Studi Deskriptif Mengenai Schwartz Value Pada Mahasiswa/i Dengan Latar Belakang Budaya Sunda di Universitas "X" Bandung.

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran value Schwartz pada mahsiswa/i Universitas “x” Bandung dengan latar belakang Suku Sunda. Sampel penelitian ini adalah 203 orang mahasiswa/i Universitas “x” Bandung dengan latar belakang Suku Sunda dengan usia antara 18-22 tahun.

Teori yang digunakan adalah value dari Schwartz (1990). Value pada penelitian ini terdiri atas 10 tipe value, yaitu value self-direction, stimulation, hedonism, achievement, power, tradition, conformity, security, benevolence dan universalism.

Alat ukur yang digunakan adalah Portrait Value Quetionnaire (PVQ) yang dikembangkan oleh Schwartz (1992). Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik survei. Sementara data yang didapat berskala ordinal dan diolah dengan menggunakan Smallest Analysis Package (HUDAP) dan SPSS versi 11.5.

Berdasarkan pengolahan data, didapatkan hierarchy, content, dan structure value. Pada content teridentifikasi sepuluh tipe value Schwartz pada regionnya masing-masing. Pada structure teridentifikasi hubungan compatibilities sesuai dengan teori Schwartz, sementara hubungan conflict tidak teridentifikasi. Hierarchy value pada penelitian ini adalah conformity, security, self-direction, benevolence, universalism, tradition, stimulation, hedonism, achievement, dan power. Terdapat perbedaan jenis kelamin, usia, status pendidikan, dan bahasa yang digunakan di lingkungan kampus yang akan mempengaruhi value Schwartz.

Saran bagi penelitian selanjutnya adalah melakukan penelitian value Schwartz pada mahasiswa/i yang berlatar belakang suku-suku lain di Indonesia.

Universitas Kristen Maranatha iii


(2)

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Judul ... i

Lembar Pengesahan ...ii

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI... v

BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Masalah... 1

1. 2. Identifikasi Masalah... 10

1. 3. Maksud dan Tujuan Penelitian... 10

1. 4. Kegunaan Penelitian ... 11

1. 5. Kerangka Pikir ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 24

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. 1. Rancangan Penelitian... 58

3. 2. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional... 58

3. 2. 1. Variabel Penelitiaan ... 58

3. 2. 2 Definisi Operasional ... 59

3. 3. Alat Ukur ... 61

3. 3. 1. Kuesioner ... 61

3. 3. 2. Prosedur Pengisian... 62

3. 3. 3. Data Penunjang ... 63

Universitas Kristen Maranatha iii


(3)

3. 3. 4. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 63

3. 3. 4. 1. Validitas ... 63

3. 3. 4. 2. Reliabilitas ... 64

3. 3. 5. Populasi Target dan Teknik Penarikan Sampel ... 65

3. 3. 5. 1. Populasi Target ... 65

3. 3. 5. 2 Kareakteristik Populasi ... 65

3. 3. 5. 3 Teknik Penarikan Sampel ... 65

3. 3. 5. 4 Ukuran Sampel... 65

3. 4. Teknik Analisis ... 65

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Responden ... 76

4.2. Hasil Penelitian ... 78

4.3. Gambaran Hasil Penelitian ... 78

4.4. Pembahasan ... 82

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan ... 101

5.2. Saran ... 102

Universitas Kristen Maranatha iv


(4)

DAFTAR BAGAN DAN TABEL Daftar Bagan

Bagan 1.1 Kerangka Pikir

Bagan 2.1 Struktur Value

Bagan 2.2 Transmission Value

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian

Daftar tabel

3.2 Kisi-kisi Alat ukur

3.3 Validitas Alat Ukur

3.4 Reliabilitas Alat Ukur

4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin

4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia

4.3 Distribusi frekuensi Berdasarkan Suku Ayah dan Ibu

4.4 Distribusi Berdasarkan Agama

4.5 Rata-rata dan Standar Deviasi Pada Setiap Value

4.6 Penyebaran Item Value

4.7 Korelasi Antar Tipe Value

Universitas Kristen Maranatha iii


(5)

Pernyataan –pernyataan yang ada dalam kuesioner, mewakili 10 tipe values dengan rincian sebagai berikut :

No Tipe Value NO Item

Pernyataan

1 Self-direction

(4 item)

1 Memikirkan ide-ide baru dan menjadi kreatif

merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya

senang melakukan sesuatu dengan cara saya sendiri

yang orisinil.

11 Mengambil keputusan-keputusan sendiri mengenai

apa yang saya lakukan merupakan sesuatu yang

penting bagi saya. Saya senang bebas untuk

merencanakan dan memilih kegiatan-kegiatan untuk

diri saya sendiri.

22 Barang-barang dalam keadaan teratur dan bersih

merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya

benar-benar tidak senang barang-barang berada

dalam keadaan berantakan.

34 Mandiri merupakan sesuatu yang penting bagi saya.

Saya sering mengandalkan diri saya sendiri.

2 Stimulation

(3 item)

6 Melakukan banyak hal yang berbeda dalam hidup

merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya


(6)

15 Saya senang mengambil resiko. Saya selalu mencari

petualangan-petualangan.

30 Saya menyukai kejutan-kejutan. Memiliki hidup yang

menggairahkan merupakan sesuatu yang penting bagi

saya.

3 Hedonism

(3 item)

10 Saya mencari setiap kesempatan untuk

bersenang-senang. Melakukan sesuatu yang memberikan

kesenangan bagi saya merupakan sesuatu yang

penting bagi saya

26 Menikmati kesenangan-kesenangan hidup merupakan

sesuatu yang penting bagi saya. Saya suka untuk

memanjakan diri saya.

37 Saya benar-benar ingin menikmati hidup

bersenang-senang merupakan sesuatu yang penting bagi saya.

4 Achievement

(4 item)

4 Menunjukan kemampuan yang saya miliki

merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya

ingin orang-orang mengagumi apa yang saya lakukan.

13 Menjadi sangat berhasil merupakan sesuatu yang

penting bagi saya. Saya senang membuat orang lain

terkesan pada saya

24 Berambisi adalah sesuatu yang penting bagi saya.

Saya ingin menunjukan betapa mampunya saya.


(7)

(3 item) saya. Saya ingin memiliki banyak uang dan

barang-barang yang mahal.

17 Berkuasa dan mengatakan pada orang lain apa yang

mesti mereka lakukan merupakan sesuatu yang

penting bagi saya. Saya ingin orang-orang melakukan

apa yang saya katakana.

39 Saya selalu ingin menjadi orang yang mengambil

keputusan-keputusan. Saya senang menjadi

pemimpin.

6 Security

(5 item)

5 Hidup di lingkungan yang aman merupakan sesuatu

yang penting bagi saya.

14 Keadaan Negara yang aman merupakan sesuatu yang

sangat penting bagi saya. Saya pikir Negara harus

waspada terhadap ancaman-ancaman yang berasal

dari luar maupun dalam.

21 Barang-barang dalam keadaan teratur dan bersih

merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya

benar-benar tidak senang barang-barang berada dalam

keadaan berantakan

31 Saya berusaha keras menghindari sakit. Tetap sehat

merupakan sesuatu yang sangat penting bagi saya.

35 Memiliki pemerintah yang stabil merupakan sesuatu


(8)

pelaksanaan kestabilan masyarakat.

7 Conformity

(4 item)

7 Saya percaya bahwa orang-orang mesti melakukan

apa yang dikatakan kepada mereka. Saya pikir

orang-orang sebaiknya mengikuti aturan setiap saat, bahkan

ketika tidak ada orang yang mengawasi.

16 Selalu berperilaku, sopan merupakan sesuatu yang

penting bagi saya. Saya ingin menghindari melakukan

hal apapun yang dianggap salah salah oleh orang.

28 Saya percaya bahwa saya harus selalu menunjukan

hormat kepada orang tua saya dan orang-orang tua.

Kepatuhan merupakan sesuatu yang penting bagi

saya.

36 Bersikap sopan kepada orang lain setiap saat

merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya

mencoba untuk tidak mengganggu atau

menjengkelkan orang lain.

8 Tradition

(4 item)

9 Saya pikir merupakan sesuatu yang penting untuk

tidak menginginkan lebih daripada yang saya miliki.

Saya percaya bahwa orang-orang harus merasa puas

dengan apa yang mereka miliki.

20 Keyakinan agama adalah sesuatu yang penting bagi

saya. Saya berusaha kuat untuk melakukan


(9)

25 Saya pikir melakukan hal-hal dengan cara traditional

merupakan cara yang terbaik. Melakukan

kebiasaan-kebiasaan yang sudah saya pelajari merupakan

sesuatu yang penting bagi saya.

38 Rendah hati dan bersahaja merupakan sesuatu yang

penting bagi saya. Saya mencoba untuk tidak menarik

perhatian orang lain pada diri saya.

9 Benevolence

(4 item)

12 Menolong orang-orang disekitar saya merupakan

sesuatu yang penting bagi saya. Saya ingin

mengabdikan diri saya kepada orang-orang yang

dekat dengan saya.

18 Setia kepada teman-teman saya merupakan sesuatu

yang penting bagi saya. Saya ingin mengabdikan diri

saya kepada orang-orang yang dekat dengan saya.

27 Memberikan suatu respon terhadap

kebutuhan-kebutuhan orang lain merupakan sesuatu yang

penting bagi saya. Saya mencoba untuk mendukung

mereka yang saya kenal.

33 Memaafkan orang-orang yang telah menyakiti saya

merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya

mencoba melihat sisi baik mereka dan tidak

menyimpan dendam.


(10)

(6 item) orang di dunia diperlakukan sederajat. Saya percaya

bahwa setiap orang mesti mendapatkan kesempatan

yang sama dalam hidup.

8 Mendengarkan orang-orang yang berbeda dengan

saya adalah sesuatu yang penting bagi saya. Bahkan

ketika saya tidak sependapat dengan mereka saya

tetap ingin memahami mereka.

19 Saya berkeyakinan kuat bahwa orang-orang mesti

menjaga alam. Merawat lingkungan hidup merupakan

sesuatu yang penting bagi saya.

23 Saya percaya bahwa semua penduduk dunia harus

hidup harmonis. Meningkatkan kedamaian diantara

semua kelompok di dunia merupakan sesuatu yang

penting bagi saya.

29 Saya ingin semua orang diperlakukan secara adil,

bahkan orang-orang yang tidak saya kenal.

Melindungi anggota masyarakat yang lemah

merupakan sesuatu yang penting bagi saya.

