Pola Komunikasi Etnis Thionghoa Dengan Warga Sunda (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Etnis Thionghoa Dengan Warga Sunda di Jalan Cibadak Kota Bandung)

(1)

RIZMAN MUSLIHAT NIM. 41808128

ABSTRACT

The study is designed to understand mode of commuication between ethnic Chinese and Sundanese in Cibadak Street, Bandung City. The objective of this study is to know how mode of communication between etnic Chinese and Sundanese in terms of interactions, communication processes, and obstacles. The study was conducted by usingqyalitative approach in descriptive design.

The researcher make use of purposive sampling technique, and data were derived from 3 (three) informans and 3 (three) supporting informants,as well as by means of in depth interview,observations, literature studies, and internet searching. While the data analytical techniques used are reduction, collection, presentation, and the drawing of a conclusion.

Results showed that the Chinese ethnic interaction with the citizens on the street Sunda Cibadak to establish a close relationship between ethnic Thionghoa with citizens Sunda. In addition to the interaction between the citizens Sundanese ethnic Thionghoa it will be interwoven pattern of good communication within the community Luna4 alley.

This is due to the interaction that is needed by ethnic Thionghoa with the citizens so that ethnic Sundanese ethnic Thionghoa Thionghoa can communicate when communication with citizens. The conclusion of this research is done by the communication patterns of ethnic Sundanese Thionghoa with citizens in their daily produce interpersonal hubunganan between them in social life. Effective communication is also marked by good interpersonal relationships. Where is second in an area or region must have the same goal, and that goal can be realized by openness, tolerance, and mutual respect.

Keywods: Qualitative Methods, descriptive study, the pattern of Communication, Process of Communication, interaction, Communication Barriers


(2)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Beberapa suku bangsa yang berada di Indonesia berdasarkan asal daerah tempat tinggal di antaranya kota Bandung yang berada di pulau Jawa tepatnya Jawa Barat, merupakan kota yang mempunyai keanekaragaman budaya dan bahasa seperti di jalan Cibadak kota Bandung yang merupakan mayoritas etnis Thionghoa. Salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman budaya bahasa serta suku bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa ini dengan menjunjung rasa kebersamaan salah satu keragaman tersebut baik perbedaan suku, ras,bahasa dan agama. Yang membedakan suku bangsa dengan lainnya antara lain bahasa adat istiadat, sistem kekerabatan.

Komunikasi antar etnis Thionghoa dengan warga Sunda merupakan hubungan antara individu-individu yang berbeda etnis dan agama. Dalam berkomunikasi antara etnis Thionghoa dengan warga Sunda terdapat norma-norma yang harus di patuhi oleh kedua etnis Thionghoa dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak kota Bandung seperti saling menghormati dalam membina kebersamaan hidup bermasyarakat. Perbedaan kedua etnis Thionghoa dengan warga Sunda dari segi cara berkomunikasi adat istiadat dan budaya sebutan dalam kekeluargaan mulai mengalami penyesuaian.

Etnis Tionghoa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sejak lama menyatukan diri dalam kehidupan masyarakat dan budayanya untuk menciptakan kehidupan yang harmonis. Nurhadiantomo (2004: 127) menyatakan, bahwa orang


(3)

yang sebenarnya. Mereka berasimilasi dengan cara menyerap kehidupan masyarakat ditempat mereka berada menjadi kehidupannya pula. Menurut Mulyana (2000:237) mengemukakan bahwa budaya adalah Budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi. Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana komunikasi berlangsung tetapi budaya juga menentukan bagaimana orang menyampaikan pesan, makna yang ia miliki untuk peran, dan kondisi-kondisinya untuk mengiri, memperhatikan, dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beranekaragam maka beranekaragam pula praktek-praktek komunikasi.

B. Rumusan Masalah

Dari penjabaran yang telah dijelaskan oleh peneliti pada bagian latar belakang masalah, peneliti dapat membuat suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut :


(4)

pertanyaan makro yaitu, Bagaimana Pola Komunikasi Etnis Thionghoa Dengan Warga Sunda Di Jalan Cibadak Kota Bandung?

2. Rumusan Masalah Mikro

Rumusan masalah yang telah diangkat oleh peneliti berdasarkan pada latar belakang masalah penelitian, maka peneliti kemudian dapat merumuskan permasalah mikro yaitu :

1. Bagaimana interaksi komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung ?

2. Bagaimana proses komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung ?

3. Bagaimana hambatan komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung ?

C. Maksud dan Tujuan Penelitian 1.Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan, dan menjelaskan secara mendalam bagaimana Pola Komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung.

2. Tujuan Penelitian

Berdasarkan yang sudah dijelaskan dalam rumusan masalah mengenai identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Interaksi komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung.


(5)

Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui pola komunikasi antar Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung.

D. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis sebagai berikut


(6)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan praktis bagi para peneliti, khususnya dalam bidang ilmu komunikasi yang mengfokuskan kajiannya pada studi pola komunikasi. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan fenomena komunikasi yang ada, semakin bisa membuat penelitian mudah di lakukan oleh peneliti, dengan secara khusus dan umum diharapkan pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan fenomena komunikasi yang ada khususnya dalam pola komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak kota Bandung.

2. Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut : a. Bagi Peneliti

Dapat di jadikan bahan pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu yang di peroleh peneliti selama studi secara teoritis. Dalam hal ini khususnya mengenai kajian komunikasi dan pola komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak kota Bandung.

b. Bagi Akademik

Secara praktis penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa UNIKOM secara umum, dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara khusus yang dapat dijadikan sebagai literatatur dan referensi tambahan terutaman bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.


(7)

1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar, untuk mengembangkan. Peneliti terdahulu digunakan sebagai referensi bagi peneliti yang peneliti lakukan saat ini, sehingga dapat menambah pemahaman peneliti dalam memaknai fenomena penelitian berkembangnya. Oleh karena itu peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu untuk menambah pemahaman peneliti mengenai fenomena.

2. Tinjauan Tentang Komunikasi

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat pada umum nya. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari.

a. Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi adalah: Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka


(8)

mengenai apa yang dipercakapkan. (Effendy, 2011:9)

Gerald R. Miller, mengatakan komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka. Dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland nengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (commnication is the process to modify the behavior of other individuals).

Akan tetapi, seseorang seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari; sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. (Effendy, 2011:11)

b. Tujuan Komunikasi

Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Kegiatan komunikasi yang manusia lakukan sehari-hari tentu memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda beda yang nantinya diharapkan dapat tercipta saling pengertian. Berikut tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy:


(9)

4. Perubahan sosial (Social change) (Effendy, 2003 : 8)

Dari empat poin yang dikemukakan diatas tersebut oleh Onong Uchjana effendy, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, dan pada perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang utama, mendidik, menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap ataupun dalam bertindak.

c. Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi ialah langkah langkah yang menggambarkan terjadi kegiatan komunikasi. Proses komunikasi interpersonal. Menurut (Suranto Aw, 2011:19):

1. Keinginan berkomunikasi seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain.

2. Encoding oleh komunikator, encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam symbol-simbol, kata-kata dan sebagainnya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampainnya.

3. Pengirim pesan, untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator memilih saluran komunikasi telephone, sms, e-mail, surat ataupun secara tatap muka. Pilihan atas saluran


(10)

lokasi penerima, media yang tersedia, kebutuhan tentang kecepatran penyampaian pesan dan karakteristik komunikan.

4. Penerima pesan. Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan.

5. Decoding oleh komunikan, merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”,berupa kata kata dan sbimbol symbol yang harus diubah ke dalam pengalaman–pengalaman yang mengandung makna, dengan demikian decoding adalah proses memahami pesan. Apabila semua berjalan lancar, komunikan tersebut menterjemahkan pesan yang diteima dari komunikator dengan benar, memberi arti yang sama pada simbol-simbol sebagaimana yang di harapkan oleh komunikator.

6. Umpan Balik, setelah penerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini seorang komunikator dapat mengevaluasi efektivitas komunikasi, umpan balik kini biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu siklsu proses komunikasi baru. Sehingga proses komunikasi berlangsung secara berkelanjutan.


(11)

Metode penelitian ini merupakan alat bedah yang dipergunakan dalam penelitian sebagai cara untuk memperoleh jawaban dari permasalahn penelitian, pemilihan metode yang digunakan harus dapat mencerminkan relevansi hingga kepada metode yang digunakan dalam penelitian agar berjalan beriringan yang kesemuanya itu harus sesuai pula dengan permasalah yang di angkat dalam penelitian.

Penelitian kualitatif menolak kuantifikasi aspek-aspek perilaku manusia dalam proses memahami perilaku individu, penelitian kualitatif merujuk pada aspek kualitas dan subjek peneltian. Apabila disederhanakan, penelitian kualitatif seringkali diasosiasikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan hitungan.

Paradigma yang digunakan pada penelitian ini merupakan paradigma memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivisme adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruktivisme ini sering sekali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna.

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi Deskriftif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2006:3) mendefinisikan metodologi


(12)

berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari keutuhan. Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan menusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif.

Mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya di sepakati oleh kedua belah pihak: peneliti dan subjek penelitian (Moleong, 2006:44). Dalam penelitian kualitatif, realitas dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh, memiliki dimensi yang banyak namun bisa berubah-ubah, hal ini berakibat pada penelitian tidak disusun secara detail seperti lazimnya suatu penelitian. Peneliti menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini, karena melihat karakteristiknya penelitian ini hanya bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara faktual dan cermat atau dengan kata lain menggunakan konsep diri sebagai acuan fokus penelitian ini.

