Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja(Studi Korelasional Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Medan Sumatera Utara)

(1)

SKRIPSI

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA

(

Studi korelasional tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja di kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai,

Medan Sumatera Utara )

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Diajukan Oleh : HERA REBECCA

090922026

Jurusan Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara iklim komunikasi organisasi dan kepuasan kerja di kalangan karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai.

Sebuah studi Korelasional yang bertujuan untuk melihat sejauhmana variabel Iklim Komunikasi Organisasi bepengaruh terhadap variabel Kepuasan Kerja. Teori-teori yang digunakan adalah: Komunikasi Organisasi, Fungsi Komunikasi dalam Organisasi, Jaringan Komunikasi, Iklim Komunikasi Organisasi, Peranan Pimpinan terhadap Iklim Komunikasi Organisasi, Kepuasan Kerja dan Pengaruh Iklim terhadap Kepuasan Kerja.

Untuk menganalisis data tentang hubungan diantara variabel digunakan teknik statistik dengan menggunakan analisa korelasi melalui tabel tunggal dan tabel silang. Teknik statistik yang digunakan korelasi pada penelitian ini adalah software SPSS 17.0

Teknik penarikan sampel menggunakan teknik total sampling, dimana semua populasi yang berjumlah 35 orang dijadikan sampel, karena apabila populasi berjumlah kurang dari 100 orang, menurut Arikunto maka sebaiknya diambil seluruhnya, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Adapun uji hipotesis menggunakan rumus rank spearman melalui program SPSS 17.0, diperoleh hasil rs = 0,530 yang berarti bahwa hubungan menunjukkan

korelasi yang cukup berarti. Ini berarti hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu

Terdapat hubungan antara Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja di Kalangan Karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai.

Berdasarkan koefisien korelasi dengan menggunakan skala Guilford, di mana hasilnya 0,530, yang berada pada skala 0,40-0,70, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja di Kalangan Karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai. Dalam hal ini Iklim Komunikasi terdiri dari kepercayaan, pengambilan keputusan bersama, pemberiam dukungan, keterbukaan, tujuan kinerja tinggi dan Kepuasan Kerja yang terdiri dari gaji/upah, pekerjaan, peluang promosi, supervisor, para rekan sekerja. Kemudian berdasarkan perhitungan indeks korelasi, diperoleh hasil Kp 29%, artinya pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kepuasan kerja adalah sebesar 29%, maka 71% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(3)

KATA PENGANTAR

Puji syukur tak terhingga dipersembahkan kepada Tuhan Yesus karena selalu memberikan kasih, memberi kekuatan, serta kesehatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian sampai penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih yang mendalam juga penulis persembahkan kepada kedua orang tua, ayah saya Muarasuddin dan ibu saya Clara yang selalu memberikan banyak dukungan moral juga materil serta doa yang tidak ada putus-putusnya.

Skripsi ini membahas komunikasi dalam organisasi yaitu mengenai iklim komunikasi organisasi, dimana dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara iklim komunikasi organisasi terhadap kepuasan kerja karyawan.

Dalam skripsi ini, peneliti banyak mendapat bimbingan, nasehat serta dukungan dari banyak pihak. Maka dalam kesempatan ini peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra Fatma Wardy Lubis, M.A sebagai Dosen Pembimbing yang telah banyak membimbing peneliti hingga rampungnya skripsi ini. Terimakasih banyak atas waktu yang diberikan, kesabaran, keramahan, serta perhatian yang peneliti terima sehingga peneliti dapat mengerjakan skripsi ini dengan baik.

Melalui kesempatan ini pula peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu


(4)

2. Ibu Dra Fatma Wardy Lubis, M.A selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara, sekaligus sebagai Dosen Pembimbing peneliti.

3. Ibu Dra Dayana, M.Si selaku Dosen Wali yang telah banyak membantu peneliti selama masa perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Seluruh Dosen Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

5. Staf Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai atas kesediaan waktunya mengisi lembar kuessioner, khususnya kepada Pimpinan yang memberikan motivasi dan keluangan waktu bagi peneliti.

