LAPORAN AKHIR PROYEK POLITIK LINGKUNGAN

LAPORAN AKHIR PROYEK POLITIK LINGKUNGAN GLOBAL
LISA (LIHAT SAMPAH ANGKAT)
Dosen Pengampu :
Dewa Ayu Putu Eva Wishanti, S.IP., M.Si

Disusun Oleh :

Nuchiza Normansyah

145120407121038

Enta Fadila Tapisa

155120407121005

Randy Rizki Lubis

155120407121010

Pieter Biyan T.Dasion


155120407121017

Fritz Franklyn Mandagi

155120407121022

Pricilla Monique

155120407121028

Lusia Paulina Hornai

155120407121033

Gwendry Redaria

155120407121038

Hasanul Adha Fauzi


155120407121043

PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jargon “Think Globally, Act Locally”, yang menjadi tema KTT Bumi di Rio de
Janeiro pada bulan Juni 1992 silam, segera menjadi jargon populer untuk mengekspresikan
kehendak berlaku ramah terhadap lingkungan. Topik yang diangkat dalam konferensi ini
adalah permasalahan polusi, perubahan iklim, penipisan ozon, penggunaan dan pengelolaan
sumber daya laut dan air, meluasnya penggundulan hutan, penggurunan dan degradasi tanah,
limbah- limbah berbahaya serta penipisan keanekaragaman hayati.
KTT ini bermula dari konferensi di Stockholm Swedia juni 1972 yang dikenal dengan
Konferensi Internasional Lingkungan hidup atau United Nations Conference on Human
Environment (UNCHE) ini adalah konferennsi pertama tentang lingkungan hidup yang


diprakarsai PBB dan diikuti oleh 114 negara. Dari konferensi ini muncul moto Only One
Earth (hanya ada satu bumi) dan melalui konferensi ini ditetapkan 5 juni sebagai World
Environment Day (Hari Lingkunngan Hidup Se-dunia).

Dari KTT ini juga menghasilkan resousi fundamental yaitu pembentukan badan
khusus PBB yaitu United Nations Environmental Program (UNEP). KTT lingkungan ini
terus berlanjutan bahkan pada Desember 2007 Indonesia juga menjadi tuan rumah
penyelenggaraan KTT Pemanasan Global di Nusa Dua bali. Hal ini juga menunjukan
keseriusan Indonesia dalam menunjukan antusiasmenya untuk berpartisipasi dalam upaya
membangun kesasdaran semua warga di dunia untuk berkontribusi menyelamatkan bumi
walau dalam aksi sekecil apapun. Namun kenyataan yang dijumpai di Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya dan pada program pemerintah Malang yaitu Car Free
Day di Ijen justru bertentangan.
Observasi lapangan yang penulis temui justru kebiasaan membuang sampah
sembarangan tidak pada tempatnya. Temuan ini menjadi bertentangan dengan apa yang
diusahakan oleh pemerintah Indonesia khususnya pemerintah Kota Malang, bahkan oleh
Rezim Global. Tujuan yang ingin dicapai dari lingkup lokal hingga global ini adalah untuk
menjaga lingkungan dan keberlangsungan hidup di dunia dari kebiasaan kecil yang dilakukan
oleh setiap individu di lingkup lokal.

Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang sendiri sudah sudah menghimbau kembali
kepada masyarakat bahwa terdapat peraturan di Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009

tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup UU PPLH pasal 98 ayat 1, bahwa
yang barangsiapa dengan sengaja membuang sampah sembarangan akan dikenakan hukuman
pidana dan denda. Namun kenyataan yang kami dapatkan masih banyak orang yang
membuang sampah sembarangan namun tidak ada pihak yang menjadi pengawas untuk
memberikan sanksi kepada orang yang melanggar. Untuk itu kami berusaha membuat sebuah
proyek sosial untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi di dalam isu ini dengan harapan agar
output yang didapatkan bisa merubah perilaku masyarakat dalam upaya menjaga lingkungan
dunia dalam skala yang paling kecil yaitu individu. Tidak dalam bentuk mengubah peraturan
atau mempertegas aturan yang ada, penulis akan melakukan proyek yang berupaya mengubah
pola hidup masyarakat agar lebih mencintai lingkungan.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan survey awal kelompok, penulis mengunjungi tempat-tempat yang memang
rawan

atau

sering


menjadi

sorotan

masyarakat

secara

umum

terkait

sampah

makanan/minuman/plastik lainnya dengan sembarangan. Salah satunya adalah CFD (Car
Free Day) yang diadakan setiap pekan pada Hari Minggu. Car Free Day sendiri ditujukan

sebagai tempat berolahraga, berkumpulnya komunitas, serta sarana bagi para penjual
makanan/minuman/hiasan/hal lainnya untuk menjajakan jualan mereka. Memang benar

adanya, dengan informasi yang sering beredar bahwa di CFD menjadi tempat penumpukan
sampah secara besar- besaran oleh para pengunjung CFD di setiap minggunya.
Menanggapi permasalahan tersebut, jurtru penulis menemukan minimnya jumlah tempat
sampah yang disedikan oleh pemerintah Malang pada ruang publik. Khususnya, pada lokasi
tempat menjajakan makanan dan minuman juga memiliki jumlah tempat sampah sedikit. Hal
ini justru semakin mendukung kebiasaan buruk masyarakat yang senang membuang dan
menumpuk sampah pada sembarangan tempat, seperti jalan dan taman di area CFD.
Meskipun ada masyarakat yang membuang sampah pada tempatnya, tempat sampah yang
disediakan tidak mampu menampung jumlah sampah yang dihasilkan. Sehingga akibatnya,
sampah yang berlebihan akan jatuh dan mengotori tempat pembuangan sampah. Selain
jumlah tempat sampah yang tidak memadai, jarak antara satu tempat sampah ke tempat
sampah yang lain terhitung jauh. Hal ini semakin menambah deretan alasan masyarakat untuk
membuang sampah di jalanan.
Kesadaran perilaku masyarakat Malang dalam membuang sampah pada tempatnya bisa
dikatakan masih kurang. Peraturan mengenai hukuman jika ketahuan membuang sampah
justru hanya gertakan yang tidak mengubah perilaku sosial. Memang benar sesuai dengan

peraturan Kota Malang bahwa petugas Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup akan
membersihkan sepanjang jalan yang digunakan setelah CFD berlangsung agar tidak terjadi
penumpukan sampah yang berlebihan. Tetapi harusnya yang perlu diperhatikan juga oleh

Pemerintah Kota Malang adalah penambahan jumlah tempat sampah di sepanjang jalan CFD
khususnya pada tempat yang ramai menjual makanan dan minuman. Sesuai dengan peraturan
daerah Kota Malang No 10 Tahun 2010 tentang pengelolaan sampah tidak disebutkan
mengenai pengadaan tempat sampah tetapi dimunculkan terkait pengelolaan sampah di
tempat umum. Ini merupakan salah satu kritik dan saran dari penulis, dengan maksud agar
dimunculkan kebijakan pemerintah untuk menyediakan fasilitas dan sarana yang memadai
juga.
Permasalahan tentang sampah ini memang menjadi persoalan bersama, karena terkait dan
berhubungan tentang khalayak umum. Untuk itu penulis akan mengambil dan meninjau
tentang masalah sampah dalam lingkup Kota Malang pada tempat-tempat yang sering
dikunjungi oleh masyarakat. Permasalahan serupa terjadi di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik, Car Free Day Ijen seperti yang sudah dipaparkan, dan pantai yang kerap
dikunjungi. Dari beberapa tempat tersebut memiliki permasalahan yang hampir sama, yaitu
seputar tempat sampah dan kebiasaan buruk masyarakat.
Dalam survey yang penulis lakukan, terdapat beberapa indikasi masalah yang sangat
terlihat jelas dalam hal pengelolaan sampah di beberapa tempat terutama di saat event-event
tertentu seperti CFD Ijen dan juga pariwisata di Pantai. Indikasinya berupa:
1. Kurangnya kebijakan yang mengikat.
Hal ini terlihat dari survey kami di CFD Ijen serta Wisuda UB. Penulis menemukan
bahwa terdapat banyak sekali perilaku – perilaku yang merusak serta mencemarkan

