAVEL GUIDEBOOK “THE EPIC JOURNEY OF SUMENEP” DESIGN

Student Name : AHMAD FITRONI

NPM : 0954010076

Department : Visual Communication Design FTSP - UPN

Student Advisor : KADEK PRIMAYUDI, S.SN., M.SN..

ABSTRACT

Phenomena many tourist attraction make the alternative media to ease travelling, tourists in alternatives are needed to bring together the elements that represent the excellence of the sights and culture of Sumenep Regency districts and give information is stored for ease of tourists. The travel guidebook is one of the media whose contents load fully on tourism and bits on information in a city or tourism location, however until now there is no a travel guidebook discussing on tourism district sumenep exclusively. The main concept in design travel guidebook district sumenep is"Epic Journey" a information would be presented to someone ( tourists ) during traveled in the county of sumenep that visualized travel through a guidebook with the language of being communicative and raised element of the local culture, as well as photos and layouts that attract by shades of color that which is natural, And with packed in a book easy to carry and read anywhere.


(6)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat-Mu ya Allah, atas segala limpahan rahmat dan berkah-Nya, sehingga atas izin-Nya, laporan Tugas Akhir ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan Tugas Akhir ini disusun berdasakan dengan judul ” Perancangan Travel Guidebook The Epic Journey Of Sumenep ”. Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak menerima bantuan baik moril maupun materiil yang tidak lepas dengan adanya dukungan dari berbagai pihak, atas bantuan dan dukungan tersebut penulis benar-benar mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Ir. Naniek Ratni JAR., M.Kes., selaku Dekan Fakultas Teknik Sipil & Perencanaan UPN “Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Heru Subiyantoro, ST, MT., selaku KaProgdi Desain Komunikasi Visual UPN “Veteran” dan juga menjadi Dosen Pembimbing.

3. Untuk seluruh Dosen DKV UPN “VETERAN” dan staff pengajar yang telah memberikan ilmu pengetahuan selama penulis mengikuti perkuliahan di UPN “VETERAN” JATIM.

4. Bapak Kadek Primayudi, S.Sn., M.Sn. selaku pembimbing Utama yang telah banyak memberi masukan dan arahan sehingga Tugas Akhir ini dapat di selesaikan dengan baik.

5. Bapak Aditya Rahman Yani, ST., M.Med.Kom. selaku kordinator tugas akhir yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tugas akhir ini. 6. Ibu Artika R.F, ST. Selaku pembimbing kedua yang banyak member

masukan dan arahan sehingga tugas akhir ini diselesaikan dengan baik. 7. Ayah dan Ibu yang selalu memberi semangat dan doa dalam menjalankan

Tugas Akhir ini.

8. Saudara-saudaraku dan teman-teman DKV yang selalu support.

Seperti kata pepatah, tiada gading yang tak retak, begitu pula penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini. Karena kesempurnaan bukan milik manusia melainkan milik allah SWT . Oleh karena itu,


(7)

v

saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan. Semoga Laporan Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, 10 Juni 2013


(8)

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa sepanjang pengetahuan saya, di dalam Naskah Tugas Akhir ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah Tugas Akhir ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur jiplakan, saya bersedia Tugas Akhir ini digugurkan dan gelar akademik yang telah saya peroleh (Sarjana) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku (UU No.20 Tahun 2003, pasal 25 ayat 2 dan pasal 70)

Surabaya, ...20..


(9)

viii

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

Daftar Gambar ... viii

Daftar Tabel ... xiii

Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 6

1.3. Rumusan Masalah ... 6

1.4. Batasan Masalah ... 7

1.5. Tujuan Perancangan ... 7

1.6. Manfaat Perancangan ... 7

1.7. Ruang Lingkup ... ... 8

1.8. Metode Perancangan ... 8

Bab II Tinjauan Pustaka 2.1. Landasan Teori ... 9

2.1.1 Definisi Pariwisata ... ... 11

2.1.2 Bentuk dan Jenis Pariwisata ... ... 11

2.2. Tinjauan Wisatawan ... 13

2.2.1. Jenis Wisatawan ... 14

2.3. Tinjauan Motif Wisata ... 15

2.4. Tinjauan Komponen Pariwisata ... 17

2.4.1. Komponen sediaan/ penawaran pariwisata ... ... 17

2.4.2. Komponen permintaan pariwisata ... .... 21

2.5. Studi Literatur Tentang fotografi Digital ... 23

2.5.1 Studi Fotografi Untuk Keperluan Pariwisata ... .... 23


(10)

ix

2.6.1. Studi Desain Grafis ... 28

2.6.2. Teori Layout ... 30

2.6.3. Margid dan Grid ... 31

2.6.4. Elemen Teks ... 32

2.7. Tinjauan Buku TravelGuide ... 35

2.7.1. Pengertian buku Travel Guide ... ... 35

2.7.2. Sejarah Buku Travel Guide Di Dunia ... .... 36

2.7.3. Sejarah Buku Travel guide Di Indonesia ... ... 37

2.7.4. Pariwisata Modern dan Perkembangan Buku Travel Guide ... ... 39

2.7.5 Tinjauan Kondisi Buku Travel Guide di Indonesia 40

2.7.6 Potensi Buku Travel Guide di Indonesia ... 40

2.8. Tinjauan Kabupaten Sumenep Secara Topografi dan Geografi 41 2.8.1. Peta Lokasi Kabupaten Sumenep ... 42

2.8.2. Tinjauan Aspek Historis Kabupaten Sumenep ... 42

2.8.3. Arti Lambang kabupaten Sumenep ... 43

2.8.4. Tinjauan Kehidupan Masyarakat Sumenep ... .. 45

2.8.5. Potensi Wisata dan Kunjungan Wisatawan Dalam Beberapa Tahun Terakhir ... ... 47

2.9. Studi Eksisting ... 50

2.9.1. Studi Eksisting Pesaing ... 50

2.9.2. Studi Komparator ... 50

2.9.3. Studi Kompetitor ... 52

2.9.4. Segmentasi ... ... 54

2.9.5. Menentukan Dasar Segmentasi ... ... 56

2.9.6. Definisi Consumer Insight ... ... 57

Bab III Metode Perancangan 3.1. Definisi Judul dan Sub Judul ... 59


(11)

x

3.1.1. Definisi Travel Guidebook ... 59

3.1.2. Definisi Kabupaten Sumenep ... 60

3.2. Teknik Sampling ... 61

3.2.1. Target Audiens ... 61

3.2.2. Populasi ... ... 62

3.2.3. Sample ... ... 63

3.3. Jenis dan Sumber Data ... 64

3.3.1. Data Primer ... 64

3.3.2. Data Sekunder ... ... 65

3.3.3. Sumber Data ... ... 65

3.4. Metode Perancangan ... 65

3.5. Kerangka Berfikir ... 67

Bab IV

Konsep Desain

4.1. Hasil Analisa Riset ... 68

4.2. Segmentasi ... 69

4.3. Target Segmentasi ... 71

4.4. Unique Selling Point (USP) ... 76

4.5. Konsep Keyword ... 77

4.6. Penjabaran Konsep ... 78

4.6.1. Deskripsi Konten / Isi ... 78

4.7. Ukuran Buku ... 80

4.8. Konsep Perancangan Media Pendukung ... 81

4.9. Strategi Komunikasi (Gaya Bahasa) ... 82

4.10. Strategi Visual ... 83

4.11. Warna ... 86

4.12. Tipografi ... 88

4.13. Fotografi ... 89


(12)

xi

4.14. Ornamen ... 92

Bab V Implementasi Desain 5.1. Tipography ... 96

5.2. Ornamen ... 97

5.2.1. Penggunaan Ornamen Untuk Sub Bab ... 99

5.2.2. Penggunaan Ornamen Untuk Judul Utama Cover .. 99

5.2.3. Fotografi ... 100

5.2.4. Cover Buku ... 101

5.2.5. Layout ... 103

5.2.6. Peta ... 108

5.3. Desain Sub Bab ... 110

5.3.1. Desain Poster Buku ... 111

5.3.2. Desain X-Banner ... 112

5.3.3. Desain Pembatas Buku ... 113

5.3.4. Desain Kaos ... 113

5.3.5. Video promosi (Teaser) ... 115

5.3.6. Blog ... 116

5.3.7. Biaya produksi Cetak Buku ... 117

5.4 Biaya Media Pendukung ... ... 118

5.5.1 Poster Buku (display) ... .. 118

5.5.2 X-Banner (display) ... 118

5.5.3 Pembatas Buku ... 118

5.5.5 Kaos ... 118

Bab VI Kesimpulan dan Saran 6.1. Kesimpulan ... 119

6.2. Saran ... 120


(13)

xii

Lampiran ... 123

Biodata Penulis ... 126

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1-1 Wisata Alam Pantai Lombang dan Wisata Budaya Masjid Jamik Sumenep sumber gambar pribadi ... 3

Gambar 1-2. Panduan Yang Diterbitkan Pemerintah Kabupaten Sumenep Sumber Disbudparpora Kabupaten Sumenep ... 3

Gambar 2-1. Teori warna sumber gambar pribadi ... 27

Gambar 2-2. Peta lokasi wisata Sumenep sumber gambar google earth ... 42

Gambar 2-3 Lambang Kabupaten Sumenep ... 45

Gambar 2-4 Ladang garam sumber gambar pribadi ... 46

Gambar 2-5 Wisata alam pantai lombang sumber gambar pribadi ... 48

Gambar 2-6 Wisata religi asta tinggi sumber gambar pribadi ... 51

Gambar 2-7 `Travel guidebook Kabupaten Sumenep sumber gambar pribadi 50 Gambar 2-8 Lonely planet bali dan lombok sumber gambar pribadi ... 53

Gambar 4-1 dokumentasi consumer journey ... 75

Gambar 4-2 Layout travel guidebook lonely planet ... 85

Gambar 4-3 Lambang kabupaten Sumenep sumber gambar pribadi ... 87

Gambar 4-4 Font hasil survey sumber gambar pribadi ... 88

Gambar 4-5 Fotografi dokumenter sumber gambar pribadi ... 90

Gambar 4-6 Ornamen keraton kabupaten Sumenep sumber gambar pribadi 93

Gambar 4-7 Penciptaan ornamen untuk sub judul sumber gambar pribadi ... 94

Gambar 5-1 Font yang di gunakan sumber gambar pribadi ... 96

Gambar 5-2 Sketsa pembuatan font sumber gambar Pribadi ... 96

Gambar 5-3 Proses morfologi font sumber gambar pribadi ... 97

Gambar 5-4 Font terpilih sumber gambar pribadi... 97


(14)

xiii

Gambar 5-6 Penciptaan ornamen sumber gambar pribadi ... 98

Gambar 5-7 Pemakaian ornamen untuk sub judul bab sumber gambar pribadi 99 Gambar 5-8 Morfologi ornamen sub judul sumber gambar pribadi ... 99

Gambar 5-9 Fotografi dokumenter sumber gambar pribadi ... 100

Gambar 5-10 Fotografi dokumenter sumber gambar pribadi ... 100

Gambar 5-11 Fotografi dokumenter sumber gambar pribadi ... 101

Gambar 5-12 Fotografi dokumenter sumber gambar pribadi ... 101

Gambar 5-13 Desain cover buku sumber gambar pribadi ... 102

Gambar 5-14 Cover buku jadi sumber gambar pribadi ... 102

Gambar 5-15 Cover dalam dan lipatan dalam buku sumber gambar pribadi 103

Gambar 5-16 Sketsa layout isi buku sumber gambar pribadi ... 104

Gambar 5-17 Sketsa layout isi buku sumber gambar pribadi ... 104

Gambar 5-18 Layout isi buku bab wisata alam sumber gambar pribadi ... 105

Gambar 5-19 Layout isi buku wisata sejarah dan budaya sumber gambar pribadi ... 105

