Pengaruh Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Kadar Bilirubin Darah Tikus Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus L.) Yang Diinduksi CCl4.

(1)

iv

4

Andre Setiawan Iwan, 2009. Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.kes.

Ikterus yaitu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah meningkat melebihi kadar normal. Salah satu penyebab ikterus adalah kerusakan jaringan hepar, misalnya pada hepatitis. Di Indonesia, angka kejadian penyakit hepatitis masih tinggi, dan pengobatan yang tersedia hanya bersifat simtomatik dan mahal. Oleh karena itu, peneliti berusaha mencari pengobatan alternatif lain, salah satunya buah merah.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai efek buah merah terhadap kadar bilirubin yang dihasilkan oleh hepar tikus yang diinduksi oleh CCl4.

Penelitian bersifat prospektif eksperimental, memakai Rancangan Acak Lengkap (RAL), dan bersifat komparatif. Hewan coba dibagi secara acak dalam enam kelompok perlakuan (n=4) dan pada hari-1 Kelompok I dan II diberi 1 ml CMC 1%, kelompok III diberi Lesichol 28 mg/hari, kelompok IV, V, dan VI masing-masing diberi ekstrak buah merah dosis 0,5 ml, 1 ml, dan 2 ml. Setelah 8 hari perlakuan, kelompok II, III, IV, V, dan VI diinduksi CCl4 1,5 ml/kgBB kemudian setelah 36 jam kemudian dilakukan penghitungan kadar bilirubin serum.

Data yang dihitung dianalisis dengan ANAVA satu arah dan dilanjutkan dengan uji homogenous subset Duncan dengan α=0,05. Kesimpulan yang didapat yaitu ekstrak buah merah dengan dosis 0,5 mL dan 1 mL dapat menurunkan kadar bilirubin plasma darah tikus yang diinduksi CCl4


(2)

v ABSTRACT

THE EFFECT OF BUAH MERAH (Pandanus Conoideus Lam.) ON BILIRUBIN CONCENTRATION OF MALE WISTAR RATS (Rattus

norvegicus L.) INDUCED BY CCL4

Andre Setiawan Iwan, 2009. Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.kes. Icterus, a condition where the blood concentration of bilirubin is higher than normal. Icterus can be caused by liver injury, such as hepatitis. In Indonesia, the prevalence of hepatitis still runs high given that available treatments can only cover symptomatic problems and are high-priced. Therefore, researcher is trying to find another alternative treatment, such as buah merah.

The objective of this experiment is to know the effect of buah merah extract

towards bilirubin concentration in rats induced by CCl4.

This experiment was based on the comparative, real experimental-prospective method, with a complete randomized design. The rats were randomly divided into six groups (n=4). In day-1 Group I and II were treated with 1 ml CMC 1%, group III with Lesichol 28 mg/day, group IV, V, and VI with buah merah extract 0,5 ml, 1 ml, and 2 ml. After 8 days of treatment, group II, III, IV, V, and VI were induced with CCl4 1,5 ml/kgBW. At the end of day-8, 36 hours after the last treatment,

blood were taken from each rats to check bilirubin concentration.

Data were analized using one way ANAVA and followed by homogenous

subset Duncan test with α=0,05. The conclusion is buah merah with volume 0,5 ml

and 1 ml can reduce bilirubin concentration in rats induced by CCl4.


(3)

viii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

PRAKATA ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR DIAGRAM ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 2

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Karya Tulis Ilmiah ... 3

1.5 Kerangka Pemikiran dan Hipotesis Penelitian 1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 4

1.5.2 Hipotesis Penelitian ... 5

1.6 Metodologi Penelitian ... 5

1.7 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hepar 2.1.1 Anatomi Hepar ... 7

2.1.2 Histologi Hepar ... 10


(4)