lingkungan. Seperti terdapat pembiaran oleh pihak pengelola maupun pemerintah setempat
untuk masyarakat melakukan pelanggaran-pelanggaran tersebut. Tidak ada kebijakan yang
pasti serta mengikat membuat perilaku menyimpang ini menjadi – jadi, sehingga seperti telah
menjadi sebuah budaya bersama.
2. Tidak adanya penegakan hukum.
Seperti yang kita ketahui pasca ratifikasi Protokol Kyoto, Indonesia berkomitmen untuk
menjaga lingkungannya untuk mengurangi gas emisi, serta limbah berbahaya. Tetapi,
penegakan hukum yang dikeluarkan pemerintah sepertinya hanya slogan belaka. Denda
buang sampah sembarangan sama sekali tidak terlihat manjur dalam mengatasi masalah yang
sangat mengganggu ini, bahkan seperti tidak adanya sanksi sama sekali yang didapatkan para
pelanggar dari pemerintah atau pihak yang berwenang.

3. Tidak adanya peta lokasi pembuangan sampah dan himbauan
Setelah melalukan survey di berbagai tempat, penulis menemukan tempat CFD tidak
menyedikan sumber informasi mengenai tempat pembuangan sampah. Dari hasil survey yang
didapatkan juga tidak adanya himbauan. Himbauan yang dimaksud adalah himbauan untuk
tidak membuang sampah sembarangan, dan himbauan mengenai peraturan daerah Malang
mengenai peraturan pembuangan sampah sembarangan beserta ganjaran yang akan
didapatkan.
4. Fasilitas pembuangan sampah yang tidak memadai

Masalah fasilitas merupakan yang sangat vital dari survey yang penulis lakukan. Jumlah
tempat pembungan sampah yang minim di area event seperti CFD Ijen dan pantai. Hal ini
tentu menjadi masalah besar mengingat pola perilaku kadang terkonstruk dari keadaan yang
memaksa masyarakat untuk bertindak anarkis atau tidak merawat.
Hal-hal tersebut adalah empat indikasi masalah yang kami lihat dari hasil survey penulis
di beberapa event serta tempat wisata pantai di Malang Raya. Penulis tentunya sangat ingin
bertindak dengan proyek ini dalam membantu serta menjadi aktif untuk menjaga lingkungan
sekitar.
1.3 Nama Kegiatan
Nama Kegiatan

:

LISA (Lihat Sampah Angkat)

Pelaksana

: Mahasiswa Universitas Brawijaya Program Studi Hubungan
Internasional Angkatan 2015 Kelas I-6


Dana

: Rp. 321.000,- (terlampir)

1.4 Fokus Kegiatan
Fokus kegiatan yang akan dilakukan adalah meningkatkan kesadaran masyarakat
dalam menjaga kebersihan lingkungan, khususnya sampah. Terdapat beberapa strategi
untuk melakukan proyek. Penulis melakukan gerakan kegiatan cinta lingkungan yaitu
‘Lihat Sampah, Angkat’ sebagai bentuk gerakan sosial dalam lingkup yang sempit namun
bisa mengubah perilaku secara pribadi. Penulis akan memungut sampah di tempattempat yang sudah dijadikan lokasi kemudian hasil sampah organik akan langsung
dibuang sementara sampah anorganik akan disumbangkan kepada BSM M 162 Malang.
1.5 Target dan Mitra Project
Target atau sasaran dalam proyek ini adalah mahasiswa dan masyarakat. Pada lingkup
yang lebih kecil, di Fakultas Ilmu Sosial dan Politik penulis akan memfokuskan

menargetkan mahasiswa. Mahasiswa merupakan kelompok yang sering beraktivitas
dalam menimbah ilmu. Namun sering kali mahasiswa juga yang mengotori lingkungan
fakultas dengan meninggalkan sampah makanan di kelas.
Selain itu, masyarakat secara umum dijadikan target di Car Free Day Ijen Malang dan
Pantai Balekambang. Selama mengikuti kegiatan Car Free Day, masyarakat tidak hanya

berolah raga tetapi juga membeli makanan dan minuman pada stand makanan yang
disediakan. Sayangnya sampah makanan sering kali dibiarkan begitu saja. Sama seperti di
pantai, masyarakat yang berlibur dan menikmati keindahan alam juga beberapa kali
meninggalkan sampah plastik yang saat ini sudah mencemari lingkungan
Dalam menjalankan proyek ini, penulis tidak melaksanakannya sendiri. Penulis akan
membangun mitra kerja sama dalam menangani permasalahan sampah di Malang
bersama Malang Osoji Club. Malang Osoji Club merupakan komunitas pencinta
lingkungan, khususnya pada isu sampah. Osoji Club sendiri merupakan komunitas yang
berawal di Jakarta. Penggeraknya sendiri pun adalah orang Jepang yang ada di Indonesia.
Malang Osoji Club sendiri terbentuk pada 19 September 2013.
Kegiatan yang dilakukan pemungutan sampah yang sering disebut sebagai kegiatan
weekly portrait petik sampah, kampanye malu buang sampah sembarangan, dan gerakan

menggunakan tumblr atau botol minuman pribadi.1 Pemilihan mitra ini dirasa cocok
karena penulis dan komunitas ini memiliki konsentrasi yang sama mengenai sampah,
khususnya sampah anorganik. Selain itu, penulis juga menggandeng Bank Sampah
Malang M 162 RT 01 RW 07 Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, Kota Malang. Bank
Sampah Malang merupakan lembaga berbadan hukum koperasi bekerja sama dengan
pemerintahan Kota Malang dan CSR PT. PLN Distribusi Jawa Timur.2
Bank Sampah merupakan program kerja yang berbasis 3R (Reduce, Reuse, dan
Recycle) untuk mengubah perilaku masyarakat. Harapan dari adanya bank sampah adalah
untuk terwujudnya lingkungan Kota Malang yang ber-BSM (Bersih, Sejuk, dan Manfaat).
Melalui proyek ini, penulis akan menggandeng Bank Sampah Malang M 162 ini dengan
cara memberikan sampah anorganik. Bank Sampah ini memiliki kegiatan menjual
sampah anorganik yang tidak bisa didaur ulang serta membuat kerajinan dari sampah
yang bisa dimanfaatkan. Penulis akan menyumbangkan sampah yang dipungut di acara
1

Indorelawan,
2016,
Malang
Osoji
Club,
terdapat
dalam
https://indorelawan.org/organization/56b9cbc68cbb0d4279408b48, diakses pada 22 Februari 2018.
2
BBC, 2015, Membayar
Listrik dan Pulsa dengan Sampah Lewat Bank Sampah, terdapat dalam
http://www.bbc.com/indonesia/majalah/2016/05/160522_majalah_lingkungan_banksampahmalang,
diakses
pada 22 Februari 2018.

CFD untuk menjaga

lingkungan serta memanfaatkan sampah untuk kepentingan

ekonomi dan kerajinan.