Metode deskriptif digunakan untuk dapat menyampaikan hasil penelitian dengan lebih terbuka. Peneliti akan memaparkan berbagai hal yang dilihat dan


(13)

a. Studi Lapangan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara seksama dengan pemilihan atau penentuan data dan informasi yang dipandang representatif dalam kerangka holistik. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dari informan, penulis melakukan dengan pengamatan cara pendekatan turun kelapangan langsung dalam melakukan penelitian dengan cara berkomunikasi dengan etnis Thionghoa. Selain itu catatan lapangan juga digunakan untuk menuliskan kembali apa yang disampaikan informan yang berkaitan dengan pengamatan dan wawancara. di lapangan dalam melakukan penelitian.

b. Observasi

Dengan observasi maka peneliti akan mendapatkan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan. Karena dari observasi maka peneliti akan mendapatkan data-data yang diinginkan, dalam observasi berperan serta ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan dukanya, dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak.


(14)

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

Pada bab ini, peneliti akan menguraikan hasil penelitian yang telah diperoleh peneliti selama dilapangan, kemudian dianalisis serta dibahas dengan studi deskriptif, mengenai Pola Komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di Jalan Cibadak kota Bandung.

B. Gambar Objek Penelitian a. Sejarah Etnis Thionghoa

Tionghoa (dialek Hokkien) yang berarti Bangsa Tengah, dalam Bahasa Mandarin ejaan Pinyin, kata ini dibaca “zhonghua”) merupakan sebutan

lain untuk orang-orang dari suku atau ras Tiongkok yag berada di Indonesia. Kata ini dalam bahasa Indonesia sering dipakai untuk menggantikan kata “Cina” yang kini memiliki konotasi negatif karena sering digunakan dalam nada merendahkan. Kata ini juga dapat merujuk kepada orang-orang keturunan Cina yang tinggal di luar Republik Rakyat Cina, Indonesia, Malaysia, Singapura, Hong Kong, dan Taiwan.

B. Analisis Deskripsi Hasil Penelitian

Pola komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di Jalan Cibadak kota Bandung ini dapat dilihat dari interaksi, proses, dan hambatan komunikasi yang dilakukan oleh Etnis Thionghoa di Jalan Cibadak kota Bandung, khususnya yang berada di Gang Luna IV.

Hal pertama yang peneliti lakukan sebelum mewawancarai para informan adalah melakukan proses observasi mengenai daerah Cibadak, lalu melakukan


(15)

jumlah yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini sebanyak 3 orang etnis Thionghoa dan 3 orang warga Sunda yang menjadi informan pendukung. Oleh sebab itu, berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan beberapa orang yang sudah ditetapkan sebagai informan dalam penelitian ini adanya interaksi, proses komunikasi dan hambatan dalam komunikasi yang terjalin dalam keseharian etnis Thionghoa dengan warga Sunda. Berdasarkan hasil wawancara dengan informan serta observasi langsung dilapangan, maka peneliti dapat menganalisa Pola Komunikasi etnis Thionghoa dengan warga Sunda di Jalan Cibadak kota Bandung yang meliputi:

1. Interaksi Komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di Jalan Cibadak kota Bandung

Dalam menciptakan kehidupan bermasyarakat yang tentram, rukun dan damai bukanlah hal yang sulit, namun tidak juga mudah. Ditengah perbedaan yang ada, dibutuhkan sikap saling toleransi, keterbukaan, dan saling menghargai di setiap individu masyarakatnya. Termasuk juga yang tercermin dari kehidupan sehari-hari warga yang berada di Jalan Cibadak kota Bandung, kehidupan dua etnis yang dari jaman dahulu dikenal yaitu etnis Thionghoa dan warga asli kota Bandung, yaitu warga sunda.

2. Proses Komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di Jalan Cibadak kota Bandung


(16)

pesan kepada komunikanya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi ini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalui perkembangan. (Effendy,2000 : 31). Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan kepada orang lain. Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaanya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari. Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. Seperti halnya, etnis Thionghoa dalam melakukan komunikasi dengan warga Sunda yang berada di Cibadak.

3. Hambatan komunikasi etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung

Hambatan di dalam komunikasi tidak dapat dihindarkan, begitu juga yang terjadi dalam kehidupan warga di daerah Cibadak, dengan adanya hambatan-hambatan yang terjadi pada pola komunikasi disini maka akan


(17)

Hasil penelitian diatas merupakan suatu uraian wawancara, dan observasi penelitian yang dilakukan peneliti di lapangan yang telah dilakukan dalam kurun waktu yang cukup lama. Peneliti telah membahas pada bab sebelumnya, bahwa metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan studi deskriptif mengenai pola komunikasi etnis Thionghoa dengan warga Sunda di Jalan Cibadak kota Bandung, dari wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti maka peneliti menganalisi ke dalam hasil pembahasan penelitian.

Fokus pada penelitian ini adalah pola komunikasi etnis Thionghoa dengan warga Sunda di Jalan Cibadak kota Bandung. Komunikasi merupakan penyampaian pengertian dari seseorang kepada orang lain atau komunikasi adalah suatu proses pemindahan pengertian dalam bentuk gagasan atau informasi dari seseorang ke pada orang lain.


(18)

Sumber : Peneliti, 2016

Etnis Thionghoa dengan warga Sunda

Interaksi Proses Komunikasi Dengan mengadakan kegiatan rutin sosial, agar terjalain hubungan yang baik dalam kehidupan bermasyaraka t diantara etnis Hambatan komunikasi Menyusuaikan diri

Menggunakan bahas

 Masih terdapat rasa canggung diantara kedua etnis tersebut karena kurangnya interaksi

 Hambatan Semantik :

Micommunication antaraetnis thionghoa dengan warga sunda. Contohnya : kesalah pahaman pada saat melakukan kegiatan acara di wihara Dharma Ramsi. Menyesuaikan diri

terhadap daerah yang mereka tinggali

Pola Komunikasi etnis Thionghoa dengan warga Sunda di Jalan


(19)

Bab ini merupakan bagian terakhir dari hasil penelitian yang penulis lakukan. Dalam bab ini juga diuraikan mengenai simpulan penelitian dan saran-saran penulis.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada Bab IV telah diangkat subfokus yang menjelaskan Pola Komunikasi Etnis Thionghoa Dengan Warga Sunda Di Jalan Cibadak Kota Bandung, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Interaksi Komunikasi Etnis Thionghoa Dengan Warga Sunda Di Jalan Cibadak Kota Bandung

Dapat mengetahui proses interaksi etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak, dengan pengenalan terlebih dahulu, dan saling menjalin komunikasi, baik dengan bertegur sapa, atau berbincang-bincang ikut membaur diantara kedua pihak. Pengenalan biasanya dimulai dengan bertanya mengenai identitas, dan berbincang-bincang mengenai pekerjaan. Dengan adanya interaksi sehingga tidak ada kecanggungan diantara etnis Thionghoa dengan warga Sunda.

2. Proses Komunikasi Etnis Thionghoa Dengan Warga Sunda Di Jalan Cibadak Kota Bandung

Pada proses komunikasi yang dilakukan oleh etnis Thionghoa dengan warga sunda di Jalan Cibadak dilakukan dengan etnis Thionghoa menyesuaikan diri terhadap daerah yang mereka tinggali, etnis Thionghoa


(20)

Maka terjalin pola komunikasi yang baik di dalam lingkungan masyarakat Gang Luna IV. Dan dengan mengadakan kegiatan rutin sosial, agar terjalain hubungan yang baik dalam kehidupan bermasyarakat diantara etnis Thionghoa dengan warga Sunda.

B.Saran

Setelah penulis menyelesaikan pembahasan pada skripsi ini, maka pada bab penutupan penulis mengemukakan saran-saran sesuai dengan hasil pengamatan dalam membahas skripsi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Aw, Suranto. 2011.Komunikasi Interpersonal.Yogyakarta : Graha Ilmu Aditjondro, G.J. 1978. Dari Pecinan sampai Nan Yang : Suatu Introduksi Alatas. 1988. Mitos Pribumi Malas. Jakarta : LP3ES.

Devito, A. Joseph. 1997. Komunikasi Antar Manusia. Jakarta : Professional Effendi, Onong Uchajana. 2003. Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung :

PT. Citra Aditya Bakti

Effendy, Onong Uchjana. 2011. Ilmu Komunikasi Teori Dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Moleong, Lexy J. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif : Edisi Revisi (Cetakan kedua puluh sembilan). Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Mead, George Herbert. Mind, Self and Society: From a Standpoint of a social

Mulyana, Deddy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Mulyana, Deddy. 2013. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2000. Human Communication : Konteks-Konteks Komunikasi


(21)

Poerwanto, Hari. 2005. Orang Cina Khek dari Singkawang. Jakarta : Komunitas Bambu.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif-Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta

Tentang Kewiraswastaan Orang Cina di Indonesia. Jakarta : KITLV


(22)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Beberapa suku bangsa yang berada di Indonesia berdasarkan asal daerah tempat tinggal di antaranya kota Bandung yang berada di pulau Jawa tepatnya Jawa Barat, merupakan kota yang mempunyai keanekaragaman budaya dan bahasa seperti di jalan Cibadak kota Bandung yang merupakan mayoritas etnis Thionghoa. Salah satu negara yang mempunyai keanekaragaman budaya bahasa serta suku bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa ini dengan menjunjung rasa kebersamaan salah satu keragaman tersebut baik perbedaan suku, ras,bahasa dan agama. Yang membedakan suku bangsa dengan lainnya antara lain bahasa adat istiadat, sistem kekerabatan.

