Proses Penyusunan Anggaran Pada SKPD Fie

LAPORAN FIELD STUDY
PROSES PENYUSUNAN ANGGARAN SATUAN KERJA PERANGKAT
DAERAH (SKPD)
(Studi Kasus pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral /
DPU & ESDM Kabupaten Magelang)
Dosen Pengampu:
Nur Laila Yuliani S.E., M.Sc
Yulinda Devi Pramita, S.E

Disusun Oleh:
1.
2.
3.

Diah Dwi Hastuti
Chuswatun Chasanah
Ida Nur ‘ Aini

13.0102.0060
13.0102.0070
13.0102.0083


PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAGELANG
TAHUN 2016

1

Statement of Authorship
“Kami yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa makalah/tugas
terlampir adalah murni hasil pekerjaan kami sendiri. Tidak ada pekerjaan orang
lain yang kami gunakan tanpa menyebutkan sumbernya.
Materi ini tidak/belum pernah disajikan/digunakan sebagai bahan untuk
makalah/tugas pada mata ajaran lain kecuali kami menyatakan dengan jelas
bahwa kami menyatakan bahwa kami menggunakannya.
Kami memahami bahwa tugas yang kami kumpulkan ini dapat diperbanyak dan
atau dikomunikasikan untuk tujuan mendeteksi adanya plagiarisme.”
Nama

: Diah Dwi Hastuti


NPM

: 13.0102.0060

Nama

: Chuswatun Chasanah

NPM

: 13.0102.0070

Nama

: Ida Nur ‘ Aini

NPM

: 13.0102.0083


Mata Ajaran

: Akuntansi Sektor Publik

Judul Makalah/Tugas

: Proses Penyusunan Anggaran Satuan
Kerja Perangkat Daerah (Skpd) (Studi
Kasus Pada Dinas Pekerjaan Umum,
Energi Dan Sumber Daya Mineral / Dpu &
Esdm Kabupaten Magelang)

Tanggal

:

Dosen

: Nur Laila Yuliani, S.E., M.Sc
Yulinda Devi Pramita, S.E


2

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pada

tanggal

1

Januari

2001

dimulai

suatu


era

baru

penyelenggaraan pemerintahan melalui kebijakan otonomi daerah.
Semenjak diberlakukannya UU No.22/1999 dan UU No.25/1999 yang saat
itu menjadi pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiscal, dan
kemudian disempurnakan dengan Undang – Undang Republik Indonesia
No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Yang kemudian terjadi
perubahan penyelengggaraaan ururusan pemerintahan dan pelayanan
publik. Secara umum pemeritahan pusat hanya bertagung jawab atas
urursan pemerintahan

yang berkaitan

dengan bidang pertahanan

keamanan, luar negeri, moneter, fiscal, hukum dan keagamaan. Pemerintah
Daerah, utamanya Pemerintah Kabupaten/Kota, bertanggung jawab atas
pelaksanaan urusan lain diluar urusan yang dipegang Pemerintah Pusat,

walaupun

tidak

sepenuhnya.

Peraturan

Pemerintah

(PP/25/200)

memberikan penjelasan lebih lanjut akativitas yang menjadi tanggung
jawab pusat dan provinsi untuk setiap urusan yang telah di
desentralisasikan tersebut.
Seyogyanya dengan kejelasan pembagian urusan antara Pusat dan
Daerah, dapat dihitung besarnya beban pengeluaran dari masing-masing
tingkat pemerintahan. Secara teoritis, hal ini dapat dihitung apabila untuk
setiap urusan kepemerintahan tersebut, baik yang masih di Pusat maupun
yang telah di Daerahkan, dapat dihitung standarad biayanya (Standard of

Spending Asesment).
Tetapi ketentuan tentang standard biaya ini paling tidak berlaku
secara nasional, hingga hari ini belumlah dibuat. Dengan demikian, secara
teoritis, desetralisasi ini belum memilki perhitunagan yang valid.
Implikasinya, dalam menetapkan besarnya uang yang harus di daerahkan
dalam rangka pembiayan beban pengeluaran inipun dilakukan tanpa
memperhitungkan ukuran beban pembiayaan yang telah akurat tersebut.
3

Berbagai jenis dana transfer, khususnya DAU (Dana Alokasi Umum) yang
merupakan dana transfer terbesar, pada akhirnya dialokasikan dengan
menggunakan variabel-variabel yang diperkirakan dapat ” mewakili
(mempresentasikan) kebutuhan fiscal,” suatu daerah.
Proses penganggaran adalah sebuah proses penting yang sering kali
menjadi perhtian tersendiri bagi sebuah organisasi sektor publik.
Pendekatan- pendekatan penyusunan anggaran juga telah berkembang
sedemikian rupa mengikuti perkembangan zaman dan dinamika kebutuhan
organisasi sektor publik sendiri.
Proses penyusunan anggaran sering kali menjadi isu penting yang
menjadi sorotan masyarakat. Presiden setiap bulan Agustus mengenai

Nota Keuangan dan Rancangan APBN, misalnya, selalu menjadi indikator
perekonomian negara selama satu tahun kedepan. Bahkan, tidak jarang
APBN tersebut menjadi alat politik yang digunakan baik oleh pemerintah
sendiri maupun oleh pihak oposisi. Jika demikan, apakah sebenarnya
anggaran itu? Bagaimana selukbeluknya?
Menurut Freeman (2003), anggaran adalah sebuah proses yang
dilakukan oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber
daya yang dimilikinya ke dalam kebutuhan-kebutuhan yang tidak
terbatas

(the

proses of allocating resources to unlimited demands).

Pengertian tersebut

mengungkapkan peran strtegis anggaran dalam

pengelolaan kekayaan sebuah organisasi sektor publik. Organisasi sektor
publik tentunya berkeinginan memberikan pelayanan maksimal kepada

masyarakat,

tetapi

seringkali

keinginan

tersebut

terkendala

oleh

terbatasnya sumber daya yang dimiliki. Disinilah fungsi dan peranan
penting anggaran.
Menurut Dedi Nordiawan (2006) anggaran juga dapat dikatakan
sebagai pernyataan estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode
waktu tertentu dalam ukuran financial. Pembuatan anggaran dalam
organisasi sektor publik, terutama pemerintah, merupakan suatu proses

yang cukup rumit dan mengandung unsur politis yang signifikan. Berbeda

4

dengan penyusunan anggaran di

perusahaan swasta yang muatan

politisnya relatif lebih kecil. Bagi organisasi sektor publik seperti
pemerintah, anggaran tidak hanya seperti rencana tahuanan tetapi juga
merupakan bentuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang
dibebankan kepadanya.
Penganggaran sektor pubik terkait dengan proses penentuan jumlah
alokasi dana untuk tiap-tiap progaram aktivitas dalam satuan moneter.
Proses penganggaran organisasi sektor pubik dimulai dari perumusan
strategi dan perencanaan strategik yang telah selesai dilakukan. Anggaran
merupakan artikulasi dari hasil perumusan strategi dan perencanaan
strategik yang telah dibuat Tahap penganggaran menjadi sangat penting
karena anggaran yang tidak efektif dan tidak berorientasi pada kinerja
akan dapat menggagalkan


perencanaan yang telah disusun. Anggaran

merupakan manajerial plan for action untuk memfasilitasi tercapainya
tujuan organisasi.
Pengggaran sektor publik harus diawasi mulai tahap perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan. Proses penganggaran akan lebih efektf
apabila diawasi
yang

oleh

lembaga pengawas

khusus

(oversight

body)

bertugas mengontrol proses perencanaan dan pengendalian

anggaran.
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintah daerah
yang disetujui DPRD dan di tetapkan dengan peraturan daerah. Untuk
menyusun APBD, pemerintah daerah terlebih dahulu harus menyusun
rencana kerja pemerintah daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran
Rencana Kerja Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RJPMD) dengan
menggunakan bahan dari Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja
SKPD) untuk jangka waktu 1 (satu) tahun yang mengacu kepada rencana
kerja Pemerintah.