1.6 Tujuan Kegiatan
Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan ini adalah:
1. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat dan mahasiswa mengenai penanganan isu
kebersihan lingkungan, khususnya sampah.
2. Memberikan sosialisasi mengeanai dampak sampah dan peraturan Kota Malang
mengenai sampah.
3. Menambah kepekaan masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya.
4. Sebagai salah satu penggerak kegiatan membersihkan lingkungan dari sampah.
5. Memanfaatkan sampah anorganik untuk disumbangkan kepada BSM.
6. Membangun relasi dengan pihak di luar Universitas Brawijaya yang memiliki
konsentrasi terhadap isu lingkungan, khususnya sampah.
1.7 Indikator Kunci Pencapaian Kegiatan
Untuk menentukan keberhasilan proyek ini, penulis memberikan beberapa indikator
kunci pencapaian kegiatan, di antaranya adalah:
1. Terlihatnya perbedaan pra dan pasca pelaksanaan aktivitas kearah yang lebih positif.
2. Tersedianya tempat sampah di pantai yang akan digunakan oleh pengunjung pantai
setempat.
3. Pemberian 5 kg sampah kepada Bank Sampah Malang.
4. Pengurangan jumlah sampah yang dibuang sembarangan di lingkungan CFD Ijen.
5. Masyarakat telah terstimulasi untuk membuang sampah pada tempatnya.
6. Terjadinya kebersihan di lingkungan sekitar yang ditargetkan secara kontinu.
7. Tidak terjadi penumpukan sampah yang berlebih di satu tempat.

1.8 Timeline Project
No

Rencana Kegiatan

1
2
3
4

Penetapan tema serta kegiatan project
Presentasi gambaran umum kegiatan project LISA
Survey lokasi pertama project LISA & Rapat project
Pembuatan proposal project LISA

Februari
Minggu
4

Maret
April
Mei
Minggu
Minggu
Minggu
1 2 3 4 1 2 3 4
1

5
6
7

Persiapan bahan serta alat-alat untuk project LISA
Turun lapangan untuk project LISA
Pembuatan laporan dan modul akhir project LISA

KETERANGAN
 (27 Februari 2018) Perundingan kelompok project serta penetapan lokasi dan tujuan
proyek.
 (6 Maret 2018) Presentasi gambaran umum kegiatan project LISA yang di lakukan
antar kelompok di kelas.
 (11 Maret 2018) Survey titik-titik tempat sampah di Car Free Day Ijen Malang.
 (12 – 19 Maret 2018) Pembuatan proposal proyek, penetapan jadwal kegiatan turun
lapangan serta penetapan dana yang di keluarkan.
 (20 Maret – 2 April 2018) Pembuatan dan persiapan brosur dan poster serta
pembelian tempat sampah untuk lokasi pertama project.
 (6 – 16 April 2018) Turun lapangan ke lokasi kedua project, melakukan pengumpulan
data serta penempatan tempat sampah di lokasi pertama project.
 (17 April – 1 Mei 2018) Memproses data dan pembuatan laporan serta modul akhir
project LISA.

BAB II
PELAKSANAAN KEGIATAN

2.1 Logbook Kegiatan Harian
No. Hari/Tanggal

Kegiatan

Lokasi

1.

Selasa, 27
Februari
2018

Menentukan tema
kegiatan, penetapan
lokasi dan tujuan
proyek.

FISIP

2.

Sabtu, 10
Maret 2018

Briefing Survei
Lapangan I

Group Chat

3.

Minggu, 11
Maret 2018

Turun Lapangan I

CFD Ijen

4.

Sabtu, 24
Maret 2018

Briefing Survei
Lapangan II

Group Chat

Keterangan
Penulis secara berkelompok
mendiskusikan tema dan
bentuk kegiatan proyek
Politik Lingkungan Global.
Dengan hasil akhir penulis
memilih nama kegiatan
“LISA” yaitu Lihat Sampah
Angkat. Dengan memilih
titik-titik lokasi proyek
yaitu pantai Balekambang
dan CFD Ijen, Malang.
Penulis menentukan jam
kehadiran
untuk
turun
lapangan I, menandai titiktitik rawan banyak sampah
di
CFD
Ijen
dan
mewawancarai pengunjung
CFD Ijen terkait kepekaan
terhadap
membuang
sampah pada tempatnya.
- Penulis berkumpul di
CFD pada pukul 06.30
untuk melakukan survey
lokasi terkait dengan
titik-titik tempat yang
kekurangan
tempat
sampah di sepanjang
CFD Ijen.
- Penulis juga melakukan
survey di titik-titik
tempat dimana para
pengunjung CFD Ijen
membuat
tumpukan
sampah.
- Penulis
sesekali
mewawancarai
pengunjung
terkait
dengan kepedulian dan
perilaku
mereka
terhadap
membuang
sampah pada tempatnya.
Penulis
kembali
menentukan jam kehadiran

5.

Minggu, 25
Maret 2018

Turun Lapangan II

CFD Ijen

6.

Kamis, 5
April 2018

Briefing Turun
Lapangan III

FISIP

7.

Sabtu, 7
April 2018

Turun Lapangan III

Pantai
Balekambang

untuk survey lapangan II.
Penulis
sepakat
untuk
mewawancarai penjual di
CFD
Ijen
mengenai
pembuangan sampah di
CFD Ijen dan sistematika
pengangkutan
sampah
sehabis berjualan.
- Penulis berkumpul di
depan Gereja Ijen pukul
06.30
untuk
melanjutkan
survey
lapangan II. Untuk
kembali
menentukan
titik-titik
kurangnya
tempat sampah.
- Penulis
juga
melanjutkan
mewawancarai
2-3
penjual di CFD Ijen
terkait
dengan
pengangkutan sampah
sehabis berjualan dan
mereka
menginformasikan
bahwa adanya denda
jika tidak membuang
sampah pada tempatnya
sehabis berjualan.
Penulis berkumpul untuk
membahas persiapan turun
lapangan III yang akan
dilaksanakan di Pantai
Balekambang,
Malang
Selatan.
Penulis
menentukan titik temu
keberangkatan,
jam
keberangkatan
hingga
barang yang dibawa untuk
melaksanakan proyek yaitu
menyiapkan kantung plastik
hitam
besar
untuk
memungut sampah.
- Penulis berkumpul di
McDonald, Watugong
pada pukul 08.00 WIB
untuk
berangkat
bersama-sama ke Pantai
Balekambang.
- Penulis berpencar untuk

8.

Selasa, 10
April 2018

Pengumpulan Data I

FISIP

9.

Rabu, 18
April 2018

Pemungutan Sampah di
Kelas dan Sosialisasi

FISIP

memungut sampah yang
ada di dekat pantai
maupun di lingkungan
warga. Selain itu penulis
juga berbicara dengan
penjual yang ada di
pantai tersebut yang
mana
sudah
menyediakan
tempat
sampah tetapi masih
banyak pendatang yang
tidak
mematuhi
peraturan dan seenaknya
membuang sampah ke
pasir bahkan ke tempattempat lainnya.
Dengan
data
yang
terkumpul
saat
survey
lapangan
I
&
II
menunjukkan ada lebih dari
3 titik di CFD Ijen yang
kekurangan tempat sampah
sehingga di sepanjang jalan
Ijen
Malang
banyak
berserakan
sampah
terkhusus
sampah
anorganik. Sampah yang
berada di lingkungan Pantai
Balekambang juga berasal
dari plastik-plastik sisa
makanan pengunjung.
Penulis
sadar
bahwa
aktivitas sehari-hari sudah
banyak
menghasilkan
sampah termasuk didalam
kelas maka dari itu penulis
sehabis
kelas
mensosialisasikan kepada
teman-teman
penulis
sekiranya untuk membawa
sampah yang sebelumnya
makanan yang dibawa
masuk ke dalam kelas untuk
tidak ditinggal begitu saja.
Selain itu, penulis juga
melakukan
pemungutan
sampah bersama dengan
mahasiswa.

10.

Selasa, 8
Mei 2018

Survey Toko Penjual
Tempat Sampah

Batu

11.

Kamis, 10
Mei 2018

Membeli Tempat
Sampah

Batu

12.