ix

2.1.3.1 Fungsi Metabolik ... 14

2.1.3.2 Fungsi Hematologik ... 15

2.1.3.3 Fungsi Produksi dan Sekresi Empedu ... 16

2.2 Bilirubin ... 16

2.3 Obat Hepatoprotektor ... 19

2.4 Karbontetraklorida (CCl4) ... 21

2.4.1 Pengaruh CCl4 terhadap Sel Hepar... 22

2.5 Antioksidan ... 23

2.5.1. Karotenoid (sumber vitamin A) ... 24

2.5.2. Vitamin C ... 24

2.5.3. Vitamin E ... 24

2.5.4. Selenium ... 25

2.6 Buah Merah ... 26

2.6.1. Morfologi Buah Merah ... 26

2.6.2. Kandungan Kimia Buah Merah ... 27

2.6.3. Manfaat Buah Merah ... 29

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan/Subjek Penelitian ... 31

3.1.1 Bahan dan Alat ... 31

3.1.2 Subjek Penelitian ... 32

3.1.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 32

3.2 Metode Penelitian ... 32

3.2.1 Desain Penelitian ... 32

3.2.2 Variabel Penelitian ... 32

3.2.2.1 Definisi Konsepsional Variabel ... 32

3.2.2.2 Definisi Operasional Variabel ... 33

3.2.3 Perhitungan Besar Sampel ... 34

3.2.4 Prosedur Kerja ... 34

3.2.4.1 Pengumpulan Bahan ... 34


(5)

x

3.2.4.3 Pelaksanaan Penelitian ... 35

3.2.5 Cara Pemeriksaan ... 35

3.2.6 Metode Analisis ... 36

3.2.6.1 Hipotesis Statistik ... 36

3.2.6.2 Kriteria Uji ... 36

3.2.7 Aspek Etik Penelitian ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN 4.1 Data Hasil Penelitian ... 37

4.2 Pembahasan ... 42

4.3 Uji Hipotesis Penelitian ... 43

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 44

5.1 Kesimpulan ... 44

5.1.1 Kesimpulan Umum ... 44

5.1.2 Kesimpulan Tambahan ... 44

5.2 Saran ... 44

DAFTAR PUSTAKA ... 45

LAMPIRAN ... 48


(6)

xi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Kandungan Senyawa Aktif dalam Ekstrak Buah Merah ... 28

Tabel 2.2 Komposisi Zat Gizi Per 100 Gram Buah Merah ... 30

Tabel 4.1 Data kadar bilirubin plasma darah ... 37

Tabel 4.2 Hasil uji ANAVA kadar bilirubin plasma darah ... 39


(7)

xii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Posisi Hepar Dalam Abdomen ... 7

Gambar 2.2 Permukaan Anterior Hepar... 8

Gambar 2.3 Permukaan Posterior Hepar ... 9

Gambar 2.4 Distribusi Arteri Hepatika ... 10

Gambar 2.5 Lobulus Hepar Potongan transversal ... 12

Gambar 2.6 Metabolisme Bilirubin... 18

Gambar 2.7 Buah Merah ... 27

Gambar L.3.1 Penimbangan Tikus ... 51

Gambar L.3.2 Pemberian Lesichol dengan Sonde ... 51

Gambar L.3.3 Pemberian Buah Merah dengan Sonde ... 52


(8)

xiii

DAFTAR DIAGRAM

Halaman Diagram 4.1 distribusi kadar bilirubin ... 38


(9)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Data Perhitungan Statistik ... 48

Lampiran 2 Perhitungan Dosis ... 50

Lampiran 3 Gambar Percobaan ... 51


(10)

48 LAMPIRAN Lampiran 1

Data Perhitungan Statistik Oneway

Test of Homogeneity of Variances hasil

4.871 5 18 .005

Lev ene

St at ist ic df 1 df 2 Sig.

ANOVA hasil

.126 5 .025 3.136 .033

.144 18 .008

.270 23

Between Groups Within Groups Total

Sum of


(11)

Homogenous Subsets hasil

Duncana

4 -2.4333 4 -2.2276 4 -2.1097

4 -1.9952 -1.9952

4 -1.5278 -1.5278

4 -1.3127

.131 .084 .410

Perlakuan Kelompok I Kelompok V Kelompok IV Kelompok III Kelompok II Kelompok VI Sig.

N 1 2 3

Subset f or alpha = .05

Means f or groups in homogeneous subsets are display ed. Uses Harmonic Mean Sample Size = 4.000.


(12)

50

Lampiran 2

Perhitungan Dosis

1. Buah merah

Dosis pemakaian buah merah pada manusia: 2 x 15 ml = 30 ml/ hari Konversi untuk tikus 200 gr: 0,018 x 30 = 0,54 ml

Untuk tikus 350 gr: x 0,54 = 0,9 ml = 1 ml/ hari [dosis 2 (Kelompok V)] Dosis 1 (Kelompok IV): ½ x 1 ml = 0,5 ml/ hari

Dosis 3 (Kelompok VI): 2 x 1 ml = 2 ml/ hari

2. Sediaan yang mengandung lechitin (Lesichol)

Leshicol mengandung lecithin murni (PPC 95%) 300 mg, vitamin B1 6 mg, vitamin B2 6 mg, vitamin B6 6 mg, Vitamin B12 6 mcg, asam nikotinat 30 mg, dan vitamin E 10 mg.

