Kajian Ekonomi Transportasi Publik di Ko (6)

Pembangunan Berkelanjutan

Kajian Ekonomi Transportasi Publik
di Kota Surabaya

Oleh:
Clara Sarti Widiwati
Risky Arif Nugroho

3215205001
3215205004

Dosen Pengampu:
Dr. Ir. Eko Budi Santoso, Lic. Rer. Reg

PROGRAM MAGISTER
BIDANG KEAHLIAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN KOTA
PROGRAM PASCASARJANA
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2015


Abstrak
Kota Surabaya merupakan ibukota provinsi Jawa Timur yang mengalami
perkembangan aktivitas sangat pesat. Pesatnya aktivitas mempengaruhi
peningkatan transportasi di kota tersebut. Transportasi kota tidak hanya
didominasi oleh transportasi pribadi namun juga harus diimbangi oleh
transportasi publik. Jumlah kendaraan publik yang jauh lebih sedikit
dibandingkan dengan kendaraan pribadi memaksa penduduk Kota Surabaya
menggunakan kendaraan pribadi.
Peningkatan kebutuhan masyarakat akan membawa peningkatan akan
kebutuhan transportasi karena kebutuhan masyarakat tidak berada di satu tempat
saja. Peningkatan ini harus diimbangi dengan suatu pembenahan terutama pada
transportasi public. Pembenahan berbagai sektor transportasi publik diharapkan
dapat mendorong peningkatan kualitas yang akan berimbas kepada peningkatan
ekonomi di Kota Surabaya.
Kata Kunci: Ekonomi Transportasi Publik

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1


LATAR BELAKANG
Kegiatan perekonomian dan kebutuhan sarana serta prasarana transportasi
merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Secara umum transportasi dapat
diartikan sebagai perpindahan orang atau barang dari sebuah tempat ke tempat
lainnya baik melalui darat, laut, atau udara. Peningkatan kebutuhan masyarakat
akan membawa peningkatan akan kebutuhan transportasi karena kebutuhan
masyarakat tidak berada di satu tempat saja.
Kota Surabaya merupakan ibukota provinsi Jawa Timur yang mengalami
perkembangan aktivitas sangat pesat. Beberapa sektor seperti bidang perdagangan
dan jasa, industri, pendidikan dan juga pariwisata membuat banyak orang datang
dan tinggal di Kota Surabaya. Padatnya aktivitas tersebut membuat kebutuhan
transportasi darat mengalami peningkatan. Transportasi darat tidak hanya
kendaraan pribadi saja seperti sepeda motor, mobil, bis dan truk namun Kota
Surabaya telah memfasilitasi dengan kendaraan publik seperti bus kota, mobil
angkutan umum, taksi, angguna dan kereta api komuter. Namun, pemilihan
kendaraan pribadi menjadi bagian gaya hidup masyarakat perkotaan. Selain itu,
pemenuhan kebutuhan kendaraan publik seperti angkutan umum semakin
menurun. Jumlah kendaraan publik yang jauh lebih sedikit dibandingkan dengan
kendaraan pribadi memaksa penduduk Kota Surabaya menggunakan kendaraan

pribadi.
Kondisi sarana transportasi publik yang buruk serta manajemen yang
kurang baik juga turut menjadi faktor penghambat penggunaan trasnportasi publik
oleh masyarakat. Padahal sektor transportasi umum merupakan salah satu faktor
penting dalam keberhasilan pembangunan (Novianti, 2013). Jika transportasi
umum disediakan dengan baik dan dengan pelayanan yang baik pula maka bukan
tidak mungkin masyarakat akan berpindah menggunakan transportasi umum.
Makalah ini berisikan potensi sektor transportasi umum yang dapat dikembangkan
atau diperbaiki sebagai bagian dari pertumbuhan ekonomi perkotaan.
1.2

TUJUAN
Dalam penulisan makalah ini, adapun tujuan yang dicapai oleh penulis
adalah :
1.
Mengetahui kelemahan sektor transportasi umum di Kota Surabaya.
2.
Mengetahui kelebihan sektor transportasi umum di Kota Surabaya.
3.
Mengetahui potensi transportasi umum terhadap pertumbuhan ekonomi di

Kota Surabaya.
1.3

METODE

Metode dari analysis review dengan studi kasus ini adalah deskriptif
(memberikan gambaran), dimana penelitian ini memberikan gambaran atau uraian
tentang Kajian Ekonomi Transportasi Publik di Kota Surabaya. Pengumpulan data
yang digunakan adalah pengumpulan data berupa artikel di website.
1.4

SISTEMATIKA PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan sistematika sebagai berikut :
BAB 1 PENDAHULUAN
Berisi tentang latar belakang, tujuan, metode dan sistematika penulisan.
BAB 2 PEMBAHASAN
Berisi tentang pengertian transportasi umum, pertumbuhan ekonomi, dampak
transportasi umum terhadap perekonomian, kondisi umum transportasi umum di
Kota Surabaya, serta potensi sektor transportasi umum terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kota Surabaya.