40 Beradaptasi dan mencocokan diri dengan alam

merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya

percaya bahwa orang-orang tidak boleh mengubah

alam.


(11)

Kata Pengantar

Saya mahasiswi Fakultas psikologi Universitas Kristen Maranatha yang

bermaksud untuk melakukan penelitian terhadap mahasiswa/i dengan latar

belakang budaya Sunda di Universitas “X” Bandung. Penelitian ini ditunjukan

dalam rangka memenuhi syarat tugah akhir.

Agar penelitian ini dapat terlaksana, saya mengharapkan kesediaan

bantuan dari mahasiswa/i dengan latar belakang budaya Sunda di Universitas “X”

Bandung untuk meluangkan waktu mengisi angket ini. Data yang diberikan sangat

bermanfaat bagi perkembangan dan penerapan ilmu pengetahuan. Oleh karenanya

saya sangat mengharapkan agar kiranya angket ini dapat diisi dengan

sebaik-baiknya, sesuai dengan kenyataan yang ada dan dengan sejujurnya, sehingga

dapat diperoleh data yang objektif. Untuk itu saya akan merahasiakannya

data-data pribadi saudara/saudari.

Partisipasi saudara/saudari sangat saya harapkan. Atas kesediaan dan

bantuan yang diberikan saya ucapkan terima kasih.


(12)

DATA PRIBADI

1. Nama ( Inisial ) :

2. Usia :

3. Jenis Kelamin : 4. Suku Bangsa

Ayah :

Ibu :

5. Agama :

6. Pendidikan :

Untuk pertanyaan dibawah ini, Saudara diharapkan memilih jawaban yang sesuai dengan diri Saudara. Berilah tanda silang (X) pada pilihan jawaban yang Saudara rasakan sesuai dengan diri Saudara. Selamat mengerjakan :

1. Sebagai orang keturunan Sunda saya memandang diri saya : a. masih memegang kuat tradisi Sunda

b. Tradisi yang saya pegang sudah berbaur dengan budaya lain 2. Menurut saya, orang tua saya :

a. masih memegang kuat tradisi Sunda

b. Tradisi yang orang tua saya pegang, sudah berbaur dengan budaya lain

3. Saat berkomunikasi, orang tua saya :

a. Selalu menggunakan bahasa Sunda b. Sering menggunakan bahasa Sunda c. Jarang menggunakan bahasa Sunda d. Tidak pernah menggunakan bahasa Sunda

4. Sejak kecil nilai budaya yang ditanamkan oleh orang tua saya adalah : a. Budaya Sunda

b. Budaya Indonesia


(13)

5. Kebanyakan teman akrab saya berasal dari : a. Budaya Sunda

b. Budaya lain

6. Adakah pengaruh teman akrab terhadap tradisi atau budaya Sunda yang saya anut

a. Ada b. Tidak

c. Jika ada, bentuknya adalah………

7. Apakah lingkungan akademis saya mempengaruhi tradisi atau budaya Sunda yang saya anut :

a. Ada b. Tidak

c. Jika ada bentuknya adalah……… 8. Bahasa sehari-hari saya :

- Di rumah/kost, Saya menggunakan bahasa : a. Sunda

b. Indonesia c. jawa d…………..

- Di kampus, Saya menggunakan bahasa : a. Sunda

b. Indonesia c. jawa d…………..

- Di lingkungan rumah/kost orang-orang biasanya menggunakan bahasa: a. Sunda

b. Indonesia c. jawa d…………..


(14)

9. Apakah media massa mempengaruhi pengetahuan saya mengenai kebudayaan Sunda :

a. Iya b. Tidak

10. Dalam pergaulan saya

a. Mempertahankan budaya Sunda dan mengabaikan budaya lain disekitar saya

b. Menyesuaikan budaya Sunda dengan budaya lain di sekitar saya c. Menggabungkan budaya Sunda dengan budaya lain di sekitar saya d. Mengabaikan budaya Sunda dengan budaya lain di sekitar saya e. Tidak menjalankan budaya Sunda dengan budaya lain di sekitar

saya

11. Sebagian besar keluarga saya tinggal di kota Bandung ? a. Iya

b. Tidak

12. Apakah kota Bandung merupakan kota kelahiran saya ? a. Iya

b. Tidak

13. Orang yang paling banyak mempengaruhi pikiran, perasaan dan tindakan saya adalah ?

a. Orang tua b. Dosen

c. Teman sebaya yang berasal dari kebudayaan Sunda d. Teman sebaya yang tidak berasal dari kebudayaan Sunda 14. Saya rutin mengikuti berita di media cetak/elektronik tertentu?

a. Iya, berita apa : b. Tidak


(15)

15. Pengaruh mengikuti berita di media cetak/elektronik terhadap nilai-nilai tradisi budaya Sunda pada diri saya?

a. Memperkuat b. Memperlemah c. Tidak berpengaruh

16. Bagaimana pengaruh nilai-nilai agama yang saya anut terhadap nilai tradisi budaya Sunda ?

a. memperkuat b. Memperlemah c. Tidak berpengaruh


(16)

Potrait Value Questionnaire

Dibawah ini digambarkan mengenai diri seseorang. Bacalah gambaran tersebut sebaik-baiknya. Lalu tentukan sejauh mana gambaran ini mirip atau tidak mirip dengan anda. Berilah tanda (X) pada kotak yang anda pilih.

No Pernyataan Sangat

mirip saya

Mirip saya

Lebih kurang mirip saya

Sedikit mirip saya

Tidak mirip saya

Sangat tidak mirip saya

1 Memikirkan ide-ide baru dan menjadi kreatif sangat penting bagi dia. Dia menyukai mengerjakan sesuatu menurut caranya sendiri yang original. 2 Kekayaan merupakan sesuatu yang

penting baginya. Dia menginginkan memiliki banyak uang dan barang-barang yang mahal

3 Dia berpendapat bahwa penting setiap orang di dunia ini diperlukan secara


(17)

sama. Dia ingin bersikap adil terhadap setiap orang, bahkan orang yang tidak dikenalnya sekalipun

4 Penting baginya untuk

memperlihatkan kemampuannya. Dia ingin orang mengaguminya karena apa yang dikerjakannya

5 Penting baginya untuk hidup dalam suatu lingkungan yang aman. Dia menghindari segala sesuatu yang dapat membahayakan keselamatannya


(18)

No Pernyataan Sangat mirip saya

Mirip saya

Lebih kurang mirip saya

Sedikit mirip saya

Tidak mirip saya

Sangat tidak mirip saya

6 Dia berpandangan bahwa mengerjakan berbagai hal yang berbeda dalam hidupnya ini sesuatu yang penting. Dia selalu berusaha mencari sesuatu yang baru untuk dilakukan

7 Dia percaya bahwa sebaiknya mengerjakan apa yang diperintahkan kepadanya. Dia berpandangan orang seyogyanya taat pada peraturan sepanjang waktu, meskipun tak ada yang mengawasinya

8 Penting baginya untuk mendengarkan orang yang berbeda dengan dirinya. Meskipun dia tak setuju dengan mereka, dia tetap ingin mengerti mereka


(19)

9 Dia berpandangan, penting untuk tidak mengharapkan lebih dari apa yang dimilikinya. Dia percaya bahwa orang seharusnya puas dengan apa yang dimilikinya

10 Dia mencari kesempatan yang memungkinkan untuk bersenang-senang. Penting baginya untuk mengerjakan sesuatu yang memberikan kegembiraan


(20)

No Pernyataan Sangat mirip saya

Mirip saya

Lebih kurang mirip saya

Sedikit mirip saya

Tidak mirip saya

Sangat tidak mirip saya

11 Adalah penting baginya untuk memutuskan sendiri apa yang dilakukannya. Dia suka kebebasan untuk merencanakan dan memilih aktivitas-aktivitas bagi dirinya sendiri 12 Dia beranggapan penting baginya

untuk menolong orang-orang disekitar dia. Dia ingin memperhatikan keadaan (fisik dan mental) mereka

13 Menjadi orang sukses adalah sesuatu yang penting baginya. Dia ingin tampil mengesankan dimata orang lain 14 Penting baginya bahwa negaranya

aman dari ancaman baik dari dalam maupun dari luar. Dia berpandangan


(21)

bahwa keteraturan sosial seyogyanya diperhatikan dan dijaga

15 Dia menyukai resiko. Dia selalu mencari tantangan

16 Penting baginya untuk berperilaku sopan santun. Dia menghindarkan segala sesuatu yang akan dinilai salah oleh orang lain


(22)

No Pernyataan Sangat mrip

saya

Mirip saya

Lebih kurang

mirip saya

Sedikit mirip

saya

Tidak mirip saya

Sangat tidak mirip saya

17 Penting baginya posisi yang memiliki kewenangan yang dapat memerintah orang lain. Dia ingin orang lain mengerjakan apa yang ingin dikatakannya

18 Penting baginya untuk loyal terhadap temannya. Dia mau mencurahkan perhatiannya kepada orang-orang yang dekat dengannya

19 Dia percaya bahwa orang harus menjaga alam. Menjaga lingkungan adalah sesuatu yang penting baginya 20 Kepercayaan agama merupakan

sesuatu yang penting baginya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk mentaati


(23)

apa yang diharuskan oleh agamanya 21 Dia ingin segala sesuatu teratur dan

rapih. Dia tidak menginginkan segalanya berantakan

22 Dia berpandangan bahwa orang harus memiliki minat pada banyak hal. Dia memiliki rasa ingin ingin tahu, dan ingin mengerti banyak hal


(24)

No Pernyataan Sangat mirip

saya

Mirip saya

Lebih kurang

mirip saya

Sedikit mirip

saya

Tidak mirip saya

Sagat tidak mirip saya

23 Dia percaya bahwa semua orang didunia harus hidup dalam keselarasan. Mempromosikan perdamaian kepada semua kelompok

didunia penting baginya

24 Dia beranggapan penting baginya untuk berambisi. Dia ingin memperlihatkan kapabilitas dan kemampuannya

25 Cara yang paling baik menurutnya dalam mengerjakan sesuatu adalah cara yang sesuai dengan tradisi. Penting baginya untuk mengikuti adat istiadat yang telah diperolehnya


(25)

26 Menikmati hidup adalah sesuatu yang penting. Dia suka memanjakan dirinya 27 Penting baginya untuk merespons

kebutuhan orang lain. Dia berusaha membantu orang yang dikenalnya

28 Kebutuhan merupakan hal yang penting baginya. Dia percaya bahwa dia harus menghormati orang tuanya dan orang lain yang lebih tua


(26)

