Budaya Kerja Pengusaha Butik Studi Deskriptif Pada Pengusaha Butik di Sun Plaza Medan

(1)

BUDAYA KERJA PENGUSAHA BUTIK

(Studi Deskriptif Pada Pengusaha Butik di Sun Plaza Medan )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memperoleh Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Antropologi Sosial

Oleh

RINI G SINULINGGA 100905054

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2015


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh : Nama : Rini G Sinulingga

NIM : 100905054

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : Budaya Kerja Pengusaha Butik

Studi Deskriptif Pada Pengusaha Butik di Sun Plaza Medan

Dosen Pembimbing Ketua Departemen Antropologi

NIP. 195803151988031003 NIP. 196212201989031005 Dr. Fikarwin Zuska

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si


(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK.. ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI... ix

DAFTAR FOTO... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah ... 1

1.2Tinjauan pustaka ...7

1.3Rumusan Masalah………...15

1.4Lokasi Penelitian ...16

1.5Tujuan Dan Manfaat Penelitian ... 16

1.6Metode Penelitian ... 17

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data ... 17

1.6.2 Observasi Partisipasi ... 17

1.6.2.2 Wawancara Mendalam... .18

1.6.2.3 Informan ... 19

1.7 Analisis Data ... 19

1.8 Pengalaman Penelitian ... 20

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1Sejarah butik ... 29

2.1.1 Asal usul butik ... 29

2.2Sejarah singkat kota medan ... 33

2.3Sejarah lokasi penelitian ... 35

2.3.1 Sejarah sun plaza medan ... 35

2.3.2 Sejarah vj boutique ... 36

2.3.3 Sejarah butik red carpet ... 40

BAB III STRATEGI YANG DIGUNAKAN PENGUSAHA BUTIK DI DALAMMENGHADAPI PERSAINGAN PASAR 3.1 Lokasi butik ... 44

3.2 Target pasar ... 48

3.3 Pelayanan yang maksimal ... 52

3.4 Rajin update barang ... 55

3.5 Promosi dan bazaar ... 61


(4)

3.1 Kartu member ... 67

BAB IV BUDAYA KERJA YANG TERAPKAN OLEH PENGUSAHA BUTIK 4.1 Disiplin ... 69

4.2 Penampilan pengusaha ... 73

4.3 Pegawai ... 74

4.4 Hubungan antar sesama pengusaha butik ... 83

4.5 Hubungan Pengusaha Dan Pegawai... 84

4.6 Pengaruh Sistem Atau Nilai-Nilai Budaya ... 87

4.7 Hubungan Antara Pengusaha dan Pelanggan ... 90

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 92

DAFTAR PUSTAKA


(5)

DAFTAR FOTO

Foto 1 : Lokasi Vj Boutique... 28

Foto 2 : Bagian Dalam Vj Boutique ... 37

Foto 3 : Lokasi Butik Red Carpet ... 38

Foto 4 : Baju Yang Di Diskon ... 46

Foto 5 :Butik Red Carpet Dari Samping ... 50

Foto 6 : Manekin Berbaju Merah Menjelang Hari Raya Imlek Di Vj Boutique 63 Foto 7 : Patung Manekin Duduk di Vj Boutique ... 66

Foto 8 : Kartu Member Vj Boutique ... 68

Foto 9 : Pegawai di Red Carpet Dengan Seragam Kerjanya ... 75

Foto 10 :Pegawai Yang Sedang Menstimer Pakaian ... 81

Foto 11 : Patung Maneki Neko ... 87


(6)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS LIMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS BUDAYA KERJA PENGUSAHA BUTIK

(Studi Deskriptif Pada Pengusaha Butik di Sun Plaza Medan )

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Mei 2015 Penulis


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya yang memberikan kesehatan dan anugerah pada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. Skripsi yang berjudul ” Budaya Kerja Pengusaha Butik (Studi Deskriptif Pada Pengusaha Butik di Sun Plaza Medan )”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana studi Antropologi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Pada kesempatan ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua saya terkasih yaitu Toni E Sinulingga dan Rita Ros M. Ginting. Terima kasih atas setiap dukungan yang kalian berikan dan selalu menjadi teman terbaik bagi anak-anaknya. Untuk adik tercinta Lisa Setiana R. Sinulingga terima kasih karena telah menjadi saudara terbaik penulis. Semoga tahun depan bisa masuk PTN.

Saya juga menyampaikan rasa terima kasih sebesar-besarnya kepada Bapak Drs. Yance, M.Si, selaku dosen pembimbing skripsi. Terima kasih kepada beliau yang telah meluangkan waktu selama ini dan memberikan kritikan yang membangun dan masukan dalam penulisan skripsi ini. Saya juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada ibu Dra. Tjut Syahriani, M.soc.Sc selaku dosen PA saya. Terima kasih atas saran dan masukan ibu selama ini.


(8)

Pada kesempatan ini saya juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain kepada Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku Ketua Departemen Antropologi Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Kepada Informan yaitu Cece Venti pemilik Butik Red Carpet dan Cece Jenny pemilik Vj Boutique terima kasih karena mau memberikan waktunya untuk diwawancarai, serta telah berbaik hati mau berbagi informasi seputar butik. Saya mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya karena telah banyak membantu saya memberikan informasi dalam penelitian saya. Terima kasih juga untuk teman-teman informan lainnya yaitu kak juwita, rika, nur, uli, sarah dan terkhusus untuk nancy yang mau terbuka berbagi informasi yang penulis butuhkan.

Terima kasih untuk keluarga besar yang selalu mendorong penulis agar cepat menyelesaikan skripsinya. Kepada Bulang, Tigan, Biring, bibi, Bibi Uda, Ma Uda, Ma Tengah, Mami, Ma tua dan bibi tengah. Untuk sepupu tercinta yaitu Angel, Chris, Sivi dan Grace dan Joy. Semoga bisa mencapai pendidikan yang lebih tinggi dari penulis. Terima kasih banyak buat sepupu tersayang dan temannya yaitu Elda dan Cynthia karena mau meluangkan waktunya untuk menemani penulis dalam mengambil data di lapangan. Terima kasih juga untuk kak Milda Pinem buat diskusi bermanfaatnya.


(9)

Kepada sahabat-sahabat Program Studi Antropologi 2010 buat Amy Valentina Ginting, Lamtiur Sihotang Siaha tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih buat pertemanannya selamanya ini.

Kepada kerabat Antropologi lainnya terkhusus Erikson Silaban dan proposal penulis. Terima juga untuk Kak Puteri Ananda, Kak Dea Anindita, Bang Aldo Serena Sitepu, kak Ayu Nurul Husnaini, Khadijah Hariyati Nasution dan David faith. Terima kasih untuk kebaikannya selama ini.

Ahkir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih untuk semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Medan, 25 Mei 2015 Penulis


(10)

RIWAYAT HIDUP

Rini Gilina br Sinulingga lahir pada tanggal 9 Juli 1992 di Jambi. Anak pertama dari 2 (dua) bersaudara dari keluarga Toni E Sinulingga dan Rita Ros M Ginting. Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di SDN 158 Jambi pada tahun 2004. Lalu melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama di SMPN 12 Muaro Jambi pada tahun 2007 dan menyelesaikan Sekolah Menengah Atas di SMA Cahaya Medan pada tahun 2010. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan ke Perguruan Tinggi di Universitas Sumatera Utara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik dalam bidang Antropologi pada tahun 2010. Alamat email yang aktif cream_gilina@yahoo.com.

Selama masa perkuliahan pernah mengikuti Training of Fasilitator (TOF), Seminar Kota-Kota di Sumatera dan Strategi Pengembangan Pariwisata dalam Dinamika Otonomi Daerah. Pernah melaksanakan magang di Bank BNI Cabang Usu Medan pada tahun 2014 dan mengikuti kegiatan organisasi UKM Fotografi USU pada tahun 2011.


(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Wanita identik dengan berbelanja. Wanita masa kini menjadikan kegiatan berbelanja bukan hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbelanja telah menjadi sebuah hobby bagi sebagian kaum hawa. Munculnya berbagai macam pusat-pusat perbelanjaan menjadi bukti nyata bahwa berbelanja telah menjadi sebuah gaya hidup baru bagi masyarakat modern. Salah satu barang yang sering dijadikan objek berbelanja oleh kaum hawa adalah pakaian. Bagi sebagian kaum hawa, pakaian merupakan hal wajib yang harus di perhatikan dengan baik. Banyak perempuan yang berbelanja pakaian bukan karena untuk memenuhi kebutuhan sandangnya, melainkan untuk memenuhi kebutuhan akan gaya hidupnya. Pada saat ini, pakaian telah menjadi indentitas bagi sebagian kelompok masyarakat, yang menunjukan kedudukan seseorang di dalam strata sosial masyarakat. Contohnya adalah kalangan sosialita1

1

Sosialita adalah kalangan yang memang berasal dari keluarga kaya atau seseorang yang berpengaruh dan punya kemampuan

. Mereka menunjukan identitas dirinya sebagai sosialita melalui barang dan pakaian yang mereka kenakan. Mereka biasanya memakai barang-barang yang mahal dengan merek-merek tertentu. Kalangan sosialita selain selalu mengenakan pakaian dari rancangan desainer ternama, Mereka juga gemar berbelanja di butik-butik ternama seperti Versace, Dior, Fendi, Givenchy, Channel, dan Louis Vuitton.


(12)

Banyaknya peminat mode akan pakaian, menjadi salah satu faktor munculnya berbagai macam tren pakaian terkini dengan mode dan gaya yang selalu berubah-ubah setiap musimnya. Menurut Sutrisno (Skripsi 2013: 1), mode merupakan istilah yang umum digunakan untuk gaya berbusana populer dan mengacu pada penampilan serta perilaku seseorang yang sedang trend pada saatnya. Mode busana mempunyai sifat atau penampilan yang sangat kuat pengaruhnya, sehingga dapat menarik minat banyak orang. Mode selalu berputar dari masa ke masa menyesuaikan dengan selera masyarakat.

Tingginya minat akan mode pakaian terkini menyebabkan banyak bermunculan desainer-desainer muda yang berbakat. Tergolong masih muda tetapi mereka mampu menarik perhatian dunia dengan karya-karyanya, seperti : Alexander Wang, Mary Katrantzou dan Tex Saverio. Selain itu ada juga desainer lama yang namanya semakin melambung berkat karya-karyanya seperti Diane Von Furstenberg, Karl Lagerfeld, Marc Jacobs, Stella Mccartney dan Vera Wang. Hasil karya mereka tidak di jual sembarang.

Pada umumnya barang-barang yang mereka buat di jual pada butik mereka ataupun butik-butik lainnya. Harga produk yang mereka jual tidaklah murah karena di desain khusus oleh mereka dan di produksi tidak secara masal. Biasanya kisaran harga barang yang dibuat oleh para desainer ditujukan untuk kalangan menengah ke atas. Meskipun di bandrol dengan harga yang tinggi, tetap saja karya mereka selalu diminati dan dinanti-nanti oleh masyarakat luas.


(13)

Luasnya peminat mode membuka peluang usaha dalam bisnis dan industri mode pakaian terkini. Hal tersebut dapat dilihat dengan makin banyak pusat perbelanjaan yang menyediakan bermacam-macam jenis busana terbaru, butik-butik pakaian dan rumah mode yang biasanya menawarkan pakaian impor karya desainer-desainer ternama kelas dunia.2

Pada toko pakaian biasa, pada umumnya menjual baju secara grosir. Barang yang dijual biasanya memiliki banyak stok karena diproduksi di pabrik konveksi dengan skala besar. Satu pakaian bisa memiliki stok hampir selusin dan tersedia Butik menjadi tempat berbelanja favorit bagi sebagian kalangan di dunia karena hasil-hasil karya para desainer tersebut dapat kita jumpai di sana. Ada banyak ragam butik yang terdapat di Indonesia terutama di Kota Medan. Sering kali kita jumpai sebuah toko pakaian biasa yang memasang tulisan ‘butik’ pada toko mereka padahal toko tersebut bukanlah termasuk butik. Banyak orang yang memasang tulisan ‘butik’ untuk menarik minat pembeli.