BAB 3 PENUTUP
Berisi kesimpulan dari makalah ini.

BAB 2
PEMBAHASAN
2.1

TRANSPORTASI UMUM
Transportasi publik adalah sarana yang dibutuhkan untuk mendukung
aktivitas dan mobilitas sebagian besar masyarakat kota, bagaimanapun majunya
suatu perkotaan akan tetap membutuhkan suatu angkutan umum. Transportasi
publik bertujuan untuk menyelenggarakan pelayanan angkutan yang aman, cepat,
murah, dan nyaman bagi masyarakat dan karena bersifat massal, maka diperlukan
adanya kesamaan diantara para penumpang berkenaan dengan asal dan tujuan.
Sebuah transportasi publik dikatakan memiliki pelayanan yang baik jika tercipta
keeimbangan antara supply dan demand (Warpani, 1990 dalam Setyaningsih,
2014).
Ditinjau berdasarkan trayek dan pelayanannya,menurut Warpani (1990)
dalam Setyaningsih (2014) angkutan umum dibedakan menjadi 6 jenis, yaitu:
1. Angkutan kota, angkutan dengan kendaraan bermotor umum yang

melayani trayek dalam kota.
2. Angkutan perkotaan, merupakan angkutan dengan kendaraan bermotor
umum yang pelayanannya melampaui batas kota dan bersifat ulang-alik
(komuter).
3. Angkutan umum kota, yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor umum
yang melayani trayek antar kota dalam satu provinsi atau antar provinsi.
4. Angkutan pariwisata, yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor yang
dipergunakan khusus untuk mengangkut wisatawan dari dan ke suatu
daerah tujuan/ objek wisata.
5. Angkutan sewaan, yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor umum yang
dipergunakan oleh masyarakat dengan cara sewa melalui perjanjian antara
pengguna dan pemilik kendaraan.
6. Angkutan barang, yaitu angkutan dengan kendaraan bermotor umum yang
melayani kegiatan pengangkutan barang.
Menurut Warpani (1990) dan Dirjen Perhubungan Darat (2002) dalam
Setyaningsih (2014), kinerja angkutan umum adalah hasil kerja dari angkutan
umum yang berjalan selama ini untuk melayani segala kegiatan masyarakat dalam
bepergian maupun beraktivitas. Dalam rangka melayani kebutuhan banyak orang,
maka angkutan umum harus memiliki standart pelayanan yang maksimal. Pada
umumnya besarnya kinerja operasi atau tingkat pelayanan suatu sistem angkutan

umum dapat dilihat dari beberapa faktor seperti dalam tabel berikut:

Tabel 2.1 Kinerja Transportasi Umum

No.
1.

Aspek
Keamanan





2.

Kenyamanan






3.

Kecepatan






4.

Tarif/ Biaya



5.

Keandalan




Keterangan
Dirjen Perhubungan Darat,
Warpani, 1990
2002
Terhindar dari kecelakaan
 Menyediakan tempat
dan badan terlindung dari
barang/bagasi
luka benturan
 Sistem tertutup dimana
Bebas dari kejahatan
bus tidak mudah diakses
oleh pihak lain yang
bukan penumpang.
 Penumpang harus naik
dan turun hanya pada halte
dan terminal yang telah

ditetapkan
Tersedia tempat duduk,
 Menyediakan tempat
tempat duduk yang enak
duduk dan berdiri
dan tidak berdesakan.
 Terlindung dari berbagai
Terlindung dari berbagai
cuaca
cuaca
 Sirkulasi udara yang baik
Sirkulasi udara yang baik
(terdapat AC)
faktor yang sangat penting
 Waktu ideal daerah
dan berkaitan erat dengan
kepadatan tinggi 10-12
masalah efisiensi
km/jam dan kepadatan
transportasi

