Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Dia

ASUHAN KEPERAWATAN

Pada Tn. S dengan Diagnosa Medis Hemorroid Grade III (Pre Op)
Di Ruang Bedah kelas III (Seruni) RSUD Pare
Kabupaten Kediri

Disusun oleh :
Hernuning Asprilia
Ahmad Riyanto
Irpan Mustakim
Ita Yuliani
Putri Azizatun Nikmah
Uyung Romadhon Nur

AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK
JL. Dr. Soetomo No. 5 Telp. (0355) 791293 KodePos 66312
TRENGGALEK

LEMBAR PENGESAHAN
Asuhan Keperawatan pada Tn. S dengan Diagnosa Medis Hemorroid Grade III
(Pre Op)

Di Ruang Bedah Kelas III (Seruni) RSUD Pare
Kabupaten Kediri

Disahkan pada :
Tanggal

: 29 November 2014

Oleh

: Clinical Instructure Ruang Seruni RSUD Pare

Mengetahui,
Clinical Instructure Ruang Seruni,

Dwi Haryanti, Amd.Kep.

LAPORAN PENDAHULUAN

Masalah Kesehatan


: Hemorroid

Area Keperawatan

: Masalah Sistem Pencernaan

Ruang

: Seruni

I.

Definisi Kasus
Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu sekmen atau lebih vena

hemoroidalis di daerah anorektal.Hemproid bukan sekedar pelebaran vena
hemoradialis,tetapi bersifat lebih kompleks.yakni melibatkan beberapa unsur berupa
pembuluih darah,jaringan lunak dan otot disekitar anorektal (kanalis anus). (Felix
2006)

Hemoroid merupakan dilatasi varises pleksus vena sub mukosa anus dan peri
anus.Dilatasi ini sering terjadi setelah usia 50 tahun yang berkaitan dengan
peningkatan tekanan vena di dalam pleksus hemoradialis (Robbins,2007).

II.

Fisiologi Rektum dan Anus
Fungsi utama dari rectum dan kanalis anal ialah untuk mengeluarkan massa

fesus yang terbentuk di tempat yang lebih tinggi dan melakukan hal tersebut dengan
cara yang terkontrol.
Rektum dan kanalis anal tidak begitu berperan dalam proses pencernaan,selain
hanya menyerap sedikit cairan.Selain itu sel-sel goblet mukosa mengeluarkan mucus
yang berfungsi sebagai pelican untuk keluarnya massa feses.
Pada hampir setiap waktu,rectum tidak berisi feses.hal ini sebagian di
akibatkan adanya otot sfingter yang tak begitu kuat yang terdapat pada rectosigmoid
junction,kira-kira 20 cm dari anus.Terdapatnya lekukan tajam dari tempat ini juga
member tambahan penghalang masuknya feses kea rah rectum.Akan tetapi bila suatu
gerakan usus mendorong feses kearah rectum,secara normal hasrat defekasi akan
muncul yang di timbulkan oleh refleks kontraksi dari rectum dan relaksasi dari otot

sfingter.Feses tak keluar secara terus menerus dan sedikit demi sedikit berkat adanya
kontraksi tonik otot sfingter ani interna dan eksterna (Sabiaton,1994)

Pada dasarnya hemoroid dibagi menjadi 2 klasifkasi,yaitu :
1.

Hemoroid Interna
Gejala dari hemoroid interna adalah perdarahan tanpa rasa sakit
karena tak adanya serabut rasa sakit pada daerah ini.Hemoroid interna
dibagi menjadi :



Derajat 1
Timbul perdarahan varises prolapsi atau tonjolan mukosa

tidak melalui anus dan hanya dapat di temukan dengan protoskopi.


Derajat 2

Terdapat trombus didalam varises sehingga varises selalu

keluar pada saat defekasi,tapi setelah defekasi selesai tonjolan
tersebut dapat masuk dengan sendirinya.


Derajat 3
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi

dengan sendirinya tetapi harus didorong.


Derajat 4
Suatu saat timbul keadaan akut dimana varises yang keluar

pada saat defekasi tidak dapat dimasukkan lagi.biasanya pada
derajat ini timbul thrombus dan di ikuti infeksi dan kadang timbul
perlingkaran anus,sering disebut dengan hemoral inkarserata
karena seakan-akan ada yang menyempit hemoroid yang keluar
itu.

2.

Hemoroid Eksterna
Merupakan perluasan dari hemoroid interna yang di bagi
menjadi dua yaitu :
a.

Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir

anus dan dan sebenarnya adalah hematom.Walaupun disebut dengan
Trombus Eksterna Akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul:


Sering rasa sakit dan nyeri



Rasa gatal pada daerah hemoroid

Kedua tanda ini di sebabkan karena ujung-ujung syaraf pada

kulit merupakan reseptor rasa sakit.

b.

Kronik
Hemoroid eksterna kronik “Skin Tag”terdiri atas satu lipatan

atau lebih dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan
sedikit pembuluh darah.

III.

