Makalah Sosiolisasi di Media Massa

Media
Massa
Sebag
ai
Media
Sosiali
sasi

SEKOLAH SMAN NEGERI 4 KAB.
TANGERANG TAHUN AJARAN 2015-2016
NAMA KELOMPOK :
1. Sonia Lutfiana Zulfi
2. Wildan Febi Al Habib Rachman
3. Devita Anjani
4. Pandu Purnama Fadillah
5. Melika Trisna Sinaga
6. Ivan Jonathan Hutagalung
7. Novia Sandini
8.

Indah Ayu Karuniawati


9. Yudistira Dwi Putra
10. Dhani Eza Pratiwi

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
rahmat dan karunia-Nya maka makalah Sosiologi ini dapat diselesaikan tepat
waktu. Makalah yang berjudul “Media Massa Sebagai Media Sosialisasi” ini
bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat pada mata pelajaran Sosiologi dan
memberikan informasi tentang peran media massa dalam sosialisasi. Penulis
menyadari makalah ini masih belum sempurna, sehingga penulis sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua rekan pelajar, guru
pengajar, dan guru pembimbing.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua.
Tangerang, 24 Januari 2015

DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL……………………………………………………………………………………………………
i
KATA
PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………........
ii
DAFTAR
ISI…………………………………………………………………………………………………………………………..
iii
Sosialisasi……...……………………………………………………………………………………………………….
Agen Sosialisasi…..………………………………………………………………………………………………….
Media Massa Sebagai Media Sosialisasi………………………………………………..……............
Peran Vital Media Massa Dalam Kehidupan…………………………………………………….......
Dampak Positif Dan Negatif Media Massa Sebagai Media Sosialisasi………..……....
KESIMPULAN…………………………………………………………………………………………………………
PENUTUP……………………………………………………………………………………………………………….

Sosialisasi
Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan
dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah
sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (role theory). Karena dalam

proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu.

Agen Sosialisasi
Agen sosialisasi adalah pihak-pihak yang melaksanakan atau melakukan sosialisasi. Ada lima
agen sosialisasi yang utama, yaitu keluarga, teman sepermainan, lingkungan kerja, media massa,
dan lembaga pendidikan sekolah. Dalam makalah ini, penulis hanya menjelaskan tentang media
massa sebagai media sosialisasi.

Media Massa Sebagai Media Sosialisasi
Pada kehidupan masyarakat modern, komunikasi merupakan suatu kebutuhan yang sangat
penting terutama untuk menerima dan menyampaikan informasi dari suatu pihak ke pihak lain.
Media massa merupakan bentuk komunikasi dan rekreasi yang menjangkau masyarakat secara
luas sehingga pesan informasi yang sama dapat diterima secara serentak dan sesaat. Media
massa terdiri dari media cetak (surat kabar, brosur, baleho, buku, majalah, tabloid) dan media
elektronik (radio, televisi, video, film, piringan hitam, kaset, CD/DVD). Media massa
diidentifikasikan sebagai media sosialisasi yang berpengaruh pula terhadap perilaku masyarakat.
Pesan-pesan yang ditayangkan melalui media elektronik dapat mengarahkan masyarakat ke arah
perilaku prososial maupun antisosial.
Penayangan berkesinambungan mengenai laporan perang seperti laporan Perang Teluk,
Perang di Somalia dan Sudan, penayangan film-film seri yang menonjolkan kekerasan, dianggap

sebagai salah satu faktor yang mendorong perilaku agresif pada anak-anak yang melihatnya.
Demikian juga penayangan adegan-adegan yang berbau pornografi dan pornoaksi di layar
televisi sering dikaitkan dengan perubahan moralisasi serta peningkatan pelanggaran susila
dalam masyarakat.
Media massa diyakini dapat menggambarkan realitas sosial dalam berbagai aspek kehidupan.
Meskipun untuk itu, informasi atau pesan (message) yang ditampilkannya sebagaimana dapat
dibaca di surat kabar atau majalah, didengarkan di radio, dilihat di televisi atau internet telah
melalui suatu saringan(filter) dan seleksi dari pengelola media itu untuk berbagai
kepentingannya (misalnya : untuk kepentingan bisnis atau ekonomi, kekuasaan atau politik,

