BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Komunikasi Orgaisasi - Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan Operasional Hotel Grand Antares Indonesia Medan)

BAB II URAIAN TEORITIS

2.1 Kerangka Teori

2.1.1 Komunikasi Orgaisasi

  Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia. Manusia di dalam kehidupannya harus berkomunikasi, artinya memerlukan orang lain dan membutuhkan kelompok atau masyarakat untuk saling berinteraksi. Hal ini merupakan suatu hakekat bahwa sebagian besar pribadi manusia terbentuk dari hasil integrasi sosial dengan sesama dalam kelompok dan masyarakat. Aktivitas komunikasi dapat dilihat pada setiap aspek kehidupan sehari

  • – hari manusia yaitu sejak bangun tidur hingga manusia beranjak tidur pada malam hari.

  Kehidupan manusia juga tidak terlepas dari yang namanya organisasi. Organisasi merupakan suatu kesatuan sosial dari kelompok manusia yang saling beriteraksi menurut suatu pola tertentu sehingga setiap anggota organisasi memiliki tugas dan fungsi, serta tujuan tertentu dan batasan yang jelas. Organisasi terdiri dari sekelompok manusia yang diharapkan dapat bekerja sama sedemikian rupa hingga dapat mencapai sasaran yang sudah ditentukan sebelumnya oleh organisasi tersebut. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu organisasi dapat berjalan dengan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya, kurangnya atau tidak adanya komunikasi maka suatu organisasi dapat berantakan.

  Komunikasi merupakan suatu bidang yang sangat penting dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi, ide

  • – ide diantara para anggota organisasi secara timbal balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Berikut ini merupakan beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi oleh beberapa ahli (Pace dan Faules, 2006), yakni sebagai berikut:

  1) Persepsi Redding dan Saborn

  Redding dan Saborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks. Yang termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi upward atau komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang yang sama level / tingkatnya dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi dan berbicara, mendengarkan, menulis dan komunikasi evaluasi program.

  2) Persepsi Katz dan Kahn

  Menurut Katz dan Kahn, komunikasi organisasi merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam organisasi.

  3) Persepsi Zelko dan Dance

  Zelko dan Dance mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung yang mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri seperti komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi dari atasan kepada bawahan, komunikasi sesama karyawan yang sama tingkatnya. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang komunikasi yang dilakukan organisasi terhadap lingkungan luarnya, seperti komunikasi dalam penjualan hasil produk, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum. Kemudian bersama Lesikar, mereka menambahkan dimensi lagi dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi yang berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara sesama anggota organisasi.

  4) Persepsi Thayer

  Thayer memperkenalkan tiga sistem komunikasi dalam organisasi, antara lain: a. berkenaan dengan kerja organisasi seperti data mengenai tugas – tugas atau beroperasinya organisasi; b. berkenaan dengan pengaturan organisasi seperti perintah, aturan dan petunjuk; c. berkenaan dengan pemeliharaan dan pengembangan organisasi (hubungan dengan personal dan masyarakat, pembuat iklan dan latihan)

  5) Persepsi Greenbaunm

  Bidang komunikasi organisasi termasuk arus komunikasi formal dan informal dalam organisasi.Greenbaunm membedakan komunikasi internal dengan eksternal dan memandang peranan komunikasi terutama sebagai koordinasi pribadi dan tujuan organisasi serta masalah menggiatkan aktivitas.

  Meskipun bermacam

  • – macam persepsi dari para ahli mengenai komunikasi organisasi, tapi ada beberapa hal yang dapat disimpulkan: 1.

  Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

  2. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.

  3. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilannya.

  Dari bermacam

  • – macam persepsi di atas, dapat disimpulkan bahwa komunikasi organisasi adalah proses yang yang terjadi dalam organisasi, dan terbagi dalam empat aspek yaitu: komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horizontal, dan komunikasi lintas saluran. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu
sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal. Komunikasi organisasi juga meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media, serta meliputi orang dengan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan keterampilannya.

  Menurut Goldhaber (1986) komunikasi organisasi adalah proses saling menciptakan dan menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang sering berubah-ubah (Purba, 2006. p 112). Komunikasi organisasi mempunyai peranan penting dalam memadukan fungsi

  • – fungsi manajemen dalam perusahaan yaitu: a.

  Menetapkan dan menyebarluaskan tujuan perusahaan b.

  Menyusun rencana untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan c. Melakukan pengorganisasian terhadap sumber daya manusia dan sumber daya lainnya dengan cara efektif d.

  Mengadakan seleksi, pengembangan dan penilaian anggota organisasi e. Memimpin, mengarahkan, memotivasi dan menciptakan iklim yang menimbulkan keinginan orang untuk memberi kontribusi f.