Butik tentu berbeda dengan toko pakaian biasa. Butik merupakan toko pakaian yang menjual barang-barang yang eklusif. Barang yang dijual biasanya hanya tersedia beberapa pasang saja bahkan ada butik yang menjual hanya satu pasang baju. Hal inilah yang menjadi ciri khas sebuah butik. Interior butik pada umumnya terkesan mewah dan eklusif berbeda dengan toko pakaian biasa, distro maupun outlet. Perbedaan tersebut dapat dilihat baik dari bentuk toko/interior ruangan maupun barang-barang yang dijual.

2

Yeni Anggraeni, “Fashion Design dan Modeling Center di Bandung”, (Skripsi Sarjana, Fakultas Teknik Undip, Semarang, 2007),, hal. 1.


(14)

dengan berbagai ukuran, mulai dari ukuran S sampai XL dengan kualitas yang berbeda-beda. Toko pakaian biasa sering kali kita jumpai berbentuk ruko maupun kios yang terletak di pasar-pasar lokal maupun pusat perbelanjaan. Harga yang terdapat pada toko pakaian biasa pada umumnya cukup terjangkau untuk segala kalangan. Harga yang dipatok masih bisa di tawar lebih murah daripada harga yang tertera. Toko pakaian memiliki perbedaan dengan outlet dan distro.

Outlet merupakan toko atau tempat penjualan yang hanya menjual barang-barang yg merupakan satu produk tertentu. Contohnya outlet The Executive yang hanya menjual pakaian, dress dan produk lainnya yang sejenis dengan pakaian. Contoh outlet yang sering kita jumpai di pusat-pusat perbelanjaan seperti : GAP, Zara, Victoria Secret, dll. Outlet tersebut pada umumnya dapat kita jumpai di mall-mall besar seperti mall Sun Plaza dan Center Point di Medan.

Distro merupakan sejenis toko yang yang menjual barang-barang khusus untuk anak muda seperti kaos, tas, sepatu maupun barang lainnya dengan ciri khas tertentu. Barang-barang di distro pada umumnya adalah barang titipan yang merupakan hasil produk lokal dengan mengusung konsep tertentu seperti konsep musik, budaya dan petualangan. Berbeda dengan pengertian distro dan outlet, Butik memiliki pengertian yang lebih khusus. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Butik adalah toko pakaian eksklusif yg menjual pakaian modern, yg sesuai dengan mode mutakhir, dengan segala kelengkapannya (terutama untuk wanita).

Sebuah butik biasanya menyediakan barang istimewa, baik itu pakaian, perhiasan, ataupun assesoris yang jarang dijumpai di tempat lain. Karena barang-barang yang dijual tersebut sangat terbatas jumlahnya ataupun dibuat dalam mode


(15)

atau desain khusus, maka harga yang ditawarkan untuk para pelanggan pun jadi lebih mahal, bahkan harganya bisa sampai sepuluh kali lipat pada produk yang sejenis. Oleh karena itu, butik identik dengan para kaum hawa yang “berada”. Inti dari butik adalah menyediakan produk-produk yang sangat spesial dan terbatas. Para pelanggan akan merasa kecewa jika gaun yang mereka beli ternyata banyak dijumpai ditempat lain. barang-barang di butik harus dibuat secara limited edition, agar pelanggan selalu merasa percaya diri memakai produk yang mereka beli. Selain wajib menyediakan produk yang terbaik, daya tarik butik juga tidak terlepas dari kreatifitas interior yang diciptakan.3

Ada beberapa butik yang menjual hasil karya rancangan pemilik butik dan ada juga butik yang khusus menjual barang-barang impor. Harga jual di butik pun beragam tergantung mode dan bahan pakaian. Semakin rumit dan semakin sedikit jumlahnya maka akan semakin mahal harganya. Harga baju yang hanya tersedia satu pasang berbeda dengan harga baju yang ada sampai tiga pasang. Semakin eklusif barangnya maka semakin mahal harganya. Hal ini merupakan salah satu daya tarik butik.

Ada beragam butik yang terdapat di kota Medan. Di setiap sudut jalan dapat kita jumpai berbagai macam butik dengan kualitas dan harga yang berbeda-beda. Butik-butik tersebut memiliki keunikan dan ciri khas tersendiri. Ada butik yang khusus menjual pakaian khusus wanita, pria dan anak-anak bahkan ada juga butik yang menjual pakaian boneka dan pakaian untuk binatang peliharaan. Barang-barang yang terdapat di butik berasal dari berbagai kota dan Negara.

3


(16)

Di balik kesuksesan sebuah butik, ada “tangan-tangan dingin” para pengusaha butik yang selalu berusaha untuk mempertahankan kepuasan konsumen di dalam berbelanja. Para pengusaha butik pada umumnya adalah kaum wanita. Hal ini dikarenakan kaum wanita pada umumnya adalah orang-orang yang sangat menyukai fashion.

Mode gaya pakaian wanita lebih banyak daripada mode pakaian pria mulai dari Baju, blazer dan celana. Wanita selain memakai celana juga bisa memakai rok maupun blazer. Ada banyak pilihan busana yang dapat dipilih oleh wanita berbeda dengan pria yang hanya sedikit pilihannya. Hal ini menjadi salah satu penyebab mengapa lebih banyak butik untuk wanita daripada pria.

Setiap butik yang sukses tentu dipengaruhi oleh budaya kerja sang pengusaha. Banyak butik yang tidak bisa bertahan menghadapi persaingan pasar, karena budaya kerja yang diterapkan dan dijalankan oleh pegawai maupun pengusaha tidak berjalan dengan baik. Besarnya pengaruh budaya kerja di dalam kemajuan suatu butik membuat pengusaha butik seharusnya membuat budaya kerja yang seimbang, tidak hanya baik untuk kemajuan butik tetapi juga baik untuk kemajuan para pegawai.

Budaya kerja yang bersifat positif dapat meningkatkan produktifitas kerja, sebaliknya yang bersifat negatif akan menghambat perkembangan butik. Pengusaha butik yang baik harus bisa menjalankan dan menerapkan budaya kerja yang baik. Melihat kondisi demikian, maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian mengenai budaya kerja pengusaha butik yang nantinya akan menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini. Penelitian tersebut dilakukan di butik Sun Plaza Medan, di mana peneliti akan memfokuskan penelitian pada dua butik yang terdapat di sana,


(17)

yakni butik Red Carpet dan Vj Boutique. Peneliti tertarik memilih dua butik tersebut karena lokasi butik yang cukup strategis dan berdekatan dengan butik lainnya. Butik yang penulis teliti pada umumnya menjual baju-baju khusus untuk wanita mulai dari remaja hingga dewasa.

Penulis memilih butik Red Carpet Karena butik ini merupakan salah satu butik yang banyak pelanggannya. Selain itu, butik ini memiliki ukuran yang cukup luas dengan desain interior yang cukup menarik dengan karpet merah yang melapisi lantai butik. Keunikan inilah yang membuat butik ini berbeda dengan butik lainnya. Vj Boutique merupakan butik baru yang terdapat di Sun Plaza Medan. Interior ruangan yang modern dengan ukuran yang tidak begitu luas membuat butik ini banyak menarik minat pelanggan. Penulis memilih butik ini Karena ingin mengetahui bagaimana strategi yang digunakan pengusaha butik di dalam memajukan usaha bisnisnya. Penulis berharap dua butik tersebut dapat mewakili butik lainnya yang ada di Sun Plaza Medan.

1.1 Tinjauan Pustaka

Kebudayaan merupakan seperangkat sistem pengetahuan atau sistem gagasan yang berfungsi menjadi blue print bagi sikap dan perilaku manusia sebagai anggota atau warga dari kesatuan sosialnya, tumbuh, berkembang dan berubah sesuai dengan kebutuhan hidup manusia. (Sairin, dkk,. 2002: 1-2). Budaya merupakan kegiatan manusia yang sistematis diturunkan dari generasi kegenerasi melalui berbagai proses pembelajaran untuk menciptakan cara hidup tertentu yang paling cocok dengan lingkungannya, potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia yang saling


(18)

mendukung. (wibowo, 2007: 15). Refleksi budaya dan kerja dalam organisasi dikenal sebagai budaya kerja (Ismail 2004:12).

Menurut Hartanto ( 2009: 171-172), Budaya kerja adalah perwujudan dari kehidupan yang di jumpai di tempat kerja. Secara lebih spesifik, budaya kerja adalah suatu sistem makna yang terkait dengan kerja, pekerjaan, dan interaksi kerja, yang disepakati bersama dan digunakan di dalam kehidupan sehari-hari. Budaya kerja tercermin dari :

1. Kebiasaan orang berinteraksi dan berkomunikasi di lingkungan perusahaan 2. Hubungan vertikal yang berlaku di tempat kerja

3. Semangat pekerja pada waktu menghadapi tugas dan pekerjaannya 4. Orientasi waktu pada waktu orang menjalani kehidupan kerja

5. Tata nilai dan norma yang dijadikan pegangan oleh pekerja pada waktu mereka bekerja dan berinteraksi dengan sesame rekan kerjanya

Budaya kerja sudah lama dikenal oleh manusia, namun belum disadari bahwa suatu keberhasilan kerja itu berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan perilaku yang menjadi kebiasaannya (supriyadi dan guno, 2006:1). Menurut Dewabrata dan Ma’mun (seperti di kutip Nugroho, 2011:18) Budaya kerja dapat diartikan sebagai sistem atau pola nilai-nilai kepercayaan-kepercayaan, asumsi-asumsi, sikap-sikap dan kebiasaan-kebiasaan seseorang atau suatu kelompok orang yang mempengaruhi perilaku kerja dan cara kerja yang dipengaruhi budaya masyarakat setempat dan budaya kerja tempat mereka bekerja. Pengertian budaya kerja menurut Gering Supriadi dan Tri Guno adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat kebiasaan dan juga pendorong yang dibudayakan dalam


(19)

suatu kelompok dan tercermin dalam sikap, prilaku, cita-cita, pendapat dan pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja (Puspita 2008: 3).

Masyarakat dengan berbagai macam profesi pekerjaan tentunya memiliki budaya kerja yang berbeda-beda. Menurut Dewi (Skripsi 2011: 10), hal itu terjadi dikarenakan landasan dan sikap perilaku yang tercermin oleh setiap orang dalam organisasi berbeda. Hal tersebut berarti berbeda profesi tentu berbeda juga budaya kerja yang mereka miliki. Budaya kerja yang di miliki oleh setiap orang sangat di pengaruhi oleh sikap dan cara berfikirnya.

Fungsi budaya kerja bertujuan untuk membangun keyakinan sumber daya manusia atau menanamkan nilai-nilai tertentu yang melandasi atau mempengaruhi sikap dan perilaku yang konsisten serta komitmen membiasakan suatu cara kerja di linkungan masing-masing. Dengan adanya suatu dan komitmen kuat merefleksikan nilai-nilai tertentu, misalnya membiasakan kerja berkualitas, sesuai standar atau sesuai ekpektasi pelanggan(organisasi), efektif atau produktif dan efisien. Tujuan fundamental4 budaya kerja adalah untuk membangun sumber daya manusia seut0.uhnya agar setiap orang sadar bahwa mereka berada dalam suatu hubungan sifat peran pelanggan, pemasok dalam komunikasi dengan orang lain secara efektif dan efisien serta menggembirakan.5

4

Fundamental adalah bersifat dasar atau pokok 5

Dewi, Rizki. Pengaruh Budaya Kerja dan Fasilitas Terhadap Komitmen Karyawan Pada PDAM Tirtanadi Cabang Belawan ( Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Medan, 2011), hal. 10.