5

B. Perumusan Masalah dan Batasan Masalah
1. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan sedikit pengetahuan penulis
maka dalam penelitian ini penulis merumuskan masalah sebagai
berikut :
a. Bagaimana Tahap - tahap Penyusunan Anggaran di Dinas
Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU &
ESDM Kabupaten Magelang ?
b. Bagaimana realisasi pelaksanaan program dan kegiatan Dinas
Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU &
ESDM Kabupaten Magelang ?
c. Bagaimana permasalahan dan solusi program dan kegiatan Dinas
Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU &
ESDM Kabupaten Magelang ?
2. Batasan Masalah
Sehubungan dengan latar belakang masalah yang telah di uraikan
sebelumnya maka penulis mencoba untuk membuat batasan masalah
dalam yaitu: ”Masalah difokuskan terhadap tahap - tahap Penyusunan
Anggaran, realisasi pelaksanaan program dan kegiatan, serta
permasalahan dan solusi program dan kegiatan Dinas Pekerjaan
Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU & ESDM
Kabupaten Magelang.
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :
a. Untuk mengetahui Tahap - tahap Penyusunan Anggaran di Dinas
Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU &
ESDM Kabupaten Magelang.

6

b. Mengetahui realisasi pelaksanaan program dan kegiatan Dinas
Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU &
ESDM Kabupaten Magelang.
c. Mengetahui permasalahan dan solusi program dan kegiatan Dinas
Pekerjaan Umum, Energi Dan Sumber Daya Mineral / DPU &
ESDM Kabupaten Magelang.

7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Anggaran
Pengetian Anggaran
Menurut Mardiasmo (2002:61) :”Anggaran merupakan pernyataan
mengenai estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu
yang dinyatakan dalam ukuran financial, sedangkan penganggaran adalah proses
atau metoda untuk mempersiapkan suatu anggaran.”
Menurut Deddi Nordiawan (2006:48) : ”Anggaran dapat juga dinyatakan
sebagai pernyataan mengenai estimasi kineja yang hendak dicapai selama periode
waktu tertentu dalam ukuran financial.” Bagi organisasi sektor publik seperti
pemerintah, anggaran tidak hanya sekedar rencana tahunan tetapi juga merupakan
bebtuk akuntabilitas atas pengelolaan dana publik yang dibebankan kepadanya.”
Istilah anggaran atau penganggaran (budgeting) sudah tidak asing lagi bagi
mereka yang biasa berkecimpung dalam organisasi, termasuk organisasi
pemerintahan. Sebagai bagian dari fungsi perencanaan, sebagian besar organisasi
modern sudah terbiasa melakukan perencanaan, termasuk perencanaan keuangan
(anggaran). Saat ini, organisasi pemerintahan memberikan

perhatian

yang

semakin besar dalam bidang penganggaran. Selain itu, minat publik semakin
meningkat pula pada proses pertanggungjawaban dan

penyelenggaraan

pemerintah daerah semenjak berlangsungnya era otonomi daerah.
Menurut Sony Yuwono, Tengku Agus Indrajaya, Hariyandi (2005:92):
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah suatu rencana
keuangan daerah yang ditetapkan berdasrkan peraturan daerah tentang APBD
yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Dalam satu tahun anggaran
APBD yang meliputi:
1. hak pemerintah daerah yang diakui sebai penambah nilai kekayaan bersih;
2. kewajiban pemerintah daerah yang diakui sebagai pengurang nilai
kekayaan bersih;

8

3. penerimaan yang perlu dibayar kembali dan atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
Berdasarkan UU No. 32 Tahun 2004, UU No. 33/2004, dan UU No. 17
Tahun 2003, siklus perencanaan anggaran Daerah secara keseluruhan meliputi
tahap V berikut (deputi IV BPKP, 2005).
a. Pemerintahan daerah meyampaikan kebijakan umum APBD tahun
anggaran berikutnya sebagai landasan penyusunan rancangan APBD
paling lambat pada pertengahan bulan Juni tahun berjalan. Kebijakan
umum APBD tersebut berpedoman pada RKPD. Proses penyusunan
RKPD tersebut dilakukan antara lain dengan melaksanakan musyawarah
perencanaan pembangunan (musrenbang) yang selain diikuti oleh unsur–
unsur pemerintahan juga mengikut sertakan dan/atau menyerap aspirasi
masyarakat terkait, antara lain asosiasi propfesi, perguruan tinggi, LSM,
pemuka adat, pemuka agama, dan kalangan dunia usaha.
b. DPRD kemudian membahas kebijakan umum APBD yang disampaikan
oleh pemerintah daerah dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD tahun
anggran berikutnya.
c. Berdasarkan kebijakan umum APBD yang telah disepakati dengan DPRD,
pemerintah Daerah bersama DPRD mebahas prioritas dan plafon
anggaransementara untuk dijadikan acuan bagi SKPD.
d. Kepala SKPD selaku pengguna anggaran meyusun RKA-SKPD tahun
berikutnya dengan mengacu pada prioritas dan plafon anggaran sementara
yang telah ditetapkan oleh pemerintah daerah bersama DPRD.
e. RKA-SKPD tersebut kemudian disampaikan kepada DPRD untuk dibahas
dalam pembicaraan pendahuluan RAPBD.
f. Hasil pembahasan RKA-SKPD disampaikan kepada pejabat pengelola
keuangan daerah sebagai bahan peyusunan rancangan perda tentang APBD
tahun berikutnya.