Gambar 5-20 Layout isi buku wisata sejarah dan budaya sumber gambar pribadi ... 106

Gambar 5-21 Layout isi buku wisata minat khusus sumber gambar pribadi 106

Gambar 5-22 Layout isi buku wisata kuliner sumber gambar pribadi ... 107

Gambar 5-23 layout kamus madura inggris sumber gambar pribadi ... 107

Gambar 5-24 Peta seluruh lokasi wisata sumber gambar pribadi ... 108

Gambar 5-25 Peta wisata alam sumber gambar pribadi ... 109

Gambar 5-26 Peta wisata sejarah dan budaya sumber gambar pribadi ... 109

Gambar 5-27 Peta wisata minat khusus sumber gambar pribadi ... 109

Gambar 5-28 Format lipatan peta pada buku sumber gambar pribadi ... 110

Gambar 5-29 Layout pembagian bab lokasi wisata sumber gambar pribadi . 110 Gambar 5-30 Desain poster sumber gambar pribadi ... 111

Gambar 5-31 Desain X-Banner sumber gambar pribadi ... 112

Gambar 5-32 Desain pembatas buku sumber gambar pribadi ... 113

Gambar 5-33 Desain kaos hitam sumber gambar pribadi ... 114


(15)

xiv

Gambar 5-35 Capture video promosi ... ... 115

Gambar 5-36 Capture blog wordpress ... ... 116

Gambar 5-37 Capture blog wordpress ... ... 116

DAFTAR TABEL

Tabel 1-1. Hasil observasi buku di toko buku ... 4

Tabel 3-1. Kerangka berpikir ... 67

Tabel 4-1. Consumer journey ... 74


(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

I. Latar Belakang Masalah

Kabupaten Sumenep adalah sebua provinsi 2.093,457573 km², terdiri dari pemukiman seluas 179,324696 km², areal hutan seluas 423,958 km², rumput tanah kosong seluas 14,680877 km², perkebunan, tegalan, semak dan belukar, ladang seluas 1.130,190914 km², kolam, pertambakan, air payau, danau, waduk, rawa seluas 59,07 km², dan lain-lainnya seluas 63,413086 km² . Untuk luas lautan Kabupaten Sumenep yang potensial dengan keanekaragaman sumber daya kelautan dan perikanannya seluas + 50.000 km². Secara administratif Kabupaten Sumenep berbatasan dengan Kabupaten Pamekasan, Kabupaten Sampang dan Kabupaten Bangkalan yang merupakan Kabupaten-Kabupaten yang berada di pulau madura. (www.sumenep.go.id diakses 21 November 2012)

Kabupaten Sumenep memiliki sejumlah daerah yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai objek pariwisata serta memiliki kesadaran dan kebutuhan akan pentingnya sebuah perencanaan pemasaran, pengembangan destinasi pariwisata dan pengembangan kerjasama pengelolaan kekayaan budaya yang tertera pada Buku Peraturan Daerah Kab. Sumenep No:06 Tahun 2007 tentang perubahan atas peraturan daerah Kab.Sumenep Nomor:07 Tahun 2006 tentang rencana pembangunan jangka menengah daerah Kabupaten Sumenep Tahun 2006-2010. Rudi Prianto Utomo, Kasubdit Sumber Daya Manusia dan Peran Serta Masyarakat Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur, mengatakan bahwa Sumenep merupakan salah satu daerah wisata terlengkap di Jawa Timur. Potensi pariwisata ini bukan hanya wisata alam, namun juga wisata budaya, wisata sejarah serta wisata religi (Utomo, wawancara, 20 November 2012).

Kabupaten Sumenep yang terdiri dari 126 buah pulau, 48 pulau berpenghuni dan 78 pulau tidak berpenghuni, 104 buah pulau bernama dan 22 buah pulau tanpa nama. Terbagi menjadi beberapa jenis pariwisata yaitu :


(17)

2

pariwisata alam, pariwisata budaya, dan pariwisata agama atau religi (disbudparpora_online_

1. Wisata alam, yang terdiri dari Pantai Lombang, Pantai Slopeng, Kampung Kasur Pasir, Sumber Air Kirmata, Gunung Payudan, Kepulauan Kangean.

diakses 21 November 2012). Daerah tujuan wisata di Sumenep terdiri dari:

2. Wisata budaya, yang terdiri dari Museum dan Keraton Sumenep, Masjid Agung, Taman Adipura, Seni Tayyub, Saronen, Upacara Petik Laut, Karapan Sapi.

3. Wisata minat khusus, yang terdiri dari Pembuatan Garam, Batik Tulis Madura, Kerajinan Keris, Kerajinan Ukir Kayu, Ayam Bekisar.

Gambar 1.1. Wisata Alam Pantai Lombang dan Wisata Budaya Masjid Jamik Sumenep Sumber : Ahmad Fitroni, 2012.

Banyaknya obyek wisata juga membuat adanya alternatif media untuk kemudahan wisatawan dalam berpariwisata, alternatif-alternatif diperlukan untuk menyatukan unsur-unsur yang mewakili keunggulan dari objek wisata dan budaya yang ada di Kabupaten Sumenep serta memberi informasi yang lengkap untuk kemudahan para wisatawan. Travel guidebook adalah salah satu media yang isinya memuat lengkap tentang pariwisata dan informasi-informasi yang ada di sebuah kota atau lokasi wisata, namun sampai saat ini belum ada sebuah travel guidebook yang membahas mengenai pariwisata


(18)

3

Kabupaten Sumenep secara ekslusif. Buku yang diterbitkan oleh dinas pariwisata yang sekarang hanyalah buku panduan wisata yang membahas mengenai Kabupaten Sumenep dan pariwisata secara umum, tanpa adanya unsur kultur budaya yang diangkat dan informasi yang lengkap. Travel guidebook yang telah diterbitkan oleh pemerintah Kabupaten Sumenep sebelumnya juga belum secara efektif didistribusikan, hal ini terbukti dengan tidak ditemukannya travel guidebook tersebut di Surabaya atau di kota-kota besar di Jawa Timur. Hal ini menjadi kekurangan pada pendistribusian media-media tersebut untuk keperluan pariwisata yang juga tidak memiliki satu sistem grafis sehingga wajar apabila feedback program pariwisata di Kabupaten Sumenep tidak kunjung dirasakan. Menurut Kabid Disparta Kab.Sumenep, Drs. Bambang Irianto, mengenai peta perjalanan dan buku panduan wisata, beliau menyadari bahwa jika hanya brosur maka kurang cukup, apabila seseorang memegang informasi yang lengkap mengenai objek wisata Sumenep maka seseorang itu akan lebih mudah untuk memutuskan pergi berwisata ke Sumenep (Irianto, wawancara 5 november 2012).

Gambar 1.1. Buku Panduan Yang Diterbitkan Pemerintah Kabupaten Sumenep Sumber : Disbudparpora Kabupaten Sumenep, 2012.


(19)

4

Menurut hasil observasi lapangan yang dilakukan dengan mendatangi beberapa toko buku buku besar yang ada di Surabaya didapatkan data sebagai berikut :

No Nama Toko Buku Buku Wisata Sumenep

Buku Wisata Jawa Timur

1 Gramedia Expo Tidak Ada 2 Buku 2 Gramedia Royal Plaza Tidak Ada 1 Buku 3 Gramedia Tunjungan

Plaza Tidak Ada Tidak Ada 4 Gunung Agung Delta

Plaza Tidak Ada 1 Buku

5 Togamas Pucang Tidak Ada Tidak Ada 6 Togamas Diponegoro Tidak Ada Tidak Ada

Tabel 1.1. Hasil Observasi Buku Wisata Di Toko Buku

Oleh sebab itu dibutuhkan sebuah media yang dapat mendukung dan membantu wisatawan yang akan melakukan pariwisata di Kabupaten Sumenep. Media yang paling efektif adalah menggunakan media buku, karena buku adalah media yang tahan lama dan informatif. Salah satu manfaat dari buku adalah dapat menceritakan pada kita tentang masa lalu. Buku juga dapat mengajarkan penemuan-penemuan yang dilakukan ahli-ahli di masa lampau. Menurut Dr. Heddy Shri Ahimsa-Putra M.A, untuk upaya-upaya pelestarian budaya atau sejarah, langkah awal dalam usaha pelestarian dengan melakukan pendokumentasian. Ada empat cara pendokumentasian yaitu dengan menggunakan film, video, foto, dan tulisan. Tiga cara pertama yaitu melalui film, video, dan foto merupakan cara yang memerlukan biaya cukup besar dan penyimpanannya juga memerlukan perhatian yang tersendiri agar foto, video, dan film itu tidak rusak, selain itu untuk menyaksikan kembali rekaman yang telah dihasilkan juga diperlukan alat tertentu. Cara yang terakhir adalah cara yang paling murah, mudah dan praktis yaitu melalui tulisan. (Dharmamulya, 2008:7)


(20)

5

Sebuah buku yang memberikan wawasan tentang budaya atau sejarah bukan dititikberatkan pada tulisan saja, namun perlu dilengkapi dengan elemen pendukung visual berupa fotografi yang dapat menggambarkan cerita atau isi buku. Kekuatan terbesar fotografi adalah kredibilitasnya atau kemampuannya untuk memberikan kesan sebagai “yang dapat dipercaya”. Rustan (2008:10). Buku adalah kegiatan menulis dan menyimpan, serta buku itu memiliki nilai yang istimewa dibandingkan media lain karena buku bersifat everlasting, tahan lama tidak termakan zaman.

Buku yang digunakan termasuk dalam kategori buku panduan wisata atau travel guidebook. Travel guidebook adalah sebuah buku yang berfungsi untuk memberikan informasi mengenai beberapa hal yang spesifik.

travel guidebook memberikan gambaran suatu daerah yang ingin dikunjungi seseorang. Pada umumnya buku sudah dilengkapi dengan tempat-tempat menarik suatu daerah seperti tempat wisata, lokasi hotel, restoran, serta rute-rute kendaraan. Buku travel guide memiliki pengertian sebagai buku petunjuk dan pedoman dalam melakukan kegiatan pariwisata. Sesuai dengan fungsinya buku travel guide ini haruslah memiliki informasi yang lengkap mengenai tempat yang dijadikan sebagai objek serta informasi lain yang nantinya akan berguna dalam mempermudah pengguna buku dalam kegiatan berpariwisatanya. Dari adanya travel guidebook dimana penjelasan dan pemberian informasi lebih jelas dan deskribtif. Pemilihan media travel guidebook adalah dengan mempertimbangkan produk atau jasa yang ditawarkan yaitu sebuah penawaran tujuan atau destinasi pariwisata (Kohdyat, 1996:10).

Kabupaten Sumenep sangat memiliki potensi yang dapat menarik jika dapat dikomunikasikan secara efektif dan komunikatif terhadap target konsumennya. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah buku panduan wisata untuk pariwisata di Kabupaten Sumenep. Karena sebuah buku panduan wisata itu dapat mencakup banyak daya tarik dan memiliki pengaruh besar dalam sebuah kemajuan sektor pariwisata dan perekonomian daerah Kabupaten Sumenep. Pemberian manfaat tambahan untuk menambah nilai sebuah Travel Guidebook dapat berupa penambahan manfaat fungsional dan pengemasan


(21)

6

yang menarik. Pengemasan travel guidebook dikemas menjadi satu paket sehingga target audiens akan mendapatkan sebuah travel toolkit. Diharapkan setelah melihat dan membaca ulasan mengenai objek-objek wisata yang ditawarkan, target audiens akan dapat langsung membayangkan dan merencanakan bepergian ke Sumenep karena travel guidebook sudah ada di tangan mereka.

