Jenis jenis Moluska Dilindungi di Indone
$,#Eim$
ffiffi#ffi
HHHIW ffi*sffi*r.4Tffihtfi*]
Wmtf#rnffi
Oseana,VolumeXXXY Nomor4, Tahun2009:25-33
ISSN0216_1877
BEBERAPA JENIS MOLUSKA YANG DILINDUNGI
DI INDONESIA
Oleh
UcuYanuArbil)
ABSTRACT
soME PROTECTED MOLLUSCS SPECIES rN INDONESIA. Twelvemollusc species
havegot protectionstatusundersomelegislation in Indonesia.Recently,their existences
in
Indonesianwatersareprogressivelydfficuk to befound. Brief descriptionsof thosemolluscs
aregivenin this article.
PEI'{DAIIULUAI{
kosmetik. Namun keberadaanmoluska di alam
semakin terancam, karena adanya tekanan
lingkungan yang semakinberat. Beberapajenis
moluska semakin sulit ditemukan di perairan
Indonesia, bahkan jenis-jenis tertentu telah
menghilang di perairan Indonesia bagian barat.
Tingginya nilai ekonomi beberapajenis
moluska menyebabkan tekanan terhadap
keberadaannyaterusmeningkat.Beberapajenis
hampir punah karena pengambilan besarbesaran (over exploitation), maupun akibat
k e rusakan habi tat (P A S A R IB U , l ggg).
Berdasarkan kenyataan ini, pemerintah
Indonesia
segera tanggap
dengan
mengeluarkan beberapa perundang-undangan
sebagaiupaya pelestarian sumber dayahayati,
diantaranyamenetapkanbeberapajenis moluska
sebagai hewan yang dilindungi. Ketentuan
internasional juga telah menetapkanbeberapa
jenis moluska tersebut dalam katesori
endangered dan tercantum dalam Red 6ata
Book. Pengawasan bagi perdagangannya
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang disebut sebagaikeyofmarine area, center
of marine biocliversity dan disebut juga the
heart of coral triangle (WAI-LACE et a1.,2000;
HOEKSEMA, 2009). Ekosistemterumbu karatrg
merupakan ekosistem. yang memiliki
keanekaragaman spesies tertinggi, bahkan
melebihi produktifitas ekosistem hutan tropis.
Kombinasi ekosistemmangrove,padang lamun
dan terumbu karang mendukung beribu-ribu
jenis organisme dari berbagai takson yang
hidup berasosiasidi dalamnya(EKMAN, 1953).
Moluska merupakansalah satu kelorrpok
biota laut yang dapat dengan mudah ditemukan
di Indonesia (GRASSLE & MACIOLEK , t99Z).
Banyak di antarajenis moluska tersebutmemiliki
nilai ekonomis dan nilai konservasiyang sangat
tinggi, mulai dari sebagai bahan makanan,
komoditas industri, biota koleksi, cindera mata,
sanpai bahan bioaktifuntuk industri farmasi dan
Ir UPT Loka KonservasiBiota Laut-LIPI, Bitung
25
dicantumkan dalam Apendiks II CITES vane
artinya dapat dimanfaatkan dengan kuota atai
dibatasi.
Tulisan ini merupakan sebuah tinjauan
(review) yang dirangkum dari berbagai sumber,
namun jumlahnya masih terbatas. penulis
mencobamemberikan informasi mengenaijenis_
jenis moluska yangmendapat statusdiliniunei
oleh perundang-undangan yang dikeluarka-n
oleh pemerintah Republik Indonesia beserta
jenis-jenis perundang-undangannya,
dengan
harapan dapat menjadi tambahan informasi b-aei
masyarakatsecaraluas.
PEi\ETAPAN JEMSJEIIIS
MOLUSKA
DALA]VI PERT]IIDAI\IGTIIIDANGAI\I
Terdapat beberapa perundang_undangan
yang berlaku saatini yang menetapkan 12jenis
moluska sebagaibiota yang dilindungi. fanng
tidak terdapat dua buah perundang_unaangan
yang dengan jelas mengenai penetapan status
tersebut. Perundang-undangan tersebut adalah
Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentanp
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dai
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7
Tahun 1999 tentang pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa. Kedua jenis perundang_
undangan .tersebut juga diduiung ole-h
perundang-undangan lainnya.
Berdasarkan Undang_undang No. 5
Tahun 1990, dijelaskan bahwa konservasi
sumber daya alam hayati mengusahakan
perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragamanjenis tumbuhan
dan satwa beserta ekosistemnya, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya. Di dalam undang_
undang ini disebutkan secarajelas jenis_jenis
moluska yang termasukdalambiota dilindungi.
Halini juga didukung oleh peraturanlara yuito
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentane
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagal
contoh, yang dilakukan LIpI selain melala*an
kegiatanbudidaya,juga melakukanpengaw€tan
26
biola laut. Jadi, penetapan kawasan lindung
pada dasarnya bukan merupakan satu_satunya
upaya pelestarian sumber daya hayati.
Upaya pelestarian jenis_jenis satwa
denganjelas telah dituangkan dalam pp No. 7
Tahun 1999. Isinya antara lain, perlunya
penetapan status perlindungan bagi suatu
kawasan untuk biota dikelola leserta
habitatnya, kemudian dipelihara dan
dikembangbiakkan.pengelolaanbisa bersifat m
situ (di dalam habitat aslinya) maupun ex situ
(di luar habitat aslinya). Dalam peraturan
tersebut disebutkan, biota tertentu lavak
mendapat status dilindungi jika populasinya
kecil, adanya fenomenapenumnan populasi di
alam yang sangat drastis serta penyebarannya
yang
terbatas
(endemik).
Dalam
perkembangannya, ada kemungkinan terjadi
perubahan status. Perubahan status tersebur
ditetapkan dengan kepgrtusanmenteri sebagai
otoritas manajemen (Departemen Kehutanan
atau Departemen Kelautan dan perikanan)
setelahmendapatkanpertimbangan dari otoritas
keilrnuan(LIPD.
Biota dilindungi bukan berarti secara
mutlak tidak dapat dimanfaatkan masyaraka!
baik perorangan, organisasi berbadan hukum
k o perasi maupun l embaga konservasi .
Masyarakat dapat memanfaatkan biota
dilindungi dengan cara penangkaran atau
budidaya setelahmendapatijin tertulis dari pihak
berwenang. Hal ini didasarkan peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liai
Hasil dari penangkaran dapat diperdagangkan,
yaitu dari generasi kedua dan generasi
berikutnya. Namrm kennrrnian genetik dari biota
yang dibudidayakan harus dijaga sampai
generasi pertama, dan generasi_generasihasil
budidaya tidak dapat dilepaskan kembali ke
alam
Jenis-jenis moluska yang dilindungi
perundang-undanganIndonesia
luga masuk
d a l a m daftar A pendi ks C ITE S . C ITE S
ditandatangani tanggal 3 Maret 1973 di
Washington dan telah disahkan oleh pemerintah
Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 43
Tahun 1978. StatusApendiks tr CITES harusnya
menjadi harapan terpeliharanya jenis-jenis
moluska tersebut. Status Apendiks II
mensyaratkan pemanfaatan spesieshanya boleh
dari hasil penangkaran,dimana l0% dari hasil
penangkaran wajib dilepasliarkan ke alam.