Komunikasi antar etnis Thionghoa dengan warga Sunda merupakan hubungan antara individu-individu yang berbeda etnis dan agama. Dalam berkomunikasi antara etnis Thionghoa dengan warga Sunda terdapat norma-norma yang harus di patuhi oleh kedua etnis Thionghoa dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak kota Bandung seperti saling menghormati dalam membina kebersamaan hidup bermasyarakat. Perbedaan kedua etnis Thionghoa dengan warga Sunda dari segi cara berkomunikasi adat istiadat dan budaya sebutan dalam kekeluargaan mulai mengalami penyesuaian.

Etnis Tionghoa sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sejak lama menyatukan diri dalam kehidupan masyarakat dan budayanya untuk menciptakan kehidupan yang harmonis. Nurhadiantomo (2004: 127) menyatakan, bahwa orang


(23)

Tionghoa yang sudah lama tinggal di Indonesia, bahkan yang lahir di Indonesia sudah merasa menjadi warga negara Indonesia. Mereka tidak mau lagi disebut sebagai orang Tionghoa, tapi ingin menjadi bagian dari warga negara Indonesia yang sebenarnya. Mereka berasimilasi dengan cara menyerap kehidupan masyarakat ditempat mereka berada menjadi kehidupannya pula.

Menurut Mulyana (2000:237) mengemukakan bahwa budaya adalah Budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beraneka ragam, maka beraneka ragam pula praktik-praktik komunikasi. Budaya dan komunikasi tak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan siapa berbicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana komunikasi berlangsung tetapi budaya juga menentukan bagaimana orang menyampaikan pesan, makna yang ia miliki untuk peran, dan kondisi-kondisinya untuk mengiri, memperhatikan, dan menafsirkan pesan. Sebenarnya seluruh perbendaharaan perilaku kita sangat bergantung pada budaya tempat kita dibesarkan. Konsekuensinya, budaya merupakan landasan komunikasi. Bila budaya beranekaragam maka beranekaragam pula praktek-praktek komunikasi.

Hubungan timbal balik antara komunikasi dan kebudayaan dalam kehidupan interaksi dan sosialita masyarakat, budaya dan perilakunya hanya dapat dipahami dengan memahami benar-benar konsep-konsep komunikasi dan konsep-konsep kebudayaan. Keduanya saling tidak terpisahkan, saling mempengaruhi, saling ketergantungan dan saling melengkapi, serta dalam hubungan secara timbal balik, termasuk perilaku komunikasinya.


(24)

Daerah pecinaan yang terletak di jalan Cibadak mayoritas etnis Thionghoa sangat banyak di bandingkan warga asli Sunda. Sejak jaman dulu di daerah jalan Cibadak mayoritas penduduknya hampir warga Sunda. Akan tetapi seiring perkembangan jaman warga Sunda mulai menjual pemukimannya, dan lambat laun warga Sunda yang berada di daerah jalan Cibadak sudah mulai sedikit. Dan sampai saat ini wilayah jalan Cibadak di tempati oleh mayoritas warga etnis Thionghoa.

Sebagian ada beberapa warga Sunda yang masih menetap di daerah Cibadak. Sepeti nama gang Luna IV mayoritas etnis Thionghoa sangat banyak di bandingkan warga asli Sunda. Kedua etnis Thionghoa di daerah Jalan Cibadak dengan warga Sunda sangat rukun satu sama lain. Hampir sepanjang jalan Cibadak banyak pertokoan yang pemiliknya warga etnis Thionghoa dan kebanyakan berprofesi sebagai pedagang. Dan aktivitas perdagangan menjadi penopang utama dari kehidupan sebagian warga dari etnis Thionghoa di kawasan jalan Cibadak.

Fenomena-fenomena tersebut menarik perhatian saya untuk meneliti komunikasi antar kedua etnis Thionghoa dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak. Warga Sunda yang sudah lama menetap di daerah Cibadak sangat rukun dengan warga etnis Thionghoa dan tidak ada perbedaan di antara kedua etnis.

Pada Umumnya, aktifitas yang di lakukan oleh etnis Thionghoa yang berada di jalan Cibadak yaitu pedagang. Salah satunya adalah daerah yang paling menarik dalam melakukan komunikasi dengan orang sunda adalah gang Luna4


(25)

jalan Cibadak. Warga etnis Thionghoa kebanyakn menggunakan bahasa Sunda namun tidak semuanya etnis Thionghoa bisa berbahasa Sunda. Kebanyakan yang sudah menetap lama di daerah Cibadak.

Komunikasi merupakan penghubung antara satu orang dengan yang lain, Komunikasi yang terjadi antara etnis Thionghoa dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak kota Bandung menggunakan bahasa Indonesia. Mayoritas etnis Thionghoa di jalan Cibadak sangat banyak dibandingkan warga Sunda. Komunikasi antar etnis Tionghoa dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak sangat baik. Pesan yang di samapaikan etnis Thionghoa dengan warga Sunda menggunakan komunikasi verbal dan non-verbal.

Namun di sisi lain ada perbedaan di antara kedua etnis Thionghoa dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak. Sesuai pengamatan saya di lapangan, solideritas etnis Tionghoa dengan warga Sunda terbilang cukup rukun. Berbagai acara masyarakat etnis Thionghoa di kawasan jalan Cibadak kota bandung saling bantu membantu dengan warga Sunda. Bisa di lihat dari cara berkomunikasi etnis Thionghoa sehari-hari dengan warga Sunda mereka cenderung menggunakan Bahasa bahasa Indonesia dan bahasa Sunda kasar.1

Saat berkomunikasi dengan sesama etnis Thionghoa cenderung menggunakan bahasa Mandarin dan bahasa Indonesia. Namun tidak semua etnis Thionghoa menggunakan bahasa Mandarin.

Informasi yang saya dapat di lapangan salah seorang etnis Thionghoa yang berprofesi sebagai pedagang yang berada di Jalan Cibadak, bahasa yang sering di

1

https://didasadariksa.wordpress.com/2010/11/02/sejarah-masyarakat-tionghoa-di-bandung/ diakses pada tanggal Kamis, 26 Maret 2015


(26)

gunakan sehari-hari adalah bahasa Indonesia dan bahasa Sunda kasar. Namun saat berjualan Etnis Thinghoa sering menggunakan bahasa sunda kasar tanpa menyinggung perasaan lawan bicara. Dalam kehidupan keseharian di lingkungan sosialnya, kehidupan antar etnis Thionghoa dengan warga Sunda dimana kedua warga terdiri dari individu-individu dari berbagai etnis Thionghoa dengan warga Sunda, salah satunya tata cara berkomunikasi antara kedua etnis.

Sesuai pengamatan saya di lapangan banyak perbedaan antara etnis Thionghoa dengan warga sunda. Keduanya memiliki ciri khas seperti warna kulit putih struktur kulinya cenderung kasar, mata sipit dan jenis rambut lurus dan sebaliknya ciri khas warga Sunda memiliki kulit kuning langsat struktur kulitnya lembut, mata tidak sipit jenis rambut hitam lurus. Warga Sunda di kenal dengan keramahan ketika menyapa seseorang dan berbaur dengan orang lain Selalu mengedepankan senyuman. Sebaliknya warga etnis thionghoa bertemu dengan warga Sunda cenderung biasa-biasa saja tapi saat bertemu dengan sesama etnis Thionghoa terkadang menyapa.2

Ada beberapa faktor yang dapat kita lihat salah satunya kebiasaan-kebiasaan etnis Thionghoa saat berkomunikasi dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak. Kebiasaan etnis Thionghoa saat berkomunikasi dengan warga Sunda cenderung tidak banyak bicara tentang hal-hal yang di anggap tidak penting.

Warga etnis Thionghoa sebagian besar bertempat tinggal di perkotaan yang berada di jalan Cibadak kota Bandung. Lambat laun warga etnis Thionghoa mulai berbaur dengan warga sekitar tempat dimana warga etnis Thionghoa berdiam.


(27)

Warga etnis Thionghoa memiliki tempat tinggal di sepanjang jalan pusat pertokoan yang berada di Cibadak kota Bandung. Selain di kenal sebagai etnis Thionghoa yang berasal dari perantauan, warga Thionghoa juga di kenal pintar dalam melakukan transaksi jual beli. Dari berbagai golongan warga etnis Tthionghoa yang berada di seluruh Indonesia, golongan etnis Thionghoa merupakan golongan yang sudah lama menetap di Indonesia. Warga Thionghoa yang tersebar ke seluruh Indonesia sebagaian besar dari orang-orang Thionghoa menetap di pulai Jawa. Warga etnis Thionghoa berkembang pesat di daerah Bandung.

Sebagian besar warga Thionghoa tinggal di perkampungan Suniaraja dan sekitar Jalan Pecinan hingga jalan Cibadak kota Bandung. Sampai saat ini, persebaran etnis Thionghoa di kota Bandung semakin meluas seperti di Jalan Cibadak , jalan Pasar Baru, Jalan ABC, dan masih banyak daerah lainnya di kota Bandung.

Dengan berubahnya jaman warga Thionghoa banyak mendirikan bangunan-bangunan mewah dan pertokoan, Itulah salah satu kemajuan warga etnis Thionghoa di Cibadak kota Bandung. Mereka tidak hanya menjual aneka ragam kebutuhan dari warga Thionghoa saja, melainkan menjual bermacam-macam kebutuhan yang di butuhkan dari seluruh masyarakat kota di Bandung.

Seiring berjalannya waktu bahwa masyarakat etnis Thionghoa datang ke kota Bandung untuk menghidupkan perekonomian di kota Bandung. Di daerah pecinan Cibadak kota Bandung, di mana warga thionghoa di kawasan Cibadak


(28)

kebanyakan berprofesi sebagai pedagang di sekitar jalan Banceuy sampai jalan klenteng.