(20)

Menurut Fernandez (seperti dikutip Darmawan, 2008: 322), budaya kerja memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktifitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Menurut Brow dan Dennis(seperti dikutip nugroho, 2011:18), menyatakan bahwa budaya kerja mempengaruhi organisasi dalam berbagai cara artinya dengan peningkatan terhadap budaya kerja, maka akan berpengaruh terhadap kinerja pegawai. pengertian budaya kerja menurut Gering Supriadi dan Tri Guno adalah suatu falsafah dengan didasari pandangan hidup sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, kebiasaan, dan juga pendorong yang dibudayakan dalam suatu kelompok dan tercermin dalam sikap, menjadi prilaku, cita-cita, pendapat, pandangan serta tindakan yang terwujud sebagai kerja (Puspita, 2008: 3).

Menurut Hasibuan (2003 : 68 –90) terdapat beberapa hal yang perlu diketahui yang dapat digunakan sebagai indikator penilaian kinerja (performance appraisal) dengan seorang karyawan yakni antara lain :

a. Pengetahuan seorang karyawan tentang pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya.

b. Apakah karyawan mampu membuat perencanaan dan jadwal pekerjaannya. c. Sejauhmana tingkat produktivitas karyawan.

d. Pengetahuan teknis karyawan dengan pekerjaan yang menjadi tugasnya karena berkaitan dengan mutu pekerjaan dan kecepatan menyelesaikan.

e. Seberapa jauh karyawan tergantung kepada orang lain dalam melaksanakan pekerjaannya.

f. Judgement atau kebijakan yang bersifat naluriah yang dimiliki oleh seseorang karyawan untuk memhubungani kinerjanya.


(21)

g. Kemampuan berkomunikasi baik sesama rekan maupun dengan atasannya. h. Kemampuan bekerjasama dengan karyawan maupun orang lain, karena dalam

hal ini sangat berperan dalam menentukan kinerjanya.

i. Kehadiran dalam rapat yang disertai dengan kemampuan menyampaikan gagasan kepada orang lain, karena dalam hal ini mempunyai nilai tersendiri dalam menilai kinerja seorang karyawan.

j. Kemampuan untuk mengatur pekerjaan yang menjadi tanggung jawabnya. k. Kepemimpinan menjadi faktor yang harus dinilai dalam kinerja terutama bagi

karyawan yang berbakat “memimpin” sekaligus memobilitasi dan mebudaya kerja teman – temannya untuk bekerja lebih baik

Kerja sebagai refleksi seseorang untuk mencari dan meningkatkan kesejahteraan hidup. Bekerja sebagai bentuk aktualisasi diri. Dalam Teori Budaya Organisasi Jahsen H. Sinamo menyebut Ethos sebagai “roh keberhasilan” etos merupakan komponen budaya, etos adalah kekuatan pendorong atau penggerak, sehingga manusia siap untuk bekerja keras (Tahliziduhu, 2005: 204). Budaya kerja yang di miliki oleh setiap pengusaha turut mempengaruhi strategi yang mereka gunakan. Setiap pengusaha tentunya memiliki strategi di dalam menghadapi persaingan pasar.

Menurut Mutia (Skripsi, 2009: 1), Secara umum konsep dan teori strategi bisnis berasal dari pengembangan strategi militer. Pemikiran Sun Tzu, Alexander the Great, Karl von Clausewitz, Napolen, Stonewall Jackson, dan Douuglas MacArthur, mengenai strategi telah di tuliskan dan diadopsi dalam beberapa perspektif yang berbeda-beda dan disesuaikan dengan strategi bisnis. Pada dasarnya strategi adalah


(22)

merupakan ide-ide dan rencana-rencana yang ingin di capai perusahaan terhadap pesaing-pesaingnya. Sedangkan menurut Rangkuti (1997: 3), strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Definisi strategi pertama yang dikemukakan oleh Chandler (seperti di kutip Syafitri, 2013: 130), menyebutkan bahwa strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting untuk mencapai tujuan tersebut.

Salah satu definisi strategi menurut Glueck dan Jauch(1998: 12) mengatakan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh organisasi. Ohmae (dalam Grant, 1995: 10) mengatakan bahwa strategi bisnis dalam suatu kata adalah mengenai keungulan kompetitif/bersaing. Satu-satunya tujuan dari perencanaan strategis adalah untuk memungkinkan perusahaan memperoleh seefisien mungkin keunggula yang dapat dipertahankan atas saingan mereka.

Menurut Hidayat (Skripsi, 2007: 11), Satu-satunya tujuan dari perencanaan strategi adalah memungkinkan perusahaan memperoleh, seefisien mungkin, keunggulan yang dapat mempertahankan atas saingain mereka. Untuk mempertahankan eksistensi sebuah bisnis atau perusahaan di tengah-tengah ketatnya persaingan pasar, maka sebuah strategi sangat di perlukan. Ade Guawan (Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, No. 01, Oktober 2001: 25) menyebutkan Perusahaan yang berhasil selalu berusaha mengenali pesaingnya sebaik mungkin seperti yang dilakukannya terhadap konsumen. Persaingan yang terjadi dapat berupa :


(23)

• Persaingan Merek

Persaingan ini merupakan bentuk persaingan langsung yang banyak terjadi dimana suatu perusahaan menganggap pesaingnya adalah perusahaan lain yang menawarkan produk dan jasa serupa.

• Persaingan Industri

Bentuk persaingan ini menganggap bahwa para pesaingnya adalah semua perusahaan yang membuat produk yang sama. Misalnya, perusahaan pakaian yan menggangap dirinya bersaing dengan semua perusahaan pakaian.

• Persaingan Jenis dan Bentuk Produk

Bentuk persaingan ini merupakan bentuk persaingan di mana suatu perusahaan menganggap para pesaingnya adalah semua perusahaan yang memproduksi produk yang memberikan jasa yang sama. Contohnya adalah sebuah seorang pemilik Butik yang menganggap bahwa pesaingnya bukan hanya butik lainnya saja tetapi juga departemen store, Mall yang menjual pakaian dan distro.

• Persaingan Generik

Persaingan Generik terjadi apabila suatu perusahaan menganggap bahwa para pesaingannya adalah semua perusahaan yang bersaing untuk mendapatkan uang konsumen yang sama. Misalnya adalah pengusaha butik yang menganggap dirinya bersaing dengan pengusaha makanan.

• Persaingan Geografi

Persaingan dapat terjadi dalam ruang lingkup global, multinasional, nasional, regional atau metropolitan. Biasanya para pesaing tidak selalu tepat pada daerah geografi yang sesuai dengannya.Jika perusahaan beroprasi pada pasar regional atau nasional maka pesaing yang di timbulkan perusahaan lain dari lingkungan


(24)

geografi yang lebih luas lagi.

Strategi yang berhasil pada dasarnya memiliki empat unsur utama (Grant, 1995: 8), yaitu:

1. Strategi tersebut ditujukan untuk mencapai tujuan yang jelas dan dalam jangka waktu yang panjang

2. Strategi didasarkan pada pemahaman yang mendalam terhadap lingkungan eksternal.

3. Strategi didasarkan pada pemahaman yang mendalam mengenai kemampuan internal organisasi maupun indivindu.

4. Strategi dilaksanakan dengan resolusi, koordinasi serta pemanfaatan yang efektif terhadap kemampuan dan komitmen dari semua anggota organisasi

Spredley (1997: 10) menyatakan bahwa kebudayaan sebagai sistem pengetahuan yang di peroleh manusia melalui proses belajar, yang mereka gunakan untuk menginterpretasikan dunia sekeliling mereka, dan sekaligus untuk menyusun strategi perilaku dalam menghadapi dunia sekeliling mereka. Dengan banyaknya persaingan antar pengusaha butik di Sun Plaza, maka para pengusaha di dalam mempertahankan eksistensi butiknya pasti memiliki strategi di dalam menghadapi ketatnya persaingan pasar. Salah satu strategi yang sering digunakan oleh para pengusaha butik di dalam memasarkan barangnya yaitu melalui promosi. Beberapa bentuk promosi yang biasa dilakukan diantaranya (Suhardi, et.al., 2007: 196) :


(25)

• Publisitas : biasa dikenal dengan iklan bebas seperti mensponsori kegiatan olahraga, musik ataupun membangun sarana-sarana umum masyarakat

• Promosi penjualan : biasanya dengan memberikan diskon khusus, sampel gratis, beli satu dapat dua, dll.

• Hiasan toko : usaha membuat para calon pembeli tertarik dengan melihat indahnya interior tokok, tulisan yang menarik, kebersihan, suasana yang sejuk, hiasan atau gambar, musik yang kesemuanya ditunjukan untuk menghilangkan kebosanan para pengunjung.

• Iklan : merupakan bagian dari promosi yang harus menarik perhatian, menimbulkan ketertarikan, menimbulkan minat, mendorong calon pembeli untuk secepatnya melakukan proses pembelian.

1.3 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas, penulis merumuskan beberapa masalah sebagai acuan pengambilan data dalam penelitian. Adapun rumusan masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

1. Strategi apa saja yang digunakan pengusaha butik di dalam menghadapi persaingan pasar ?


(26)

1.4 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di kota Medan dengan fokus penelitian di Sun Plaza Medan di jalan KH. Zainul Arifin N yang dilakukan di lokasi ini. Secara teknis lokasi ini mudah dijangkau oleh peneliti, hal ini juga menjadi salah satu alasan pemilihan lokasi tersebut.

1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah untuk menggungkapkan dan mengetahui budaya kerja yang dimiliki oleh pengusaha butik di Sun Plaza Medan.

Adapun manfaat akademis yang hendak diberikan dari dilaksanakannya penelitian ini adalah untuk menambah wawasan keilmuwan mengenai strategi pengusaha butik di dalam mempertahankan eksistensi butiknya, serta untuk mengetahui apa saja budaya kerja yang diterapkan oleh pengusaha butik. Sedangkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan berguna bagi pembaca sebagai informasi dalam bidang pendidikan, selain itu hasil penelitian ini dapat menjadi kritik dan saran bagi Para pengusaha butik di Sun Plaza Medan agar selanjutnya dapat berkembang ke arah yang lebih baik lagi.


(27)

1.6 Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yang berusaha menggambarkan bagaimana budaya kerja yang dijalankan oleh pengusaha butik yang mayoritas adalah perempuan. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji tentang strategi yang digunakan pengusaha butik didalam mempertahankan eksistensi butiknya di tengah maraknya persaingan pasar. Penelitian yang digunakan adalah studi kasus yaitu dilakukan secara intensif, terperinci dan mendalam pada objek penelitian. dengan mengumpulkan dan menyusun data dari hasil observasi dan wawancara antara peneliti dan informan. Berusaha mendapatkan data atau informasi selengkap mungkin sesuai masalah yang diteliti yakni mengenai budaya kerja pengusaha butik.

1.6.1 Teknik Pengumpulan Data

Data dalam penelitian dikumpulkan dengan mempergunakan teknik observasi partisipasi dan wawancara mendalam.

1.6.2Observasi Partisipasi

Observasi adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan. dalam tradisi kualitatif, data tidak akan diperoleh dibelakang meja tetapi harus terjun ke lapangan, ke tetangga, ke organisasi, ke komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, prilaku, tindakan, keseluruhan interaksi antar manusia. Data observasi juga dapat berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam berorganisasi. proses observasi dimulai dengan mengindentifikasi tempat yang hendak diteliti (Semiawan, 2010: 112).


(28)

Pengamatan awal dilakukan dengan melihat bagaimana aktivitas pengusaha butik berserta pegawainya, seperti saat melayani pelanggan, saat melakukan pengecekan barang di butik, saat mengawasi para pegawai, serta aktivitas lainnya yang dilakukan ketika berada di butik.