pembentukan opini publik, hiburan (entertainment), hingga pendidikan.
Terlepas dari berbagai kepentingan yang melatarbelakangi pemunculan suatu informasi atau
pesan yang disajikan oleh media massa, kiranya tidak dapat dipungkiri lagi bahwa pada masa
kini pertemuan orang dengan media massa sudah tidak dapat dielakkan lagi. Tidaklah
berlebihan kiranya apabila abad ke-21 disebut sebagai abad komunikasi massa. Pesatnya
perkembangan media informasi dan komunikasi, baik perangkat keras
(hardware) maupun perangkat lunak (software), akan membawa perubahan
peranan sebagai penyampai pesan/informasi.
Media massa merupakan salah satu agen sosialisasi yang paling berpengaruh. Faktor-faktor
yang menyebabkan pemilihan media massa sebagai media sosialisasi antara lain :

a) Media massa, khususnya televisi, telah begitu memasyarakat.
b) Media massa berpengaruh terhadap proses sosialisasi.
c) Orang-orang lebih mengandalkan informasi yang berasal dari media
massa daripada dari orang lain.
d) Para orang tua dan pendidik, baik secara sendiri-sendiri maupun secara bersama-sama, dapat
meminimalisasikan pengaruh negatif media massa dan mengoptimalkan dampak positifnya.
Jam siaran yang tersedia bagi acara-acara khusus untuk anak-anak yang ditayangkan TVRI dan
televisi swasta jumlahnya masih sangat terbatas. Sedangkan banyak di antara acara yang
tersedia bagi orang dewasa umum ikut ditonton oleh anak, memuat banyak adegan
pembunuhan, pemerkosaan, penganiayaan, serta bentuk kekerasan lainnya.
Sebaliknya banyak acara film kartun yang disediakan untuk ditonton anak-anak pun sering
memuat adegan kekerasan dan sadis seperti penganiayaan dan pembunuhan. Dikhawatirkan
adegan-adegan semacam itu dapat mempengaruhi pola perilaku anak Indonesia, khususnya di
kota- kota besar.
Pesan-pesan yang dipelajari dari setiap pelaku sosialisasi tidak selalu sepadan satu dengan
yang lain. Apa yang diajarkan oleh keluarga bisa jadi berbeda dengan apa yang diajarkan oleh
kelompok sepermainan, sekolah, ataupun media massa.
Contohnya :
Seorang anak dilarang keras oleh keluarganya merokok sebab dapat membahayakan tubuhnya.
Namun, di lingkungan sepermainan(peergroup) anak itu tidak dapat menolak ajakan temannya

untuk merokok.

Selain itu, ada beberapa iklan komersial produk rokok yang ditayangkan di televisi, justru
membangkitkan semangat nasionalisme dan paham kebangsaan. Iklan tersebut dikemas sebaik
mungkin untuk menarik perhatian masyarakat. Padahal, pada akhir iklan tersebut terdapat
tulisan kecil “Merokok tidak baik untuk kesehatan. Dapat menyebabkan penyakit jantung,
kanker, impotensi, dan lain-lain.”
Jika pesan-pesan yang disampaikan setiap pelaku sosialisasi sepadan, maka proses sosialisasi
akan belangsung lancar. Sebaliknya, jika saling bertentangan maka akan dijumpai
kecenderungan seseorang mengalami konflik pribadi karena bingung dan terombang-ambing
oleh pelaku-pelaku sosialisasi tersebut, seperti memilih mengikuti ajaran keluarganya, teman
sepermainan, sekolah, lingkungan kerja, ataupun media massa.
Contohnya :
Informasi atau pesan yang diperoleh anak seperti dari internet dapat memicu konflik dalam diri
anak. Hal ini terjadi ketika pesan yang diterimanya bertentanagn dengan pesan yang
diperolehnya dari sosialisasi lain, seperti keluarga.
Sebagai konsekuensi logis dari pemanfaatan media massa sebagai media sosialisasi di tingkat
persekolahan, terdapat paling tidak empat buah efek pemanfaatan media massa, yaitu :
1) Efek kehadiran media massa, yaitu menyangkut pengaruh keberadaan media massa secara
fisik.

2) Efek kognitif, yaitu mengenai terjadinya perubahan pada apa yang diketahui, difahami, atau
dipersepsi siswa.
3) Efek afektif, yaitu berkenaan dengan timbulnya perubahan pada apa yang dirasakan,
disenangi, atau dibenci siswa.
4) Efek behavioral, yaitu berkaitan pada perilaku nyata yang dapat diamati, yang mencakup
pola-pola tindakan kegiatan, atau kebiasaan berperilaku siswa.