1.2 Identifikasi Masalah

• Pembangunan Jembatan Suramadu selesai pada bulan Juni 2009, sehingga mempermudah akses menuju Kabupaten Sumenep. (Jawa Pos– Metropolis, 17 Februari 2009)

• Sumenep merupakan Kabupaten yang memiliki potensi wisata sejarah budaya, religi, alam, bahari dan konservasi yang banyak, namun tidak banyak orang tahu bahwa di Kabupaten Sumenep memiliki potensi wisata yang sangat menarik dan tidak kalah dengan tempat pariwisata lain yang ada di Indonesia karena kurangnya publikasi. (Depth Interview dengan Kabid Disparta Kab.Sumenep, Drs. Bambang Irianto/ 5/Nov/2012.)

• Tanpa adanya travel guidebook, wisatawan akan kesulitan meraih dan mendapatkan apa yang ditawarkan oleh Sumenep. Karena secara geografis, Sumenep merupakan tempat yang sangat jarang dikunjungi masyarakat luar Madura, serta minimnya fasilitas penunjuk arah di Madura dan Sumenep. (Depth Interview dengan Rudi Prianto Utomo, Kasubdit Sumber Daya Manusia dan Peran Serta Masyarakat Dinas Pariwisata Propinsi Jawa Timur/20/Nov/2012.)

• Dengan adanya travel guidebook, para calon wisatawan akan lebih mengetahui secara visual kondisi alam dan sosial masyarakat yang ada di Kabupaten Sumenep.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimana merancang travel guidebook yang efektif dan komunikatif di Kabupaten Sumenep sebagai buku panduan pariwisata untuk wisatawan?


(22)

7

1.4 Batasan Masalah

• Membuat media travel guidebook Kabupaten Sumenep dengan judul "The Epic Journey Of Sumenep".

Travel guidebook ini menjelaskan wisata alam, sejarah dan budaya, wisata minat khusus, dan kelengkapan informasi yang berhubungan dengan pariwisata di Kabupaten Sumenep.

• Konten dalam buku ini berupa visual berupa fotografi digital.

• Target audience dari perancangan ini pada umumnya adalah wisatawan baik dalam maupun luar negeri.

1.5 Tujuan

1. Memberikan informasi yang mendalam mengenai pariwisata di Kabupaten Sumenep.

2. Meningkatkan minat masyarakat untuk berwisata ke Kabupaten Sumenep .

3. Membuat komunikasi visual yang menarik dan efisien untuk mempromosikan potensi dari Kabupaten Sumenep.

4. Membuat Kabupaten Sumenep menjadi pilihan tempat wisata yang dapat dipertimbangkan untuk dikunjungi baik dalam lingkup wisatawan domestik maupun mancanegara.

5. Mendukung promosi pariwisata Kabupaten Sumenep dari dalam.

1.6 Manfaat Perancangan

1. Manfaat Ilmiah

Hasil perancangan ini diharapkan dapat menginspirasi kepada para pembaca tentang runtutan penelitian dalam perancangan sebuah buku panduan wisata dan video promosi wisata, dan memberikan kontribusi yang bermanfaat untuk bidang keilmuwan Desain Komunikasi Visual karena penelitian ini adalah sebuah solusi untuk meningkatkan persepsi bisnis dalam suatu institusi juga.


(23)

8

2. Manfaat Praktis

Hasil perancangan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata kepada Kabupaten Sumenep selaku Kabupaten yang menjadi objek studi pembuatan buku panduan wisata dan video promosi wisata, diharapkan hasil yang didapat dalam proses studi ini dapat mengoptimalkan pemasaran pariwisata Kabupaten Sumenep kepada masyarakat luas khususnya kepada target konsumen yang dituju.

1.7 Ruang Lingkup

Penulis hanya akan memfokuskan perancangan pada aspek rancangan grafis (graphic aspect) serta visualisasinya.

1.8 Metode Perancangan

Metode penelitian yang digunakan untuk mencapai konsep desain adalah metode penelitian kualitatif dan kuantitatif, karena kedua pendekatan ini memerlukan proses berpikir rasional. Untuk metode kualitatif menggunakan wawancara (depth interview) , dengan Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kepala Bidang Pemasaran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kabupaten Sumenep dan Wakil Bupati Daerah Kabupaten Sumenep.

Sistematika pengumpulan data baik berupa fenomena maupun teori untuk merumuskan permasalahan dan konsep diperoleh melalui:

1. Depth Interview

a. Wawancara pada pakar untuk menguatkan data yang didapat dari referensi, dan kemungkinan mendapat data baru.

b. Wawancara pada stakeholder untuk mendapatkan data-data yang berhubungan inti permasalahan.

c. Wawancara pada target audiens untuk mendapatkan kebutuhan dan keinginan pasar.


(24)

9

2. Tinjauan pustaka

a. Tinjauan pustaka berguna sebagai landasan teori dan data untuk memperkuat pendapat peneliti.

b. Tinjauan pustaka juga digunakan peneliti untuk mendapatkan data dari konsumen yang tidak bisa dijangkau secara langsung.

3. Observasi lapangan

Metodologi penelitian yang dilakukan dalam pembuatan proyek ini adalah bertujuan untuk mendapatkan data yang akurat dan terfokus. 4. Metode Analisis Data

Metode yang digunakan bersifat deskriptif kualitatif dengan melakukan kegiatan penelitian terhadap sekelompok manusia atau objek. Dalam hal ini masyarakat dan alam Kabupaten Sumenep dan sekitarnya menjadi fokus objek dari permasalahan yang diangkat.


(25)

10

BAB II

STUDI EKSISTING DAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Pariwisata

Berikut merupakan beberapa definisi kepariwisataan berdasarkan berbagai sumber antara lain :

Pariwisata menurut Anomius (1992:10)

• Usaha pariwisata adalah kegiataan yang bertujuan menyelenggarakan jasa pariwisata atau menyediakan dan mengusahakan objek dan daya tarik wisata, usaha barang pariwisata dan usaha lain yang terkait di bidang tersebut.

• Kawasan pariwisata adalah kawasan dengan luas tertentu yang dibangun atau disedikan untuk memenuhi kebutuhan wisatawan.

• Wisata adalah kegiatan untuk mencipatakan kembali baik fisik maupun psikis agar dapat berprestasi lagi.

• Pariwisata menurut Lundberg (1997:12)

• Pariwisata adalah konsep umum yang sejarahnya kembali ke masa yang lampau, dan definisi selalu berubah. Istilah touris atau kepariwisataan mencakup orang-orang yang melakukan perjalanan pergi dari rumahnya, dan perusahaan-perusahaan yang memperlancar atau mempermudah perjalanan mereka atat membuat lebih menyenangkan.

• UU no. 9 tahun 1999 tentang kepariwisataan

• Wisata adalah kegiatan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata ;

• Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.


(26)

11

• Objek dan daya tarik wisata adalah perwujudan daripada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya serta sejarah bangsa dan tempat atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik untuk dikunjungi wisatawan.

• Atraksi wisata adalah segala perwujudan dan sajian alam dan atau kebudayaan, yang secara nyata dapat dikunjungi, disaksikan dan dinikmati wisatawan di suatu kawasan

wisata atau daerah tujuan wisata.Karyono (1997 : 14)

• Pariwisata merupakan rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh manusia baik secara perorangan maupun kelompok di dalam wilayah negara sendiri atau di negara lain. Kegiatan tersebut dengan menggunakan kemudahan, jasa dan faktor penunjang lainnya yang diadakan oleh pemerintah dan atau masyarakat agar dapat mewujudkan keinginan wisatawan.

• Tim pariwisata LPP-ITB

• Wisatawan adalah seseorang yang memiliki banyak waktu luang yang bersifat sementara, yang sengaja mengunjungi suatu tempat yang jauh dari rumahnya, dengan tujuan untuk mencari pengalaman (“The Anthropology OF Tourism“ oleh Valene Smith, University of Pensylvania, 1989).

• Objek wisata adalah suatu tempat yang menjadi tujuan kunjungan karena mempunyai sumber daya tarik secara alamiah/ buatan serta faktor sosial budaya penduduk (BPS,1991).

2.1.2 Bentuk dan jenis Pariwisata 2.1.2.1 Bentuk Pariwisata

Bentuk pariwisata menurut Pendit (Ilmu pariwisata, sebuah pengantar perdana, 1990), dapat dibagi menurut kategori antara lain: menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut jumlah wisatawan dan menurut alat angkut yang dipergunakan (Karyono,1997:16).


(27)

12

2.1.2.2 Jenis Pariwisata

Definisi jenis-jenis pariwisata menurut Valene L. Smith (1991) yang terdapat dalam kosakata kepariwisataan antara lain :

• Pariwisata Pantai (Marine Tourism)

Kegiatan pariwisata yang ditunjang oleh sarana dan prasrana untuk berenang, memancing, menyelam dan olah raga air lain termasuk sarana prasana akomodasi, makan dan minum.

• Pariwisata Etnik (Ethnic Tourism)

Kegiatan pariwisata yang mengamati perwujudan kebudayaan dan gaya hidup masyarakat yang dianggap menarik.

• Pariwisata Budaya (Culture Tourism)

Perjalanan untuk meresapi suatu gaya hidup yang hilang dari ingatan manusia.

• Pariwisata Rekreasi (Recreational Tourism)

Kegiatan wisata yang berkisar pada olah raga, menghilangkan ketegangan dan melakukan kontak sosial dalam suasana santai.

• Pariwisata Alam (Ecotourism)

Perjalanan ke suatu tempat yang relatif masih alami dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi, menikmati pemandangan, tumbuhan dan binatang liar, serta perwujudan budaya yang ada/ pernah ada pada suatu tempat.

• Pariwisata Kota (City Tourism)

Perjalanan dalam satu kota untuk melihat/ mempelajari/ mengalami objek, sejarah, dan daya tarik yang terdapat di kota tersebut.

• Resort City

Suatu kota yang memiliki tumpuan kehidupan pada penyediaan sarana dan prasarana wisata, yaitu penginapan, restoran, olahraga, hiburan dan penyedia jasa wisata lainnya.

• Pariwisata Agro (Agro Tourism)

Merupakan kegiatan perjalanan untuk menikmati kegiatan pertanian, perkebunan, peternakan dan kehutanan. Jenis wisata ini


(28)

13 bertujuan untuk mengajak wisatawan untuk lebih memperhatikan sumber daya alam dan kelestariannya.

• Urban Tourism

Bentuk pariwisata yang umum terjadi di kota besar, dimana pariwisata merupakan kegiatan kegiatan yang cukup penting, namun bukan merupakan kegiatan utama di kota tersebut.

• Pariwisata Sosial (Social Tourism)

Suatu pendekatan untuk menyelenggarakan liburan bagi kelompok masyarakat berpengasilan rendah serta orang-orang yang tidak memiliki inisiatif untuk melakukan perjalanan.

• Pariwisata Alternatif (Alternative Tourism)

Suatu bentuk pariwisata yang sengaja disusun dalam skala kecil, memperhatikan kelestarian lingkungan dan segi-segi sosial. Dalam pariwisata ini keuntungan ekonomi yang diperoleh dari kegiatan pariwisata langsung dirasakan oleh masyarakat setempat sebagai pemilik dan penyelanggara jasa wisata.