Patofisiologi
1) WOC
Faktor Penyebab
Peningkatan tekanan intra abdomen
Drainage anorektal terganggu
Peningkatan tekanan pd vena superior + inferior

Gangguan aliran balik
Bendungan vleksus vena hemoroidalis
Varises

Thrombus & strangulasi
Inflamasi & edema
Nyeri
Akut

prolapse
kurang info

kesulitan
gerak

pecah

kontaminasi
Dg udara skitar
anus


keluar
lendir
gatal

Resti infeksi
Px takut
BAB

Konstipasi

gangguan
pola
Tidur

iritasi
kulit
skitar
anus


kurang
pengetahuan

ansietas
Kerusakan integritas
Jaringan kulit

perdarahan

gangguan keseimbangan
cairan < kebutuhan

Hb menurun
oksigen inadekuat

intoleransi aktivitas
gangguan perfusi jaringan

2) Uraian
Hemoroid disebabkan oleh bendungan di dalam vena pada pleksus

hemorodalis yang disebabkan oleh factor penyebab dan factor pencetus seperti
kongestif vena hemoroidalis,tekanan abdomen kelebihan,(konstipasi,sering
mengejan,kehamilan),duduk

terlalu

lama,tumor

rectum,obesitas,hubungan

seksualitas melalui anus,tidak adanya katub secara struktural didalam vena
hemoradialis sehingga drainase dari daerah anorektal terganggu akibat
peningkatan tekanan intra abdomen juga meningkatkan tekanan pada vena
hemoroidalis

yang

menimbulkan

varises

yang

beresiko

pecah

dan

menimbuklkan perdarahan. pasien akan mengeluh keluar darah dari anus kadangkadang disertai nyeri dan prolaps,yang paling berat kadang-kadang mengeluh
sangat nyeri karena sudah terjadi trombus dan strangulasi.

IV.

Etiologi
a. Mengedan pada BAB yang sulit
b. Pola BAB yang salah (penggunaan jamban duduk
c. Peningkatan tekanan intra abdomen karena tumor (tumor udud,tumor
abdomen)
d. Kehamilan
e. Usia tua
f. Konstipasi kronik
g. Diare kronik
h. Diare akut berlebihan
i. Hubungan seks peranal
j. Kurang minum air
k. Kurang makanan berserat
l. Kurang olahraga / imobilisasi

V.

Manifestasi Klinis
a. Timbul rasa gatal dan nyeri
b. Pedarahan berwarna merah terang saat defekasi
c. Pembengkaan pada daerah anus
d. Nekrosis pada area sekitar anus
e. Perdarahan/prolapse

VI.

Penatalaksanaan
a. Medis
1) Farmakologis
 Menggunakan obat untuk melunakkan feses / psillium akan
mengurangi sembelit dan terlalu mengedan saat defekasi, dengan
demikian resiko terkena hemoroid berkurang.
 Menggunakan obat untuk mengurangi/menghilangkan keluhan rasa
sakit, gatal, dan kerusakan pada daerah anus. Obat ini tersedia dalam
dua bentuk yaitu dalam bentuk supositoria untuk hemoroid interna,
dan dalam bentuk krim / salep untuk hemoroid eksterna.
 Obat untuk menghentikan perdarahan, banyak digunakan adalah
campuran diosmin (90%) dan hesperidin (10%)
2) Nonfarmakologis
 Perbaiki pola hidup (makanan dan minum): perbanyak konsumsi
makanan yang mengandung serat (buah dan sayuran) kurang lebih 30
gram/hari, serat selulosa yang tidak dapat diserap selama proses
pencernaan makanan dapat merangsang gerak usus agar lebih lancar,
selain itu serat selulosa dapat menyimpan air sehingga dapat
melunakkan feses. Mengurangi makanan yang terlalu pedas atau
terlalu asam. Menghindari makanan yang sulit dicerna oleh usus.
Tidak mengkonsumsi alkohol, kopi, dan minuman bersoda. Perbanyak
minum air putih 30-40 cc/kg BB/hari.
 Perbaiki pola buang air besar : mengganti closet jongkok menjadi
closet duduk. Jika terlalu banyak jongkok otot panggul dapat tertekan
kebawah sehingga dapat menghimpit pembuluh darah.
 Penderita hemoroid dianjurkan untuk menjaga kebersihan lokal daerah

anus dengan cara merendam anus dalam air selama 10-15 menit tiga
kali sehari. Selain itu penderita disarankan untuk tidak terlalu banyak
duduk atau tidur, lebih baik banyak berjalan.
3) Tindakan minimal invasif
Dilakukan jika pengobatan farmakologi dan non farmakologi tidak
berhasil, tindakan yang dapat dilakukan diantaranya adalah :
 Skleroskopi hemoroid, dilakukan dengan cara menyuntikkan obat
langsung kepada benjolan / prolaps hemoroidnya.
 Ligasi pita karet, dilakukan dengan cara mengikat hemoroid.
Prolaps akan menjadi layu dan putus tanpa rasa sakit.
 Penyinaran sinar laser.

 Disinari sinar infra red.
 Dialiri arus listrik (elektrokoagulasi)
 Hemoroideolysis. (www.fkuii.org, 2006)

b.

Pembedahan

Terapi bedah dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV dengan penyulit
prolaps, trombosis, atau hemoroid yang besar dengan perdarahan berulang.
Pilihan pembedahan adalah hemoroidektomi secara terbuka, secara tertutup,
atau secara submukosa. Bila terjadi komplikasi perdarahan, dapat diberikan
obat hemostatik seperti asam traneksamat yang terbukti secara bermakna
efektif

menghentikan

perdarahan

dan

mencegah

perdarahan

ulang.

(www.suaramerdeka.com, 2005)
Terapi medikal hanya digunakan untuk kasus ringan, hemoroid tanpa
komplikasi dengan manifestasi ringan. Pengobatan meliputi :
1)

Gejala hemoroid dan ketidaknyamanan dapat dihilangkan dengan
hygiene personal yang baik.