  Mengendalikan prestasi

2.1.2 Fungsi Komunikasi Dalam Organisasi

  Dalam kehidupan sehari

  • – hari, komunikasi memiliki fungsi yang sangatpenting diantaranya fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan. Fungsi sosial adalah untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Fungsi pengambilan keputusan adalah untuk memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu, contohnya apakah kita akan memutuskan untuk pergi bekerja atau tidak.

  Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit

  • – unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu
organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit

  • – unit komunikasi dalam hubungan
  • – hubungan hirarki antara yang satu dengan yang lainnya, dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace dan Faules, 2006. p 31-32). Gambar 1 melukiskan konsep suatu sistem organisasi, dimana garis p
  • – putus menggambarkan bahwa hubungan
  • – hubungan bukan bersifat alami melainkan ditentukan, juga melukiskan bahwa struktur suatu organisasi bersifat luwes dan dapat berubah sesuai dengan kekuatan – kekuatan lingkungan.

  

Gambar 2.1: Sistem Komunikasi Organisasi

  Sumber: Pace & Faules (2006: 32) Komunikasi penting dalam setiap hal, begitu pula dalam sebuah organisasi.

  Komunikasi dibutuhkan setiap anggota organisasi untuk menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya. Para anggota organisasi juga yang meneguhkan pentingnya fungsi komunikasi dalam organisasi. Melalui proses interaksi para anggota organisasi memeriksa eksistensi kepercayaan, dukungan, keterbukaan, penyuluhan, perhatian dan keterusterangan. (Pace dan Faules, 2006. p 154).

  Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah sebagai berikut: a.

  Fungsi Informatif

  • Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem proses informasi (information

  

processing system ). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi

  berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu.

  b.

  Fungsi Regulatif Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan

  • – peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini. Pertama, atasan atau orang
  • – orang yang berada dalam tatanan manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Kedua, berkaitan dengan pesan atau message. Pesan – pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan tentang pekerjaan yang boleh untuk dilaksanakan.

  c.

  Fungsi Persuasif Dalam mengatur organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk memersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

  d.

  Fungsi Integratif Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal, seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter dan bulletin) dan laporan kemajuan organisasi. Saluran komunikasi informal, seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga maupun kegiatan darma wisata. Pelaksanaan aktifitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

2.1.3 Arus Informasi Dalam Organisasi

  Dalam komunikasi organisasi kita berbicara tentang informasi yang pindah secara formal dari seseorang yang otoritasnya lebih tinggi kepada orang lain yang otoritasnya lebih rendah

  • – komunikasi ke bawah; informasi yang bergerak dari suatu
  • >– jabatan yang otoritasnya lebih rendah kepada orang yang otoritasnya lebih tinggi komunikasi ke atas; serta informasi yang bergerak di antara orang-orang yang memiliki otoritas atau jabatan yang setingkat; atau informasi yang bergerak diantara orang
  • – orang yang tidak menjadi atasan atau bawahan satu dengan yang lainnya atau menempati bagian fungsional yang ber
  • – komunikasi lintas saluran (Pace dan Faules, 2006. p 183-184).

  

Gambar 2.2: Arah Komunikasi Organisasi

  Sumber: Pace & Faules (2006: 184)

2.1.3.1 Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)

  Davis (1967) mengemukakan bahwa komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan yang berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para karyawan personalia; namun dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen. Pesan tersebut biasanya berhubungan dengan pengarahan, tujuan, disiplin, perintah, pertanyaan dan kebijaksanaan umum (Pace dan Faules, 2006. p 184). Katz dan Kahn, mengemukakan bahwa aliran komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok: (1)

  Untuk memberrikan pengarahan-pengarahan atau instruksi instruksi kerja tertentu (spesifik)

  (2) Untuk memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan

  (rationale of a job) (3)

  Untuk memberikan informasi tentang prosedur-prosedur dan praktek – praktek organisasional (4)

  Untuk memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan (bawahan) (5)

  Untuk menyajikan informasi mengenai aspek ideologi dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan

  • – tujuan yang ingin dicapai. Komunikasi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan tidak selalu dapat berjalan lancar. Berbagai alasan dan faktor dapat menghambat jalannya komunikasi ini, seperti kurangnya sifat keterbukaan diantara pimpinan dan bawahan. Umumnya para pemimpin tidak terlalu memperhatikan arus komunikasi ke bawah, informasi hanya diberikan jika pimpinan merasa informasi tersebut penting bagi penyelesaian tugas.

  Para pimpinan juga seringkali lebih percaya pada pesan tulisan. Dibandingkan pesan yang disampaikan secara lisan atau tatapmuka pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan, hal inilahyang menyebabkan pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis seperti buletin, manual yang cukup mahal, sementara komunikasi tatap muka lebih disenangi oleh karyawan. Pesan yang berlebihan juga menyebabkan karyawan tidak membaca pesan

  • – pesan yang ada. Timing atau ketepatan waktu juga mempengaruhi bagaimana komunikasi ke bawah, seharusnya pesan dikirimkan pada saat yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak yaitu pada pimpinan dan karyawan (Muhammad, 2007)

  Menurut Lewis (1987) “komunikasi ke bawah adalah untuk menyampaikan tujuan, untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, mencegah kesalahpahaman karena kurang informasi dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan” (Muhammad, 2007. p 108).

  Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe yaitu: a.

  Instruksi Tugas Instruksi tugas / pekerjaan yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa yang diharapkan dilakukan mereka dan bagaimana melakukannya.

  Pesan itu bervariasi bisa berupa perintah langsung, deksripsi tugas, prosedur manual, program latihan tertentu, alat

  • – alat bantu melihat dan mendengar yang berisi pesan- pesan tugas dan sebagainya.

  b.

  Rasional Rasional pekerjaan adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktivitas dan bagaimana kaitan aktivitas itu dengan aktivitas lain dalam organisasi atau objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya. Bila pimpinan menganggap bawahannya pemalas, atau hanya mau bekerja bila dipaksa maka pimpinan memberikan pesan yang bersifat rasional ini sedikit. Tetapi bila pimpinan mengganggap bawahannya orang yang dapat memotivasi diri sendiri dan produktif, maka biasanya diberikan pesan rasional yang banyak.

  c.

  Ideologi Pesan mengenai ideologi ini adalah merupakan perluasan dari pesan raisonal.

  Pada pesan rasional penekanannya ada pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada pesan

  • – pesan ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral dan motivasi.

  d.

  Informasi Pesan informasi dimaksudkan untuk memperkenalkan bawahan dengan praktik

  • – praktik organisasi, peraturan – peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang tidak berhubungan dengan intruksi dan rasional. Misalnya buku handbook dari karyawan adalah contoh dari pesan informasi.

  e.

  Balikan Balikan adalah pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya.Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji karyawan yang telah siap melakukan pekerjaannya atau apabila tidak ada informasi dari atasan yang mengkritik pekerjaannya, berarti pekerjaannya sudah memuaskan.Tetapi apabila hasil pekerjaan karyawan kurang baik balikannya mungkin berupa kritikan atau peringatan terhadap karyawan tersebut.

  Semua bentuk komunikasi ke bawah tersebut dipengaruhi oleh struktur hierarki dalam organisasi.Pesan kebawah cenderung bertambah karena pesan itu bergerak melalui tingkatan hierarki secara berturut

  • – turut. Yang perlu diperhatikan juga ketika pesan mempengaruhi komunikasi ke bawah, pimpinan hendaklah
mempertimbangkan saat yang tepat bagi pengiriman pesan dan dampak yang potensial kepada tingkah laku karyawan.

  Hasil studi Tompkin (Pace dan Faules, 2006) mengenai komunikasi ke bawah menyimpulkan bahwa:

  1. Kebanyakan karyawan tidak menerima banyak informasi dari organisasinya.

  2. Kebutuhan informasi yang utama bagi karyawan mencakup informasi yang banyak berhubungan dengan pekerjaannya dan informasi tentang pembuatan keputusan.

  3. Sumber – sumber informasi yang terbaik adalah orang yang terdekat dengan karyawan dan yang paling buruk adalah orang yang paling jauh dengan mereka.

  Kebutuhan yang terbesar adalah untuk mendapatkan lebih banyak informasi yang berhubungan dengan pekerjaan, langsung dari supervisor dan informasi mengenai organisasi dari pimpinan tingkat atas.

  4. Informasi dari pimpinan yang paling atas lebih rendah kualitasnya daripada sumber yang penting lainnya.

  Persoalan komunikasi yang sering muncul pada tingkatan ini adalah persoalan relevansi dan ketetapan isi pesan dan informasi dimana pesan dan informasi tersebut telah mengalami distorsi, gangguan, penyaringan (filtering) ataupun arti pesan yang telah dilebih

  • – lebihkan (exaggeration), serta waktu (timing) penyampaian yang tidak tepat (Muhammad, 2007. p 110). Pengaruh sikap seorang pimpinan yang baik akan membuat para karyawan merasa diperlakukan sebagai manusia berharga yang akibatnya dapat menimbulkan kegairahan kerjapada dirinya (Effendy, 2005. p 124).

2.1.3.2 Komunikasi ke Atas (Upward Communication)

  Yang dimaksud dengan komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada atasan atau dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi ke semua karyawan dalam suatu organisasi kecuali yang berada pada tingkatan yang paling atas mungkin berkomunikasi ke atas. Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan.

  Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan.Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan personalia, tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan. Dapat dikatakan, komunikasi pada tingkatan ini merupakan sarana atau mekanisme umpan balik (feedback) dari bawahan kepada atasan.

  Menurut Pace (2006) komunikasi ke atas mempunyai beberapa fungsi dan dianggap penting karena beberapa alasan, yaitu:

  1. Aliran informasi ke atas memberi informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawai kegiatan orang – orang lainnya.

  2. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia kapan bawahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka.