Sasaran penelitian dalam penelitian ini adalah cara berkomunikasi antar kedua etnis Thionghoa dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak. Beberapa informan yang mewakili etnis-etnis mayoritas yang berdada di kawasan jalan Cibadak yang melakukan komunikasi antar etnis Thionghoa dengan warga Sunda invidu lain di luar etnisnya untuk di wawancarai secara mendalam dan menghasilkan narasi kualitatif sesuai dengan jumlah dan ketentuan yang telah ditentukan. Informan-informan yang akan di wawancarai adalah satu orang warga Thionghoa pendatang bukan asli Cibadak yang berprofesi sebagai pedagang.

Menurut salah seorang warga asli Cibadak yang berketurunan Thionghoa yang berada di kawasan jalan Cibadak Kota Bandung kebanyakan di dominasi oleh warna merah atau warga etnis Thionghoa yang artinya eratnya hubungan kedua warga etnis Thionghoa dengan warga Sunda. Komunikasi di antara kedua etnis Thionghoa dengan warga Sunda menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Sunda kasar. Ciri khas etnis Thionghoa hidup berkelompok dengan sesama etnis Thionghoa lainnya.

Warga etnis Thionghoa di sekitaran jalan Cibadak kota Bandung adalah salah satu etnis yang memiliki cara berkomunikasi yang khas sehingga penggunaan bahasa yang mereka gunakan bermacam-macam seperti bahasa Mandarin, bahasa Indonesia, dan bahasa Sunda kasar. Hal ini dapat menjaga pola komunikasi antara etnis Thionghoa dengan warga Sunda.


(29)

Etnis Thionghoa di kota Bandung adalah salah satu etnis Thionghoa yang memiliki cara berkomukasi yang khas masing-masing etnis Thionghoa. Tata cara berkomukasi sesama etnis yang mereka pakai adalah bahasa yang di mengerti oleh etnis Thionghoa, seperti bahasa Mandarin. Namun saat berbaur dengan warga Sunda etnis Thionghoa mulai menyesuaikan, mereka berkomunikasi dengan bahasa Sunda kasar.

Dalam berkomunikasi sehari-hari etnis Thionghoa dengan warga Sunda sering menggunakan bahasa campuran bahasa Indonesia dan bahasa Sunda kasar. Percampuran bahasa membuat tata cara etnis Thionghoa dengan warga sunda saat berkomunikasi lebih mudah di mengerti karena menggunakan bahasa yang sama dan di mengerti oleh warga Sunda.

Komunikasi Verbal Simbol atau pesan verbal adalah semua jenis simbol yang menggunakan satu kata atau lebih. Bahasa dapat juga dianggap sebagai sistem kode verbal. (Deddy Mulyana, 2005). Bahasa dapat di definisikan sebagai seperangkat simbol, dengan aturan untuk mengkombinasikan simbol-simbol tersebut, digunakan dan dipahami suatu komunitas.

Komunikasi Nonverbal Secara sederhana, pesan nonverbal adalah semua isyarat yang bukan kata-kata. Menurut Larry dalam ruang A.Samovar dan Richard E. Porter, komunikasi nonverbal mencangkup semua rangsangan (kecuali rangsangan verbal) dalam suatu setting komunikasi, yang dihasilkan oleh individu dan penggunaan lingkungan oleh individu, yang mempunyai nilai pesan potensial bagi pengirim atau penerima. (Deddy Mulyana, 2013:343)


(30)

Pola Komunikasi ini akan menunjukan jalannya komunikasi yang terjadi dalam kedua etnis Thionghoa dengan warga Sunda sehingga dapat menunjukan proses interaksi yang terjadi di antara Etnis Thionghoa dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak. Sebagai di jelaskan Djamarah (2004:1) bahwa, “Pola komunikasi di artikan sebagai bentuk atau pola hubungan dua orang atau lebih dalam proses pengiriman dan penerimaan cara yang tepat sehingga pesan pesan yang di maksud dapat di pahami.”

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjabaran yang telah dijelaskan oleh peneliti pada bagian latar belakang masalah, peneliti dapat membuat suatu rumusan masalah penelitian sebagai berikut :

1.2.1 Rumusan Pertanyaan Makro

Mengacu pada judul penelitian dan rumusan, Peneliti merumuskan pertanyaan makro yaitu, Bagaimana Pola Komunikasi Etnis Thionghoa Dengan Warga Sunda Di Jalan Cibadak Kota Bandung?

1.2.2 Rumusan Masalah Mikro

Rumusan masalah yang telah diangkat oleh peneliti berdasarkan pada latar belakang masalah penelitian, maka peneliti kemudian dapat merumuskan permasalah mikro yaitu :

1. Bagaimana interaksi komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung ?

2. Bagaimana proses komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung ?


(31)

3. Bagaimana hambatan komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung ?

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini yaitu untuk mendeskripsikan, dan menjelaskan secara mendalam bagaimana Pola Komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan yang sudah dijelaskan dalam rumusan masalah mengenai identifikasi masalah, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui Interaksi komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung.

2. Untuk mengetahui Proses komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung.

3. Untuk mengetahui Hambatan komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung.

4. Untuk mengetahui pola komunikasi antar Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari segi teoritis dan praktis sebagai berikut


(32)

1.4.1 Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambahkan praktis bagi para peneliti, khususnya dalam bidang ilmu komunikasi yang mengfokuskan kajiannya pada studi pola komunikasi. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan fenomena komunikasi yang ada, semakin bisa membuat penelitian mudah di lakukan oleh peneliti, dengan secara khusus dan umum diharapkan pengembangan teori-teori yang berkaitan dengan fenomena komunikasi yang ada khususnya dalam pola komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak kota Bandung.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan secara praktis pada penelitian ini sebagai berikut : 1.4.2.1 Bagi Peneliti

Dapat di jadikan bahan pengetahuan dan pengalaman serta penerapan ilmu yang di peroleh peneliti selama studi secara teoritis. Dalam hal ini khususnya mengenai kajian komunikasi dan pola komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak kota Bandung.

1.4.2.2 Bagi Akademik

Secara praktis penelitian ini dapat berguna bagi mahasiswa UNIKOM secara umum, dan mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi secara khusus yang dapat dijadikan sebagai literatatur dan referensi tambahan terutaman bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian pada kajian yang sama.


(33)

1.4.2.3 Bagi Masyarakat

Diharapkan dapat berguna sebagai informasi tentang kajian komunikasi antar etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak kota Bandung. Dan untuk memberikan sesuatu informasi cara berkomunikasi etnis Thionghoa dengan warga Sunda yang bertempat tinggal di daerah Jalan Cibadak. Dalam berkomunikasi terjadi perpaduan bahasa antara kedua etnis yang menyebabkan warga masyarakat sulit mengerti.


(34)

13

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Studi penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan acuan yang membantu peneliti dalam merumuskan asumsi dasar, untuk mengembangkan. Peneliti terdahulu digunakan sebagai referensi bagi peneliti yang peneliti lakukan saat ini, sehingga dapat menambah pemahaman peneliti dalam memaknai fenomena penelitian berkembangnya. Oleh karena itu peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu untuk menambah pemahaman peneliti mengenai fenomena penelitian yang terdiri dari :

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

Nama Peneliti Judul Tujuan Metode Hasil Penelitian

Baso

Wahyuddin H (Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik

Universitas Hasanuddin)

Komunikasi Etnis

Thionghoa Dan Etnis Bugis

Bertujuan untuk mengetahui

Komunikasi etnis thionghoa dan etnis bugis di sengkrang kabupaten wajo (Studi Komunikasi antar budaya )

Desain Kualitatif dengan Metode Deskriptif

Keaktifan mereka menggunakan bahasa bugis membuat

komunikasi yang berlangsung sangat efektif. Bukan hanya itu hubungan antara etnis Tionghoa dengan etnis Bugis sangat berbaur dan menyatu, keduanya saling menghargai dan saling


(35)

menunjukkan rasa kebersamaan mereka, misalkan ada acara kawinan, hakikah, berduka, pesta rakyat dan lain-lain pasti etnis Tionghoa ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut, ini menunujukkan bahwa memang etnis Tionghoa dan etnis Bugis sudah menyatu, tidak ada jarak untuk berinteraksi.

Nurohman Pola

Komunikasi Paguyuban sapedah

baheula (PSB) dalam

Mempertahank an Solidaritas Anggota

Organisasi di Bandung. Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM) Bandung, 2011.

Bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi

paguyuban sepedah Baheula (SPB) dalam mempertahankan solidaritas Organisasi di Cicadas Bandung. Menganalisis tentang

arus pesan

anggotanya, jaringan dan hubungan anggotanya

Desain Kualitatif dengan Metode Deskriptif

Melihat dari keunikan-keunikan yang dilakukan oleh PSB dan informasi yang di sebarkan pengurus PSB kepada anggota melalui rapat forum yang di laksanakan rutin pada rabu malam melalui fleximilis, jejaring social “Facebook”, mulut kemulut, dan juga surat undangan berangkat dari asas kekeluargaan yang mempunya rasa sehati, kesamaan hobi, dan juga hubungan yang emosional yang sama. Pola komunikasi yang


(36)

terdapat dalam paguyuban Sapedah Baheula (PSB) rasa solidaritas di dalam paguyuban Sapedah Baheula (PSB) karena PSB berasaskan

kekeluargaan dan tidak ada perbedaan dalam setiap anggota semua sama

Lusiana Andriani Lubis

(Program Studi

Magister Ilmu

Komunikasi FISIP Universitas Sumatera Utara)

Komunikasi Antarbudaya Etnis Tionghoa dan Pribumi di Kota Medan

Bertujuan untuk untuk mengetahui

Komunikasi

Antarbudaya Etnis

Tionghoa dan Pribumi di Kota Medan

Desain Kualitatif (studi kasus)

setiap individu tidak

mengetahui

sejauhmana bentuk, jenis, tingkat

harapan terhadap suatu nilai tertentu sehingga

komunikasi antar budaya etnis Tionghoa

dengan individu lainnya tidak dapat harmonis.