1.6.2.1 Wawancara Mendalam

Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama. Dengan metode seperti ini, keterlibatan peneliti atau penulis dengan subyek yang diteliti, dalam pola kedekatan, termasuk lewat wawancara mendalam (indept interview), akan lebih mempermudah peneliti mendapatkan data-data yang dibutuhkan. Sebab metode indept interview, bertujuan untuk menemukan dan mengetahui kebudayaan informan yang diteliti (Spradley, 1997:114)


(29)

1.6.2.2 Informan

Teknik penentuan purposive sampling yang digunakan di dalam memilih informan kunci. Pemilihan informan pangkal dan informan kunci lebih menekankan pada data apa yang hendak dicari. Pemilihan informan pangkal yaitu informan yang mengetahui perkembangan butik di pusat perbelanjaan tersebut, seperti para pelanggan butik atau masyarakat yang suka berbelanja di butik dan pegawai butik tersebut. Informan kunci adalah seseorang yang secara lengkap dan mendalam mengetahui informasi yang akan menjadi permasalahan dalam penelitian. informan kunci disini adalah pengusaha sekaligus pemilik butik.

1.7 Analisis Data

Data-data dari penelitian yang berupa rekaman wawancara dan observasi, setiap hari dipindahkan atau ditranskripkan dalam bentuk field note (catatan lapangan). Catatan lapangan merupakan catatan yang ditulis secara rinci, cermat, luas, dan mendalam yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi yang dilakukan oleh peneliti tentang subjek, aktivitas, ataupun tempat berlangsungnya kegiatan tersebut (Idrus, 2009). Setelah itu data-data tersebut diklasifikasikan berdasarkan tema.

Selain itu juga peneliti akan menggunakan data kepustakaan guna melengkapi informasi yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data kepustakaan dapat diperoleh melalui sumber-sumber tertulis seperti buku-buku, koran dan sumber elektronik seperti televisi dan internet.


(30)

1.8 Pengalaman Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, penulis melakukan survei lapangan pada butik-butik yang terdapat di Sun Plaza Medan. Di dalam melakukan survei, penulis sempat merasakan putus asa karena banyak pengusaha sekaligus pemilik butik yang menolak menjadi informan penulis dikarenakan berbagai alasan. Ada ketidak percayaan dan rasa enggan di dalam diri sebagian pengusaha butik untuk dijadikan informan. Beruntungnya dari beberapa butik yang penulis datangi bersama beberapa teman, ada dua pengusaha butik yang berbaik hati mau menjadi informan penulis yaitu cece Venti pemilik Butik Red Carpet dan cece Jenny pemilik butik VJ Boutique.

Di bulan Oktober Pertama kalinya penulis datang ke Butik Red Carpet untuk melakukan wawancara. Pada saat itu, butik tersebut terlihat begitu ramai dengan pelanggan. Ada rasa sungkan untuk mendatangi butik tersebut. Ahkirnya selama beberapa saat, penulis mengamati aktivitas sang pengusaha butik dari luar. Setelah beberapa menit mengamati, sepupu saya menyarankan agar saya masuk saja dan bertanya apakah pengusaha tersebut punya waktu untuk diwawancarai. Merasa sedikit segan, saya pun melangkahkan kaki memasuki butik tersebut. Saya melihat cece Venti sedang sibuk-sibuknya. Melihat saya yang muncul tiba-tiba, cece langsung berkata bahwa saat itu dia sedang sibuk dan lebih baik saya datang lagi nanti.

Di bulan November sekitar pukul 14.00 WIB penulis tiba di Sun Plaza Medan. Sebelum memasuki lokasi penelitian yang pertama yaitu Butik Red Carpet, terlebih dahulu saya melihat kondisi butik dari luar apakah kondisi di butik sedang sibuk atau tidak.


(31)

Ketika melihat situasi butik yang tidak begitu ramai, saya langsung memasuki butik dan bertanya kepada salah satu pegawai butik. Saat itu adalah jam makan siang bagi para pegawai butik. mereka mengatakan bahwa cece Venti sedang berada di luar negeri. Saya bertanya kapan cece akan pulang dan sedikit bertanya-tanya dan mengali informasi tentang butik tersebut. Pegawai tersebut terlihat sedikit ragu-ragu memberikan informasi kepada saya. Hal tersebut terlihat dari caranya yang takut-takut di dalam berbicara. Dia mengatakan bahwa baru bekerja setahun dan tidak terlalu mengetahui seluk-beluk butik tersebut. Setelah mendapatkan beberapa informasi, saya pun berpamitan.

Di sekitar lantai dua di sekitar Butik Red Carpet, terdapat beberapa butik lainnya yang berjejer di lantai dua dekat parkiran. Saya pun melihat-lihat beberapa butik dan memasuki salah satu butik yang cukup menarik yaitu VJ Boutique. Pegawai yang bekerja terlihat sedang duduk santai sambil menunggu pelanggan. Sebelumnya, saya memperkenalkan diri dan memperlihatkan surat lapangan izin penelitian di Butik Red Carpet kepada pegawai di VJ Boutique.

Saya menjelaskan maksud dan tujuan saya untuk meyakinkan mereka bahwa tujuan saya adalah untuk meneliti. Untungnya mereka mengerti dan menyambut saya dengan hangat. Saya pun bertanya-tanya tentang butik tersebut kepada mereka. Jawaban yang mereka berikan sangat terbuka tanpa ada sungkan. Beberapa orang dari mereka terlihat mengantuk. Mereka mengatakan bahwa pada saat itu mereka sedang mengantuk dan sedikit bosan karena butik sedang sepi.


(32)

Selagi berbincang-bincang, ada beberapa pengunjung butik yang masuk dan melihat-lihat barang di dalam butik. Saya duduk diam mengamati pegawai dan pengunjung butik. Ketika butik tiba-tiba ramai, saya pun merasa harus berpamitan. Tiba-tiba saja, ada seorang wanita cantik dengan paras oriental masuk dan langsung berdiri di meja kasir depan butik. Salah seorang pegawai mengatakan bahwa orang tersebut adalah pemilik butik.

Pemilik butik tersebut diam dan hanya menatap saya. Merasa aneh, saya pun langsung mendatangi beliau dan mengatakan tujuan saya berada disana sambil memberikan surat pengatar penelitian ke Butik Red Carpet, sebagai bukti bahwa saya betul-betul ingin meneliti. Saya mengatakan bahwa jika beliau mengizinkan saya meneliti di Butik beliau, maka saya akan membuat surat pengantar penelitian yang baru. Beliau mengatakan bahwa tidak perlu dan cukup surat pengantar tersebut saja yang akan dia pegang. Beliau menyambut saya dengan sedikit kecurigaan. Saya pun bertanya-tanya sedikit tentang butik tersebut dan langsung berpamitan pulang.

Pada tanggal 6 Februari 2015 saya pun datang lagi. Butik pertama yang saya kunjungi adalah VJ Boutique. Pegawai yang bekerja mengatakan bahwa cece Jenny sedang berbelanja sebentar di supermarket6

6

Supermarket atau pasar swalayan adalah sebua

terdekat yang berada mall tersebut. Saya berpamitan dan berkata akan datang lagi nanti. Setelah itu, butik kedua yang saya datangi adalah Butik Red Carpet. Sebelum memasuki butik, saya meminta teman saya untuk melihat kondisi dari luar butik.


(33)

mereka mengatakan bahwa kondisi butik sedang sepi, saya pun langsung memasuki butik tersebut. Saya melihat Cece Venti dan langsung menyapanya. Cece menyambut saya dengan hangat dan baik. Ketika melihat cece sedang melakukan sesuatu, saya mengatakan bahwa wawancara ini bersifat santai. Saya bisa mewawancarai cece sambil bekerja. Wawancara ini saya lakukan dengan mengunakan smartphone sebagai alat perekam pembicaraan.

Saya pun mewawancari cece sembari cece membereskan make up dan melayani beberapa pelanggan. Wawancara yang saya lakukan dengan menggunakan pedoman wawancara(interview guide) dan berkembang menjadi beberapa pertanyaan lagi, karena kondisi wawancara yang nyaman dan santai. Cece menjawab pertanyaan saya dengan lugas dan menjelaskan tentang butiknya yang sebelumnya tidak saya ketahui.

Wawancara berjalan dengan santai, Sekali-kali cece Venti berkaca sambil membereskan make up dan mengenakan high heelsnya. Setelah merasa mendapatkan data yang cukup, saya pun meminta izin untuk mengambil foto butik. Sebelumnya cece bertanya untuk apa saya memfoto butiknya, lalu saya menjelaskan bahwa hal tersebut berguna sebagai dokumentasi di dalam penelitian. Cece pun setuju jika saya ingin mendokumentasikan butiknya dalam bentuk foto. Ketika selesai, saya pun berpamitan.


(34)

Ketika hendak menuju VJ Boutique yang terletak berdekatan dengan Butik Red Carpet, di tengah jalan saya bertemu dengan Cece Jeny pemilik VJ Boutique. Cece Jenny terlihat keluar dari butiknya dan ingin pergi lagi. Saya pun menyapa beliau dan mengatakan bahwa ingin mewawancarai beliau setelah urusan beliau siap. Beliau menyambut saya dengan ramah dan mengajak saya langsung masuk ke butiknya.

Di dalam butik, saya melihat beberapa pasang baju yang digantung dengan tulisan ‘sale’ di atasnya. Di sudut ruangan, beberapa pegawai terlihat sedang merapikan barang-barang serta melakukan steam brush 7

7

Seterika uap

pada pakaian yang baru masuk. Pertemuan kali ini berbeda dengan pertemuan yang pertama. Pertemuan pertama, beliau terlihat ragu-ragu menjawab pertanyaan saya tetapi di pertemuan kedua, cece Jenny terlihat lebih rileks berbeda dengan waktu pertama kali bertemu.

Cece menjawab pertanyaan saya tanpa keraguan dan terbuka dengan setiap pertanyaan yang saya berikan. Saya melihat cece memakai baju bewarna putih yang mirip dengan salah satu baju yang dijual di butiknya. Ketika hendak pulang, saya meminta izin cece untuk mendokumentasikan butik tersebut dalam bentuk foto. Selesai mendokumentasikan butik tersebut, saya melihat cece Jenny merapikan letak tas yang terdapat di depan display butik.


(35)

Pada tanggal 26 Maret 2015 penulis datang lagi ke Sun Plaza untuk melengkapi data-data yang belum lengkap. Sebelum menuju lokasi, penulis terlebih dahulu mengamati beberapa butik yang terdapat disana. Setelah selesai, penulis langsung menuju Vj Boutique. Terlihat hanya ada dua penjaga yang terdapat disana. Saat itu butik tampak sepi dan tidak terlihat sosok cece Jenny disana. Begitu memasuki butik, pegawai yang berjaga langsung menyapa dengan ramah. Awalnya mereka tidak mengenal saya, tetapi setelah beberapa saat mereka sadar bahwa sebelumnya saya pernah datang beberapa kali untuk mewawancarai mereka.

Mereka menyambut saya berbeda dengan pertemuan sebelumnya. Saya pun bergegas masuk butik dan meletakan tas, buku dan hp saya di bangku butik. Saya pun bertanya sedikit-dikit sembari melihat-lihat beberapa pakaian yang tergantung dan tertata rapi. Saya bertanya kapan cece akan datang. Mereka mengatakan bahwa biasanya cece Jenny datang pada saat siang ataupun sore hari. Mereka berkata bahwa saya bisa menanyakan beberapa pertanyaan kepada mereka.

Salah satu dari pegawai tersebut melihat buku catatan yang saya letakan di bangku dan merasa tertarik untuk melihatnya. Saya pun langsung memberikan buku tersebut kepadanya. Dia melihat catatan saya sembari bertanya dengan antusias seperti apakah dunia kuliah itu. Saya memberikan sedikit gambaran bagaimana kehidupan di perkuliahan. Dipertemuan kali ini saya berusaha menciptakan raport yang baik dengan mereka.


(36)

Kali ini mereka terlihat lebih santai dan menganggap saya sebagai temannya. Hal ini terlihat dari jawaban pertanyaan yang mereka berikan. Selain itu, mereka juga terkadang bertanya tentang suatu hal kepada saya. Wawancara tersebut berjalan dengan penuh antusias. Salah seorang dari mereka bertanya apakah saya mempunyai account facebook.