rendah 25 km/jam.
Waktu di dalam kendaraan
singkat, dengan waktu
ideal 10-12 km/jam untuk
kepadatan tinggi dan 25
km/jam untuk kepadatan
rendah.
penentuan tarif angkutan
 Perhitungan tarif angkutan
umum didasarkan pada
umum berdasarkan pada
biaya operasi (cost of
biaya operasi kendaraan
service pricing), yaitu
tersebut.
menghitung biaya operasi
satuan yang dinyatakan per
ton km untuk angkutan
barang dan per
penumpang-km untuk
penumpang
Dapat melayani
 Frekuensi ideal 6

penumpang sewaktu-waktu
dan ketepatan jadwal dari
berangkat sampai tempat
tujuan.
 Tersedia setiap saat, dengan
frekuensi ideal 6
kendaraan/jam, dan waktu
tunggu rata-rata 5-10
menit, maksimum 20 menit

kendaraan/ jam dan waktu
tunggu rata-rata 5-10
menit, maksimum 20 menit

Sumber: Warpani, 1990 dan Dirjen Perhubungan Darat, 2002

2.2

PERTUMBUHAN EKONOMI
Menurut Kuznets (1955) pertumbuhan ekonomi adalah proses peningkatan
kapasitas produksi dalam jangka panjang dari suatu negara untuk menyediakan
barang ekonomi kepada penduduknya. Menurut Todaro (2000) pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Pertumbuhan penduduk dan angkatan kerja
2. Akumulasi modal
3. Kemajuan teknologi
Menurut Sukirno (2000), alat untuk mengukur keberhasilan perekonomian
suatu wilayah adalah pertumbuhan ekonomi wilayah itu sendiri. Ada beberapa alat
pengukur dalam pertumbuhan ekonomi yaitu:
1. Produk Domestik Bruto (PDB)
2. Produk Domestik Regional Bruto per Kapita
2.3

DAMPAK
TRANSPORTASI
UMUM
TERHADAP
PEREKONOMIAN
Memang ada hubungannya yang erat antara transportasi dan pertumbuhan
ekonomi. Semakin berkembang suatu kawasan maka kebutuhan akan transportasi
juga semakin meningkat dalam memindahkan orang atau barang. Sayangnya
banyak stakeholder hanya terfokus pada pernyataan “peningkatan ekonomi
membutuhkan lebih banyak perpindahan” (efek permintaan) dan tidak
mengindahkan pengaruh retroaktifnya yakni “perpindahan yang lebih baik akan
merangsang pertumbuhan ekonomi” (efek persaingan).

Gambar 2.1 Pengaruh Transportasi Terhadap Perekonomian
Sumber: Board of Trade of Metropolitan Montreal, 2004

Efek permintaan merespon kepada dampak akan kebutuhan transportasi
yang lebih besar dalam berbagai sektor ekonomi (biaya transit pekerja, pembelian
kendaraan dan bahan bakar, perawatan, dan lain sebagainya). Dampak ini akan
semakin besar seiring dengan pertambahan kebutuhan transportasi dan kawasan
tersebut dapat memperoleh bagian yang lebih besar dari keuntungan ekonomi
yang dihasilkan.
Efek kompetitif memang tidak dapat dilihat secara langsung namun
memiliki pengaruh yang penting dalam pertumbuhan ekonomi. Pengaruhnya
berhubungan dengan efisiensi transportasi atau dengan kata lain konsep
transportasi yang lebih baik. Memang sudah seharusnya jika produktivitas setiap
sektor ekonomi penting, begitu pula dengan sektor transportasi yang secara
alamiah muncul akibat aktivitas tersebut, berkontribusi terhadap produktivitas
seluruh kegiatan ekonomi. Permintaan akan transportasi muncul dari permintaan
terhadap barang dan jasa begitu pula kebutuhan pergerakan masyarakat.
Mengantar barang tidak menambah nilai dari barang itu sendiri, namun hal
tersebut harus dilakukan. Begitu pula dengan memindahkan orang adalah kegiatan
non-produktif, namun sangat esensial dalam aktivitas sehari-hari. Sebuah
transportasi yang efisien tidak hanya berarti harga barang yang lebih murah
namun juga berarti pembiayaan yang lebih rendah bagi masyarakat yang dalam
jangka panjang akan meningkatkan standar kehidupan mereka.
Menilai pentingnya transportasi dalam pertumbuhan ekonomi, maka perlu
disusun kategori dalam menjabarkannya. Kategori tersebut adalah :

1.