Namun terdapat kendala, yaitu kerusakan
habitat dan lemahnya penegakanaturan, bahkan
ketidaktahuan masyarakat akan status dari
spesiestersebut.Perhatian akan statusmoluska
semakin baik, walaupun belum membuahkan
hasil positif. Eksploitasi berlebihan di alam masih
menjadi ancarnankeberadaanspesiesdi alam.
Bukan tidak mungkinjika akan semakin banyak
jenis moluska lainnya yang akan masuk daftar
'terancam punah' dari IUCN dan ke dalam daftar
l!66t
d@l-*
/X'l
F-b/
\j*\,
*'l* ----Y
cqr
Apendiks CITES. Berikut ini adalahj enis-jenis
moluska yang dilindungi, berdasarkan
perundangan-undangandi Indonesia.
BEBERAPA JENIS MOLUSKA
DILIIIDT]NGI
Berdasarkan beberapa jenis undangundang di Indonesia, terdapat dua belas jenis
moluska yang mendapatkan status dilindungi.
Keduabelasjenis tersebutterdiri dari tujuh jenis
dalam satu suku dari kelas Peleclpoda, empat
-Gastropoia,
jenis dalam empat suku dari kelas
serta satu jenis dalam satu suku dari kelas
C ephal opoda. Masi ng-masi ng j eni s akan
diuraikan secara singkat dalam tulisan ini.
Bagian-bagian tubuh dan istilah umum yang
dipakai dalam tulisan ini ditampilkan pada
Gambarl.
dqts
mw
\5
{il
)
YANG
'*
ldEh
b&dmI&
generalanatomyfo bivalyes
*!{dtet
ffi0
Gnbhsndl||@iFffiof
a$d
Gambar I . Morfologi umum dari Pelecypodadan Gastropoda(CARpENTER & NIEM, l99g)
n
A. Suku Tfidacnidae (Pelecypoda)
c. Tridacna crocea Lamarck, 1819 (Crocos
Clam, Safron colored-Giant Clam atau
Kimakunai).
Suku Tridacnidae dikenal sebagai kima,
terdiri dari delapanjenis dalam dua marga, yaitu
Tridacna dan Hippopus. Tujuh diantaranya
dapat ditemukan di Indonesia (LUCAS, 1988).
Kima memiliki nilai ekonomis trnggi, karena
daging dan cangkangnya dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan(ROMIMOHTARTO dkk.,
1987). Masyarakat Amerika dan Eropa
menggemari biota ini karena mantelnya yang
berwama-wami (KNOP, I 966).
Jenisini merupakankima terkecil, dengan
panjang cangkang hanya sekitar 15 cm yang
mengebor ke karang hingga tepi atas
c a ngkangnya (LU C A S , 1988). P roses
pengeboran menggunakan corr aguration yang
membuat cangkangnya terlihat seperti kikir.
Selaincaramekanik sepertiitu, juga secarakimia,
yaitu asam organik yang diproduksi byssal
orifice yang dapat melarutkan substrat,
sehinggamemudahkanpenetrasi
(KNOP, I 966).
Habitat jenis kima ini adalah daerah intertidal
yang terdapat terumbu karang (LUCAS, 1988;
KNOP,1966).
a. Hippopus hippopus (Linnaeus, 1758)
(Horse's Ifoof Clam, Bear Paw Clam,
$rawberry Clam atau Kima tapakkuda atau
Kimapasir)
Hippopus hippopus memiliki cangkang
yang tebal dan keras, dengan engsel yang
berbentuk segitiga dan bergerigi, terdapat
bercak-bercakkemerahandi bagian permukaan,
dan ukuran panjang dewasamencapai panjang
45 cm Hippopus mulai memasuki usia dewasa
setelah empat tahun, yang bisa menghasilkan
20-61 juta telur dalam sekali memijah (KNOP,
1966). Habitatnya adalah di daerah intertidal
sampai kedalaman30 meter di daerahterumbu
karang kawasanIndo-Pasifik tropis.
b
d
Tridacna derass (Riiding,
1798)
(Southern-Giant Clam atau Kima selatan)
Tritlacna rterasa memiliki cangkang
tebal dengan permukaan relatif halus dan
terdapat 6-7 lipatan vertikal, yang membedakan
denganT gigas. Sisik tidak terlihat denganjelas.
Bukaan pada byssal sempit dan incurrent
siphon memiliki tentakel. Termasukjenis kima
yang berukuran besar, dengan pertumbuhan
relatif cepat, dan ukuran hingga mencapai 60
cm (KNOP, 1966). Habitatnya pada substrat
berpasir, patahan karang atau karang mati di
daerahintertidal yang terdapatterumbu karang
hingga kedalaman sekitar I 0 meter.
Hippopas porcelanus Rosewater, 1982
(China Clam atau Kima China)
Hippopus porcellanus memiliki
hubungankekerabatannyadengan1L hippopus
dan terdapatbanyak persamaan(KNOP, I 966).
Cangkang jenis ini tidak seberat dan tidak
mempunyai garis radial yang jelas seperti 1L
hippopus. Perbedaannya, dilihat dari
cangkangnya yang lebih halus dan lebih tipis
(ROSEWATER, I 965). Perbedaanantarakedua
jenis Hippoprzs ini adalah pada bukaan, dimana
H. porcellanus terdapat tentakel di daerah
pinggir yang tidak terdapat pada H. hippopus.
Jenis ini hidup pada daerah berpasir pada
terumbu karang.
e. Tridacna glgas (Linnaeus, 1758) (Great
ClamatauKima raksasa)
Tridacna gigas merupakan jenis kima
terbesar,denganpanjang cangkangdapat lebih
dari satu meter dan berat 200 kg. Bagian atas
cangkangnya memanjang dan berbentuk
segitiga. T. gigas mempunyai banyak
persamaandengan T. derasa. Perbedaannya,Z
gigas tidak dapat menutup cangkangnya
dengansempurnadan selalu ada celah diantara
kedua cangkang,sehinggamantel selaluterlihat
(KNOP, 1966). Habitat dari T. gigas adalah
n
daerah terumbu kar.anghingga kedalaman 20
meter(KNOP, 1966).
cangkangnyasejakjaman dahulu dimanfaatkan
sebagaialat musik rnaupun hiasan.
f.
Triducns maximu (Riiding, 179g)
(Largest-Claw mussel atau Kima kecil)
a. Chsronia tritonis (Linnaeus, 175S)
(Thumpet Tliton atau Triton terompet)
Tridacna mqxima berukuran identik
dengan T squamosa,tetapi secaraumum lebih
kecil. Bedanya, T maximatidak simetris, tetapi
memanjang(sinonim Z elongate) (KI.lOp, 1966).
Sisik-sisiknya rapat dan mempunyai lubang
byss.alyang lebih panjang dibanding engselnya,
sehingga cangkang tidak simetoispada bagian
umbo. T. maxima juga mengebor subsirat
menggunakan filamen-filam en byssal seperti
pada T. crocea (KNOP, 1966), bedanya Z
tidak mampu mengebor hingga cukup
rya-xima
dalam seperti T. crocea.