  3. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi

  • – operasi sebenarnya.

  4. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan memberi kesempatan kepada karyawan personalia

  • – untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran saran mengenai operasi organisasi.

5. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.

  6. Komunikasi ke atas membantu karyawan personalia mengalami masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut. Hal

  • – hal yang seharusnya disampaikan oleh karyawan kepada atasannya seperti yang disebutkan di atas tidaklah selalu menjadi kenyataan. Banyak kesulitan untuk mendapatkan informasi tersebut. Sharma (1979) dalam Muhammad (2007. p 118) mengatakan bahwa kesulitan itu mungkin disebabkan oleh beberapa hal diantaranya adalah sebagai berikut:

  a) Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya. Hasil studi memperlihatkan bahwa karyawan merasa akan mendapat kesukaran bila menyatakan apa yang sebenarnya menurut pikiran mereka. Karena itu cara yang terbaik adalah mengikuti saja apa yang disampaikan supervisornya.

  b) Perasaan karyawan bahwa pimpinan dan supervisor tidak tertarik pada masalah mereka.

  c) Kurangnya reward atau penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas.

  d) Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak dapat menerima dan merespon terhadap apa yang dikatakan oleh karyawan. Pimpinan terlalu sibuk untuk mendengarkan atau karyawan susah untuk menemuinya.

  Komunikasi ke atas merupakan sumber informasi yang penting dalam membuat keputusan, karena dengan adanya komunikasi ini pimpinan dapat mengetahui bagaimana pendapat bawahan mengenai atasan, mengenai pekerjaan mereka, mengenai teman

  • – temannya yang sama bekerja dan terlebih mengenai organisasi itu sendiri.

2.1.3.3 Komunikasi Horizontal (Horizontal Communication)

  Komunikasi horizontal adalah komunikasipenyampaian informasi di antara orang-orang yang memilikiotoritas yang samadi dalam suatu organisasi.Komunikasi horizontalterjadi secara mendatar, antara anggota staf dengan anggota staflainnya, antara sesama karyawan. Misalnya komunikasi yangterjadi antara sesama karyawan suatu bank yang sama

  • – sama bekerja di seksi kredit disebut komunikasi horizontal,komunikasi yang terjadi antara sesama dosen di departemen komunikasi
  • – juga disebut komunikasi horizontal. Pesan ini biasanya berhubungan dengan tugas tugas atau tujuan kemanusiaan seperti: koordinasi, pemecahan masalah, penyelesaian konflik dan saling memberikan informasi.

  Tujuan dari komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap karyawan personalia, tipe pesan adalah integrasi dan pembaharuan. Dapat dikatakan, komunikasi pada tingkatan ini merupakan sarana atau mekanisme umpan balik (feedback) dari bawahan kepada atasan.

  Komunikasi horizontal ini mempunyai tujuan tertentu diantaranya sebagai berikut: a.

  Mengkoordinasikan tugas-tugas.

  b.

  Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas – aktivitas.

  Ide dari banyak orang biasanya akan lebih baik daripada ide satu orang. Oleh karena itu komunikasi horizontal sangatlah diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik.

  c.

  Memecahkan masalah yang timbul diantara orang – orang yang berada dalam tingkatan yang sama. Dengan adanya keterlibatan dalam memecahkan masalahakan menambah kepercayaan dan moral dari karyawan. d.

  Menyelesaikan konflik diantara anggota yang ada dalam bagian organisasi dan juga antara bagian dengan bagian lainnya. Penyelesaian konflik ini penting bagi perkembangan sodial dan emosional dari anggota dan juga akan menciptakan iklim organisasi yang baik.

  e.

  Menjamin pemahaman yang sama. Bila perubahan dalam suatu organisasi diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit

  • – unit organisasi atau anggota unit organisasi tentang perubahan itu. Untuk ini mungkin suatu unit dengan unit lainnya mengadakan rapat untuk mencari kesepakatan terhadap perubahan tersebut.

  f.

  Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan diantara sesama karyawan dan akan membantu kekompakan dalam kerja kelompok. Interaksi ini akan mengembangkan rasa sosial dan emosional karyawan. (Muhammad, 2007. p 121-122)

  Komunikasi horizontal sangat penting untuk koordinasi pekerjaan antara bagian

  • – bagian dalam organisasi. Akan tetapi bagian-bagian itu sendiri mungkin menghalangi komunikasi horizontal. Kahn dan Katz mengatakan bahwa organisasi yang agak lebih otoriter mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal ini. Keterbatasan informasi menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk berkuasa. Dengan meningkatkan keterbatasan komunikasi horizontal bawahan menjadi tergantung kepada informasi yang disampaikan secara vertikal. Pemerintahan yang otoriter adalah contoh yang ekstrem yang mengontrol komunikasi horizontal.

