Peningkatan Kemampuan Menulis Matematika (1)

Peningkatan Kemampuan Menulis Matematika melaalui Model Pembelajaran Think Talk Write(TTW) pada Materi Turunan

Abdul Aziz Hidayat 1) , Hery Sutarto, Kartono

Universitas Negeri Semarang Email: 1) abdulaziz.hidayat@yahoo.co.id

Abstract

The purpose of this study are: (i) To determine whether the ability to write mathematics students who are taught to the think-talk-write models better than students taught with conventional learning, (ii) To determine whether the learning model of think-talk-write the student is able to deliver achieve completeness minmal classical in mathematical writing skills, (iii) To determine whether there is influence the ability to write mathematics on mathematics learning achievement. The population in this study is a class XI IPA student of SMAN Banyumas semester academic year 2011/2012 consisting of 4 classes. This research sampled are XI IPA 1 as experiments class and XI IPA 4 as control class, sampling with random sampling technique. Experimental class were learning think-talk-write, while the control classes were given conventional learning. The results showed that the average writing skills math class experiment is better than the control class, thoroughness classical experimental class greater than or equal to a minimum standard classical thoroughness, ability to write mathematical influence on mathematics learning achievement. The conclusions are obtained based on the results of research are: (i) The ability to write mathematics students who are taught to think of learning models-talk-write better than students taught with conventional learning, (ii) The ability to write mathematics students who are taught to think of learning-talk models -write to achieve the minimal classical completeness, (iii) The ability to write mathematics influence mathematics learning achievement.

Keywords: Think Talk Write, Writing Math Ability.

Pendahuluan

Belajar matematika berbeda dengan belajar bidang studi lain yang bisa dipelajari dengan hanya menghafal. Dalam mempelajari matematika selain dibutuhkan hafalan juga diperlukan pemahaman, ketelitian, dan latihan-latihan secara teratur. Matematika diajarkan bukan hanya untuk mengetahui dan memahami apa yang terkandung dalam matematika itu sendiri. Mempelajari matematika adalah berkaitan dengan mempelajari ide-ide atau konsep-konsep yang bersifat abstrak. Untuk mempelajarinya digunakan simbol- simbol agar ide-ide atau konsep-konsep tersebut dapat dikomunikasikan.

Salah satu materi matematika yang banyak digunakan pada disiplin ilmu yang lain adalah turunan. Turunan merupakan materi baru yang di dapat siswa di kelas XI. Materi turunan belum pernah diajarkan pada jenjang pendidikan sebelumnya. Materi ini diajarkan pada kelas XI di semester genap.

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran matematika kelas XI IPA dan studi pendahuluan di SMA Negeri Banyumas, menunjukkan bahwa tingkat ketuntasan belajar untuk materi turunan dari tahun ke tahun tidak lebih dari 50%. Materi turunan dirasa sebagai materi yang paling susah bagi sebagian besar siswa kelas XI IPA di SMAN Banyumas. Banyak siswa yang mengerjakan soal matematika tidak runtut langkahnya dan penjelasannya tidak jelas, ini menunjukkan bahwa kemampuan menulis matematika secara umum masih rendah. Rendahnya kemampuan menulis matematika diduga menjadi penyebab rendahnya tingkat ketuntasan belajar untuk materi turunan dari tahun ke tahun.

Pengungkapan pikiran atau gagasan matematis akan mudah disampaikan dengan menggunakan bahasa matematis. Menurut Baroody, sebagaimana dikutip oleh Aryani (2010: 1), menyatakan bahwa ada dua buah alasan mengapa matematika merupakan sebagai alat komunikasi yaitu: (1) mathematics as a language, dan (2) mathematics learning as social activity . Sebagai bahasa, matematika tidak sekedar sebagai alat berfikir, alat untuk menemukan pola, atau menyelesaikan masalah tetapi matematika juga digunakan sebagai alat untuk menyampaikan berbagai macam ide secara jelas, ringkas, dan tepat. Alasan yang kedua, mathematics learning as social activity, yakni matematika sebagai aktivitas sosial. Dalam pembelajaran matematika, interaksi antar siswa, seperti komunikasi guru-siswa merupakan bagian penting untuk memelihara potensi matematis siswa. Menulis matematika merupakan salah satu aspek dalam komunikasi matematis yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Hal ini dikarenakan, melalui aktivitas menulis proses belajar siswa dapat dilihat lebih nyata, ide-ide atau gagasan siswa dapat didokumentasikan dalam file, dan tulisan siswa dapat dijadikan alat evaluasi.

Pembelajaran matematika yang menekankan pada kegiatan menulis matematis dapat digunakan sebagai sarana untuk melatih siswa dalam mengungkapkan gagasan matematis secara tertulis. Siswa yang memiliki kemampuan menulis matematis diharapkan mampu mengungkapkan gagasan-gagasan matematis kepada orang lain dengan jelas, tepat dan ringkas. Menulis dapat digunakan sebagai sarana untuk membantu memudahkan siswa mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Oleh karena itu pembelajaran matematika di sekolah diharapkan dapat mendorong meningkatkan kemampuan menulis matematis siswa.

Salah satu model pembelajaran matematika yang diduga dapat meningkatkan kemampuan menulis matematika adalah model pembelajaran think-talk-write (TTW). Model pembelajaran ini diawali dengan bagaimana siswa memikirkan ide-ide dari apa yang telah dibaca (tahap think). Kemudian apa yang telah dibangun dalam pemikiran siswa didiskusikan untuk merefleksikan ide-ide yang telah disepakati (tahap talk). Dan akhirnya siswa menuliskan rangkuman hasil diskusi dengan bahasa mereka sendiri (tahap write). Keterkaitan model pembelajaran think-talk-write dengan kemampuan menulis matematika dapat dilihat dari aktivitas siswa pada fase write.