7. Seluruh angota keluarga, khususnya adik-adik peneliti yang turut memberi semangat dalam merampungkan skripsi ini.

8. Seluruh teman dan sahabat di Jurusan Ilmu Komunikasi khususnya angkatan 2009 yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Suatu pengalaman berharga bagi peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini, tentunya banyak kesulitan yang ditemui dalam prosesnya. Peneliti juga menyadari masih ada kekurangan, namun peneliti berusaha semaksimal mungkin menghasilkan yang terbaik. Oleh karena itu peneliti menerima segala kritik dan saran demi menyempurnakan skripsi ini. Akhirnya, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi


(5)

semua pihak dan dapat memberikan sumbangan dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, dan khususnya dalam bidang studi Komunikasi Organisasi.

Medan, Maret 2011

Peneliti, Hera Rebecca 090922026


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAKSI...iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR... xi

BAB I PENDAHULUAN... 1

I.1 Latar Belakang Masalah ... 1

I.2 Perumusan Masalah ... 8

I.3 Pembatasan Masalah... 8

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 8

I.4.1. Tujuan Penelitian... 8

I.4.2. Manfaat Penelitian... 9

I.5 Kerangka Teori ... 10

I.6 Kerangka Konsep... 20

I.7 Model Teoritis... 21

I.8 Operasional Variabel ... 23

I.9 Defenisi Operasioanal... 24


(7)

BAB II URAIAN TEORITIS... 26

II.1 Komunikasi Organisasi ... 26

II.2 Fungsi Komunikasi dalam Organisasi... 30

II.3 Jaringan Komunikasi... 32

II.4 Peranan Pimpinan Terhadap Iklim Komunikasi Organisasi ... 44

II.5 Iklim Komunikasi Organisasi... 49

II.6 Kepuasan Kerja ... 53

II.7 Peranan Pimpinan Terhadap Iklim Komunikasi Organisasi ... 58

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 61

III.1 Deskripsi penelitian ... 61

III.1.1. Sejarah Perusahaan ... 61

III.1.2. Struktur Organisasi Kantor Cabang... 64

III.1.3. Tugas, Wewenang dan Tanggung Jawab... 66

III.2 Metode Penelitian... 82

III.3 Populasi dan Sampel... 82

III.3.1. Populasi ... 82

III.3.2. Sampel ... 83

III.4 Teknik Penarikan Sampel... 83

III.5 Teknik Pengumpulan Data ... 84

III.6 Teknik Analisa Data ... 85

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 89


(8)

IV.1.1Analisa Karakteristik Responden... 89

IV.1.2 Analisa Iklim Komunikasi Organisasi ... 92

IV.1.3 Analisa Kepuasan Kerja... 107

IV.2 Analisa Tabel Silang... 119

IV.3 Uji Hipotesa... 122

IV.4 Pembahasan ... 123

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 126

V.1. Kesimpulan ... 126

V.2. Saran... 127

DAFTAR PUSTAKA... 129


(9)

SKRIPSI

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA

(

Studi korelasional tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja di kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai,

Medan Sumatera Utara )

Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana

Diajukan Oleh : HERA REBECCA

090922026

Jurusan Ilmu Komunikasi

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(10)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hubungan antara iklim komunikasi organisasi dan kepuasan kerja di kalangan karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai.

Sebuah studi Korelasional yang bertujuan untuk melihat sejauhmana variabel Iklim Komunikasi Organisasi bepengaruh terhadap variabel Kepuasan Kerja. Teori-teori yang digunakan adalah: Komunikasi Organisasi, Fungsi Komunikasi dalam Organisasi, Jaringan Komunikasi, Iklim Komunikasi Organisasi, Peranan Pimpinan terhadap Iklim Komunikasi Organisasi, Kepuasan Kerja dan Pengaruh Iklim terhadap Kepuasan Kerja.