  Sebaliknya dapat pula dilihat bahwa apabila komunikasi horizontal terlalu berkembang serta tidak terkontrol. Bila karyawan tidak mengajukan pertanyaan dalam pelaksanaan tugasnya dan tidak ada pula masalah yang akan dipecahkannya, maka pembicaraan mereka sambil bekerja tidaklah menyangkut hal-hal formal lagi, tetapi sudah beralih kepada pembicaraan yang tidak relevan dengan tugas

  • – tugasnya.

2.1.3.4 Komunikasi Lintas Saluran

  Komunikasi lintas saluran ini terjadi bila karyawan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi, maka pengarahan arus informasi bersifat informal atau pribadi.Informasi ini mengalir ke atas ke bawah atau secara horizontal tanpa memperhatikan hubungan posisi, kalaupun ada mungkin sedikit. Karena komunikasi informal ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari interaksi di antara orang

  • – orang dan mengalir ke seluruh organisasi tanpa dapat diperkirakan.

  Jaringan komunikasi ini lebih dikenal dengan nama desas

  • – desus (grapevine) atau kabar angin. Dalam istilah komunikasi grapevine dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal. Walaupun grapevine membawa informasi yang informal, tetapi ada manfaatnya bagi organisasi. Grapevine memberikan balikan kepada pimpinan mengenai sentimen karyawan. Grapevine dapat membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami oleh karyawan.

2.1.4 Iklim Komunikasi Organisasi

  Iklim komunikasi merupakan gabungan dari persepsi

  • – persepsi, suatu evaluasi makro mengenai peristiwa komunikasi, perilaku manusia, respons karyawan personalia terhadap karyawan personalia lainnya, harapan
  • – harapan, konflik – konflik antar personal, dan kesempatan bagi pertumbuhan dalam organisasi tersebut. Iklim komunikasi meliputi pers
  • – persepsi mengenai pesan dan peristiwa yang berhubungan dengan pesan yang terjadi dalam organisasi. Iklim komunikasi adalah persepsi mengenai seberapa jauh anggota organisasi merasa bahwa organisasi dapat
dipercaya, mendukung, terbukaterhadap, menaruh perhatian kepada, dan secara aktif meminta pendapat mereka, serta memberi penghargaan atas standar kinerja yang baik.

  Iklim komunikasi sebuah organisasi dapat mempengaruhi cara hidup seseorang: kepada siapa kita bicara, siapa yang kita sukai, bagaimana perasaan kita, bagaimana kegiatan kerja kita, bagaimana perkembangan kita, apa yang kita ingin capai, dan bagaimana cara kita menyesuaikan diri dengan organisasi. Redding menyatakan bahwa, iklim komunikasi organisasi adalah jauh lebih penting daripada keterampilan atau teknik

  • – teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif.

  Iklim komunikasi merupakan suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari fenomena global yang disebut komunikasi organisasi.Iklim berkembang dari interaksi antara sifat

  • – sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat – sifat itu.Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari persepsi atas karakter
  • – karakter yang relatif langgeng pada organisasi. Iklim secara umum dan khusus berlaku sebagai fa
  • – faktor penengah antara unsur – unsur sistem kerja dengan ukuran
  • – ukuran yang berbeda dalam keefektifan organisasi seperti produktivitas, kualitas, kepuasan, dan vitalitas.

  Poole (1985) (Pace dan Faules, 2006) mengatakan bahwa iklim muncul dan didukung oleh praktek

  • – praktek organisasi. Masih dalam buku yang sama, ahli lain seperti Kopelman, Brief dan Guzzo (1989) membuat hipotesis dan menyatakan bahwa iklim organisasi yang meliputiiklim komunikasi penting karena menjembatani praktik
  • – praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan produktivitas. Dalam penelitianini dijelaskan bahwa bila sebuah organisasi melaksanakan suatu rencana insentif keuangan baru atau berperan serta dalam pembuatan keputusan, akan memiliki kemungkinan munculnya perubahan dalam iklim organisasi. Pada
gilirannya iklim ini mungkin saja dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas karyawan personalia.

  Dari hasil penelitian yang dilakukan Pace dan Peterson menunjukkan bahwa paling sedikit ada enam faktor besar yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi (Pace dan Faules, 2006). Keenam faktor tersebut adalah: 1.

  Kepercayaan, personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang didalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.

  2. Pembuatan keputusan bersama, para karyawan personalia disemua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam semua wilayah kebijakan organisasi, yang relevan dengan kedudukan mereka. Para karyawan personalia disemua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

  3. Kejujuran, suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan

  • – hubungan dalam organisasi, dan para karyawan personalia mampu mengatakan ”apa yang ada dalam pikiran mereka” tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan atau atasan.

  4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah, kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang

  • – orang atau bagian – bagian lainnya, dan berhubungan luas dengan perusahaan, organisasinya, para pemimpin dan rencana – rencana.

  5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas, personel disetiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran

  • – saran atau laporan – laporan masalah yang dikemukakan personel di setiap tingkat bawahan dalam organisasi, secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.