Peran Vital Media Massa Dalam Kehidupan
Media massa adalah salah satu wahana terpenting dalam penyebarluasan pengetahuan
dasar mengenai bencana ini. Wahana penting lainnya adalah pendidikan di sekolah-sekolah
yang memperkenalkan penanggulangan bencana alam kepada para murid sejak usia dini.
Secara umum, ada tiga fase dalam langkah-langkah penanggulangan bencana, yaitu fase
prabencana, fase saat bencana terjadi, dan fase pasca- bencana. Dalam hal bencana tsunami

yang menimpa Aceh dan Sumatera Utara, dari ketiga fase ini, menurut pengamatan penulis,
baru pada fase ketiga media massa umumnya memberikan perhatian penuh. Media massa
mengerahkan kru dengan kekuatan ekstra untuk diterjunkan ke lapangan maupun sebagai
“jangkar” di markas besar. Laporan para awak media massa ini diterbit- kan/disiarkan dengan
frekuensi yang tinggi, mengabarkan hampir semua aspek penting yang terkait dengan bencana
ini.

Hasilnya pun patut disebut positif (terlepas dari sejumlah liputan, terutama media televisi,
yang bisa dikategorikan sebagai melanggar etika jurnalistik berkaitan dengan disturbing images
alias gambar-gambar yang menusuk hati) karena berhasil menggerakkan emosi bangsa untuk
ikut merasakan derita para korban, lalu mengulurkan bantuan konkret guna meringankan derita
itu. Liputan luas media massa ini juga berhasil mempertemukan sejumlah keluarga yang semula
tercerai-berai tak berkabar. Namun, keterlibatan media massa pada fase ketiga ini bisa juga
berbuntut negatif apabila dijalankan tanpa pertimbangan yang ekstra hati- hati, antara lain
kecenderungan untuk menjadikan derita para korban sebagai “jualan”, entah untuk kepentingan
bisnis murni atau bisa pula demi kepentingan lain, seperti keuntungan politik dan pencitraan
diri.

Untuk fase kedua, kinerja media massa Indonesia masih mengecewakan. Bencana ini terjadi
pada Minggu pagi, 26 Desember 2004, tetapi sebagian besar media massa Indonesia baru
memperoleh informasinya dengan agak lengkap sekian jam kemudian. Memang ada sejumlah
media, misalnya saja detik.com yang telah memberitakan peristiwa ini sejak pukul 08.30 di
bawah judul “Gempa Berkekuatan Besar Guncang Medan”. Baru pada pukul 10.11, detik.com
memberikan informasi yang menyebutkan Aceh sebagai kawasan yang terkena bencana (di
bawah judul “Banjir Bandang Landa Aceh”).
Televisi Indonesia kelihatan tak sigap memberikan respons. Metro TV termasuk yang paling
awal memberitakannya, tetapi itu pun terpaut cukup jauh sesudah peristiwa terjadi. Sejumlah

televisi lain seperti tak begitu menaruh perhatian, dan baru sore hari bahkan malam harinya
mulai agak gencar memberitakan bencana itu. Ada juga televisi yang baru memberitakannya
sebagai breaking news pada pukul 22.00, sudah amat sangat terlambat dan sama sekali tak
layak lagi disebut sebagai breaking news. Padahal berita ini sudah disiarkan oleh BBC dan CNN
sejak menjelang tengah hari. BBC, menurut penulis, merupakan media yang terdepan
memberitakan bencana ini, bahkan sudah memaparkan sejumlah data penting sebagai
kelengkapan beritanya, misalnya saja data jumlah penduduk di wilayah yang terkena, juga peta
yang relatif lengkap untuk memudahkan pemirsa membayangkan besaran bencana.

Keterlambatan media siaran dalam memberikan respons terhadap peristiwa-peristiwa
penting, seperti bencana alam, agak sulit diterima. Dalam saat-saat genting seperti itu, hanya
media siaranlah yang menjadi andalan utama masyarakat karena media cetak dan media on-line
memiliki keterbatasan dari segi waktu maupun aksesibilitas.
Informasi yang disebarluaskan melalui media secara rutin dan berkala merupakan alat
pendidikan informal bagi masyarakat tentang berbagai aspek yang berkaitan dengan bencana
alam, termasuk cara-cara dasar dan praktis menghadapinya. Salah satunya adalah ihwal
sederhana seperti gejala menyurutnya air laut menjelang datangnya tsunami.