No Pernyataan Sangat mirip saya

Mirip saya

Lebih kurang mirip saya

Sedikit mirip saya

Tidak mirip saya

Sangat tidak mirip saya

29 Dia menginginkan semua orang diperlakukan dengan adil, termasuk orang yang tidak dikenalnya. Penting baginya untuk melindungi si lemah di masyarakat

30 Dia menyukai kejutan-kejutan dalam hidupnya. Penting baginya untuk memiliki hidup yang menggairahkan dan menggembirakan

31 Dia berusaha sekuat tenaga supaya tak jatuh sakit. Kesehatan adalah sesuatu yang penting baginya

32 Kemajuan dalam hidup merupakan sesuatu yang penting baginya. Dia berusaha sekuat tenaga untuk lebih


(27)

baik dari yang lain

33 Memaafkan orang yang menyalahi dirinya merupakan sesuatu yang penting. Dia berusaha melihat sisi baik mereka dan tidak mendendam 34 Penting baginya untuk menjadi orang

yang idenpendent/ tak tergantung pada orang lain. Dia lebih mengandalkan dirinya sendiri


(28)

No Pernyataan Sangat mirip saya

Mirip saya

Lebih kurang mirip saya

Sedikit mirip saya

Tidak mirip saya

Sangat tidak mirip saya

35 Stabilitas pemerintahan merupakan hal yang penting. Dia gelisah bila tatanan sosial terganggu, sehingga tatanan sosial harus terjaga

36 Dia berpandangan penting untuk bersikap sopan pada orang lain. Dia berusaha untuk tidak mengganggu dan menjengkelkan orang lain

37 Dia benar-benar ingin menikmati hidup. Memiliki waktu untuk bersenang-senang merupakan sesuatu yang penting baginya

38 Penting baginya untuk rendah hati dan sederhana. Dia tidak berusaha menarik perhatian orang kepada


(29)

dirinya

39 Dia selalu menginginkan menjadi orang yang membuat keputusan. Dia suka menjadi seorang pemimpin

40 Menyesuaikan diri dengan alam meruakan suatu hal yang penting dalam hidupnya. Dia percaya bahwa orang harus hidup selaras dengan alam dan seyogyanya tidak boleh mengubah alam.


(30)

Lampiran 4

Hierarchy jenis kelamin laki-laki.

Values N mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 70 19.56

2.67 4.88 1

Stimulation 70 13.50

2.47 4.5 7

Achievement 70 17.94

2.95 4.48 8

Hedonism 70 13.43

3.11 4.47 9

Power 70 1147

3.04 3.82 4

Security 70 24.18

3.41 3.84 2

Conformity 70 19.33

2.49 4.83 3

Tradition 70 18.00

3.00 4.5 7

Benevolence 70 18.82

2.56 4.7 5

universalism 70 27.48

3.56 4.58 6

Hierarchy jenis kelamin permpuan

Values N mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 133 18.55

2.71 4.63 3

Stimulation 133 13.01

2.42 4.33 7

Achievement 133 16.98

3.28 4.25 9

Hedonism 133 12.84

3.37 4.28 8

Power 133 10.51

3.22 3.5 10

Security 133 23.56

3.74 4.71 2

Conformity 133 19.16

2.68 4.79 1

Tradition 133 17.38

2.74 4.34 6

Benevolence 133 18.22

2.51 4.55 5

universalism 133 27.39


(31)

Lampiran 4

Hierarchy berdasarkan pendidikan responden sebagai mahasiswa

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 203 19.5306

2.6069 4.88 2

Stimulation 203 13.4286

2.3274 4.47 7

Achievement 203 17.6122

3.5638 4.40 9

Hedonism 203 13.1837

3.4137 4.39 10

Power 203 10.9380

3.6585 4.64 4

Security 203 24.3469

3.5092 4.86 3

Conformity 203 20.0204

2.4022 5.00 1

Tradition 203 17.7959

2.7308 4.44 8

Benevolence 203 18.3265

2.6723 4.58 5

universalism 203 27.1837


(32)

Lampiran 4

Hierarchy Usia 18

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 26 20.4375

2.16 5.10 3

Stimulation 26 13.4375

2.06 4.48 8

Achievement 26 18.6250

3.26 4.65 6

Hedonism 26 13.2500

3.33 4.42 9

Power 26 11.3125

3.57 3.77 10

Security 26 25.6250

3.69 5.12 1

Conformity 26 20.4375

2.60 5.11 2

Tradition 26 18.8125

2.58 4.70 5

Benevolence 26 18.5000

2.50 4.62 7

universalism 26 28.7500

3.49 4.79 4

Hierarchy Usia 19

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 17 20.4375

2.16 5.11 2

Stimulation 17 13.4375

2.06 4.48 8

Achievement 17 18.6250

3.26 4.65 6

Hedonism 17 13.2500

3.34 4.42 9

Power 17 11.3125

3.57 3.77 10

Security 17 25.6250

3.09 5.12 1

Conformity 17 20.4375

2.60 5.10 3

Tradition 17 18.8125

2.58 4.70 5

Benevolence 17 18.5000

2.50 4.62 7

universalism 17 28.7500


(33)

Lampiran 4

Hierarchy Usia 20

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 49 18.6735

2.6567 4.67 3

Stimulation 49 12.9388

2.2491 4.13 9

Achievement 49 17.1837

3.1403 4.29 8

Hedonism 49 13.4694

3.5830 4.48 6

Power 49 11.2449

3.3760 3.74 10

Security 49 23.6327

3.7843 4.73 2

Conformity 49 19.5510

2.6697 4.88 1

Tradition 49 17.6939

2.7779 4.42 7

Benevolence 49 18.3265

2.6723 4.58 4

universalism 49 27.1837

4.0119 4.53 5

Hierarchy Usia 21

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 49 19.0816

2.6207 4.77 2

Stimulation 49 13.6327

2.5141 4.54 6

Achievement 49 17.6122

2.8123 4.40 8

Hedonism 49 13.9592

2.8865 4.65 4

Power 49 11.0000

2.9083 3.66 10

Security 49 23.7959

3.4519 4.75 3

Conformity 49 19.4694

2.0218 4.86 1

Tradition 49 17.4490

2.7918 4.36 9

Benevolence 49 18.3265

2.6723 4.58 5

universalism 49 27.1837


(34)

Lampiran 4

Hierarchy Usia 22

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 38 18.4889

2.9203 4.62 3

Stimulation 38 13.0444

2.3544 4.34 8

Achievement 38 17.5111

3.4020 4.37 7

Hedonism 38 12.7556

3.2694 4.25 10

Power 38 10.7798

3.0666 4.59 4

Security 38 23.2667

3.6144 4.65 2

Conformity 38 18.7778

2.7294 4.69 1

Tradition 38 17.3778

2.8943 4.34 9

Benevolence 38 18.3556

2.7482 4.58 5

universalism 38 27.1556

4.0506 4.52 6

Hierarchy Usia 23

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 24 20.2500

.5000 5.00 1

Stimulation 24 12.7500

1.5000 4.25 6

Achievement 24 16.5000

4.4347 4.125 7

Hedonism 24 11.7500

5.5000 3.91 9

Power 24 9.7500

4.1130 3.25 10

Security 24 21.7500

2.8723 4.35 4

Conformity 24 16.0000

3.6515 4.00 8

Tradition 24 17.2500

3.3040 4.31 5

Benevolence 24 19.0000

2.5820 4.75 2

universalism 24 26.7500


(35)

Lampiran 4

Hierarchy agama islam

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 192 19.0816

3.08 4.77 2

Stimulation 192 12.9388

2.66 4.31 8

Achievement 192 17.4082

3.08 4.37 7

Hedonism 192 12.8163

3.02 4.27 9

Power 192 10.8367

3.50 3.61 10

Security 192 23.7143

4.08 4.74 3

Conformity 192 19.3061

2.65 4.82 1

Tradition 192 18.0204

2.94 4.50 6

Benevolence 192 18.3245

2.67 4.58 4

universalism 192 27.1837

4.02 4.53 5

Hierarchy agama katolik

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 3 20.0000

1.00 5.00 1

Stimulation 3 12.6667

1.15 4.22 6

Achievement 3 16.0000

2.00 4.00 7

Hedonism 3 13.0000

5.29 4.33 5

Power 3 10.3333

4.16 3.44 9

Security 3 23.0000

1.73 4.60 3

Conformity 3 15.0000

3.00 3.75 8

Tradition 3 19.3333

1.53 4.83 2

Benevolence 3 19.3333

3.05 4.83 2

universalism 3 26.6667


(36)

Lampiran 4

Hierarchy agama Kristen

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 8 18.5000

1.93 4.62 2

Stimulation 8 12.7500

2.71 4.25 9

Achievement 8 17.7500

3.41 4.43 5

Hedonism 8 13.3750

1.99 4.45 4

Power 8 9.0000

3.02 3.00 10

Security 8 21.8750

3.52 4.37 7

Conformity 8 176250

4.10 4.40 6

Tradition 8 17.2500

2.49 4.31 8

Benevolence 8 18.2500

2.54 4.56 3

universalism 8 24.8750


(37)

Lampiran 4

Hierarchy berdasarkan penggunaan bahasa Sunda di kampus

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 31 18.9592

2.8574 4.73 3

Stimulation 31 13.2041

2.5812 4.4 6

Achievement 31 17.3469

2.9449 4.33 9

Hedonism 31 13.0826

3.4631 4.36 8

Power 31 11.4898

2.9659 3.82 10

Security 31 24.1633

3.2683 4.83 1

Conformity 31 19.2449

2.6262 4.81 2

Tradition 31 17.7551

2.7121 4.43 7

Benevolence 31 18.3265

2.6723 4.58 4

universalism 31 27.1837

4.0191 4.53 5

Hierarchy penggunaan bahasa Campuran (B.Indonesia dan Sunda) di masyarakat

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 72 19.0612

2.8314 4.76 4

Stimulation 72 13.2857

2.4238 4.42 9

Achievement 72 17.7347

3.1936 4.43 8

Hedonism 72 13.2449

3.2948 4.41 10

Power 72 11.6122

2.9567 3.87 3

Security 72 24.3265

3.3997 4.86 2

Conformity 72 19.6327

2.8040 4.90 1

Tradition 72 17.8163

2.7739 4.45 7

Benevolence 72 18.3265

2.6723 4.58 5

universalism 72 27.1837


(38)

Lampiran 4

Hierarchy berdasarkan penggunaan bahasa Indonesia di kampus

Values N Mean Std.