9

g. Pemerintah daerah mengajukan rancangan perda tentang APBD disertai
penjelasan dan dokumen–dokumen pendukungnya kepada DPRD pada
minggu pertama bulan Oktober
h. Pengambilan keputusan oleh DPRD mengenai rancangan perda tentang
APBD dilakukan selambat–lambatnya satu bulan satu tahun anggaran yang
bersangkutan yang dilaksanakan.
Menurut Keputusan Metnteri Dalam Negeri Nomer 29 Tahun 2002 :
”Rencana Kerja dan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat RKA-SKPD
adalah dokumen perencanaan dan penganggaran yang berisi program dan kegiatan
SKPD serta anggaran yang diperlukan untuk melaksanakannya.”
Menurut Keputusan Metnteri Dalam Negeri Nomer 29 Tahun 2002:
Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara yang selanjutnya disingkat PPAS
merupakan program prioritas dan patokan batas maksimal anggaran yang
diberikan kepada SKPD untuk setiap program sebagai acuan dalam penyusunan
RKA-SKPD. Dokumen Pelaksanaan Anggaran SKPD yang selanjutnya disingkat
DPA-SKPD merupakan dokumen yang memuat pendapatan dan belanja setiap
SKPD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan oleh pengguna anggaran.
B. Fungsi Anggaran
Menurut Sony Yuwono dkk (2005:30) Sebagai sebuah instrumen penting dalam
proses manajemen, anggaran atau penganggaran memiliki fungsi sebagai berikut
1. Fungsi Perencanaan
2. Fungsi Koordinasi dan Komunikasi
3. Fungsi Motivasi
4. Fungsi Pengendalian dan Evaluasi
5. Fungsi Pembelajaran
Menurut Mardiasmo (2002:63) beberapa fungsi anggran sektor publik
Anggaran sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, yaitu (1)
sebagai alat perencanaan, (2) alat pengendalian, (3) alat kebijakan fiskal, (4) alat

10

politik, (5) alat koordinasi dan komonikasi,(6) alat penilaian kinerja, (7) alat
motivasi, dan (8) alat menciptakan ruang publik.
1. Anggaran sebagai alat perencanaan (Planning Tool)
Anggaran merupakan alat perencanaan manajemen untuk mencapai
tujuan

organisasi.

Anggran

sektor

publik

dbuat

uantuk

merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan oleh pemerintah,
berapa biaya yang dibutuhkan, dan berapa hasil yang diperoleh dari
belanja pemerintah tersebut.
2. Anggaran sebagai alat pengendalian
Sebagai alat pengendalian anggaran memberikan rencana detail
atas pendapatan dan pengeluaran pemerintah agar pembelanjaan
yang dilakukan dapat dipertanggungjawabkan kepada publik.
Tanpa

anggaran,

pemerintah

tidak

dapat

mengendalikan

pemborosan- pemborosan pengeluaran. Anggaran sektor publik
dapat digunakan untuk mengendalikan eksekutif.
3. Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal
Anggaran sebagai alat kebijakan fiskal pemerintah digunakan
untuk menstabilkan ekonomi dan mendorong pertumbuhan
ekonomi. Melalui anggran publik tersebut dapat diketahui arah
kebijakan fiskal pemerintah, sehingga dapat dilakukan prediksiprediksi dan estimasi eklonomi. Anggaran dapat digunakan
mrndorong, memfasilitasi, dan mengkoordinasi kegiatan ekonomi
masyarakat sehinnga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi.
4. Anggaran sebagai alat politik
Anggaran digunakan untuk memutuskan perioritas-perioritas dan
kebutuhan keuangan terhadap prioritas tersebut. Pada sektor publik
anggaran merupakan dokumen politik sebagai bentuk komitmen
eksekutif dan kesepakatan legislatif atas penggunaan dana publik
untuk kepentingan tertentu. Anggran bukan sekedar masalah teknis
akan tetapi lebih merupakan alat politik. Oleh karena pembuatan
anggaran memerlukan poltical skill, coalition building, keahlian

11

bernegoisasi,

dan

pemahaman

tentang

prinsip

manajemen

keuangan publik oleh para m,anjer publik.
5. Anggaran sebagai alat komonikasi dan koordinasi
Setiap unit kinerka pemerintahan terlibat dalam proses penyusunan
anggran. Anggran publik merupakan alat koordinasi antar bagian
pemerintahan. Anggran publik yang disusun dengan baik akan
mampu mendeteksi terjadinya inkonsistensi suatu unit kerja dalam
pencapaian tujuan organisasi. Disamping itu juga anggaran pulik
berfungsi sebagai alat komunikasi antar unit kerja dalam
lingkungan eksekutif.
6. Anggaran sebagai alat penilaian kinerja
Anggaran merupakan wujud komitmen dari eksekutif kepada
legislatif. Kinerja eksekutif akan dinilai berdasarkan pencapaian
target anggaran dan efisiensi pelaksanaan anggaran. Kinerja
manajer publik dinilai berdasarkan berapa yang berhasil ia capai
dikaitkan dengan anggaran yang telah ditetapakan.
7. Anggaran sebagai alat motivasi
Anggaran dapat digunakan sebagai alat untuk memotivasi manajer
dan stafnya agar dapat bekerja secara ekonomis, efektif, dan
efesiendalam mencapai target dan tujuan organisasi yang telah
ditetapkan. Target anggaran hendaknya jangan terlalu tinggi
sehingga tidak dapat dipenuhi, namun juga jangan terlalu rendah
sehingga terlalu mudah untuk dicapai.
8. Anggaran sebagai alat untuk menciptakan ruang publik
Anggaran publik tidak boleh diabaikan oleh kabinet, birokrat dan
DPR/DPRD. Masyarakat, LSM, Perguruan Tinggi, dan berbagai
organisasi

kemasyarakatan

penganggaran

sektor

publik.

harus

terlibat

Kelompok

terorganisir akan mencoba mempengaruhi
untuk

kepentingan

mereka.

12

dalam

masyarakat

anggara

prises
yang

pemerintah

C. Tahap-Tahap Penyusunan Anggaran
Menurut Deddi Nordiawan(2006: 79) beberapa Tahapan penyusunan anggara
adalah
1. Penetapan Strategi Organisasi (Visi dan Misi)
Visi dan Misi adalah sebuah cara pandang yang jauh ke depan yang
memberi gambaran tentang suatu kondisi yang harus dicapai oleh sebuah
organisasi. Dari sudut pandang lain, visi dan misi organisasi harus dapat:
a) Mencerminkan apa yang ingin dicapai
b) Memberikan arah dan fokus strategi yang jelas
c) Menjadi perekat dan menyatukan berbagai gagasan strategis
d) Memiliki orientasi masa depan
e) Menumbuhkan seluruh unsur organisasi
f) Menjamin kesinambungan kepemimpinan organisasi.
2. Pembuatan Tujuan
Tujuan dalam hal ini adalah sesuatu yang akan dicapai dalam kurun waktu
satu tahun atau yang sering diistilahkan dengan tujuan operasioal. Karena
tujuan operasional merupakan turunan dari visi dan misi organisasi, tujuan
operasional seharusnya menjadi dasar untuk alokasi sumber daya yang
dimiliki, mengelola aktivitas harian, serta pemberian penghargaan
(reward) dan hukuman (punishment) Sebuah tujuan operasional yang baik
harus mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. Harus mempresentasikan hasil akhir bukannya keluaran
b. Harus dapat diukur untuk menentukan apakah hasil akhir yang
diharapkan telah dicapai.
c. Harus dapat diukur dalam jangka pendek agar dapat dilakukan
tindakan koreksi
d. Harus tepat, artinya tujuan tersebut memberikan peluang kecil
untuk menimbulkan interpretasi individu.
3. Penetapan Aktivitas
Tujuan operasional akan menjadi dasar dalam penyusunan anggaran.
Ketika pendekatan kinerja dan PPBS yang digunakan maka langkah yang