2) Menghindari mengejan yang berlebihan selama defekasi.
3) Diit tinggi serat.
4) Pemberian laksatif yang berfungsi mengabsorbsi air saat melewati anus.
5) Rendam duduk dengan salep dan supositoria yang mengandung anastesi.
6) Tirah baring.
7) indakan non operatif seperti : fotokoagulasi infra merah, diatermi bipolar
dan terapi laser.
8) Injeksi larutan sklerosan untuk hemoroid berukuran kecil dan berdarah.
9) Tindakan bedah konservasif hemoroid internal adalah prosedur ligasi
pita-karet.
10) Hemoroidektomi kriosirurgi adalah metode untuk mengangkat hemoroid
dengan cara membekukan jaringan hemoroid selama waktu tertentu
sampai timbul nekrosis.
11) Laser Nd:YAG digunakan terutama pada hemoroid eksternal.
(Smeltzer, 2002 ; 1138)

VII.

Pengkajian Fokus
1. Biodata
a. Identitas pasien : nama, umur, jenis kelamin, agama, kedudukan
pasien dalam keluarga, tgl MRS, tgl pengkajian, diagnose medis,
nomor RM, alamat.
b.

Identitas orang tua atau penanggung jawab : nama, umur,
pendidikan, pekerjaan, agama, alamat.

2. Keluhan utama
Klien biasanya datang dengna keluhan nyeri pada waktu BAB disertai
dengan keluarnya daging kecil dari anus dan disertai darah segar. darah
dapat menetes keluar dari anus beberapa saat sesudah BAB. pengeluaran
lendir dialami oelh beberapa pasien yang menderita hemoroid prolapsus.
3. Riwayat penyakit sekarang
Dikembangkan dari keluha utama dengan memakai rumus PQRST.
4. Riwayat kesehatan dahulu
5. Riwayat kesehatan keluarga
6. Data aspek biologis
a. Aktivitas sehari – hari
 Pola nutrisi
Kebiasaan makan sehari-hari, jam makan, frekuensi makan, porsi dan
jenis makana yang disukai dan tidak disukai, diet, alergi terhadap
makanan.
Cairan : jenis minuman, frekuensi, kehilangan cairan yang berlebih,
asupaan makanan, minum, infuse.
 Pola eliminasi
Kebiasaan BAB, BAK, frekuensi, warna, bau, konsistensi, jumlah.
 Pola istirahat tidur
Kebiasaan tidur sehari -hari, jam tidur, lama tidur, sering bangun
waktu tidur, masalah yang berhubungan dengan tidur.
 Personal hygine
Kebiasaan mandi, cuci rambut, ganti pakaian, gunting kuku, gosok
gigi.
b. Penampilan umum
Klien dengan hemoroid biasanya tampak lemah.
c. Penampilan fisik
 System respirasi

Pola napas yang cepat dipengaruhi oleh adanya nyeri,dan ditemukan
perubahan frekuensi pernafasan akibat adanya nyeri.
 System kardiovaskuler
Kaji tekanan darah / mmHg, nadi regular, ireguler, palpitasi atau
tidak,

peningkatan

vena

jugularis

atau

tidak,

kemungkinan

konjungtiva pucat
 System gastrointestinal
Benjolan pada usus, pergesekan feses, ulkus yang menyebabkan
perforasi pada mukosa. Kemungkinan ditemukan darah segar dari
anus. Frekuensi BAB, peristaltic usus.
 System musculoskeletal
Kemungkinan dijumpai kelemahan otot, kelelahan, keletihan,
penurunan toleransi terhadap aktivitas.
 System genitourinaria
Frekuensi BAB/BAK perhari, konsistensi, adakah benjolan sekitar
genetalia, jenis pekerjaan
 System integument
Kaji suhu, turgor kulit, tekstur, bersisik atautidak, adakah luka
memar atau tidak, ada lesi atau tidak, keadaan rambut, penyebaran
rambut, mudah dicabut atau tidak.
 System neurosensori
Pada hemoroid kemungkinanpasien mengeluh pusimg karena adanya
perdarahan. Kaji adanya trenior, gangguan bicara/ tida, pemglihatan
klien, nilai GCS, fungsi saraf cranial,
 System endokrin
Kaji adakah pembesaran tyroid, kelenjar getah bening. Apakah
mempunyai penyakit DM.
7. Data aspek psikososial, social, spiritual
a. Aspek psikososial
Dampak psikososial dari pasien mungkin dihadapkan rasa cemas,
akibat ketidak tahuan pasien adanya lika pada anus.
b. Aspek social
o Pola interaksi
o Lingkungan rumah
c. Aspek spiritual

Meliputi keyakinan nilai – nilai ketuhanan yang dianut, keyakinan
dan harapan akan kesembuhan/ kesehatannya.

VIII.

Masalah Keperawatan
a. Nyeri akut
b. Konstipasi
c. Resiko infeksi
d. PK anemia
e. Kerusakan integritas kulit
f. Intoleransi aktivitas

IX.

Masalah Kolaboratif
a. Perdarahan
b. Thrombosis
c. Hemoroidal strangulasi ( Luksman’s,1997:1085)

X.

Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Colok Dubur
b. Anorektoskopi (untuk melihat kelainan anus dan rectum). (www.
Suaramerdeka. Com,2005).
c. Pemeriksaan rectal atau palpasi digital.
d. Proctocopy dan kohonoskopi ( untuk menunjukkan hemoroid intervena)
( Reeves,1999: 162)

XI.

Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut b/d iritasi kulit/Jaringan di daerah anus
2. Gangguan eliminasi bowel :Konstipasi b/d nyeri pada saat defekasi
3. Resti infeksi b/d prolaps anus dan terbentuknya jaringan keluar
anus.
4. Gangguan keseimbangan cairan b/d banyaknya perdarahan .
5. Kerusakan integritas kulit b/d iritasi kulit sekitar anus.
6. intoleransi aktivitas b/d adanya masa / prolaps pada anus.

XII.

Intervensi
Diagnosa 1
Tujun : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
keperawatan nyeri dapat diatasi.
KH

:
 Paien mampu mengontrol nyeri
 Pasien melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan manajemen nyeri
 Pasien mmampu mengenali nyeri
 Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang.

1) Dorong pasien untuk melaporkan nyeri.
R/: mencoba untuk mentoleransi nyeri dari pada meminta analgetik
2) Kaji laporan nyeri, cacat lokasi, lamanya intensitas ( skala 0-10) selidiki dan
laporkan perubahan karakteristik nyeri.
R/ : Perubahan pada karakteristik nyeri dapat menunjukkan terjadinya
komplikasi seperti perforasi,toksik.
3) Catat petunjuk non verbal seperti gelisah menolak untuk berhati – hati,
selidiki perbedaan petunjuk verbal dan non verbal.
R/ : bahwa tubuh / petunjuk nonverbal dapat secara psikologis dan fisiologis
dan

dapat

digunakan

pada

hubungan

petunjuk

verbal

untuk

mengidentifikasikan luas/ beratnya masalah.
4) Berikan tindakan nyaman seperti pijatan punggung, ubah posisi,
R/:

meningkatkan

relaksasi,

memfokuskan

kembaliperhatian

atau

meningkatkan kemampuan koping .
5) Berikan arena rectal dengan sabun ringan dan air lap setelah defekasi
perawatan kulit seperti jeli, minyak.
R /: Melimdungi kulit dari asam usus, mencegah eksklorasi
6) Berikan rendam duduk dengan tepat.
R/ : meningkatkan kebersihan dan kenyamanan.
7) Kolaborasi dengan tim gizi dalam memodifikasi diet sesuai dengan kebutuhan
misalnya makanan tinggi serat.
R/ : makanan tinggi serat membantu melembekkan feses sehingga feses
mudah dikeluarkan
8) Kolaborasi dalam pemberian obat
o Analgesik:

R/ : Nyeri bervariasi dari ringan sampai berat dan perlu
penangananuntuk memudahkan istirahat adekuat dan penyembuhan
R/ : Menjelaskan otot rectal menurunkan nyeri spasme

Diagnosa 2:
Tujuan : setelah dilakukan tidakan keperawatan diharapkan masalah
keperawatan konstipasi dapat diatasi.
KH

:

 Mempertahankan bentuk feses lunak setiap 1-3 hari
 Bebas dari ketidaknyamanan dan konstipasi
 Mengedintifikasi indikasi untuk mencegah konstipasi
 Feses lunak dan berbentuk
1) Catat adanya distensi abdomen dan auskultasi peristaltic usus
R/; distensi dan hilangnya peristaltic usus merupakm tanda bahwa fungsi
defekasi hilang yang kemungkinan b/d kehilangan syaraf parasimpatik usus
besar dengan tiba – tiba .
2) Anjurkan minum 2000-2500 ml/hr kecuali bila ada kontra indikasi
R/ : membantu memperbaiki konstipasi feses bila ada kontra indikasi
3) Berikan diet rendah sisa, tinggi serat, lunak sesuai toleransi
R/: makanan rendah sisa serat tinggi membantu memperbaiki konsistensi feses
4) Kolaborasi dalam pemberian pelunak feses, anjurkan defekasi segara mungkin
bila dorongan terjadi.
R /: mempermudah defekasi bila konstipasi terjadi .

Diagnosa 3:
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
keperawatan resiko infeksi tidak terjadi.
KH

:

 Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
 Menunjukkan perilaku hidup sehat
 TTV normal

 Tidak

didapatkan

tanda-

tanda

infeksi

(rubbor,dolor,kalor,tumor,fungsiolaisa)
1) Pantau TTV ,perhatikan peningkatan suhu tubuh
R/: adanya peningkatan suhu tubuh adalah karakteristik infeksi
2) Kaji TTV dengan sering , catat tidak membaiknya atau berkelanjutannnya
hipotensi
R/: tanda adanya syok septic, endotoksin/ sirkulasi menyebabkan
vasodilatasi ,kehilangan cairan dari sirkulasi dan rendahnya status curah
jantung
3) Laksanakan pencucian tangan yang baik dan perawatan prolaps aseptiks .
berikan perawatan paripurna
R/: menurunkan resiko infeksi (penyebaran infeksi)
4) Berikan informasi yang tepat, jujur pada pasien/ orang terdekat.
R/: pengetahuan tentang kemajuan situasi memberikan dukungan emosi,
membantu menurunkan ansietas.
5) Kolaborasi dalam pemberian antibiotic sesuai indikasi
R/: mungkin diberikan secara profilaksis atau menurunkan jumlah
organism,e (pada infeksi yang telah ada sebelumnya) untuk menurunkan
penyebaran dan pertumbuhan bakteri.