Deviation

Mean per item Rangking

Self-direction 99 24.8776

2.6350 4.81 1

Stimulation 99 13.2653

2.0994 4.42 8

Achievement 99 17.3673

3.2255 4.34 9

Hedonism 99 13.4694

2.8292 4.48 6

Power 99 10.4898

3.0695 3.49 10

Security 99 23.2653

3.6788 4.65 3

Conformity 99 18.8163

2.7589 4.70 2

Tradition 99 17.7551

2.8762 4.43 7

Benevolence 99 18.3265

2.6723 4.58 4

universalism 99 27.1837


(39)

(40)

BAB I PENDAHULUAN

Kemajemukan adalah salah satu karakteristik bangsa Indonesia. Indonesia

merupakan negara kepulauan yang didiami oleh beragam suku, seperti suku

Sunda, Jawa, Minang, Batak, Banjar, Bugis dan lain-lain. Suku-suku di Indonesia

memiliki agama dan kebudayaan yang berbeda satu sama lain. Melalui

keberagaman, bangsa Indonesia merumuskan kebangsaannya sebagai ikatan yang

mempersatukan mereka, hal ini tertulis dalam Bhinneka Tunggal Ika sebagai

semboyan pemersatu bangsa. Keragaman ini telah mengantarkan bangsa

Indonesia kepada kekayaan budaya, karena itu dibutuhkan pemahaman agar

persatuan dapat tetap terjaga.

Kebudayaan Sunda yang merupakan salah satu kebudayaan nasional

Indonesia, merupakan pertumbuhan yang kuncinya harus dipupuk, ditopang.

Maka penggalian, pemeliharaan dan pengembangan budaya Sunda sangat mutlak

diperlukan untuk tetap menjadi salah satu akar kuat dari pohon besar budaya

nasioanal. Seperti yang disampaikan oleh budayawan Emha Ainun Najib

(“Lawung Budaya.” Universitas Pasundan, tanggal 23 April 1995), bahwa

untuk dapat berbicara mengenai budaya nasional maupun budaya global, lebih

dulu harus menyelami budaya lokal sampai ke akar-akarnya, sehingga tahu benar

apa esensi nilai-nilai budaya etnis dirinya.

Kebudayaan Sunda berasal dari kata Suddha dalam bahasa sansekerta

yang bisa berarti “cahaya” atau “air” atau biasa dipakai sebagai nama gunung


(41)

2

yang menjulang tinggi, yaitu Gunung Sunda (tinggi 1.850 meter). Menurut

R.W.Van Bemmelen (1949), Sunda adalah sebuah istilah yang digunakan untuk

memberi nama daratan bagian barat laut wilayah Indonesia timur, karena daratan

Sunda dikelilingi oleh Sistem Gunung Sunda yang melingkar (circum-Sunda

mountain System) yang panjangnya sekitar 7.000 Km (Ekadjati.Edi S, “Kebudayaan Sunda suatu pendekatan sejarah”, 1995)

Kebudayaan Sunda adalah kebudayaan yang sangat kaya, terdiri dari

Bahasa Tradisional yaitu bahasa Sunda dengan beragam dialeknya, kesenian

tradisional yaitu seni teater, seni tari, seni karawitan seperti tarawangsa,

jaipongan, degung, angklung, pakaian tradisional seperti kebaya, makanan dan

minuman seperti nasi tumpeng dan bandrek, juga upacara-upacara adat yang ada

di sepanjang kehidupan (life cycle) seperti perkawinan dan kematian juga

tatakrama-tatakrama yang dilakukan yang menjadi ciri masyarakat Sunda atau

dikenal dengan istilah “Ki Sunda”. Kekayaan kebudayaan Sunda adalah

kebudayaan yang hidup dan akan terus berkembang, memiliki kekhasan tersendiri

yang membedakan kebudayaan Sunda dengan kebudayaan lainnya yang ada di

Indonesia.

Orang Sunda seperti juga orang Indonesia lainnya, berpandangan bahwa

hidup manusia bukan hanya berlangsung di dunia ini saja melainkan juga di dunia

setelah manusia meninggal. Hal ini mempengaruhi tingkah laku orang Sunda,

seperti terlihat dari peribahasa “Kudu hade gogog hade tegog” yang artinya

“Harus baik budi bahasa dan tingkah laku”, “Kudu silih asih, silih asah, silih

asuh” yang artinya “sesama manusia harus saling menyayangi, saling


(42)

3

mengingatkan, dan saling melindungi”, “Mulih ka jati mulang ka asal” yang

artinya “Tuhan yang memberi kita hidup, dan Kepada Tuhan kita kembali ketika

meninggal ”. Dari ungkapan-ungkapan di atas, orang Sunda beranggapan, bahwa

manusia selama hayatnya hendaknya memiliki tujuan hidup yang baik saling

menghormati dan mengasihi sesama manusia. (Rachmat ,1996).

Orang Sunda beranggapan bahwa orang Sunda harus pula mentaati

ajaran-ajaran yang telah ada sejak dulu yang diturunkan oleh ibu, bapak, kakek, buyut

(karuhun). Pandangan hidup orang Sunda diantaranya adalah memelihara

hubungan baik antara individu seperti menunjukan rasa hormat pada yang lebih

tua (“kapernah leuwih kolot”), saling menunjukan rasa kasih sayang (“silih asih”),

senasib sepenanggungan termasuk didalamnya saling membantu, dan saling

menghargai (“silih eledan”). Suatu gejala menarik ialah kecenderungan orang

sunda dalam mencapai tujuan hidupnya selalu diimbangi dengan ukuran tertentu

(“makan sekedar tidak lapar”, “minum sekedar tidak haus”). Demikian ukuran

yang digunakan oleh orang Sunda zaman dahulu ialah ukuran menempati “posisi

tengah” yaitu tidak kekurangan dan tidak berlebihan (siger tengah). Hal ini

menyebabkan orang Sunda pada umumnya kurang memiliki ambisi untuk

menguasai sumber daya alam. Ini didukung dengan keadaan alam dan iklim yang

baik, tanah yang subur, sumber air yang berlimpah sehingga terutama kebutuhan

akan pangan, telah disediakan oleh alam. Alam yang subur membuat masyarakat

Sunda jarang merantau untuk bersekolah dan bekerja.

Orang Sunda umumnya dikenal sebagai orang yang ramah (someah),

dalam pepatah Sunda disebut dengan “luhur budi handap asor, someah hade


(43)

4

kasemah” artinya berbudi luhur, bersikap merendah dan menghormati orang lain.

Hal ini terlihat dari tingkah laku orang Sunda yang mudah tersenyum bila bertemu

orang lain, atau mengucapkan kata permisi (punten) bila melewati orang yang

sedang duduk ataupun berdiri sambil sedikit menundukan kepalanya (Adang,

2002 dalam Errol Z, 2005).

Dalam bersosialisasi, orang Sunda cenderung tidak ingin mencari masalah.

Seperti peribahasa “herang caina beunang laukna” artinya bening airnya dapat

ikannya, sehingga biasanya orang Sunda menyelesaikan masalah tanpa

menimbulkan masalah baru. Sikap ramah, menghormati orang lain, dan berusaha

untuk tidak mencari masalah, merupakan sikap orang Sunda yang menekankan

pada pencapaian keamanan dan keselarasan (www. Jabar.go.id).

Orang Sunda mempunyai tradisi untuk menurunkan kebudayaannya dari

generasi ke generasi berikutnya. Biasanya orang tua akan memperkenalkan

kebudayaan Sunda kepada anak-anaknya, dan anak-anak akan menerima

walaupun mereka tidak/belum mengerti makna kebudayaan/adat istiadat yang

diberikan oleh orang tua mereka. Tetapi seiring dengan waktu, saat mereka

dewasa, mereka akan mengerti dengan sendirinya sejalan dengan perkembangan

usia. Salah satu yang diturunkan oleh orang tua adalah value (keyakinan/dasar

untuk bertingkah laku). Dimana evaluasi diri, orang lain, maupun

kejadian-kejadian berpengaruh dalam memilih atau mengambil keputusan dalam

melakukan tindakan (Schwartz, 2001).

Persoalan yang muncul adalah ketika generasi-generasi muda masyarakat

Sunda tidak cukup diperkenalkan kebudayaan Sundanya. “penutur bahasa Sunda


(44)

5

di kota Bandung hanya tersisa 30%. Penutur yang 30% itu terbatas pada kalangan

pelajar yang sedang mengikuti kegiatan belajar-mengajar di sekolah. Diperkirakan

tahun 2010 tidak ada lagi orang Bandung yang menggunakan bahasa sunda dalam

kehidupan sehari-hari. Hal ini mengkhawatirkan, jika bahasanya hilang, bisa

dipastikan budaya nya pun akan pudar. (Pikiran Rakyat, 15/2/2007). Persoalan

lainnya adalah kemajuan teknologi dan masuknya kebudayaan barat membuat

aspirasi generasi-generasi muda berubah, kebudayaa-kebudayaan daerah banyak

ditinggalkan oleh generasi-generasi muda yang lebih menyukai musik jazz dan

rock dari pada mendengarkan kawih-kawih Sunda (Pikiran Rakyat, 21/2/2007).

Mahasiswa/i Universitas “X” Bandung merupakan mahasiswa/i yang dari

awal memasuki pendidikan di Universitas “X” Bandung tidak mendapatkan

pelajaran mengenai kebudayaan bahasa Sunda. Universitas “X” memiliki

mahasiswa/i dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda seperti Jawa, Batak,

Bali, Menado, Tionghoa dll. Kebudayaan yang beragam yang ada di Universitas

“X” Bandung memungkinkan terjadinya pencampuran budaya (transmisi) dengan

budaya-budaya lain ataupun dengan mahasiswa/i lain yang tidak berasal dari suku

Sunda. Interaksi diantara mahasiswa/i “X” Bandung dapat mengurangi

pengetahuan atau penggunaan bahasa daerah masing-masing dan juga dapat

menambah pengetahuan tentang budaya lain.

Berdasarkan paparan diatas yang menjabarkan keunikan/kekhasan dari

budaya Sunda ini akan menunjukan value yang unik/khas pula. Value memiliki

makna sebagai suatu keyakinan dalam mengarahkan tingkah laku sesuai dengan

keinginan dan situasi yang ada (Schwartz & Bilsky, 1987). Schwartz Value


(45)

6

diklasifikasikan menjadi 10 tipe, yaitu self-direction, stimulation, conformity,

hedonism, achievement, power, tradition, security, benevolence dan universalism.