Masalah dalam penelitian ini adalah : (1) Apakah kemampuan menulis matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran think-talk-write lebih baik dibanding siswa yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional, (2) Apakah model pembelajaran think- talk-write mampu menghantarkan siswa mencapai ketuntasan minimal klasikal dalam kemampuan menulis matematika, dan (3) Apakah ada pengaruh kemampuan menulis matematika terhadap prestasi belajar matematika.

Tujuan penelitian ini adalah: (1) Untuk mengetahui apakah kemampuan menulis matematika siswa yang diajar dengan model think-talk-write lebih baik dibanding siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional, (2) Untuk mengetahui apakah model pembelajaran think-talk-write mampu menghantarkan siswa mencapai ketuntasan minmal klasikal dalam kemampuan menulis matematika, (3) Untuk mengetahui apakah ada pengaruh kemampuan menulis matematika terhadap prestasi belajar matematika.

Metode

Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian pre-experimental design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran thin-talk-write terhadap kemampuan menulis matematika. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah intact-group-comparison. Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan desain penelitian pre-experimental design yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran thin-talk-write terhadap kemampuan menulis matematika. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah intact-group-comparison. Pada desain ini terdapat satu kelompok yang digunakan untuk penelitian, tetapi dibagi dua, yaitu setengah kelompok untuk

Tabel 1. Desain Penelitian

Perlakuan Kelompok (X)

Sampel (O)

Pengajaran dengan model pembelajaran think-talk

write Pengajaran dengan pembelajaran konvensional

Setengah kelompok pertama dinamakan kelas eksperimen (O 1 ), sedangkan setengah kelompok kedua dinamakan kelas kontrol (O 2 ) . Pada kelas eksperimen diberi perlakuan (X) pengajaran dengan model pembelajaran think-talk-write, sedangkan pada kelas kontrol diberi perlakuan pengajaran dengan model pembelajaran konvensional. Selanjutnya dilakukan tes kemampuan menulis matematika dan tes prestasi belajar matematika pada kelas eksperimen, sedangkan kelas kontrol hanya dilakukan tes kemampuan menulis matematika.

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN Banyumas pada bulan Maret sampai Mei 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA SMAN Banyumas semester genap tahun ajaran 2011/2012. Dari hasil analisis varians satua arah nilai matematika Ulangan Akhir Semester ganjil menunjukan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata nilai UAS matematika antara kelas XI IPA 1, XI IPA 2, XI IPA 3, dan XI IPA 4. Hal ini menunjukkan tiap kelas mempunyai kondisi awal yang sama. Karena tiap kelas anggota populasi mempunyai kondisi awal yang sama maka pengambilan sampel dilakukan dengan teknik simple random sampling . Dalam simple random sampling diambil 2 kelas yaitu 1 kelas sebagai kelas kontrol yang akan dikenai model pembelajaran konvensional dan 1 kelas sebagai kelas eksperimen yang akan dikenai model pembelajaran think-talk-write. Kelas XI IPA 1 sebagai kelas eksperimen, kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IPA 3 sebagai kelas uji coba instrumen penelitian. Data dikumpulkan dengan cara mengadakan tes kemampuan menulis matematika dan tes prestasi belajar matematika di kelas kontrol, serta tes kemampuan menulis matematika pada kelas eksperimen. Tes dilaksanakan di akhir pembelajaran.

Uji kesamaan rata-rata menggunakan uji t. Kriteria pengujiannya adalah rata-rata kemampuan menulis matematika siswa yang mengikuti pembelajaran think-talk-write tidak lebih baik daripada rata-rata kemampuan menulis matematika siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional jika

dan taraf nyata

dengan peluang – ,

(Sudjana, 2002: 243). Seorang siswa dikatakan tuntas jika telah nilainya lebih besar sama dengan 75, rata-

rata kelas dikatakan tuntas jika 85% siswa telah tuntas.

Hasil

Analisis Deskriptif Hasil analisis deskriptif kemampuan menulis matematika materi turunan setelah diberi perlakuan pada kelas eksperimen dengan model pembelajaran think-talk-write dan pada kelas kontrol dengan model pembelajaran konvensional dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Analisis Deskriptif Data Kemampuan Menulis Matematika

Kelas Kontrol

1 Nilai Tertinggi

2 Nilai Terendah

4 Standar Deviasi

Untuk analisis deskriptif per aspek kemampuan menulis matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Analisis Deskriptif Per Aspek Kemampuan Menulis Matematika

Kelas Kontrol Statistik No

Kelas Eksperimen

Deskriptif Written Mathematical Drawing Written Mathematical Drawing

Expression 1 Nilai Tertinggi

100 100 2 Nilai Terendah

87,35 72,06 4 Standar Deviasi

Uji Kesamaan Rata-rata Kemampuan Menulis Matematika

Dengan menggunakan SPSS diperoleh , dengan , maka ditolak. Jadi rata-rata kemampuan menulis matematika kelas eksperimen

lebih baik daripada kelas kontrol. Untuk daerah penerimaan dan penolakan pada kurva distribusi t beserta titik kritis yang dimaksud dapat dilihat pada gambar 1. berikut.

Daerah penerimaan H 0 1,67 2,97

Gambar 1. Kurva Uji Kesamaan Dua Rata-rata

Uji Proporsi Ketuntasan Kemampuan Menulis Matematika

Berdasarkan nilai tes akhir kelas eksperimen, banyaknya siswa yang mendapat nilai lebih dari atau sama dengan 75 sebanyak 27 siswa dari 31 siswa. Ini menunjukkan bahwa proporsi siswa yang tuntas sebesar 87,1 % , melebihi standar minimal ketuntasan klasikal sebesar 85 %. Jadi untuk kelas eksperimen telah mencapai ketuntasan klasikal minimal.

Analisis Regresi Linier Sederhana

Menurut perhitungan menggunakan SPSS 16 seperti pada tabel 4.3, menunjukan bahwa

(taraf signifikansi). Maka dalam hal ini ditolak, jadi dapat disimpulkan bahwa koefisien arah regresi berarti. Ini berarti kemampuan menulis

matematika mempengaruhi prestasi belajar matematika.