Charonia tritonis memiliki bentuk
seperti terompet, sehingga disebut keong
terompet denganpanjang mencapai 50 cm. Jenis
keong ini memakanberbagaijenis moluska dan
ekhinodermata, termasuk jenis beracun
(McCLANAHAN, 2002), dan sebagai satu_
satunyapemangsabintang laut berduri dewasa
(Acanthasterplanci).Keong terompetini hidup
di daerah intertidal sampai kedalaman yang
terdapat terumbu karang. Karena
11sih
keindahan motifnya, keong ini biasa
dimanfaatkan sebagai barang koleksi dan
hiasan, dan juga seringkali arlaaikan sebagai
sumber protein oleh masyarakatIndonesia.
g. Tridacna squamosoLamarck, l gl g (Scaty
Clanr, Fluted-Giant Clam atau Kima sisik)
Kata squamosa berasal dari bahasa
Yunani yaitu squama yang berarti sisik (KNOp
1966). Jenis ini memiliki cangkang berukuran
besar dengansisik-sisik dapat dilihatlehs karena
ukurannya yang relatif besar tetapi jarang_
l11ang,dan cangkang dapat mencapal fan;ang
40 cm. Jenis ini hidup menempel pada ,uUrt ui
dengan menggunakan
filament byssal.
Habitatnya adalah di daerah terumbu karang,
terutama dari marga Acropora baik yang hidup,
rnaupnn yang mati pada daerah intertidal hingga
kedalaman I 8 meter (KNOp, I 966).
B. Suku Ranellidae (Gastropoda)
Suku Ranellidae, sebelumnya bernama
Cymatiidae, memiliki cangkang keras, ukuran
sedangsampaibesar denganbentuk bervariasi.
Jenis-jenis moluska dari suku ini hidup di daerah
intertidal terumbu karang, yang memakan
berbagai macam invertebrata, karena umumnva
bersifat kamivora (LAXTON, t 97 t ; HENMNG
et aI.,1993). Sebagianbesar anggota dari suku
ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, selain
dagingnya sebagai sumber protein,
C. Suku Cassidae(Gastropoda)
Anggota suku Cassidae (keong helm)
berukuran sedang sampai besar, aun ai
Indonesia terdapat sekitar 60jenis, yang hidup
di daerah intertidal sampai kedalaman 106 meter
pada habitat berpasir. Keong_keong dari
suku
ini lebih aktif pada malam hari (nokturnal) untuk
berburu ekhinodermata,terutamajenis bju babi,
denganmemanfaatkansekresiasamdan radula
yluk menanskap mangsa (ABBOTT, 196g).
Sebagian anggota suku ini memiliki nilai
ekonomis tinggi, terutama yangmemiliki ukuran
yang relatifbesar, yaitu sebagaisumber protein,
hiasan dan kerajinan sertakoleksi.
a- C-assiscornuto (Linnaeus, l75g) (Horned
Helmet atau Kepala kambing)
Cassis cornuta merupakan jenis
terbesar dari suku Cassidae, dengan ok run
panjang dewasa bisa lebih dari 35 cm, yang
memiliki cangkangkeras dan tebal, dan bagiai
punggung memiliki 5 sampai 7 tonjolan
besar,
sertabibir luar tebal dan gigi-giginya besar.Jenis
k e o n g i ni memakan berbagai j eni s
D
ekhinodermata, terutama bulu babi (ABBOTT,
1968). Di beberapatempat di Indonesia,daging
keong ini biasanya dijadikan sumber protein,
sedangkan cangkangnya dibuat terompet,
hiasan meja ataubahan koleksi. Keong ini hidup
di daerah intertidal yang terdapat terumbu
karang dengan air jemih dan memiliki substrat
berupa pasir putih, terutama pada daerah tubir'
D. Suku Trochidae (GastroPoda)
Suku Trochidae memiliki anggotahingga
ratusan jenis dimana sebaran utamanya adalah
di perairan tropis, dengan bentuk, ukuran,
habitat dan makanan yang bervariasi
(HICKMAN & McLEAN, 1990). Sebagiandari
anggotanya memiliki bagian dalam cangkang
yang berwarna-warni dan dimanfaatkan sebagai
bahan pembuat kancing baju. Selain itu, banyak
diantaranya juga merupakan moluska yang
umum untuk dikonsumsi dagingnya' terutama
yang memiliki ukuran relatif besar.
a.
Trochus niloticus Linnaeus, 1758 (Top
Shell atau Susu bundar atau Lola)
Trochus niloticus telah dikenal sejak
dahulu oleh masyarakat nelayan Indonesia
karena memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi, karena di samping dagingnya dapat
dimakan, cangkangnya selain sebagai bahan
baku pembuatan kancing baju dan perhiasan,
juga sebagai media perangsangpembentukan
mutiara pada budidaya kerang mutiara. Keong
ini memiliki cangkang berbentuk kerucut,
dengan diameter mencapai l6 cm yang
merupakan jenis terbesar dari suku Trochidae
(JANSEN, I 996). Jeniskeong ini biasanyahidup
di antara patahan karang, karang mati dan celah
karang pada terurribu karang daerah intertidal
sampai subtidal dangkal dan aktif pada malam
E. Suku Tirrbinidae (GastroPoda)
Suku Turbinidae ditemukan di perairan
hangat dekat terumbu karang, memiliki sebaran
paling luas di seluruh dunia. Suku ini dibagi
menjadi sembilan subsuku,dimana terdapat
empat subsuku terbesar, yaitu Liotiinae,
Phasianellinae, Tricoliinae dan Turbininae
(HICKMAN & McLEAN, 1990)' Subsuku
Turbininae merupakanjumlah terbesardari suku
Turbinidae dengan ukuran yang bervariasi
(YAMAGUCHI, 1988).Jenis-jenisdari sukujni
kebanyakan hidup di daerah perairan dangkal
pada ekosistemterurribu karang.
u
Turbo marmotatasLinnaeus, 1758 (Green
Shell, Turban Shell atau Siput hijau atau
Batu laga)
Turbo marmoratus hiduP di rataan
terumbu dengan aliran airjernih secarakonstan
sampai kedalaman 20 meter' Jenis ini bersifat
nokturnal dan menyrkai gugusan karang mati
dimana terdapatmilao dan malroalga melimpah'
Di beberapa tempat di Indonesia, terutama di
Indonesia timur, dagingnya seringkali dimakan,
dan cangkangnya dimanfaatkan sebagai
perangsangpembentukan mutiara, perhiasan,
kerajinan tangan, serta bahan baku industri cat
dan kosmetik. T. marmoralus merupakanjenis
terbesar dari suku Turbinidae, dengan diamet€r
mencapai 20 cm dan berat 2 kg (YAMAGUCHI'
1988).
F. Suku Nautilidae (CePhaloPoda)
Suku Nautilidae berbeda dengan sukudari kelas Cephalopodasecaraumum'
lain
suku
Perbedaannyaadalah pada ada atau tidaknya
cangkang. Suku Nautilidae memiliki cangkang
luar yang berfungsi sebagai pelindung tubuh
dan al at kesei mbangan saat berenang'
Keseimbangan diatur dengan mekanisme
osmotik berdasarkan mekanisme melawan
tekanan hidrostatik dengan batas kedalaman
sekitar300 meter(SAUNDERS &'WARD' I 987)'
hari (noktumal).
30
Anggota dari suku ini merupakan predator ikan
kecil, udang-udangandan krustasea lain yang
ditangkap menggunakantentakel. Habitat dari
suku ini adalahhanya dapat ditemukan di daerah
terumbu karang wilayah Indo-Pasifik
(SALINDERS,1987).
eksis, sehingga disebut fosil hidup. N.
pompilius ditemukan di daerah terumbu karang
wilayah Indo-Pasifik(DYBAS, 1994).