13

harus dilakukan dalam penyusunan anggaran adalah penetapan aktivitas.
Aktivitas dipilih berdasarkan strategi organisasi dan tujuan operasional
yang telah ditetapkan. Organisasi membuat sebuah unit/paket keputusan
yang berisi beberapa alternatif keputusan atas setiap aktivitas. Alternatif
keputusan tersebut menjadi identitas dan penjelasan bagi aktivitas yang
bersangkutan. Secara umum alternatif keputusan berisi komponenkomponen sebagai berikut:
a. Tujuan aktivitas tersebut, dinyatakan dalam suatu cara yang
membuat tujuan yang diharapkan menjadi jelas
b. Alternatif aktivitas/alat untuk mencapai tujuan yang sama dan
alasan mengapa alternatif-alternatif tersebut ditolak.
c. Konsekuensi dari tidak dilakukannya aktivitas tersebut.
d. Input, kuantitas, atau unit pelayanan yang disediakan, dan hasil
pada berbagai tingkat pendanaan
4. Evaluasi dan Pengambilan Keputusan
Langkah selanjutnya setelah pengajuan anggaran disiapkan adalah proses
evaluasi dan pengambilan keputusan (penelaahan dan penetuan peringkat).
Proses ini dapat dilakukan dengan standar baku yang ditetapkan oleh
organisasi ataupun dengan memberikan kebebasan pada masing-masing
unit untuk membuat kriteria dalam menentukan peringkat.
Teknisnya, alternatif keputusan dari semua aktivitas program yang
direncanakan digabungkan dalam satu tabel dan diurutkan berdasarkan
prioritasnya. Setiap level anggaran dianggap sebagai satuan yang berbeda. Dalam
penyusunan anggaran program yang berbasis nol, asumsi yang digunakan adalah
pengambil kebijakan dalam organisasi akan menerima apa pun urutan prioritasnya
yang telah ditetapkan. Dengan demikian, kewajiban mereka hanyalah menentukan
besarnya anggaran yang akan menentukan aktivitas mana saja yang dapat
dilaksanakan.
D. Pengertian Visi-Misi SKPD
1. Visi

14

Menurut Sony Yuwono dkk (2006:8) Visi merupakan wujud dari
kemampuan suatu individu atau organisasi dalam menggambarkan
keberadaannya di masa depan. Visi yang baik adalah visi yang akurat dan
dapat mengarahkan selurh potensi organisasi untuk menggapainya.
Penetapan visi sebagai bagian dari perencanaan strategis merupakan langkah
penting dalam perjalanan suatu organisasi. Kelangsungan hidup organisasi
dalam era persaingan berkultur terbuka, tidak lagi ditentukan keberhasilan
penanganan dinamika internal organisasi semata. Namun, yang lebih
penting lagi adalah bagaimana organisasi dapat bermanuver terhadap segala
perubahan konstelasi lingkungan eksternal. Oleh karena itu, penting
sebelum menentukan atau memperbaharui visinya. Setelah peta lingkungan
eksternal tekah digambarkan dengan sebaik- baiknya, barulah visi organisasi
dijabarkan dan ditempatkan dalam konteks dinamika lingkungan eskternal
tersebut. Tempatkan posisi organisasi di masa mendatang, barulah dibuat
rangkaian strategi untuk menjawab gap antara kondisi perusahaan sekarang
dan visi organisasi mendatang.
2. Misi
Menurut Sony Yuwono dkk (2006:90) Misi merupakan cara pandang yang
ajeg sepanjang masa atas komitmen terbaik organisasi bagi seluruh
stakeholder utama. Pernyataan misi membawa organisasi kepada suatu
fokus. Misi menjelaskna mengapa organsasi itu ada, apa yang dilakukannya,
dan bagaimana melakukannya. Dalam konteks organisasi publik, proses
perumusan misi instansi publik harus juga memperhatikan masukan pihakpihak yang berkepentingan (stakehoder dan memberikan peluang untuk
penyesuaian sesuai dengan tuntutan lingkungan.

15

BAB III
PEMBAHASAN
Studi kasus ini mengarah pada Dinas Pekerjaan Umum Energi dan Sumber
Daya Mineral Kabupaten Magelang yang beralamat di Kantor, Gedung
Pemerintah, dan Dinas Pemadam Kebakaran Jl. Soekarno Hatta No. 6 (Kota
Mungkid), Magelang, Jawa Tengah 56511, Indonesia. Memiliki visi dan misi
sebagai berikut:
Visi dinas pekerjaan umum, energi dan sumber daya mineral kabupaten
magelang : “terwujudnya peningkatan kapasitas sarana dan prasarana bidang
pekerjaan umum, energi dan sumber daya mineral berwawasan lingkungan”
Misi dinas pekerjaan umum, energi dan sumber daya mineral kabupaten magelang
:
1. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bidang bina marga
2. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bidang cipta karya
3. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bidang pengairan
4. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bidang kebersihan
5. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bidang energi dan sumber daya
mineral
Adapun tujuan ditetapkan dengan mengacu pada visi dan misi dinas
pekerjaan umum, energi dan sumber daya mineral kabupaten magelang sebagai
berikut:
1. Meningkatkan infrastruktur dan pelayanan bina marga
2. Menyelenggarakan pengelolaan sda secara optimal untuk meningkatkan
kelestarian fungsi sarana prasarana dan keberlanjutan pendayagunaan sda.
3. Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman.
4. Mewujudkan integrasi penataan ruang wilayah untuk menjamin kinerja
pelayanan infrastruktur dasar.
5. Meningkatkan kualitas dan kuantitas prasarana sarana kebersihan.

16

6. Meningkatkan pembinaan dan pengendaliaan kegiatan energi dan
sumberdaya mineral yang berkelanjutan.

17

Sumber Daya Manusia pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber
Daya Mineral Kabupaten Magelang Menurut Jenis Kelamin
No

Keterangan

Laki-laki (orang)

.
1
2

Pejabat Struktural
Jabatan Fungsional Umum
Jumlah
Sumber : Sub Bag. Umum dan Kepegawaian,

Perempuan (orang)

30
7
282
26
312
33
Dinas Pekerjaan Umum, Energi

dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang bulan Desember 2014
Untuk kelancaran pencapaian tujuan/hasil tidak bisa lepas dari tersedianya
sarana dan prasarana, karena sarana dan prasarana sangat berperan untuk
mendukung kinerja Sumber Daya Manusia pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi
dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang. Adapun Sarana dan Prasarana
yang dimiliki Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral
Kabupaten Magelang meliputi macam jenis sebagaimana tercantum dalam table
dibawah ini : Sarana dan Prasarana pada Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan
Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang
No
1
2
3