Diagnosa 4
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan masalah
keperawatan gangguan keseimbangan cairan kurang kebutuhan dapat diatasi.
KH

:

 Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB
 Tidak ada tanda –tanda dehidrasi ,elastistas turgor kulit baik, ,membrane
mukosa lembab ,tidak ada rasa haus yang berlebihan .
1) Pantau TTV
R/: hipotensi ,takikardia, peningkatan pernafasan ,mengidentifikasi kan
cairan uni povolemia) turgor dan kelemahan kulit
2) Observasi dan catat frekuensi serta volum perdarahan
R/:

perdarahan yang berlebihan dapat mengacu pada hipovolemia /

hemoragi

3) Pantau suhu kulit ,palpasi denyut porifer dan warna konjungtiva
R/ : kulit yang dingin atau lembab ,denyut yang lemah mengindikasikan
penurunan sirkulasi perifer dan dibutuhkan untuk mengganti cairan
tambahan
4) Pantau perkembangan hasil laboratorium misalnya Hb , Ht dan warna
konjungtiva
R/ : indikasi hidrasi /volume sirkulasi
5) Kolaborasi dalam pemberian cairan parenteral ,produksi darah dan /atau
plasma exspander sesuai petunjuk tingkatan kecepatan IV jika diperlukan.
R/: gantikan kehilangan cairan yang telah didokumentasikan . catat waktu
penggantian sirkulasi yang potensial bagi penurunan komplikasi misalnya
ketidakseimbangan elektrolit,dehidrasi ,pingsan kardiovaskuler ,gerak
bahu dan untuk mencegah ankilosis pada bahu yang sakit .

XIII.

Daftar Pustaka
Nurarif,a.h dan Kusuma,h.(2003).aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan
diagnosa medis & nanda edisi revisi jilid 1. Yogyakarta: Medication.
Anonym,2009.Hemoroid.http://
medinux.blogspot.com/2009/02/hemoroid.html (diakses : 16 November 2014)
http ://ilmu kedokteran .blog.ca/2010/12/07/askep –hemoroid-103134695)

FORMAT PENGKAJIAN
DATA – DATA KEPERAWATAN

I.

BIODATA
Nama

: Tn. S

Jenis kelamin

: Laki-laki

Umur

: 66 th

Status perkawinan

: kawin

Pekerjaan

: pedagang

Agama

: islam

Pendidikan terakhir

: SD

Alamat

: Ploso Lor

Tanggal MRS / Jam

: 10-11-2014 / 14.00 WIB

Tanggal Pengkajian / jam

: 17-11-2014 / 11.00 WIB

II.

DIAGNOSA MEDIS

: Hemorroid Grade III

III.

KELUHAN UTAMA

:

Pasien mengatakan khawatir dengan penyakit ambien akan muncul
perdarahan lagi.
IV.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :
Pasien mengatakan sudah merasakan ganjalan pada bagian anus semenjak 20
tahun yang lalu, namun pasien tidak mempedulikan. Pada tanggal 3
November 2014, pasien mengatakan tiap BAB ada darah yang menetes
dengan warna merah segar, dan pada tanggal 6 November pasien dibawa
berobat ke Puskesmas, dan sebelum sampai di Puskesmas pasien sudah lemas
dan hamper pingsan. Pasien dibawa ke Puskesmas Pranggang dan langsung
disarankan untuk tranfusi darah ke RSUD Pare. Pada tanggal 10 November
2014 pasien MRS di RSUD Pare dan dilakukan tranfusi jenis PRC, serta
pemeriksaan anal oleh dokter spesialis bedah umum. Tanggal 11 November
2014, pasien menerima tranfusi 2 bag, dan Hb saat MRS 11,4 g/dl kini
meningkat menjadi 11,9 g/dl. Saat pengkajian, Pasien mengatakan anusnya
sudah tidak meneteskan darah pada saat BAB, namun pasien mengaku
khawatir jika ambiennya kambuh dan mengeluarkan darah.

V.

RIWAYAT PENYAKIT MASA LALU
Pasien mengatakan belum pernah MRS atau opname di Puskesmas
sebelumnya. Pasien mengatakan paling sering sakit flu batuk biasa dan
periksa ke puskesmas. Pasien mengatakan 1 bulan ini memiliki keluhan pada
jantung. Pasien mengatakan sebelumnya tidak memiliki riwayat penyakit
menular ataupun menurun seperti DM, Stroke, hipertensi dan hemorrhoid.

VI.

RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Pasien mengatakan orang tua ataupun saudaranya tidak ada yang memiliki
penyakit hemorrhoid dan penyakit menurun seperti Hipertensi, kardiovaskuler
(penyakit jantung), stroke, DM.
Genogram :

Keterangan :
: laki-laki

: perkawinan

: perempuan

: keturunan

: meninggal

: pasien

---------- : tinggal serumah

VII.

POLA AKTIVITAS SEHARI-HARI
 Makan dan Minum
 Di rumah
Pasien mengatakan makan 3x1 hari @ 1 piring penuh, dengan menu
nasi, sayur santan, sayur bening, mie (sebagai selingan), lauk ikan,
tahu, tempe.
Pasien mengatakan minum jika haus dan setelah makan 6 x 250 cc/
24 jam. Pasien terkadang minum kopi atau teh.