Penegakan terhadap berbagai jenis
undang-undang yang telah dibuat dengan
tujuan untuk melindungi keduabelas jenis
moluska tersebut (Gambar 2) sepertinya
merupakanupaya yang serrukin diperlukan. Hal
ini mengingat bahwa populasi dari keduabelas
jenis moluska dilindungi tersebut semakin
menurun di alam, bahkan beberapa jenis
diantaranya diduga telah mengalami keplnalan
di perairan Indonesia bagian barat (USHER,
1984). Budidaya dan konservasi tampaknya
merupakan upaya nyata untuk menjaga
kelestariankeduabelasjenis moluska dilindungi
tersebut.
a. Naatilus pompillias Linnaeus, 1758
(Pearly-Chambered Nautili atau Nautilus
berongga)
Nautilus pompilliusln&tp di dekat dasar
hingga kedalaman 500 meter di ekosistem
terumbu karang, tetapi naik mendekati
permukaanpada malamhari. Cangkangjenis ini
dapat mencapai panjang 20 cm dan matang
dewasa pada umur 15 sampai 20 tahun. Fosil
tertua yang pernah ditemukan berusia 550 juta
tahun, dan sampaisekarangjenis ini masih tetap
Garnbar2. Jenis-jenismoluska dilindungi di Indonesia(foto pribadi)
3r
DAFTARPUSTAKA
----
----
----
----
KeputusanPresidenRepublik Indonesia
No. 43 Tahun 1978 tentang pengesahan
CITES.
PeraturanPemerintahRepublik Indonesia
No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Perahran PemerintahRepublik Indonesia
No. 8 Tahun 1999 tentang pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Undang-rurdangNo 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi SumberDaya Alam Hayati.
Undang-undang No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
HENNINQ P.,R. THOMAS andJ. HEMMEN
1993.Ranellidae& Personidaeof the
WorId. YerlagChristaHernnren,Gemany:
263pp.
HICKMAN, C.S. and J.H. McLEAN 1990.
Systematicrevision and suprageneric
classificationof Trochacean
gastropods.
NaturalHistoryMuseumof LosAngeles
County,ScienceSeries35:l-169.
HOEKSEMA,B.W 2009.West-East
Variation
in the IndonesianReef Coral Fauna:
Lines of Division or Zones of
Transition?.ProceedingWorld Ocean
Converence,
Manado,May I l-15, 2009:
1-10.
JANSEN, P. 1996. The Family Trochidae
(Mollusca:Gastropoda)in the Sidney
MetropolitanArea andAdjacentCoast.
AustralianZoologistYol.2g(l-2): 49-51.
ABBOTT, R.T. 1968.The Helmet Shellsof the
World. Part l. Indo-Pacific Mollusca 2
(9):7-201.
CARPENTER, K.E. andV.H. NIEM I 998. I'lO
Species I dentifi cation Guidefor Fishery
Purposes: The Living Marine Resources
of the WesternCentral Pacific VolumeI
Seaweeds, Corals, Bivalves and
Gastropods. Food and Agriculture
Organization of the United Nations,
Rome:686pp
KNOP,D. 1996.GiantClams,ACornprehensive
Guideto the Identificationand Careof
TridacnidClams.DahneVerlagGmbH,
Ettlingen:251pp.
LAXTON, J.H. 1971. Feeding in some
AustralasianCymatiidae(Gastropoda:
Prosobranchia')
Zool. Jour the Linnean
Society50:l-9.
DYBAS, C. 1994. Crossing a Squid and a
Seashell.SeaFrontiers 54: 22-23.
LUCAS,J.S.1988.GiantClams;Description,
DistributionandLive History.In: Giant
Clam in Asia and The pacific. (J.W.
COPLAND and J.S. LUCAS eds.).
Monograph 9. ACIAR Monograph
Series,Canberr
a:2l -32.
EKMAN, S. 1953. Zoogeography of the Sea.
Sidgwick & Jackson,London: 417 pp.
GRASSLE, J.F.andNJ. MACIOLEK l992.Deep
Sea Species Richness: Regional and
Lokal Diversity Estimates from
Quantitive Bottom Samples. American
N aturalist, 139(2) : 3 13-3 41.
McCLANAIIAN, T.R.2002.TheEffectsofTime,
Habitat and FisheriesManagementon
Kenyan
Coral-Reef-Associated
9
Gastropods.
Eeol.Applic. Vol. 12 (5):
t4u_149s.
PASARIBU,B.P.1988.Statusof GiantClamsin
Indonesia.1z: Monograph 9 (J.W.
COPLAND and J.S. LUCASeds.).
ACIAR MonographSeies(l),Canberra:
44-46.
ROMIMOHTARTO, K., P. SIANIPAR dAN
L.M.c. PANGGABEAN 1987.Kima:
Biologi,
Sumberdaya
dan
Kelestariannya,
SeriSumberDayaAlam
No. 138.P3O-UpI,Jakartra:
l- 34.
ROSEWATER,
J. 1965.TheFamilyTridacnidae
in The Indo pacific. Indo_pacific
Mollusca:Vol I No.6.TheDepartrnentof
Mollusca:Academyof NaturalScience
permsilvan
of Philadelphia,
ia:347- 396.
SAUNDERS,W.B. 1987. The speciesof
Nautilus..In:Nautilus.The Biology and
Paleobiologyof a Living Fossil.W.B.
Saundersand N.H. Landman(eds.).
PlenumPress,Newyork: 632 pp.
JJ
SAUNDERS,W.B. and p.D. WARD 1987.
Ecology,distributionand population
characteristic
s of Nautilus.p. 137_162.
In: Nautilus. The Biology and
Paleobiologyof a Living Fossil.W.B.
SAUNDERS and N.H. LANDMAN
(eds.).Plenumpress,
Newyork 632pp.
USHER,G.F.1984.CoralReefInvertebrates
in
Indonesia their Exploitation and
ConservationNeeds.Rep. IUCN/WII/F
Project 1988,Bogorly: l00pp.
WALLACE, C.C., G. PAULAY, B.W.
HOEKSEMA,D.R. BELLWOOD.P.A.
HUTCHINGs,p.H. BARBER and M.
ERDMANN2000.Natue andOrieinsof
Unique High Diversity Reef Far.riras
in
theBay of Tomini,CentralSulawesi:The
Ultimate ..Centre of Diversitv"?.
ProceedingghInternationalCoral Reef
Symposium,Bali, Indonesia 23_27
October,
vol.l: 185-192.
YAMAGUCHI,M. 1988.BiologyoftheGreen
Snail (Turbo marmoralzs) and Its
ResourcesManagement.Workshopon
PacificInshoreFisheryResources,
New
Caledonia:9 pp.
DAFTAR ISI
ELIYA NURUL KHASANAH.
NOVA MUJIONO.
Indonesia....
Adsorpsilogam berat...........
Spesimen tipe Cephalopadadari perairan
ANA SETYASTUTI. Biologi dan Ekologi Bintang Laut Mahkota
Dtni, (Acanthasterplanci) .......
I7
UCU YANU ARBI. Beberapajenis moluskayang dilindungi di
Indonesia
25
DEWI SURINATI.
laut.............
35
Upwelling dan efeknya terhadap perairan
43
ffiffi#ffi
HHHIW ffi*sffi*r.4Tffihtfi*]
Wmtf#rnffi
Oseana,VolumeXXXY Nomor4, Tahun2009:25-33
ISSN0216_1877
BEBERAPA JENIS MOLUSKA YANG DILINDUNGI
DI INDONESIA
Oleh
UcuYanuArbil)
ABSTRACT
soME PROTECTED MOLLUSCS SPECIES rN INDONESIA. Twelvemollusc species
havegot protectionstatusundersomelegislation in Indonesia.Recently,their existences
in
Indonesianwatersareprogressivelydfficuk to befound. Brief descriptionsof thosemolluscs
aregivenin this article.