Sabtu, 12
Mei 2018

Briefing Turun
Lapangan IV

FISIP

13.

Minggu, 13
Mei 2018

Turun Lapangan IV

CFD Ijen

Penulis mensurvei toko
penjual tempat sampah
yang berada di Batu yang
nantinya ditempatkan di
titik-titik CFD Ijen sehingga
sekiranya dapat membantu
mengurangi
sampah
berserakan dan melanjutkan
misi dari proyek Politik
Lingkungan Global ini.
Penulis
sepakat
untuk
membeli 2 buah tempat
sampah berukuran medium.
- Penulis mengecek ulang
tempat sampah yang
telah dibeli dengan
tulisan LISA sebagai
penanda proyek penulis.
- Penulis berunding untuk
menentukan
titik-titik
yang dirasa cocok untuk
ditempati oleh tempat
sampah dari proyek
penulis.
Selain
itu,
penulis
juga
menentukan
jam
kehadiran,
membawa
kantung plastik hitam
besar untuk memungut
sampah.
- Penulis berkumpul
di depan Gereja Ijen
pada pukul 06.30
dan
kemudian
berpencar menjadi 3
kelompok
kecil
untuk
mengambil
sampah-sampah di
sepanjang jalan Ijen.
- Penulis
juga
berbincang dengan
kepolisian
terkait
kebersihan CFD Ijen
yang kurang di jaga
karena merasa akan
banyak
petugas
kebersihan Malang
yang
akan
mengangkut
sampah-sampah

14.

Selasa, 15
Mei 2018

Pemungutan Sampah di
Kelas dan Sosialisasi II

FISIP

15.

Minggu, 20
Mei 2018

Briefing Turun
Lapangan V

Group Chat

16.

Senin, 21
Mei 2018

Turun Lapangan V

Bank Sampah
Malang

sehabis jam CFD
Ijen selesai.
- Penulis
akhirnya
menaruh 1 tempat
sampah yang telah
disiapkan di depan
Rumah Sakit Ibu
dan Anak Husada
Bunda dan 1 tempat
sampah lagi di dekat
Bank BNI Drive
Thru.
Penulis
sadar
bahwa
aktivitas sehari-hari sudah
banyak
menghasilkan
sampah termasuk didalam
kelas maka dari itu penulis
sehabis
kelas
mensosialisasikan kepada
mahasiswa sekiranya untuk
membawa sampah yang
sebelumnya dibawa masuk
ke dalam kelas untuk tidak
ditinggal begitu saja.
Penulis selama 2 minggu
belakangan
sudah
berkoordinasi
untuk
mengumpulkan
sampah
anorganik
dari
turun
lapangan I hingga IV yang
nantinya
akan
disumbangkan kepada Bank
Sampah Malang (BSM).
Selain itu penulis juga
menentukan Bank Sampah
Malang di cabang Sukun
yang akan didatangi penulis
dan
juga
menyiapkan
beberapa pertanyaan terkait
dengan BSM di Malang.
- Penulis berkumpul
di
McDonald,
Watugong
pada
pukul 12.00 WIB
untuk bersama-sama
menuju
Bank
Sampah Malang di
Sukun.
- Sesampai
disana,
penulis
diajak

17.

Rabu, 22
Mei 2018

Pengumpulan Data II

FISIP

narasumber untuk
menimbang,
memilah,
dan
memproses sampahsampah yang ada di
BSM
tersebut.
Selain itu penulis
juga mewawancarai
narasumber terkait
dengan
berbagai
informasi,
alur
hingga birokrasi dari
Bank
Sampah
Malang tersebut.
Penulis pada akhir proyek
mengumpulkan data-data
dan hasil turun lapangan
yang penulis telah lakukan
selama satu semester ini
yang kemudian dijadikan
sebagai
laporan
akhir
proyek Politik Lingkungan
Global.

2.2 Dinamika Pelaksanaan Kegiatan
2.2.1 Car Free Day Ijen

Waktu pertama kali melakukan survey di Car Free Day Ijen Malang, penulis
menemukan banyak sekali sampah yang di buang tidak pada tempatnya. Setelah melihat-lihat
titik dimana saja para pengunjung membuang sampah, pada akhirnya penulis pun mulai
berdikusi dan membahas permasalahan pada kunjungan pertama. Oleh karena itu pada
kunjungan kedua, penulis melakukan kegiatan kampanye dengan berjalan mengelilingi car
free day dengan membawa trash bag dan melakukan kegiatan dari project penulis ini LISA

(Lihat Sampah Angkat).
Car Free Day sebagai salah satu tempat untuk berkumpul bagi masyarakat Malang

beserta keluarga, kerabat, dan sahabat merupakan salah satu kegiatan yang diadakan oleh
Pemerintah Kota Malang yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi pengunjung baik dari
luar Malang dan juga dari masyarakat Malang itu sendiri. Dalam hal ini setiap kegiatan yang
diadakan oleh pemerintah memiliki karakteristik dan daya tarik yang berbeda-beda.
Pẹrmasalahan kebersihan dalam kegiatan Car Free Day masih mẹnjadi masalah
utama bagi pẹrkẹmbangan kegiatan itu sendiri. Kebersihan car free day sangat penting karena
dapat mencerminkan tingkat kesadaran masyarakat dalam pentingnya menjaga kelestarian

lingkungan khususnya di kota tersebut. Pada kegiatan turun lapangan yang kedua, penulis
sadar dan melihat bahwa tidak sedikit pengunjung car free day yang mengabaikan kebersihan
lingkungan dengan membuang sampah tidak pada tempatnya. Namun, sikap buruk
pengunjung dalam mengabaikan kebersihan lingkungan car free day tersebut tidak terlepas
karena adanya faktor fasilitas kebersihan yang masih kurang.
Selama kegiatan di Car Free Day penulis memungut sampah yang ada di jalan-jalan
yang dilalui oleh masyarakat. Gerakan kecil juga sempat dibantu oleh beberapa pejalan kaki.
Bahkan di antaranya juga ada yang mengelukan suasana CFD yang tidak terawat. Selain itu,
penulis juga mewawancarai pedagang makanan dan minuman. Berdasarkan data yang penulis
dapatkan, terdapat denda yang diberikan kepada pedagang jika banyak mencemari
lingkungan. Setiap kali berjualan para pedagang juga harus membayar iuran kebersihan yang
akan diayarkan kepada pedugas.
2.2.2 Pantai
Dalam laporan ini penulis memaparkan dinamika yang terjadi dalam pelaksanaan
proyek LISA di Pantai Balekambang. Pemilihan Pantai Balekambang tidak lepas dari
beberapa pertimbangan penulis dalam melihat sasaran proyek ini. Pertama, pemilih memiliki
kriteria, yaitu jumlah pengunjung yang ada. Hal ini dijadikan acuan karena untuk melihat
keefektifan sebuah kebijakan terutama dalam kebersihan sampah, jumlah pengunjung
menjadi sangat penting untuk dilihat. Karena semakin banyak pengunjung maka jumlah
sampah yang dibawa juga banyak. Setiap satu orang akan membawa sekitar 3 sampah.
Sehingga dalam melihat bagaimana cara pengelola dalam menjaga dan juga menjadi
penyedia jasa wisata menyeimbangkan, kedua wisata dengan konservasi menjadi satu.
Kedua, adalah akses. Dalam indikator ini penulis melihat kemudahan akses menjadi
sangat vital. Fungsi akses tidak hanya sebagai media untuk alur pulang-pergi kendaraan
tetapi menjadi media perkembangan infrastruktur, perdagangan, serta mencapai daerah –
daerah yang dahulunya tidak bisa dicapai. Pantai Balekambang dibandingkan dengan Pantai
Malang selatan lainnya, merupakan pantai yang paling mudah untuk diakses. Hal ini tentu
menghasilkan sebuah efek, yaitu keramaian. Keramaian yang diakibatkan akses yang mudah
ini menjadi sebuah dilema pengelola agar bisa tetap menjaga kebersihan serta ekosistem laut
dari lautan sampah yang siap untuk menjadi wajah laut Malang Selatan.
Ketiga, pengelolaan yang baik. Pantai Balekambang memiliki pengelolaan yang
terhitung sangat baik. Dalam mengakomodir pengunjungnya dengan berbagai pilihan kuliner,
oleh-oleh, dan juga akomodasi. Bahkan penyediaan tempat sampah, walaupun hal ini masih