Tabel 4. Hasil Analisis Uji Keberartian Regresi Linier Sederhana

Persamaan regresi linier sederhana yang diperoleh menggunakan perhitungan SPSS

16 seperti pada tabel 4.4 adalah : ̂ , variabel X menyatakan kemampuan menulis matematika dan variabel ̂ menyatakan prestasi belajar matematika.

Tabel 4.4 Koefisien Regresi Linier Sederhana

Jika (kemampuan menulis matematika tidak ada), maka diperoleh nilai kecenderungan prestasi belajar sebesar

. Artinya nilai ̂ tidak hanya dipengaruhi oleh variabel . Dari persamaan regresi yang diperoleh juga menunjukkan bahwa rata-rata prestasi

belajar matematika siswa diperkirakan meningkat/menurun sebesar 0,404 untuk peningkatan nilai kemampuan menulis matematika.

Pembahasan

Pada saat awal penelitian, terlihat bahwa secara umum kemampuan menulis matematika siswa masih rendah. Ini dibuktikan dengan salah satu contoh pekerjaan siswa pada gambar 3. berikut.

Gambar 3. Contoh Pekerjaan Siswa Di Awal Penelitian

Pekerjaan ini menunjukkan bahwa kalimat matematika dan perhitungan tidak semua diselesaikan dengan benar dan penjelasan yang ditulis kurang jelas. Adapun siswa yang menuliskan perkerjaan seperti ini tidak hanya satu orang tetapi hampir sebagian besar siswa. Dari pekerjaan ini menggambarkan bahwa kemampuan menulis matematika secara umum masih rendah.

Setelah diberi perlakuan model pembelajaran think-talk-write, secara umum kemampuan menulis matematika siswa telah meningkat. Adapun salah satu contoh pekerjaan siswa di akhir penelitian dapat dilihat pada gambar 4. berikut.

Gambar 4. Contoh Pekerjaan Siswa Di Akhir Penelitian

Pekerjaan ini memperlihatkan bahwa dalam mengerjakan soal siswa telah menuliskan penjelasan yang logis dan benar, kalimat matematis yang dibuat dan perhitungan dengan benar tanpa kesalahan serta untuk memperjelas diberi gambar secara lengkap. Di akhir penelitian hampir sebagian besar siswa menuliskan pekerjaan seperti contoh pada gambar 4. Hal ini menunjukkan bahwa secara umum kemampuan menulis matematika siswa di akhir penelitian telah meningkat.

Berdasarkan analisis deskriptif terhadap aspek-aspek kemampuan menulis matematika pada kelas eksperimen meliputi aspek written texts, mathematical expression, dan drawing, menunjukkan bahwa ketiga aspek tersebut secara umum hasilnya memuaskan. Namun aspek drawing memiliki rata-rata paling rendah dibanding aspek written texts dan mathematical expression . Oleh sebab itu dalam pembelajaran perlu adanya penekanan terhadap aspek drawing.

Melalui model pembelajaran think-talk-write, siswa bekerja sama dengan teman sekelompoknya untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dalam Lembar Aktivitas Siswa. Melalui tugas-tugas yang diberikan dalam Lembar Aktivitas Siswa, siswa akan terlatih untuk mengembangkan kreativitas mereka dalam menyelesikan masalah-masalah matematis. Selain itu, melalui aktivitas pada pembelajaran think-talk-write, siswa menjadi terbiasa bepikir, berdiskusi dan menuliskan hasil diskusinya bersama teman mereka dalam satu kelompok, sehingga kemampuan menulis matematis mereka meningkat. Dengan adanya aktivitas diskusi dalam kelompok, siswa tidak merasa jenuh sehingga termotivasi untuk terlibat aktif dalam pembelajaran.

Pada kelas kontrol yang pembelajarannya menggunakan metode konvensional, peranan lebih aktif dimainkan oleh guru yang lebih banyak memainkan aktivitas dibandingkan siswa. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran berkurang karena metode ini merupakan kegiatan mengajar yang terpusat pada guru. Guru aktif memberikan penjelasan terperinci tentang materi, mengelola dan mempersiapkan bahan ajar, kemudian menyampaikan kepada siswa. Sebaliknya siswa berperan pasif tanpa banyak melakukan kegiatan. Seringkali siswa yang pandai merasa mampu menyelesaikan tugasnya sendiri, siswa yang kurang pandai hanya menyalin pekerjaan siswa yang lebih pandai serta adanya rasa takut untuk mengeluarkan pendapat. Hal ini membuat guru kesulitan untuk mengetahui siswa mana yang kurang mampu menyerap materi pelajaran yang diberikan.

Selama pelaksanaan penelitian, terkadang ada saja kendala yang tidak diduga sebelumnya baik terhadap siswa maupun peneliti itu sendiri. Sehingga waktu yang sudah dijadwalkan sebelumnya, tidak dapat terlaksana sesuai rencana, oleh sebab itu peneliti harus mencari waktu penggantinya. Ketika dalam satu pertemuan banyak siswa yang belum begitu menguasai materi, maka peneliti mengulang kembali pembahasan materi tersebut pada pertemuan selanjutnya. Kemudian dari pihak siswa, terkadang ada beberapa siswa yang harus mengikuti kegiatan lain, sehingga terpaksa tidak mengikuti pemebelajaran matematika.

Selain hal-hal yang telah dijelaskan diatas, peneliti menyadari dengan ukuran kelas yang besar akan merepotkan guru dalam melaksanakan pembelajaran think-talk-write terutama dalam hal kontrol, pembibingan dan pengarahan terhadap peserta didik. Pembelajaran yang dilaksanakan pada kelompok kontrol kurang dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan minat dalam pembelajaran. Dengan demikian perlu adanya penelitian lanjutan yang dapat mengembangkan penelitian ini.