Dosis Lesichol untuk dewasa 900 mg/ hari (3 x 1 tablet 300 mg) Konversi untuk tikus 200 gr: 0,018  0,018 x 900 = 16,2 mg

Untuk tikus 350 gr: x 16,2 = 28,35 mg dalam CMC 1% = 28 mg/ hari dalam CMC 1%

3. CCl4

Dosis CCl4 = 1,5 ml/ kgBB dalam minyak zaitun dengan perbandingan 1:1 Untuk tikus 350 gr = x 1,5 = 0,525 ml = 0,5 ml


(13)

Lampiran 3

Gambar Percobaan

Gambar L.3.1 Penimbangan Tikus

Gambar L.3.2 Pemberian Lesichol dengan Sonde


(14)

52

Gambar L.3.3 Pemberian Buah Merah dengan Sonde

Gambar L 3.4 Pengambilan darah tikus


(15)

Lampiran 4


(16)

54

RIWAYAT HIDUP

Nama : Andre Setiawan Iwan

Nomor Pokok Mahasiswa : 0610008

Tempat dan tanggal lahir : Cirebon, 8 April 1988

Alamat : Jln. Arif Rachman Hakim No 124 Sindanglaut, Cirebon

Riwayat Pendidikan :

1994-2000 : SD Kristen 1 BPK Penabur Cirebon 2000-2003 : SMP Kristen 1 BPK Penabur Cirebon 2003-2006 : SMA Kristen 1 BPK Penabur Cirebon 2006- sekarang : Mahasiswa Fakultas Kedokteran Kedokteran


(17)

1

I.I Latar Belakang

Dalam masyarakat kita, penyakit hepatitis biasa dikenal sebagai penyakit kuning karena menimbulkan gejala klinis yang khas yaitu badan lemah, urin berwarna seperti teh pekat, mata dan seluruh badan menjadi kuning. Keadaan ini disebut sebagai jaundice / ikterus yaitu keadaan dimana kadar bilirubin dalam darah meningkat melebihi kadar normal. Kondisi ini ditandai dengan warna kulit yang menguning, putih mata (sklera) menguning, dan urin berwarna coklat. Kadar bilirubin yang meningkat dapat disebabkan oleh produksi yang meningkat (pada keadaan dimana pemecahan sel darah merah/eritrosit yang berlebihan), adanya gangguan fungsi hepar, dan gangguan pengeluaran bilirubin. Penyebab paling banyak adalah gangguan fungsi hepar contohnya hepatitis, sirosis hepar, perlemakan hepar, dan kanker hepar. Penyebab lainnya antara lain sumbatan pada saluran empedu (bisa oleh batu atau tumor), sehingga bilirubin tidak bisa keluar dan mengakibatkan kadar bilirubin meningkat (Anonim1, 2007; Sherlock S. 1995)

Hepatitis adalah salah satu penyakit yang ditandai dengan ikterus/jaundice. Sebenarnya hepatitis adalah suatu proses peradangan difus pada jaringan hepar yang disebabkan oleh berbagai faktor. Faktor penyebab penyakit hepatitis atau sakit kuning ini antara lain infeksi virus, gangguan metabolisme, konsumsi alkohol, penyakit autoimun, hasil komplikasi dari penyakit lain, efek samping dari konsumsi obat-obatan maupun kehadiran parasit dalam organ hepar (Sujono Hadi, 2002).

Salah satu zat kimia yang dapat menyebabkan kerusakan hepar antara lain karbontetraklorida (CCl4). CCl4 merupakan zat kmia yang bersifat toksik, namun


(18)

2

masih banyak digunakan terutama dalam industri bahan pendingin (refrigerants), alat pemadam kebakaran, pestisida, cat, tinta, sebagai bahan pelarut aspal, karet, minyak dan lemak, dan sebagai bahan tambahan pada bensin serta pembuatan semikonduktur. Di bidang kedokteran, CCl4 digunakan sebagai obat anestesi. Zat ini larut dalam lemak sehingga dapat dengan mudah melewati membran sel dan terdistribusi ke seluruh tubuh dengan konsentasi tinggi pada jaringan hepar, otak, ginjal, otot, lemak, dan darah (de Fouw, 1999).