Informasi yang disediakan oleh media massa ini akan menjadi semacam peringatan dini bagi
masyarakat, yang mengingatkan mereka secara terus- menerus bahwa mereka berdiam di

wilayah yang rentan bencana, dan harus bersiaga setiap saat untuk menghadapinya. Media
massa juga bisa memfasilitasi diskusi publik mengenai kesiapan menghadapi bencana dan
bagaimana cara meresponsnya.
Peran media massa sebagai alat penyebarluasan informasi yang utama menjadi sangat
penting dalam penanggulangan bencana. Sejumlah pakar, di antaranya Stephen Rattien,
menyebutkan bahwa komunikasi, terutama komunikasi melalui media massa, merupakan
sesuatu yang sentral dalam upaya menyelamatkan banyak nyawa manusia serta juga
mengurangi penderitaan dan kerugian yang besar secara ekonomi.
Dalam bencana alam yang sulit diramalkan seperti halnya tsunami, agak sulit pula bagi media
massa untuk memberikan peringatan dini. Namun, jika proses sosialisasi informasi tentang
tsunami ini dilakukan secara berkelanjutan, masyarakat akan terus-menerus diingatkan
mengenai ancaman bencana dan akan lebih sigap dalam memberikan respons. Misalnya saja,
masyarakat bisa mengidentifikasi lokasi-lokasi yang memiliki ketinggian berlebih, entah di
rumah para tetangga yang bertingkat atau di daerah perbukitan, sebagai tempat yang dituju
saat menyelamatkan diri.
Sayangnya, tak banyak media yang dengan sadar dan sukarela melakukan proses sosialisasi
seperti ini. Untuk Indonesia, ada beberapa media cetak yang cukup rajin melakukan upaya ini,
misalnya saja Kompas dan Koran Tempo, dengan menggalang informasi secara berkala dari para
pakar bencana, atau lembaga-lembaga resmi yang bertanggung jawab mengurusi masalah ini.
Akan tetapi, untuk radio dan televisi, upaya sosialisasi semacam ini masih jarang terdengar.

Kedua jenis media ini biasanya memberitakan bencana hanya pada saat-saat bencana terjadi
atau memberikan peringatan ketika bencana sudah sangat dekat di depan mata.

Bencana tsunami yang menyisakan derita panjang ini hendaknya dapat dijadikan titik tolak
bagi media massa, khususnya media siaran, untuk meninjau ulang kebijakan pemberitaan
mereka mengenai bencana alam sudah saatnya media massa menempatkan informasi tentang
bencana alam
sebagai salah satu prioritas utama sejak dari fase pra-bencana

Fungsi-fungsi Media Massa
Fungsi media massa secara Universal adalah sebagai berikut:
1. Menyiarkan Informasi
Untuk menyampaikan informasi yang berkaitan dengan peristiwa, gagasan atau pikiran
orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain atau special event.
2. Pesan Informative
Pesan yang informative adalah pesan yang bersifat baru (actual) berupa data, gambar, fakta,
opini dan komentar yang memberikan pemahaman baru atau penambah wawasan terhadap
sesuatu.
3. Fungsi Mendidik (To Educate)
Media massa mendidik dengan menyampaikan pengetahuan dalam bentuk tajuk, artikel,
laporan khusus atau cerita yang memiliki misi pendidikan. Berfungsi mendidik apabila
pesannya dapat menambah pengembangan intelektual, pembentukan watak, penambah
keterampilan atau kemahiran bagi khalayaknya serta mampu memecahkan permasalahan
yang dihadapi masyarakat.
4. Fungsi Menghibur (To Entertain)
Yakni memeriksa pesan yang dapat menghilangkan ketegangan pikiran masyarakat dalam
bentuk berita, cerita pendek, cerita bersambung, cerita bergambar, sinetron, drama, musik,
tari, dan lainnya. Berfungsi menghibur apabila khalayak bisa menghibur atau dapat
mengurangi ketegangan, kelelahan dan bisa lebih santai.
5. Fungsi Memengaruhi (To Influence)
Fungsi memengaruhi pendapat, pikiran dan bahkan perilaku masyarakat inilah yang
merupakan hal penting dalam kehidupan masyarakat. Karena itulah, media yang memiliki

kemandirian (Independent) akan mampu bersuara atau berpendapat, dan bebas melakukan
pengawasam social (Social Control).