2.

3.

Inti
Dampak paling dasar dari transportasi. Hal ini berhubungan dengan
kemampuan fisik untuk menyampaikan penumpang dan barang serta biaya
yang terkait mobilitas ini. Hal tersebut termasuk pengaturan rute yang
memungkinkan interaksi baru atau yang sudah ada oleh pelaku ekonomi.
Operasional
Peningkatan kinerja waktu terutama dalam hal keandalan. Hal ini
menunjukkan tingkat pemanfaatan yang lebih baik dari sektor transportasi
yang menguntungkan penggunanya sebagai penumpang dan barang
disampaikan lebih cepat tanpa tundaan.
Geografis
Peningkatan produktivitas dari akses pasar yang lebih luas dan lebih
beragam dalam hal input (bahan baku, suku cadang, dan tenaga kerja) dan
output (barang jadi).

2.4

KONDISI SEKTOR TRANSPORTASI UMUM DI KOTA
SURABAYA
2.4.1 GAMBARAN UMUM TRANSPORTASI UMUM DI KOTA
SURABAYA
Secara umum transpotasi umum di Kota Surabaya tergolong sebagai
sistem transportasi umum bimodal karena hanya dilayani dua moda utama, yaitu
bus kota dan lyn. Berdasarkan Masterplan Kotas Surabaya Tahun 2007-2017,
dapat diketahui bahwa trayek bus kota yang ada di Kota Surabaya berjumlah 22
rute dan armada yang berjumlah 426 unit dengan kapasitas penumpang mencapai
50 orang. Tarif yang dikenakan berdasarkan Peraturan Walikota Surabaya Nomor
98 Tahun 2008 yakni sebesar Rp. 1.900,00 untuk bus kota ekonomi yang tidak
melewati tol dan Rp. 2.100,00 untuk bus patas yang melewati tol dimana sistem
pembayarannya adalah pembayaran langsung (cash payment) ketika
menggunakan moda tersebut.
Tabel 2.2 Klasifikasi Transportasi Publik di Kota Surabaya

No.
Klasifikasi
1 Armada
2 Trayek
3 Kapasitas Muatan
per Armada
4 Frekuensi Jam per
Armada
5 Frekuensi Armada
per Jam

Bus Kota
426 unit
22 jalur
50 orang

Angkutan Kota
5.253 unit
58 jalur
12 orang

30 menit

10 menit

2 unit

10 unit

Sumber: Masterplan Transportasi Publik Kota Surabaya 2007-2017

Adapun untuk moda transportasi lyn di Kota Surabaya diketahui memiliki
58 trayek dengan jumlah armada 5.253 unit dimana masing-masing armada
memiliki kapasitas 12 orang. Tarif yang dikenakan berdasarkan Peraturan
Walikota Surabaya Nomor 98 Tahun 2008 yakni Rp. 2.600,00 setiap 15 km dan
penambahan Rp. 100,00 setiap kilometernya setelahnya. Bagi pelajar diberikan
potongan tarif sebesar 50%. Adapun sistem pembayaran yang digunakan adalah
pembayaran langsung (cash payment) ketika menggunakan moda tersebut.
Tabel 2.3 Trayek Angkutan Kota di Kota Surabaya

No
.
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Kode
Trayek
BJ
BK
BM
C
D
DA
DKB
DKM
DP
DWM
E

12
13

F
G

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31

GL
GS
H2
H2P
I
IM
J
JBMN
JK
JMK
JTK
JTK2
K
KIP1
KIP2
L2
LK
LMJ

Jurusan
Benowo - Kalimas Barat PP
Bangkingan - Karang Pilang PP
Bratang - Perumnas Menanggal PP
Pasar Loak atau Sedayu - Karang Menjangan PP
Joyoboyo - Pasar Turi - Sidorame PP
Kalimas Barat - Cita Raya PP
Dukuh Kupang - Benowo PP
Dukuh Kupang - Menanggal PP
Kalimas Barat atau Petekan - Manukan Kulon PP
Balongsari – Pangkalan Karah PP
Petojo - Sawahan atau Simo Rukun atau Balongsari
PP
Endrosono - Joyoboyo PP
Joyoboyo - Karang Menjangan atau Karang Pilang
atau Lakarsantri PP
Pasar Loak - Gadung PP
Gunung Anyar - Sidorame PP
Pasar Wonokromo - Pagesangan PP
Pasar Wonokromo - Terminal Menanggal PP
Dukuh Kupang - Benowo PP
Benowo - Simokerto PP
Joyoboyo - Kalianak PP
Joyoboyo - Gunung Anyar PP
Joyoboyo - Kalijudan - Kenjeran PP
Kenjeran - Kalimas Barat PP
Joyoboyo - Tambak Klangri PP
Joyoboyo - Medokan Ayu PP
Ujung Baru - Kalimas Barat - Pasar Loak PP
Kutisari Indah - Petajo PP
Kutisari Indah - Petojo PP
Ujung Baru - Sasak - Petojo PP
Manukan Kulon - Pasar Loak - Kenjeran PP
Lakarsantri - Manukan Kulon - Kalimas Barat PP