Prasangka dan sterotip sangat mempengaruhi setiap kegiatan interaksi sehari-hari”.


(37)

2.1.2 Tinjauan Tentang Komunikasi

Kehidupan manusia di dunia tidak dapat dilepaskan dari aktivitas komunikasi karena komunikasi merupakan dari sistem dan tatanan kehidupan sosial manusia dan masyarakat pada umum nya. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari-hari manusia yaitu sejak dari bangun tidur sampai manusia beranjak tidur pada malam hari.

2.1.2.1 Pengertian Komunikasi

Pengertian komunikasi menurut Onong Uchjana Effendi adalah: Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris Communication berasal dari kata latin communication, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama. Sama di sini maksudnya adalah sama makna. Jadi, kalau dua orang terlibat dalam komunikasi, misalnya dalam bentuk percakapan, maka komunikasi akan terjadi atau berlangsung selama ada kesamaan makna mengenai apa yang dipercakapkan. (Effendy, 2011:9)

Gerald R. Miller, mengatakan komunikasi terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk memengaruhi perilaku mereka. Dalam definisinya secara khusus mengenai pengertian komunikasinya sendiri, Hovland nengatakan bahwa komunikasi adalah proses mengubah perilaku orang lain (commnication is the process to modify the behavior of other individuals).

Akan tetapi, seseorang seseorang akan dapat mengubah sikap, pendapat, atau perilaku orang lain apabila komunikasinya itu memang komunikatif.


(38)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan).

Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari; sebaliknya komunikasi akan gagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol. (Effendy, 2011:11)

2.1.2.2 Tujuan Komunikasi

Setiap komunikasi yang dilakukan mempunyai tujuan. Kegiatan komunikasi yang manusia lakukan sehari-hari tentu memiliki suatu tujuan tertentu yang berbeda beda yang nantinya diharapkan dapat tercipta saling pengertian. Berikut tujuan komunikasi menurut Onong Uchjana Effendy:

1. Perubahan sikap (Attitude change) 2. Perubahan pendapat (Opinion change) 3. Perubahan prilaku (Behavior change)

4. Perubahan sosial (Social change) (Effendy, 2003 : 8)

Dari empat poin yang dikemukakan diatas tersebut oleh Onong Uchjana effendy, dapat disimpulkan bahwa komunikasi bertujuan untuk merubah sikap, pendapat, perilaku, dan pada perubahan sosial masyarakat. Sedangkan fungsi dari komunikasi adalah sebagai penyampai informasi yang utama, mendidik, menghibur dan yang terakhir mempengaruhi orang lain dalam bersikap ataupun dalam bertindak.


(39)

2.1.2.3 Fungsi Komunikasi

Berbicara mengenai fungsi komunikasi, Onong Uchjana Effendy, mengemukakan bahwa fungsi komunikasi adalah :

1) Menginformasikan (to inform)

memberikan informasi kepada masyarakat, memberitahukan kepada masyarakat mengenai peristiwa yang terjadi, ide atau pikiran dan tingkah laku orang lain, serta segala sesuatu yang disampaikan orang lain.

2) Mendidik (to educated)

komunikasi merupakan sarana pendidikan. Dengan komunikasi, manusia dapat menyampaikan ide dan pikiranya kepada orang lain, sehingga orang lain mendapatkan informasi dan ilmu pengetahuan. 3) Menghibur (to entertain)

komunikasi selain berguna untuk menyampaikan komunikasi, pendidikan dan mempengaruhi juga berfungsi untuk menyampaikan hiburan atau menghibur orang lain.

4) Mempengaruhi (to influence)

fungsi mempengaruhi setiap individu yang berkomunikasi, tentunya berusaha saling mempengaruhi jalan pikiran komunikan dan lebih jauh lagi berusaha merubah sikap dan tingkah laku komunikan sesuai dengan yang di harapkan.


(40)

Dilihat dari fungsi dan keberadaanya di masyarakat, komunikasi tidak bisa lepas dari kehidupan, karena komunikasi akan selalu berada dalam kehidupan manusia sehari-hari.

2.1.3 Tinjauan Tentang Komunikasi Interpersonal 2.1.3.1 Defenisi Komunikasi Interpersonal

Meskipun komunikasi interpersonal merupakan kegiatan yang sangat dominan dalam kehidupan sehari-hari, komunikasi interpersonal juga mempunyai banyak definisi sesuai persepsi ahli-ahli komunikasi.

Trenholm dan Jensen (1995:26) mendefinisikan komunikasi interpersonal sebagai komunikasi antara dua orang yang berlangsung secara tatap muka (komunikasi diadik). Sifat komunikasi ini adalah (a) Spontan dan informal; (b) Saling menerima feedback secara maksimal; (c) Partisipan berperan fleksibel.

Littlejhon (1999) memberikan definisi komunikasi antarpribadi

(interpersonal communication) adalah komunikasi secara

individu-individu.

Agus M. Hardjana mengatakan (2003:85), komunikasi interpersonal adalah interaksi tatap muka antara dua atau beberapa orang, dimana pengirim dapat menyampaikan pesan secara langsung dan penerima pesan dapat menerima dan menanggapi secara langsung.

Pendapat senada dikemukakan oleh Deddy Mulyana (2008:81), bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah komunikasi antara orang orang secara tatap muka, yang memungkinkan


(41)

setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun non verbal.

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Onong U. Effendy, 2003:30)

Dari pemahaman prinsip-prinsip pokok pikiran yang terkandung dalam berbagai pengertian tersebut, dapatlah dikemukakan pengertian yang sederhana, bahwa komunikasi interpersonal atau komunikasi antarpribadi adalah proses penyampaian dan penerimaan pesan antara pengirim pesan (sender) dengen penerima (receiver) baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi dikatakan terjadi langsung (primer) apabila pihak pihak yang terlibat komunikasi dapat saling berbagi informasi tanpa media.sedangkan komunikasi tidak langsung (sekunder) dicirikan oleh adanya penggunaan media tertentu (Suranto Aw, 2011:5)

Efektivitas komunikasi interpersonal dimulai mengemukakan lima yang perlu dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi interpersonal keterbukaan, empati, sikap mendukung, sikap positif dan kesetaraan. (Devito, 1997:259-264)

1. Keterbukaan (openness)

Keterbukaan ialah dapat menerima masukan dari orang serta berkenan menyampaikan informasi penting kepada orang lain. Hal


(42)

ini tidak lah berarti bahwa orang harus dengan segera membukakan semua riwayat hidupnya, tetapi rela membuka diri ketika orang lain menginginkan informasi yang diketahuinya. Dengan kata lain, keterbukaan ialah kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri informasi yang biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri informasi tidak bertentangan dengan asas kepatutan, sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam merespon segala stimulus komunikasi. Tidak berbohong dan tidak menyembunyikan informasi yang sebenenarnya. Dalam proses komunikasi interpersonal, keterbukaan menjadi salah satu sikap positif. Hal ini disebabkan, dengan keterbukaan maka komunikasi interpersonal akan berlangsung secara adil, transparan dan arah, dan dapat diterima oleh semua pihak yang berkomunikasi.

2. Empati (empaty)

Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan kalau seandanya menjadi orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialami orang lain dapat merasakan apa yang disarakan orang lain, dan dapat memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang lain, melalui kacamata orang lain.

Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta mampu dan keinginan mereka. Dengan demikian empati akan menjadi


(43)

filter agar kita memahami esensi setiap keadaan tidak semata mata berdasarkan cara pandang kita sendiri, melainkan juga menggunakan sudut pandang orang lain. Hakikat empati adalah :

a. Usaha masing masing untuk merasakan apa yang dirasakan orang lain.

b. Dapat memahami pendapat, sukap dan perilaku orang lain. 3. Sikap mendukung (supportiveness)

Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan pihak yang berkomunikasi memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara terbuka.Oleh karena itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat spontan dan lugas, buka respon bertahan dan berkelit.Pemaparan gagasan bersifat deskriptif naratif, bukan bersifat evaluative. Sedangkan pola pengambilan keputusan bersifat akomodatif, bukan intervensi yang disebabkan rasa percaya diri yang berlebihan.

4. Sikap positif (positiveness)

Sikap posiitif (positiveness) dintunjukan dalam bentuk sikap dan perilaku dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak pihak yang terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan pikiran positif, bukan prasangkan curiga.Dalam bentuk perilaku, artinya bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan komnunikasi interpersonal, yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerjasama. Sikap


(44)

positif dapat ditunjukkan dengan berbagai macam perilaku dan sikap antara lain :

 Menghargai orang lain

 Berpikiran positif terhadp orang lain  Tidak menaruh curiga secara berlebihan  Meyakini pentingnya orang lain

 Memberikan pujian dan pengharagaan  Komitmen menjalin kerjasama

5. Kesetaraan (equality)

Kesetaraan (equality) ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak sama sama bernilai dan berharga dan saling memerlukan. Memang secara alamiah ketika dua orang berkomunikasi secara interpersonal, tidak pernah tercapai suatu situasi yang menunjukan kesetaraan atau kesamaan secara utuh diantara keduanya. Pastilah yang satu lebih kaya, lebih pintar, lebih muda, lebih berpengalaman, dan sebagainya.Namun kesetraraan yang dimaksud adalah berupa pengakuan atau kesadaran, serta kerelaan untuk menempatkan diri setara. Dengan demikian dapat dikemukakan indikator kesetraraan, meliputi :

 Menempatkan diri setara dengan orang lain

 Menyadari akan adanya kepentingan yang berbeda  Mengaku pentingya kehadirian orang lain


(45)

 Komunikasi dua arah  Saling memerlukan

 Suasana komunikasi akrab dan nyaman

Apa yang dikemukakan oleh Devito (2997: 259-264), komunikasi interpersonal dapat dikatakan mengemukakan lima yang perlu dipertimbangkan ketika seseorang merencanakan komunikasi interpersonal. Pada hakikatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara komunikator dengan komunikan. Komunikan ini paling efektif mengubah sikap, pendapat atau prilaku seseorang komunikasi interpersonal bersifat dialogis artinya, arus balik terjadi langsung. Komunikator dapat mengetahui tanggapan komunikan saat itu juga. Komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif negatif berhasil atau tidak.