2.2 Tinjauan Wisatawan

Pengertian wisatawan yang digunakan oleh Sukadijo (1996: 13) sesuai dengan ketetapan Komisi Ekonomi Liga Bangsa-bangsa, bahwa wisatawan adalah orang yang selama 24 jam atau lebih

mengadakan perjalanan di negara yang bukan tempat tinggalnya yang biasa. Menurut pengertian tersebut, semua orang

yang melakukan kegiatan perjalanan wisata dinamakan wisatawan apapun tujuannya yang penting perjalanan itu bukan untuk menetap dan untuk mencari nafkah ditempat yang

dikunjungi.

Ciri-ciri wisatawan adalah :

• Melakukan suatu perjalanan di luar tempat tinggal, sehubungan dengan berbagai keperluan seperti rekreasi, liburan, kesehatan, pendidikan, tugastugas, pekerjaan, usaha bisnis, kesenian, ilmu pengetahuan, ibadah, olahraga dan pameran.


(29)

14

• Melakukan perjalanan dan persinggahan di tempat lain untuk sementara waktu tanpa bermaksud untuk memperoleh pengasilan tetap ditempat yang dikunjungi.

Definisi berbeda dikemukan oleh Pendit bahwa wisatawan yaitu : 1. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk

bersenang-senang,

2. untuk keperluan pribadi, untuk keperluan kesehatan dan sebagainya.

3. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan untuk maksud

4. menghadiri pertemuan, konferensi, musyawarah, atau di dalam hubungan

5. sebagai utusan berbagai badan/organisasi (ilmu pengetahuan, administrasi,

6. diplomatik, olahraga, keagamaan, dan sebagainya).

7. Orang-orang yang sedang mengadakan perjalanan dengan maksud bisnis.

8. Pejabat pemerintah dan orang-orang militer beserta keluarganya yang mengadakan perjalanan ke negeri lain. (Pendit, 2002:36)

2.2.1 Jenis Wisatawan

Jenis wisatawan dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : (Musanef, 1995:14)

a. Wisatawan Mancanegara

Wisatawan adalah seorang yang mengadakan perjalanan untuk melihat sesuatu yang lain dan kemudian mengetahui bila ia membayar sesuatu yang telah sesuai. Lebih jelasnya mengenai definisi dari wisatawan mancanegara, Biro Pusat Statistik Jakarta, untuk studi penelitian pengeluaran dan perdagangan wisatawan mancanegara tahun 1991, mendefinisikan wisatawan mancanegara adalah setiap orang yang bukan penduduk


(30)

15 Indonesia yang melakukan perjalanan atau persinggahan sementara ke wilayah geografis Indonesia untuk keperluan apa pun kecuali mencari penghasilan atau nafkah. Maksud kunjungan tersebut antara lain untuk berlibur, bisnis, menghadiri pertemuan dan mengunjungi kerabat/ teman (Hadinoto, 1996:14).

b. Wisatawan Nusantara

Definisi wisatawan nusantara adalah seorang penduduk yang melakukan perjalanan ke tempat selain dimana ia tinggal menetap (Musanef, 1995:14). Menurut istilah Indonesia, wisatawan luar negeri (internasional) dan dalam negeri (domestik) sejak Departemen, Pos dan Telekomunikasi (Depparpostel) dipimpin Menteri Susilo Sudarman (alm) di tahun 1990-an diberi konotasi terpisah dengan istilah-istilah: wisatawan luar negeri disebut wisatawan mancanegara (wisman), wisatawan domestik dinamakan wisatawan nusantara (wisnus), (Pendit, 2002:51) Secara umum, wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumenep dapat dibedakan menjadi 2 (dua) jenis wisatawan yaitu wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara. Teori mengenai jenis wisatawan dapat membantu dalam menentukan jenis wisatawan yang melakukan kunjungan wisata ke objek-objek wisata di Kabupaten Sumenep.

2.3 Tinjauan Motif Wisata

Schmidhauser (1989) mempelajari pola-pola perilaku wisatawan, dimana berdasarkan hasil penelitiannya menyajikan 4 fungsi sosiologi dalam kaitannya dengan motifasi, yaitu ;

1. Untuk mengimbangi semua kekurangan yang mau tidak mau ditimbulkan masyarakat yang sibuk bekerja tiap hari. 2. Pulihnya fisik dan jiwa dari ketegangan, tekanan pekerjaan


(31)

16 kembali atau mempertahankan kesejahteraan fisik dan mental.

3. memperluas wawasan, memuaskan ras ingin tahu, mewujudkan jati diri, menambah rasa harga diri.

4. memberikan imbalan pada diri sendiri.menurut Dunn (1977) yang dikutip oleh Glenn F.Ross (1998:31) bahwa dalam motivasi terdapat dua faktor atau tahap dalam mengambil keputusan melakukan perjalanan, yaitu :

a. Faktor pendorong yaitu faktor yang membuat kita ingin bepergian

b. Faktor penarik, yaitu faktor yang mempengaruhi kemana kita akan pergi setelah ada keinginan untuk bepergian.

Motif wisatawan dalam melakukan perjalanan wisata

seperti disebutkan oleh Kusudianto Hadinoto, dibedakan menjadi 6 yaitu :

a. Bisnis (Business)

b. Dinas Resmi (Official Mission)

c. Pertemuan, konvensi, pameran atau MICE d. Berlibur

e. Pendidikan

f. Lainnya, seperti keunjungan keluarga, dan lainnya. Adapun motivasi yang mendorong wisatawan untuk mengadakan perjalanan wisata (Suswantoro:17) adalah sebagai berikut :

- Dorongan kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi - Dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian - Dorongan kebutuhan keagamaan

- Dorongan kebutuhan kesehatan

- Dorongan atas minat terhadap kebudayaan dan kesenian - Dorongan kebutuhan keamanan


(32)

17 Sedangkan menurut Pitana dan Gayatri (2005), wisatawan mengunjungi suatu daerah tujuan wisata antar lain didorong oleh keinginan untuk mengenal, mengetahui atau mempelajari daerah dan kebudayan masyarakat lokal. Adapun kegunaan dari teori diatas dalam penelitian untuk mengetahui karakteristik wisatawan yang berkunjung ke Kabupaten Sumanep berdasarkan motif wisatanya atau tujuan wisatawan melakukan perjalanan wisata di Kabupaten Sumenep.

2.4 Tinjauan Komponen Pariwisata

Kegiatan pariwisata mencakup dua komponen utama yaitu sediaan/ penawaran (supply) dan permintaan (demand).

2.4.1 Komponen sediaan/ penawaran pariwisata (supply)

Komponen sediaan/ penawaran pariwisata meliputi segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan, yaitu berupa produk wisata. Produk wisata harus sudah siap dikonsumsi oleh wisatawan. Produk wisata meliputi keseluruhan pelayanan yang diperoleh, dirasakan atau dinikmati wisatawan, semenjak ia meninggalkan rumah dimana biasanya ia tinggal, sampai ke daerah tujuan wisata yang telah dipilihnya dan kembali ke rumahnya (Yoeti, 1996:172).

Ditambahkan oleh Baud-Bovy (Yoeti, 2002:128) bahwa produk wisata adalah sejumlah fasilitas dan pelayanan yang disediakan dan diperuntukkan bagi wisatawan yang terdiri dari tiga komponen, yaitu sumber daya yang terdapat pada suatu Daerah Tujuan Wisata, fasilitas yang terdapat di suatu Daerah Tujuan Wisata dan transportasi yang membawa dari tempat asalnya ke suatu Daerah Tujuan Wisata tertentu. Masing-masing komponen tersebut memiliki fungsi yang salingmendukung dalam mewujudkan produk wisata yang siap untuk disajikan kepada wisatawan guna memberikan pengalaman perjalanan serta kepuasan kunjungan yang optimal.


(33)

18

1. Atraksi ( obyek dan daya tarik wisata)

Atraksi atau obyek dan daya tarik wisata adalah. Atraksi merupakan salah satu dimensi yang unik karena seringkali hanya terjadi atau dapat dinikmati pada kawasan tertentu dan pada masa atau waktu tertentu. Biasanya, seringkali tidak dapat ditiru oleh destinasi-destinasi di tempat lain (Soekadijo,1996; French 1996:124)

Atraksi wisata dapat berupa atraksi alam (natural attractions), seni budaya (cultural attractions), dan buatan (built attractions). Atraksi atau daya tarik alam adalah “... attraction that occur naturally and neither created by human being nor exist for the purpose of tourism”. Atraksi atau daya tarik budaya adalah daya tarik yang berupa hasil olah budi manusia, seperti kesenian (seni pertunjukkan dan seni kerajinan), peninggalan bersejarah, cultural events atau special events, adat istiadat masyarakat (upacara tradisional, tata kehidupan sehari-hari), museum, dan lain-lain. Sedangkan atraksi atau daya tarik buatan adalah daya tarik yang diciptakan oleh manusia dan terdapat kecenderungan diciptakan untuk kepentingan pariwisata.

Karyono dalam Anik (2005 : 38) menjelaskan supaya suatu daerah tujuan wisata mempunyai daya tarik, di samping harus ada objek dan atraksi wisata, suatu Daerah Tujuan Wisata (DTW) harus mempunyai tiga syarat daya tarik, yaitu sebagai berikut:

· Ada sesuatu yang bisa dilihat (something to see);

· Ada sesuatu yang dapai dikerjakan (something to do); dan · Ada sesuatu yang bisa dibeli (something to buy).

Atraksi wisata yang baik harus dapat mendatangkan wisatawan sebanyak banyaknya, menahan mereka di tempat atraksi dalam waktu yang cukup lama dan memberi kepuasan kepada wisatawan yang datang berkunjung. Untuk mencapai hasil itu, beberapa syarat harus dipenuhi, yaitu (Yoeti, 1997:10):


(34)

19 1. Kegiatan (act) dan objek (artifact) yang merupakan atraksi itu

sendiri harus dalam keadaan baik;

2. Karena atraksi wisata itu harus disajikan di hadapan wisatawan maka cara penyajiannya (presentasinya) harus tepat;

3. Atraksi wisata merupakan terminal suatu mobilitas spasial, suatu perjalanan. Oleh karena itu juga harus memenuhi semua determinan mobilitas spasial, yaitu akomodasi, transportasi, dan promosi serta pemasaran;

4. Keadaan di tempat atraksi harus dapat menahan wisatawan cukup lama;

5. Kesan yang diperoleh wisatawan waktu menyaksikan atraksi wisata harus diusahakan supaya bertahan selama mungkin.

Seorang wisatawan datang ke Daerah Tujuan Wisata (DTW) dengan tujuan untuk memperoleh manfaat (benefit) dan kepuasan (satisfaction). Manfaat dan kepuasan tersebut dapat diperoleh apabila suatu DTW mempunyai daya tarik. Daya tarik suatu daerah tujuan wisata disebut juga dengan attractive spontanee, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang mau datang berkunjung ke tempat tersebut. Hal-hal yang dapat menarik orang untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata antara lain:

1. Natural amanities/ benda yang terdapat di alam semesta, meliputi iklim, bentuk tanah dan pemandangan, hutan belukar, fauna dan flora serta pusat-pusat kesehatan.

