ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KRED (7)

ANALISIS PENERAPAN MANAJEMEN RISIKO KREDIT
DAN INSTRUMENT DERIVATIF PADA PT. Bank Maybank
Indonesia Tbk
Carolina Anggraeni
Universitas Trilogi

1. Latar Belakang Masalah
Penerapan manajemen resiko pada perbankan akan meningkatkan
shareholder

value,

menyediakan

informasi

pada

pengelola

bank


kemungkinan terjadinya kerugian di masa datang, meningkatkan metode
dan pengambilan keputusan yang sistematis berdasarkan informasi yang
tersedia. Informasi ini digunakan sebagai landasan dalam melakukan
pengukuran kinerja bank yang labih akurat, menilai resiko kegiatan usaha
bank, serta menciptakan infrastruktur manajemen resiko yang kuat untuk
meningkatkan daya saing bank.
Penerapan yang tidak baik akan merugikan keuangan secara
langsung, dan kejadian risiko pada bank juga berdampak buruk pada
stakeholder bank tersebut – pemegang saham, pegawai dan nasabah – dan
juga pada perekonomian. Secara umum, para pemegang saham dan
pegawai mendapatkan pengaruh secara langsung, namun tidak demikian
halnya pada nasabah sehingga dampak kejadian risiko tersebut tidak
terlihat dengan jelas. Risiko kerugian secara tidak langsung ini seringkali
merupakan konsekuensi kejadian risiko yang memiliki dampak ekonomis.
Oleh karena itu, untuk menghindari kejadian ini manajer harus
menganalisis instrument derivatif.

2. Tujuan
Menentukan dan menganalisis instrument derivative untuk mengatasi

resiko kredit pada PT. Bank Maybank Indonesia Tbk.

3. Literatur
PT Bank Maybank Indonesia Tbk (“Maybank Indonesia” atau
“Bank”) mencatat laba bersih setelah pajak dan kepentingan non
pengendali (PATAMI–profit after tax & minority interest) sebesar Rp1,4
triliun dalam sembilan bulan 2017, meningkat 12,0% dari Rp1,3 triliun
dalam sembilan bulan pertama 2016. Laba sebelum pajak Bank meningkat
14,0% mencapai Rp2,0 triliun di September 2017 dari Rp1,8 triliun pada
September 2016. Peningkatan kinerja tersebut terutama disebabkan
pertumbuhan kredit khususnya Perbankan Global, pengelolaan biaya yang
efektif dan pencapaian kinerja Perbankan Syariah yang luar biasa.
Bank mencatat pertumbuhan kredit yang cukup moderat sebesar
4,6% pada September 2017 menjadi Rp121,8 triliun dari Rp116,4 triliun
pada September 2016. Kredit Perbankan Global memperlihatkan
pertumbuhan kredit yang kuat sebesar 29.0% menjadi Rp28.2 triliun pada
September 2017 didukung pembiayaan infrastruktur selaras dengan
inisiatif Pemerintah Indonesia. Kredit Perbankan Community Financial
Services (CFS) Non-Ritel, yang terdiri dari Usaha Mikro, Kecil &
Menengah (UKM) dan Business Banking, tumbuh 3,4% menjadi Rp51,4

triliun pada September 2017 dari Rp49,7 triliun pada tahun sebelumnya,
sementara kredit CFS Ritel turun 6,0% menjadi Rp42,2 triliun pada
September 2017 karena pertumbuhan yang lebih lambat pada sektor
konsumer.
Total simpanan nasabah tumbuh dari Rp115,6% triliun pada
September 2016 menjadi Rp119,1 triliun pada September 2017 dengan
rasio CASA (Current Account Saving Account) Bank mencapai 38,0%
setelah Bank terus fokus pada layanan cash management. Sebagai hasilnya
giro naik 10,2% dalam sembilan bulan 2017, mencapai Rp20,8 triliun.
Perbaikan electronic channel Bank secara berkelanjutan, termasuk fasilitas
mobile banking berbasis internet Maybank M2U, juga telah memberikan
kontribusi pada perbaikan posisi likuiditas. Bank telah meluncurkan
MOVE (Maybank Online Savings Account platform) yang menyediakan

kelebihan berupa kenyamanan dan kemudahan bagi nasabah untuk
membuka rekening.
Loan to Deposit Ratio (LDR-bank saja) terkelola dengan sehat
pada 87,6%, sementara Loan-to-Funding Ratio (bank saja) pada 86,3%.
Pendapatan Bunga Bersih (NII) tumbuh 4,3% menjadi Rp5,7 triliun pada
September 2017 dari Rp5,5 triliun pada periode yang sama tahun lalu.

Bank juga dapat mempertahankan Marjin Bunga Bersih (NIM) sebesar
5,2% pada September 2017 sehubungan Bank terus menerapkan upaya
pricing kredit dan simpanan yang disiplin.
Sementara itu pendapatan non bunga (fee based income) Bank naik
7,9% dari Rp2,0 triliun pada September 2016 menjadi Rp2,1 triliun pada
September

2017.