Berdasarkan Survey awal yang dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa/i

Universitas “X” Bandung dengan latar belakang budaya Sunda dengan

menggunakan kuesioner yang diisi oleh 30 orang mahasiswa/i menggambarkan

bahwa mahasiswa/i dengan latar belakang budaya Sunda di Universitas “X”

Bandung. Sebanyak 76,7% memandang penting upacara-upacara adat Sunda yang

berhubungan dengan daur hidup (life cycle) untuk dilakukan, dengan persentasi

yang menjawab sering dilakukan 60%. Dalam life cycle tercakup hampir semua

kegiatan manusia mulai dari janin sampai upacara empat bulanan, tujuh bulanan

bagi kelahiran anak pertama, dan ketika anak lahir ada upacara khitanan kemudian

ketika anak beranjak dewasa terdapat upacara perkawinan seperti siraman, buka

pintu dan berakhir ketika meninggal sehingga terdapat upacara kematian. Hal ini

menunjukan traditional value yang ada pada mereka. Menurut mereka

upacara-upacara adat tersebut penting dilakukan selain meminta berkah dari Tuhan Yang

Maha Esa, upacara-upacara adat dapat mengingatkan kembali mereka tentang

nilai-nilai moral yang terkandung pada ritual-ritual (siloka) yang dilakukan dalam

upacara adat.

Sebanyak 70% mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar

belakang budaya Sunda, memandang penting melakukan tugas dengan kerja

keras, memiliki cita-cita yang tinggi, dan berambisi untuk sukses, yang menjawab

sering dilakukan 43,3%. Hal ini merupakan gambaran dari Achievement value

yang menunjukan ambisi dalam mencapai kesuksesan, sehingga mahasiswa/i


(46)

7

Universitas “X” Bandung dengan latar belakang budaya Sunda mengatakan

pendidikan adalah hal yang penting, hal ini didukung oleh kebudayaan Sunda

dimana orang tua akan merasa sukses apabila mereka berhasil dalam mendidik

anak dan menyekolahkan anak hingga mendapat gelar yang tinggi. Oleh karena

itu masyarakat Sunda berlomba-lomba menyekolahkan anaknya hingga sarjana.

Anak yang sudah mendapat gelar sarjana adalah kebanggaan dari sebuah

keluarga, kebanggaan ini akan semakin lengkap apabila setelah menjadi sarjana

anak dapat mendapatkan pekerjaan dan membantu keuangan keluarganya

(Iskandar, 1987)

Sebanyak 76,7% mahasiswa/i universitas “X” Bandung dengan latar

belakang budaya Sunda, memandang penting bahwa menjadi seorang pemimpin,

memiliki kekuasaan dan kekayaan, yang menjawab sering dilakukan 40%.

Keinginan untuk menjadi seorang pemimpin adalah untuk memiliki peran sebagai

orang yang dihormati dan memiliki kedudukan di dalam lingkungan sosialnya.

Hal ini merupakan gambaran dari power value, yang juga terlihat dari sebanyak

80% yang memandang penting untuk menghormati orang yang lebih tua, terlebih

orang tua sendiri, yang menjawab sering dilakukan 65%. Menunjukan rasa hormat

pada yang lebih tua yang dalam peribahasa Sunda “kapernah leuwih kolot”

terutama ibu yang sudah melahirkan, ayah yang memberikan penghidupan yang

layak untuk anak-anaknya, penghormatan kepada keluarga dalam lingkaran

pertalian keluarga dan sesepuh-sesepuh atau orang yang dituakan dalam adat

Sunda. Jadi dalam mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar belakang

Sunda terdapat power value diikuti dengan benevolence value dimana


(47)

8

penghormatan diberikan sebagai bukti kasih sayang dan kasih sayang yang

mendorong orang lain untuk memberikan rasa hormatnya.

Sebanyak 70% mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar

belakang budaya Sunda, memandang penting memiliki banyak teman dari

berbagai budaya dan di terima dilingkungan dan menjadi bagian dari masyarakat,

yang menjawab sering dilakukan 66,7%. Hal ini merupakan gambaran universal

value yang mengarah kepada perlindungan dan toleransi untuk kesejahteraan

semua orang sehingga mahasiswa/i Universitas “X” Bandung mau menjalin relasi

dengan siapa saja tanpa memandang dari segi status sosial dan budaya yang

berbeda. Mereka menghayati orang Sunda adalah orang yang “someah hade ka

semah” banyak bercerita sehingga terkenal ramah dibandingkan Suku lain, orang

Sunda juga sangat menghormati orang tua dan ini merupakan hal yang penting

karena dengan memiliki sikap hormat, kita dapat menghargai teman-teman kuliah,

dosen dll, sehingga tidak akan terjadi masalah, karena orang Sunda memiliki

perasaan halus dan berusaha mengerti perasaan orang lain, yang biasa dikenal

dengan “surti”(empati). Hal ini dilakukan untuk menjalin relasi yang erat dengan

sesama yang oleh Schwartz selain mengandung traditional value dalam

mengutamakan adat istiadat dalam berelasi, hal ini juga termasuk universal value

yakni kebutuhan untuk berelasi secara positif.

Sebanyak 93,3% mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar

belakang budaya Sunda, memandang penting, bahwa menghormati dosen, dan

mengikuti tata tertib yang ada, yang menjawab sering dilakukan 42,4%. Hal ini

merupakan gambaran dalam traditional value. Mahasiswa/i umumnya sangat


(48)

9

menghormati dosen-dosennya dan mengikuti tata tertib dan aturan yang diberikan

dosen atau Universitas. Oleh karena itu mahasiswa/i enggan untuk melakukan

keonaran ataupun menimbulkan masalah dilingkungan kampus. Dalam Schwartz

mengutamakan faktor keamanan yang di tunjukan dengan mematuhi tata tertib

Universitas disebut security value, dalam hal ini perwujudannya security value

diikuti dengan power value dimana kedudukan dosen lebih tinggi dari

mahasiswa/i sehingga terwujud dengan adanya rasa tanggung jawab untuk

menghormati dosen.

Sebanyak 66,7% mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar

belakang budaya Sunda, memandang penting bahwa menjaga dan melestarikan

kebudayaan Sunda untuk dilakukan, yang menjawab sering dilakukan 66,7%.

Dalam Schwartz melestarikan kebudayaan Sunda termasuk kedalam traditional

value. Sebanyak 80% yang memandang penting kebebasan berpikir dan memilih

sendiri tindakan yang dilakukan apakah untuk dilakukan, yang menjawab sering

dilakukan 66,7%. Dalam Schwartz hal tersebut disebut self direction value

dimana mahasiswa mempelajari kebudayaan Sunda bukan didapatkan dari

pendidikan, karena Universitas mereka menuntut ilmu tidak memberikan mata

kuliah tentang kebudayaan Sunda, sehingga mereka menjaga dan melestarikan

kebudayaan Sunda dari keinginan yang muncul pada diri mereka sendiri, adanya

mahasiswa/i dengan latar belakang budaya lain mengakibatkan terjadinya

akulturasi yang akan mengakibatkan pencampuran budaya. Tindakan dalam

mengambil keputusan ini termasuk juga dalam self direction value yang mengarah

pada independensi, kebebasan dalam memilih, mengeksplor tujuan sendiri yang di


(49)

10

landasi dengan keinginan untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan

daerahnya, yang dalam Schwartz hal tersebut disebut traditional value.

Orang tua mempunyai kewajiban untuk mengajarkan adat kepada anaknya

sejak kecil, yakni apa yang seharusnya dilakukan sebagai orang Sunda. Salah

satunya adalah mengajarkan “mother tongue” atau bahasa Sunda kepada anak

sebagai bahasa pertama yang diperoleh di rumah (Pikiran Rakyat 2004 Februari

2007). Selain itu, melalui survey awal dikatakan bahwa Sebanyak 70% yang

memandang bahwa penting menjaga dan melestarikan kebudayaan Sunda, yang

menjawab sering dilakukan 66,7%. Sehingga selain dari orang tua dan

saudara/kerabat dan lingkungan, mahasiswa juga mempelajari kebudayaan Sunda

dari seminar budaya yang sering diadakan oleh pemerintah daerah, media massa

seperti majalah, surat kabar, televisi dan internet. Beberapa hal tersebut ikut andil

dalam perkembangan dan perubahan value pada masyarakat.

Dari uraian diatas mengenai kebudayaan Sunda dan kekhasannya yang

terdapat pada mahasiswa/i Universitas “X” bandung dengan latar belakang

budaya Sunda, peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran Schwartz Value pada

mahasiswa/i dengan latar belakang budaya Sunda di Universitas “X” Bandung.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah, yang hendak

diteliti adalah bagaimana gambaran hierarchy content, structure,

Schwartz value pada mahasiswa/I dengan latar belakang budaya Sunda di

Universitas “X” Bandung.


(50)

11

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1. Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

Schwartz Value pada mahasiswa/I dengan latar belakang budaya Sunda di

Universitas “X” Bandung.

1.3.2. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang lebih

rinci, yaitu mengenai hierarchy, content, dan structure Schwartz value

pada mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar belakang budaya

Sunda, dan ingin mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang

berkaitan dengan Schwartz value.

1.4. Kegunaan Penelitian 1.4.1. Kegunaan Ilmiah

1. Untuk memberikan informasi dan diharapkan menjadi bahan

pertimbangan bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian lebih

lanjut mengenai Schwartz values.

2. Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi

ilmu Psikologi Sosial dan Psikologi Lintas Budaya, khususnya

mengenai Schwartz values pada mahasiswa/i dengan latar belakang

budaya Sunda.


(51)

12

1.4.2. Kegunaan praktis

1. Memberikan informasi kepada masyarakat terutama masyarakat Sunda

mengenai gambaran value yang ada pada mahasiswa/i dengan latar

belakang budaya Sunda di Universitas “X” Bandung. Informasi ini

dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan dalam melestarikan

nilai-nilai budaya Sunda yang masih relevan dan menyesuaikan diri

dengan lingkungan budaya lain.

2. Memberikan gambaran bagi Universitas “X’ Bandung mengenai value

dari mahasiswa/i dengan latar belakang Sunda agar dapat memberikan

sarana dan fasilitas untuk lebih meningkatkan kebudayaan Sunda,

seperti misalnya mengadakan unit kegiatan mahasiwa/i untuk

mengembangkan kebudayaan Sunda atau mengadakan

pagelaran-pagelaran Sunda di Universitas ”X” Bandung.

3. Memberikan gambaran bagi mahasiswa/i Universitas “X” Bandung

dengan latar balakang budaya Sunda mengenai Schwartz value yang

mereka miliki agar dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan.