PEI'{DAIIULUAI{
kosmetik. Namun keberadaanmoluska di alam
semakin terancam, karena adanya tekanan
lingkungan yang semakinberat. Beberapajenis
moluska semakin sulit ditemukan di perairan
Indonesia, bahkan jenis-jenis tertentu telah
menghilang di perairan Indonesia bagian barat.
Tingginya nilai ekonomi beberapajenis
moluska menyebabkan tekanan terhadap
keberadaannyaterusmeningkat.Beberapajenis
hampir punah karena pengambilan besarbesaran (over exploitation), maupun akibat
k e rusakan habi tat (P A S A R IB U , l ggg).
Berdasarkan kenyataan ini, pemerintah
Indonesia
segera tanggap
dengan
mengeluarkan beberapa perundang-undangan
sebagaiupaya pelestarian sumber dayahayati,
diantaranyamenetapkanbeberapajenis moluska
sebagai hewan yang dilindungi. Ketentuan
internasional juga telah menetapkanbeberapa
jenis moluska tersebut dalam katesori
endangered dan tercantum dalam Red 6ata
Book. Pengawasan bagi perdagangannya
Indonesia merupakan negara kepulauan
yang disebut sebagaikeyofmarine area, center
of marine biocliversity dan disebut juga the
heart of coral triangle (WAI-LACE et a1.,2000;
HOEKSEMA, 2009). Ekosistemterumbu karatrg
merupakan ekosistem. yang memiliki
keanekaragaman spesies tertinggi, bahkan
melebihi produktifitas ekosistem hutan tropis.
Kombinasi ekosistemmangrove,padang lamun
dan terumbu karang mendukung beribu-ribu
jenis organisme dari berbagai takson yang
hidup berasosiasidi dalamnya(EKMAN, 1953).
Moluska merupakansalah satu kelorrpok
biota laut yang dapat dengan mudah ditemukan
di Indonesia (GRASSLE & MACIOLEK , t99Z).
Banyak di antarajenis moluska tersebutmemiliki
nilai ekonomis dan nilai konservasiyang sangat
tinggi, mulai dari sebagai bahan makanan,
komoditas industri, biota koleksi, cindera mata,
sanpai bahan bioaktifuntuk industri farmasi dan
Ir UPT Loka KonservasiBiota Laut-LIPI, Bitung
25
dicantumkan dalam Apendiks II CITES vane
artinya dapat dimanfaatkan dengan kuota atai
dibatasi.
Tulisan ini merupakan sebuah tinjauan
(review) yang dirangkum dari berbagai sumber,
namun jumlahnya masih terbatas. penulis
mencobamemberikan informasi mengenaijenis_
jenis moluska yangmendapat statusdiliniunei
oleh perundang-undangan yang dikeluarka-n
oleh pemerintah Republik Indonesia beserta
jenis-jenis perundang-undangannya,
dengan
harapan dapat menjadi tambahan informasi b-aei
masyarakatsecaraluas.
PEi\ETAPAN JEMSJEIIIS
MOLUSKA
DALA]VI PERT]IIDAI\IGTIIIDANGAI\I
Terdapat beberapa perundang_undangan
yang berlaku saatini yang menetapkan 12jenis
moluska sebagaibiota yang dilindungi. fanng
tidak terdapat dua buah perundang_unaangan
yang dengan jelas mengenai penetapan status
tersebut. Perundang-undangan tersebut adalah
Undang-undang No. 5 Tahun 1990 tentanp
Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dai
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7
Tahun 1999 tentang pengawetan Jenis
Tumbuhan dan Satwa. Kedua jenis perundang_
undangan .tersebut juga diduiung ole-h
perundang-undangan lainnya.
Berdasarkan Undang_undang No. 5
Tahun 1990, dijelaskan bahwa konservasi
sumber daya alam hayati mengusahakan
perlindungan sistem penyangga kehidupan,
pengawetan keanekaragamanjenis tumbuhan
dan satwa beserta ekosistemnya, serta
pemanfaatan secara lestari sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya. Di dalam undang_
undang ini disebutkan secarajelas jenis_jenis
moluska yang termasukdalambiota dilindungi.
Halini juga didukung oleh peraturanlara yuito
Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentane
Pengelolaan Lingkungan Hidup. Sebagal
contoh, yang dilakukan LIpI selain melala*an
kegiatanbudidaya,juga melakukanpengaw€tan
26
biola laut. Jadi, penetapan kawasan lindung
pada dasarnya bukan merupakan satu_satunya
upaya pelestarian sumber daya hayati.
Upaya pelestarian jenis_jenis satwa
denganjelas telah dituangkan dalam pp No. 7
Tahun 1999. Isinya antara lain, perlunya
penetapan status perlindungan bagi suatu
kawasan untuk biota dikelola leserta
habitatnya, kemudian dipelihara dan
dikembangbiakkan.pengelolaanbisa bersifat m
situ (di dalam habitat aslinya) maupun ex situ
(di luar habitat aslinya). Dalam peraturan
tersebut disebutkan, biota tertentu lavak
mendapat status dilindungi jika populasinya
kecil, adanya fenomenapenumnan populasi di
alam yang sangat drastis serta penyebarannya
yang
terbatas
(endemik).
Dalam
perkembangannya, ada kemungkinan terjadi
perubahan status. Perubahan status tersebur
ditetapkan dengan kepgrtusanmenteri sebagai
otoritas manajemen (Departemen Kehutanan
atau Departemen Kelautan dan perikanan)
setelahmendapatkanpertimbangan dari otoritas
keilrnuan(LIPD.
Biota dilindungi bukan berarti secara
mutlak tidak dapat dimanfaatkan masyaraka!
baik perorangan, organisasi berbadan hukum
k o perasi maupun l embaga konservasi .
Masyarakat dapat memanfaatkan biota
dilindungi dengan cara penangkaran atau
budidaya setelahmendapatijin tertulis dari pihak
berwenang. Hal ini didasarkan peraturan
Pemerintah No. 8 Tahun 1999 tentang
Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liai
Hasil dari penangkaran dapat diperdagangkan,
yaitu dari generasi kedua dan generasi
berikutnya. Namrm kennrrnian genetik dari biota
yang dibudidayakan harus dijaga sampai
generasi pertama, dan generasi_generasihasil
budidaya tidak dapat dilepaskan kembali ke
alam
Jenis-jenis moluska yang dilindungi
perundang-undanganIndonesia
luga masuk
d a l a m daftar A pendi ks C ITE S . C ITE S
ditandatangani tanggal 3 Maret 1973 di
Washington dan telah disahkan oleh pemerintah
Indonesia melalui Keputusan Presiden No. 43
Tahun 1978. StatusApendiks tr CITES harusnya
menjadi harapan terpeliharanya jenis-jenis
moluska tersebut. Status Apendiks II
mensyaratkan pemanfaatan spesieshanya boleh
dari hasil penangkaran,dimana l0% dari hasil
penangkaran wajib dilepasliarkan ke alam.