 Di RS
Pasien mengatakan makan 3x1 hari , 1 porsi dari tim gizi habis.
Menu khusus dari instalasi gizi RSUD Kab. Kediri (TKTP) seperti
nasi, sayur, ikan ayam, daging.
Pasien mengatakan minum air putih rata-rata 1 liter/24 jam, pasien
tidak minum teh/ kopi slama di RS.
 Pola Eliminasi
 Di Rumah
Pasien mengatakan BAB 1 x sehari di pagi hari setelah bangun tidur,
konsistensi lunak disertai darah segar menetes.
Pasien mengatakan BAK 4 x 300 cc / 24 jam. Dengan konsistensi
encer, warna kuning jernih.
 Di RS
Pasien mengatakan BAB 1 x sehari di pagi hari setelah bangun tidur,
konsistensi lunak dan tidak disertai pengeluaran darah segar, vena
hemoridalis keluar dari anus saat BAB, dan kembali ke dalam apabila
didorong.
Pasien mengatakan BAK 4 x 300 cc/ 24 jam, dengan konsistensi
encer, warna kuning jernih, spontan.
 Pola Istirahat Tidur
 Di Rumah
Pasien mengatakan tidur siang jarang.
Pasien mengatakan tidur malam jam 22.00 – 04.30 WIB
 Di RS
Pasien mengatakan tidur siang jam 12.00 – 13.30 WIB
Pasien mengatakan tidur malam jam 21.00 – 05.00 WIB
 Kebersihan Diri
 Di Rumah
Pasien mengatakan mandi 3 x sehari dan kramas 1 x / minggu.
 Di RS
Pasien mengatakan mandi dengan disibin tiap pagi dan sore dibantu
oleh istri. Pasien sikat gigi tiap pagi, pasien kramas slama di RS.

Keadaan rambut beruban, kulit lembab, nafas tidak berbau, keringat
tidak berbau.
VIII.

RIWAYAT PSIKOSOSIAL
Pasien mengatakan dirinya adalah seorang penjual ketela bahan tape. Pasien
mengatakan resah setiap akan BAB, dan sebenarnya ragu bahwa dirinya bisa
aktivitas seperti dulu. Pasien mengatakan selama 1 minggu lebih di RS
membua pasien tidak dapat menghasilkan uang, pasien berharap penyakit
dapat sembuh tanpa harus tindakan operasi, dan pasien bisa beraktivitas
kembali. Skala kecemasan sedang (skor 16), pasien banyak diam, pasien
mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya dan sering bertanya
tentang penyakitnya.

IX.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan Umum
Kesadaran : kuantitatif : GCS 456, Kualitatif : compos mentis.
k/u : pasien bedrest, terpasang infus RL 20 tpm, pasien pucat, gelisah,
pasien lemas, pasien gemetaran saat berdiri, pasien duduk dengan hatihati, pasien terlihat bingung.
b. Tanda – tanda Vital
TD : 140/90 mmHg
N : 95 x / menit
S : 36,5 0 C
RR: 24 x / menit
c. Pemeriksaan kepala dan leher
Inspeksi : bentuk kepala normochepalik, muka simetris, mukosa bibir
lembab, pasien pucat, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, pupil
miosis, tidak terdapat luka pada kepala dan leher, tidak ada pembesaran
goiter.
Palpasi : tidak ada benjolan pada kepala, teraba nadi karotis, tidak ada
distensi vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran limpha.

d. Pemeriksaan Integumen
Inspeksi : tidak ada tanda decubitus pada kulit, tidak ada tanda cyanosis,
rambut beruban dan penyebaran tidak merata, tidak terdapat luka, tidak
terjadi clubbing finger.
Palpasi : kulit lembab, turgor kembali dalam 1 detik, CRT kembali dalam
1 detik.

e. Pemeriksaan Dada / Thoraks
Inspeksi : tidak terdapat luka / jaringan parut/ bekas operasi, tidak
terdapat retraksi intercosta.
Palpasi : vocal fremitus normal (getaran sama antara paru-paru kanan dan
kiri), frekuensi denyut jantung 24 x / menit dengan irama regular dan
denyut cukup kuat.
Perkusi : suara paru sonor, suara jantung pekak.
Auskultasi : suara jantung 1 “ lup” , suara jantung 2 “dup”, suara nafas
vesikuler pada seluruh lapang paru, bronchial pada trachea dan bronkho
vesikuler pada percabangan bronkus. Tidak suara nafas tambahan sperti
ronchi, wheezing, cracles, friction rub.
f. Pemeriksaan Payudara
Inspeksi : payudara simetris, tidak ada benjolan, tidak ada luka/jaringan
parut/bekas oprasi.
Palpasi : tidak terdapat benjolan, tidak terdapat nyeri tekan.
g. Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi : bentuk perut datar, tidak terdapat luka/bekas jahitan/jaringan
parut, tidak terlihat vena, tidak terlihat sarang laba-laba (tanda asites).
Auskultasi : bising usus 5 x / menit
Perkusi : tympani
Palpasi : tidak ada nyeri tekan pada titik Mc. Bourney dan seluruh lapang
abdoment, tidak ada pembesaran hepar, tidak terdapat massa di bawah
peritoneum, tidak terdapat asites.
h. Genetalia
Inspeksi : tidak ada luka/ benjolan di daerah sekitar genetalia, pasien
mengatakan tidak ada benjolan pada daerah sekitar anus dan dibuktikan

dengan tidak adanya prolapse vena di luar anus apabila dilakukan
pemeriksaan secara inspeksi, tidak ada perdarahan pada daerah anus.
i. Ekstremitas
Pasien mengatakan tidak ada kelemahan gerak , dan gampang lelah jika
dibuat ke kamar mandi.
Inspeksi : kekuatan otot

5 5
5

5

Pasien duduk dengan pelan-pelan dan hati-hati.
X.

PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
a. N I – N XII tidak terdapat kelainan
b. Reflek fisiologis :
bisep (fleksi jika diberi rangsangan)
trisep (ekstensi jika diberikan rangsangan)
abdominal (perut kontraksi saat diberikan rangsangan)
brakhiradialis (ekstensi jika diberikan rangsangan)
c. Reflek patologis
Babinski (tidak ada respon saat diberi rangsangan)

XI.

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Kimia klinik
Tanggal 18/11/2014
Glukosa

92 mg/dl

SGOT

22,2 U/L

SGPT

13,8 U/L

Ureum

21 mg/dl

Creatinin

0,9 mg / dl

BUN

10 mg/dl

Tanggal 19/11/2014
Bili total

1,06 mg/dl

SGOT

26,1 U/L

SGPT

13,6 U/L

Ureum

24 mg/dl

Creatinin

0,9 mg/dl

UA

6,1 mg/dl

Albumin

3,7 g/dl L

BILD2

0,32 mg/dl H

BUN

11 mg/ dl

Bill Indirect

0,74

b. DL (18/11/2014)
Hb

11,9 gr/dl

Leukosit

6,0 103 /ml

Hematocrit

37,6 %

Trombosit

306 103 /ml

c. Elektrolit (19/11/2014)

XII.

K

3,83 mmol/L

Na

141,30 mmol/L

Cl

106 mmol/ L

PENATALAKSANAAN (TERAPI PENGOBATAN)
a. Injeksi IV
Furosemid 1x1 amp (@40 mg / 2 cc)
b. Oral
Spironolakton 25 mg

0-1-0

Digoxin

0,25 mg

1-0-0

Amlodipine

10 mg

1-0-0

Noperten

10 mg

0-1-0

Valsartan

80 mg

0-0-1

Trenggalek, 17 November 2014
Mahasiswa,

ANALISA DATA
NAMA PASIEN

: Tn. S

UMUR

: 66 th

NO. REGITER

: 22407

RUANG

: SERUNI

NO.
1.

DATA
DS :
-

Pasien

mengatakan

khawatir

penyakit

ambiennya

muncul

perdarahan lagi.
-

Pasien
resah

mengatakan
setiap

akan

BAB.
-

Pasien

mengatakan

dirinya

ragu

bisa

untuk

melakukan

aktivitas seperti saat
di rumah.
-

Pasien mengatakan 1
minggu dirawat di RS
menyebabkan pasien
tidak

bisa

menghasilkan uang.

DO :
-

Pasien banyak diam.

-

Pasien duduk dengan
hati-hati.

-

Pasien gelisah.

-

TTV :

MASALAH

ETIOLOGI

Ansietas

Kurangnya Informasi

TD : 140/90 mmHg
N : 95
S : 36,5 °C
RR : 24
Skala
kecemasan
sedang (skor 16)
2.

DS :

Kurang pengetahuan

-

Pasien
mengatakan
tidak mempedulikan
penyakit ambien yang
sudah muncul sejak
20 tahun yang lalu.

-

Pasien
berharap
penyakit
ambien
sembuh tanpa operasi.

-

Pasien
mengatakan
tidak
mengetahui
tentang penyakitnya.

DO:
-

Pasien
menanyakan
kondisinya
perawat.

sering
tentang
kepada

-

Pasien
bingung.

terlihat

DIAGNOSA KEPERAWATAN

Kurangnya informasi

NAMA PASIEN

: Tn. S

UMUR

: 66 th

NO. REGITER

: 22407

RUANG

: SERUNI
DIAGNOSA

NO.

TANGGAL
MUNCUL

KEPERAWATAN

1.

17 – 11- 2014

Ansietas b/d Kurangnya Informasi

2.

17 – 11 - 2014

Kurang Pengetahuan b/b Kurangnya
informasi

IMPLEMENTASI

TANGGAL
TERATASI

TANDA
TANGAN

NAMA

: Tn. S

UMUR

: 66 th

NO. REG

: 22407

RUANG

: SERUNI

NO.

Tanggal /
Jam

Diagnosa
Keperawatan

1.

17-11-2014

I

11.15

Tindakan /

Tanda
Tangan

Implementasi
1) Memberikan
kepada

penjelasan

pasien

bahwa

penyakit hemoroid dapat
menimbulkan perdarahan
ulang jika tidak diatur pola
hidup sehari-hari, seperti
menghindari

valsava

maneuver.

Penyakit

hemmoroid
oleh

disebabkan

adanya

tekanan

seperti mengejan,
berat,

makanan

kerja
kurang

serat, dll.
2) Menyarankan

kepada

keluarga

untuk

memberikan

dukungan

psikologis kepada pasien
untuk tetap kuat dengan
penyakitnya

dan

tetap

tenang.
12.00

3) Mengobservasi kecemasan
pasien
4) Menjelaskankan

kepada

pasien bahwa jika pola
hidup

pasien

kemungkinan

baik,
besar

penyakit hemmoroid tidak
akan kambuh.
5) Mengobservasi TTV:
T : 150/90 mmHg
N: 84 x/menit

RR :24 x/ menit
S: 37 0 C

1) Memberikan penjelasan
tentang derajat keparahan
II

penyakit hemoroid Tn. S
2) Memberikan penjelasan
kepada

pasien

bahwa

nya

sudah

hemoroid

masuk ke derajat 3 yang
harus

dilakukan

pembedahan.
3) Menyarankan

kepada

pasien

untuk

menghindari

mengedan

dan tertawa berlebih.
4) Melakukan

kolaborasi

dengan tim gizi untuk
memberikan diet TKTP

12.30
2.