dapat dikatakan sangat kurang.
Lalu dalam kegiatan penulis di Pantai Balekambang, penulis menemukan sebuah
fenomena yang tidak asing, yaitu sampah. Setelah penulis mengelilingi Pantai Balekambang,
penulis mampu memberikan sebuah pernyataan bahwa kebanyakan sampah di Pantai
Balekambang berbentuk sampah plastik. Seperti bekas bungkus Pop Mie, botol mineral
dengan berbagai merk, plastik minuman, plastik makanan, dan banyak lagi jenis plastik yang
ada. Sampah-sampah tersebut tercecar di sepanjang Pantai Balekambang. Ironisnya, tempat
sampah yang ada tidak dipenuhi dengan sampah-sampah tersebut. Bahkan penulis melihat
perilaku pengunjung dengan membuang serta meninggalkan sampah di pasir pantai. Lalu,
penulis memulai gerakan LISA (Liat Sampah Angkat) dengan berkeliling menjadi 3 tim yang
tersebar untuk memungut sampah-sampah tersebut agar manjadi percontohan untuk para
pengunjung yang ada.
Hasilnya, ternyata pengunjung ikut serta dalam membuang sampah di tempat yang
penulis siapkan. Walaupun jumlah pengunjung yang tergerak terhitung sangat sedikit, tetapi
penulis melihat bahwa pola perilaku tersebut dapat ditularkan kepada orang lain. Bahwa
kesadaran diri merupakan sebuah hal yang tidak lazim untuk ditemui, terutama di tempat
wisata alam seperti Pantai. Pengelola yang kami temui pun mengapresiasi usaha proyek LISA
yang mereka harapkan mampu mengubah sedikit perilaku merusak pengunjung. Meski
menurut pengelola bahwa usaha yang dilakukan sudah maksimal namun masih terdapat
penemuan bahwa fasilitas kebersihan sangat minim adanya. Jarang ditemui tempat
pembuangan sampah di sepanjang pantai. Menjadi sebuah tamparan bagi pengelola,
mengetahui bahwa mereka terlena dengan infrastruktur, tetapi melupakan kebersihan yang
merupakan faktor vital dalam wisata alam seperti Pantai.
2.2.3 Bank Sampah Malang
Penulis kali ini menjelaskan dinamika kegiatan yang ada di Bank Sampah Malang
(BSM). Bank Sampah Malang merupakan lembaga yang berbadan hukum koperasi
bekerjasama dengan pemerintahan Kota Malang dan CSR PT. PLN Distribusi Jawa Timur.
Bank sampah ini dibentuk untuk mengurangi sampah di tempat pembuangan sampah ataupun
tempat pembuangan akhir. Saat di rintis pertama kali tahun 2011 BSM didukung penuh oleh
Bapak Peni Suparto, M.AP selaku Walikota Malang, Dinas Kebersihan & Pertamanan, Ketua

TPP PKK saat itu Hj. Heri Pudji Utami, M.AP dan beberapa orang yang peduli lingkungan.3
Bank sampah merupakan program kerja yang berbasis 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle)
untuk mengubah perilaku masyarakat menuju lingkungan Kota Malang yang ber-BSM
(Bersih, Sejuk, dan Manfaat). Dengan adanya BSM sampai saat ini sampah yang ada di Kota
Malang berkurang menjadi berkurang sebanyak 25%.
Penulis melakukan proyek di Kantor Pusat BSM tanggal 21 Mei 2018. Kedatangan
penulis ke tempat ini merupakan opsi setelah batalnya kegiatan di BSM M 162 RT 01 RW 07
Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, Kota

Malang. Hal tersebut karena sebelumnya BSM

M 162 yang sudah menyetujui dan mendukung kegiatan penulis tidak memberikan
konfirmasi pada hari pelaksanaan. Sampah yang dibawa ke Kantor BSM adalah sampah yang
telah penulis kumpulkan dari Pantai, Car Free Day Ijen, sampah pribadi, dan bahkan
sumbangan dari rekan lainnya. Sampah yang penulis bawa merupakan sampah anorganik
seperti botol plastik, kaleng, dan kertas. Di BSM penulis melihat kegiatan dalam
pengelolahan sampah mulai dari tahap pengumpulan berdasarkan jenis sampah,
penimbangan, pembersihan jenis sampah, penggilingan, hingga bentuk pajangan hasil akhir
kerajinan. Penulis juga mendapatkan penjelasan oleh Bapak Yudi selaku salah satu karyawan.
Hasil kerajinan sampah dijadikan tas sekolah, tempat sampah, sandal, dan lain-lain. Terdapat
total 18 karyawan yang bekerja di Bank Sampah Malang.
Sampah-sampah yang ada di BSM berasal tabungan sampah dari setiap anggota.
Untuk keanggotaan sendiri terdapat 600 BSM kelompok yang beranggotakan minimal 20
orang serta keanggotaan yang bersifat individu. Pengambilan sampah diambil oleh pihak
BSM menggunakan transportasi pemerintah seperti truck dan pick up. Pengambilan sampah
di masing-masing anggota biasanya setelah anggota tersebut menginformasikan pihak BSM
dalam waktu 2 sampai 3 hari sebelumnya. Pelayanan untuk pengambilan sampah dilakukan
jika minimal sampah mencapai 100 kg. BSM juga bekerjasama dengan CSR tugasnya
mendaur-ulangkan sampah tersebut untuk dijadikan barang siap pakai. BSM juga
mengadakan pelatihan mendaur-ulang sampah pada saat itu tanggal 21 Mei 2018 pelatihan
tersebut ada di salah satu hotel di Malang.
Pak Yudi menjelaskan cara sampah yang belum didaur ulang sampai selesai menjadi
barang kembali dan cara menimbang sampah yang benar. Di BSM sampah tersebut tidak
hanya sampah langsung masuk ditumpuk ternyata memiliki semacam kode. Buku tulis
3

Jurnal Malang, 2018, Bank Sampah Malang (BSM) Jadi Percontohan Nasional, terdapat dalam
http://www.jurnalmalang.com/2013/12/bank-sampah-malang-bsm-jadi-percontohan.html, diakses pada 24 Mei
2018.

kodenya K1, kertas HVS kode K2, Koran kode K3,kertas semen kode K4, kertas duplex kode
K5, plastik kode P14. Setelah itu penulis diajak berkeliling untuk melihat prosesnya dari
penimbangan sampah, pemilahan sampah menurut kode, pembersihan sampah dan yang
terakhir penghancuran sampah di mesin penggiling. Sampah yang penulis bawa sebelumnya
sudah dicatat dan ditimbang oleh Bapak Yudi kurang lebih beratnya 8,5 kg dan bernilai
dengan uang sebesar Rp. 15.000 yang setelahnya penulis sumbangkan ke Masjid Muhajirin di
Jalan Sigura-gura.
2.2.4 Lingkungan FISIP
Dalam proyek LISA (Lihat Sampah Angkat) penulis memulai dengan langkah yang
paling sederhana yaitu memungut sampah yang ada di dalam kelas dan membuangnya setelah
kelas berakhir. Kegiatan ini memang kegiatan yang paling sederhana dan dapat dilakukan
tanpa perlu adanya proyek. Namun sayangnya langkah sederhana tersebut masih sangat sulit
dilaksanakan oleh sebagian besar mahasiswa. Jumlah barang yang mahasiswa bawa di kelas
tidak sebanyak barang yang mereka bawa keluar kelas. Sebagai kelompok yang mengangkat
tema sampah, penulis melaksanakan pemungutan sampah setelah berakhirnya kelas hampir
setelah kegiatan belajar mengajar berakhir. Dimulai dengan pribadi untuk mengangkat
sampah, kegiatan ini juga dibantu oleh beberapa mahasiswa lainnya walaupun belum
semuanya bergerak.