Jenis Sarana dan Prasarana
Bangunan Kantor
Kendaraan Bermotor Roda 4
Truk dan Kendaraan Pemadam

Jumlah
13
13
16

Satuan
Unit
Unit
Unit

4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19

Kebakaran
Kendaraan Bermotor Roda 2
Amor
Meja
Kursi
Kursi Lipat
Ceketer
Bajaj
Ranger
Loader
Mesin Gilas
Wacker
Pan Maxer
Sprayer
Excavator backhoe
Backhoe loader
Vibro roller

88
6
276
260
51
1
5
1
1
21
3
1
5
1
1
1

Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit
Unit

18

20
Trailer
1
Unit
21
Mesin ketik
16
Unit
22
Computer
23
Unit
Sumber : Sub Bag. Umum dan Kepegawaian Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan
Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang bulan Desember 2014
Kinerja Pelayanan SKPD
Bila melihat struktur organisasi, maka dapat dikatakan bahwa keberadaan
Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang
tersebut diharapkan dapat mendukung pelaksanaan peran dan fungsi setiap SKPD
di bidang sarana dan prasarana daerah, sehingga peran dan fungsi Dinas Dinas
Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang saat ini
dan dimasa mendatang akan sangat strategis dalam mendukung tugas-tugas
Pemerintah Kabupaten Magelang. Dengan segala kendala dan keterbatasan untuk
mewujudkan pelaksanaan ideal dimaksud, maka pola dan alur kerja diatas
diharapkan bisa terwujud dalam rangka aktualisasi dan reorientasi peran Dinas
Pekerjaan Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang,
khususnya dalam mendukung pendapatan, keuangan dan asset daerah.
STRUKTUR ORGANISASI
DINAS PEKERJAAN UMUM, ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
KABUPATEN MAGELANG

19

20

Proses Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan pengaturan daerah. Untuk menyusun
APBD, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menyusun Rencana Kerja
Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran dari Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan menggunakan bahan
dari Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja SKPD) untuk jangka waktu 1
tahun yang mengacu kepada Rencana Kerja Pemerintah.
1. Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Menurut Deddi
Nordiawan (2005:88) Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD)
disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara
perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan pengawasan. RKPD
ditetapkan dengan peraturan kepala daerah. Hal- hal yang harus
termuat dalam RKPD adalah :
i. Rancanan kerangka ekonomi daerah.
ii. Prioritas

pembangunan

dan

kewajiban

daerah

(mempertimbangkan prestasi capaian standar pelayanan
minimal sesuai dengan peraturan perundang-undangan).
iii. Rencana kerja yang terukur dan pendanannya, baik yang
dilaksanakan
pemerintah

langsung
daerah

oleh

maupun

pemerintah
yang

pusat

ditempuh

atau

dengan

mendorong partisipasi masyarakat.
Penyusunan RKPD diselesaikan paling lambat akhir bulan
Mei sebelum tahun anggaran berkenaan. Tata cara penyusunannya
berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
2. Kebijakan Umum APBD (KUA)
Menurut Deddi Nordiawan (2005:88) Kepala daerah menyusun
rancangan kebijakan umum APBD berdasarkan RKPD dan
pedoman penyusunan APBD yang telah ditetapkan Menteri Dalam
Negeri setiap tahun. Pedoman penyusunan APBD memuat, antara
lain:

21

a) Pokok-pokok

kebijakan

yang

memuat

sinkronisasi

kebijakan pemerintahan pusat dengan pemerintah daerah.
b) Prinsip dan kebijakan penyusunan APBD tahun anggaran
berkenaan.
c) Teknis penyusunan APBD
d) Hal-hal khusus lainnya
Dalam menyusun rancangan kebijakan umum APBD,
kepala daerah dibantu oleh tim anggaran pemerintah daerah yang
dikoordinasi oleh sekretaris daerah. Rancangan kebijakan umum
APBD yang telah disampaikan oleh sekretaris daerah selaku
koordinator pengelolaan keuangan daerah kepada kepala daerah,
paling lambat awal bulan Juni. Rancangan kebijakan umum APBD
disampaikan kepala daerah DPRD untuk dibahas paling lambat
pertengahan bulan Juni tahun anggaran berjalan untuk dibahas
dalam

pembicaraan

pendahuluan

RAPBD

tahun

anggaran

berikutnya. Pembahasan dilakukan oleh Tim Anggaran Pemerintah
Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD.
3. Prioritas dan Plafon Anggaran
Menurut

Deddi

Nordiawan

(2005:88)

Berdasarkan

kebijakan umum APBD yang telah disepakati, pemerintah daerah
menyusun rancangan PPAS dengan tahapan sebagai berikut:
a. Menentukan skala prioritas untuk urusan wajib dan urusan
pilihan
b. Menentukan urutan program untuk masing-masing urusan
c. Menyusun plafon anggaran untuk masing-masing program
Kepala daerah meyampaikan rancangan prioritas dan plafon
anggaran sementara (PPAS) yang telah disusun kepada DPRD
untuk dibahas paling lambat minggu kedua buan Juli tahun
anggaran berjalan. Pemahasan dilakukan oleh Tim Anggaran
Pemerintah Daerah bersama Panitia Anggaran DPRD. Rancangan
PPAS yang telah dibahas selanjutnya disepakati menjadi priorias

22

dan plafon anggaran (PPA) paling lambat akhir bulan Juli tahun
anggaran berjalan. Kebijakan umum APBD dan PPA yang telah
disepakati masing-masing dituangkan ke dalam Nota Kesepakatan
yang ditandatangani oleh kepala daerah dan pimpinan DPRD.
4. Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
Menurut Deddi Nordiawan (2005:89) Berdasarkan nota
kesepakatan KUAdanPPAS, Tim Anggaran Pemerintah menyusun
Pedoman Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja
Perangkat Daerah (RKA-SKPD) sebagai acuan bagi SKPD dalam
menyusun RKA-SKPD.

Pedoman penyusunan RKA-SKPD

mencakup:
a. PPA yang dialokasikan untuk setiap program SKPD berikut
rencana pendapatan dan pembiayaan.
b. Sinkronisasi program dan kegiatan antar-SKPD dengan kinerja
SKPD berkenaan sesuai dengan standar pelayanan minimal
yang telah ditetapkan.
c. Batas waktu penyampaian RKA-SKPD kepada PPKD.
d. Hal-hal lainnya yang perlu mendapatkan perhatian dari SKPD
terkait

dengan

efektivitas,

prinsip-prinsip

transparansi,

dan

peningkatan
akuntabilitas

efisiensi,
penyusunan

anggaran dalam rangka pencapaian prestasi kerja.
e. Dokumen sebagai lampiran meliputi KUA, PPA, kode
rekening APBD, format RKA-SKPD, analisis standar belanja,
dan standar satuan harga.
5. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD (RKA-SKPD)
Menurut Deddi Nordiawan (2005:90) ”rdasarkan pedoman
penyusunan RKA- SKPD, kepala SKPD menyusun RKA-SKPD.
RKA-SKPD disusun dengan menggunakan pendekatan kerangka
pengeluaran jangka menengah daerah, penganggaran terpadu, dan
penganggaran berdasarkan prestasi kerja.”