Jumlah
Armada
155
15
41
107
150
106
27
51
99
28
100
139
308
50
63
45
53
109
87
100
78
60
70
75
52
88
51
50
60
100
109

32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47

M
N
O
O1
O2/WK
P
Q
R
R1
RBK
RDK
RT
S
T1
T2
TV

48

U

49
50
51
52

UBB
UBK
V
W

53
54
55
56
57
58

WB
WLD
WLD2
Y
Z
Z1

Joyoboyo - Dinoyo - Kayun - Kalimas Barat PP
Kalimas Barat - Menur - Bratang PP
Tambak Wedi - Petojo - Keputih PP
Kalimas Barat - Keputih PP
Tambak Oso Wilangun - Petojo - Keputih PP
Joyoboyo - Kenjeran atau Petojo - Ketintang PP
Kalimas Barat - Bratang PP
Kalimas Barat - Kapasan - Kenjeran PP
Kalimas Barat - Nambangan – Kenjeran PP
Rungkut Barata - Kenjeran PP
Dukuh Kupang - Benowo PP
Rungkut - Pasar Turi PP
Joyoboyo - Bratang - Kenjeran PP
Margorejo - Joyoboyo - Sawahan - Simorejo PP
Joyoboyo - Kenjeran atau Wisma Permai PP
Joyoboyo - Cita Raya atau Manukan Kulon atau
Banjar Sugihan PP
Joyoboyo - Rungkut atau Wonorejo atau Joyobekti
PP
Ujung Baru - Bratang PP
Ujung Baru - Kenjeran PP
Joyoboyo - Tambak Rejo PP
Dukuh Kupang - Kapas Krampung - Kenjeran atau
Karang Menjangan PP
Wonosari - Bratang PP
Wonoarum - Pasar Loak - Dukuh Kupang PP
Bulak Banteng - Dukuh Kupang PP
Joyoboyo - Demak PP
Kalimas Barat - Benowo PP
Benowo - Ujung Baru PP
JUMLAH

139
107
50
134
100
163
113
81
50
57
100
75
85
81
82
177
115
43
71
114
119
75
100
50
127
107
112
5.253

Sumber: Masterplan Transportasi Publik Kota Surabaya 2007-2017

2.4.2 KINERJA TRANSPORTASI UMUM DI KOTA SURABAYA
Menurut Soeparno et al (2014) masih banyak permasalahan jika
menyangkut sektor transportasi umum di Kota Surabaya. Berikut permasalahan
sektor transportasi umum serta penyebabnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.4 Permasalahan Transportasi Umum dan Penyebab

No
.
1.

Masalah
Sarana
Armada yang tidak layak

Penyebab
Belum adanya peremajaan armada.

2.

3.

4.

5.

pakai.
Jadwal yang belum teratur dan
belum konsisten.
Kelebihan penumpang saat
jam sibuk, kekurangan
penumpang saat jam tidak
sibuk.
Prasarana
Ketersediaan halte dan papan
informasi rute perjalanan yang
belum memadai.
Pengguna
Menurunnya minat masyarakat
untuk menggunakan angkutan
umum terutama bus.
Kedisiplinan penumpang
kurang.

Regulator
Pengaturan angkutan umum di
lapangan yang masih terjadi
tumpang tindih.
Adanya rute angkutan umum
yang tumpang tindih.
Operator
Sopir yang kurang disiplin
dalam mengemudikan
kendaraan.
Kurangnya kesadaran sopir
akan pentingnya kelayakan
kendaraan yang beroperasi.
Manajemen perusahaan yang
belum optimal.

Pengelolaan time table yang belum
optimal.
Pengoperasian menyesuaikan dengan
kebutuhan penumpang.