1. 5. KERANGKA BERPIKIR

Value merupakan belief yang mengarah pada keadaan akhir atau

tingkah laku yang diharapkan; pedoman untuk menyeleksi atau

mengevaluasi tingkah laku dan kejadian, yang disusun berdasarkan

kepentingan yang relatif (Schwartz & Bilsky, 1990). Dengan dikatakan


(52)

13

value sebagai belief, oleh karena itu value juga memiliki komponen kognitif,

afektif, dan behavioral (Rokeach, 1968 dalam Feather, 1975). Komponen

kognitif meliputi pengetahuan mengenai cara atau tujuan akhir yang disadari

lebih diinginkan. Misalnya seseorang yang lebih menganggap penting

kekuasaan akan mencari tahu cara-cara apa saja yang dapat dilakukan untuk

mencapai tujuannya tersebut. Komponen afektif meliputi derajat afek atau

perasaan, karena value tidak netral tapi di dalamnya terdapat perasaan

personal. Misalnya jika ada hal-hal yang menghalangi tercapainya

kekuasaan, maka akan menggugah perasaan orang tersebut sehingga

tertantang untuk mengatasi rintangan. Value juga dikatakan memiliki

komponen behavioral karena value dapat mengarahkan seseorang untuk

bertingkah laku. Jadi, orang yang menganggap penting kekuasaan akan

menunjukkan tingkah laku yang sesuai, misalnya dengan mengatur orang

lain.

Sepuluh tipe value tersebut dapat membentuk suatu kelompok

berdasarkan kesamaan tujuan dalam setiap single value. Kelompok tersebut

dinamakan second order value type (SOVT) yang terdiri atas openness to

change (stimulation & self direction value) adalah belief yang menganggap

penting minat intelekual dan emosional dalam arah yang tidak dapat

diprediksi atau keterbukaan untuk berubah. SOVT conservation

(convormity, tradition, security value) adalah belief yang menganggap

penting hubungan dekat dengan orang lain, institusi, tradisi dan kepatuhan.


(53)

14

SOVT self-transcedence (universalism & benevolence value)

adalah belief yang mementingkan peningkatan kesejahteraan orang lain dan

lingkungan sekitar. SOVT self-enhancement (power dan achievement value)

adalah belief yang mementingkan peningkatan minat personal bahkan

dengan mengorbankan orang lain (Schwartz, 1984:14). Untuk hedonism

value, yang merupakan value yang mengarah pada kesenangan atau

menikmati hidup, termasuk dalam SOVT openness to change dan

self-enhancement. Hedonism value lebih memfokuskan pada diri, seperti

achievement dan power value, juga mengekspresikan motivasi yang

menantang seperti stimulation dan self-direction value. Value pada

mahasiswa akan saling bersesuaian (compatibility) karena letaknya yang

bersebelahan atau saling berlawanan (conflict) karena letaknya yang

berjauhan dan membentuk struktur korelasi antar single value. SOVT yang

saling conflict adalah openness to change dan conservation; serta

self-enhancement dan self-transcedence.

Schwartz Value terdiri atas 10 tipe yang merupakan single value,

yaitu self-direction, stimulation, hedonism, achievement, power, security,

conformity, tradition, benevolence, dan universalism value (Schwartz & Bilsky, 1990). Sepuluh tipe value tersebut akan tersusun dalam hierarchy

berdasarkan penting tidaknya.

Self-direction value merupakan value yang mengarah pada

pemikiran dan tindakan yang bebas dalam memilih, menciptakan, dan

menjelajahi. Sementara stimulation value adalah value yang mengarah pada


(54)

15

tuntutan kebutuhan akan variasi dalam mendapatkan tantangan hidup.

Security value adalah value yang mengarah pada keamanan, keselarasan dan

stabilitas masyarakat, kepastian hubungan dan stabilitas diri. Conformity

value merupakan value yang mengarah pada pengendalian tindakan yang

nampak mengganggu atau membahayakan orang lain dan melanggar

harapan sosial atau norma. Sementara tradition value merupakan value yang

mengarah pada rasa hormat, komitmen, penerimaan akan adat-istiadat dan

ide bahwa suatu budaya atau agama mempengaruhi individu (Schwartz &

Bilsky, 1990).

Power value merupakan value yang mengarah pada pencapaian

status sosial dan kedudukan, kontrol atau dominansi terhadap orang lain.

Achievement value merupakan value yang mengarah pada keberhasilan

pribadi dengan menunjukkan kemampuan (ambisi, kesuksesan,

kemampuan). Value yang menganggap penting peningkatan kesejahteraan

orang lain dan kelestarian alam, yaitu benevolence dan universalism value.

Benevolence value merupakan value yang mengarah pada pemeliharaan dan

peningkatan kesejahteraan orang yang memiliki hubungan dekat.

Universalism value adalah value yang mengarah pada pengertian,

penghargaan, toleransi, dan perlindungan untuk kesejahteraan seluruh umat

manusia dan alam. Sementara hedonism value, yang merupakan value yang

mengarah pada kesenangan atau menikmati hidup. Hedonism value lebih

memfokuskan pada diri, seperti achievement dan power value, juga

mengekspresikan motivasi yang menantang seperti stimulation dan


(55)

16

direction value. Masing-masing tipe value memiliki content, yaitu tujuan

motivasional tipe value yang merupakan kebutuhan mendasar manusia yang

harus dipenuhi oleh individu dan masyarakat (Schwartz & Bilsky, 1990).

Pembentukan value pada mahasiswa juga dipengaruhi oleh

beberapa faktor yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal meliputi

usia, jenis kelamin, agama, pendidikan, suku bangsa, status sosial.

Sedangkan faktor eksternal meliputi proses transmission yang merupakan

proses pada suatu budaya yang mengajarkan pembawaan perilaku yang

sesuai kepada mahasiswa. Proses ini terdiri dari vertical transmission,

oblique transmission dan horizontal transmission (Calvali-Sfroza dan Feldman, 1999 dalam Berry, 1999).

Vertical transmission, merupakan transmisi value Sunda yang

diturunkan oleh orang tua asli melalui interaksi atau sosialisasi khusus

dalam kehidupan sehari-hari, seperti menerapkan nilai-nilai moral, adat,

agama yang dianutnya melalui pola asuh. Oblique transmission yaitu

transmisi yang berasal dari lembaga atau orang dewasa lain yang berasal

dari kebudayaan Sunda dan transmisi melalui orang dewasa lain yang

berasal dari kebudayaan lain. Transmisi dari orang dewasa lain yang berasal

dari kebudayaan Sunda ini akan terbentuk melalui proses enkulturasi dan

juga melalui sosialisasi. Sedangkan transmisi melalui orang dewasa lain

yang berasal dari kebudayaan lain akan terbentuk melalui proses akulturasi,

yaitu pemberian pengaruh oleh kebudayaan lain kepada kebudayaan Sunda

dan juga resosialisasi khusus dimana interaksi dengan orang lain yang


(56)

17

sengaja datang dari luar budaya Sunda. Resosialisasi khusus ini terjadi pada

mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar belakang Sunda dimana

interaksi terjadi dengan mahasiswa/i dengan latar belakang yang berbeda

seperti Batak, Menado, Bali yang berdatangan ke Universitas “X” untuk

menuntut ilmu.

Dan yang terakhir adalah, horizontal transmission, yaitu

pemindahan value yang terjadi melalui enkulturasi dan sosialisasi dengan

teman sebaya, maupun hasil akulturasi dan resosialisasi khusus dengan

budaya lain (Berry, 1999:33). Mahasiswa/i dari para “pendatang” akan

bergaul dengan mahasiswa/i dengan latar belakang budaya Sunda, dan

kemungkinan terjadi proses transmisi. Teman sebaya yang merupakan

lingkungan sosial mahasiswa/i juga akan mempengaruhi values tertentu

pada diri mahasiswa/i tergantung penerimaan mahasiswa/i pada proses

transmission tersebut. Oblique transmission juga bisa berasal dari media

massa berupa televisi, koran, internet dan majalah. Fungsi media bagi

remaja adalah sebagai hiburan, informasi, model, identifikasi budaya orang

muda dan membantu dalam menghadapai masalah. Mahasiswa pada usia

remaja banyak menghabiskan waktu menonton televisi dan menggunakan

media cetak (Santrock, 2003:322)

Oblique dan horizontal transmission tampak dalam kehidupan

berinteraksi mahasiswa/i Universitas “X” Bandung, di mana Universitas

menetapkan aturan dan mengharapkan tindakan yang sesuai untuk

kelancaran hubungan di antara mahasiswa/i nya. Jadi setiap mahasiswa/i


(57)

18

mempunyai beberapa kewajiban untuk menyumbang dalam kegiatan belajar

dan diharapkan untuk mematuhi norma-norma dan harapan-harapan sesuai

dengan tujuan pendidikan yang diinginkannya (Mulder, 1996). Selain itu

mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar belakang budaya Sunda

dapat memperoleh pengetahuan atau informasi kebudayaan Sunda dari seni

tari, seni musik sunda, dan cerita lagu-lagu daerah juga dapat digunakan

sebagai media untuk mengajarkan budaya Sunda kepada mahasiswa/i

Universitas “X” Bandung tentang kebudayaan Sunda. Kemudian adanya

seni pagelaran Sunda seperti Wayang Golek digunakan untuk

memperkenalkan karakter-karakter dari tokoh wayang yang patut diteladani

dan dihindari, seperti Semar tokoh wayang yang pintar dan bijaksana yang

mengajarkan kepada manusia untuk selalu belajar sehingga dapat

mengambil keputusan dengan cara yang bijaksana, dan tokoh wayang

Rahwana yang kasar dan serakah sehingga mengajarkan kepada manusia

untuk tidak bertingkah laku seperti Rahwana karena dapat mengakibatkan

kerugian bagi dirinya dan orang lain (Rachmat, 1996).

Menurut hasil penelitian Kohn (1996) dan rekan Schonbach,

Schooler & Slomezsynski (19990) (dalam Berry, 1996:91), Faktor usia

merupakan faktor internal yang mempengaruhi value pada setiap orang.

Selain usia, faktor internal lain yang turut mempengaruhi adalah pendidikan,

status pekerjaan, tempat tingggal dan jenis kelamin. Faktor pendidikan

yang tinggi mempunyai hubungan yang positif dengan self direction value

yaitu mengambil keputusan, menyelesaikan masalah harus didasari dengan


(58)

19

pendidikan yang cukup, sehingga dalam faktor pendidikan memiliki

hubungan negatif dengan conformity value yaitu mengikuti aturan atau

kelompok sehingga dalam mengambil keputusan mengikuti suara terbanyak.