Obat spesifik untuk pengobatan penyakit hepatitis terutama yang disebabkan oleh virus sampai saat ini belum ditemukan. Obat-obat yang ada hanya bersifat simptomatik, yaitu menghilangkan keluhan saja dan obat suportif yang bekerja membantu pulihnya kelainan klinis dan laboratorium. Hal ini menyebabkan banyak penderita yang mencoba berbagai pengobatan alternatif dengan tumbuhan obat asli Indonesia. Berbagai ragam tanaman obat asli Indonesia yang sudah populer antara lain mahkota dewa, yang banyak menyembuhkan berbagai penyakit; kayu lawang yang terkenal dengan minyak lawangnya; dan terdapat juga temulawak, wortel, dan teh hijau yang digunakan untuk mengatasi penyakit hepatitis ini (I Made Budi dan Fendi R. Paimin, 2005).

Salah satu tumbuhan obat asli Indonesia yaitu buah merah, yang hampir tersebar di hampir seluruh wilayah Papua. Buah merah ini menjadi populer karena kemampuannya mengobati berbagai jenis penyakit berbahaya, seperti tumor atau kanker (I Made Budi dan Fendi R. Paimin, 2005).

Buah merah mengandung zat gizi bermanfaat dalam kadar yang tinggi, yaitu betakaroten, tokoferol, asam foleat, asam linoleat, asam linolenat, dan dekanoat. Betakaroten dan tokoferol dikenal sebagai senyawa antioksidan yang ampuh yang diyakini dapat mengobati berbagai penyakit (I Made Budi dan Fendi R. Paimin, 2005).

Berdasarkan asumsi bahwa ekstrak buah merah mengandung senyawa-senyawa yang mempunyai efek perlindungan terhadap sel yang mengalami


(19)

nekrosis akibat pada paparan CCl4, maka peneliti bermaksud untuk mengetahui efek perlindungannya terhadap nekrosis hepatosit dan pengaruhnya terhadap produksi bilirubin oleh hepar.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang di atas, maka identifikasi masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut

Apakah ekstrak buah merah dapat mengurangi terjadinya kerusakan pada hepar setelah pemaparan CCl4 dengan parameter kadar bilirubin.

1.3Maksud dan Tujuan

Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui efek hepatoprotektif ekstrak buah merah dengan parameter penurunan kadar bilirubin

Tujuan penelitian ini adalah untuk menilai efek buah merah terhadap kadar bilirubin yang dihasilkan oleh hepar tikus yang diinduksi oleh CCl4.

1.4Manfaat Karya Tulis Ilmiah 1.4.1 Manfaat akademis

Untuk memperluas wawasan pengetahuan tentang tanaman obat asli Indonesia khususnya buah merah sebagai hepatoprotektor

1.4.2 Manfaat praktis

Untuk mengetahui pengaruh ekstrak buah merah terhadap kadar bilirubin yang dihasilkan oleh hepar tikus yang diinduksi oleh CCl4.


(20)

4

1.5Kerangka Pemikiran dan Hipotesis 1.5.1 Kerangka pemikiran

Hepar berfungsi sebagai alat detoksikasi terhadap berbagai bahan yang dicerna oleh usus termasuk obat-obatan dan bahan toksis lainnya. Penumpukan bahan-bahan ini dalam parenkim hepar dapat merusak hepatosit dan menimbulkan manifestasi klinis seperti ikterus (Gani W. Tambunan, 1994).

Ikterus merupakan salah satu tanda bahwa terdapat gangguan pada hepar, dan secara klinik akan terlihat kulit dan mukosa penderita berwarna kuning, yang disebabkan oleh penimbunan bilirubin yang berlebihan dalam serum. Bila kadar bilirubin dalam serum lebih dari 1,5 mg/100cc, maka pada jaringan elastik kulit dan membran mukosa mulai terdapat penimbunan bilirubin, dan akan terlihat kekuning-kuningan. Ikterus hepatik timbul karena kerusakan sel parenkim hepar. Penyebab kerusakan parenkim hepar tersebut antara lain hepatitis, sirosis hepar, tumor, keracunan hepar, baik karena pemakaian obat-obatan ataupun karena bahan toksik lainnya (Gani W. Tambunan, 1994).