2. Hasil ciptaan manusia, meliputi benda-benda bersejarah, kebudayaan dan keagamaan.

3. The way of life/ tata cara hidup masyarakat, meliputi kebiasaan hidup, adat istiadat dan tata cara masyarakat.

2. Amenitas

Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Amenitas mencakup sarana dan


(35)

20 prasarana wisata yang ditujukan untuk memberikan kenyamanan kepada wisatawan demi kelancaran kegiatan pariwisata. Menurut Yoeti (1992:184), sarana wisata dapat dibagi dalam tiga unsur pokok yaitu:

1. Sarana pokok kepariwisataan, adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata. Termasuk dalam kelompok ini adalah travel agent atau tour operator, perusahaan-perusahaan angkutan wisata, hotel, dan jenis akomodasi lainnya, restoran dan rumah makan lainnya serta obyek wisata dan atraksi wisata.

2. Sarana pelengkap kepariwisataan adalah perusahaan-perusahaan atau tempat-tempat yang menyediakan fasilitas untuk rekreasi yang fungsinya tidak hanya melengkapi sarana pokok kepariwisataan, tetapi yang terpenting adalah menjadikan para wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata. Yang termasuk dalam kelompok ini seperti sarana olahraga dan lainnya.

3. Sarana penunjang kepariwisataan adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok dan berfungsi tidak hanya membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, tetapi fungsi yang lebih penting adalah agar wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya ditempat yang dikunjunginya. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain nightclub dan

steambath, casino dan entertainment, souvenir shop dan lain-lain.

Yoety (1996:8) menyatakan baik prasarana maupun sarana kepariwisataan sesungguhnya merupakan tourist supply yang perlu dipersiapkan atau disediakan bila hendak mengembangkan industri pariwisata. Prasarana (infrastrukture) adalah semua fasilitas yang memungkinkan proses perekonomian dapat berjalan


(36)

21 dengan lancar sedemikin rupa, sehingga dapat memudahkan manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Jadi fungsinya adalah melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya. Prasarana dasar yang melayani komunitas penduduk lokal di suatu area seringkali dapat pula melayani kegiatan pariwisata hanya dengan sedikit menambah jumlah pelayanan. Demikian pula sebaliknya, prasarana yang dibangun untuk kegiatan pariwisata dapat melayani kebutuhan penduduk lokal secara umum (Inskeep, 1991:120). Prasarana kegiatan pariwisata dapat meliputi jaringan jalan, listrik, komunikasi, air bersih, drainase serta sanitasi dan pengelolaan sampah.

2.4.2 Komponen permintaan pariwisata (demand)

Komponen permintaan pariwisata mencakup segala kegiatan serta aspirasi wisatawan dan masyarakat di sekitar kawasan pariwisata. Unsur-unsur penting dalam permintaan wisata adalah wisatawan dan penduduk lokal yang menggunakan sumberdaya (produk dan jasa) wisata (Kelly, 1998; Gunn, 2002).

1. Wisatawan

Selain wisatawan, dikenal pula terminologi pengunjung.

World Tourism Organization (WTO) 2001 mendefinisikan pengunjung sebagai satu atau sekelompok orang yang melakukan perjalanan dan atau tinggal di suatu tempat di luar wilayah tempat tinggalnya, baik negara, propinsi, kota, ataupun desa selama tidak lebih daripada satu tahun, dengan tujuan bisnis, mengisi waktu luang ataupun tujuan lainnya (Wood, 2002 : 9). Istilah pengunjung memiliki perbedaan dalam pelaku perjalanan wisatanya yaitu : wisatawan yaitu pengunjung sementara yang menetap sedikitnya 24 jam di lokasi kunjungan serta ekskursionis, yaitu pengunjung sementara yang menetap kurang dari 24 jam di lokasi kunjungan, danbiasanya tidak menginap (Inskeep, 1991 : 19).


(37)

22

2. Masyarakat setempat

Masyarakat lokal adalah pihak yang akan menerima dampak paling besar dari kegiatan wisata yang dikembangkan didaerahnya. Aspirasi masyarakat setempat merupakan komponen permintaan yang sangat penting untuk dipertimbangkan dalam rangka pengembangan suatu kegiatan wisata sehingga kegiatan wisata yang diselenggarakan tidak akan menimbulkan kerugian-kerugian bagi masyarakat lokal. Industri pariwisata akan memberi peluang bagi pemberdayaan sumber daya lokal dan menjadi stimulan

multiplier effects positif bagi perekonomian dan kemajuan masyarakat lokal.

Supriana, (1997:23) mengemukakan bahwa dengan adanya pengusahaan pariwisata alam, peran serta masyarakat dalam menjaga kelestarian alam dan konservasi sumber daya alam dapat diharapkan dilaksanakan sendiri oleh masyarakat atau bersama-sama pengusaha secara aktif maupun pasif. Peran serta aktif dilaksanakan secara langsung baik perorangan maupun bersama-sama secara terorganisir, yang secara sadar ikut membantu program pemerintah dengan inisiatif dan berkreasi melibatkan diri dalam suatu kegiatan yang terdapat dalam kegiatan pengusahaan pariwisata alam atau melalui pembinaan rasa memiliki sehingga tercipta hubungan timbal balik antara pemanfaatan dan kesempatan usaha.

Faktor – faktor permintaan/ demand antara lain (Yoeti,1997 : 31)

• Lama tinggal wisatawan

Semakin lama wisatawan tinggal dalam objek maka semakin meningkat daya dukung kepariwisataan.

• Tipe aktivitas wisatawan

Semakin banyak aktivitas yang bisa dilakukan oleh wisatawan di dalam objek maka akan mempengaruhi semakin tingginya kunjungan yang dilakukan wisatawan pada objek tertentu.

• Tingkat kepuasan wisatawan


(38)

23

2.5 Studi Literatur Tentang fotografi Digital

Fotografi berasal dari kata photographie, yang juga berasal dari bahasa yunani kuno phos yang berarti cahaya dan graphis/graphe yang berarti arti dari fotografi adalah menggambar dengan cahaya. Fotografi merupakan proses merekam gambar dengan pengertian menangkap cahaya dengan cahaya dengan media yang peka terhadap cahaya seperti film dan sensorelektronis. Pantulan cahaya dari objek mengekspos media peka cahaya dalam waktu tertentu (exsposure), melalui lensa ke media peka cahaya.

Fotografi digital berbeda dengan fotografi manual yang menggunakan film, fotografi digital menggunakan alat elektrolis untuk merekam gambar dan menyimpannya sebagai data dari gambar. Maka gambar yang dihasilkan dapat ditampilkan di layar, dicetak dan disimpan dalam media penyimpanan, serta bisa dipindah dan disusun menggunakan perangkat digital lain atau komputer dan internet. Jadi fotografi digital adalah sebuah media perekam cahaya yang menggunakan fungsi-fungsi elektrolis sebagai input, proses, penyimpanan, pengolahan hingga tampilan akhir.

2.5.1 Studi Fotografi Untuk Keperluan Pariwisata

Foto dokumenter merupakan salah satu jenis fotografi yang lebih menonjolkan muatan cerita atau berita ke dalam setiap gambar yang dihasilkan. Kunci foto dokumenter terletak pada kekuatan momen, kekuatan momen menjadi unsur utama dalam menciptakan bagaimana foto yang mampu bercerita dan menyampaikan perasaan melalui gambar. Kekuatan momen mampu membawa energi dalam kandungan cerita pada fotografi dokumenter. Peranan fotografer sendiri diibaratkan sebagai pencerita yang diharapkan mampu menghasilkan sebuah cerita dibalik gambaran foto yang dihasilkan. (Kinghorn : 124)

Fotografi dokumenter juga memiliki kekuatan untuk mempermainkan emosi dan psikologis dari yang melihat. Terkadang hanya dengan melihat sebuah foto seseorang mampu merasakan perasaan dan


(39)

24 pengalaman yang sama dengan fotografer. Foto terkadang mampu membawa kita untuk mengenang kembali dan mampu merasakan bagaimana perasaan dan pengalaman yang dialami. Disinilah perlunya fotografer jeli dalam melihat setiap objek yang akan dibidik. Usaha fotografer benar-benar diuji untuk menghasilkan gambar yang bisa membangkitkan kembali kenangan mengenai tempat-tempat yang disinggahi serta akan semakin memiliki nilai tambah jika foto tersebut bisa membangkitkan respon yang kuat dari yang melihat. Ingat foto yang baik tidak sekedar menyalin apa yang dilihat mata ke dalam lensa. (Sugiarto : 68)

Teknis Pemotretan

Menurut Sugiarto (2008, 72-112) untuk menghasilkan sebuah foto yang lebih berkesan dan bermakna, ada baiknya pemotret memperkirakan sasaran apa yang akan diambil sebeleum meakukan perjalanan.

“Travelling light Is Travelling Smart” sebuah ungkapan yang disebutkan dalam buku Perfect Digital Photography. Maksudnya adalah lebih baik kita membawa peralatan yang minim untuk keleluasaan gerak sehingga fotografer bisa focus untuk memotret daripada dibingungkan oleh pemilihan peralatan yang terlalu lama dan jumlah peralatan yang banyak namun tidak efektif.

The key Essential Is Moment

Momen merupakan kunci penting dalam foto dokumenter. Momen mampu menjadi suatu unsur dalam foto yang bisa menghubungkan antara set nyata dan cerita dalam sebuah foto. Momen mampu nmempengaruhi psikologis dan peranan seseorang serta mampu membuat orang yang melihat mengerti bagaimana sebuah pariwisata itu berjalan (Kinghorn, 137).

Pencahayaan dalam fotografi merupakan suatu hal yang esensi. Foto yang kita hasilkan merupakan asli perekaman cahaya yang masuk ke dalam diafragma kamera. Sehingga mengontrol cahaya yang masuk dan menambahkan cahaya pada saat di butuhkan merupakan salah satu teknik


(40)

25 dasar dalam fotografi. Terdapat beberapa metode yang dapat membantu seorang fotografer mengontrol cahaya yang dibutuhkannya.

1. Menggunakan Light meter kamera

Light meter yang dimiliki oleh kamera adalah salah satu cara utama dalam mengetahui banyaknya cahaya yang masuk. alat ini menghitung jumlah cahaya yang masuk dalam kamera dan memberitahu apakah jumlah cahaya yang masuk kurang, cukup atau berlebihan.

2. Aperture

Aperture adalah sebuah alat yang dapat membatasi atau menambah cahaya yang masuk ke dalam kamera melalui lensa. Aperture digunakan untuk mengontrol jumlah cahaya maksimum yang dapat mencapai kedalam film/sensor.

3. Shutter speed

Shutter speed adalah alat yang mengontrol berapa lama jumlah cahaya tersebut akan masuk ke dalam kamera. Selain itu shutter speed juga mengontrol lama waktu pada saat cahaya mengenai film atau sensor

4. Exposure

Exposure adalah jumlah cahaya yang dibutuhkan secara tepat pada sebuah pengambilan gambar. Eksposure yang tepat dapat menghasilkan gambar dengan pencahayaan yang tinggi sehingga gambar lebih terlihat jelas.

5. Fill flash

Fill flash atau cahaya tambahan digunakan saat terdapat sumber cahaya yang memadai namun memiliki lokasi yang salah. Sehingga flash digunakan untuk mengimbangi sumber cahaya tersebut sehingga cahaya yang masuk akan sesuai dengan yang dibutuhkan.

6. Reflektor

Dalam menambah cahaya terkadang penggunaan fill flash akan dapat membuat satu sumber cahaya menjadi berlebihan. Untuk


(41)

26 itu digunakan reflektor agar biasa mendapatkan secara tepat jumlah cahaya yang di butuhkan. Reflektor dapat di beli di toko yang menjual alat-alat fotografi atau bisa di buat dengan sederhana seperti menggunakan aluminium foil dan karton tebal. Pada dasarnya semua media yang dapat memantulkan cahaya dapat digunakan segai reflektor.