  6. Perhatian pada tujuan – tujuan berkinerja tinggi, personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan

  • – tujuan berkinerja tinggi; produktivitas tinggi, kualitas tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

  Iklim komunikasi merupakan suatu citra makro, abstrak dan gabungandari suatu fenomena global yang disebut komunikasi organisasi. Iklim berkembang dari interaksi antara sifat

  • – sifat suatu organisasi dan persepsiindividu atas sifat – sifat
  • – tersebut. Suatu iklim komunikasi berkembang dalam konteks organisasi. Unsur unsur dasar yang membentuk suatu organisasi dapat diringkas menjadi lima kategori besar: anggota organisasi, pekerjaan dalam organisasi, praktik
  • – praktik pengelolaan, struktur organisasi, dan pedoman organisasi (Pace dan Faules, 2006. p 149-151).

  Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil risiko,

  • – mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam mengerjakan tugas tugas mereka. Para anggota organisasi yang akhirnya akan menentukan dan meneguhkan eksistensi pengaruh komunikasi. Iklim komunikasi tertentu akan memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu.

  Keputusan

  • – keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif adalah seperti: jujur dalam bekerja,
mengerjakan pekerjaan sesuai dengan yang diharapkan dan tepat waktu, dan meningkatkan loyalitas pada organisasi tempat ia bekerja. Iklim komunikasi seperti ini yang akan menjadi iklim komunikasi yang baik karena memberikan pengaruh yang baik pula bagi para karyawannya. Sedangkan iklim komunikasi yang negatif akan merusak keputusan mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpatisipasi dalam organisasi yang dibuat oleh anggota organisasi itu sendiri. Maka dapat disimpulkan, bahwa iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai pengaruh dan konsekuensi yang penting pada masa kerja karyawan personalia. Dengan terciptanya iklim komunikasi yang positif maka hal ini akan meningkatkan komitmen karyawan personalia pada organisasi (Pace dan Faules, 2006. p 156).

2.1.5 Kepuasan Kerja

  Kepuasan kerja merupakan hal yang bersifat individual. Setiap individu mempunyai tingkat kepuasan yang berbeda

  • – beda, seperti yang didefinisikan oleh Kreitner & Kinicki (2005), bahwa kepuasan kerja sebagai efektivitas atau respons emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan. Definisi ini mengandung pengertian bahwa kepuasan kerja bukanlah suatu konsep tunggal, sebaliknya seseorang dapat relatif puas dengan suatu aspek dari pekerjaannya dan tidak puas dengan salah satu atau beberapa aspek lainnya.(20 Mei 2013: http://teorionline.wordpress.com)

  Kepuasan kerja adalah persepsi tentang seberapa jauh anggota organisasi merasa puas dengan jenis pekerjaan yang diberikan dan kondisi lingkungan pekerjaannya (Kriyantono 2007. p 312). Kepuasan ini timbul dari persepsi seseorang mengenai bagaimana pekerjaan mereka. Kepuasan pekerjaan juga berasal dari faktor

  • – faktor yang berhubungan dengan lingkungan pekerjaan seperti misalnya gaya sang supervisor, kebijaksanaan
  • – kebijaksanaan dan prosedur – prosedur, afiliasi kelompok kerja, kondisi kerja, dan imbalan – imbalan lain di luar gaji (Winardi, 2007. p 216).

  Blum (As’ad, 2004) mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu

  • – sikap umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khusus terhadap faktor
faktor pekerjaan, karakteristik individual, serta hubungan kelompok di luar pekerjaan itu sendiri. Handoko juga mengatakan bahwa kepuasan kerja sebagai respon emosional menunjukkan perasaan yang menyenangkan berkaitan dengan pandangan karyawan terhadap pekerjaannya.

  Salah satu sarana penting pada manjemen sumber daya manusia dalam sebuah orgaisasi adalah terciptanya kepuasan kerja para karyawan personalia. Kepuasan kerja menurut Susilo Martoyo (2000. p 115), pada dasarnya merupakan salah satu aspek psikologis yang mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya, dimana ia akan merasa puas dengan adanya kesesuaian antara kemampuan, keterampilan dan harapannya dengan pekerjaan yang ia hadapi.

  Kepuasan sebenarnya merupakan keadaan yang sifatnya subyektif yang merupakan hasil kesimpulan yang didasarkan pada suatu perbandingan mengenai apa yang diterima karyawan personalia dari pekerjaannya dibandingkan dengan yang diharapkan, diinginkan, dan dipikirkannya sebagai hal yang pantas atau berhak atasnya. Sementara setiap karyawan / karyawan personalia secara subyektif menentukan bagaimana pekerjaan itu memuaskan.

2.1.5.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kepuasan Kerja

  Dalam usaha mempertahankan para karyawan, para pemimpin dalam suatu organisasi harus memperhatikan apa yang menjadi faktor

  • – faktor utama yang harus diperhatikan guna menciptakan kepuasan kerja dengan harapan agar pekerjaan yang dibebankan kepada karyawan tersebut menjadi sesuatu yang menyenangkan.

