PENGAMBILALIHAN OBJEK LEASING OLEH PIHAK LESSOR SECARA PAKSA DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

ABSTRAK

Di zaman sekarang ini kegiatan pembiayaan dan bentuk pembelian
barang secara berangsur (kredit) berkembang dengan pesat di Indonesia, hal
ini menyebabkan banyaknya lahir lembaga-lembaga pembiayaan non-bank
termasuk salah satu diantaranya adalah Leasing. Masyarakat memanfaatkan
adanya perusahaan leasing untuk memenuhi hasrat dan keinginan, tetapi
kadang tidak dibarengi dengan kemampuan finansial ataupun pemikiran yang
panjang tentang sumber pembayaran cicilan di kemudian hari dengan
mempertimbangkan pendapatan, kebutuhan yang terus meningkat, dan
pengeluaran dari lessor. Hal ini menyebabkan banyaknya terjadi fenomena
kredit macet dalam perjanjian Leasing, dan banyak perusahaan Leasing yang
bermodal besar menggunakan jasa debt collector untuk melakukan penarikan
paksa terhadap benda bergerak yang berada di tangan Lesse secara
sewenang-wenang tanpa mematuhi peraturan dan ketentuan hukum yang
berlaku di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui dan
menganalisis apakah pengambilalihan objek leasing oleh pihak lessor secara
paksa termasuk tindakan perbuatan melawan hukum atau wanprestasi serta
mengetahui dan menganalisis tanggung jawab perusahaan leasing terhadap
kerugian yang ditimbulkan dari pengambilalihan objek leasing secara paksa.
Penelitian ini disusun menggunakan metode yuridis normative yaitu

suatu metode menitikberatkan penelitian pada norma-norma hukum yang
berpedoamn pada peraturan-peraturan. Bahan hukum primer yaitu Pancasila,
Undang-Undang Dasar 1945, Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen
serta Data-data yang relevan dengan penelitian ini lebih difokuskan pada
data sekunder yang diperoleh melalui studi kepustakaan, dan selanjutnya
dianalisis secara deskriptif analisis.
Hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa ada perbuatan melawan
hukum yang dilakukan oleh pihak lessor kepada pihak leesse karena
pemaksaan dalam mengambil objek leasing di tengah jalan. Oleh karena itu,
kewajiban Perusahaan Leasing adalah bertanggung jawab untuk mengganti
kerugian baik secara materil maupun imateril kepada Pihak Leesse. Dan
Masyarakat disarankan untuk lebih memperhatikan isi perjanjian sebelum
menandatangani perjanjian leasing.

ABSTRACT

Nowadays cost and purchase needs on credit have been developed
rapidly in Indonesia, hence there are so many non-bank finance corporates.
One of them is leasing. People benefit the leasing company to fulfil their

desires and needs. However, they are not followed financial support nor
thinking about how they pay their needs by taking income, increasingly
needs, and expenditure from lessor into consideration. That causes a
phenomenon that is hard credit in leasing agreement. There are Leasing
Companies having a big capital. They pay debt collector to force arbitrarily
lessee satisfying all demands stepping out applicable laws in Indonesia. This
study was conducted to determine and analyze whether the object takeover
the lease by the lessor forcibly including tort action or breach of contract as
well as investigate and analyze the responsibilities of leasing companies
against losses arising from the forcible takeover of the lease object.
Juridical normative approximation is a method used in this research.
Data has relevancy with this research more focused on secondary data that
has been obtained through literature study and then the data is analyzed
descriptively.
Result of the research is, can be concluded that there is a tort
committed by the lessor to the leesse because of coercion in taking the
leasing object in the middle of the road. Therefore, the obligation Leasing
Company is liable to indemnify both material and immaterial to the Party
Leesse. People and are advised to pay more attention to the content of the
agreement before signing a lease agreement.


Dokumen yang terkait

Perlindungan Konsumen Sektor Jasa Keuangan Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 dan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999.

0 84 124

Tanggung Jawab Apoteker Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

1 86 105

Perlindungan Nasabah Kartu Kredit Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen.

3 72 93

Perlindungan Hukum Terhadap Nasabah Bank Ditinjau Dari Undang-Undang No.8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen

0 53 70

TUNTUTAN GANTI RUGI AKIBAT KESALAHAN LEGAL OPINION YANG DIBERIKAN OLEH ADVOKAT DIHUBUNGKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

0 0 1

PELAKSANAAN PENGAKTIFAN SEPIHAK (NEGATIVE OPTION) YANG DILAKUKAN OLEH TELKOMSEL DALAM LAYANAN OPERA MINI DITINJAU DARI KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PE.

0 1 1

PERLINDUNGAN KONSUMEN ATAS TIDAK BERFUNGSINYA AIRBAG PADA KENDARAAN RODA EMPAT DIKAITKAN DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN DAN KITAB UNDANG-UNDANG HUKUM PERDATA.

0 0 2

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

1 4 136

Pelaksanaan Perlindungan Hukum Terhadap Konsumen Ditinjau Dari Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 Tentang Perlindungan Konsumen Di Kota Semarang.

0 1 1

TINJAUAN HUKUM MENGENAI TRANSAKSI JUAL - BELI MELALUI SITUS BELANJA ONLINE ( ONLINE SHOP ) MENURUT KITAB UNDANG - UNDANG HUKUM PERDATA DAN UNDANG - UNDANG NOMOR 8 TAHUN 1999 TENTANG PERLINDUNGAN KONSUMEN.

0 1 10