Namun terdapat kendala, yaitu kerusakan
habitat dan lemahnya penegakanaturan, bahkan
ketidaktahuan masyarakat akan status dari
spesiestersebut.Perhatian akan statusmoluska
semakin baik, walaupun belum membuahkan
hasil positif. Eksploitasi berlebihan di alam masih
menjadi ancarnankeberadaanspesiesdi alam.
Bukan tidak mungkinjika akan semakin banyak
jenis moluska lainnya yang akan masuk daftar
'terancam punah' dari IUCN dan ke dalam daftar
l!66t
d@l-*
/X'l
F-b/
\j*\,
*'l* ----Y
cqr
Apendiks CITES. Berikut ini adalahj enis-jenis
moluska yang dilindungi, berdasarkan
perundangan-undangandi Indonesia.
BEBERAPA JENIS MOLUSKA
DILIIIDT]NGI
Berdasarkan beberapa jenis undangundang di Indonesia, terdapat dua belas jenis
moluska yang mendapatkan status dilindungi.
Keduabelasjenis tersebutterdiri dari tujuh jenis
dalam satu suku dari kelas Peleclpoda, empat
-Gastropoia,
jenis dalam empat suku dari kelas
serta satu jenis dalam satu suku dari kelas
C ephal opoda. Masi ng-masi ng j eni s akan
diuraikan secara singkat dalam tulisan ini.
Bagian-bagian tubuh dan istilah umum yang
dipakai dalam tulisan ini ditampilkan pada
Gambarl.
dqts
mw
\5
{il
)
YANG
'*
ldEh
b&dmI&
generalanatomyfo bivalyes
*!{dtet
ffi0
Gnbhsndl||@iFffiof
a$d
Gambar I . Morfologi umum dari Pelecypodadan Gastropoda(CARpENTER & NIEM, l99g)
n
A. Suku Tfidacnidae (Pelecypoda)
c. Tridacna crocea Lamarck, 1819 (Crocos
Clam, Safron colored-Giant Clam atau
Kimakunai).
Suku Tridacnidae dikenal sebagai kima,
terdiri dari delapanjenis dalam dua marga, yaitu
Tridacna dan Hippopus. Tujuh diantaranya
dapat ditemukan di Indonesia (LUCAS, 1988).
Kima memiliki nilai ekonomis trnggi, karena
daging dan cangkangnya dimanfaatkan untuk
berbagai kepentingan(ROMIMOHTARTO dkk.,
1987). Masyarakat Amerika dan Eropa
menggemari biota ini karena mantelnya yang
berwama-wami (KNOP, I 966).
Jenisini merupakankima terkecil, dengan
panjang cangkang hanya sekitar 15 cm yang
mengebor ke karang hingga tepi atas
c a ngkangnya (LU C A S , 1988). P roses
pengeboran menggunakan corr aguration yang
membuat cangkangnya terlihat seperti kikir.
Selaincaramekanik sepertiitu, juga secarakimia,
yaitu asam organik yang diproduksi byssal
orifice yang dapat melarutkan substrat,
sehinggamemudahkanpenetrasi
(KNOP, I 966).
Habitat jenis kima ini adalah daerah intertidal
yang terdapat terumbu karang (LUCAS, 1988;
KNOP,1966).
a. Hippopus hippopus (Linnaeus, 1758)
(Horse's Ifoof Clam, Bear Paw Clam,
$rawberry Clam atau Kima tapakkuda atau
Kimapasir)
Hippopus hippopus memiliki cangkang
yang tebal dan keras, dengan engsel yang
berbentuk segitiga dan bergerigi, terdapat
bercak-bercakkemerahandi bagian permukaan,
dan ukuran panjang dewasamencapai panjang
45 cm Hippopus mulai memasuki usia dewasa
setelah empat tahun, yang bisa menghasilkan
20-61 juta telur dalam sekali memijah (KNOP,
1966). Habitatnya adalah di daerah intertidal
sampai kedalaman30 meter di daerahterumbu
karang kawasanIndo-Pasifik tropis.
b
d
Tridacna derass (Riiding,
1798)
(Southern-Giant Clam atau Kima selatan)
Tritlacna rterasa memiliki cangkang
tebal dengan permukaan relatif halus dan
terdapat 6-7 lipatan vertikal, yang membedakan
denganT gigas. Sisik tidak terlihat denganjelas.
Bukaan pada byssal sempit dan incurrent
siphon memiliki tentakel. Termasukjenis kima
yang berukuran besar, dengan pertumbuhan
relatif cepat, dan ukuran hingga mencapai 60
cm (KNOP, 1966). Habitatnya pada substrat
berpasir, patahan karang atau karang mati di
daerahintertidal yang terdapatterumbu karang
hingga kedalaman sekitar I 0 meter.
Hippopas porcelanus Rosewater, 1982
(China Clam atau Kima China)
Hippopus porcellanus memiliki
hubungankekerabatannyadengan1L hippopus
dan terdapatbanyak persamaan(KNOP, I 966).
Cangkang jenis ini tidak seberat dan tidak
mempunyai garis radial yang jelas seperti 1L
hippopus. Perbedaannya, dilihat dari
cangkangnya yang lebih halus dan lebih tipis
(ROSEWATER, I 965). Perbedaanantarakedua
jenis Hippoprzs ini adalah pada bukaan, dimana
H. porcellanus terdapat tentakel di daerah
pinggir yang tidak terdapat pada H. hippopus.
Jenis ini hidup pada daerah berpasir pada
terumbu karang.
e. Tridacna glgas (Linnaeus, 1758) (Great
ClamatauKima raksasa)
Tridacna gigas merupakan jenis kima
terbesar,denganpanjang cangkangdapat lebih
dari satu meter dan berat 200 kg. Bagian atas
cangkangnya memanjang dan berbentuk
segitiga. T. gigas mempunyai banyak
persamaandengan T. derasa. Perbedaannya,Z
gigas tidak dapat menutup cangkangnya
dengansempurnadan selalu ada celah diantara
kedua cangkang,sehinggamantel selaluterlihat
(KNOP, 1966). Habitat dari T. gigas adalah
n
daerah terumbu kar.anghingga kedalaman 20
meter(KNOP, 1966).
cangkangnyasejakjaman dahulu dimanfaatkan
sebagaialat musik rnaupun hiasan.
f.
Triducns maximu (Riiding, 179g)
(Largest-Claw mussel atau Kima kecil)
a. Chsronia tritonis (Linnaeus, 175S)
(Thumpet Tliton atau Triton terompet)
Tridacna mqxima berukuran identik
dengan T squamosa,tetapi secaraumum lebih
kecil. Bedanya, T maximatidak simetris, tetapi
memanjang(sinonim Z elongate) (KI.lOp, 1966).
Sisik-sisiknya rapat dan mempunyai lubang
byss.alyang lebih panjang dibanding engselnya,
sehingga cangkang tidak simetoispada bagian
umbo. T. maxima juga mengebor subsirat
menggunakan filamen-filam en byssal seperti
pada T. crocea (KNOP, 1966), bedanya Z
tidak mampu mengebor hingga cukup
rya-xima
dalam seperti T. crocea.