Wawancara dengan mereka saya awali dengan beberapa pertanyaan tanpa menggunakan interview guide. Hal ini dikarenakan wawancara dengan mereka berjalan dengan santai dan lancar. Saya menanyakan beberapa pertanyaan yang berkaitan seputar butik mereka. Pertanyaan tersebut berlanjut menjadi beberapa pertanyaan lagi. Kadang kala mereka menjadi bercerita mengenai suka duka menjadi pegawai di butik. Kita duduk bersama-sama di bangku butik tanpa ada sekat-sekat antara informan dan pewawancara. Ketika sedang berbincang-bincang, ada pengunjung yang masuk ke butik. Saya meminta mereka untuk melayani pembeli sembari memperhatikan cara mereka melayani pembeli. Ketika selesai mereka langsung merapikan kembali susunan pakaian yang digantung.

Mereka menunjukan kepada saya kartu member Vj Boutique. Saya bertanya apakah boleh jika saya memfoto kartunya dan mereka mempersilahkannya. Saya hanya memfoto bagian depan kartu tetapi mereka berkata bahwa bagian belakang juga tidak masalah jika ingin di foto. Sembari memfoto kartu, saya melihat beberapa pajangan etnis seperti patung kucing emas. Saya bertanya lagi apakah boleh saya foto dan mereka mempersilahkannya. Mereka mengatakan bahwa saya tidak perlu segan dengan mereka.


(37)

Ketika saya menanyakan jumlah member di butik, mereka mengatakan bahwa tidak dapat menyebutkan jumlah yang pasti karena tidak pernah menghitung jumlah member. Mereka menunjukan kepada saya binder tebal yang penuh dengan biodata membernya. Saya melihat sekilas dan tidak berani untuk melihat lebih jauh karena itu merupakan bagian dari privasi mereka.

ketika melihat ada lagi beberapa pengunjung yang masuk, saya meminta mereka untuk melayani pembeli sembari mengamati sistem tranksaksi yang terdapat disana. Ada ibu muda bersama dengan suami dan anaknya yang masih kecil. Ada seorang anak gadis yang mengambil baju pesanannya dan ada juga beberapa anak gadis masuk dan yang bertanya tentang keberadaan pemilik butik. Salah seorang pegawai mengeluarkan pakaian dari tas hitam besar di bawah tumpukan baju. ketika beberapa pembeli mulai keluar dan butik tidak begitu ramai, saya bertanya kepada salah seorang pegawai tentang barang dari tas hitam tersebut. Pegawai tersebut mengatakan bahwa barang tersebut adalah stok pakaian dan baju yang merupakan barang yang lagi tren saat ini.

Ada seorang ibu dengan anak perempuan remaja dan lelaki memasuki butik dan bertanya kepada salah seorang pegawai apakah cece Jenny sudah datang atau belum. Pegawai mengatakan bahwa cece Jenny belum datang. Ibu tersebut pun menunggu cece Jenny sambil melihat barang-barang yang ada di butik. Melihat kondisi butik yang mulai ramai, saya pun berpamitan dan mengatakan bahwa akan datang lagi besok.


(38)

Setelah selesai di Vj Boutique, saya pun bergegas menuju butik Red Carpet. Saya meminta teman saya untuk melihat keadaan butik, apakah ramai atau tidak setelah itu saya pun bergegas masuk. Cece Venti terlihat sedang duduk di depan komputernya. Saya pun langsung menyapa dan bertanya apakah cece sibuk atau tidak. Saya berkata bahwa ada data-data yang kurang yang harus saya tanyakan lagi kepadanya. Cece tersenyum ramah sambil mempersilahkan saya untuk mewawancarainya. Dia bertanya apa yang ingin saya tanyakan dan saya pun memperlihatkan catatan yang berisikan pertanyaan yang sudah saya buat sebelumnya.

Saya pun menanyakan beberapa pertanyaan berdasarkan interview guide. Cece Venti yang menjadi informan penulis menjawab pertanyaan dengan santai dan perlahan. Sembari bertanya cece meminta saya untuk mencatatnya. Hal ini dikarenakan cece melihat saya tidak mencatat saat itu. Saya mengatakan bahwa wawancara tersebut saya rekam dan akan saya olah di rumah. Saya tidak bisa mencatat karna terlalu cepat. Cece tersenyum bijaksana sembari bertanya adakah yang ingin saya tanya lagi. Senyum keramahan terpancar diwajah cece Venti. Saya merasa seperti mewawancarai saudara sendiri. Saya pun meminta izin ingin memfoto cece tetapi cece menolaknya karena merasa saat itu sedang tidak cantik. Ketika melihat pegawainya sedang beristirahat, saya meminta izin cece untuk memfoto aktivitas mereka. Cece meminta pegawainya untuk berdiri rapi agar saya foto. Saat itu pegawai yang bekerja hanya tiga orang. Satu orang sedang off bekerja. Saya hanya memfoto dua pegawai saja. Ketika merasa data yang saya inginkan sudah cukup, saya pun berpamitan pulang.


(39)

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

2.1 Sejarah Butik

2.1.1 Asal-usul butik

Konsep mengenai butik muncul pertama kali dalam bahasa prancis pada tahun 1242. Butik berasal dari bahasa Provençal8 kuno dengan istilah botiga, yang berasal dari bahasa yunani yang berarti tempat penyimpanan: apotheke ( secara harfiah: ‘sebuah tempat dimana segala sesuatu di simpan’, ‘apo’ yang merupakan prefix/awalan untuk dan tithenal ‘menempatkan’. Berbeda dengan sinonimnya, magasin, yang masih digunakan dalam bahasa Prancis untuk mendefinisikan tempat penyimpanan ataupun toko, istilah 'butik' dengan cepat berkembang hanya untuk menunjukkan istilah tempat penjualan. Selain itu, berbeda dengan magasim, istilah butik diambil pada konotasi simbolik kedua, yang tidak hanya mengacu pada lingkungan terjadinya perdagangan, tetapi juga tempat untuk kegiatan sosial yang berasal dari sekitar tempat dimana terjadinya perdagangan. ‘Butik’ dipakai untuk menggambarkan interaksi sosial yang terkait dengan tindakan jual beli serta hubungan bisnis lainnya yang berhubungan dengan istilah tersebut.

8


(40)

Konsep tentang butik telah mengalami banyak perubahan. Menurut bahasa prancis ada beberapa arti yang berbeda tentang konsep butik. Dahulu konsep butik merupakan ruang ritel, tempat penyimpanan dan ruang yang bersebelahan dimana barang bagus dijual. Pada abad ke Sembilan belas, definisi mengenai butik menjadi lebih ekplisit. Butik di gambarkan sebagai toko yang tersedia untuk kalangan kelas menengah, yang menjual barang-barang mewah seperti pakaian, parfum dan bahan halus yang dirancang untuk gaya hidup ekslusif. istilah ini digunakan hampir di seluruh dunia sampai tahun 1940 di mana munculnya reaksi skala besar terhadap retail. Istilah butik dipakai untuk menunjukan sebuah toko yang secara umum toko khusus wanita di mana pemiliknya adalah perseorangan yang masih bisa melakukan bisnis lainnya bahkan, konsep butik berarti menyediakan kebutuhan pasar yang tidak di produksi secara masal yang artinya toko khusus. 9

Menurut Jerussalem (2002: 15), Kemunculan butik di Indonesia ini tidak seluruhnya mempunyai konsep yang sama dengan butik pada awal kemunculannya tahun 1960-an yang dipelopori oleh Mary Quant. Butik pada masa-masa awal sebagaimana Mary Quant Bazaar merupakan bisnis fesyen yang meliputi bisnis proses merancang, memproduksi serta menjual item fesyen yang unik. Jadi, butik tidak sekedar menjual item fesyen saja. Item fesyen yang dijual pun unik karena desainer hanya akan menjual di butiknya saja dan tidak ke butik lainnya apalagi ke department store sehingga item fesyen yang dijual menjadi unik dan berkarakter khas dari butik dan desainernya. Konsep ini masih berjalan hingga kini di Negara asal

9

David Vernet, Leontine de Wit, Boutiques and Other Retail Spaces: The Architecture of Seduction (Routledge: New York , 2007)


(41)

tumbuh dan berkembangnya butik serta di Negara-negara maju lainnya. Konsep butik sebagaimana yang ada di Negara asalnya bukan berarti tidak ada di Indonesia. Tentu di Indonesia ada butik sebagaimana tersebut, terutama yang dimiliki oleh desainer. Namum banyak pula butik yang sekedar mempunyai satu bisnis proses saja yaitu perdagangan. Aktivitas butik ini hanya meliputi pengadaan item fesyen(pembelian/kulakan) untuk kemudian dijual kembali dengan mengambil keuntungan tertentu. Konsekuensinya adalah item fesyen yang dijual bukanlah item unik dan berkarakter. Bahkan dapat terjadi yang dijual adalah item fesyen pasaran. Konsep butik yang terakhir ini bukan tidak boleh, tentu boleh dan sah-sah saja dalam dunia bisnis. Namun yang perlu ditekankan adalah butik tersebut memiliki konsep yang berbeda dari butik yang sesungguhnya.

Ciri-ciri busana butik10

1. Jahitan dan penyelesaiannya banyak dikerjakan dengan tangan. :

2. Ukuran busana berdasarkan ukuran tubuh orang tertentu atau ukuran standard dunia mode.

3. Modelnya unik, hasil rancangan perancang busana, dan tidak pasaran.

4. Hanya diproduksi satu potong hingga tiga potong untuk satu model. Semakin sedikit diproduksi, semakin eksklusif butik tersebut. Butik-butik paling eksklusif hanya membuat satu setel busana dari satu model, lengkap dengan sepatu, tas tangan, kalung, dan gelang yang senada dengan tema busana. 5. Harga jualnya mahal.

10


(42)

Penjelasan di atas memberikan gambaran bahwa usaha butik adalah salah satu jenis usaha bidang busana yang memberikan pelayanan jasa dan produk kepada konsumen berupa pesanan pembuatan busana dan penjualan busana yang sudah jadi dengan model khusus dan istimewa, dikatakan khusus dan istimewa karena model busana yang dijual di usaha butik, didesain khusus oleh desainer, tidak diproduksi secara masal dan model yang dibuat tidak ada dipasaran dengan kualitas jahitanyang bermutu tinggi.

Pengerjaan busana lebih banyak menggunakan tangan karena menuntut kehalusan dan kerapihan. Jenis kain yang digunakan pada usaha butik biasanya didesain khusus oleh desainer atau khusus disediakan oleh usaha butik mulai dari pernilihan warna, motif dan tekstur. Pada usaha butik selain memproduksi dan menjual busana yang sudah jadi juga menyediakan bahan pelengkap busana yang terdiri dari Aksesoris dan Milineris yang disesuaikan dengan model busana. Sistem kerja pada usaha butik biasanya menggunakan sistem kerja satuan, yaitu setiap pengerjaan pembuatan busana dilakukan oleh satu orang, karena harus dikerjakan seteliti mungkin sesuai dengan tuntutan kualitas, sehingga pengerjaan pernbuatan busana dapat memakan waktu lama.11

11

Setiap butik tentunya memiliki interior ruangan yang berbeda-beda. Interior adalah bentuk atau desain suatu tempat. Interior ruangan turut mempengaruhi minat belanja pembeli. Interior ruangan pada butik biasanya mencerminkan diri pengusaha butik tersebut.


(43)

2.2 Sejarah Singkat Kota Medan

Kota medan merupakan kota terbesar di Sumatera Utara dan kota terbesar ketiga di Indonesia. Medan didirikan oleh Guru Patimpus Sembiring Pelawi. Ada cerita yang mengatakan bahwa asal usul kata Medan berasal dari bahasa Karo yaitu Madan yang berarti sembuh. Pada ta status sebagai kota, dan tahun berikutnya residen Pesisir Timur serta Sultan Deli pindah ke Medan. Tahun 1909 Medan menjadi kota yang penting di luar Jawa, terutama setelah pemerintah kolonial membuka perusahaan perkebunan secara besar-besaran. Berdasarka 2.109.339 jiwa.