Untuk menganalisis data tentang hubungan diantara variabel digunakan teknik statistik dengan menggunakan analisa korelasi melalui tabel tunggal dan tabel silang. Teknik statistik yang digunakan korelasi pada penelitian ini adalah software SPSS 17.0

Teknik penarikan sampel menggunakan teknik total sampling, dimana semua populasi yang berjumlah 35 orang dijadikan sampel, karena apabila populasi berjumlah kurang dari 100 orang, menurut Arikunto maka sebaiknya diambil seluruhnya, maka penelitian ini merupakan penelitian populasi.

Adapun uji hipotesis menggunakan rumus rank spearman melalui program SPSS 17.0, diperoleh hasil rs = 0,530 yang berarti bahwa hubungan menunjukkan

korelasi yang cukup berarti. Ini berarti hipotesis yang diterima adalah Ha yaitu

Terdapat hubungan antara Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja di Kalangan Karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai.

Berdasarkan koefisien korelasi dengan menggunakan skala Guilford, di mana hasilnya 0,530, yang berada pada skala 0,40-0,70, hal ini menunjukkan adanya hubungan yang cukup berarti antara Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja di Kalangan Karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai. Dalam hal ini Iklim Komunikasi terdiri dari kepercayaan, pengambilan keputusan bersama, pemberiam dukungan, keterbukaan, tujuan kinerja tinggi dan Kepuasan Kerja yang terdiri dari gaji/upah, pekerjaan, peluang promosi, supervisor, para rekan sekerja. Kemudian berdasarkan perhitungan indeks korelasi, diperoleh hasil Kp 29%, artinya pengaruh iklim komunikasi organisasi terhadap kepuasan kerja adalah sebesar 29%, maka 71% lainnya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


(11)

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah

Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Pentingnya komunikasi tidak dapat dipungkiri demikian pula halnya dalam organisasi. Komunikasi merupakan proses yang tidak dapat dihindari oleh setiap anggota organisasi. Komunikasi penting bagi suatu organisasi karena komunikasi merupakan alat utama bagi anggota organisasi untuk dapat bekerja sama dalam melakukan aktivitas manajemen, yaitu untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Setiap organisasi atau perusahaan mempunyai struktur yang di dalamnya terdiri dari berbagai tingkat jabatan. Ketika masing-masing orang dari berbagai jabatan itu mulai berkomunikasi maka akan berkembang dengan sendirinya siapa berbicara dengan siapa . Dalam organisasi terdapat atasan, bawahan, atau rekan sejawat. Saat atasan bicara dengan bawahan akan berbeda saat bawahan berbicara dengan rekan sejawatnya. Atasan sesuai dengan jabatannya akan memberikan perintah, tugas kepada bawahannya. Selain pemberian tugas, atasan juga harus dapat mendengarkan bagaimana keluhan, tanggapan, atau masalah-masalah yang dihadapi seorang karyawan. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah seringkali karyawan memiliki keterbatasan untuk memperoleh informasi dalam melakukan tugasnya ataupun hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan organisasi,


(12)

dikarenakan karyawan memiliki rasa segan untuk bertanya lebih lanjut ataupun pimpinan yang kurang perhatian dan tidak bisa diajak kompromi. Dalam hal ini diperlukan iklim komunikasi yang berlangsung dengan baik. Menurut Denis (1975) dalam Muhammad (2009) iklim komunikasi adalah merupakan kualitas pengalaman yang bersifat objektif mengenai lingkungan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi dalam organisasi.

Iklim komunikasi dalam sebuah organisasi perlu mendapat perhatian dari setiap anggota organisasi karena baik pimpinan dan bawahan, semua anggota dalam organisasi merupakan satu kesatuan dalam melaksanakan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya. Peran pimpinan sangat dibutuhkan demi terciptanya iklim komunikasi yang positif dan kondusif. Seorang pemimpin perlu menunjukkan perilaku yang banyak memberikan pengarahan dan dukungan. Pemimpin seperti ini mau menjelaskan keputusan dan kebijaksanaan yang ia ambil dan mau menerima pendapat dari bawahan atau karyawannya. Dengan gaya kepemimpinan seperti ini maka bawahan akan sangat menghargai pimpinannya karena bawahan juga merasa dihargai oelh pimpinannya, sehingga hubungan baik dapat tercipta yang mengakibatkan iklim komunikasi dalam organisasi tersebut berlangsung baik. (Thoha 2008:318)

Dalam sebuah organisasi iklim komunikasi akan menggambarkan suasana kerja organisasi atau sejumlah perasaan dan sikap-sikap orang yang bekerja dalam organisasi. Dalam penelitian ini yang dimaksud iklim organisasi merupakan suatu


(13)

citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi organisasi.