  Menurut Smith, Kendall dan Hulin (dalam Gibson, Ivancevich, dan Donnelly, 2000), ada lima karakteristik penting yang mempengaruhi kepuasan kerja, yaitu : a.

  Pekerjaan, sampai sejauhmana tugas kerja dianggap menarik dan memberikan kesempatan untuk belajar dan menerima tanggung jawab. b.

  Upah atau gaji, yaitu jumlah yang diterima dan keadaan yang dirasakan dari upah atau gaji.

  c.

  Penyelia atau pengawasan kerja, yaitu kemampuan penyelia untuk membantu dan mendukung pekerjaan.

  d.

  Kesempatan promosi yaitu, keadaan kesempatan untuk maju.

  e.

  Rekan kerja yaitu, sejauhmana rekan kerja bersahabat dan berkompeten. Untuk mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi kepuasan kerja, dapat digunakan Job Descriptive Index (JDI) yang menurut Luthans (1995) dalam Umar

  (1998: 36) ada lima, antara lain: 1)

  Pekerjaan itu sendiri (Work It Self): Setiap pekerjaan memerlukan suatu keterampilan tertentu sesuai dengan bidangnya masing

  • – masing. Sukar tidaknya suatu pekerjaan serta perasaan seseorang bahwa keahliannya dibutuhkan dalam melakukan pekerjaan tersebut, akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan kerja.

  2) Atasan (Supervision):Atasan yang baik berarti mau menghargai pekerjaan bawahannya. Bagi bawahan, atasan bisa dianggap sebagai figur ayah/ibu/teman dan sekaligus atasannya. Hubungan fungsional mencerminkan sejauhmana atasan membantu tenaga kerja untuk memuaskan nilai – nilai pekerjaan yang penting bagi tenaga kerja.

  3) Teman sekerja (Workers): Merupakan faktor yang berhubungan dengan hubungan antara karyawan personalia dengan atasannya dan dengan karyawan personalia lain, baik yang sama maupun yang berbeda jenis pekerjaannya.

  4) Promosi (Promotion): Merupakan faktor yang berhubungan dengan ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh peningkatan karier selama bekerja.

  5) Gaji/Upah(Pay): Merupakan faktor pemenuhan kebutuhan hidup karyawan personalia yang dianggap layak atau tidak. Upah merupakan faktor penting dalam kepuasan kerja. Uang tidak hanya membantu orang

  • – orang mencapai kebutuhan – kebutuhan dasar mereka, tetapi juga merupakan alat untuk mencapai kebutuhan – kebutuhan yang lebih tinggi.

  Para pekerja seringkali memandang upah sebagai suatu gambaran tentang bagaimana manajemen atau memandang kontribusi mereka kepada organisasi. Kepuasan kerja akan menggambarkan evaluasi atas suatu keadaan internal afektif (Pace dan Faules, 2006. p 163). Kepuasan kerja terlebih dahulu berasal dari kepuasan komunikasi. Seorang karyawan personalia yang memiliki kepuasan kerja pasti karena lingkungan kerjanya mendukung pekerjaannya. Lingkungan kerja ini melibatkan berbagai jenis cara berkomunikasi di dalamnya sehingga menyebabkan kepuasan kerja. Media yang berkualitas dan teman sekerja yang yang kooperatif akan mengakibatkan kepuasan komunikasi pada karyawan tersebut. Kepuasan komunikasi inilah yang kemudian menghasilkan kepuasan kerja karena melalui komunikasi yang lancar dan baik pekerjaan karyawan tersebut dapat terselesaikan.

  Kepuasan dengan pekerjaan seringkali dihubungkan dengan gaji sebagai faktor yang utama. Namun selain gaji masih banyak faktor lain yang berkombinasi dan cukup berpengaruh sehingga dapat menyebabkan kepuasan kerja pada seorang karyawan, seperti adanya kepuasan dengan ketepatan informasi, faktor ini mencakup tentang tingkat kepuasan dengan informasi, kebijaksanaan, teknik

  • – teknik baru, perubahan administrarif dan staf. Rasa puas dalam komunikasi organisasi dipengaruhi oleh aspek
  • – aspek organisasi seperti dipercaya, sokongan dan tujuan kinerja yang tinggi. Selanjutnya keseluruhan hal inilah yang mengakibatkan kepuasan kerja (Muhammad, 2007. p 88-89).

  Pendapat lain dari Gilmer (1966) tentang faktor

  • – faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja sebagai berikut: a.

  Kesempatan untuk maju

  Dalam hal ini ada tidaknya kesempatan untuk memperoleh pengalaman dan peningkatan kemampuan selama kerja.

  b.