Halte yang berubah fungsi.
Papan informasi belum tersedia secara
mencukupi dan ideal.
Pelayanan angkutan umum yang kurang
baik dalam melayani pengguna, khususnya
angkutan umum kelas ekonomi.
Kepemilikan sepeda motor dan mobil
pribadi yang terus meningkat, selain daya
beli yang meningkat dengan penghasilan
yang bertambah.
Pengawasan dan pengaturan angkutan
yang kurang optimal.

Pemberlakuan sistem setoran dan
penggajian yang belum tepat.
Sumber Daya Manusia (SDM) yang belum
sesuai dengan keahlian yang dibutuhkan.
Kurang dukungan pihak terkait.

Sumber: Soeparno et al, 2014

Frekuensi yang rapat pada jam sibuk dan tidak rapat pada jam sibuk serta
load factor yang tidak merata pada setiap jam hampir dijumpai di setiap
pengoperasian angkutan umum karena adanya perbedaanwaktu perjalanan
masyarakat dalam melakukan aktivitas sehari-hari. Waktu operasi angkutan bus di
Kota Surabaya adalah jam 06.00 – 22.00 WIB.

Gambar 2.2 Kondisi Tempat Duduk Bus Kota
Sumber: Soeparno et al, 2014

Kinerja yanng diperoleh adalah frekuensi kurang baik, yaitu rata-rata
kurang dari 6 kendaraan/jam pada jam sibuk dan kurang dari 4 kendaraan/jam
pada saat jam tidak sibuk. Waktu antara rata-rata lebih besar dari 10 menit, baik
untuk jam sibuk maupun jam tidak sibuk. Selain itu load factor juga rendah, yaitu
sebesar 62% (Kurang dari 70%). Waktu tunggu masih cukup baik yaitu antara 510 menit. Kecepatan rata-rata rendah yaitu kurang dari 20 km/jam serta waktu
putar kendaraan kurang baik, yaitu sekitar 4 jam, yang disebabkan oleh lay over
time yang terlalu lama.
Pengelolaan pendapatan masih menerapkan sistem setoran sehingga
mendorong terjadi pengejaran jumlah penumpang tanpa mengindahkan pelayanan
terutama saat jam puncak. Hal ini mengakibatkan rendahnya kualitas pelayanan
penumpang.
Sistem pelayanan mengacu pada rute yang sesuai dengan ijin trayek yang
diterbitkan oleh Dinas Perhubungan Kota Surabaya. Hal yang terjadi adalah
diperlukan perpindahan moda transportasi oleh penumpang pada beberapa
perjalanan.
2.5
POTENSI SEKTOR TRANSPORTASI UMUM TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KOTA SURABAYA
2.5.1 POTENSI SEKTOR TRANSPORTASI UMUM
Menurut data dalam Surabaya Dalam Angka Tahun 2014, jumlah
penumpang yang datang dan berangkat dari Terminal Purabaya menggunakan
moda transportasi bus kota cenderung mengalami peningkatan. Perubahan jumlah
penumpang tersebut dapat dilihat pada grafik di bawah ini :

Gambar 2.3 Grafik Perubahan Penumpang Bus Kota di Terminal Purabaya
Sumber: Surabaya Dalam Angka, 2014

Berdasarkan data tersebut, potensi penumpang pengguna transportasi
umum sebenarnya cukup besar. Terlihat bahwa perubahan jumlah meningkat
secara cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir seperti yang terlihat pada
gambar 2.3. Pelaku usaha transportasi umum seharusnya dapat menangkap tren ini
untuk dapat memaksimalkan pelayanannya yang akan berujung pada peningkatan
pendapatan. Berdasarkan tarif yang telah ditetapkan oleh Peraturan Walikota
Surabaya Nomor 98 Tahun 2008 yakni sebesar Rp. 1.900,00 untuk bus kota
ekonomi yang tidak melewati tol, maka ada potensi pendapatan ekonomi yang
cukup besar yakni sekitar Rp. 11 milyar per tahun.
Selain potensi penumpang yang cukup besar, terdapat potensi persaingan
antar pelaku moda transportasi cukup besar karena walaupun pertumbuhan moda
transportasi bus kota pertumbuhannya tidak cukup signifikan dalam beberapa
tahun terakhir namun setiap moda tidak terpenuhi kuota maksimal kapasitas
penumpangnya. Menurut Surabaya Dalam Angka Tahun 2014, pertumbuhan moda
transportasi bus kota dapat dilihat dalam grafik berikut :