Salah satu bahan toksik yang menyebabkan terjadinya gangguan hepar adalah CCl4. Gangguan pada hepar terjadi melalui proses oksidasi dan dampak yang terjadi tidak secara langsung disebabkan oleh CCl4 melainkan oleh CCl3 (triklorkarbon radikal) suatu metabolit toksik reaktif, yang merupakan hasil biotransformasi CCl4 yang dikatalisis oleh enzim cytochrome P-450 dependent monooxygenase. Sitokrom P-450 adalah suatu enzim oksidase yang berperan pada metabolism obat-obatan dalam hepar, yang dapat menghasilkan metabolit reaktif oksigen maupun metabolit rektif toksik yang berlebihan. Radikal bebas ini akan mengakibatkan peroksidase dari lipid dalam retikulum endoplasma, hal ini akan mengakibatkan kerusakan pada struktur dan fungsi membran dan jika jumlah CCl4 yang telah dikonsumsi telah cukup akan mengakibatkan Ca2+ intraselular meningkat yang akan mengakibatkan nekrosis sel. (goodman & Gillman, 1996)


(21)

Untuk melindungi hepar dari faktor-faktor yang dapat merusaknya maka dibutuhkan suatu substansi yang dapat berperan sebagai hepatoprotektor. Buah merah yang berasal dari Papua dengan nama ilmiah Pandanus Conoideus Lam. mengandung banyak antioksidan antara lain karoten, betakaroten, dan tokoferol. Selain itu terdapat pula beberapa zat yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh antara lain asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dekanoat, omega 3, dan omega 9 yang dapat menangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh (Anonim 2, 2008).

Antioksidan dapat didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat mencegah atau menghambat reaksi oksidatif sehingga kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas terhadap sel, jaringan, atau organ dapat dicegah atau diperbaiki. Peran antioksidan ini sangat penting untuk melindungi tubuh terhadap bahaya radikal bebas, derivat oksigen, dan nitrogen aktif dengan mengubah senyawa tersebut menjadi senyawa tidak aktif (Hafiz Soewoto, 2001).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka diprediksi, buah merah yang kaya akan antioksidan dapat berperan dalam mencegah kerusakan sel-sel hepar sehingga dapat menurunkan kadar bilirubin pada tikus yang diinduksi CCl4.

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Ektrak buah merah memiliki efek hepatoprotektor dengan parameter penurunan kadar bilirubin darah tikus yang diinduksi oleh CC l4.

1.6 Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah prospektif ekperimental sungguhan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang diukur adalah kadar bilirubin darah tikus. Uji analisis dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Varian (ANAVA) satu arah melalui bantuan perangkat lunak komputer, kemudian dilanjutkan dengan uji yang sesuai dengan α = 0,05.


(22)

6

Pada penelitian ini dilakukan uji pemberian ekstrak buah merah pada tikus jantan untuk melihat efeknya terhadap kadar bilirubin hepar yang diinduksi CCl4.

1.7 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Pusat Penelitian Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dengan waktu penelitian dimulai pada bulan Desember 2008 hingga Oktober 2009.


(23)

44

5.1 Kesimpulan

Ekstrak buah merah dengan dosis 0,5 mL dan 1 mL dapat menurunkan kadar bilirubin plasma darah tikus yang diinduksi CCl4.

Kesimpulan tambahan

Pemberian ekstrak buah merah dosis 0,5 mL dan 1 mL dalam menurunkan kadar bilirubin plasma darah memiliki potensi yang sama dengan pemberian sediaan yang mengandung lechitin sehingga kedua dosis ekstrak buah merah tersebut dapat digunakan sebagai hepatoprotektor. Namun pada pemberian ekstrak buah merah dosis 2 mL tidak dapat digunakan sebagai hepatoprotektor karena bersifat hapatotoksik.

5.2 Saran

Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian ekstrak buah merah dalam menurunkan kadar bilirubin plasma darah pada hewan coba lain yang diinduksi CCl4.

Dilakukan penelitian lanjutan mengenai uji klinis ekstrak buah merah kepada penderita hepatitis atau gangguan fungsi hepar lain.


(24)

45

DAFTAR PUSTAKA

Anonim1. 2007. Penyakit Hepatitis. http:// www.penyakithepatitis.com. 18 Desember 2008

Anonim2. 2008. Buah merah. http://www.wikipedia.com. 18 Desember 2008. Anonim3. 2009. Hepatoprotektor. http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=760, 12Oktober 2009.

Anonim4. 2007. http://www.buahmerah.com. 18 Desember 2008.

Anonim5. 2006. http://diaglab.vet.cornell.edu/clinpath/modules/chem/TBILI.HTM 10 Oktober 2009

Bambang Setiawan, Eko Suhartono. 2005. Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada Diabetes Melitus. http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl &smod =mki&sp=public&key=MTItMTQ=. August 2nd, 2009.

Bruneton, Jean. 1999. Pharmacognosy phytochemistry medical plants. 2nd edition. Paris: Lavoisier Publishing.

