Tahap Proses Pengolahan Bijih Nikel Late

Tahap Proses Pengolahan Bijih Nikel
Laterite
Pengertian, Definisi Bijih Nikel
Pada lapisan bumi, Genesa endapan nikel terdapat dalam dua bentuk yang bebeda, yaitu nikel
sulfida dan nikel laterite atau nikel oksida dan silika. Bijih nikel sulfida adalah endapan nikel
yang terjadi sebagai mineral kompleks yang mengandung tembaga, dan sedikit logam mulia
dan kobal. Bijih nikel jenis sulfida umumnya ditemukan di negara maju seperti Kanada,
Australia, dan Finladia.
Bijih laterite terjadi sebagai endapan yang massive di permukaan tanah atau tidak jauh di
dalam tanah (sub-surface). Bijih nikel laterite merupakan bijih dengan karakteristik
mineralogis yang cukup kompleks. Bijih nikel jenis laterite banyak terdapat di negara
berkembang, seperti Indonesia, Filipina, Kaledonia baru, dan Dominika.
Sebelum proses ekstraksi, kadar Bijih nikel sulfida yang semula antara 1 – 2 persen dapat
ditingkatkan terlebih dahulu dengan menggunakan metoda konsentrasi menjadi konsentrat
yang berkadar nikel 6-20 persen
Sedangkan bijih nikel laterite dengan karaktteristik mineralogis kompleknya tidak mungkin
untuk ditingkatkan kadarnya dengan metoda konsentrasi konvesional seperti pada
umumnya.`Dengan demikian, dalam pengolahannya, bijih nikel laterit selalu melibatkan
jumlah yang sangat besar dengan kadar nikel yang rendah. Hal ini menyebabkan
pengolahan/ekstraksi bijih nikel laterit menjadi lebih mahal.
Dalam prakteknya, metoda pengolahan bijih nikel laterite dapat dilakukan dengan dua

metoda yang berbeda yaitu hidrometalurgi dan pirometalurgi.
Metoda pirometalurgi umunya diterapkan untuk bijih nikel laterite jenis silika melalui
tahapan pengeringan, reduksi, peleburan pada suhu tinggi. Sedangkan metoda hidrometalurgi
digunakan untuk pengolahan bijih nikel melalui pelindian. Prinsip proses hidrometalurgi
adalah melarutkan logam-logam yang terdapat dalam bijih nikel seperti nikel dan kobal tanpa
terjadinya pelarutan logam lain yang tidak diinginkan seperti logam besi.
Cadangan bijih nikel di Indonesia merupakan bijih jenis laterite. Tersebar dibeberapa daerah
seperti Sulawesi Soroako dan Pomala, Kepulauan Maluku, Pulau Halmahera, Irian Jaya, dan
Kalimantan Timur.

Tahapan Proses Pengolahan Bijih Nikel
Proses pengolahan bijih nikel meliputi beberapa tahap berikut yaitu, perngeringan, peleburan
atau smelting, converting dan granulation, seperti diperlihatkan dalam gambar di bawah.
Contoh pengolahan di bawah merupakan pengolahan bijih nikel melalui jalur pyrometalurgi,
proses pada temperatur tinggi.

Skematika Tahapan proses pengolahan bijih nikel laterite cara pirometalurgi dapat dilihat
pada gambar di bawah.

Diagram Alur Proses Pengolahan Bijih Nikel


Proses Pengeringan/Drying
Proses pengeringan merupakan tahap awal pengolahan bijih nikel dsn dilakukan dengan
menggunakan rotary dryer. Sebagai sumber panas digunakan bahan bakar yang umumnya
minyak residu. Bahan bakar disemprotkan dari arah ujung dan samping dapur pengering.
Pada tahap ini, bijih nikel yang awalnya memiliki kadar air sekitar 35 persen, setelah
dikeringkan kadar airnya menjadi sekitar 20 persen. Setelah pengeringan, bijih nikel dikirim
dan simpan di dalam gudang.

Proses Reduksi/Reduction
Setelah mengalami pengeringan dengan kadar air 20 persen, kemudian bijih nikel diumpan ke
dalam rotary kiln untuk direduksi. Pada tahap awal, kadar air bijih nikel akan berkurang
menjadi nol persen. Kemudian bijih nikel akan mengalami proses reduksi. Proses reduksi
akan mengkonversi bijih nikel oksida menjadi logam nikel dan logam besi.
Bahan reduktor atau pereduksi adalah gas CO dan H2 (gas hidrogen). Gas reduktor ini
dihasilkan dari pembakaran tidak sempurna minyak residu. Pada tahap ini ditambahkan juga
batubara dan diakhir proses ditambahkan sulphur cair.
Produk tahap ini biasa disebut dengan calcine/kalsin. Kalsin yang dihasilkan kemudian
dibawa ke proses berikutnya yaitu proses peleburan dilakukan dalam electric arc furnace,
EAF atau tungku busur listrik.


Proses Peleburan/Smelting
Pada tahap ini, calcine akan dilebur di dalam tungku lebur yaitu electric arc furnace. Kalsin
dilebur menjadi matte yang memiliki kualitas tertentu. Selain nikel matte, pada tahap ini juga

dihasilkan slag/pengotor. Tahap ini menghasilkan Nikel matte yang mengandung nikel sekitar
27 persen. Matte cair ditampung dalam ladle untuk selanjutnya ditransfer menuju converter.

Proses Converting/Pemurnian
Proses converting adalah proses peningkatan kadar nikel dalam matte cair yang dihasilkan
dari dapur listrik EAF. Kadar nikel naik setelah proses converting, sedangkan kadar besi
dalam matte cair turun. Jadi, proses converting merupakan proses pemurnian nikel matte cair.
Converting dilakukan dalam Top Blown Kaldo Type Rotary Converter (TBRC) atau dalam
Pierce Smith Converter.
Pada tahap ini, kadar nikel dalam matte cair ditingkatkan sehingga mencapai kadar nikel
sekitar 78 persen. Sedangkan kadar besi menjdai 0,7 persen. Proses pemurnian dilakukan
dengan menambahkan udara dan silika sebagai fluks, bahan imbuh.

Proses Granulasi/Granulating
Proses granulasi merupakan tahapan akhir dari pengolahan bijih nikel menjadi matte. Matte

cair dari proses converting ditransfer menggunakan ladle ke lokasi proses granulasi. Pada
proses ganulasi, matte cair disemprot dengan air bertekanan tertentu. Matte cair membeku
dalam bentuk granul-granul atau partikel-partikel kecil.