  Keamanan kerja Faktor ini sering disebut sebagai penunjang kepuasan kerja, baik bagi karyawan pria maupun wanita.Keadaan yang aman sangat mempengaruhi perasaan karyawan selama kerja.

  c.

  Gaji dan jarang orang mengekspresikan kepuasan kerjanya dengan sejumlah uang yang diperolehnya.

  d.

  Perusahaan dan manajemen Perusahaan dan manajemen yang baik adalah yang mampu memberikan situasi dan kondisi kerja yang stabil.Faktor ini yang menentukan kepuasan kerja karyawan.

  e.

  Pengawasan (Supervise) Bagi karyawan, supervisor dianggap sebagai figur ayah dan sekaligus atasannya. Supervisi yang buruk dapat berakibat absensi dan turn over.

  f.

   Atribut yang ada pada pekerjaan mensyaratkan ketrampilan tertentu.

  Sukar dan mudahnya serta kebanggaan akan tugas akan meningkatkan atau mengurangi kepuasan.

  g.

  Kondisi kerja Termasuk di sini adalah kondisi tempat, ventilasi, penyinaran, kantin dan tempat parkir.

  h.

  Aspek sosial dalam pekerjaan Merupakan salah satu sikap yang sulit digambarkan tetapi dipandang sebagai faktor yang menunjang puas atau tidak puas dalam kerja. i.

  Komunikasi

   banyak dipakai alasan untuk menyukai jabatannya. Dalam hal ini adanya kesediaan pihak atasan untuk mau mendengar, memahami dan mengakui pendapat ataupun prestasi karyawannya sangat berperan dalam menimbulkan rasa puas terhadap pekerjaan. j.

  Fasilitas Fasilitas rumah sakit, cuti, dana pensiun, atau perumahan merupakan standar suatu jabatan dan apabila dapat dipenuhi akan menimbulkan rasa puas. (As’ad, 2004. p 115)

2.1.6 Hubungan Iklim Komunikasi Terhadap Kepuasan Kerja

  Iklim suatu organisasi diungkapkan melalui isi pesan dan bentuk simbolik yang dipergunakan dalam interaksi. Hubungan sehari

  • – hari antar sesama karyawan dapat menggambarkan bagaimana iklim diciptakan dan dipelihara dalam organisasi tersebut. Iklim atau suasana yang kondusif ini akan lebih terasa saat percakapan informal yang biasa dilakukan para karyawan sebagai penghilang kebosanan dalam bekerja. Hal – hal yang sederhana seperti kebiasaan mengucapkan salam, istirahat minum kopi, makan siang, bercanda dan membicarakan tentang banyak hal merupakan cara
  • – cara penting sebuah komunitas memelihara dirinya. Dengan adanya iklim yang semakin kondusif dalam sebuah perusahaan maka kemungkinan untuk mencapai kepuasan dalam bekerja semakin besar.

2.2 Kerangka Konsep

  Konsep adalah penggambaran fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun,

  2006:33). Kerangka konsep merupakan hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan yang akan dicapai (Nawawi, 2001. p 4).

  

Gambar 2.3: Kerangka Konsep

  Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1.

  Variabel Bebas (X) merupakan sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 2001. p 40). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Iklim Komunikasi Organisasi.

  Variabel Bebas (X) Iklim Komunikasi Organisasi

   Kepercayaan  Pembuatan Keputusan Bersama  Pemberian Dukungan  Keterbukaan  Tujuan Kinerja yang Tinggi

   Kejujuran (Pace dan Faules, 2001) Variabel Terikat (Y)

  Kepuasan Kerja (1)

  Pekerjaan itu sendiri (2)

  Gaji / upah (3)

  Supervisi (4)

  Promosi pekerjaan (5)

  Rekan Kerja (Umar 1998. p 36)

Dokumen yang terkait

Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan Operasional Hotel Grand Antares Indonesia Medan)

3 47 103

Iklim Komunikasi Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Terhadap Kerja Karyawan PT. CIMB Niaga Auto Finance Cabang Medan II)

0 46 112

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai PT. Jasa Raharja (Persero) cabang Medan

2 66 142

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Tingkat Kepuasan Kerja pada Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Medan Iskandar Muda)

11 105 141

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja(Studi Korelasional Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Medan Sumatera Utara)

6 45 143

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja ( Studi Korelasional Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Medan Sumatera Utara )

1 28 143

BAB II URAIAN TORITIS 2.1 Kerangka Teori 2.1.1 Komunikasi - Employee Relations dan Kepuasan Kerja

0 0 23

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1. Kerangka Teori - Strategi Komunikasi Pelayanan dan Kepuasan (Studi korelasional Strategi Komunikasi Pelayanan Pegawai Perpustakaan USU terhadap Kepuasan Mahasiswa USU)

0 0 20

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis - Komunikasi Organisasi dan Kinerja Pegawai (Studi Korelasional mengenai Pengaruh Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir)

0 0 24

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi - Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan Bank dalam Perspektif Korelasional

0 1 28