Gambar 2.4 Grafik Pertumbuhan Moda Transportasi Bus Kota di Terminal Purabaya
Sumber: Surabaya Dalam Angka, 2014

Berdasarkan grafik tersebut, maka perbandingan pelayanan bus kota dan
penumpang rata-rata sekitar 1 bus kota melayani 36 orang penumpang. Hal ini
berarti terdapat sedikit kelebihan jumlah armada transportasi umum. Efisiensi
moda transportasi umum dapat dipertimbangkan pelaku sektor transportasi umum
dengan mengalihkan biaya perawatan moda berlebih untuk dialokasikan ke
perawatan moda tersisa.
Potensi transportasi umum dapat mempengaruhi sektor perekonomian
secara tidak langsung. Menurut penelitian Novianti (Litbang Jatim, 2013),
ketersediaan masyarakat dalam membayar tarif sebenarnya cukup tinggi. Tarif
murah tidak berpengaruh terhadap tingkat okupansi moda, namun masyarakat
bersedia membayar lebih asal tingkat pelayanan moda transportasi ditingkatkan.
Hal ini seharusnya dapat dimanfaatkan dengan baik oleh pelaku sektor
transportasi umum dengan meningkatkan pelayanan mereka sekaligus menaikkan
tarif dengan sesuai. Disamping itu, jumlah pengeluaran terhadap tarif transportasi
umum dirasa lebih kecil dibandingkan pengeluaran untuk pengisian bahan bakar
minyak. Selain itu, adanya keinginan dari masyarakat untuk beralih menggunakan
moda transportasi umum jika pelayanannya ditngkatkan. Jika masyarakat beralih
menggunakan transportasi umum maka jumlah kendaraan di jalan akan
mengalami penurunan. Menurut perhitungan penelitian Novianti (Litbang Jatim,
2013), sebanyak 34,18% responden pengendara sepeda motor dan 69,23%
responden pengguna mobil pribadi bersedia berpindah menggunakan transportasi
umum jika pelayanannya ditingkatkan. Hal ini berarti terjadi pengurangan volume
lalu lintas sejumlah 5.618 smp. Penurunan volume lalu lintas akan membawa

dampak arus transportasi yang lebih lancar, dengan demikian maka area
jangkauan dapat bertambah serta adanya penghematan bahan bakar minyak dan
penurunan kadar emisi karbon di udara.
Sebagai ilustrasi, perhitungan pengurangan emisi karbon menurut Rania
(2011) dengan asumsi mobil menggunakan bahan bakar premium. Dengan
menggunakan persamaan mobile 6 dan perolehan data tahun 2010 diperoleh nilai
faktor emisi 2003,4 g/l, rata-rata bahan bakar/kendaraan bensin = 950 l/smp. Pada
penelitian itu fraksi sepeda motor = 6764/12277 = 0,55 dan mobil 4776/12277 =
0,39; jumlah pengurangan sepeda motor dan mobil sejumlah 5.618 smp, maka
emisi 1 liter kendaraan (e) = 0,55 x 2312 x 2003,4 + 0,39 x 3306 x 2003,4 =
5130587,2 smp.gram/liter = 5130,587 smp.kg/liter. Menghitung besarnya emisi
CO2 (E) menggunakan persamaan E = e x fuel, sehingga jumlah penurunan emisi
CO2 sebesar 5130,587 smp.kg/l x 950 l/smp = 4874057,65 kg = 4874,058 ton
CO2/tahun.
2.5.2 PENGEMBANGAN TRANSPORTASI PUBLIK
Melihat potensi transportasi umum yang cukup besar untuk
dikembangkan, maka perbaikan sektor manajemen transportasi publik perlu
dilakukan agar potensi yang ada dapat dimanfaatkan secara penuh atau maksimal.
Semua unsur yang ada dalam transportasi umum perlu dipertimbangkan. Unsurunsur tersebut mencakup sarana, prasarana, operator, regulator, serta sistem
layanan.
Armada yang tidak layak beroperasi perlu diperbaiki atau diremajakan
menggunakan armada baru. Pelayanan yang kurang baik perlu ditingkatkan untuk
menumbuhkan minat masyarakat menggunakan transportasi umum. Kendaraan
umum harus dalam kondisi layak jalan, bagus, menggunakan pendingin udara
serta tersedia kursi prioritas bagi lansia atau ibu hamil. Selain itu transportasi
umum perlu menggunakan jadwal yang sesuai dengan time schedule dan memiliki
pengamanan sesuai standar yang ada. Lokasi halte yang jelas dan kondisi yang
baik serta ideal dapat menarik perhatian pengguna. Halte dan shelter perlu
dilengkapi dengan jadwal dan rute. Lokasi halte juga harus memperhatikan
bangkitan dan tarikan perjalanan pengguna transportasi umum.
Angkutan umum sebaiknya dikelola oleh pemerintah sehingga dapat
memberikan pelayanan dengan maksimal. Perlu dilakukan uji kelayakan yang
ketat dengan pemberlakuan sanksi yang tegas bagi pelaku transportasi umum yang
melanggar peraturan. Operator yang mengoperasikan transportasi umum adalah
pemerintah dan supir dapat diangkat menjadi pegawai sehingga tidak terjadi kejar
setoran tanpa memperhatikan kenyamanan penumpang. Supir yang sudah ada
perlu diberikan pelatihan agar meningkatkan keahlian dan kesadaran yang
dimilikinya.