2.1.3.2Tujuan Komunikasi Interpersonal

Komunikasi interpersonal merupakan suatu action oriented, ialah suatu tindakan yang berorientasi pada tujuan tertentu. Tujuan komunikasi interpersonal mempunyai 8 tujuan, antara lain (Suranto Aw, 2011:19) : a. Mengungkapan perhatian kepada orang lain

Salah satu tujuan komunikasi interpersonal adalah untuk mengungkapkan perhatian kepada orang lain, dalam hal ini seseorang berkomunikasi dengan cara menyapa, tersenyum, melambaikan tangan, membungkukan badan, menanyakan kabar kesehatan partner


(46)

komunikasinya dan sebagainya. Pada prinsipnya komunikasi interpersonal hanya dimaksudkan untuk menunjukan adanya perhatian kepada orang lain, dan untuk menghindari kesan dari orang lain sebagai pribadi yang tertutup, dingin dan cuek.

b. Menemukan diri sendiri

Artinya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal karena ingin mengetahui dan mengenali diri pribadi berdasasarkan informasi dari orang lain. Komunikasi interpersonal memberikan kesempatan kepada kedua belah pihak untuk berbicara tentang apa yang disukai dan apa yang dibenci. Dengan saling membicarakan keadaan diri, minat, harapan maka seseorang memperoleh informasi berharga untuk mengenai jati diri atau dengan kata lain menemukan diri sendiri. c. Menemukan dunia luar

Dengan interpersonal diperoleh kesempatan untuk mendapatkan berbagai informasi dari orang lain, termasuk informasi penting dan aktual. Dengan komunikasi interpersonal diperoleh informasi dan dengan informasi itu dapat dikenali dan ditemukan keadaan dunia luar yang sebelumnya tidak diketahui.

d. Membangun dan memelihara hubungan yang harmonis

Sebagai makhluk sosial, salah satu kebutuhan setiap orang yang paling besar adalah membentuk dan memelihara hubungan baik dengan orang lain oleh karena itu setiap orang telah menggunakan banyak


(47)

waktu untuk komunikasi interpersonal yang diabdikan untuk membangun dan memelihara sosial dengan orang lain.

e. Mempengaruhi sikap dan tingkah laku

Komunikasi interpersonal ialah proses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap, pendapat, atau perilaku baik secara langsung maupun tidak langsung (dengan menggunakan media) dalam prinsip komunikasi ketika pihak komunikan menerima pesan atau informasi, berarti komunikan telah mendapat pengaruh dari proses komunikasi. Sebab pada dasarnya komunikasi adalah sebuah fenomena, sebuah pengalaman. Setiap pengalaman akan memberi makna tertentu terhadap kemungkinan terjadinya perubahan sikap.

f. Mencari kesenangan atau sekedar menghabiskan waktu

Ada kalanya, seseorang melakukan komunikasi interpersonal sekedar mencari kesenangan atau hiburan, berbicara dengan teman mengenai acara perayaan hari ulang tahun, berdiskusi olahraga, bertukar cerita lucu adalah merupakan pembicaraan untuk mengisi dan menghabiskan waktu, disamping itu juga dapat mendatangkan kesenangan, karena komunikasi interpersonal semacam itu dapat memberikan keseimbangan. Yang penting dalam pikiran yang memerukan suasana rileks, ringan, dan menghibur dari semua keseriusan berbagai kegiatan sehari hari.


(48)

g. Menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi

Komunikasi interpersonal dapat menghilangkan kerugian akibat salah komunikasi (miss communication) dan salah interpretasi (miss interprtation) yang terjadi antara sumber dan penerima pesan.

h. Memberikan bantuan (konseling)

Ahli kejiwaan, ahli psikologi klinis dan terapi menggunakan komunikasi interpersonal dalam kegiatan profesional, mereka untuk mengarahkan klien. Dalam kehidupan sehari-hari, di kalangan masyarakat pun juga mudah diperoleh.

2.1.3.3 Proses Komunikasi Interpersonal

Proses komunikasi ialah langkah langkah yang menggambarkan terjadi kegiatan komunikasi. Proses komunikasi interpersonal. Menurut (Suranto Aw, 2011:19):

1. Keinginan berkomunikasi seorang komunikator mempunyai keinginan untuk berbagi gagasan dengan orang lain.

2. Encoding oleh komunikator, encoding merupakan tindakan memformulasikan isi pikiran atau gagasan ke dalam symbol-simbol, kata-kata dan sebagainnya sehingga komunikator merasa yakin dengan pesan yang disusun dan cara penyampainnya.

3. Pengirim pesan, untuk mengirim pesan kepada orang yang dikehendaki, komunikator memilih saluran komunikasi telephone, sms, e-mail, surat ataupun secara tatap muka. Pilihan atas saluran yang akan digunakan terebut bergantung pada karakteristik pesan,


(49)

lokasi penerima, media yang tersedia, kebutuhan tentang kecepatran penyampaian pesan dan karakteristik komunikan.

4. Penerima pesan. Pesan yang dikirim oleh komunikator telah diterima oleh komunikan.

5. Decoding oleh komunikan, merupakan kegiatan internal dalam diri penerima. Melalui indera, penerima mendapatkan macam-macam data dalam bentuk “mentah”,berupa kata kata dan sbimbol symbol yang harus diubah ke dalam pengalaman–pengalaman yang mengandung makna, dengan demikian decoding adalah proses memahami pesan. Apabila semua berjalan lancar, komunikan tersebut menterjemahkan pesan yang diteima dari komunikator dengan benar, memberi arti yang sama pada simbol-simbol sebagaimana yang di harapkan oleh komunikator.

6. Umpan Balik, setelah penerima pesan dan memahaminya, komunikan memberikan respon atau umpan balik. Dengan umpan balik ini seorang komunikator dapat mengevaluasi efektivitas komunikasi, umpan balik kini biasanya juga merupakan awal dimulainya suatu siklsu proses komunikasi baru. Sehingga proses komunikasi berlangsung secara berkelanjutan.


(50)

Gambar 2.1 Proses Komunikasi

(Sumber : Suranto AW komunikasi interpersonal)

Proses komunikasi interpersonal menujukan bawah berlangsung sebuah siklus artinya umpan balik yangdiberikan oleh komunikan, menjadi bahan bagi komunikator untuk merancang pesan berikutnya. Proses komunikasi terus berlangsung secara interaktif dan saling timbal balik, sehingga komunikator dan komunikan dapat saling berbagi pesan.

2.1.3.4 Hambatan Komunikasi Interpersonal

Usaha kita untuk berkomunikasi secara memadai kadang kadang diganggu oleh hambatan tertentu, faktor-faktor yang menghambat efektivitas komunikasi interpersonal (Suranto Aw, 2011:86) :

1. Kredibilitas Komunikator Rendah

Komunikator yang tidak berwibawa dihadapan komunikan, menyebabkan berkurangnya perhatian komunikan terhadap komunikator.

Encoding Komunikasi

Pengiriman pesan

Penerima pesan

Decoding oleh komunikan Keinginan

Komunikasi

Umpan Balik


(51)

2. Kurang memahami latar belakang sosial dan budaya

Nilai-nilai sosial budaya yang berlaku disuatu komunitas atau di masyarakat harus di perhatikan, sehingga komunikator dapat menyampaikan pesan dengan baik, tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan budaya yang berlaku. Sebaliknya, antara pihak pihak yang berkomunikasi perlu penyesuaian diri dengan kebiasaan yang berlaku.

3. Kurang memahami karakteristik komunikan

Karakteristik komunikan meliputi tingkat pendidikan, usia, jenis kelamin, kurang memahami, cara komunikasi yang dipilih mungkin tidak sesuai dengan karakteristik komunikan dan hal ini dapat menghambat komunikasi karena menimbulkan kesalah pahaman. 4. Prasangka buruk

Prasangka negatif antara pihak pihak yang terlibat komunikan harus di hindari karena dapat mendorong sikap yang apatis dan penolakan. 5. Verbalitas

Komunikasi yang hanya berupa penjelasan verbal berupa kata-kata saja akan membosankan dan menghamburkan komunikan dalam memahami makna pesan.

1. Proses Komunikasi

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara Komunikan dengan komunikatornya. Proses


(52)

komunikas iini bertujuan untuk menciptakan komunikasi yang efektif (sesuai dengan tujuan komunikasi pada umumnya). Proses komunikasi, banyak melalu perkembangan. (Effendy, 2000 : 31)

Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Adakalanya seseorang menyampaikan buah pikirannya kepada orang lain tanpa menampakkan perasaan tertentu. Pada saat lain seseorang menyampaikan perasaanya kepada orang lain tanpa pemikiran. Tidak jarang pula seseorang menyampaikan pikirannya disertai perasaan tertentu, disadari atau tidak disadari.

Komunikasi akan berhasil apabila pikiran disampaikan dengan menggunakan perasaan yang disadari, sebaliknya komunikasi akangagal jika sewaktu menyampaikan pikiran, perasaan tidak terkontrol.