2.3 Analisa Pencapaian Kegiatan
2.3.1 Car Free Day
Untuk analisa pencapaian disini penulis menggunakan kondisi sebelum dan sesudah
kegiatan kampanye. Terdapat perbedaan yang sangat mencolok dimana pada saat kegiatan
turun lapangan sebelum memulai kegiatan, penulis berkeliling area sekitaran Car Free Day
Ijen dan dapat melihat banyaknya sampah yang tidak dibuang pada tempatnya oleh para
pengunjung. Pada saat akan memulai kegiatan, cukup banyak pengunjung yang melihat aksi
penulis dan memberikan respon positif yang ditunjukkan melalui ikut membantu membuang
sampah pada tong sampah serta trash bag yang penulis sediakan. Tidak hanya itu, namun
terdapat perbedaan yang terlihat di sepanjang jalan Ijen yang sebelumnya ditemukan banyak
sampah berserakan akhirnya lebih bersih. Pada akhirnya tempat sampah tersebut penulis
letakkan di titik-titik dimana para pengunjung meletakan sampahnya. Sehingga para
pengunjung tidak perlu bingung dimana harus membuang sampah karena sudah penulis

sediakan. Alhasil, banyak pengunjung yang menggunakan tong sampah yang penulis sudah
sediakan untuk membuang sampah.
2.3.2 Pantai
Penulis telah mencapai tujuan kegiatan awal dari kegiatan proyek di Pantai
Balekambang ini. Poin utamanya adalah perbedaan sebelum dan sesudah pelaksanaan project
ini. Saat penulis melakukan kegiatan proyek LISA di lokasi, banyak pengunjung yang
melihat kegiatan kami dan secara tidak langsung beberapa pengunjung membuang sampah
yang dimiliki ke tempat sampah yang ada. ada juga yang menawarkan untuk membuang
sampah di plastik sampah saat penulis melewati para pengunjung. Dengan kegiatan yang
penulis lakukan banyak pengunjung yang mulai menyadari untuk membuah sampah pada
tempat yang telah disediakan. Setelah kegiatan pemungutan sampah di pantai jumlah sampah
yang berserakan di sekitar pantai dan are parker mulai bersih kembali. Penulis juga berhasil
membuat kesadaran para pengunjung di Pantai Balekambang bahwa sampah yang dibawa
tidak boleh dibuang sembarangan agar ekosistem dan keindahan pantai terjaga.

2.3.3 Bank Sampah Malang
Sebelumnya penulis menargetkan untuk menyumbangkan 5 kg sampah untuk
diberikan kepada Bank Sampah Malang. Sampah yang akan disumbangkan adalah hasil dari
produksi sampah masing masing anggota kelompok dan juga berasal dari sumbangan
beberapa mahasiswa FISIP Brawijaya. Sampah yang dikumpulkan harus bermaterial plastik
seperti botol plastik, atau yang bermaterial kertas conntohnya kardus atau kertas hvs. Dari
rentang 1 minggu penulis dapat mengumpulkan sebanyak 8,5 kg sampah. Lebih detailnya
jumlah sampah dengan kode K5 sebanyak 3 Kg, Jumlah sampah dengan kode K3 sebanyak 2
Kg, dan jumlah sampah dengan kode P14 sebanyak 3.5 Kg. kunjungan ke BSM juga
memberikan ilmu baru bagi penulis dalam pemahaman terhadap sampah.
2.3.4 Lingkungan FISIP
Berdasarkan indikator yang telah penulis paparkan pada bab sebelumnya pencapaian
yang berhasil proyek ini capai adalah perbedaan pra dan pasca pelaksanaan aktivitas proyek
seperti pada indikator pertama. Setelah adanya kegiatan proyek, penulis secara pribadi
semakin hari semakin banyak mengangkat sampah yang berceceran. Begitu pula dengan
lingkungan setelah terlaksananya kegiatan belajar – mengajar di kelas. Jumlah sampah yang
dibiarkan berceceran semakin sedikit. Selain itu, terdapat beberapa mahasiswa juga semakin

tergerak untuk membuang sampah pada tempatnya, sesuai dengan indikator ketiga.

2.4 Hambatan Kegiatan dan Solusi
2.4.1 Car Free Day
Minimnya fasilitas kebersihan Car Free Day ini penulis temukan di dalam kegiatan
mingguan ini yang terletak di sepanjang jalan Ijen dan Pahlawan Trip kota Malang. Penulis
menemukan banyak sekali sarana tempat sampah yang belum tersedia di setiap sudut area car
free day Ijen Malang. Melihat ukuran kegiatan CFD yang tidak kecil serta jumlah pengunjung

yang ramai, penulis merasa kurangnya fasilitas kebersihan menjadi hambatan. Setelah
memungut sampah yang kotor, penulis kebingungan untuk membuangnya di tempat sampah
mana. Akhirnya penulis memadatkan sampah kemudian di buang pada tempat yang telah
tersedia. Untuk sampah yang tidak muat penulis tetap letakkan di plastik dan dijejerkan
berdekatan dengan tempat sampah.
Hambatan kedua adalah mitra kerja sama. Penulis pada awalnya berencana untuk
bekerja sama dengan pihak OSOJI dimana komunitas ini peduli terhadap kebersihan kota
sehingga salah satu kegiatannya adalah aksi pungut sampah. Namun dikarenakan satu dan
lain hal penulis tidak dapat bekerja sama dengan pihak OSOJI. Sebagai gantinya, penulis
sendiri yang turun tangan serta mampu bekerja sama dengan pihak Dinas Perumahan dan
Pemukiman Kota Malang dan dalam mengelolah sampah yang sudah di kumpulkan penulis
dibantu oleh pihak Bank Sampah Malang (BSM). Melalui beberapa kendala tersebut penulis
memberikan solusi dengan turun ke lapangan secara langsung dan melakukan kampanye
dengan berjalan mengelilingi wilayah car free day Ijen dengan mengumpulkan sampah
mengunakan trash bag dan tempat sampah yang penulis bawa untuk proyek LISA. Penulis
juga meletakan tong sampah yang penulis bawa di beberapa titik area CFD Ijen Malang dan
melakukan kampanye dengan Dinas Perumahan dan Kawasan Pemukiman Kota Malang.
2.4.2 Pantai
Dalam kegiatan proyek LISA di Pantai Balekambang, penulis telah menemukan
beberapa hambatan. Hambatan tersebut juga menjadi penghambat dalam pengelolaan dan
juga pembersihan tempat wisata yang eksotis ini. Pantai Balekambang menjadi sebuah
percontohan dalam pengelolaan tempat wisata pantai di daerah Malang Selatan dikarenakan
memiliki jumlah pengunjung yang ramai setiap harinya. Hambatan yang penulis temukan
berupa jarak lokasi dengan TPA terdekat sangat berjauhan sehingga menimbulkan sebuah