Begitu pula status pekerjaan dan tempat tinggal memperlihatkan pola yang

sama seperti pendidikan yaitu : status pekerjaan yang tinggi dan tempat

tinggal yang berada didaerah dengan penduduk yang heterogen memiliki

hubungan positif dengan power, achievement, hedonism, stimulation, dan

self direction value. Status pekerjaan yang rendah dan tempat tinggal yang

berada di daerah dengan penduduk homogen memiliki hubungan positif

dengan benevolence, tradition, dan conformity value.

Keterlibatan seseorang dalam suatu agama juga memiliki

hubungan positif dengan tradition value (Huismans, 1994; Roccas &

Schwartz, 1995; Schwartz & Huismans, 1995, dalam International Encyclopedia of The Social Science, 1998). Jika dilihat dari perbedaan

jenis kelamin, maka dapat dikatakan perempuan akan lebih menganggap

penting security dan benevolence value, sementara laki-laki akan lebih

menganggap penting self-direction, stimulation, hedonism, achievement, dan

power value (Prince-Gibson & Schwartz, 1994, dalam International Encyclopedia of The Social Science, 1998). Perbedaan tersebut diprediksi

dari sosialisasi dan pengalaman peran tipe jenis kelamin. Sementara itu,

penduduk daerah akan memperlihatkan lebih pentingnya tradition,

conformity dan security value (Cha, 1994; Georgas, 1993; Mishra, 1994, dalam International Encyclopedia of The Social Science, 1998).


(59)

20

Tipe value yang pertama adalah self direction (pengarahan diri),

yaitu value yang berupa pemikiran dan tindakan yang bebas dalam memilih,

menciptakan, mengeksplorasi atau menjelajahi. Biasanya tingkah laku yang

muncul seperti suka mengambil keputusan sendiri, senang memilih

kegiatan-kegiatan untuk dirinya sendiri, memiliki rasa ingin tahu, memilih

tujuan hidupnya sendiri. Value ini terlihat pada mahasiswa/i Universitas “X”

Bandung dengan latar belakang budaya Sunda. Hal ini bertolak belakang

dari banyaknya ajaran Sunda yang justru mengarah pada sikap menerima

atau kurang mampu dalam mengambil keputusan, seperti tercermin dalam

pepatah “teu langkung nu dibendo” (terserah pemimpin), karena menurut

mahasiswa/i dengan latar belakang Sunda di Universitas “X” Bandung

sudah saatnya mereka belajar untuk mengambil keputusan sendiri dan lebih

berusaha dalam segala hal karena sebentar lagi mereka akan keluar dari

univesitas dan berhadapan dengan dunia pekerjaan. Sama halnya dengan

conformity value, yaitu value yang lebih menekankan pada pengendalian

tingkah laku agar tidak mengganggu orang lain dan melanggar harapan

sosial atau norma, sehingga interaksi sehari-harinya dapat berjalan dengan

lancar.

Berikutnya adalah stimulation value, yaitu value kebutuhan

biologis dalam mencari ketegangan. Value ini muncul biasanya dalam

bentuk mencari kesenangan baru, mencari tantangan dalam hidup untuk

mendapatkan variasi dalam hidup, sehingga hidupnya menjadi lebih

menggairahkan, perilaku yang terlihat pada mahasiswa/i Universitas “X”


(60)

21

Bandung dengan latar belakang budaya Sunda adalah ikut sertanya dalam

kegiatan-kegiatan mapeka, panjat tebing, menyelam dll yang diadakan di

Universitas “X” Bandung .

Security value yang lebih mengutamakan pada faktor keamanan,

keselarasan, dan stabilitas sosial, stabilitas persahabatan, dan stabilitas diri.

Security value ini muncul karena mahasiswa/i Universitas “X” Bandung

pada umumnya belajar untuk menjalin relasi yang baik antar individu dan

berbuat sesuai dengan aturan yang berlaku. Sedangkan dengan adanya

traditional value maka mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar

budaya Sunda akan lebih mengutamakan pada faktor penerimaan akan adat

istiadat, ide bahwa suatu budaya atau agama mempengaruhi individu.

Seperti dalam kehidupan sehari-hari dapat dilihat dari adanya larangan

“pamali”, ”cadu”, ”buyut” ialah larangan-larangan yang diwariskan turun

temurun dari satu generasi ke generasi selanjutnya, yang bila dilanggar tidak

hanya membawa akibat bahkan malapetaka bagi pelanggarnya, tetapi bagi

seluruh masyarakat dimana ia tinggal (Hiding; 1935:18). Contohnya

larangan melawan perintah orang tua, selain dilarang oleh adat istiadat hal

ini juga dilarang oleh agama

Mahasiswa/i dengan latar belakang budaya Sunda di Universitas

“X” Bandung banyak mencari informasi-informasi yang dapat menambah

pengetahuan, seperti misalnya membuka situs internet dan mengerjakan

tugas-tugas perkuliahan dengan baik sehingga harapan mereka untuk lulus

dan mendapat nilai yang baik dapat terpenuhi selain itu tingkah laku yang


(61)

22

muncul adalah keinginan untuk berprestasi lebih dari orang lain dengan cara

mengikuti kegiatan-kegiatan seminar yang diadakan di Universitas “X”

untuk menambah pengetahuannya. Value ini termasuk achievement value

Mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar belakang

kebudayaan Sunda umumnya bersikap pasrah. Orang yang bersikap pasrah

memandang Tuhan sebagai pihak yang memimpin hidupnya. Semua tingkah

lakunya disesuaikan dengan kehendak Tuhan. Mereka selalu menerima

nasibnya dengan senang hati, sebab ia berpendapat bahwa nasib baik

maupun buruk yang diterimanya berasal dari Tuhan dan bahwa Tuhan tentu

selalu berkehendak baik. Mereka pun dibekali pedoman hidup supaya

bersikap “Dihin pinasti anyar pinanggih”, yang berarti segala hal yang

dialami sekarang sesungguhnya sudah ditentukan dahulu, agar orang

senantiasa percaya bahwa segala sesuatu terjadi adalah kehendak Tuhan

(Rachmat, 1996). Sikap pasrah, dan bersyukur masih dilaksanakannya

adat-istiadat mahasiswa/i Universitas “X” Bandung sesuai dengan kebudayaan

Sunda ini sejalan dengan tradition value.

Mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar belakang

Sunda cenderung bersikap “someah” (ramah). “someah” berarti budi luhur,

bersikap merendah dan menghormati orang lain dan berusaha menempatkan

diri dalam keadaan orang lain sehingga dapat mengerti mengapa orang lain

melakukan perbuatan tertentu (Rachmat, 1986). Pada masa remaja akhir,

hubungan dengan orang tua, sibling, dosen, dan teman juga semakin erat.

Mahasiswa/i Sunda banyak meluangkan waktu dengan orang terdekatnya,


(62)

23

terlebih dengan orang tua dan keluarganya. Ini terlihat sesuai dengan

benevolence value. Sementara usaha untuk mencapai budi yang luhur, yaitu

berusaha untuk tidak berbuat buruk pada sesama dan selalu berusaha berbuat

baik tanpa pamrih, baik budi bahasa dan tingkah laku (Kudu hade gogog

hade tagog) sesuai dengan universalism value.

Dari penjelasan diatas values terlihat dari kebudayaan yang

dijalankan mahasiswa dengan latar belakang budaya Sunda pada Universitas

“X” Bandung. Kebudayaan Sunda memberikan kekhasan tersediri yang

membedakan mahasiswa/i Universitas “X” Bandung budaya Sunda dengan

budaya lain. Kebudayaan Sunda sangat memelihara hubungan baik sebagai

pandangan hidup, “ulah sok pasea jeung batur matak pajauh huma” artinnya

sebagai orang Sunda harus sedapat mungkin menjaga kerukunan dan

menghindari pertengkaran dengan orang Sunda lainnya dan orang yang

bukan orang Sunda. Value ini termasuk universalism value.

Orang Sunda berpendapat bahwa setiap perbuatan akan

mendatangkan akibat setimpal, sehingga setiap manusia harus memiliki budi

bahasa yang baik dan tingkah laku yang baik sehingga mendapatkan balasan

yang baik pula, seperti terungkap dalam pribahasa “kudu hade gogog hade

tegog” dan “daek ngaku jeung saha wae” artinya ramah pada setiap orang.

Pribahasa lain yang terdapat pada masyarakat Sunda adalah “nyaur kudu

diukur, nyabda kudu diungang” yang artinya, segala perkataan harus di

pertimbangkan sebelum diucapkan. Pribahasa tersebut membuat orang

Sunda harus senantiasa mengendalikan diri dalam berkata-kata, sehingga


(63)

24

orang Sunda dalam berbicara “malepah gedang” berputar-putar terlebih

dahulu sebelum mengutarkan maksud dari perkataannya. Menurut

Schwartz’s values pribahasa-pribahasa ini termasuk dalam universal value

yang dilakukan secara conformity value

Dalam mewariskan harta kekayaan dahulu orang Sunda

memberikan lebih banyak terhadap laki-laki dari pada anak perempuan

(lalaki nanggung, awewe nyuhun) artinya laki-laki mencari nafkah dan

perempuan yang mengelolanya untuk keperluan dalam keluarga, Hal ini

terlihat dalam upacara adat seperti “nincak endog” dalam upacara

pernikahan mempelai laki-laki menginjak telur dan mempelai perempuan

membasuh kaki mempelai laki-laki sebagai bukti kepatuhan istri. Value ini

termasuk traditional value, meskipun tetapi kenyataannya sekarang

kebiasaan itu semakin berkurang, baik anak laki-laki maupun anak

perempuan cenderung diberikan warisan atau hak yang sama, tapi dalam

kenyatannya upacara adat “nincak endog” masih tetap dilakukan.

Pada kebudayaan Sunda terdapat peribahasa “4-ur” yaitu “Batur

sakasur, batur sadapur, batur sasumur, batur salembur” yang artinya bahwa

dalam memberikan penegetahuan, tradisi-tradisi dan norma-norma,

petuah-petuah dll, orang tua dengan latar belakang budaya Sunda selalu

memberikan kepada orang terdekat, seperti istri, anak, kerabat, baru

kemudian orang lain, hal ini termasuk value tradisional dan diberikan secara

benevolence value. Peribahasa “4-ur” kemudian dijadikan slogan oleh

mantan Gubenur Aang Kunaefi dengan menambahkah “batur


(64)

25

gubenuran” sehingga menjadi “5-ur” dan mengaplikasikannya pada

pemberian informasi dan penyuluhan mengenai pemerintahan yang diawali

kepada istri, anak, kerabat, dan masyarakat secara keseluruhan.