Penutup

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1) Kemampuan menulis matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran think-talk-write lebih baik dibanding siswa yang diajar dengan pembelajaran konvensional;

2) Kemampuan menulis matematika siswa yang diajar dengan model pembelajaran think- talk-write dapat mencapai ketuntasan minimal klasikal; 3) Kemampuan menulis matematika berpengaruh terhadap prestasi belajar matematika.

Daftar Pustaka

Ansari, B.I. 2003. Menumbuhkembangkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematik Siswa SMU melalui Strategi Think-Talk-Write. Disertasi. Bandung. PPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Aryani, K. 2010. Peningkatan Kemampuan Menulis dan Pemahaman Konsep Matematis Melalui Pembelajaran dengan Strategi Writing From a Prompt dan Writing in Performance pada Siswa SMP. Tesis. Bandung. PPS Universitas Pendidikan Indonesia.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung. Tarsito. Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D.

Bandung. Alfabeta.

Pengembangan Asessment Matematika Online Berbasis Proprofs di SMA Walisongo Semarang

Achmad Buchori, Ali Shodiqin

Prodi Pendidikan Matematika IKIP PGRI Semarang e-mail: achmadbuchori@ikippgrismg.ac.id

Abstrak

Achmad Buchori Ali Shodiqin (2012). Pengembangan Asessment Matematika Online Berbasis ProProfs di SMA Walisongo Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh media Asessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa pada mata pelajaran matematika. Populasi dalam dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester 2 SMA Walisongo Semarang. Penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Dalam penelitian pengembangan media assessment online ini dilakukan dengan 4 (empat) tahap yaitu (a) Analisis pendahuluan, (b) Perancangan, (c) Evaluasi, (d) Revisi. Pengolahan data dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif. Sesuai hasil angket tentang pengembangan media assessment online di peroleh hasil angket tentang pengembangan media online diperoleh kelas eksperimen 1 mempunyai minat belajar sedang dengan skor 87,33, kelas eksperimen 2 mempunyai minat belajar sedang dengan skor 85,25, dan kelas kontrol mempunyai minat belajar cukup dengan skor 66,73. Artinya pembelajaran assessment cukup menarik minat belajar siswa. Sedangkan dari analisi hasil belajar dengan uji satu pihak dan dua pihak diperoleh rata-rata hasil belajar yang cukup signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol Dari hasil tersebut diperoleh media Asessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa pada mata pelajaran matematika sesuai teori perkembangan Akker dan hasil belajar siswa.

Kata kunci : Media matematika online,Assessment, Proprofs, Teori perkembangan Akker.

Pendahuluan

Dalam perkembangan dunia pendidikan sekarang ini, pendidik dituntut untuk mampu mengemas pembelajaran yang menarik dan efisien. Sesuai dengan Visi pendidikan nasional yaitu mewujudkan sistem pendidikan sebagai pranata sosial yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga negara Indonesia agar berkembang menjadi manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah (Sisdiknas:2003). Ketika zaman selalu berubah maka kita sebagai pendidik harus mampu mengikuti perkembangan zaman. Salah satunya adalah mampu membelajarkan siswa dengan pembelajaran online berbasis internet.

Kondisi pembelajaran Matematika di SMA Walisongo Semarang sudah di lengkapi seperangkat komputer dan internet, akan tetapi belum digunakan untuk pembelajaran online. Dalam pembelajaran online ada bagian yang sangat penting yaitu asessment online. dalam Tsauri : 2009 dijelaskan bahwa penilaian yang dilakukan secara online, dapat menggambarkan keadaan yang senyata-nyatanya. Bagaimana siswa berpikir tentang sesuatu, dan aktifitasnya dalam kebiasaannya online activity, kehadiran facebook dan twitter merupakan sebuah konsekuensi seorang guru untuk lebih profesional dan merangkul siswa secara personal.

Dalam perkembangan asessment online telah hadir proprofs.com yang senantiasa memberikan kemudahan dalam promosi di bidang ekonomi, pendidikan dan bidang lainnya. Masih sangat sedikit sekolah-sekolah di semarang yang menggunakan web ini dalam pembelajaran matematika, padahal di Amerika Serikat dan Canada sangat popular untuk digunakan dalam proses pembelajaran dan assessment online. Selain mudah penggunaannya Dalam perkembangan asessment online telah hadir proprofs.com yang senantiasa memberikan kemudahan dalam promosi di bidang ekonomi, pendidikan dan bidang lainnya. Masih sangat sedikit sekolah-sekolah di semarang yang menggunakan web ini dalam pembelajaran matematika, padahal di Amerika Serikat dan Canada sangat popular untuk digunakan dalam proses pembelajaran dan assessment online. Selain mudah penggunaannya

1. Bagaimana mengembangkan asessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa?

2. Bagaimana sikap dan motivasi siswa terhadap penggunaan assessment online berbasis proprofs?

3. Bagaimana hasil belajar siswa dalam pembelajaran online berbasis proprofs? Dari permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mampu mengembangkan asessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa.

2. Untuk mengetahui sikap dan motivasi siswa terhadap penggunaan assessment online berbasis proprofs.

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa dalam pembelajaran online berbasis proprofs. Hasil penelitian ini ini diharapkan bermanfaat untuk :

1. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK), sehingga dengan dikembangkannya assessment online sehingga dapat memberikan kontribusi pada dunia pendidikan.

2. Proses pembelajaran, sehingga kegiatan belajar mengajar dapat menjadi menarik dan menyenangkan dengan adanya asessment online.

3. Sekolah, sehingga dapat memaksimalkan fungsi laboratorium komputer, khususnya komputer yang telah terhubung dengan internet dalam memfasilitasi mahasiswa lebih belajar mandiri

Metode

1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan dengan menggunakan teknik analisis data deskriptif kualitatif.

2. Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian ini adalah media pembelajaran assessment online yang dikembangkan pada pembelajaran matematika yang meliputi isi (content) dan sistematika penyajiannya.

3. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Walisongo Semarang dengan responden 3 kelas yang ada.

4. Prosedur Penelitian Pengembangan Adapun langkah-langkahnya yaitu sebagai berikut :

1) Tahap Analisis Pendahuluan

2) Tahap Perancangan

3) Tahap Evaluasi

4) Tahap Revisi

Bagian Perancangan

Bagian Pendahuluan Versi

Akhir

Pertama

Gambar 2. Diagram Penelitian Pengembangan

5. Teknik Pengumpulan Data Angket Pada umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang siswa sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar mereka. Angket sering digunakan untuk menilai hasil belajar ranah afektif. Ia dapat berupa bentuk kuesioner bentuk pilihan ganda dan dapat pula berbentuk skala sikap. (Sudijono, 2005) Observasi Pada penelitian ini, observasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai tingkat motivasi siswa dalam mempelajari secara mandiri materi pembelajaran pada media website berbasis blogspot proprofs. Observasi terhadap subjek penelitian dilakukan selama proses pembelajaran. Tes Hasil Belajar Bruce (dalam Djaali dan Muljono, 2004), mengatakan tes dapat digunakan untuk mengukur banyaknya pengetahuan yang diperoleh individu dari suatu bahan pelajaran yang terbatas pada tingkat tertentu. Pada penelitian ini, data tes diperoleh dari latihan soal, tugas pekerjaan rumah, dan tes yang diberikan pada akhir pembelajaran.

6. Teknik Analisis Data Analisis Data Angket Pada penelitian ini, untuk mengukur sikap mahasiswa digunakan angket tertutup yang dianalisis menggunakan skala Linkert. Dalam skala Linkert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif dinilai oleh responden dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat (netral), tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pada penelitian ini, motivasi siswa diukur menggunakan angket tertutup pilihan ganda yang datanya dianalisis per butir pertanyaan. Hasil angket tersebut dirangkum dalam suatu tabel dan dideskripsikan secara persentase ( Nasoetion, 2007). Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, maka dianalisis dan disimpulkan secara umum. Analisis Hasil Belajar Data tes yang diperoleh dari hasil jawaban latihan soal, tugas pekerjaan rumah, dan tes diolah untuk menghasilkan nilai akhir yang kemudian dianalisis untuk mengetahui 6. Teknik Analisis Data Analisis Data Angket Pada penelitian ini, untuk mengukur sikap mahasiswa digunakan angket tertutup yang dianalisis menggunakan skala Linkert. Dalam skala Linkert, pernyataan-pernyataan yang diajukan, baik pernyataan positif maupun negatif dinilai oleh responden dengan sangat setuju, setuju, tidak punya pendapat (netral), tidak setuju, dan sangat tidak setuju. Pada penelitian ini, motivasi siswa diukur menggunakan angket tertutup pilihan ganda yang datanya dianalisis per butir pertanyaan. Hasil angket tersebut dirangkum dalam suatu tabel dan dideskripsikan secara persentase ( Nasoetion, 2007). Pada pertanyaan yang sifatnya terbuka, maka dianalisis dan disimpulkan secara umum. Analisis Hasil Belajar Data tes yang diperoleh dari hasil jawaban latihan soal, tugas pekerjaan rumah, dan tes diolah untuk menghasilkan nilai akhir yang kemudian dianalisis untuk mengetahui

NA = (20(T)+ 30(L)+ 50(U))/100 Keterangan: NA = Nilai akhir

= Nilai Latihan

T = Nilai Tugas Pekerjaan Rumah

= Nilai Tes/ Ujian

(Modifikasi dari Sudijono, 2005)

Tabel 1. Kategori Hasil Belajar siswa

Nilai Akhir Siswa

Kategori

Baik Sekali

Pengembangan assessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa . Dalam penelitian pengembangan asessment matematika online kelas X semester 2 SMA Walisongo Semarang , sesuai dengan teori perkembangan Akker (1999) ada 4 (empat) tahap yaitu:

1. Tahap Analisis Pendahuluan Pada tahap ini, peneliti telah melakukan analisis materi ruang dimensi tiga yang disesuaikan dengan kompetensi dasarnya yang disesuaikan dengan kurikulum KTSP, mengobservasi kondisi laboratorium computer yang dijadikan sebagai tempat penelitian, dan mempersiapkan prosedur kerjasama dengan BPTIK IKIP PGRI Semarang untuk mendukung terlaksananya penelitian ini.

2. Tahap Perancangan Pada tahap ini, peneliti telah melakukan perancangan dan pengembangan assessment online pada materi ruang dimensi tiga. Adapun langkah-langkah penyampaian materi pembelajarannya adalah sebagai berikut : informasi materi disertai animasi, pemberian contoh soal, latihan soal, dan kunci jawaban yang dibuat dengan powerpoint i-spring , camtasia studio dan ditekankan pada tes online berbasis proprofs kemudian di upload di web buchorimath.blogspot.com. materi tersebut diujicobakan, terlebih dahulu materi pada media tersebut telah divalidasi sesuai dengan lembar validasi yang diisi oleh dosen pembimbing, pertimbangan dari dosen pengampu mata kuliah komputasi, dan tenaga ahli (expert review) di bidang desain pembelajaran online yang di wakili oleh Ir. Agung handayanto, M.Kom sebagai kepala BPTIK IKIP PGRI Semarang dan Febrian Murti Dewanto, M.Kom sebagai dosen komputasi Prodi Pendidikan Matematika. Setelah direvisi sebanyak 2 kali oleh validator diperoleh hasil yang cukup baik dilihat dari segi tampilan dan content (isi) media tes online telah memenuhi syarat untuk di gunakan sebagai media pembelajaran matematika.