Czaja, Mrek J. 1997. Role of Kupffer Cells and Cytokines in The Pathogenesis of Toxin-Induced and Reperfusion Injury. J Hepatol : 11-218

De fouw, J. 1999. Carbon tetrachloride. International programme on chemical safety. WHO. http://www.inchem.org. 18 Desember 2008.

Daniel S Wibowo. 2005. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: PT Grasindo. Di Fiore, Mariano S. H. 1996. Atlas Histologi Manusia. edisi 6. Jakarta : EGC Drake R.L., Volg W., Mitchell A.W.M. 2005. Gray’s anatomy for students. Internasional edition. Spain: Elsevier.

Eroschenko, Victor P. 2003. Atlas Histologi Di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: EGC H.216-219.


(25)

Hafiz Soewoto, Dr., Sp.BK. 2001. Antioksidan eksogen sebagai lini pertahanan kedua dalam menanggulangi peran radikal bebas. Dalam: Kursus Penyegar dan Pelatihan 2001 Radikal Bebas dan Antioksidan. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Gani W. Tambunan. 1994. Patologi gastroenterologi. Jakarta: EGC. h. 146-8.

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2001. Color textbook of histology. Philadelphia: WB Saunders Company. p. 348-9.

Ganong W. F. 2003. Fungsi Endokrin pancreas dan pengaturan metabolisme karbohidrat. Dalam : Buku ajar fisiologi kedokteran. edisi 20. Jakarta : EGC. H. 482 – 485

Guyton & Hall. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. Hedi R. Dewoto, S. Wardhini B.P. 2005. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru.

Hernani, Mono Rahardjo. 2005. Tanaman berkhasiat antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ida Bagus Oka Winaya, I Nyoman Suarsana. 2005. Perubahan Morfologik Hati dan

ginjal yang diinduksi karbontetraklorida (CCl4).

http://www.jvetunud.com/?p=99., 10 November 2008

Junqueira L.C., Carneiro J. 2005. Basic histology. 11th edition. United States of America: Mc Graw Hill Companies.

Johnson I.T. 2000. Antioxidants and Antitumour Properties. In: Pokorny J., Yanishlieva N., Gordon M. Antioxidants in Food. Cambridge: Woodhead Publishing Limited

Martini F.H. 2004. Fundamentals of anatomy and physiology. 6th edition. San Fransisco: Benjamin Cummings. p.902-906.

Rifai Amirudin. 2007. Fisiologi dan biokimia hati. Dalam Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati.: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.


(26)

47

Robbins, Stainley L., Kumar V., Cotran Ramzi S. 1989. Robbins pathologis basic of

disease. 4th ed. Philadelphia: W.B. Sauders Company.

Sartono. 2002. Racun dan keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Sherlock S. 1995. Penyakit hati dan sistem saluran empedu. Alih bahasa Petrus Andrianto. Jakarta: Widya Medika.

Sulistyowati Tuminah. 2000. Radikal Bebas. Cermin Dunia Kedokteran no 128:49 Sunita Almatsier. 2005. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sujono Hadi. 2002. Gastroenterologi. Edisi 7. Bandung: Alumni.

Syafruddin A.R. Lelosutan. 2008. Peranan hepatoprotektor pada penyakit hati kronik.


(1)

5

Untuk melindungi hepar dari faktor-faktor yang dapat merusaknya maka dibutuhkan suatu substansi yang dapat berperan sebagai hepatoprotektor. Buah merah yang berasal dari Papua dengan nama ilmiah Pandanus Conoideus Lam. mengandung banyak antioksidan antara lain karoten, betakaroten, dan tokoferol. Selain itu terdapat pula beberapa zat yang membantu meningkatkan daya tahan tubuh antara lain asam oleat, asam linoleat, asam linolenat, dekanoat, omega 3, dan omega 9 yang dapat menangkal terbentuknya radikal bebas dalam tubuh (Anonim 2, 2008).

Antioksidan dapat didefinisikan sebagai suatu senyawa yang dapat mencegah atau menghambat reaksi oksidatif sehingga kerusakan yang diakibatkan oleh radikal bebas terhadap sel, jaringan, atau organ dapat dicegah atau diperbaiki. Peran antioksidan ini sangat penting untuk melindungi tubuh terhadap bahaya radikal bebas, derivat oksigen, dan nitrogen aktif dengan mengubah senyawa tersebut menjadi senyawa tidak aktif (Hafiz Soewoto, 2001).