Peningkatan

ini

terutama

diperoleh

dari

fee


bancassurance, fee terkait treasury, administrasi ritel, administrasi kredit,
pengembalian kredit, dan jasa layanan lain yang disediakan Bank.
Perbankan Syariah terus mencatat kinerja yang kuat dalam
sembilan bulan 2017. Laba bersih meningkat 63,3% menjadi Rp561,6
miliar. Total pembiayaan naik 50,5% dari Rp11,3 triliun pada September
2016 menjadi Rp17,1 triliun pada September 2017, sementara total
simpanan tumbuh 42,1% dari Rp10,1 triliun menjadi Rp14,4 triliun. Total
aset Perbankan Syariah meningkat 35,0% menjadi Rp24,0 triliun,
memberikan kontribusi 14,2% dari total aset Bank. Kualitas aset Syariah
juga meningkat seperti tercermin dari menurunnya Non Performing
Financing (NPF) gross –pada 3,99% dan NPF net pada 2,67% per 30
September 2017 dibandingkan NPF gross 5,38% dan NPF net 3,70% per
30 September 2017.
Bank mempertahankan kualitas aset dengan tingkat NPL
konsolidasian yang stabil pada 3,9% (gross) dan 2,4% (net) per September
2017. Bank juga dapat mengurangi biaya provisi sebesar 15,1% menjadi
Rp1,3 triliun pada September 2017 dari Rp1,6 triliun pada September
2016.


Meskipun demikian, Bank tetap konservatif dalam mengelola

kualitas aset sehubungan prediksi ekonomi mendatang diperkirakan akan
tetap penuh tantangan.

4. Rekomendasi
Untuk menekan angka NPL dan meminimalisir risiko kredit,
penulis menyarankan untuk menyelesaikan tiga tingkatan NPL seperti
kredit kurang lancar, diragukan, dan kredit macet, beberapa tingkatan
tersebut dapat diselesaikan dengan cara yang berbeda.
Jika masih dalam kredit kurang lancar, hal ini dapat diselesaikan
dengan cara menagih kepada nasabah bersangkutan, sebelumnya dapat
melalui telepon ataupun surat pemberitahuan.
Kredit yang diragukan, berada di tengah-tengah masalah kredit
yang serius. Bank dapat menyelesaikan kredit diragukan ini dengan
mendatangi langsung nasabah yang bersangkutan, dalam hal ini pihak
nasabah dan bank dapat melakukan perjanjian tertulis dimana nasabah
akan melunasi tunggakan kepada bank pada waktu yang telah ditentukan.
Jika NPL sudah mencapai kredit macet, hal ini perlu dilakukan
tindakan yang tegas, pada kasus ini maka bank bisa melakukan tindakan

penyitaan harga pribadi nasabah sebesar pinjamannya pada bank. Dengan
cara demikian maka bank tidak akan dirugikan. Jika NPL memang tidak
dapat diselesaikan karena harta nasabah tidak mencukupi dan nasabah
kabur, hal ini dapat dilakukan dengan penghapusan kredit. Proses
penghapusan kredit menjadi bagian dari penyelesaian NPL namun harus
melalui prosedur yang benar, penghapusan piutang nasabah tidak bisa
dilakukan sembarangan.

5. Kesimpulan
PT. Bank Maybank Indonesia Tbk sudah melakukan usaha yang
efektif dalam meminimalisir risiko kredit, hal ini terlihat dari persentase
NPL net pada tahun 2015 – 2016 yang turun sebesar 0,1%. PT. Bank
Maybank Indonesia juga menargetkan rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) sampai akhir 2017 di bawah 4%. Hal ini dilakukan
dengan menjaga kualitas aset di beberapa sektor kredit.
Untuk menjaga NPL, Bank Maybank sudah mengalokasikan dana
cadangan kerugian penurunan nilai (CKPN) sebesar Rp 1,3 triliun. Dia

menghitung, kemungkinan akan ada tambahan cadangan CKPN sebesar
Rp 400 miliar.


6. References

Kisman, Z. Model For Overcoming Decline in Credit Growth (Case Study
of Indonesia with Time Series Data 2012M1-2016M12). Journal of
Internet Banking and Commerce.Vol.22, No. 3,2017.

Kisman, Z., & Shintabelle Restiyanita, M. The Validity of Capital Asset
Pricing Model (CAPM) and Arbitrage Pricing Theory (APT) in Predicting
the Return of Stocks in Indonesia Stock Exchange. American Journal of
Economics, Finance and Management Vol. 1, No. 3, 2015, pp. 184-189

Kisman, Z. Disappearing Dividend Phenomenon: A Review of Theories
and Evidence. Transylvanian Review. Vol XXIV, No. 08,2016.

https://ircboy.wordpress.com/2011/06/25/dampak-potensial-darikegagalan-pengelolaan-risiko-dalam-perbankan/

http://arinidwi99.blogspot.co.id/2017/07/makalah-manajemen-risikorisiko-kredit.html

https://www.maybank.co.id/News/Pages/q3_2017_maybank_indonesia.as
px