Efek fotografi dapat kita peroleh melalui sudut angle, kecepatan rana dan jenis lensa. Efek – efek fotografi tersebut seperti :

1. Low angle : Derajat posisi kamera berada di bawah objek (sejajar dengan mata kaki), sehingga objek terlihat lebih besar atau lebih tinggi.

2. Wade angle : Derajat posisi kamera berada di ata objek sehingga objek terlihat tampak bawah, efek yang di timbulkan yaitu objek terlihat lebih kecil atau lebih kurus

3. Prespective : Derajat posisi kamera mendekati objek, sehingga objek terlihat lebih gemuk dari pada aslinya.

4. Ruang tajam : Efek ruang tajam yaitu, efek dimana membentuk presepsi tentang kedalaman luar gambar yang di hasilkan, efek ruang tajam ini di bagi menjadi 2, efek ruang takam sempit dan efek ruang tajam luas.

5. Efek siluet : Efek ini di peroleh dengan posisi membelakangi objek yang terkena cahaya dari depan, sehingga efek yang diperoleh, yaitu objek terlihat seperti bayangan (lebih gelap). 6. Efek Freeze : Efek ini di peroleh dengan meninggikan

kecepatan sehingga objek yang bergerak dengan cepat dapat tampak diam

7. Efek Difraksi : Efek difraksi yaitu penyebaran cahaya masuk melalui lubang atau celah sehingga untuk objek yang bergerak terlihat pergerakannya.


(42)

27

2.6 Studi warna

Menurut tingkatannya, warna dibagi menjadi warna primer (merah-biru-kuning), warna sekunder (hijau-ungu-orange), dan warna tersier (semua warna diluar warna primer dan skunder).

Gambar 2.1 Teori Warna Sumber : Ahmad Fitroni, 2012.

Contoh warna yang diambil untuk teori ini diambil dari warna yang terdapat pada logo Kabupaten Sumenep yang nantinya akan dipakai sebagai warna dalam layout dalam konsep desain.

Warna kuning :

Warna ini melambangkan sifat spontan yang eksentrik. Sifatnya : Toleran, Investigatif, Menonjol. Warna kuning yang terang, dapat menjadi penarik perhatian, oleh karena itu rambu-rambu lalu lintas banyak memakai warna kuning. Warna kuning tidak dapat menggambarkan stabilitas dan kepercayaan. Contoh-contoh penggunaan warna kuning dalam desain : Produk mainan anak-anak, produk-produk fastfood, dan pada rambu-rambu lalu-lintas.

Warna hijau :

Warna hijau merupakan warna kedua yang mempunyai efek menenangkan setelah biru. Warna hijau mempunayi kesan harmonis,


(43)

28 ketabahan, pembaharuan, dan juga kepercayaan diri. Contoh-contoh pengggunaan warna hijau dalam desain: Produk-produk yang berhubungan dengan alam dan relaksasi (teh, aromateraphy), dan warna-warna dalam sistem identitas rumah sakit.

Warna putih :

Warna suci dan bersih, natural, kosong, tak berwarna, netral, awal baru, kemurnian dan kesucian. Warna yang sangat bisa dipadukan dengan warna apapun. Warna putih di situs web banyak dipakai sebagai warna background teks hitam. Sebab pengunjung akan lebih mudah untuk membacanya.

Warna sebagai termasuk dalam ranah nirmana. Terkadang pemakaian warna sangat membantu dalam pemilihan font dalam typografi. Kemampuan penguasaan budaya dan warna sangat berpengaruh dalam menentukan sebuah warna dalam pemakaian ke dalam produk desain, oleh karenanya penguasan warna merupakan syarat penting untuk desainer pemula. Meski demikian, arti warna bisa bergantung juga dengan bidang tertentu, budaya, agama, dan adat setempat. Warna kuning bisa

berasosiasi dengan partai politik tertentu kalau dalam politik; sementara kalau dalam kehidupan sehari-hari, bendera kuning yang dipasang di rumah seseorang, itu pertanda tengah terjadi peristiwa berkabung. Sementara bank syariah hampir pasti selalu dihiasi dengan warna hijau yang berasosiasi dengan agama tertentu.

2.6.1 Studi Desain Grafis

Bahasa desain grafis adalah bahasa visual, bahasa simbol yang diungkapkan melalui gambar, bentuk, warna dan aksara. Grafis harus dapat mengantarkan pesan yang ingin disampaikan oleh produsen barang lewat kemasan yang diciptakan; baik informasi mengenai isi maupun penjelasan mengenai cara pemakaian produk tersebut. Pemilihan tipe huruf yang berkarakter sesuai dengan jenis barang, dipadu saling menunjang dengan gambar ilustrasi yang tepat dan dicetak dengan teknik


(44)

29 ataupun yang tidak langsung dari barang tersebut terhadap kualitas dan nilainya. Gambar dan tulisan (teks), tidak saja penting sebagai daya tarik tetapi terutama cerdas untuk berkomunikasi dengan konsumen tentang keterangan-keterangan yang diinginkan. Teks haruslah jelas, singkat, benar, mudah terbaca dan menyatu dengan desain keseluruhan.

Mempertimbangkan tata tertib desain sangat membantu untuk menghindarkan kesan desain yang kacau balau. Ketiga unsur grafis, gambar, huruf dan warna haruslah dapat menampilkan dirinya secara saling tenggang dan saling tunjang. Bentuk huruf nama produk yang seharusnya tampil utama, tidaklah layak diganggu oleh penggunaan warna-warna kontras yang menyilaukan, sebab warna yang keras hanya dapat berteriak, tapi tidak menyampaikan pesan. Gambar ilustrasi yang berkelebihan akan menenggelamkan pesan informasi tertulis yang juatru lebih penting. Teks yang dicetak dengan warna kuning atas dasar hitam akan sangat jelas terbaca, sebaliknya tulisan biru atas dasar merah akan bergerak memusingkan mata, dan warna kuning muda atas putih akan tidak terbaca. Demikian pula penggunaan bentuk huruf kecil akan lebih mudah dan enak dibaca dari pada huruf besar, dan pemilihan tipe huruf yang sederhana akan lebih menguntungkan dari pemakaian huruf yang dekoratif yang mungkin akan lebih indah tapi sukar terbaca.

Memperhitungkan tinggi dan tebal huruf yang seimbang, dan jarak spasi antara huruf lebih besar dari tebal huruf itu sendiri, sehingga semua pesan yang tertulis sangat mudah terbaca. Hindarkanlah kesan pada konsumen, sehingga seakan-akan kemasan itu berusaha menyembunyikan sesuatu. Dalam pemakaian teks, gunakanlah kata-kata yang mudah dimengerti, tidak terlalu panjang, tidak berarti ganda, karena kecenderungan konsumen adalah selalu mencari produk yang praktis dan bermanfaat yang kemudian baru mempertimbangkan soal harga.

Mengenai gambar atau ilustrasi dapat diungkapkan melalui gambar tangan ataupun melalui fotografi atau keduanya. Fungsi utama dari ilustrasi ini adalah untuk informasi visual tentang produk, pendukung teks, tentang penekanan suatu kesan tertentu atau sebagai penangkap mata


(45)

30 untuk menarik calon pembeli untuk membaca teks. Berdasarkan kegunaannya, ilustrasi dengan gambar pada kemas dapat ditampilkan berupa barang produknya secara penuh atau gambar detailnya ataupun gambar yang berupa hiasan, atau ornamen yang simbolis saja.

2.6.2. Teori Layout

Sebuah layout yang baik dalam desain komunikasi visual adalah menuangkan pengelolaan bahan tulisan dan seni (foto, ilustrasi atau gambar lainnya) pada suatu bidang kerja. Layout yang baik dapat berfungsi dengan benar apabila ada perencanaan yang akan dilakukan, penentuan tujuan dari karya, penentuan target audiens, perencanaan dimana atau kemana akan ditempatkan dan bagaimana cara pendistribusiannya. Layout yang baik dan benar dapat mengarahkan dan menggambarkan rentetan informasi untuk dipahami.

Menurut Kusrianto (2007) ada beberapa dasar yang dapat ditemukan dalam merancang sebuah layout, yaitu :

a) the law of unity, harus dirancang sedemikian rupa dari penyusunan headline, subheadline, ilustrasi, teks, slogan, logo dan sebagainya. Sehingga menghasilkan sebuah kesatuan komposisi yang baik dan sedap dimata.

b) the law of variety, untuk menghindari kesan monoton, harus dibuat beberapa variasi perancangan sebuah iklan. Misalnya tipis tebal dari sebuah huruf yang digunakan, juga besar kecil dari ukuran huruf yang digunakan.

c) the law of harmony, juga untuk menghilangkan kesan monoton dari sebuah desain, maka desain harus dirancang hingga berkesan harmonis.

d) the law of rhytm, sebaiknya mata pembaca dalam melihat sebuah iklan diarahkan untuk bergerak wajar. Disamping itu sebaiknya dimuli dengan Headline, subheadline, teks, ilustrasi hingga nama produk dan alamat.


(46)

31 e) the law of proportion, buku, majalah, koran, katalog akan terlihat

menarik apabila salah satu ukuran sisinya lebih panjang, jadi akan berkesan tidak kaku.

f) the law of scale, perpaduan gelap terang pada warna akan menghasilkan sesuatu yang kontras. Dapat digunakan untuk memberikan penekanan pada layout agar terlihat lebih menarik.

g) the law of balance, suatu keseimbangan dapat dicapai bila unsur-unsurnya diatur secara sepadan, serasi, dan selaras. Terdapat 2 jenis keseimbangan, yaitu :

• Formal balance (simetris) apabila unsur-unsur bentuk sama persis pada kedua sisi dari garis poros tengah ruang layout.

• Informal balance (asimetris) apabila unsur-unsur bentuk sedikit tidak sama persis pada kedua sisi dari garis poros tengah ruang layout.

2.6.3. Margin dan Grid

Dalam buku Layout, dasar dan penerapannya dijelaskan tentang sebuah kekuatan margin dan grid jika diterapkan pada proses melayout sebuah bidang grafis yang berhubungan dengan komunikasi media cetak seperti buku, majalah, tabloid, dan lain sebagainya. Margin dan grid merupakan sebuah elemen penting yang tidak nampak pada hasil output setiap jenis karya desain grafis namun tanpa adanya margin dan grid sebuah hasil karya desain akan terlihat tidak seimbang dan itu menyebabkan prinsip dasar dari sebuah desain yaitu keseimbangan hilang. Sehingga nilai estetika dari sebuah output desain akan berkurang atau bahkan berakibat pada rusaknya pesan komunikasi yang terkandung dalam karya tersebut.

Menurut Rustan (2009) margin menentukan jarak antara pinggir kertas dengan ruang yang akan ditempati oleh elemen-elemen layout. Margin mencegah agar elemen-elemen layout tidak terlalu jauh kepinggir halaman. Karena hal tersebut secara estetika kurang menguntungkan atau lebih parahnya lagi, elemen layout dapat terpotong pada saat proses


(47)

32 percetakan. Namun ada juga yang memang disengaja meletakkan elemen grafis keluar dari batas margin karena sudah dirancang untuk seperti itu dan mendapat pertimbangan yang matang dari desainernya sendiri.