23

Pendekatan

kerangka

pengeluaran

jangka

menengah

dilaksanakan dengan menyusun prakiraan maju. Prakiraan maju
berisi perkiraan kebutuhan anggaran untuk program dan kegiatan
yang direncanakan dalam satuh tahun anggaran berikutnya dari
tahun anggaran yang direncanakan. Sedangkan pendekatan
penganggaran terpadu di lingkungan SKPD untuk menghasilkan
dokumen

rencana kerja dan anggaran. Dan pendekatan

penganggaran berdasarkan prestasi kerja, dilakukan dengan
memerhatikan keterkaitan antara pendanaan dengan output yang
diharapkan dari kegiatan dan hasil yang diharapkan dari program
termasuk efisiensi dalam pencapaian hasil dan output tersebut.
Demi terlaksananya penyusunan RKA-SKPD berdasarkan
pendekatan kerangka pengeluaran jangka menengah daerah,
penganggaran terpadu, penganggaran berdasarkan prestasi kerja,
dan terciptanya kesinambungan RKA- SKPD, kepada SKPD
mengevaluasi hasil pelaksanaan program dan kegiatan 2 tahun
anggaran sebelumnya sampai dengan semester pertama tahun
anggaran berjalan. Evaluasi tersebut bertujuan untuk menilai
program dan kegiatan yang belum dapat dilaksanakan dan/atau
belum diselesaikan tahun-tahun sebelumnya akan dilaksanakan
dan/atau diselesaikan pada tahun yang direncanakan atau 1 tahun
berikutnya dari tahun yang direncanakan.
Dalam hal suatu program dan kegiatan merupakan tahun
terakhir untuk pencapaian prestasi kerja yang ditetapkan, harus
dianggarkan pada tahun yang direncanakan. Menurut Deddi
Nordiawan

(2005:91)

Penyusunan

RKA-SKPD

berdasarkan

prestasi kerja didasarkan pada:
a. Indikator Kinerja
Ukuran keberhasilan yang akan dicapai dari program dan
kegiatan yang akan direncanakan.
b. Capaian atau target kinerja

24

Merupakan ukuran prestasi kerja yang akan dicapai yang
berwujud kualitas, kuantitas, efisiensi dan efektivitas
pelaksanaan dari setiap program dan kegiatan.
c. Standar Analisis Belanja
Merupakan penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya
yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiata
d. Standar Satuan Harga
Harga Satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku di suatu
daerah yang ditetapkan dengan Keputusan Kepala Daerah.
e. Standar Pelayanan Minimal
Merupakan tolak ukur kinerja dalam menentukan capaian
jenis dan mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan
wajib daerah.

25

6. Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) APBD
RKA-SKPD yang telah disusun oeh SKPD disampaikan
kepada pejabat pengelola keuangan daerah untuk dibahas lebih
lanjut oleh Tim Anggaran Pemerintah Daerah. Pembahasan oleh
Tim Anggaran Pemerintah Daerah dilakukan untuk menelaah
kesesuaian antara RKA-SKPD dengan kebijakan umum APBD,
prioritas dan plafon anggaran, prakiraan maju yang telah disetujui
tahun anggaran sebelumnya, dokumen perencanaan lainnya,
capaian kinerja, indikator

kinerja,

standar

analisis

belanja,

standar satuan harga dan standar pelayanan minimal. Jika pada
hasil pembahasan RKA-SKPD terdapat ketidaksesuaian maka
SKPD melakukan penyempurnaan.
RKA-SKPD yang telah disempurnakan oleh SKPD
disampaikan kepada Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD)
sebagai bahan penyusunan Raperda tentang APBD dan rancangan
peraturan kepala daerah tentang pejabaran APBD. Raperda tentang
APBD yang telah disusun tersebut kemudian disampaikan kepada
kepada

daerah.

Selanjutnya

Raperda

tentang

APBD

ini

disampaikan kepada DPRD untuk dibahas lebih lanjut. Akan tetapi,
sebelum disampaikan kepada DRPD, Raperda tentang APBD harus
disosialisasikan kepada masyarakat. Sosialisasi ini bersifat
memberikan informasi megenai hak dan kewajiban pemerintah
daerah serta masyarakat dalam pelaksanaan APBD tahun anggaran
yang direncanakan. Penyebarluasan rancangan peraturan daerah
tentang APBD dilaksanakan oleh Sekretaris Daerah.
Setelah mendapat persetujuan DPRD, Raperda APBD
diserahkan kepada Gubernur/Menteri

Dalam Negeri untuk

dievaluasi. Setelah diserahkan kepada Gubernur/Menteri Dalam
Negeri untuk dievaluasi. Setelah melewati tahapan evaluasi, dapat
dilakukan penetapan RAPBD menjadi APBD yang dituangkan
dalam Peraturan Daerah (Perda).

26

7. Penetapan APBD
Berdasarkan Undang-Undang No.32 Tahun 2004 terjadi
perubahan dalam penetapan APBD. Mulai APBD tahun 2005
setelah disetujui bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD
melalui sidang Paripurna APBD tersebut belum dapat dilaksanakan
sebelum dievaluasi oleh gubernur. Penyampaian rancangan Perda
tentang APBD yang telah disetujui bersama dan rancangan
peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD sebelum
ditetapkan bupati/Walikota paling lama tiga hari sudah harus
disampaikan kepada gubernur untuk dievaluasi (Pasal 186 ayat 1
UU 32/2004). Hasil evaluasi disampaikan oleh gubernur kepada
Bupati/Walikota paling lama 15 hari terhitung sejak diterimanya
rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD dan rancangan
Peraturan Bupati/Walikota tentang penjabaran APBD (Pasal 186
Ayat 2 UU 32/2004). Setelah evaluasi diperbaiki, maka RAPBD
menjadi APBD untuk dapat dijalankan oleh pihak eksekutif.
Dalam rangka penetapan APBD perlu disiapkan formulirformulir yang digunakan dalam penyusunanan RKA-SKPD yang
bersangkutan. Draft Revisi Kepmendagri 29/2002 menyajikan
formulir-formulir tersebut sebagai berikut:
a. RKA-SKPD 1 merupakan ringkasan dari RKA-SKPD 2
berupa

ringkasan

dari

penggabungan

seluruh

jumlah

kelompok dan jenis belanja langsung yang diisi dalam setiap
formulir RKA-SKPD 3, RKA-SKPD 4, RKA-SKPD 5, dan
RKA-SKPD 6.
b. RKA-SKPD 2 merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh
program dan kegiatan SKPD yang diktif dari setiap formulir
SKPD 5.
c. RKA-SKPD 3 merupakan formulir untuk meyusun rencana
pendapatan atau penerimaan SKPD dalam tahun anggaran
yang direncanakan.