Berdasarkan hal tersebut di atas maka diprediksi, buah merah yang kaya akan antioksidan dapat berperan dalam mencegah kerusakan sel-sel hepar sehingga dapat menurunkan kadar bilirubin pada tikus yang diinduksi CCl4.

1.5.2 Hipotesis Penelitian

Ektrak buah merah memiliki efek hepatoprotektor dengan parameter penurunan kadar bilirubin darah tikus yang diinduksi oleh CC l4.

1.6 Metode Penelitian

Desain penelitian ini adalah prospektif ekperimental sungguhan dengan menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), bersifat komparatif. Data yang diukur adalah kadar bilirubin darah tikus. Uji analisis dilakukan dengan menggunakan metode Analisis Varian (ANAVA) satu arah melalui bantuan perangkat lunak komputer, kemudian dilanjutkan dengan uji yang sesuai dengan α = 0,05.


(2)

Pada penelitian ini dilakukan uji pemberian ekstrak buah merah pada tikus jantan untuk melihat efeknya terhadap kadar bilirubin hepar yang diinduksi CCl4.

1.7 Lokasi dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di Pusat Penelitian Ilmu Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dan Laboratorium Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Maranatha dengan waktu penelitian dimulai pada bulan Desember 2008 hingga Oktober 2009.


(3)

44

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Ekstrak buah merah dengan dosis 0,5 mL dan 1 mL dapat menurunkan kadar bilirubin plasma darah tikus yang diinduksi CCl4.

Kesimpulan tambahan

Pemberian ekstrak buah merah dosis 0,5 mL dan 1 mL dalam menurunkan kadar bilirubin plasma darah memiliki potensi yang sama dengan pemberian sediaan yang mengandung lechitin sehingga kedua dosis ekstrak buah merah tersebut dapat digunakan sebagai hepatoprotektor. Namun pada pemberian ekstrak buah merah dosis 2 mL tidak dapat digunakan sebagai hepatoprotektor karena bersifat hapatotoksik.

5.2 Saran

Dilakukan penelitian lebih lanjut tentang pemberian ekstrak buah merah dalam menurunkan kadar bilirubin plasma darah pada hewan coba lain yang diinduksi CCl4.

Dilakukan penelitian lanjutan mengenai uji klinis ekstrak buah merah kepada penderita hepatitis atau gangguan fungsi hepar lain.


(4)

45

Anonim1. 2007. Penyakit Hepatitis. http:// www.penyakithepatitis.com. 18 Desember 2008

Anonim2. 2008. Buah merah. http://www.wikipedia.com. 18 Desember 2008. Anonim3. 2009. Hepatoprotektor. http://spiritia.or.id/li/bacali.php?lino=760, 12Oktober 2009.

Anonim4. 2007. http://www.buahmerah.com. 18 Desember 2008.

Anonim5. 2006. http://diaglab.vet.cornell.edu/clinpath/modules/chem/TBILI.HTM 10 Oktober 2009

Bambang Setiawan, Eko Suhartono. 2005. Stres Oksidatif dan Peran Antioksidan pada Diabetes Melitus. http://mki.idionline.org/index.php?uPage=mki.mki_dl &smod =mki&sp=public&key=MTItMTQ=. August 2nd, 2009.

Bruneton, Jean. 1999. Pharmacognosy phytochemistry medical plants. 2nd edition. Paris: Lavoisier Publishing.

Czaja, Mrek J. 1997. Role of Kupffer Cells and Cytokines in The Pathogenesis of Toxin-Induced and Reperfusion Injury. J Hepatol : 11-218

De fouw, J. 1999. Carbon tetrachloride. International programme on chemical safety. WHO. http://www.inchem.org. 18 Desember 2008.

Daniel S Wibowo. 2005. Anatomi tubuh manusia. Jakarta: PT Grasindo. Di Fiore, Mariano S. H. 1996. Atlas Histologi Manusia. edisi 6. Jakarta : EGC Drake R.L., Volg W., Mitchell A.W.M. 2005. Gray’s anatomy for students. Internasional edition. Spain: Elsevier.

Eroschenko, Victor P. 2003. Atlas Histologi Di Fiore dengan Korelasi Fungsional. Jakarta: EGC H.216-219.


(5)

46

Hafiz Soewoto, Dr., Sp.BK. 2001. Antioksidan eksogen sebagai lini pertahanan kedua dalam menanggulangi peran radikal bebas. Dalam: Kursus Penyegar dan Pelatihan 2001 Radikal Bebas dan Antioksidan. Jakarta: Fakultas Kedokteran UI.