18-11-2014
11.00

I

dan tinggi serat.
1) Mengkaji perkembangan
suasana hati pasien.
2) Memberikan

support

kepada pasien apabila pola
aktivitas

baik,

maka

kemungkinan kecil untuk
timbul kekambuhan.
3) Menyarankan
keluarga

kepada

agar

meninggalkan

tidak
pasien

sendirian.
4) Mengobservasi kecemasan
5) Mengobservasi TTV
T: 130/90 mmHg
N: 85 x/menit
RR: 21 x/menit
S : 36,8 0 C

1) Mengkaji

perkembangan

pengetahuan
II

pasien

tentang penyakitnya.
2) Memberikan

kepada

dukungan

pasien

untuk

menerima tindakan medis
yang

diberikan

dan

menjelaskan tujuan dari
setiap tindakan.
3) Mengingatkan
pasien

kepada

agar

tetap

menghindari batuk,tertawa
dan mengedan berlebih.
4) Memberikan diit TKTP
dan tinggi serat.
12.30
3.

19-11-2014

I

1) Mengkaji

kondisi

kecemasan pasien

11.00

2) Memberikan

support

kepada

pasien

harapan

tidak

komplikasi

atas
adanya

perdarahan

lagi
3) Mengobservasi kecemasan
4) Mengobservasi TTV
T : 130/90 mmHg
N : 84 x/menit
RR: 23x/menit
S: 36,5 0 C
1) Mengkaji

perkembangan

pengetahuan
II

pasien

tentang penyakitnya.
2) Memberikan

penjelasan

kepada pasien tujuan dari
setiap tindakan.

3) Mengingatkan

kepada

pasien agar menghindari
mengedan,batuk

dan

tertawa berlebihan.
4) Memberikan diit TKTP
dan tinggi serat
12.30

EVALUASI
NAMA

: Tn. S

UMUR

: 66 th

NO. REG

: 22407

RUANG

: SERUNI

NO.
DX

Tanggal /

Diagnosa

Jam

Keperawatan

I

18-11-2014

Ansietas b/d
Kurangnya Informasi

11.00

Keterangan
S : -

-

Pasien mengatakan
takut
muncul
perdarahan ulang
Pasien
masih
BAB.

mengatakan
resah saat

O : - Pasien gelisah
- TTV :
TD : 150/80 mmHg
N : 83
S : 37 °C
RR : 23
-

Skala
kecemasan
sedang (16)

A : Masalah belum teratasi
P : Intervensi 3-6 dilanjutkan

II

Kurang pengetahuan
b/d kurangnya
informasi

S:
-

Pasien mengatakan
mulai sedikit faham
tentang penyakitnya

-

Pasien mengatakan
masih
perlu
mempertimbangkan
untuk
tindakan
operasi

-

Pasien
sering
bertanya
kepada
perawat kapan bisa

O:

pulang
-

Pasien
bingung

terlihat

A :Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 3-7

I

19-11-2014
11.00

Ansietas b/d
Kurangnya Informasi

S : - Pasien mengatakan
terkadang kawatir dengan
perdarahan ulang
- Pasien

mengatakan

resah berkurang

saat

BAB

O

:

- Gelisah
berkurang

pasien

- TTV :
TD : 140/90 mmHg
N : 86
S : 36,5 °C
RR : 20
-

Skala kecemasan
ringan (13)

A : Masalah
Teratasi Sebagian

Ansietas

P : Intervensi 3-6 dilanjutkan

S:

II
Kurang pengetahuan
b/d kurangnya
informasi

-

Pasien mengatakan
memahami
derajat
ambien yang dia
derita.

-

Pasien mengatakan
masih
perlu
mempertimbangkan
untuk
tindakan

operasi

O:
-

Pasien
sering
bertanya kapan bisa
segera pulang.

-

Kebingungan pasien
tentang
pasien
berkurang.

A :Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 3-7

I

20-11-2014

Ansietas b/d
Kurangnya Informasi

S : - Pasien mengatakan
kekhawatiran berkurang
- Pasien

mengatakan

resah berkurang

saat

BAB

O

:

- Gelisah
berkurang

pasien

- TTV :
TD : 130/90 mmHg
N : 85
S : 36,8 °C
RR : 21
-

Skala
kecemasan
ringan (13)

A : Masalah
Teratasi Sebagian

Ansietas

P : Intervensi 3-6 dilanjutkan

Kurang pengetahuan

II

b/d kurangnya
informasi

S:
-

Pasien mengatakan
memahami
derajat
ambien yang dia
derita dan dampak
jika tidak dilakukan
tindakan
pembedahan.

-

Pasien mengatakan
masih
perlu
mempertimbangkan
untuk
tindakan
operasi.

-

Pasien
sering
bertanya kapan bisa
segera pulang

-

Kebingungan pasien
tentang
pasien
berkurang

O:

A :Masalah teratasi sebagian
P: Lanjutkan intervensi 3-7