Dampak Positif Dan Negatif Media Massa Sebagai Media Sosialisasi
Dampak Posistif:
1. Memberi Informasi Secara Luas
Contoh :
Masyarakat dapat memperoleh informasi secara luas sehingga pesan informasi yang sama
dapat diterima secara serentak dan sesaat dari berbagai sumber-terutama dari media media
massa, apakah dari siaran televisi dan radio (media elektronik), surat kabar dan majalah (media
cetak), komputer pribadi, atau bahkan dari internet.
Televisi pun mempunyai pengaruh positif seperti merangsang interaksi, merangsang
eksperimen dan pertumbuhan mental social anak, serta memperluas cakrawala pengetahuan.
Di banyak Negara termasuk Indonesia, televisi juga dimanfaatkan untuk menayangkan siaransiaran pendidikan, seperti yang dilakukan oleh TVRI, TVI, dan TV Edukasi (TVE). Media massa
berperan sebagai media pendidikan diperlukan untuk membantu guru dalam menumbuhkan
pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Pengalaman langsung siswa di lingkungan
masyarakat, dramatisasi, pameran dan kumpulan benda-benda, televisi dan film, radio
recording, gambar, foto, grafik, bagan, chart, skema, peta, majalah, surat kabar, buletin, folder,
pamflet dan karikatur dalam berbagai ukuran yang sesuai dapat memperluas pengetahuan
siswa.
Dampak Negatif:
1. Penghilangan Privacy
Contoh:
Pemberitaan sebuah kasus perkosaan seorang gadis di kebun tebu oleh media massa di Jawa
Timur pada awal Desember 2007. Sebuah media cetak memuat foto lokasi perkosaan dilengkapi
inset foto wajah si korban. Media itu juga menyebutkan alamat lengkap korban, nama lengkap
korban, dan nama orangtuanya. Ironisnya, sampai sekarang pelakunya belum ditangkap dan
media tidak mempersoalkan hal ini.
2. Meningkatnya Kekerasan
Contoh:
Dalam film, perempuan selalu digambarkan sebagi korban, diperkosa, disakiti. Sosialisasi
kekerasan ini akan menjadi lingkaran setan bila film itu sukses dalam pemasaran, karena akan
memberi inspirasi kepada produser lain untuk memproduksi film yang serupa atau bahkan lebih

keras. Film terakhir yang diputar di India adalah tentang mafia yang diberi nilai humanis untuk
kejahatan bawah tanah yang dilakukannya. Dengan demikian, perempuan mendapatkan haknya
dengan membalas dendam, yang artinya melakukan kekerasan. Dalam sebuah film yang lain,
perempuan digambarkan mencari keadilan dengan membunuh memakai sabit.
Media massa lebih banyak memamerkan kekerasan. Akibatnya, terjadi peningkatan jumlah
dan kecepatan kekerasan. Dalam film cerita mula-mula orang yang berkelahi hanya saling pukul
dengan tinjunya, tetapi kemudian mulai memakai senjata, granat dan alat pembunuh lain.
Adegan perkelahian lalu menjadi hiburan. Kekerasan juga meningkat karena masyarakat
menjadi seperti kecanduan terhadap kekerasan, sehingga terbentuklah spiral kekerasan dalam
media.
Penayangan acara SmackDown di televisi diyakini telah menyebabkan penyimpangan perilaku
anak-anak dalam beberapa kasus
3. Mengubah Gaya Hidup Masyarakat
Contoh:
Iklan-iklan yang ditayangkan melalui media massa mempunyai potensi untuk mengubah pola
konsumsi atau bahkan gaya hidup masyarakat. Media massa pun sering digunakan untuk
mempengaruhi dan bahkan membentuk pendapat umum.
Anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya di depan layar televisi dibandingkan waktu
yang digunakan untuk belajar.
4. Perubahan Moralisasi dan Peningkatan Pelanggaran Susila Dalam Masyarakat.
Contoh:
Penayangan film-film keras dan brutal melalui televisi dapat menimbulkan perilaku yang
keras. Selain itu, dapat pula mempengaruhi sikap dan perilaku agresif pada anak-anak.

KESIMPULAN
Sosialisasi memiliki peranan yang sangat penting bagi kehidupan seorang manusia. Proses
sosialisasi ini berlangsung sejak dia di lahirkan sampai akhir hayatnya. Dalam proses sosialisasi
terdapat berbagai tahapan dimana di setiap tahapan memiliki dampak positif dan juga dampak
negatif. Dengan pemahaman tentang sosialisasi, maka akibat buruk yang di timbulkan dari
proses sosialisasi dapat di atasi.

PENUTUP
Waktu belajar untuk anak hendaknya juga diatur sehingga tidak dihabiskan di muka layar
televisi. Minat anak-anak terhadap siaran televisi yang menayangkan berbagai jenis film,
membuat media ini begitu dominan dalam proses sosialisasi karena anak-anak lebih banyak
menghabiskan waktunya di depan layar televisi dibandingkan waktu yang digunakan untuk
belajar.
Orang tua hendaknya memperhatikan dan ikut memberikan penjelasan-penjelasan terhadap
keinginan anak-anak untuk menonton acara-acara televisi yang kurang layak ditonton.