Penduduk Medan terdiri atas 1.040.680 laki-laki dan 1.068.659 perempuan. Bersama kawasan metropolitannya penduduk Medan mencapai 4.144.583 jiwa. Hal ini membuat Medan menjadi kota dengan jumlah penduduk terbesar di Sumatera dan keempat di Indonesia. Kota Medan merupakan salah satu kota multikultural yang ada di Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya berbagai macam etnis dan suku yang bermukim di Medan diantaranya : Suku karo, Batak, Jawa, Simalungun, Aceh, India, Melayu dan Tionghoa. Keberagaman ini yang membuat Medan layak untuk dijadikan sebagai kota wisata karena ada terdapat berbagai macam rumah ibadah dan tempat pemujaan di setiap sudut kota medan, seperti : Gereja, Vihara, Klenteng, Masjid, Kuil, dll. Ada juga kampung keling yang terkenal menjadi salah satu tempat pemukiman keturunan India di kota Medan.


(44)

Geografis

Kota Medan memiliki luas 265,10 km². Sebelum sebagian wilayah Kabupaten Deli serdang bergabung pada tahun 1972 luasnya hanya sebesar 51,32 km². Kota Medan memiliki kordinat geografis 3º 30º - 3º 43´ LU dan 98º 44´ BT. Permukaan tanahnya cenderung miring ke utara dan berada pada ketinggian 2,5m – 37,5m di atas permukaan bumi. Batas-batas wilayah Kota Medan adalah:

Sebelah utara : Berbatasan dengan Selat Malaka

Sebelah Barat : Berbatasan dengan Deli Serdang

Sebelah Timur : Berabatasan dengan Deli Serdang

Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Deli Serdang

Medan sebagai kota metropolitan memiliki berbagai macam pusat-pusat perbelanjaan atau yang sering kali disebut dengan istilah mall. Tidak hanya sebagai pusat perbelanjaan, mall juga sering kali digunakan sebagai tempat untuk berkumpul baik itu komunitas, keluarga maupun perorangan. Ada beberapa mall yang terdapat di kota Medan mulai dari kalangan menengah sampai menengah ke atas, diantaranya : Center Point Medan, Plaza Medan Fair, Thamrin, Medan Plaza serta Sun Plaza Medan yang merupakan tempat dilakukannya penelitian ini.


(45)

2.3 Sejarah Lokasi Penelitian

2.3.1 Sejarah Sun Plaza Medan

Sun Plaza yang terletak di tengah kota medan merupakan pusat perbelanjaan kelas atas yang berdiri pada awal tahun 2004. Mall ini dibangun di atas lahan seluas lebih dari 29.000 meter persegi dengan konsep mall keluarga. Total luas bangunan adalah lebih dari 87.000 meter persegi dengan total area yang disewakan lebih dari 62.000 meter persegi.

Sun Plaza terdiri atas enam lantai dengan pangsa pasar untuk kalangan menengah keatas. Hal ini terlihat dari brand-brand yang terdapat disana baik brand lokal maupun internasional, seperti : Mango, H&M, Hugo Boss, The Body Shop, Aigner, Frank&Co, Starbucks, J.CO, Sogo Department Store dan Gramedia. Ada berbagai macam gerai, butik, outlet, supermaket serta department store yang terdapat disana. Sun Plaza menjadi tempat favorit untuk hang out baik bagi warga lokal maupun internasional. Sun plaza merupakan salah satu mall yang cukup terkenal di Medan dan menjadi tempat berahkir pekan bagi sebagian masyarakat yang tinggal di kota Medan.

Lokasi sun plaza cukup strategis karena berada di pusat kota yang berdekatan dengan area perkantoran dan perbankan. Selain itu, Sun Plaza terletak di tengah-tengah kota Medan di mana lokasinya cukup ramai sehingga mall ini mudah untuk dijangkau.


(46)

Sun Plaza terletak Jalan H. Zainul Arifin No. 7 Medan berdekatan dengan Mesjid Agung Medan, Kantor Gubernur Sumatera Utara serta SMA Negeri 1 Medan. Konsep bangunan ini menyerupai kapal Titanic. Exterior dari Sun Plaza ini terbuat dari logam titanium yang melambangkan kokohny bangunan Sun Plaza.

Simbol

simbol antar budaya yang kuat yang menjadi cerminan kota Medan dengan masyarakatnya yang energetik serta akrab dengan dunia industri. Selain it merefleksikan kehidupan, kehangatan, energi, cahaya, harapan untuk masa depan yang lebih baik, serta berbagai kesan positif lain yang dapat menempatkan pengunjung dalam spirit dan suasana hati yang tepat untuk berbelanja atau menikmati acara bersama keluarga atau kerabat. Simbol matahari muncul dalam berbagai bentuk abstrak di dalam bangunan maupun di fasad utama. Di dalam atrium terdapat instalasi delapan belas bola yang merepresentasikan matahari, dengan latar antariksa pada langit-langit atrium.

2.3.2 Sejarah Vj. Boutique

Vj Boutique merupakan salah satu butik baru yang berlokasi di Sun Plaza Medan. Butik ini berdiri pada tanggal 3 mei 2014. Vj Boutique merupakan singkatan dari nama pemiliknya yaitu Vera(22 Tahun) dan Jenny(45 Tahun). Butik ini didirikan oleh seorang ibu dan anaknya yang ingin menyalurkan hobby terhadap fashion.


(47)

Barang yang di jual di Vj Boutique rata-rata khusus wanita mulai dari remaja sampai dewasa. Barang butik ini di impor langsung dari luar negeri seperti Bangkok, Hongkong dan Kuala Lumpur. Lokasi Vj Boutique merupakan lokasi yang cukup strategis karena berdekatan dengan butik lainnya serta dekat dengan lokasi parkiran. Butik ini terletak di Sun Plaza lantai 2A-17, memiliki tiga pegawai yang bekerja yaitu Rika, Juwita dan Nur.

Foto 1

Lokasi VJ Boutique

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Pada tahun ini VJ Boutique memasuki tahun kedua di Sun Plaza Medan. Meskipun tergolong baru, butik ini mampu bersaingan dengan butik lainnya yang lebih dulu berdiri dikawasan tersebut. Ukuran VJ Boutique tidaklah terlalu luas sekitar 3 x 4 meter dengan interior ruangan yang modern serta bersih dengan barang-barang yang tertata rapi dan menarik.


(48)

Di dalam butik tersebut, berjejer beragam pakaian dengan berbagai gaya dan bentuk terkini yang dijual dengan harga kisaran 200.000 Rupiah. Selain Pakaian, butik ini juga menjual tas, sepatu, topi, syall dan rok. Di depan pintu masuk butik di sebelah kiri terdapat dua patung manekin berdiri, serta di sebelah kanan terdapat satu patung manekin duduk yang menampilkan contoh batang yang dijual di butik.

Setiap baju yang terdapat di butik ini di gantung secara terpisah berdasarkan jenisnya. Biasanya rok digantung dengan berbagai macam jenis rok dalam satu tempat dan baju digantung dengan baju yang memiliki model yang sama. Barang-barang yang dijual tertata rapi. Setiap pengunjung butik dapat melihat dan menjangkau barang dengan mudah.

Foto 2

Bagian Dalam Vj Boutique


(49)

Butik ini juga menerapkan sistem member. Bagi setiap member akan diberikan diskon. Siapa saja bisa menjadi member di Vj Boutique. Jika ingin menjadi member pada butik ini cukup dengan membayar 40.000 Rupiah. Pada setiap pembelian berikutnya akan diberikan diskon sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Hal ini merupakan salah satu strategi yang dipakai untuk menarik minat belanja pelanggan. Butik ini mempunyai kharakter ruangan yang khas dengan nuansa warna-warna lembut. Di bagian depan butik, pada bagian sebelah kiri terdapat dua patung manekin yang berdiri dan satu patung manekin duduk di sebelah kanan. Meskipun ukuran butik ini tidak begitu luas tetapi para pelanggan dapat memperoleh kenyamanan jika berada di dalam.

Jam kerja para pegawai dimulai dari jam 11.00 WIB - 22.00 WIB. Setiap harinya Pemilik butik datang ke butik untuk memantau, di mana biasanya datang pada saat siang atau sore hari. Salah satu pegawai butik mengungkapkan bahwa bekerja di butik tidak terlalu melelahkan karena di sela-sela bekerja, mereka masih bisa duduk beristirahat jika tidak ada pelanggan.

“enggak enaknya kalo butik sepi kayak gini bikin ngantuk mbak. Enggak ada pembeli bingung mau ngapain ya duduk-duduk aja lah. Kalo ngantuk biasanya dikasih cece permen biar ga ngantuk.”(rika, 22 tahun).

Ketika ditanya tentang tidak enaknya bekerja di butik, para pegawai mengatakan bahwa bekerja di butik terkadang membosankan. jika tidak ada pelanggan maka mereka hanya duduk diam menanti pembeli sembari membereskan barang-barang.


(50)

2.3.3 Sejarah Butik Red Carpet

Butik Red Carpet berdiri pada tahun 2012. Lantai butik ini dilapisi oleh karpet berwarna merah yang menjadi salah satu ciri khas butik tersebut. Karpet merah yang mendominasi butik tersebut sesuai dengan konsep butik ini. Ada alasan mengapa pengusaha butik ini menamakan butiknya dengan nama Red carpet. Cece venti pengusaha butik ini mengatakan bahwa ada makna dibalik nama red carpet. Biasanya orang-orang yang berjalan di red carpet adalah orang-orang pilihan dan elit. Tidak sembarang orang yang bisa berjalan di red carpet. Butik ini dinamakan red carpet karena pengunjung/pembeli yang datang ke butik ini akan dilayani seperti tamu-tamu yang berjalan di red carpet. Butik ini berdiri dari kecintaan sang pengusaha butik terhadap fashion. Berawal dari hobby berbelanja, pengusaha butik ini menjadikan minatnya menjadi lahan bisnis. Kecintaan pemilik butik terhadap fashion terlihat dari gaya sehari-harinya. Pengusaha butik ini selalu terlihat fashionable12

12 modis

dan elegan.

Red carpet merupakan salah satu butik unik yang terdapat di sun plaza medan. Terletak di lantai lantai dua no. 7-8 serta berdekat dengan parkiran membuat butik ini sangat mudah untuk dijangkau. Desain depan butik dibuat berwarna hitam dilapisi kaca dengan papan nama butik yang besar dan menarik. Dari luar butik, pengunjung dapat melihat dengan jelas barang-barang yang terdapat di dalam butik. Butik ini dominan menjual pakaian dan barang-barang untuk pesta.


(51)

Kebanyakan barang-barang di butik ini untuk ibu-ibu atau kalangan sosialita yang menyukai gaya hidup mewah dan glamor. Hal tersebut terlihat dari gaun-gaun pesta yang dipajang di butik ini. Barang-barang di butik ini merupakan barang-barang pilihan, hal inilah yang membedakan butik ini dengan butik-butik lainnya di Sun Plaza Medan. Butik ini juga menerapkan sistem member. Ada beberapa syarat khusus jika ingin menjadi member yaitu berbelanja memenuhi target tertentu. Jika menjadi member butik ini maka akan diberikan diskon khusus untuk kalangan member saja.

Foto 3

Lokasi Butik Red Carpet

Sumber : Dokumentasi Pribadi

Butik ini sedikit berbeda dengan butik lainnya yang terdapat di sana, karena Butik ini memiliki kharateristik yang cukup menarik. Bagian depan display butik terdapat beberapa patung manakin yang berjejer rapi dan ditata semenarik mungkin. Kesan eklusif dapat kita lihat dari setiap pakaian yang ada di patung manekin. Ada


(52)

karakter di setiap pakaian yang melekat di patung manekin. Barang-barang yang terdapat di butik Red Carpet merupakan barang pilihan. Hal ini terlihat dari setiap barang yang ada di dalam butik. Kebanyakan barang-barang yang dijual adalah busana untuk pesta. Gaun-gaun pesta yang terdapat di butik ini merupakan hasil rancangan desainer. Pengusaha butik Red Carpet bernama Venti.