Gambar 1

3. Tahap Evaluasi Pada tahap ini, peneliti telah melakukan pengujian terhadap materi pembelajaran yang telah dikembangkan pada media tes online dengan cara melakukan kegiatan pembelajaran di Laboratorium komputer yang mana siswa berinteraksi langsung dengan komputer. Kemudian, peneliti mengobservasi kegiatan mereka selama proses pembelajaran. Pada akhir pertemuan, peneliti melakukan evaluasi kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana mereka dapat memahami pelajaran yang disampaikan menggunakan media tes online berbasis proprofs, dan siswa diberikan angket untuk mengetahui sikap mereka terhadap pembelajaran matematika yang menggunakan media tersebut.

4. Tahap Revisi Pada tahap ini, peneliti telah menganalisis hasil evaluasi yang telah dilakukan untuk dijadikan dasar dalam merevisi materi maupun media pembelajaran. Hasil dari tahap ini dianggap sebagai hasil akhir yang praktis dan valid sebagai media pembelajaran.

Sikap dan motivasi siswa terhadap pembelajaran matematika secara online.

Hasil angket tentang implementasi media asessment online. Hasil analisis dengan Uji t Satu Pihak model pembelajaran online dengan blogspot proprofs dan dengan model pembelajaran konvensional tes pilihan ganda.

Tabel 2.

Soal

t hitung t tabel Pilihan Ganda

Dk

1,6689 Dari tabel diatas dapat nilai t hitung = 5,637 dan t tabel = 1,6689, berdasarkan kriteria pengujian

bahwa Ho diterima jika nilai t<t 1-  ternyata diperoleh 5,637 > 1,6689 . Maka Ho ditolak kesimpulannya hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model

pembelajaran online dengan blogspot proprofs lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional

Hasil analisis Uji t Satu Pihak model pembelajaran online dengan wordpress proprofs dengan model pembelajaran konvensional tes pilihan ganda.

t hitung t tabel

ternyata diperoleh thitung > ttabel yaitu 3,087 > 1,6679. Maka Ho ditolak kesimpulannya hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran online dengan wordpress proprofs lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran konvensional pada tes pilihan ganda.

Hasil analisis Uji-t dua pihak model pembelajaran online dengan blogspot proprofs dan model pembelajaran online dengan wordpress proprofs tes pilihan ganda..

Tabel 4.

t hitung t tabel Sig. Pilihan Ganda 67

ternyata diperoleh 2,148 > 1,9965, Maka Ho ditolak kesimpulannya terdapat perbedaan antara hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran online dengan blogspot proprofs dan hasil belajar siswa yang mendapat pembelajaran menggunakan model pembelajaran online dengan wordpress proprofs pada tes pilihan ganda.

Penutup

Simpulan Dari penelitian pengembangan asessment matematika online selama kurang lebih 1(satu)

semester ini, di dapatkan 3 hal meliputi:

1. Diperoleh media assessment matematika online yang valid untuk belajar mandiri siswa pada materi ruang dimensi tiga sesuai teori perkembangan Akker.

2. Sesuai hasil angket tentang pengembangan media online diperoleh kelas eksperimen 1 mempunyai minat belajar sedang dengan skor 87,33, kelas eksperimen 2 mempunyai minat belajar sedang dengan skor 85,25, dan kelas kontrol mempunyai minat belajar cukup dengan skor 66,73. Artinya pembelajaran assessment cukup menarik minat belajar siswa.

3. Diperoleh rata-rata hasil belajar yang cukup signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Saran

1. Perlu segera dilakukan penelitian lanjutan tentang penggunaan media assessment online di semua jenjang pendidikan agar menghasilkan media yang lebih baik.

2. Sebaiknya perlu di kembangkan media assessment offline sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman..

Daftar Pustaka

Alias, M.; Black. T, R..; dan Gray, D. E. (2002). Effect of Instruction on Spatial Visualization Ability in Civil Engineering Students , International Education Journal Vol. 3, No. 1, 2002 tersedia: http://iej.cjb.net diakses tgl. 15 Agustus 2012

Azwar, S. (2008). Penyusunan Skala Psikologi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Arikunto, S. 1991. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara, Jakarta. Arsyad, A. 2003. Media Pembelajaran. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Heinich 2009. Instructional Media and Technologies forLearning with proprofs. Prentice-

Hall, Inc. Upper Saddle River, New Jersey. Kemdikbud.2012 tentang undang-undang system pendidikan nasional 2005 Nasoetion, N. 2007. Evaluasi Pembelajaran Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka. Nemeth, B. (2007). Measurement of the Development of Spatial Ability by Mental Cutting

Test. Annales Mathematicae et Informaticae 34 pp. 123-128 tersedia: http://www.ektf.hu/tanszek/matematika/ami. diakses tgl. 15 Juli 2012

Tsauri. 2009. E-learning Berbasis Web sebagai Bahan Belajar Mandiri.

(http://heritl.blogspot.com/2007/07/e-learning-berbasis-web-sebagai-bahan.html diakses tanggal 07 Agustus 2012). Sudijono. 2009. Evaluasi Pembelajaran Matematika SMA. Bumi Aksara, Jakarta

Keefektifan Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning Berbantuan Media Mathematics Postcard Terhadap Hasil Belajar Matematika Peserta Didik Kelas VII

Adib Mahfudli, Kristina Wijayanti, Hery Sutarto

Jurusan Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang e-mail: azoel_3005@yahoo.com

Abstract

The stu dents’s difficulty learning, especially in triangle subject matter resulting in low student learning outcomes. Play Learn and Fun which used in MTs Negeri Jeketro math class VII tends to cause a commotion so that the results obtained less than optimal learning and learning is not achieved exhaustiveness. Then a experiment was conducted with CTL learning model and Mathematics Postcard as media. This experiment aims to determine whether the results of study of class experiment achieve exhaustiveness classical and find out whether the results of experiment class better than control class. Population of this experiment is all students class VII MTs Negeri Jeketro counted 148 students. With cluster random sampling technic takes two classes as samples. The data collection techniques performed through the documentation and test. The results showed that the completeness learn classical of experiment class is 86.05%. Analysis of test data showing the proportion of exhaustiveness classical experimental class ≥ 80%. Similarity of the two test results obtained on average study of students who were taught using CTL models with Mathematics Postcard as media are better than the results of study of students learning Learn to Play and Fun with Students Paper Work.