biaya sendiri untuk membawa sampah yang berada di Pantai setiap harinya. Jumlah
pengunjung yang melebihi kapasitas tempat sampahnya, hal ini menjadi hambatan
dikarenakan antisipasi dari pengelola dan kenyataan yang ada sangat berbeda. Dimana
pengelola mengharapkan untuk mampu menampung sampah setiap harinya sebanyak 100
orang pengunjung. Pada kenyataannya jumlah tersebut sudah dilewati sangat jauh sekitar
120-200 orang pengunjung setiap harinya.
Lalu, kesadaran pengunjung dalam menjaga kebersihan. Dalam hal ini penulis melihat
pola perilaku pengunjung di Pantai balekambang, dari kesempatan yang ada untuk kegiatan,
penulis menemukan bahwa pola perilaku bermain sangat penting. Mengingat keberadaan
tempat sampah yang tersedia tetapi pembuangan masih dilakukan di tempat yang bukan
seharusnya. Hal ini menjadi sebuah hambatan untuk menjaga kebersihan pantai dan
ekosistem laut sekitarnya, melihat banyaknya tanda-tanda himbauan dari pengelola tentang
pentingnya ketertiban dalam membuang sampah. Tentu, kesadaran pengunjung jauh lebih
berperan untuk mengantisipasi hal tersebut. Itu merupakan beberapa hambatan proyek LISA
dalam melakukan kegiatan pembersihan sampah dan penyadaran elemen di Pantai
Balekambang tentang kebersihan dan pentingnya ekosistem laut untuk selalu dalam keadaan
sehat. Berdasarkan hambatan tersebut, solusi yang penulis lakukan adalah dengan
memberikan contoh untuk mengubah perliku pengunjung. Meski tidak semuanya ikut
bergerak, banyak pengunjung yang memungut kembali sampah yang sempat mereka buang.
2.4.3 Bank Sampah Malang
Selama melaksanakan kegiatan proyek di Bank Sampah Malang tidak terdapat
hambatan yang begitu berarti untuk menghalangi pelaksanaan kegiatan ini. Namun demikian,
masih terdapat segelintir hambatan yang membuat kami harus menyelesaikan permasalahan
tersebut sendiri. Berikut hambatan yang penulis alami beserta dengan solusinya:
1. Komunikasi yang kurang baik
Seperti halnya yang sudah tertera di proposal, Bank Sampah Malang (BSM) M
162 yang terletak di RT 01 RW 07 Kelurahan Gadang, Kecamatan Sukun, Kota
Malang seharusnya menjadi mitra kerjasama. Penulis sebelumnya sudah
menghubungi pihak Bank Sampah Malang M 162 dan mendapatkan respon yang
positif terlebih karena sudah menjadi mitra pada proyek sebelumnya. Namun yang
menjadi kendala adalah saat hari yang ditentukan untuk melakukan proyek, yaitu
menyumbangkan sampah dan mempelajari sistematika kerja BSM 162 penulis
tidak mendapatkan konfirmasi oleh pihak tersebut. Karena sudah siap dengan

sampah yang akan disumbangkan akhirnya penulis berinisiatif untuk berkunjung
ke kantor pusat Bank Sampah Malang yang beralamat di Jalan S. Supriyadi No 38
Malang. Penulis memilih opsi ini karena pada siang hari itu masih dalam jam
kerja dan sekiranya proyek sumbangan sampah ini tetap dapat terlaksana
meskipun terjadi pergantian lokasi. Selain itu, Kantor BSM pusat juga memiliki
sistematika yang hampir sama dan bahkan lebih terstruktur. Penulis tidak
langsung datang ke BSM M 162 dikhawatirkan contact person yang sebelumnya
sudah berhubungan dengan penulis sedang memiliki kepentingan lain maka dari
itu tidak dapat mengkonfirmasi bahwa akan menerima penulis di BSM M 162
pada hari itu.
2. Dokumentasi yang tidak maksimal
Dikarenakan penulis yang datang pada hari itu juga, para pegawai yang berada di
tempat penimbangan sampah tidak sempat untuk berganti pakaian ke pakaian
yang lebih formal untuk nantinya di dokumentasi bersama dengan penulis. Selama
proses penyumbangan sampah, penulis tidak bisa mengambil dokumentasi saat
Bapak Yudi memberikan penjelasan. Hal ini dikarenakan Standar Operasional
Prosedur (SOP) yang mengharuskan proses dokumentasi menggunakan seragam
BSM. Untuk itu, penulis mendokumentasikan beberapa sesuai dengan penjelasan
dari Bapak Yudi.

2.4.4 Lingkungan Fisip
Hambatan kegiatan yang terasa selama menjalankan proyek adalah sikap mahasiwa
yang kurang peka terhadap lingkungan, bahkan dengan sampah yang dibawanya sendiri.
Proyek tidak akan dapat berjalan maksimal jika hanya dilakukan oleh satu pihak saja. Sebagai
solusinya, penulis memulai dengan anggota kelompok untuk memungut sampah setelah kelas
bersama dengan mahasiswa yang memiliki kepedulian. Meskipun tidak semua mahasiswa
tergerak, setidaknya pelaksanaan kegiatan dengan pihak yang memiliki kepedulian dapat
dijadikan solusi dalam mengurangi sampah di FISIP.

2.5 Rekomendasi Kebijakan
Berdasarkan proyek yang telah penulis lakukan, terdapat beberapa hal di lapangan
yang kiranya perlu mendapatkan saran dalam bentuk kebijakan. Berikut rekomendarikan
kebijakan yang penulis tawarkan:

1. Alokasi sampah CFD ke Bank Sampah Malang
Berdasarkan data yang kami dapatkan dari Bank Sampah Malang, sampah –
sampah yang terkumpul berasal dari individu dan sekitar 600 kelompok BSM yang
tersebar di daerah Malang. Sementara CFD memiliki sistem pembuangan yang
berbeda. Terdapat tempat sampah di CFD yang memisahkan jenis sampah namun saat
penulis melihat isinya ternyata sering tercampur antara sampah anorganik dan sampah
organik di masing-masing tempat sampah. Selain itu, terdapat banyak sampah
anorganik yang kotor. Jikapun sampah dipisahkan, saat pengangkutan tersebut
sampah seringkali disatukan untuk ke proses pembuangan akhir.
Penulis menilai jika sampah diberikan ke BSM maka prosesnya akan lebih
sistematis. Sampah yang ada dialokasikan ke BSM akan juga tetap akan dipilah secara
terperinci. Bukan lagi tentang organik atau anorganik namun sudah pada tahap pada
jenis sampah yang lebih spesifik seperti sampah hvs, sampah kertas buku, sampah
botol bening, botol berwarna, dan lain-lain. BSM yang diinisiasi oleh pemerintah kota
dan CFD yang dibawahi oleh Dinas Lingkungan Hidup Kota Malang dapat membuat
kolaborasi dalam bentuk kebijakan pemerintah terkait alokasi sampah. Maksud dari
rekomendasi kebijakan ini adalah agar setiap minggunya saat CFD berakhir akan ada
truk dan mobil pick up dari BSM yang mengangkut sampah. Sampah tersebut oleh
BSM dapat dipilah dan didaur ulang.
2. Penyediaan stand BSM di acara CFD setiap minggu
Stand ini dibuat agar setiap kerajinan hasil daur ulang sampah oleh BSM dapat
dilihat dan diperjualkan kepada masyarakat yang datang ke CFD. Kegiatan ini
memang tidak akan mengubah perilaku masyarakat secara langsung dan instan.
Namun kegiatan ini memiliki beberapa keuntungan yang didapatkan. Keuntungan
pertama , kerajinanan hasil daur ulang dapat dibeli oleh lebih banyak masyarakat yang