BAB 3
PENUTUP
3.1

Kesimpulan
Sektor transportasi memang memiliki hubungan yang erat dalam kegiatan
ekonomi. Sektor ekonomi transportasi bukan hanya terbatas pada transportasi
pribadi saja namun dalam ekonomi kota juga memikirkan pada ekonomi
transportasi publik agar dapat memenuhi kebutuhan masyarakat. Transportasi
publik ini berupa transportasi angkutan umum dan bus kota.
Kondisi transportasi publik seperti angkutan umum dan bus kota saat ini
menunjukkan suatu hubungan antara demand dan supply tidak imbang. Supply
transportasi publik jumlahnya terbatas sedangkan demand masyarakat sangat
banyak. Sehingga dapat dilihat bahwa sektor transportasi publik di Kota Surabaya
masih belum memiliki kinerja yang baik. Unsur yang mempengaruhi
permasalahan dalam sektor transportasi publik berupa sarana, prasarana,
pengguna, regulator dan operator.
Pembenahan berbagai sektor transportasi publik diharapkan dapat
mendorong peningkatan kualitas yang akan berimbas kepada peningkatan
ekonomi. Pembenahan ini yaitu dengan suatu pengembangan transportasi publik.
Pengembangan ini dilakukan dengan mempertimbangkan dan memperbaiki
kinerja semua unsur yang ada dalam transportasi publik. Unsur-unsur tersebut
mencakup sarana, prasarana, operator, regulator, serta operator dari transportasi
publik dan untuk perbaikan ekonomi transportasi di Kota Surabaya.

DAFTAR PUSTAKA
Board Of Trade Of Metropolitan Montreal (2004), Public Transit : A Powerful
Economic-Development Engine For The Metropolitan Montreal Region,
Board Of Trade Of Metropolitan Montreal, Quebec
Ismayanti, R. I., Boedisantoso, R., dan Assomadi, A. F. (2011), Kajian Emisi CO2
Menggunakan Persamaan Mobile 6 dan Mobile Combustion Dari Sektor
Transportasi di Kota Surabaya, Institut Teknologi Sepuluh Nopember,
Surabaya
Kuznets, Simon (1955), Economic Growth and Income Inequality, The American
Economic Review, Vol. XLV March, 1955 No. 1
Setyaningsih, A. (2014), Kinerja Batik Solo Trans Dalam Memenuhi Kebutuhan
Pergerakan Masyarakat Kota Surakarta, Universitas Sebelas Maret, Solo
Sukirno, Sadono (2000), Ekonomi Pembangunan Proses, Masalah dan dasar
Kebijakan Pembangunan, UI-Press, Jakarta
Todaro, Michael (2000), Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, Erlangga,
Jakarta
Weisbrod, G., dan Reno, A. (2009), Economic Impact Of Public Transportation
Investment, TCRP Project, Transit Cooperative Research Program, American
Public Transportation Association, Washington DC
Widayanti, A. et all (2014), “Permasalahan dan Pengembangan Angkutan Umum
di Kota Surabaya”, Jurnal Transportasi, Vol. 14, No. 1, hal. 53-60
Yulianti, R. A. (2013), Konsep Integrasi Moda Transportasi Publik Di Kota
Surabaya Berdasarkan Preferensi Masyarakat, Tesis MT, Institut Teknologi
Sepuluh Nopember, Surabaya