Menurut Rustan (2009) Grid merupakan sebuah alat bantu yang sangat bermanfaat dalam me layout. Grid mempermudah kerja dari seorang desainer untuk menentukan dimana harus meletakkan elemen layout dan mempertahankan konsistensi dan kesatuan layout terlebih untuk karya desain yang terdiri dari banyak atau beberapa halaman. Dalam membuat sebuah grid seorang desainer harus membagi halaman menjadi beberapa kolom dengan garis-garis vertikal, dan ada juga yang horisontal. Sedangkan dalam merancangnya harus mempertimbangkan faktor-faktor berikut : berapa ukuran dan bentuk bidangnya, apa konsep dan style desainnya, berapa ukuran huruf yang dipakai, berapa banyak isinya/informasi yang ingin dicantumkan, dan lain-lain. Kadangkala untuk membuat layout sebuah karya desain yang mempunyai banyak halaman seperti company profile, katalog, majalah, newsletter atau surat kabar, boleh saja seorang desainer melakukan suatu improvisasi dengan mengkombinasikan lebih dari satu sistem grid.

2.6.4. Elemen Teks

Pada umumnya layout dibagi menjadi 3 bagian yang menyusunnya diantaranya adalah elemen teks, elemen visual, dan invisible elemen. Elemen teks ini terdiri dari judul, deck, byline, bodytext, subjudul, pull quotes, caption, callouts, kickers, initial caps, indent, lead line, spasi, header & footer, running head, catatan kaki, nomor halaman (Rustan, 2009).

a. Judul

Judul atau head, heading, headline. Suatu artikel biasanya diawali oleh sebuah atau beberapa kata singkat yang disebut judul. Judul diberi ukuran besar untuk menarik perhatian pembaca dan membedakannya dari elemen layout yang lain. Selain dari ukuran, pemilihan sifat yang tercermin dari jenis huruf tersebut juga harus


(48)

33 menarik perhatian, karena untuk judul segi estetis lebih diprioritaskan. Misalnya judul dapat dibuat menggunakan huruf-huruf yang bersifat dekoratif dan tidak terlalu formal.

b. Deck

Deck/blurb/lead/standfirst adalah gambaran singkat tentang topik yang dibicarakan di bodytext. Letaknya bervariasi, tetapi biasanya terletak diantara judul dan bodytext. Fungsi deck berbeda dengan judul, yaitu sebagai pengantar sebelum orang membaca bodytext, karena itulah perbedaan fungsi ini harus ditangkap oleh pembaca dengan jelas, antara lain dapat dicapai melalui : 1. ukuran hurufnya rata-rata lebih kecil dari judul, tapi tidak sekecil bodytext, 2. jenis/style huruf dipakai berbeda dengan yang digunakan untuk judul, 3. warna deck yang dibedakan dengan judul dan bodytext.

c. Byline

Byline berisi penulis, terkadang disertai dengan jabatan atau keterangan singkat lainnya. Byline letaknya sebelum bodytext, ada juga yang meletakkannya diakhir naskah.

d. Bodytext

Isi/naskah/artikel merupakan elemen layout yang paling banyak memberikan informasi terhadap topik bacaan tersebut. Keberhasilan suatu bodytext ditentukan oleh beberapa hal antara lain: dukungan judul dan deck yang menarik sehingga memancing pembaca meneruskan keingintahuannya akan informasi yang lengkap dan gaya penulisan yang menarik dari naskah itu sendiri. e. Subjudul

Artikel yang cukup panjang biasanya dibagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai topiknya. Subjudul berfungsi sebagai judul segmen-segmen tersebut.

f. Pull Quotes

Pada awalnya adalah cuplikan perkataan atau tulisan seseorang, namun kini telah mengalami perluasan arti. Pada suatu karya


(49)

34 publikasi dapat berarti satu atau lebih kalimat singkat yang mengandung informasi penting yang ingin ditekankan.

g. Caption

Keterangan singkat yang menyertai elemen visual. Caption biasanya dicetak dalam ukuran kecil dan dibedakan gaya atau jenis hurufnya dengan bodytext dan elemen text lainnya.

h. Callouts

Pada dasarnya sama dengan caption, kebanyakan callouts menyertai elemen visual yang memiliki lebih dari satu keterangan, misalnya pada diagram. Callouts biasanya memiliki garis-garis yang menghubungkannya dengan bagian-bagian dari elemen visualnya.

i. Kickers

Kickers adalah satu atau beberapa kata pendek yang terletak diatas judul, fungsinya untuk memudahkan pembaca menemukan topik yang diinginkan dan mengingat lokasinya saat membaca artikel tersebut.

j. Initial Caps

Huruf awal yang berukuran besar dari kata pertama pada paragraf. Karena lebih bersifat estetis, tidak jarang hanya terdapat satu initial caps didalam satu naskah.

k. Indent

Baris pertama paragraf yang menjorok masuk kedalam. Sedangkan hanging indent adalah kebalikannya: baris pertama tetap pada posisi, sedangkan baris-baris dibawahnya menjorok masuk kedalam.

l. Lead Line

Beberapa kata pertama atau keseluruhan dibaris paling awal pada tiap paragraf, yang dibedakan atribut hurufnya. Atribut yang dibedakan bisa berupa jenis huruf, ukuran, letter spacing, leadingnya.


(50)

35

m.Header & Footer

Header adalah area diantara sisi atas kertas dan margin atas. Footer adalah area diantara sisi bawah kertas dan margin bawah. Header dan Footer bisa berisi: Running head, catatan kaki, nomor halaman, dan informasi lainnya.

n. Running Head

Judul buku, bab/topik yang sedang dibaca, nama pengarang dan informasi lainnya yang berulang-ulang ada pada tiap halaman dan posisinya tidak berubah. Yang letaknya di bagian footer sering kali tetap disebut dengan running head, bukan running feet.

o. Footnote

Catatan kaki berisi detail informasi dari sebagian tulisan tertentu didalam naskah. Informasi tersebut dapat berupa : referensi atau bahan acuan tulisantersebut, rekomendasi bacaan lanjutan, dan lain-lain.

p. Nomor Halaman

Untuk materi publikasi yang memiliki lebih dari 8 halaman dan memuat banyak topik yang berbeda sebaiknya digunakan nomor halaman untuk memudahkan pembaca mengingat lokasi artikel.

2.7 Tinjauan Buku TravelGuide

2.7.1 Pengertian Buku Travel Guide

Buku Travel Guide memiliki pengertian sebagai buku petunjuk dan pedoman dalam melakukan kegiatan pariwisata. Sesuai dengan fungsinya buku travel guideini haruslah memiliki informasi yang lengkap mengenai tempat yang dijadikan sebagai objek serta informasi lain mengenai, misal: rute perjalanan, fakta terbaru mengenai tempat wisata, hingga akomodasi yang nantinya akan berguna dalam mempermudah pengguna buku dalam kegiatan berpariwisatanya.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (161, 722, 1106) , berikut ini adalah beberapa pengertian yang berkaitan dengan fungsi dari buku


(51)

36 Buku : Lembar kertas yang berjilid, berisi tulisan atau kosong. Buku pedoman : (pegangan) buku yang digunakan sebagai acuan

dalam melakukan sesuatu.

Buku petunjuk : Buku yang berisi keterangan dan petunjuk praktis untuk melaksanakan(melakukan, menjalankan) sesuatu.

Jika dikaitkan dengan beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa buku travel guide memiliki pengertian sebuah buku yang bisa dijadikan pedoman serta petunjuk dalam melakukan kegiatan pariwisata, ditinjau dari segi fungsi penggunanya.

2.7.2 Sejarah Buku Travel Guide di Dunia

Bentuk awal pariwisata diperkirakan ada sejak jaman prasejarah, Manusia berkumpuldan bersama sama melakukan kegiatan perjalanan untuk melakukan perburuan dan saling melindungi. Kita semua tahu bahwa dalam sejarah bangsa Cina sudah dibangun jalan untuk keperluan perniagaan dan perjalanan, peninggalan peradaban pariwisata juga terdapat pada tempat-tempat lainnya di Mesir, India, Mesopotamia.

Menurut Kohdyat (1996:14) kegiatan pariwisata terjadi pada jaman romawi kuno, sekitar 2000 SM hingga 5 SM, dengan wilayah kekuasaan yang luas bangsa romawi secara otomatis membutuhkan jaringan prasarana lalu lintas, sarana akomodasi dan berbagai fasilitas lainnya, hal ini untuk kepentingan administrasi dan dinas ke wilayah-wilayah yang di jajah.

Pariwisata tahap awal mulai berkembang pesat saat romawi kuno, pada jaman tersebut diduga awal dari adanya perniagaan di bidang pariwisata. hal ini ditandai dengan munculnya tempat-tempat tinggal yang disewakan untuk keperluan rekreasi (villa). (Rilley, 1991:1-2). Pola pembangunan dan pengembangan prasarana, sarana dan fasilitas wisata jaman romawi dianut hingga abad 20 ini, banyak hotel dibangun di sekitar pelabuhan untuk mempermudah kegiatan transit wisatawan.


(52)

37 Bentuk awal buku travel guide berupa catatan perjalanan prajurit pada masa pemerintahan Raja Herodotus dalam bahasa Yunani kuno, Orang ROma menambahkan lebih banyak cerita perjalanan mereka ketka jenderal mereka menaklukkan sebagian besar dunia dikenal. Lalu orang Kristen mengambil perhatian untuk menggambarkan rute agar peziarah atas cara mereka untuk Yerusalem ini bisa jadi merupakan cikal bakal pemetaan pada buku travel guide. ("History of Travel Guide" by Roadjunky, 30 Januari 2008)

Perkembangan pesat pada dunia pariwisata berada pada masa penting di jaman revolusi industri di Inggris. Ditemukannya mesin uap dan kereta api memicu perkembangan pariwisata di dunia. Pada masa pemerintahan Ratu Elizabeth I terjadi ledakan pariwisata yang luar biasa. Orang-orang mulai gemar melakukan kegiatan rekreasi dan muncul keberadaan pemandu dalam dunia pariwisata.

Abad 18, manusia mulai menyusun sebuah buku sebagai panduan dalam perniagaan dan keperluan pariwisata. Grup rekreasi pertama dilakukan pada kereta api pada tahun 1841. Pelopor dari grup rekreasi tersebut adalah Thomas Cook, Thomas cook kemudian dikenang sebagai bapak pariwisata modern dunia. Atas jasanya mengatur sebuah kegiatan tur pada kereta api.

Thomas Cook adalah seorang sekertaris yang bekerja pada The Leichster Temperance Society di Inggris. Dia mulai mengatur perjalanan dengan menyewa kereta api untuk keperluan perjalanan bisnis bersama para koleganya. Biasanya pada masa tersebut pembicaraan bisnis berlangsung pada saat tengah perjalanan, diatas kereta api. Berangkat dari kebiasaan mengatur perjalanan bisnis itula Cook memulai memperluas pandangannya dan melihat adanya peluang besar dalam dunia pariwisata. Hingga akhirnya dilakukan manajemen pariwisata keluar Eropa. Tujuan utama saat itu yang pertama kali dibuka adalah perjalanan ke Mesir melalui jalan kereta api dan kapal layar (Rilley, 1991:2-3).

Mengikuti jejak Cook, Thomas Bennet pekerja di konsulat Inggris, bertekad terjun di bisnis kepariwisataan pada tahun 1850, ditandai dengan


(53)

38 dibukanya perusahaan penerbitan pertama yang bergererak di dunia pariwisata "Eugene Fodor and Temple Fielding", fungsi penerbit kala itu digunakan untuk menerbitkan buku-buku panduan pariwisata yang akhirnya dikenal sebagai guidebook. Tahun 1888 kegiatan penerbitan buku

travel guide berkembang pesat dan perlahan-lahan menjadikan pariwisata sebagai lapangan bisnis baru yang menjanjikan (Rilley, 1991:3).