27

d. RKA-SKPD 4 merupakan formulir untuk menyusun rencana
kebutuhan belanja tidak langsung SKPD dalam tahun
anggaran yang direncanakan.
e. RKA-SKPD 5 merupakan formulir yang digunakan untuk
merencanakan belanja langsung dari setiap kegiatan yang
diprogramkan.
f. RKA-SKPD 6 merupakan formulir ringkasan pembiayaan
daerah yang sumber datanya berasal dari ringkasan jumlah
menurut kelompok dan jenis pengeluaran pembiayaaan yang
diisi pada formulir RKA-SKPD 8.
g. RKA-SKPD 7 formulir ini tidak diisi oleh SKPD lainnya,
kecuali oleh sekretariat Daerah apabila satuan kerja pengelola
keuangan daerah merupakan bagian dari unit kerja sekretariat
daerah.
h. RKA-SKPD 8 formulir ini tidak diisi oleh SKPD lainnya,
kecuali oleh sekretariat Daerah apabila satuan kerja pengelola
keuangan daerah merupakan bagian dari unit kerja sekretariat
daerah.
Realisasi pelaksanaan program dan kegiatan:
Realisasi pelaksanaan program dan kegiatan diuraikan perurusan sebagai berikut:
1. Urusan otonomi daerah, pemerintah umum, administrasi keuangan daerah,
perangkat daerah, kepegawaian daerah dan persandiaan yang terdiri dari
empat program dengan 10 kegiatan pencapaian 100%.
2. Urusan pekerjaan umum, pencapaian urusan pekerjaan umum yang terdiri
dari 14 program dan 81 kegiatan sebesar 91,30% hal tersebut terkendala
UU 23 tahun 2014 terkait kegiatan yang termasuk hibah, pengadaan tanah
juga terkendala pemilik tanah tidak bisa menunjukkan bukti kepemilikan
tanah yang sah berupa sertifikat atau lettec , beberapa kegiatan juga terjadi
gagal lelang, meskipun sudah dilelang menyebabkan waktu pelaksanaan
tidak mencukupi.

28

3. Urusan perumahan terdiri dari 4 program dan 6 kegiatan tercapai 100%.
4. Urusan penataan ruang, terdiri dari 3 program dan 4 kegiatan tercapai
100%.
5. Perencanaan pembangunan terdiri 2 program dan 3 kegiatan tercapai
100%.
6. Urusan lingkungan hidup terdiri dari 3 program dan 20 kegiatan
pencapaiannya 100%.
7. Urusan kepemudaan dan olahraga terdiri dari 1 program dengan 2 kegiatan
dengan pencapaian 50,00%, pencapaian tersebut terkendala belum
turunnya rekomendasi dari Gubernur sebagai dasar pembayaran tanah
pada kegiatan pengadaan tanah stadion.
8. Urusan energi dan sumber daya mineral dari 5 program dengan 7 kegiatan
pencapaiannya sebesar 90,00% hal tersebut terdapat permasalahan pada
kegiatan pelayanan perizinan usaha pertambangan mineral sejak
diberlakukannya UU No 23 tahun 2014 pemerintah kabupaten magelang
tidak punya kewenangan menerbitkan izin dan sampai dengan akhir tahun
2015 proses perizinan tambang baru sampai pada tahap eksplorasi
(dokumen lingkungan).
9. Urusan perdagangan dengan 1 program 3 kegiatan pencapaiannya 100%.
Disamping kegiatan – kegiatan terseut diatas , DPU dan ESDM juga
mengampu penerimaan Pendapatan dari beberapa sektor berikut rincian
pendapatan yang di ampu oleh DPU dan ESDM :
No
1.

2.

Uraian

Target (Rp)

Realisasi (Rp)

Prosentas

Retribusi Jasa Umum :

131.280.000

137.745.000

e
104,92

a. Pelayanan

131.280.000

137.745.000

104,92

199.959.400

404.968.990

135,67

9.243.020

109.222.990

1.181,69

259.250.000

261.120.000

100,72

Persampahan
Pemakaian
kekayaan
daerah:
a. Sewa

tanan

dan

29

bangunan

30.003.300

115,41

b. Sewa alat – alat
berat
c. Sewa
3.

alat

laboratorium
Lain – lain pendapatan asli

21.100.000

53.003.175

251,20

0

7.511.000

21.100.000

45.492.175

215,60

bangunan
Retribusi
Perijinan

1.772.500.000

1.529.122.800

86,27

tertentu :

1.772.500.000

1.529.122.800

86,27

2.223.376.320

2.124.839.965

95,57

daerah yang sah :
a. Penjualan

hasil

penebangan pohon
b. Penjualan bahan –
bahan
4.

a. Retribusi

bekas

ijin

mendirikan
Bnagunan
Jumlah

30

Permasalahan dan solusi
Beberapa permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan tahun 2015:
1. Beberapa kegiatan yang terkait dengan hibah , terkendala dengan ada UU
No. Tahun 24.
2. Gagal lelang , lelang ulang maupun kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan
karena eterbatasan waktu di anggaran perubahan.
3. Pengadaan tananh, terkendala Rekomendasi Gubernur sebagai dasar
pengadaan tanah dan juga terkendala pemilik tanah tidak bisa menunjukan
sertifikat/ letter C sebagai bukti kepemilikan tanah yang sah/ resmi.
4. Ada paket kegiatan yang penawaran dari penyedia melebihi pagu anggaran
sehingga bisa dilaksanakan
5. Permasalahan pada kegiatan Pelayanan Perizinan Usaha Pertambangan
Mineral dimanaSejak diberlakukannya UU no 23 Ntahun 2014 ,
pemerintah Kabupaten tidak punya kewenangan menerbitkan izin dan
sampai dengan akhir tahun 2015, proses perizinan tambang baru sampai
pada tahap eksplorasi ( dokumen lingkungan).
Sedangkan solusi untuk menyikapi adanya permasalahan ang timbul
yang telah atau perlu dilaksanakan sebagai berikut :
1. Kegiatan yang terkendala UU No 23 Tahun 2014 masih menunggu
kebijakan terkait.
2. Kegiatan – kegiatan yang gagal lelang , diusulkan pada anggaran tahun
2016 atau tahun 2017 mengingat anggaran 2016 sudah ditetapkan.
3. Pengadaan tanah yang terkendala belum lengkapnya bukti kepemilikan
tanah , mensosialisasikan kepada warga pemilik tanah supaya mengurus
sertifikat sebagai bukti autentik kepemilikan tanah
4. Sedang permasalahan terkait perizinan tambang yang telah dilakukan
adalah menerbitkan rekomendasi dan keterangan tata ruang atas
permintaan Pemerintah Provinsi dan telah beberapa kali diadakan rapat
dan koordinasi dengan pemerintah desa, camat, BLH dan pemohon izin.