2. Hambatan

Hambatan terhadap proses komunikasi yang tidak disengaja dibuat oleh pihak lain tetapi lebih disebabkan oleh keadaan yang tidak menguntungkan. Misalnya kebisingan komunikasi di tempat ramai, waktu yang tidak tepat, penggunaan media yang keliru, ataupun

karena tidak kesamaan atau tidak “in tune” dari frame of reference

dan field of reference antara komunikator dengan komunikan.


(53)

Hambatan yang terjadi pada ke dua keluarga etnis Thionghoa dengan warga Sunda pola komunikasi adanya hambatan hambatan yang terja di antara kedua etnis akan menimbulkan ada nya perbedaan bahasa dan pemahaman yang terjadi antara keluarga etnis Thionghoa dengan warga Sunda. Disini peneliti akan mengkaji hambatan- hambatan yang terjadi di keluarga etnis Thionghoa dan bagaimana cara untuk mengurangi hambatan yang terjadi di dalam melakukan pola komunikasi di dalam keluarga etnis Thionghoa dengan warga Sunda di jalan Cibadak Kota Bandung .

3. Interaksi

Sebagai suatu kejadian ketika suatu aktivitas yang dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu lain yang menjadi pasangannya. Konsep yang dikemukakan oleh Homans ini mengandung pengertian bahwa interaksi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam interaksi merupakan suatu stimulus bagi tindakan individu lain yang menjadi pasangannya.

Sedangkan menurut Shaw, interaksi sosial adalah suatu pertukaran antarpribadi yang masing- masing orang menunjukkan perilakunya satu sama lain dalam kehadiran mereka, dan masing- masing perilaku mempengaruhi satu sama lain. Hal senada juga dikemukan oleh Thibaut dan Kelley bahwa interak si sosial sebagai peristiwa saling mempengaruhi satu sama lain ketika dua orang atau


(54)

lebih hadir bersama, mereka menciptakan suatu hasil satu sam lain atau berkomunikasi satu sama lain.

Jadi dalam kasus interaksi, tindakan setiap orang bertujuan untuk mempengaruhi individu lain. Interaksi merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya. Menurut Bonner (dalam Ali, 2004)

2.1.4 Teori Interaksi Simbolik George Herbert Mead & Herbert Blumer Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagai mana ditegaskan Blumer, proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan menegaskann aturan-aturan, bukan aturan-aturan yang menciptakan dan menegakan kehidupan kelompok. Menurut teoretisi interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya

adalah “interaksi manusia dengan menggunakan simbol-simbol.” Mereka tertarik

pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi dengan sesamanya, dan juga pengaruh yang di timbulkan penafsiran atas simbol-simbol ini terhadap perilaku pihak-pihak yang telibat dalam interkasi sosial.

Blumer mengungkapkan 3 (tiga) premis yang mendasari pemikiran interaksionisme simbolik:

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada sesuatu itu bagi mereka.


(55)

3. Makna-makna tersebut disempurnakan di saat proses interaksi sosial berlangsung.

Dengan demikian interaksi simbolik berasumsi bahwa manusia dapat mengerti berbagai hal dengan belajar dari pengalaman. Persepsi seseorang selalu di terjemahkan dalam simbol-simbol. Sebuah makna di pelajari melalui interaksi diantara orang-orang, dan makna tersebut muncul karena adanya pertukaran simbol-simbol dalam kelompok sosial.

Dalam konteks komunikasi intrapersonal, interaksi simbolik menjelaskan bahwa pikiran terdiri dari sebuah percakapan internal yang merefleksikan interaksi yang terjadi antara seseorang dengan orang lain. Sementara itu tingkah laku terbentuk atau tercipta dalam kelompok sosial selama proses interaksi. Seseorang tidak dapat memahami pengalaman orang lain dengan hanya mengamati tingkah laku belaka.

Melihat ketiga premis terdapat esensial bahwa komunikasi atau pertukaran simbol yang diberi makna merupakan merupakan suatu aktivitas yang khas di antara manusia. Selain itu, seseorang akan menjadi manusiawi hanya melalui interaksi dengan sesamanya. Manusia secara aktif membentuk perilakunya sendiri. Kesadaran dan pikiran melibatkan interaksi manusia dengan dirinya sendiri. studi tentang tindakan tersembunyi manusia itu, bukan sekedar tindakan luar yang terlihat.

Mead menjelaskan bahwa interaksionalisme simbolik kepada konsep tentang diri (self). mead menjelaskan bahwa secara sosial seseorang dapat melakukan tindakan kepad diri sendiri, seperti juga kepada orang lain. seseorang


(56)

dapat menjadikan dirinya sebagai objek tindakannya sendiri. Diri (the self)

terbentuk cara yang ssama sebagai objek, melalui "definisi" yang di buat bersama orang lain.

2.2 Kerangka Pemikiran 2.2.1 Kerangka Teoritis

Dalam kerangka penelitian ini, peneliti akan berusaha membahas masalah pokok dari penelitian ini. Yaitu membahas kata-kata kunci atau subfokus yang menjadi inti permasalahan pada penelitian.

Manusia merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari berkomunikasi, oleh karena itu komunikasi sangatlah berperan penting dalam proses penyampain informasi antar individu. Komunikasi merupakan faktor terpenting dalam menjalin hubungan antar individu baik dalam komunikasi interpersonal dalam hal ini etnis Thionghoa di jadikan objek pada penelitian ini. Dimana komunikasi interpersonal merupakan komunikasi yang terjalin diantara dua orang dalam konteks adanya suatu kedekatan emosional.

Dalam konteks penelitian yang saya buat, dimana komunikasi antar pribadi pada etnis Thionghoa dengan warga Sunda terbentuk pada proses komunikasi di dalam etnis Thionghoa maupun warga Sunda.

Sebagai peneliti, bermaksud untuk mengetahui bagaimana pola komunikasi etnis Thionghoa dengan warga sunda di jalan Cibadak kota Bandung sebagai studi deskriptif tentang Pola Komunikasi etnis Thionghoa di jalan Cibadak kota Bandung.


(57)

Gambar 2.2 Kerangka Pemikiran

(Sumber: Peneliti, 2015)

Etnis Thionghoa dengan warga Sunda

Interaksi Simbolik

Proses Komunikasi Etnis Thionghoa dengan warga Sunda

Interaksi Etnis Thionghoa dengan

warga Sunda

Pola Komunikasi Etnis Thionghoa Dengan Warga Sunda di jalan Cibadak

Kota Bandung Hambatan Etnis Thionghoa dengan


(58)

37

OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian

Metode penelitian ini merupakan alat bedah yang dipergunakan dalam penelitian sebagai cara untuk memperoleh jawaban dari permasalahn penelitian, pemilihan metode yang digunakan harus dapat mencerminkan relevansi hingga kepada metode yang digunakan dalam penelitian agar berjalan beriringan yang kesemuanya itu harus sesuai pula dengan permasalah yang di angkat dalam penelitian.

Penelitian kualitatif menolak kuantifikasi aspek-aspek perilaku manusia dalam proses memahami perilaku individu, penelitian kualitatif merujuk pada aspek kualitas dan subjek peneltian. Apabila disederhanakan, penelitian kualitatif seringkali diasosiasikan sebagai penelitian yang tidak menggunakan hitungan.

Paradigma yang digunakan pada penelitian ini merupakan paradigma memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi analisis pada paradigma konstruktivisme adalah menemukan bagaimana peristiwa atau realitas tersebut dikonstruksi, dengan cara apa konstruksi itu dibentuk. Dalam studi komunikasi, paradigma konstruktivisme ini sering sekali disebut sebagai paradigma produksi dan pertukaran makna.

3.1.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan studi Deskriftif. Bogdan dan Taylor (Moleong, 2006:3) mendefinisikan metodologi


(59)

kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif yang berupa kata-kata tertulis atau tulisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistic (utuh). Jadi dalam hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variable atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari keutuhan. Penelitian kualitatif itu berakar pada latar alamiah sebagai keutuhan, mengandalkan menusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan metode kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif.

Mengarahkan sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, lebih mementingkan proses dari pada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara dan hasil penelitiannya di sepakati oleh kedua belah pihak: peneliti dan subjek penelitian (Moleong, 2006:44). Dalam penelitian kualitatif, realitas dipandang sebagai suatu kesatuan yang utuh, memiliki dimensi yang banyak namun bisa berubah-ubah, hal ini berakibat pada penelitian tidak disusun secara detail seperti lazimnya suatu penelitian. Peneliti menggunakan metode kualitatif dalam penelitian ini, karena melihat karakteristiknya penelitian ini hanya bertujuan untuk menggambarkan atau mendeskripsikan secara faktual dan cermat atau dengan kata lain menggunakan konsep diri sebagai acuan fokus penelitian ini.

Metode deskriptif digunakan untuk dapat menyampaikan hasil penelitian dengan lebih terbuka. Peneliti akan memaparkan berbagai hal yang dilihat dan


(60)

didengar mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan pola komunikasi etnis Thionghoa dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak kota Bandung. 3.1.2 Teknik Pengumpulan Data

3.1.2.1 Studi Lapangan

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan secara seksama dengan pemilihan atau penentuan data dan informasi yang dipandang representatif dalam kerangka holistik. Dalam penelitian ini untuk mendapatkan dan mengumpulkan data dari informan, penulis melakukan dengan pengamatan cara pendekatan turun kelapangan langsung dalam melakukan penelitian dengan cara berkomunikasi dengan etnis Thionghoa. Selain itu catatan lapangan juga digunakan untuk menuliskan kembali apa yang disampaikan informan yang berkaitan dengan pengamatan dan wawancara. di lapangan dalam melakukan penelitian.