Gani W. Tambunan. 1994. Patologi gastroenterologi. Jakarta: EGC. h. 146-8.

Gartner L.P., Hiatt J.L. 2001. Color textbook of histology. Philadelphia: WB Saunders Company. p. 348-9.

Ganong W. F. 2003. Fungsi Endokrin pancreas dan pengaturan metabolisme karbohidrat. Dalam : Buku ajar fisiologi kedokteran. edisi 20. Jakarta : EGC. H. 482 – 485

Guyton & Hall. 1997. Buku ajar fisiologi kedokteran. Edisi 9. Jakarta: EGC. Hedi R. Dewoto, S. Wardhini B.P. 2005. Farmakologi dan terapi. Edisi 4. Jakarta: Gaya Baru.

Hernani, Mono Rahardjo. 2005. Tanaman berkhasiat antioksidan. Jakarta: Penebar Swadaya.

Ida Bagus Oka Winaya, I Nyoman Suarsana. 2005. Perubahan Morfologik Hati dan ginjal yang diinduksi karbontetraklorida (CCl4).

http://www.jvetunud.com/?p=99., 10 November 2008

Junqueira L.C., Carneiro J. 2005. Basic histology. 11th edition. United States of America: Mc Graw Hill Companies.

Johnson I.T. 2000. Antioxidants and Antitumour Properties. In: Pokorny J., Yanishlieva N., Gordon M. Antioxidants in Food. Cambridge: Woodhead Publishing Limited

Martini F.H. 2004. Fundamentals of anatomy and physiology. 6th edition. San Fransisco: Benjamin Cummings. p.902-906.

Rifai Amirudin. 2007. Fisiologi dan biokimia hati. Dalam Aru W. Sudoyo, Bambang Setiyohadi, Idrus Alwi, Marcellus Simadibrata K., Siti Setiati.: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Edisi 4. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FK UI.


(6)

Robbins, Stainley L., Kumar V., Cotran Ramzi S. 1989. Robbins pathologis basic of disease. 4th ed. Philadelphia: W.B. Sauders Company.

Sartono. 2002. Racun dan keracunan. Jakarta: Widya Medika.

Sherlock S. 1995. Penyakit hati dan sistem saluran empedu. Alih bahasa Petrus Andrianto. Jakarta: Widya Medika.

Sulistyowati Tuminah. 2000. Radikal Bebas. Cermin Dunia Kedokteran no 128:49

Sunita Almatsier. 2005. Prinsip dasar ilmu gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Sujono Hadi. 2002. Gastroenterologi. Edisi 7. Bandung: Alumni.

Syafruddin A.R. Lelosutan. 2008. Peranan hepatoprotektor pada penyakit hati kronik.


Dokumen yang terkait

AKTIVITAS HIPOGLIKEMIK EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus Lam.) PADA TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus L.) DIABETES

1 20 6

PENGARUH EKSTRAK BUAH MERAH (PANDANUS CONOIDEUS L) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH

0 2 2

PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus Perbandingan Efek Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus L) Dengan Obat Anti Hiperglikemik Oral Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus) Diabe

0 1 13

PENDAHULUAN Perbandingan Efek Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus L) Dengan Obat Anti Hiperglikemik Oral Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus) Diabetik Yang Diinduksi Oleh Aloksan.

0 2 5

DAFTAR PUSTAKA Perbandingan Efek Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus L) Dengan Obat Anti Hiperglikemik Oral Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus) Diabetik Yang Diinduksi Oleh Aloksan.

0 2 4

PERBANDINGAN EFEK PEMBERIAN MINYAK BUAH MERAH (Pandanus Perbandingan Efek Pemberian Minyak Buah Merah (Pandanus Conoideus L) Dengan Obat Anti Hiperglikemik Oral Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Tikus Putih Jantan Galur Wistar (Rattus Norvegicus) Diabe

0 1 16

Pengaruh Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Dalam Mengurangi Nekrosis Hepatosit Tikus Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus L.) Yang diinduksi CCl4.

0 0 28

Pengaruh Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Penurunan Kadar SGOT Hepar Tikus Jantan Galur Wistar (Rattus norvegicus L.) Yang Diinduksi CCl4.

0 0 24

Pengaruh Ekstrak Buah Merah (Pandanus conoideus Lam.) Terhadap Jaringan Usus Mencit Jantan Galur DDY Yang Diinduksi Colitis Dengan DSS.

0 0 36

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH MERAH (Pandanus conoideus) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH (Rattus norvegicus) DIABETIK

0 0 6