Secara skematis, kerangka berpikir dapat digambarkan sebagai berikut :

BUDAYA SUNDA BUDAYA LAIN

(Enkulturasi) (Akulturasi)

A Mahasiswa/i yang bersuku Sunda di Universitas “x” Bandung SCHWARTZ VALUE : Self-direction Stimulation Hedonism Achievement Power Security Conformity Tradition Benevolence Universalism Horizontal transmission • Akulturasi umum dari

sebaya

• Resosialisasi khusus dari sebaya

Faktor internal

• Usia

• Jenis Kelamin • Pendidikan • Agama • Suku Horizontal transmission

• Enkulturasi umum

dari sebaya • Sosialisasi khusus

dari sebaya

Vertical transmission 1.Enkulturasi umum

dari orang tua. (Pewarisan nilai) 2. Sosialisasi khusus dari orang tua

Oblique transmission Dari orang dewasa lain : 1.Akulturasi umum (media

massa, Universitas, Dosen)

2. Resosialisasi khusus Oblique transmission

Dari orang dewasa lain : 1. Enkulturasi umum

(Universitas, keluarga, umum) 2. Sosialisasi

Skema 1. 1. Kerangka pikir


(65)

26

1.6 Asumsi :

Sumber-sumber pembentuk value pada mahasiswa/i dengan latar belakang budaya Sunda di Universitas “X” Bandung antara lain yaitu : orang tua,

Universitas, teman, media massa dan orang-orang yang ada disekitarnya.

• Mahasiswa dengan latar belakang budaya Sunda di Universitas “X” Bandung mempunyai 10 Schwartz’s values yang sama dengan kebudayaan

lainnya tetapi berbeda dalam derajat kepentingannya. Kesepuluh

Schwartz’s values yaitu traditional value, hedonism value, benevolence value, conformity value, universalism value, stimulation value, self-direction value, achievement value, power value, security value.

Schawartz’s values universal sehingga dapat diteliti pada setiap budaya,

termasuk budaya Sunda.

• Terdapat proses enkulturasi dan akulturasi yang bervariasi pada mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar belakang budaya

Sunda yang akan mempengaruhi Schwartz value.

• Faktor-faktor internal seperti usia, jenis kelamin, agama dan suku pada setiap individu berbeda-beda sehingga akan mempengaruhi Schwartz

values yang dianggap penting.


(66)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh melalui pengolahan data value

Schwartz pada 203 mahasiswa/i universitas “X” Bandung dengan latar belakang

budaya Sunda, disimpulkan sebagai berikut :

1. Hierarchy values berdasarkan urutan kepentingan dari values yang lebih

penting pada mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar belakang

budaya Sunda, peringkat satu, dua dan tiga adalah: conformity value,

security value, self-direction value. Sedangkan berdasarkan dari values

yang tidak penting pada mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan

latar belakang budaya Sunda, peringkat delapan, Sembilan dan sepuluh

adalah : Hedonism value, Achievement value, Power value.

2. Pada penelitian terhadap mahasiswa/i universitas “X” Bandung telah

teridentifikasi 10 tipe values, hal ini Sesuai dengan penelitian Schwartz di

60 negara, pada content telah teridentifikasi 10 tipe values, yaitu

self-direction, stimulation, hedonism, achievement, power, conformity, security, tradition, benevolence, dan universalism value.

3. Pada penelitian ini terdapat beberapa item yang tidak pada region-nya,

yaitu:

Pada region benevolence value terdapat satu item dari stimulation

value (st30)


(67)

101

Pada region achievement value terdapat satu item dari self-direction

value (sd11)

Pada region stimulation value terdapat satu item dari tradition value (tr25)

Pada region self-direction value terdapat satu item dari universalism

value (un3), dan satu item dari benevolence value (be12).

Pada region universalism value terdapat satu item dari security value (se35).

Pada region security value terdapat satu item dari tradition value (tr20), dan satu item dari conformity value (co7).

Pada region tradition value terdapat satu item dari self-direction value

(sd34), satu item dari achievement value (ac32), satu item dari

conformity value (co36), dan satu item dari benevolence value (be33).

Pada region conformity value terdapat satu item dari security value (se5), dan satu item dari universalism value (un8).

4. Hubungan yang compatibilities antar values telah teridentifikasi, yaitu

SOVT openness to change (self direction dan stimulation) yang letaknya

saling bersebelahan, kedua tipe value ini memiliki hubungan yang

compitability. Pada SOVT self-enhancement (achievement value, power value, dan hedonism value) yang letaknya saling bersebelahan, namun

terjadi pertukaran tempat antara achievement value dan hedonism value,

ketiga tipe value ini memiliki hubungan compitability. Conservatism

(conformity, tradition dan security values), dan self-transcedence


(68)

102

(benevolence dan universalism value). Hubungan compatibilities ini sesuai

dengan teori Schwartz.

5. Hubungan yang conflict antar values dapat teridentifikasi melalui

hubungan antara hedonism value dengan security value dan hedonism

value dengan universalism value.

5.2. 1. Saran

• Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada Universitas lain yang mempunyai latar belakang suku, contohnya mayoritas suku Sunda,

Jawa dan lain-lain.

• Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada populasi remaja dengan latar belakang budaya Sunda lain yang berbeda dengan

penelitian ini misalnya suku Batak, Jawa, dan budaya-budaya

lainnya di Indonesia.

• Peneltian selanjutnya dapat dilakukan pada tahap perkembangan yang berbeda dengan penelitian ini.

• Penelitian selanjutnya dapat memodifikasi item alat ukur untuk lebih disesuaikan dengan latar belakang budaya responden.

2. Guna laksana

• Memberikan informasi kepada mahasiswa/i universitas “X” Bandung dengan latar belakang budaya Sunda mengenai values

yang dianggap penting bagi mahasiswa/i universitas “X” Sunda

yaitu conformity value, security value dan self-direction value,


(1)

102

(benevolence dan universalism value). Hubungan compatibilities ini sesuai dengan teori Schwartz.

5. Hubungan yang conflict antar values dapat teridentifikasi melalui hubungan antara hedonism value dengan security value dan hedonism value dengan universalism value.

5.2. 1. Saran

• Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada Universitas lain yang mempunyai latar belakang suku, contohnya mayoritas suku Sunda, Jawa dan lain-lain.

• Penelitian selanjutnya dapat dilakukan pada populasi remaja dengan latar belakang budaya Sunda lain yang berbeda dengan penelitian ini misalnya suku Batak, Jawa, dan budaya-budaya lainnya di Indonesia.

• Peneltian selanjutnya dapat dilakukan pada tahap perkembangan yang berbeda dengan penelitian ini.

• Penelitian selanjutnya dapat memodifikasi item alat ukur untuk lebih disesuaikan dengan latar belakang budaya responden.

2. Guna laksana

• Memberikan informasi kepada mahasiswa/i universitas “X” Bandung dengan latar belakang budaya Sunda mengenai values yang dianggap penting bagi mahasiswa/i universitas “X” Sunda yaitu conformity value, security value dan self-direction value,


(2)

103

sehingga mereka dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar mereka dan tetap dapat mengamalkan nilai budaya Sunda yang berguna bagi mereka.

• Kepada mahasiswa/i Universitas “X” Bandung dengan latar belakang budaya Sunda untuk mempertimbangkan pengadaan kegiatan-kegiatan berlandaskan budaya Sunda di Universitas, sehingga values dapat tertanam secara optimal pada mahasiswa/i.

• Kepada Universitas “X” Bandung untuk mengetahui gambaran Schwartz value pada mahasiswa/i Universitas “X” Bandung

dengan latar belakang budaya Sunda, dan untuk meningkatkan pelaksanaan kegiatan berlandaskan budaya Sunda.


(3)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR PUSTAKA

Berry, John, W., Poortinga, Ype., Segall, Marshall h,. dasen, Pierre R 1999. Psikologi Lintas Budaya : Riset dan Aplikasi. Jakarta :PT Gramedia Pustaka Utama

Ekadjati, Edi, S. 1981. Masyarakat Sunda dan Kebudayaannya. Jakarta : Girimukti Pusaka

Iskandar, 1987. Mengenal kebudayaan Sunda : Penerbit Perpustakaan perguruan bandung.

Koentjaraningrat. 1971. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jogjakarta : Penerbit Djambatan.

Koentjaraningrat, 1979. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta : Penerbit Aksara Baru

Mustapa, Hasan. 2002. Adat Istiadat Sunda. Bandung : Penerbit Alumni Bandung.

Oishi, Shigehiro, Schimmack, U., Diener, E., Suh, E. M. 1998. The Measurement of Values and Individualism-Collectivism. Personality and Social Psychology Bulletin. Vol 24. No. 11. November 1998.

Rachmat, Otong 1996. Ilmu Budaya Dasar : Penerbit Universitas Pasundan Bandung

Rasyid, Harun Al. Teknik Penarikan Sampel dan Penyusunan Skala. Bandung : Program Pascasarjana Unpad.


(4)

Universitas Kristen Maranatha Rokeach, M. 1968. Beliefs, Attitudes and Values. San Francisco : Jossey Bass. Santrock, J. W. 2003. In kristiaji, W.C., Sumuharti, Y. Eds Adolescence

perkembangan remaja. Jakarta : Erlangga.

Santrock, John. 2004. Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan, jilid II. Jakarta : Pt Erlangga.

Sugiyono, 2005 Memahami Penelitian Kualitatif : Penerbit Alfabeta Bandung.

Schwartz, Shalom H. 1990. Universal in the Content and Strusture of values: Theoretical Advances and Empirical Test in 20 Countries. In Zanna. M.P.Ed. advance in experimental social psikology Vol.25, 1-65. Oralando, FL : Academic Press.

Schwartz, Shalom H., M., Owens, V., & Burgess, S. 2001. Extending The Cross- Cultural validity of The Theory of basic Human Value with A Different Method of Measurament. Journal of Cross Cultural Psychology. Vol 32. No.5. Septmber 2001


(5)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR RUJUKAN

Errol Z. 2005. Skripsi. Studi deskriptif mengenai Schwartz’s Values pada siswa/i dengan latar belakang budaya Sunda di SMU “X” Kecamatan Pacet.

Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Mia Hapsari. 2005. Skripsi. Studi deskriptif mengenai Schwartz’s Values pada siswa/i kelas III SMA Kristen “X” Bandung. Bandung: Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha.

Nurintan Sinuhaji. 2007. Skripsi. Studi deskriptif mengenai Schwartz’s Values pada remaja Batak Karo di Bandung. Bandung: Fakultas Psikologi

Maranatha

Schwartz, S. H 2004. Departement of Psychology. The Hebrew University of Jarusalem.

www. Pikiran Rakyat.Com

www.Wikipedia.Com


(6)