Keywords: CTL; Learn Play and Fun; Learning Outcomes; Mathematics Postcard..

Pendahuluan

Untuk memaksimalkan hasil belajar peserta didik, guru harus bisa menyesuaikan proses pembelajaran dengan tingkat kemampuan berfikir peserta didik karena di tiap jenjang pendidikan, kemampuan berfikir matematika peserta didik juga berbeda. Kemampuan berfikir Matematika difokuskan pada pemahaman konsep, penalaran dan komunikasi, serta kemampuan pemecahan masalah peserta didik. Henningsen dan Stein (Sumarmo, 2000) mengkategorikan kemampuan tersebut pada high-level mathematical thinking and reasoning. Beberapa aspek berfikir Matematika tingkat tinggi adalah pemecahan masalah matematik, komunikasi matematik, penalaran matematik, dan koneksi matematik (NCTM, 2000). Aspek- aspek ini sama dengan kemampuan-kemampuan yang dikembangkan sebagai indikator hasil belajar peserta didik dalam KTSP yang diterapkan pada pembelajaran Matematika di Indonesia.

Ada beberapa faktor yang berkaitan dengan rendahnya hasil belajar peserta didik, yang paling utama adalah rendahnya minat peserta didik untuk mengikuti pelajaran dengan baik dan bersungguh-sungguh (Tatik, 1997). Faktor lain yang berpengaruh adalah cara mengajar guru yang tidak tepat. Pemilihan model dan metode pembelajaran yang tidak tepat membuat materi pembelajaran sulit dimengerti oleh peserta didik. Selain itu sarana dan prasarana pendukung juga ikut berpengaruh terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik. Hasil belajar sebagai tujuan pembelajaran sangat tergantung pada proses pembelajaran sesuai pemilihan model pembelajaran yang dipilih guru itu sendiri.

Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik adalah model pembelajaran Conextual Teaching and Learning (CTL). Model pembelajaran CTL adalah model pembelajaran yang menghubungkan pengetahuan peserta didik dengan kehidupan Salah satu model pembelajaran yang menuntut keaktifan peserta didik adalah model pembelajaran Conextual Teaching and Learning (CTL). Model pembelajaran CTL adalah model pembelajaran yang menghubungkan pengetahuan peserta didik dengan kehidupan

Dalam KTSP, penggunaan media pembelajaran pada model pembelajaran CTL sangatlah penting terutama dalam menyajikan model abstrak pada materi yang akan disampaikan (modelling). Modelling juga tepat dipakai untuk peserta didik pada tahap pemikiran operasi konkrit karena dapat membantu mengilustrasikan informasi yang abstrak. Menurut Supriatna (2009) sebagai media pembelajaran, poster tidak saja penting untuk menyampaikan pesan atau kesan tertentu akan tetapi mampu pula untuk mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku orang yang melihatnya. Mathematics Postcard merupakan media pembelajaran yang berbentuk kartu pos dengan desain gambar poster yang menarik sehingga dapat mempengaruhi dan memotivasi tingkah laku peserta didik dalam pembelajaran.

Kesulitan belajar yang dialami peserta didik di MTs Negeri jeketro terutama pada materi Geometri materi pokok Segitiga adalah pada pengerjaan soal-soal Segitiga yang dihubungkan dengan materi lain. Untuk mengatasi masalah ini, Mathematics Postcard sebagai media pembelajaran yang didesain dengan soal-soal dari kombinasi materi Segitiga dan materi Matematika lainnya adalah alternatif yang tepat dan dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning diharapkan hasil belajar peserta didik dapat mencapai ketuntasan.

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah (1) apakah dengan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard, hasil belajar peserta didik dapat mencapai ketuntasan belajar klasikal?, (2) apakah hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard lebih baik dari hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembeajaran Learn, Play and Fun berbantuan Lembar Kerja Siswa?.

Tujuan penelitian ini adalah (1) untuk mengetahui ketuntasan belajar klasikal model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard, (2) untuk mengetahui hasil belajar yang lebih baik antara model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard dan model pembelajaran Learn Play and Fun berbantuan Lembar Kerja Siswa.

Metode

Desain atau jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Populasi pada penelitian ini adalah peserta didik kelas VII MTs Negeri Jeketro sebanyak 148 peserta didik. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah cluster random sampling. Sampel penelitian yang diambil yaitu peserta didik kelas VIID dengan 43 peserta didik sebagai kelas eksperimen dengan pembelajaran CTL berbantuan Mathmatics Postcard dan kelas VIIC dengan 44 peserta didik sebagai kelas kontrol dengan pembelajaran Learn Play and Fun.

Teknik pengambilan data dilakukan menggunakan metode dokumentasi dan tes. Dokumentasi dilakukan dengan mengambil nilai UTS Matematika semester genap kelas VII MTs Ngeri Jeketro tahun ajaran 2011/ 2012 sebagai data awal penelitian. Sedangkan tes dilakukan pada kelas sampel setelah dilakukan pembelajaran.

Dari hasil analisis data awal diperoleh kesimpulan bahwa populasi tersebut normal dan memiliki varians yang sama. Uji kesamaan dua rata-rata menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol yang dipilih memiliki keadaan awal yang sama.

Tes dilakukan setelah kegiatan pembelajaran. Tes tersebut berupa soal uraian yang sebelumnya telah diujikan pada kelas uji coba. Dari 20 soal uraian yang diujikan, dipilih 14 soal yang memenuhi kriteria sebagai soal tes. Kriteria tersebut tersebut meliputi validitas butir soal, reliabilitas tes, taraf kesukaran butir soal, dan daya pembeda butir soal.