Cece Venti mengatakan bahwa kedepannya dia memiliki rencana akan menjual pakaian khusus hasil rancangan para desainer-desainer muda. Cece Venti merupakan seorang wanita modis yang selalu terlihat modern dan trendi setiap harinya. Penampilan cece Venti sedikit berbeda dengan pengusaha butik lainnya. Setiap penulis temui, cece Venti selalu terlihat elegan dengan memakai high heels13

13

Sepatu hak tinggi

. Jarang sekali pengusaha butik di Sun Plaza Medan yang memakai high heels di butik mereka.

Butik ini memiliki ukuran yang cukup luas dibandingkan dengan butik lainnya yang terdapat di sana. Butik ini berdekatan dengan parkiran yang terdapat di lantai dua. Kita bisa melihat kondisi dalam butik dari luar karena butik ini dilapisi oleh kaca sehingga siapa saja bisa melihat barang-barangnya. Butik Red Carpet termaksud salah satu butik yang terluas yang terletak di lantai dua.

Memasuki ruangan butik, kita akan melihat berbagai macam pakaian dengan mode yang beranekaragam. Kebanyakan pakaian yang dijual di butik ini adalah pakaian untuk pesta. Hal ini terlihat dari berbagai macam barang-barang yang dijual di sana mulai dari gaun, tas, sepatu dan asesoris lainnya.


(53)

Cece Venti yang merupakan pengusaha butik Red Carpet selalu datang setiap hari ke butiknya. Biasanya cece memantau tugas pegawainya. Untuk urusan melayani pelanggan biasanya diserahkan kepada para pegawainya. Jika selama para pegawai bisa melayani pelanggan maka akan dilayani oleh pelanggan. Cece hanya membantu di +butiknya jika hanya dibutuhkan.

Ada empat pegawai yang bekerja di butik ini. Pegawai yang bekerja memiliki seragam kerja dimana seragam tersebut dipakai setiap hari senin sampai minggu. Pada hari jumat mereka dibebaskan dari seragam. Ada banyak pegawai yang bekerja di butik Red Carpet dan semuanya adalah perempuan. Hal ini dikarenakan semua pakaian dan barang yang dijual dibutik ini adalah khusus untuk wanita sehingga pekerjanya pun harus wanita. Pekerja yang terdapat di butik ini memiliki kekompakan satu sama lain bahkan dengan cece Venti pun mereka kompak. Hal ini terlihat dari interaksi yang mereka lakukan di dalam butik.


(54)

BAB III

STRATEGI YANG DIGUNAKAN PENGUSAHA BUTIK DI DALAM MENGHADAPI PERSAINGAN PASAR

3.1 Lokasi Butik

Setiap usaha tentu harus memiliki lokasi yang strategis agar usahnya dilirik oleh masyarakat. Butik adalah salah satunya. Kesuksesan sebuah butik tidak terlepas dari lokasi di mana butik tersebut berdiri. Sun Plaza Medan merupakan lokasi yang cukup strategis bagi pengusaha butik yang mendirikan butiknya di sana. Sun Plaza merupakan salah satu pusat perbelanjaan kelas atas yang terdapat di kota Medan.

Saat ini, Medan merupakan kota metropolitan di mana banyak masyarakatnya yang mulai menjadi konsumerisme dan menjadikan barang-barang tertentu menjadi identitas diri mereka. Membuka butik di kota Medan merupakan salah satu keuntungan yang besar karena masyaratnya semakin banyak yang menyukai barang-barang branded dan bermerek. Bagi masyarakat tertentu, berbelanja di butik mendatangkan kepuasan tersendiri. Barang-barang di butik tidak pasaran dan selalu mahal oleh karena itu tidak semua kalangan bisa berbelanja di butik. Banyak kalangan yang menyukai butik karna kualitas barang yang ditawarkan. Lokasi mempunyai pengaruh yang cukup besar di dalam keberhasilan suatu butik. Jika butiknya bagus tetapi lokasinya tidak strategis maka akan percuma.


(55)

Lokasi butik yang strategis adalah lokasi yang mudah dijangkau dan ramai dikunjungi oleh masyarakat. Selain itu, butik yang dekat dengan fasilitas publik dan perkantoran biasanya mendatangkan banyak pembeli. Tak jarang banyak pengusaha yang mendirikan butik di area mall atau pusat perbelanjaan. Mendirikan butik di mall merupakan strategi yang tepat jika pengusaha ingin butiknya berkembang maju.

Pengunjung mall biasanya tidak pernah sepi. Terlebih lagi jika ada acara-acara tertentu yang diadakan oleh mall, biasanya pengunjungnya lebih ramai daripada biasanya. Mall sering kali dijadikan tempat untuk refresing bagi para pelajar maupun pekerja. Mereka sering kali mengunjungi mall pada ahkir pekan seperti hari sabtu dan minggu. Salah seorang pengusaha butik menuturkan bahwa pada ahkir pekan biasanya butik mereka lebih banyak pengunjungnya daripada hari-hari biasa. Pengusaha dan pemilik butik sering kali harus lembur dikarenakan tingginya jumlah pembeli pada ahkir pekan.

Inilah salah satu keuntungan yang didapatkan pengusaha butik jika mendirikan butik mereka di mall. Selain itu, pengunjung yang datang ke mall biasanya untuk sekedar melihat-lihat saja. Kadang kala, ketika sedang jalan-jalan mereka memasuki satu butik dan menyukai bajunya. Tak jarang, banyak pembeli yang awalnya iseng-iseng melihat-lihat barang di butik ahkirnya menjadi member karena menyukai produk yang dijual. Di mall terdapat banyak department store dan outlet-outlet yang menjual produk yang sama dengan yang dijual di butik. Tak jarang lokasi antara butik dan outlet tersebut sering kali berdekatan bahkan bersebelahan.


(56)

Jika pengunjung mall tidak menemukan barang yang mereka cari di department store atapun outlet, maka sering kali mereka mencarinya ke butik terdekat yang terdapat disana. Hal tersebut lebih praktis karena outlet dan butik terdapat di lokasi yang sama.

Kosep butik di mata masyarakat lekat dengan produknya yang berkualitas dan nyaman dipakai. Oleh karena itu, mendirikan butik tidaklah boleh di sembarang mall. Butik identik dengan kaum menengah ke atas. Pengusaha butik biasanya mendirikan butik mereka di mall-mall yang memang khusus dirancang untuk kalangan menengah ke atas seperti Sun Plaza Medan dan Center Point.

Mendirikan butik di mall tidaklah semudah yang kita bayangkan terlebih lagi tidak semua mall ramai dan dikenal oleh masyarakat. Sewa tempat dan pajak bagunan yang tinggi di mall merupakan salah satu resiko yang harus dihadapi oleh pengusaha butik. Pajak bangunan setiap mall tentu berbeda-beda tergantung statistik pengunjung dan kosep masyarakat tentang mall tersebut. Jika mall tersebut cukup terkenal dan banyak pengunjungnya serta sering kali dijadikan tempat hang out favorit, maka sewa dan pajak bangunan di mall tersebut akan lebih mahal daripada mall lainnya.

Pengusaha butik pada umumnya mengincar mall yang cukup terkenal untuk mendirikan butik mereka. Pajak yang tinggi telah mereka perhitungkan sebelumnya. Tingginya pajak bangunan sebanding dengan jumlah pengunjung yang akan datang ke butik mereka. Resikonya yang sering pengusaha hadapi adalah jika butik mereka sepi tetapi kewajiban membayar pajak harus terus berjalan. Tidak selamanya butik mereka ramai pembeli. Ada kalanya butik mereka sepi pembeli.


(57)

“Bulan-bulan kek ginikan harusnya ramai bulan cembring, tapi enggak tau belakangan ini sepi terus. Bisnis sepi” (Cece Venti)

Salah satu keuntungan mendirikan butik di mall adalah meskipun butik mereka sepi tetapi pengunjung yang datang ke butik terus saja ada. Terlebih lagi jika mall tersebut mengadakan even maka pengunjung di butik pun ikut meningkat. Jika mendirikan butik di mall maka nama butik mereka akan lebih mudah untuk dikenal. Kebanyakan orang mengenal mall tertentu dan jika lupa lokasi butik tersebut, maka pembeli tidak terlalu repot karena mereka bisa mencari butik tersebut dengan mengelilingi mall tersebut. Selain itu, butik mereka akan mudah dikenal dan dijangkau jika didirikan di dalam suatu mall karena pengunjung akan mengenali keberadaan butik mereka melalui mall tersebut.

Letak butik di suatu mall juga merupakan strategi yang digunakan pengusaha butik untuk menjaring pembeli. Banyak pengusaha butik yang membuat strategi mendirikan butiknya berdekatan dengan lift, eskalator ataupun jalan mall. Biasanya diarea ini butik mereka lebih mudah ditemukan dan dilihat orang-orang.

Salah satu lokasi yang strategis adalah butik Red Carpet yang dekat dengan area parkiran dan eskalator di lantai dua. Jika kita ingin memasuki area mall melalui parkiran di lantai dua maka mata kita akan tertuju pada salah satu butik yang cukup besar yaitu Red Carpet. Pengusaha butik mengatakan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu strateginya agar butiknya banyak yang datang.


(58)

Begitu orang-orang parkir maka akan langsung melihat kedalam butik. Sebelum mereka masuk mall biasanya orang-orang tersebut mampir dulu ke Butik Red Carpet. Mereka awalnya sekedar melihat-lihat dan kalau ada yang cocok maka akan dibeli. Lokasi butik ini sangat strategis karena sangat dekat dengan eskalator. Jika kita menaiki eskalator maka kita langsung dapat menemukan butik ini.

Vj Boutique didirikan berdekatan dengan butik-butik lainnya yang menjual pakaian, baju, sepatu dan tas khusus wanita. Lokasi ini cukup strategis karena pengunjung bisa melihat-lihat dari butik satu ke butik lainnya. Selain itu, lokasi butik ini tidak jauh dari area eskalator sehingga mudah untuk dijangkau.

3.2 Target Pasar

Untuk memajukan usaha butik dibutuhkan target pasar yang ingin di capai. Target pasar tersebut meliputi usia, pekerjaan, pendapatan, dll. Pengusaha butik biasanya menargetkan produk atau barang untuk kalangan menengah keatas. Hal ini dikarenakan ada banyak golongan menengah ke atas biasanya paling suka berbelanja di butik. Selain itu, ada target umur tertentu biasanya ditargetkan dari usia 17 tahun sampai 55 Tahun. Ada juga butik yang menargetkan barang-barangnya dominan untuk ibu-ibu rumah tangga. Hal ini dikarenakan ibu-ibu biasanya mempunyai lebih banyak uang daripada anak remaja. Salah satunya adalah butik red carpet yang mana baju dan produk yang dijual di butik ini dominan untuk ibu-ibu, meskipun begitu ada juga baju untuk anak gadis dijual di butik ini.


(59)

Menentukan target pasar merupakan salah satu strategi yang digunakan pengusaha butik agar butik mereka mudah untuk dikenal. Jika target pasar sudah dibuat maka orang-orang akan lebih mudah di dalam berbelanja. Jika yang berbelanja adalah kaum perempuan maka mereka akan pergi mengunjungi butik Red Carpet dan Vj Boutique.

Ada juga target penjualan yang ingin dicapai oleh pengusaha butik. Sebagian pengusaha butik mengunakan target penjualan di dalam menentukan honor atau gaji pegawai mereka. Tidak semua pengusaha butik memberitahukan kepada pegawainya target penjualan yang ingin dicapai dalam seminggu atau sebulan. Bagi pengusaha butik yang memberikan pegawainya target penjualan, biasanya pegawai tersebut akan diberikan bonus gaji jika target penjualan mencapai batas yang diinginkan. Target penjualan seringkali menjadi pacuan bagi pegawai untuk bekerja lebih baik lagi.