datang ke CFD. Selama ini penjualan kerajinan hanya terpusat di kantor BSM dengan
nilai penjualan yang tidak terlalu tinggi dari masyarakat itu sendiri.
Keuntungan kedua , kesadaran masyarakat terhadap lingkungan khususnya
masalah sampah akan meningkat dari waktu ke waktu. Meskipun tidak instan,
setidaknya akan semakin banyak masyarakat yang melihat bahwa sampah dapat
dijadikan barang yang berguna melalui kegiatan ini. Karena jika hanya dilakukan
sosialisasi tanpa melihat hasil dari kegiatan tersebut masyarakat cenderung akan
mengabaikannya. Dan keuntungan ketiga, akan berkurangnya sampah di Malang.
Bagi masyarakat yang ingin menjadi anggota BSM secara kelompok ataupun individu

juga dapat mendaftar di stand BSM yang ada di CFD. Selama ini BSM sudah mampu
berpartisipasi dalam pengurangan 25% sampah di Malang. Semakin banyaknya
anggota makan presentasi sampah yang mencemari lingkungan dapat semakin
berkurang. Pengelolaan sampah akan semakin bagus dengan semakin banyaknya
anggota yang terlibat.
3. Keikutsertaan FISIP sebagai kelompok BSM
Kelompok BSM FISIP akan terdiri dari anggota koperasi dan petugas
kebersihan. Masing-masing akan mengumpulkan sampah anorganik yang ada di
FISIP. Setiap dua minggu sekali atau satu bulan sekali akan ada pengambilan sampah
oleh BSM. Hal ini memungkinkan mengingat setiap harinya tempat sampah di dalam
maupun luar gedung selalu penuh dengan sampah, terutama dalam bentuk botol
plastik. Setelah menjadi anggota, BSM FISIP akan memiliki tabungan di BSM yang
nantinya akan dikelola bersama yang diketuai oleh Korepasi sebagai pihak yang tetap
mencatat jumlah sampah anggotanya. Dengan begitu, jumlah sampah yang ada akan
digunakan dengan maksimal dan tidak dibuang begitu saja. Petugas kebersihan juga
tetap mendapatkan gaji untuk membersihakan lingkungan FISIP dan mendapatkan
tambahan dari hasil tabungan sebagai anggota BSM.
4. Revitalisasi Kebijakan Denda Pembuangan Sampah
Kebijakan untuk memberikan denda kepada pihak yang membuang sampah
sembarangan memang sudah ada. Namun sayangnya peraturan ini tidak mengikat
dikarenakan oleh masih banyaknya pihak yang membuang sampah sembarangan dan
tidak ada pihak yang mengontrolnya. Penulis menghimbau kepada pemerintah untuk
bekerja sama dengan stasiun TV Jawa Timur dan Radio yang ada untuk
menginformasikan hal tersebut. Selain itu, pemerintah Kota Malang dapat
menggandeng Kakang dan Mbakyu Kota Malang untuk mempromosikan kebijakan
tersebut.
5. Penambahan Fasilitas Tempat Sampah di Ruang Publik
Tempat sampah merupakan fasilitas yang sangat membantu menjaga
lingkungan agar tetap bersih. Sayangnya, di Malang pada tempat umum masinh
kurang terdapat tempat sampah. Dengan adanya tempat sampah yang semakin banyak
maka kemauan untuk membuang sampah pada tempatnya akan meningkat.

BAB III
KESIMPULAN
Istilah sampah pasti sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Jika mendengar istilah
sampah, pasti yang terlintas dalam benak kita adalah setumpuk limbah yang menimbulkan
aroma busuk yang sangat menyengat. Bagi kita manusia, sampah menjadi masalah bersama
yang tak dapat dihindari lagi dalam kehidupan kita masing-masing. Sudah terlalu banyak hal
– hal yang disosialisasikan terkait dengan sampah, mulai dari dampak baik positif maupun
negatif, hingga masalah lain yang akan ditimbulkan oleh sampah. Bisa kita akui bahwa hanya
segelintir orang saja yang sadar akan kebersihan lingkungan tempat tinggal dan sekitarnya,
sehingga tak heran sampah menjadi masalah utama yang menjadi fokus oleh pihak-pihak
yang berpihak pada lingkungan alam bahkan pemerintah setempat pun harus mengeluarkan
kebijakan terkait tata tertib dalam pembuangan sampah. Hal inilah yang kemudian
berkembang dan akhirnya sistem global pun ikut fokus dalam penanganan masalah sampah,
karena masalah sampah adalah masalah bersama, dari tingkat lokal hingga global.
Kebijakan Bank Sampah Malang merupakan agenda global yang ada pada
Sustainable Development Goals poin 13 yaitu climate action. Agenda yang sudah dirativikasi

oleh Indonesia ini diturunkan ke tingkat daerah, termasuk Malang. Namun sayangnya, agenda
global yang sudah dijalani terkait dengan masalah lingkungan nyatanya belum efektif karena
hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu. lingkungan saat ini untuk dieksploitasi bukan
untuk kesejahteraan warga dunia. Untuk itu, sudah banyak program internasional yang
mencoba untuk menyelamatkan lingkunga, tapi nyatanya hanya akan merusak kembali
lingkungan yang dimanfaatkan oleh manusia. Harusnya suatu hal yang menjadi milik
bersama merupakan tanggung jawab bersama bukan hanya dan untuk pihak tertentu.
Dalam isu lokal, penulis melihat bahwa tempat-tempat umum yang digunakan
bersama menjadi objek untuk melihat bagaimana masyarakat yaitu orang-orang yang
menggunakan serta berkunjung ke tempat tersebut menggunakannya dengan salah dengan
membuang sampah tidak pada tempatnya. Penulis dalam proyek ini mengambil CFD Ijen,
Pantai Balekambang, serta Lingkungan FISIP karena banyak sekali sampah yang ditemukan
di tempat-tempat tersebut. Banyak hal yang sudah dilakukan oleh penulis agar masyarakat
yang berkunjung ke CFD Ijen dan Pantai Balekambang bisa memperbaiki habit buruk yang
sering dilakukan, yang kiranya bisa sedikit menimbulkan perubahan dan membawa manfaat
bagi masyarakat. Dilema yang seringkali dijadikan sebagai alasan adalah tempat umum,
lahan, maupun gedung yang dipakai bersama “menjadi tanggung jawab siapa? ” “Apakah
tanggung jawab bersama atau bukan sia

Dokumen yang terkait

STUDI PENJADWALAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA (RAB) PADA PROYEK PEMBANGUNAN PUSAT PERDAGANGAN CIREBON RAYA (PPCR) CIREBON – JAWA BARAT

34 235 1

STUDI PERTUKARAN WAKTU DAN BIAYA PADA PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG PERPUSTAKAAN UMUM KABUPATEN PAMEKASAN

5 158 1

KEBIJAKAN BADAN PENGENDALIAN DAMPAK LINGKUNGAN DAERAH (BAPEDALDA) KOTA JAMBI DALAM UPAYA PENERTIBAN PEMBUANGAN LIMBAH PABRIK KARET

110 657 2

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25

DAMPAK INVESTASI ASET TEKNOLOGI INFORMASI TERHADAP INOVASI DENGAN LINGKUNGAN INDUSTRI SEBAGAI VARIABEL PEMODERASI (Studi Empiris pada perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2006-2012)

12 142 22

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN

0 5 10

MAKALAH PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP

1 3 7

PENGARUH HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN TERHADAP TINGKAT APLIKASI NILAI KARAKTER SISWA KELAS XI DALAM LINGKUNGAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 1 SEPUTIH BANYAK KABUPATEN LAMPUNG TENGAH TAHUN PELAJARAN 2012/2013

23 233 82

PENGAWASAN OLEH BADAN PENGAWAS LINGKUNGAN HIDUP KOTA BANDAR LAMPUNG TERHADAP PENGELOLAAN LIMBAH HASIL PEMBAKARAN BATUBARA BAGI INDUSTRI (Studi di Kawasan Industri Panjang)

7 72 52