Charonia tritonis memiliki bentuk
seperti terompet, sehingga disebut keong
terompet denganpanjang mencapai 50 cm. Jenis
keong ini memakanberbagaijenis moluska dan
ekhinodermata, termasuk jenis beracun
(McCLANAHAN, 2002), dan sebagai satu_
satunyapemangsabintang laut berduri dewasa
(Acanthasterplanci).Keong terompetini hidup
di daerah intertidal sampai kedalaman yang
terdapat terumbu karang. Karena
11sih
keindahan motifnya, keong ini biasa
dimanfaatkan sebagai barang koleksi dan
hiasan, dan juga seringkali arlaaikan sebagai
sumber protein oleh masyarakatIndonesia.
g. Tridacna squamosoLamarck, l gl g (Scaty
Clanr, Fluted-Giant Clam atau Kima sisik)
Kata squamosa berasal dari bahasa
Yunani yaitu squama yang berarti sisik (KNOp
1966). Jenis ini memiliki cangkang berukuran
besar dengansisik-sisik dapat dilihatlehs karena
ukurannya yang relatif besar tetapi jarang_
l11ang,dan cangkang dapat mencapal fan;ang
40 cm. Jenis ini hidup menempel pada ,uUrt ui
dengan menggunakan
filament byssal.
Habitatnya adalah di daerah terumbu karang,
terutama dari marga Acropora baik yang hidup,
rnaupnn yang mati pada daerah intertidal hingga
kedalaman I 8 meter (KNOp, I 966).
B. Suku Ranellidae (Gastropoda)
Suku Ranellidae, sebelumnya bernama
Cymatiidae, memiliki cangkang keras, ukuran
sedangsampaibesar denganbentuk bervariasi.
Jenis-jenis moluska dari suku ini hidup di daerah
intertidal terumbu karang, yang memakan
berbagai macam invertebrata, karena umumnva
bersifat kamivora (LAXTON, t 97 t ; HENMNG
et aI.,1993). Sebagianbesar anggota dari suku
ini memiliki nilai ekonomis yang tinggi, selain
dagingnya sebagai sumber protein,
C. Suku Cassidae(Gastropoda)
Anggota suku Cassidae (keong helm)
berukuran sedang sampai besar, aun ai
Indonesia terdapat sekitar 60jenis, yang hidup
di daerah intertidal sampai kedalaman 106 meter
pada habitat berpasir. Keong_keong dari
suku
ini lebih aktif pada malam hari (nokturnal) untuk
berburu ekhinodermata,terutamajenis bju babi,
denganmemanfaatkansekresiasamdan radula
yluk menanskap mangsa (ABBOTT, 196g).
Sebagian anggota suku ini memiliki nilai
ekonomis tinggi, terutama yangmemiliki ukuran
yang relatifbesar, yaitu sebagaisumber protein,
hiasan dan kerajinan sertakoleksi.
a- C-assiscornuto (Linnaeus, l75g) (Horned
Helmet atau Kepala kambing)
Cassis cornuta merupakan jenis
terbesar dari suku Cassidae, dengan ok run
panjang dewasa bisa lebih dari 35 cm, yang
memiliki cangkangkeras dan tebal, dan bagiai
punggung memiliki 5 sampai 7 tonjolan
besar,
sertabibir luar tebal dan gigi-giginya besar.Jenis
k e o n g i ni memakan berbagai j eni s
D
ekhinodermata, terutama bulu babi (ABBOTT,
1968). Di beberapatempat di Indonesia,daging
keong ini biasanya dijadikan sumber protein,
sedangkan cangkangnya dibuat terompet,
hiasan meja ataubahan koleksi. Keong ini hidup
di daerah intertidal yang terdapat terumbu
karang dengan air jemih dan memiliki substrat
berupa pasir putih, terutama pada daerah tubir'
D. Suku Trochidae (GastroPoda)
Suku Trochidae memiliki anggotahingga
ratusan jenis dimana sebaran utamanya adalah
di perairan tropis, dengan bentuk, ukuran,
habitat dan makanan yang bervariasi
(HICKMAN & McLEAN, 1990). Sebagiandari
anggotanya memiliki bagian dalam cangkang
yang berwarna-warni dan dimanfaatkan sebagai
bahan pembuat kancing baju. Selain itu, banyak
diantaranya juga merupakan moluska yang
umum untuk dikonsumsi dagingnya' terutama
yang memiliki ukuran relatif besar.
a.
Trochus niloticus Linnaeus, 1758 (Top
Shell atau Susu bundar atau Lola)
Trochus niloticus telah dikenal sejak
dahulu oleh masyarakat nelayan Indonesia
karena memiliki nilai ekonomis yang cukup
tinggi, karena di samping dagingnya dapat
dimakan, cangkangnya selain sebagai bahan
baku pembuatan kancing baju dan perhiasan,
juga sebagai media perangsangpembentukan
mutiara pada budidaya kerang mutiara. Keong
ini memiliki cangkang berbentuk kerucut,
dengan diameter mencapai l6 cm yang
merupakan jenis terbesar dari suku Trochidae
(JANSEN, I 996). Jeniskeong ini biasanyahidup
di antara patahan karang, karang mati dan celah
karang pada terurribu karang daerah intertidal
sampai subtidal dangkal dan aktif pada malam
E. Suku Tirrbinidae (GastroPoda)
Suku Turbinidae ditemukan di perairan
hangat dekat terumbu karang, memiliki sebaran
paling luas di seluruh dunia. Suku ini dibagi
menjadi sembilan subsuku,dimana terdapat
empat subsuku terbesar, yaitu Liotiinae,
Phasianellinae, Tricoliinae dan Turbininae
(HICKMAN & McLEAN, 1990)' Subsuku
Turbininae merupakanjumlah terbesardari suku
Turbinidae dengan ukuran yang bervariasi
(YAMAGUCHI, 1988).Jenis-jenisdari sukujni
kebanyakan hidup di daerah perairan dangkal
pada ekosistemterurribu karang.
u
Turbo marmotatasLinnaeus, 1758 (Green
Shell, Turban Shell atau Siput hijau atau
Batu laga)
Turbo marmoratus hiduP di rataan
terumbu dengan aliran airjernih secarakonstan
sampai kedalaman 20 meter' Jenis ini bersifat
nokturnal dan menyrkai gugusan karang mati
dimana terdapatmilao dan malroalga melimpah'
Di beberapa tempat di Indonesia, terutama di
Indonesia timur, dagingnya seringkali dimakan,
dan cangkangnya dimanfaatkan sebagai
perangsangpembentukan mutiara, perhiasan,
kerajinan tangan, serta bahan baku industri cat
dan kosmetik. T. marmoralus merupakanjenis
terbesar dari suku Turbinidae, dengan diamet€r
mencapai 20 cm dan berat 2 kg (YAMAGUCHI'
1988).
F. Suku Nautilidae (CePhaloPoda)
Suku Nautilidae berbeda dengan sukudari kelas Cephalopodasecaraumum'
lain
suku
Perbedaannyaadalah pada ada atau tidaknya
cangkang. Suku Nautilidae memiliki cangkang
luar yang berfungsi sebagai pelindung tubuh
dan al at kesei mbangan saat berenang'
Keseimbangan diatur dengan mekanisme
osmotik berdasarkan mekanisme melawan
tekanan hidrostatik dengan batas kedalaman
sekitar300 meter(SAUNDERS &'WARD' I 987)'
hari (noktumal).
30
Anggota dari suku ini merupakan predator ikan
kecil, udang-udangandan krustasea lain yang
ditangkap menggunakantentakel. Habitat dari
suku ini adalahhanya dapat ditemukan di daerah
terumbu karang wilayah Indo-Pasifik
(SALINDERS,1987).
eksis, sehingga disebut fosil hidup. N.
pompilius ditemukan di daerah terumbu karang
wilayah Indo-Pasifik(DYBAS, 1994).