2.7.3 Sejarah Buku Travel guide Di Indonesia

Pariwisata di Indonesia tumbuh sejak jaman kerajaan Indonesia beberapa bukti dari buku-buku sejarah serta peninggalanya bisa dilihat di masa sekarang. Pada abad 5M, Raja Tarumanegara membuat kanal untuk keperluan pengairan transportasi dan rekreasi. Peninggalan-peninggalan serupa juga tersebar di seluruh Indonesia contoh paling dekat di Jawa Timur adalah Kolam Segaran di Trowulan Mojokerto, yang dibangun pada masa kerajaan Majapahit, untuk keperluan rekreasi dan persediaan air di musim kemarau. Pariwisata di jaman kerajaan Indonesia sering kali digunakan oleh kalangan terbatas seperti raja, bangsawan serta orang kaya saja.

Perkembangan pariwisata Indonesia berikutnya masuk pada jaman Hindia Belanda, meski kunjungan wisata bersifat terbatas untuk kalangan Belanda dan Indonesia serta orang- orang kaya, hal ini dikarenakan Belanda takut jika keindahan dan kekayaan alam Indonesia terekspose ke negara Eropa lain akan menyebabkan Indonesia sebagai daerah kolonial akan direbut. Apalagi sejak kedatangan Sir Thomas Stanford Raffles tahun 1811 hingga 1816 yang bahkan mampu merebut sebagian Jawa dan Bengkulu, membuat Belanda semakin meperketat dan mengawasi ruang gerak pendatang non-Belanda.

Buku Travel Guide di Indonesia muncul pada tahun 1897 disusun oleh seorang wanita kebangsaan Amerika, yang bernama Eliza Ruhamah Scidmore, buku pariwisata itu berjudul Java, The Garden of East. Dalam buku itu ia mengisahkan kunjungan dan pengalaman sewaktu melakukan kegiatan perjalanan di Jawa, Madura dan Bali. Dalam buku travel guide itu


(54)

39 sendiri disinggung adanya sebuah buku travel guide terbitan Belanda, ditulis Dr. J.F Van Bemmelen dan Kolonel J.B Hoover yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Inggris oleh Rev. B.J Berrington. Dari bukti-bukti diatas paling tidak kita sudah tahu bahwa ketika abad-19 kegiatan pariwisata mulai berkembang dan memunculkan sebuah buku panduan dan petunjuk pariwisata di Indonesia.

Perkembangan pariwisata berikutnya di tahun 1910, Gubernur Jendral A.W.F. Idenburg membentuk suatu organisasi wisata di masa pemerintahan Hindia Belanda bernama Vereenigingvoor Toeristen Verkeer (VTV), organisasi tersebut berubah menjadi suatu badan resmi pemerintah Hindia Belanda yang mengatur arus lalu lintas dan kegiatan pariwisata di Hindia Belanda, badan ini juga berfungsi sebagi biro perjalanan resmi. Selain menyelenggarakan kegiatan tour VTV juga menerbitkan buku-buku panduan wisata (travel guidebook) bahasa Inggris tentang Jawa, Bali, Lombok, sebagian Sumatera, Toraja, Banten dsb (Kohdyat, 1996:46-47).

2.7.4 Pariwisata Modern dan Perkembangan Buku Travel Guide

Kegiatan pariwisata era modern di Indonesia mengalami perkembangan yang luar biasa di era tahun 1955. Tahun 1955 bisa jadi merupakan tonggak sejarah pariwisata Indonesia untuk dikenal di dunia Internasional. Tanggal 18-24 April, Bandung menjadi tuan rumah penyelenggara Konferensi Asia Afrika (KAA), hal ini berpengaruh positif bagi kegiatan kepariwisataan di Indonesia. Pada tahun yang sama pula dibentuk direktorat pariwisata oleh kementrian perhubungan, serta didirikan suatu lembaga baik komersil dan non komersil dalam peningkatan dan pengembangan dunia pariwisata di Indonesia (Kohdyat, 1996:56).

Perkembangan pariwisata juga terjadi pasang surut seiring dengan tingkat stabilitas dan leamanan negara di masa-masa G-30S PKI, hingga bom Bali 1 dan 2. Berbagai cara ditempuh oleh pemerintah untuk mengembalikan kepercayaan dunia Internasional, hingga akhirnya ajang Visit Indonesia 2008 diharaapkan mampu untuk memperbaiki citra


(1)

BIODATA PENULIS

Penulis lahir dan tumbuh besar di kota Surabaya, pada

tanggal 28 Mei 1987. Merupakan anak pertama dari 2

bersaudara. Penulis telah menempuh pendidikan formal

yaitu : TK Kartini Surabaya, SDN 3 Banyu Urip

Surabaya, SMP Negeri 14 Surabaya, SMK Negeri 7

Surabaya dengan jurusan Teknik Bangunan. Pada tahun

2006 penulis di terima kerja sebagai Pelaksana Proyek

di sebuah perusahaan kontraktor

yaitu

CV.

BERDIKARI. Setelah bekerja selama kurang lebih 1 tahun, setelah itu bekerja

sebagai Koordinator Lapangan dari anak perusahaan PERTAMINA kurang lebih 1

tahun, dan setelah itu bekerja sebagai videographer dan fotografer di UV

PRODUCTION SURABAYA, setelah bekerja selama 4 tahun akhirnya penulis

memutuskan untuk melanjutkan studi di Universitas Pembangunan Nasional

“VETERAN” Jawa Timur. Karena sang penulis suka dengan Audio Video dan

Fotografi pada tahun 2009 akhirnya penulis mendaftar dan diterima menjadi

mahasiswa DESAIN KOMUNIKASI VISUAL dengan NPM 0951010076.


(2)

1

---

KUESIONER

Kuesioner ini ditujukan untuk menunjang penelitian awal tentang tugas akhir saya yang membahas tentang "Perancangan Travel Guidebook Kabupaten Sumenep".

---

Petunjuk pengisian :

• Pada pertanyaan dengan jawaban pilihan, anda dapat mengganti pilihan jawaban dengan warna

merah

yang sesuai dengan jawaban anda dan anda dapat memilih lebih dari satu (1) jawaban

• Pada pertanyaan dengan jawaban uraian, anda dapat mengisinya langsung pada tempat yang disediakan dengan menggunakan tulisan warna

merah

• Contoh untuk pertanyaan jawaban pilihan:

Manakah yang menjadi ciri-ciri dari Negara Republik Indonesia?

฀ Kanguru

฀ Burung Garuda ฀ Bendera Merah-Putih ฀ Bendera Biru-Putih-Merah

• Contoh untuk pertanyaan jawaban uraian:

Apakah warna bendera Kebangsaan Negara Indonesia? merah-putih

---

Jenis kelamin : L / P

Usia :

Pekerjaan :

Apakah salah satu hobby (kesenangan) anda adalah kegiatan travelling ?

YA

/ TIDAK

---

Pertanyaan:

1. Apakah anda mengetahui tentang Kabupaten Sumenep ?

฀ YA (lanjut ke pertanyaan berikut)

฀ TIDAK (lanjut ke pertanyaan no. 11)

2. Manakah tempat wisata yang berada di Kabupaten Sumenep yang familiar dengan anda (yang lebih anda kenal) ?

฀ Pantai Lombang

฀ Asta Tinggi

฀ Keraton Sumenep

฀ Lainnya: Alasan:

3. Apa saja yang anda ketahui tentang lokasi wisata yang ada di Kabupaten Sumenep ?

฀ Bahari/laut

฀ Lingkungan hidup (alam, flora, dan fauna)

฀ Religi

฀ Budaya dan Sejarah

฀ Lainnya:

4. Sejauh mana keingin tahuan anda terhadap wisata Kabupaten Sumenep ?

฀ Berkunjung Kesana

฀ Mencari tahu lewat internet (lanjut pertanyaan no. 6)

฀ Lainnya: Alasan:


(3)

2

5. Jika anda pernah berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Sumenep, Bagaimana frekuensi anda dalam berkunjung kesana ?

฀ Rutin (1-2 bulan 1 kali) *

฀ Insidental (pernah,tidak sering) **

฀ Tidak Pernah

* Jika anda pernah berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Sumenep, Apakah alasan anda ?

฀ Lokasi wisata yang sangat menarik

฀ Nyaman

฀ Dekat dengan tempat tinggal

฀ Murah

฀ Lainnya:

** Jika anda pernah tetapi tidak sering berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Sumenep,

Apakah alasan anda ?

฀ Ada lokasi yang menarik untuk dikunjungi

฀ Iseng

฀ Keperluan pekerjaan

฀ Lainnya:

6. Secara keseluruhan lokasi wisata di Kabupaten Sumenep,

Bagaimana menurut anda tentang lokasi wisata yang pernah anda kunjungi di Kabupaten Sumenep?

฀ Sangat menarik

฀ Menarik

฀ Tidak menarik (lanjut ke pertanyaan no. 14)

7. Wisata apa yang sangat menarik / menarik menurut anda ?

฀ Wisata Religi

฀ Wisata Alam

฀ Wisata Budaya, Sejarah dan Arsitektur

฀ Lainnya:

8. Jika anda pernah berkunjung ke lokasi wisata di Kabupaten Sumenep,

Kesan apa yang anda rasakan ketika anda berkunjung kesana ? (uraikan jawaban anda)

9. Apakah terdapat pengaruh yang anda rasakan ketika berkunjung ke lokasi wisata yang ada di Kabupaten Sumenep ?

฀ YA (lanjut ke pertanyaan berikut) *

฀ TIDAK (STOP sampai disini,Terima Kasih)

* Pengaruh apa yang anda rasakan ketika berada di lokasi wisata tersebut ? (uraikan jawaban anda)

10. Apa yang memberikan pengaruh terhadap anda saat berada di Kabupaten Sumenep ?

฀ Tempat yang nyaman

฀ Masyarakat yang ramah

฀ Kondisi alam yang masih alami

฀ Religius


(4)

3

11. Jika anda membandingkan tiga bentuk media yang berbeda yaitu media cetak (buku) dan media digital (website) dan (video)

Menurut anda, bentuk media yang mana kah yang tampilan foto-foto/gambar dan informasinya lebih sempurna ?

฀ Buku

Website

฀ Video Alasan:

12. Menurut anda, bentuk media yang manakah yang tampilan foto-foto nya lebih mempengaruhi emosi anda untuk berwisata ke suatu tempat ?

฀ Buku

Website

Video

Alasan:

13. Menurut anda, bentuk media yang manakah yang informasinya lebih membantu anda, saat anda mau atau sedang berwisata ?

฀ Guiedbook

Website

฀ Lainnya:

14. Pernahkah ketika anda melihat foto suatu tempat yang menginformasikan kondisi suatu negara/kota/desa/tempat wisata,

Tiba-tiba anda merasa ingin untuk mengunjungi tempat tersebut ?

฀ YA

฀ TIDAK

---Untuk sementara pertanyaan kuesioner cukup sampai di sini,

• Ini adalah kuesioner untuk penelitian pendahuluan, jika anda tidak keberatan dan berkenan menjadi responden di penelitian selanjutnya, mohon sekiranya memberikan data pribadi yang dapat saya hubungi kembali:

mohon cek kembali untuk

memastikan tidak ada pertanyaan yang terlewati

Nama

:

No.Telepon/No.Hp

:

e-mail

:

• Atas waktu & kerjasama nya, saya ucapkan terima kasih.

Salam,


(5)

(6)