Hasil

Data hasil belajar yang diperoleh disajikan pada tabel berikut.

Tabel 1. Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Banyaknya Siswa Persentase Nilai Rata- Kelas

Banyaknya

Ketuntasan rata Eksperimen 43

Peserta Tes

yang Tuntas

76,3 Kontrol

71,7 Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan uji statistik. Hasil perhitungan uji statistik disajikan dalam bentuk tabel berikut ini.

Tabel 2. Uji Statistik dan Persentase Ketuntasan Belajar

Nilai

Uji Statistik

Eksperimen Kontrol

Uji Ketuntasan

Klasikal Uji Perbedaan

Eksperimen lebih baik

Rata-rata daripada kontrol.

Dari data di atas diperoleh bahwa pada kelas eksperimen terdapat 37 dari 43 peserta didik atau sekitar 86,05% tuntas belajar. Sedang pada kelas kontrol terdapat 36 dari 43 peserta didik atau sekitar 83,72% tuntas belajar. Uji ketuntasan klasikal menunjukkan bahwa

z hitung   z tabel sehingga disimpulkan banyaknya peserta didik kelompok sampel yang

mencapai ketuntasan belajar lebih dari atau sama dengan 80% atau dengan kata lain ketuntasan belajar klasikal tercapai.

Berdasarkan hasil analisis statistik uji kesamaan dua rata-rata satu pihak diperoleh bahwa hasil belajar matematika peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard lebih baik dari hasil belajar peserta didik yang diajar menggunakan model pembelajaran Learn Play and Fun berbantuan Lembar Kerja Siswa karena . Hal ini juga dapat dilihat dari rata-rata hasil belajar kelas eksperimen yang mencapai 76,3 lebih baik dari rata-rata hasil belajar kelas kontrol yang hanya 71,7.

Penyebab adanya perbedaan rata-rata hasil belajar peserta didik pada kelas eksperimen dan kelas kontrol adalah dikarenakan pemberian perlakuan yang berbeda pada kedua kelas tersebut. Pada kelas eksperimen dikenakan model pembelajaran Contextual Teaching and Learning berbantuan media Mathematics Postcard, sedangkan kelas kontrol menggunakan pembelajaran Learn Play and Fun berbantuan media Lembar Kerja Siswa. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sebanyak tiga kali pembelajaran/ tatap muka.

Pembelajaran kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata peserta didik dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat (Suprijono, 2010). Menurut Dirjen Dikdasmen (2002) menyebutkan pendekatan CTL memiliki tujuh komponen utama yaitu : (1) konstruktivisme (Constructivism), (2) menemukan (Inquiry), (3)

bertanya (Questioning), (4) masyarakat belajar (Learning Community), (5) pemodelan (modelling), (6) refleksi (Reflection) dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Ketujuh komponen pembelajaran bertanya (Questioning), (4) masyarakat belajar (Learning Community), (5) pemodelan (modelling), (6) refleksi (Reflection) dan (7) penilaian yang sebenarnya (authentic assessment). Ketujuh komponen pembelajaran

Materi yang dibahas pada pertemuan pertama pada kelas eksperimen adalah pengertian segitiga, jenis-jenis segitiga dan sifat-sifat segitiga. Pada awal pembelajaran, guru menampikan beberapa gambar model segitiga kontekstual mealui slide pada LCD. Setelah memberikan sedikit penjelasan, guru membagi peserta didik menjadi kelompok-kelompok kecil dan membagikan Mathematics Postcard. Mathematics Postcard dikerjakan secara berkelompok dengan cara berdiskusi. Guru mengontrol dan mengawasi jalannya diskusi serta memberikan penjelasan kepada kelompok yang mengalami kesulitan. Setelah itu, tiap-tiap kelompok mempresentasikan jawabannya yang diwakili satu anggota. Dalam menuliskan jawaban Mathematics Postcard di depan kelas, alur berfikir peserta didik terlihat kurang sistematis. Urutan langkah mulai diketahui, ditanya dan jawab belum tersusun rapi dan masih banyak yang terlewatkan sehingga pada pertemuan ini, guru menegaskan langkah-langkah yang baik dalam menyelesaikan soal-soal matematika. Selain itu, kegiatan tanya jawab baik antar peserta didik maupun dengan guru juga belum berjalan maksimal karena masih sedikit yang berani bertanya dan mengungkapkan pendapat.

Secara umum pertemuan pertama ini pembelajaran belum berjalan secara maksimal karena guru belum bisa mengorganisasikan waktu dengan baik dan peserta didik belum terbiasa dengan model pembelajaran tersebut. Hal ini dimungkinkan karena peserta didik belum terbiasa dengan guru yang baru dan pembelajaran Contekstual Teaching and Learning (CTL) berbantuan Mathematics Postcard juga tergolong baru bagi peserta didik di MTs Negeri Jeketro. Pembelajaran yang baru bagi guru dan peserta didik ini memerlukan waktu untuk penyesuaian.

Pertemuan kedua kelas eksperimen membahas materi tentang keliling segitiga dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Pada pertemuan kedua ini pembelajaran berjalan lebih baik dari pertemuan pertama. Peserta didik mulai bisa menyesuaikan dalam pembelajaran. Peserta didik mulai aktif dalam berdiskusi dan bertanya jawab. Hal ini terlihat saat peserta didik mengerjakan Mathematics Postcard. Kegiatan diskusi lebih aktif dan peserta didik mulai berani bertanya dengan teman di kelompoknya maupun dengan guru.

Presentasi yang dilakukan di depan kelas oleh tiap-tiapkelompok yang semula masih kaku dan canggung sekarang sudah mulai membaik. Motivasi dari guru dan teman-teman membuat rasa malu peserta didik selama presentasi dapat berkurang. Beberapa kelompok sudah mampu menyampaikan hasil diskusi dengan baik meskipun terkesan sekedar membaca. Alur berfikir dalam menuliskan jawaban juga sudah lebih baik dari pertemuan sebelumnya.