31

Demikian yang dapat kami sampaikan berkenaan dengan kegiatan thun
2015 sebagai bahan dalam penyusunan LKPJ Bupati akhir tahun anggaran 2015.
Program
1

Kegiatan
2

Lingkungan
sehat
perumahan

Target
3

Realisasi
4

24.060.000

18.126.700

5

Permasalah
6

Solusi
7

Perjalanan
dinas luar
daerah tidak
terserap
optimal
karena
banyak
kegiatan
yang
dibiayai
satker prof

Rasionali
sasi
pengang
garan
kegiatan

75,34%

Penyediaan air bersih
dan sanitasi dasar
terutama bagi
masyarakat miskin

Anggaran (Rp)

Output : jaringan
sanitasi di
lingkungan
permukiman
Outcome: Rumah
tangga bersanitasi
2.) Program
peningkatan
dan
pencegahan
bahaya
kebakaran
Sosialisasi
pencegahan dan
pengendalian bahaya
kebakaran dan
pengadaan mobil
tangki air
Anggaran (Rp)
3.) Program
pngembang
an dan
pengelolaan
penerangan
jalan

24.060.000

18.126.700

75,34%

1 paket

1 paket

100%

100%

100%

100%

2.126.675.800

1.970.015.900

92,63

2.126.675.800

1.970.015.900

92,63%

233.521.853.500

23.405.467.632

99,51%

Pemeliharaan dan

32

pengembangan LPJU
Anggaran (Rp)
Output : - tersedianya
bahan dan alat untuk
perbaikan LPJU
-Penambahan
LPJU
Outcome: cakupan
pemeliharaan LPJU
di wilayah kabupaten
Magelanng
Pengadaan dan
pemasangan lampu
penerangan jalan
umum (Bankeu)
Anggaran (Rp)
Output :
pemasangan LPJU
jalur evaluasi
gunung merapi
Outcome : cakupan
pemeliharaan LPJU
Ddi wilayah
kabupaten
magelang
Pajak penerangan
jalan umum
Anggaran (Rp)
Output :
terbayarnya PPJU
Outcome :
pembayaran PPJU
menjadi lancar
Program
pengemaban
gan
perumahan
Penetapan kebijakan ,
strategis dan program
perumahan
Anggaran (Rp)
Output : naskah
akademis tentang
perumahan
Outcome : cakupan
fasilitas
pengembangan
perumahan
Jumlah anggaran
urusan perumahan

1.946.858.500

1.882.435.150

96,69%

2846 titik

2846 titik

100%

60%

60%

100%

825.225.000

773.286.640

93,71%

70 titik

70 titik

100%

100%

100%

100%

20.749.770.000

20.749.745.842

100%

12 BULAN

12 BULAN

100%

100%

100%

100%

30.000.000

28.333.500

94,45%

30.000.000

28.333.500

94,45%

1 dokumen

1 dokumen

100%

100%

100%

100%

25.702.589.300

25.421.943.732

98,91%

33

34

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Anggaran
perencanaan,

atau

sebagian

penganggaran
besar

sebagai

organisasi

bagian

modern

dari

sudah

fungsi
terbiasa

melakukan perencanaan, termasuk perencanaan keuangan (anggaran).
APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang
disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan pengaturan daerah. Untuk
menyusun APBD, pemerintah daerah harus terlebih dahulu menyusun
Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang merupakan penjabaran
dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dengan
menggunakan bahan dari Rencana Kerja Satuan Perangkat Daerah (Renja
SKPD) untuk jangka waktu 1 tahun yang mengacu kepada Rencana
Kerja Pemerintah.Keberadaan Dinas Pekerjaan Umum, Energi dan
Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang tersebut diharapkan dapat
mendukung pelaksanaan peran dan fungsi setiap SKPD di bidang sarana
dan prasarana daerah, sehingga peran dan fungsi Dinas Dinas Pekerjaan
Umum, Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Magelang saat ini
dan dimasa mendatang akan sangat strategis dalam mendukung tugastugas Pemerintah Kabupaten Magelang.
B. SARAN
Dalam melakukan field study di DPU & ESDM Kabupaten
Magelang , kami menghadapi beberapa kendala dimana dari pihak DPU
tidak secara transparansi memberikan informasi kepada kami . Mulai dari
data yang kami perlukan hingga beberapa kendala yang sedang dihadapi
oleh DPU sendiri. Keterbatasan waktu saat melakukan wawancara juga
menjadi kendala bagi kami karena sat melakukan wawancara bentrok
dengan jadwal rapat . Oleh karena itu, saran dari kami mengenai
transparansi , pihak DPU dapat secara terbuka memberikan data yang
dibutuhkan oleh mahasiswa yang akan melakukan field study selanjutnya
karena DPU bagian dari pelayanan publik. Mengenai alamat Web DPU

35

sekiranya dapat dilengkapi karena masih banyak halaman – halaman
Web yang masih kosong sehingga publik sulit untuk mengetahui
mengenai akivitas yang terjadi di DPU & ESDM Kabupaten Magelang.

36

DAFTAR PUSTAKA
Bastian,Indara, 2001. Akuntansi Sektor Publik di Indonesia, BPFE-Yogyakarta,
Yogyakarta.
Bastian, Indra, 2002, Sistem Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.``
Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik, Andi Yogyakarta, Yogyakarta.
Nordiawan, Deddi, 2006. Akuntansi Sektor Publik, Salemba Empat, Jakarta.
Sony Yuwono, Tengku Agus Indrajaya, Hariyandi, 2005. Penganggaran Sektor
Publik, Bayumedia, Malang.

37

LAMPIRAN

38

39

40

Dokumen yang terkait

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

PENILAIAN MASYARAKAT TENTANG FILM LASKAR PELANGI Studi Pada Penonton Film Laskar Pelangi Di Studio 21 Malang Town Squere

17 165 2

APRESIASI IBU RUMAH TANGGA TERHADAP TAYANGAN CERIWIS DI TRANS TV (Studi Pada Ibu Rumah Tangga RW 6 Kelurahan Lemah Putro Sidoarjo)

8 209 2

MOTIF MAHASISWA BANYUMASAN MENYAKSIKAN TAYANGAN POJOK KAMPUNG DI JAWA POS TELEVISI (JTV)Studi Pada Anggota Paguyuban Mahasiswa Banyumasan di Malang

20 244 2

FENOMENA INDUSTRI JASA (JASA SEKS) TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU SOSIAL ( Study Pada Masyarakat Gang Dolly Surabaya)

63 375 2

PEMAKNAAN MAHASISWA TENTANG DAKWAH USTADZ FELIX SIAUW MELALUI TWITTER ( Studi Resepsi Pada Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Universitas Muhammadiyah Malang Angkatan 2011)

59 326 21

PENGARUH PENGGUNAAN BLACKBERRY MESSENGER TERHADAP PERUBAHAN PERILAKU MAHASISWA DALAM INTERAKSI SOSIAL (Studi Pada Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi Angkatan 2008 Universitas Muhammadiyah Malang)

127 505 26

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI PUBLIC RELATIONS DALAM MENANGANI KELUHAN PELANGGAN SPEEDY ( Studi Pada Public Relations PT Telkom Madiun)

32 284 52

Analisis Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kerajinan Tangan Di Desa Tutul Kecamatan Balung Kabupaten Jember.

7 76 65