Bagi pengusaha butik yang tidak memberitahukan target penjualan kepada pegawainya, biasanya mereka mempunyai target penjualan tetapi tidak terlalu berpatokan kepada target tersebut. Bagi mereka yang penting mereka bisa menjual barang-barang mereka setiap harinya, Para pegawai biasanya pun cukup tau diri. Sebisa mungkin mereka memberikan pelayanan yang maksimal kepada para pengunjung butik. Jika mereka sudah berusaha semaksimal mungkin tetapi pengunjung tidak jadi membeli, tidak masalah bagi mereka.

Barang-barang yang dijual di butik pada umumnya tidak sama dengan barang yang dijual di pasar atau toko. Barang yang dijual di butik seperti pakaian biasanya memiliki mode terkini dan lebih banyak pilihannya.


(60)

Hal ini dikarenakan barang yang dijual di butik kebanyakan di desain khusus untuk butik dan dijual dengan harga yang tergolong mahal. Para desainer yang membuat pakaian khusus butik biasanya menetapkan bahwa baju yang mereka buat khusus untuk kalangan menengah ke atas, sehingga mode dan bahan yang digunakan berbeda dengan pakaian yang di jual di toko-toko pakaian biasa. Target pengusaha butik biasanya adalah kalangan menengah ke atas.

Mode pakaian di butik lebih beragam dan banyak macamnya. Barang yang dijual di butik seperti pakaian biasanya berbahan lebih halus dan lembut. Selain itu, barang-barang yang dijual di butik pada umumnya berkualitas. Salah satu faktor inilah yang membuat banyak orang suka berbelanja di butik. Jahitan pada bajunya lebih rapi, pas mengikuti bentuk badan dan tahan sampai bertahun-tahun. Pada umumnya pakaian yang dijual di butik tidak gampang kusut bahkan ada beberapa baju yang berbahan khusus yang baru dicuci atau dipakai beberapa kali pun tidak kusut masih tampak seperti baru.

Pakaian yang dijual di butik pada umumnya dijahit sendiri mengunakan mesin jahit oleh tangan-tangan handal desainer. Berbeda dengan pakaian yang dijual di toko-toko pakaian pada umumnya yang dijahit secara konveksi atau dari pabrik. Pakaian yang dijual di butik umumnya di desain dan dijahit paling banyak 5 pasang atau bahkan ada beberapa butik yang menjual pakaian hanya satu pasang dengan free ukuran atau ukuran bebas. Hal inilah yang menjadi keunikan sebuah butik. Banyak kalangan seperti sosialita dan artis yang gemar berbelanja di butik bahkan mereka mau mengeluarkan budget yang tidak sedikit untuk membeli satu pasang baju.


(1)

terjadi diantara mereka bermula dari sekedar menyapa atau memberitahukan apakah ada diskon atau barang baru. Tak jarang komunikasi antar pengusaha dan pelanggan berkembang menjadi hubungan persahabatan.

Banyak pengusaha dan pelanggan menjadi sahabat karena hal ini. Tak jarang ketika sudah menjadi teman baik, pelanggan tersebut kadang kala ada yang meminta diskon barang ketika berbelanja. Tentu hal ini harus disikapi dengan baik oleh pengusaha butik. Tidak semua pelanggan bisa bijak menjalin hubungan baik dengan pengusaha. Ada kalanya ketika merasa sudah menjadi teman, ada pelanggan yang terus menerus meminta diskon ketika membeli. Oleh karena itu, pengusaha butik menerapkan sistem member. Selain untuk menambah jumlah pelanggan, sistem member bisa membuat pelanggan tidak lagi meminta diskon, karena bagi setiap member akan ada potongan khusus setiap berbelanja.


(2)

BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pengusaha butik di Sun Plaza Medan memiliki strategi yang berbeda-beda di dalam mempertahankan eksistensi butiknya. Budaya kerja yang mereka terapkan rata-rata hampir sama meskipun ada perbedaan aturan di dalam mempekerjakan pegawainya. Pengusaha butik di Sun Plaza Medan rata-rata adalah perempuan yang mana membuka butik berawal dari kecintaan mereka akan fashion. Berawal dari suka berbelanja, berdadan ataupun suka mengamati fashion membuat pengusaha butik memutuskan untuk membuka butik. Pengusaha butik yang berada disana rata-rata saling mengenal sama sama lain, bahkan ada diantara mereka yang bersahabat ataupun masih terikat pertalian darah. Hubungan yang terjalin diantara pengusaha butik cukup baik meskipun mereka bersaing di dalam mempertahankan butiknya, aroma persaingan diantara mereka tidak begitu terlihat.

Pada dasarnya strategi yang dipakai oleh setiap pengusaha butik hampirlah sama. Di mulai dari menerapkan sistem member, memberikan diskon sampai update

barang. Hampir setiap pengusaha butik di Sun Plaza melakukan hal ini. Setiap pengusaha butik tentunya memiliki strategi rahasia yang tidak dimiliki oleh pengusaha butik lainnya. Strategi tersebut hanya mereka simpan sendiri mengingat persaingan pasar sangatlah sengit. Strategi yang mereka gunakan biasanya turut mempengaruhi budaya kerja yang mereka jalannkan.


(3)

Biasanya masing-masing pengusaha butik menerapkan budaya kerja yang disesuaikan dengan strateginya. Mereka berusaha menjalankan budaya kerja yang baik dan positif demi kemajuan butiknya. Salah satu budaya kerja yang positif tersebut adalah disiplin. Mereka harus konsisten jika butik mereka benar-benar ingin maju. Disiplin dalam hal jam buka butik, update barang serta pelayanan prima.

Jika tidak disiplin maka sulit sekali untuk membuat mereka berkembang. Salah seorang pengusaha butik mengatakan bahwa tidak hanya bagi pengusaha butik dibutuhkan kedisiplinan, tetapi semua aspek kehidupan manusia membutuhkan kedisiplinan jika ingin maju dan berkembang. Disiplinlah yang membuat butik mereka bisa bertahan, malahan pelanggan mereka terus bertambah setiap tahunnya.

Kehidupan yang dijalankan oleh pengusaha butik tidak semudah yang terlihat. Waktu mereka yang fleksibel tidak membuat mereka bermalas-malas. Budaya kerja yang dijalankan oleh pengusaha butik penuh dengan kedisiplinan dan kerja keras. Waktu kerja mereka yang fleksibel tidak membuat pengusaha butik bersantai-santai. Setiap saat mereka selalu mencari tahu apa saja yang sedang menjadi tren baik dalam negeri maupun luar negeri.

Perputaran tren begitu cepat dan selalu saja ada yang baru setiap bulannya. Hal ini mengharuskan mereka untuk selalu cepat mengapdate tren terkini. Untuk mempertahankan pelanggan, pengusaha butik dituntut untuk selalu memasukan barang-barang baru ke butiknya. Barang-barang di butik tidak boleh dibiarkan begitu saja.


(4)

Jika barang lama belum laku maka mereka harus cepat melakukan diskon barang. Hal ini bertujuan agar barang lama yang belum terjual tidak menumpuk di butik meskipun tergolong rugi, setiap pengusaha haruslah melakukan hal ini.

Hubungan yang terjalin antara pengusaha butik dan pelanggan mereka berjalan cukup baik. Tak jarang berawal dari hubungan antara penjual dan pembeli, hubungan mereka berubah menjadi hubungan pertemanan. Terkadang hal ini terjadi karena pengusaha dan pelanggan tersebut ternyata memiliki hobby yang sama. Persamaan itulah yang menjadi pengerat hubungan antara pengusaha dan pelanggan butik. Meskipun begitu, tidak semua pengusaha butik mampu beradaptasi dengan pelanggannya. Ada juga pengusaha butik yang menjalin hubungan seadanya saja. Hal ini dikarenakan pengusaha butik tersebut menyerahkan urusan butiknya kepada pegawainya sehingga mereka tidak begitu mengenal pelanggannya. Hal ini sangat jarang terjadi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku:

David Vernet, Leontine de Wit, Boutiques and Other Retail Spaces: The Architecture

of Seduction (Routledge: New York , 2007)

Grant, Robert M. Comtemporary Strategy Analysis: Concept, Techniques and

Application. Oxford: The Blackwell Publishers Inc. 1995.

glueck dan jauch. manajemen strategis dan kebijakan perusahaan. jakarta: PT Gelora Aksara Pratama. 1998

Grant, Robert M. Comtemporary Strategy Analysis: Concept, Techniques and

Application. Oxford: The Blackwell Publishers Inc. 1995.

Hartanto, Mardi. Paradigma Baru Manajemen Indonesia: Menciptakan Nilai dengan

Bertumpu pada Kebijakan dan Potensi Insani. Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2009.

Ismail, dkk. Budaya Kerja Aparatur Pemerintah. Jakarta: Lembaga Administrasi Negara (LAN). 2004

Idrus, Muhammad. 2009.Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta : Erlangga. Malayu Hasibuan. Manajemen Sumber Daya Manusia. Cetakan ke Tujuh, edisi revisi, Jakarta: PT. Bumi Aksara. 2004.

Puspita, Rina. Menjaga Dan Melindungi Budaya Kerja. Jakarta: Yudis Tira. b2008 Rangkuti, Freddy. Analisis Swot: Teknik Membedah Kasus Bisnis.Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, 1997.

Spradley, James P. Metode Etnografi. Yogyakarta: PT.Tiara Wacana Yogya. 1997 Suhardi, et.al.Kewirausahaan. Jakarta: Salemba Empat, 2007.

Sairin, Sjafri, et.al. Pengantar Antropologi Ekonomi. Yogyakarta: Pustaka Belajar. 2002

Taliziduhu Ndraha. Teori Budaya Organisasi. Jakarta: Rineka Cipta. 2005 Wibowo. Manajemen Kinerja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Parsada. 2007.


(6)

Sumber Skripsi dan Jurnal:

Ade Guawan (Jurnal Ilmiah Manajemen dan Bisnis, No. 01, Oktober 2001: 25)

Anggraeni, Yeni. “Fashion Design dan Modeling Center di Bandung”. Skripsi Sarjana, Fakultas Teknik Undip, Semarang, 2007.

Darmawan, Made Wahyu. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Budaya Kerja

Pegawai. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas Udayana, Bali, 2008.

Dewi, Rizki. Pengaruh Budaya Kerja dan Fasilitas Terhadap Komitmen Karyawan

Pada PDAM Tirtanadi Cabang Belawan. Skripsi, Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara, Medan, 2011.

Hidayat, Rahmat. Analisis Lingkungan sebagai Dasar Penetapan Strategi Korporat. Skripsi, Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya, Malang, 2007.

Jerusalem, Mohammad Adam. Merintis dan Mengelola Bisnis Butik: Modul Universitas Negeri Yogyakarta, Yogyakarta, 2012.

Mutia, Gema. "Pengembangan strategi bisnis pelayaran peti kemas (Container

Shiping) A,P. Moller maersk group pada pasar intra-Asia." Skripsi Sarjana, Fakultas

Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Jakarta, 2009.

Nugroho, Agung Adityo. Pengaruh Kompensasi dan Budaya Kerja Terhadap

Kinerja Karyawan pada PT. Pura Barutama Unit Offset Kudus. Skripsi, Fakultas

Ekonomi Universitas Diponegoro, Semarang, 2011.

Supriyadi, Gering. dan Guno, Tri. 2006. Budaya Kerja Organisasi Pemerintah: Modul Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan Golongan III. Jakarta. Lembaga Administrasi Negara.

Syafitri, Mira. Meyzi Heriyanto. "Kesadaran, Lingkungan dan Budaya Kerja", Jurnal Administrasi Pembangunan, Volume 1 (Maret, 2013), hal 129-134.

Sutrisno, Tri Romelah. Manfaat Hasil Belajar Adibusana Sebagai Kesiapan Praktek

Industri di Butik. Skripsi, Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas

Pendidikan Indonesia, Bandung, 2013.

Sumber Internet :

http://www.kerjausaha.com/2013/01/usaha-butik-berkonsep-unik.html https://hastakaryanovi.wordpress.com/2012/08/31/butik-modiste-konfeksi/