3.1.2.2 Observasi

Dengan observasi maka peneliti akan mendapatkan hasil dari penelitian yang sudah dilakukan. Karena dari observasi maka peneliti akan mendapatkan data-data yang diinginkan, dalam observasi berperan serta ini, peneliti terlibat dengan kegiatan sehari-hari orang yang sedang diamati atau digunakan sebagai sumber data penelitian sambil melakukan pengamatan, peneliti ikut melakukan apa yang dikerjakan oleh sumber data, dan ikut merasakan dukanya, dengan observasi partisipan ini, maka data yang diperoleh akan lebih lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap perilaku yang nampak. Sehingga peneliti


(61)

dapat meneliti subjek yang akan diteliti tidak hanya dari luar saja tetapi juga peneliti dapat meneliti subjek yang akan diteliti dari dalam ( meneliti berdasarkan dari outsider dan insider). (Mulyana: 2010) observasi yang di lakukan di dalam etnis Thionghoa di Cibadak kota Bandung, bagaimana kegitan proses komunikasi etnis Thionghoa dengan warga Sunda yang berada di jalan Cibadak.

3.1.2.3 Wawancara

Esterberg (2002) mendefinisikan interview sebagai berikut,

a meeting of two persons to exchange information and idea through question and responses, resulting in communication and

joint construction of meaning about a particular topic”.

Wawancara adalah merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat

dikonstruksikan makna dalam suatu topic tertentu”.

(Sugiyono,2013:231)

Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam. Agar dalam penelitian menjadi jelas apa yang mau di cari sesuai dengan penelitian tentang etnis Thionghoa mulai dari wawancara informan utama melakukan cara berkomunikasi dengan etnis Thionghoa dan informan pendukung warga sekitar jln Cibadak kota Bandung.

3.1.2.4 Dokumentasi

Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumentasi bisa berbentuk tulisan, atau karya-karya momumental


(62)

dari seseorang.Dokumen yang berbentuk tulisan dan gambar.Studi dokumentasi merupakan pelengkap dari penggunaan metode observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. (Sugiyono,2013:240)

3.1.2.5 Studi Kepustakaan

Peneliti mencari data dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku literature, karya tulis yang bersifat ilmiah yang memiliki hubungan dengan permasalahan yang sedang diteliti. Dan studi dokumentasi merupakan catatan yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya karya monumental dari seseorang. 3.1.2.6 Penulusuran Data Online (Internet Searching)

Peneliti disini menggunakan teknik pengumpulan data melalui bantuan teknologi yang berupa alat/mesin pencari di internet dimana segala informasi dari berbagai era tersedia didalamnya.Internet searching sangat memudahkan dalam rangka membantu peneliti menemukan suatu file/data dimana kecepatan, kelengkapan dan ketersediaan data dari berbagai tahun tersedia. Mencari data di internet bisa dilakukan dengan carasearching, browsing, surfing ataupun downloading.

3.1.3 Teknik Penentuan Informan

Peneliti melakukan penetuan informan dengan menggunakan teknik

purposive sampling atau dikenal juga dengan sampling pertimbangan ialah teknik

sampling yang digunakan peneliti jika peneliti mempunyai pertimbangan pertimbangan tertentu di dalam pengambilan atau penentuan informan etnis Thionghoa di kota Bandung.


(63)

Hanya mereka yang ahli yang dalam memberikan pertimbangan untuk pengambilan yang diperlukan. Wawancara dilakukan dengan dua orang dari etnis Thionghoa di Cibadak kota Bandung.

Tabel 3.1 Informan Utama

No Nama Umur Status Keterangan

1 Herry

Kristianto 31 Tahun Wiraswasta

Etnis Thionghoa di jalan Cibadak Kota

Bandung 2 Novalina

Mangundap 50 Tahun Wiraswasta

Etnis Thionghoa di jalan Cibadak Kota

Bandung 3 Konih 53 Tahun Wiraswarta

Etnis Thionghoa di jalan Cibadak Kota

Bandung

(sumber : Peneliti, 2015)

Selain menggunakan informan utama, peneliti juga memakai informan pendukung.Informan pendukung adalah mereka yang mengetahui dan memiliki berbagai informasi pokok yang diperlukan dalam penelitian sedangkan informan utama adalah mereka yang terlibat langsung dalam interaksi sosial yang sedang diteliti.

Tabel 3.2 Informan Pendukung

No Nama Umur Status Keterangan

1 Deden 38 Tahun Wiraswasta Warga Sunda 2 Rahman 42 Tahun Wiraswasta Warga Sunda 3 Adhy Yuslan 30 Tahun Wiraswasta Warga Sunda


(64)

3.1.4 Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2013:245), analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Dikatakan juga bahwa analisa data sebelum memasuki lapangan dilakukan terhadap data hasil studi pendahuluan, atau data sekunder yang akan digunakan untuk menentukan fokus penelitian. Namun demikian, fokus penelitian ini masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah penelitian masuk dan selama di lapangan.

Sedangkan Miles and Huberman (dalam Sugiyono, 2013:246), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Aktivitas dalam analisis data yaitu data reduction, data display dan conclusion drawing/verification.

Gambar 3.1

Komponen Dalam Analisis Data

(Sumber : Peneliti, 2015)

DATA COLLECTIONS

CONCLUTION DRAWING/VERIFICATION

DATA REDUCTION


(1)

ix

Peneliti, sepenuhnya menyadari bahwa Skipsi ini jauh dari sempurna, peneliti, sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat peneliti harapkan agar penulis bisa lebih baik dalam segala hal. Akhir kata peneliti berharap agar skripsi ini memberikan manfaat bagi peneliti khusunya dan pembaca lainnya umumnya.

Semoga semua bantuan, dorongan dan bimbingan yang telah diberikan itu akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Bandung, Februari 2016 Peneliti

Rizman Muslihat 41808128


(2)

(3)

(4)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI

Nama : Rizman Muslihat

Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 22 Juni 1989 Jenis kelamin : Laki Laki

Umur : 26 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Kp Cikaroya Gunung Jaya Kec. Cisaat Kab. Sukabumi Telepon/ Handphone : 081214133643

Status : Belum Menikah

Nama Ayah : Bapak Solehudin Pekerjaan : Pegawai Negeri Sipil Nama Ibu : Ibu Solihat

Pekerjaan : Wiraswasta


(5)

PENDIDIKAN FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1. 1996 - 2002 SDN Cisaat, Sukabumi Berijazah

2. 2002 - 2005 SLTPN YASTI Cisaat, Sukabumi Berijazah

3. 2005 - 2008 MAN 1 Kota Sukabumi Berijazah

4. 2008 -Sekarang

Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Kosentrasi Jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

PENDIDIKAN NON FORMAL

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2012 Kursus Forografi -

PENGALAMAN ORGANISASI

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2005 Pencita Alam (GEOSFER) -

2. 2004 Pramuka -

3. 2011 Organisasi Fotografi -

PENGALAMAN BEKERJA

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2014 Praktek Kerja Lapangan di TVRI Jawa Barat dan Banten Bagian Pemberitaan

-

2. 2010 – saat ini Freelance Fotografer -

PELATIHAN DAN SEMINAR

No Tahun Uraian Keterangan

1. 2010  Peserta kegiatan Table Manner Course in Golden Flower hotel Bandung

 Peserta Study Tour Mass Media

Bersertifikat

2. 2015  Peserta seminar “Anti Plagiarisme”  Peserta seminar “ Pelatihan Jurnalistik”

Bersertifikat Bersertifikat 3. 2015  Peserta Study Tour Mass Media Bersertifikat


(6)

Dokumen yang terkait

Komunikasi antar budaya(studi kasus pada pola komunikasi etnis Arab dengan masyarakat pribumi di kelurahan Empang Kota Bogor)

2 24 124

Pola Komunikasi Wanita Karir Single Parent dengan Anaknya di Kota Bandung(Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Wanita Karir Single Parent Dengan Anaknya di Kota Bandung)

6 64 98

Pola Komunikasi Orang Tua Dengan Anak Down Syndrome (Studi Deskriptif Mengenai Pola Komunikasi Orang Tua dengan Anak yang Mengalami Down Syndrome di Kota Bandung)

5 41 108

Pola Komunikasi Manajemen Komunitas Hong Bandung Dalam Pelestarian Permainan Tradisional Sunda (studi Deskriptif Pola Komunikasi Manajemen Komunitas Hong Bandung Daam Pelestarian Permainan Tradisional Sunda)

1 57 98

Pola komunikasi hijabers community Bandung :(studi deskriptif mengenai pola komunikasi hijabers community Bandung)

1 12 11

Aktivitas Komunikasi etnis Tionghoa Dalam Perayaan Tahun Baru Imlek Di Kota Bandung (Studi Deskriptif Mengenai Aktivitas Komunikasi Etnis Tionghoa Dalam Perayaan Tahun Baru Imlek Di Kota Bandung)

1 4 1

Pola Komunikasi Pedagang Dengan Pembeli Di International Trade Centre (ITC) Bandung (Studi Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Antarbudaya Pedagang PAdang Dengan pembeli Masyarakat Sunda Dalam kegiatan Transaksi Di International Trade Centre Bandung)

3 24 106

HUBUNGAN PRASANGKA ETNIS DENGAN PENYELEKSIAN CALON PASANGAN HIDUP DARI ETNIS SUNDA PADA MASYARAKAT ETNIS JAWA YANG TINGGAL DI KOTA BANDUNG.

5 12 29

Pola Komunikasi Warga NU Etnis Madura sebagai Budaya Aternalistik | Haryono | Humaniora 1020 1923 1 PB

0 1 12

POLA KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ETNIS TIONGHOA DENGAN MASYARAKAT PRIBUMI

0 0 26