Penegakan terhadap berbagai jenis
undang-undang yang telah dibuat dengan
tujuan untuk melindungi keduabelas jenis
moluska tersebut (Gambar 2) sepertinya
merupakanupaya yang serrukin diperlukan. Hal
ini mengingat bahwa populasi dari keduabelas
jenis moluska dilindungi tersebut semakin
menurun di alam, bahkan beberapa jenis
diantaranya diduga telah mengalami keplnalan
di perairan Indonesia bagian barat (USHER,
1984). Budidaya dan konservasi tampaknya
merupakan upaya nyata untuk menjaga
kelestariankeduabelasjenis moluska dilindungi
tersebut.
a. Naatilus pompillias Linnaeus, 1758
(Pearly-Chambered Nautili atau Nautilus
berongga)
Nautilus pompilliusln&tp di dekat dasar
hingga kedalaman 500 meter di ekosistem
terumbu karang, tetapi naik mendekati
permukaanpada malamhari. Cangkangjenis ini
dapat mencapai panjang 20 cm dan matang
dewasa pada umur 15 sampai 20 tahun. Fosil
tertua yang pernah ditemukan berusia 550 juta
tahun, dan sampaisekarangjenis ini masih tetap
Garnbar2. Jenis-jenismoluska dilindungi di Indonesia(foto pribadi)
3r
DAFTARPUSTAKA
----
----
----
----
KeputusanPresidenRepublik Indonesia
No. 43 Tahun 1978 tentang pengesahan
CITES.
PeraturanPemerintahRepublik Indonesia
No. 7 Tahun 1999 tentang pengawetan
Jenis Tumbuhan dan Satwa.
Perahran PemerintahRepublik Indonesia
No. 8 Tahun 1999 tentang pemanfaatan
Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar.
Undang-rurdangNo 5 Tahun 1990 tentang
Konservasi SumberDaya Alam Hayati.
Undang-undang No. 23 Tahun 1997
tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup.
HENNINQ P.,R. THOMAS andJ. HEMMEN
1993.Ranellidae& Personidaeof the
WorId. YerlagChristaHernnren,Gemany:
263pp.
HICKMAN, C.S. and J.H. McLEAN 1990.
Systematicrevision and suprageneric
classificationof Trochacean
gastropods.
NaturalHistoryMuseumof LosAngeles
County,ScienceSeries35:l-169.
HOEKSEMA,B.W 2009.West-East
Variation
in the IndonesianReef Coral Fauna:
Lines of Division or Zones of
Transition?.ProceedingWorld Ocean
Converence,
Manado,May I l-15, 2009:
1-10.
JANSEN, P. 1996. The Family Trochidae
(Mollusca:Gastropoda)in the Sidney
MetropolitanArea andAdjacentCoast.
AustralianZoologistYol.2g(l-2): 49-51.
ABBOTT, R.T. 1968.The Helmet Shellsof the
World. Part l. Indo-Pacific Mollusca 2
(9):7-201.
CARPENTER, K.E. andV.H. NIEM I 998. I'lO
Species I dentifi cation Guidefor Fishery
Purposes: The Living Marine Resources
of the WesternCentral Pacific VolumeI
Seaweeds, Corals, Bivalves and
Gastropods. Food and Agriculture
Organization of the United Nations,
Rome:686pp
KNOP,D. 1996.GiantClams,ACornprehensive
Guideto the Identificationand Careof
TridacnidClams.DahneVerlagGmbH,
Ettlingen:251pp.
LAXTON, J.H. 1971. Feeding in some
AustralasianCymatiidae(Gastropoda:
Prosobranchia')
Zool. Jour the Linnean
Society50:l-9.
DYBAS, C. 1994. Crossing a Squid and a
Seashell.SeaFrontiers 54: 22-23.
LUCAS,J.S.1988.GiantClams;Description,
DistributionandLive History.In: Giant
Clam in Asia and The pacific. (J.W.
COPLAND and J.S. LUCAS eds.).
Monograph 9. ACIAR Monograph
Series,Canberr
a:2l -32.
EKMAN, S. 1953. Zoogeography of the Sea.
Sidgwick & Jackson,London: 417 pp.
GRASSLE, J.F.andNJ. MACIOLEK l992.Deep
Sea Species Richness: Regional and
Lokal Diversity Estimates from
Quantitive Bottom Samples. American
N aturalist, 139(2) : 3 13-3 41.
McCLANAIIAN, T.R.2002.TheEffectsofTime,
Habitat and FisheriesManagementon
Kenyan
Coral-Reef-Associated
9
Gastropods.
Eeol.Applic. Vol. 12 (5):
t4u_149s.
PASARIBU,B.P.1988.Statusof GiantClamsin
Indonesia.1z: Monograph 9 (J.W.
COPLAND and J.S. LUCASeds.).
ACIAR MonographSeies(l),Canberra:
44-46.
ROMIMOHTARTO, K., P. SIANIPAR dAN
L.M.c. PANGGABEAN 1987.Kima:
Biologi,
Sumberdaya
dan
Kelestariannya,
SeriSumberDayaAlam
No. 138.P3O-UpI,Jakartra:
l- 34.
ROSEWATER,
J. 1965.TheFamilyTridacnidae
in The Indo pacific. Indo_pacific
Mollusca:Vol I No.6.TheDepartrnentof
Mollusca:Academyof NaturalScience
permsilvan
of Philadelphia,
ia:347- 396.
SAUNDERS,W.B. 1987. The speciesof
Nautilus..In:Nautilus.The Biology and
Paleobiologyof a Living Fossil.W.B.
Saundersand N.H. Landman(eds.).
PlenumPress,Newyork: 632 pp.
JJ
SAUNDERS,W.B. and p.D. WARD 1987.
Ecology,distributionand population
characteristic
s of Nautilus.p. 137_162.
In: Nautilus. The Biology and
Paleobiologyof a Living Fossil.W.B.
SAUNDERS and N.H. LANDMAN
(eds.).Plenumpress,
Newyork 632pp.
USHER,G.F.1984.CoralReefInvertebrates
in
Indonesia their Exploitation and
ConservationNeeds.Rep. IUCN/WII/F
Project 1988,Bogorly: l00pp.
WALLACE, C.C., G. PAULAY, B.W.
HOEKSEMA,D.R. BELLWOOD.P.A.
HUTCHINGs,p.H. BARBER and M.
ERDMANN2000.Natue andOrieinsof
Unique High Diversity Reef Far.riras
in
theBay of Tomini,CentralSulawesi:The
Ultimate ..Centre of Diversitv"?.
ProceedingghInternationalCoral Reef
Symposium,Bali, Indonesia 23_27
October,
vol.l: 185-192.
YAMAGUCHI,M. 1988.BiologyoftheGreen
Snail (Turbo marmoralzs) and Its
ResourcesManagement.Workshopon
PacificInshoreFisheryResources,
New
Caledonia:9 pp.
DAFTAR ISI
ELIYA NURUL KHASANAH.
NOVA MUJIONO.
Indonesia....
Adsorpsilogam berat...........
Spesimen tipe Cephalopadadari perairan
ANA SETYASTUTI. Biologi dan Ekologi Bintang Laut Mahkota
Dtni, (Acanthasterplanci) .......
I7
UCU YANU ARBI. Beberapajenis moluskayang dilindungi di
Indonesia
25
DEWI SURINATI.
laut.............
35
Upwelling dan efeknya terhadap perairan
43