Yang menjadi persoalan utama dalam iklim komunikasi adalah mengenai persepsi, beberapa hal diantaranya bagaimana persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi, bagaimana persepsi karyawan mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi, dan bagaimana persepsi karyawan mengenai organisasi itu sendiri. Persepsi-persepsi inilah yang akan mempengaruhi kemudian menentukan bagaimana iklim komunikasi yang berlangsung dalam suatu organisasi. (Muhammad 2009:86-87)

Penelitian yang dilakukan Reeding menunjukkan bahwa iklim komunikasi lebih luas dari persepsi karyawan terhadap kualitas hubungan dan komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan. Reeding juga mengatakan bahwa iklim (komunikasi) organisasi jauh lebih penting daripada ketrampilan atau teknik-teknik komunikasi semata-mata dalam menciptakan suatu organisasi yang efektif (dalam Kriyantono 2009 : 316).

Pimpinan dan karyawan sama-sama memiliki peran yang penting dalam organisasi. Pimpinan berperan sebagai kepala, orang yang mengatur, mengawasi dan bertanggung jawab pada organisasi. Seorang pimpinan tentu tidak dapat bekerja sendiri dalam memajukan organisasinya, ia membutuhkan karyawan untuk melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama. Maka peran karyawan pada suatu perusahaan juga penting disebabkan apabila kinerja para karyawan tidak maksimal, maka hasil yang akan dicapai oleh organisasi atau perusahaan tersebut


(14)

juga tidak akan maksimal. Secara khusus iklim komunikasi perlu mendapat perhatian lebih dari pemimpin organisasi, dikarenakan suatu iklim komunikasi mempunyai pengaruh yang besar pada bagaimana perilaku karyawan dalam bekerja.

Iklim komunikasi yang berlangsung dalam organisasi juga akan berpengaruh pada kepuasan kerja karyawan-karyawan yang berada dalam organisasi tersebut. Kepuasan kerja merupakan respon yang berbeda dari setiap karyawan, kepuasan menjadi respon atau tanggapan seseorang terhadap beragam lingkungan kerja yang dihadapinya.

Iklim komunikasi erat kaitannya dengan iklim organisasi. Iklim komunikasi yang positif akan menciptakan organisasi yang baik. Iklim organisasi merupakan kualitas yang relatif abadi dari lingkungan internal organisasi yang dialami oleh anggota-anggotanya, mempengaruhi tingkah laku mereka serta dapat diuraikan dalam istilah nilai-nilai suatu set karakteristik tertentu dari lingkungan.

Iklim organisasi didefenisikan oleh Payne dan Pugh (1976) sebagai suatu konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap, tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu system social. Selanjutnya Litwin dan Stringers (1968) memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut:

1. Rasa tanggung jawab

2. Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan 3. Ganjaran atau reward

4. Rasa persaudaraan 5. Semangat tim


(15)

(dalam Muhammad, 2009 : 82-83)

Setiap organisasi memiliki iklim yang berbeda dalam organisasinya, bagaimanapun iklim yang berlangsung dalam sebuah organisasi akan mempengaruhi perilaku karyawan. Iklim organisasi juga berkaitan erat dengan budaya atau kultur sebuah organisasi. Menurut Campbell berbagai penelitian mengenai iklim organisasi cenderung mendukung kesimpulan bahwa iklim organisasi yang positif akan membuat organisasi tersebut lebih produktif, keadaan ini tidak hanya menguntungkan organisasi saja namun juga berguna bagi kehidupan manusia dalam organisasi.

Kepuasan terhadap iklim komunikasi muncul dari kombinasi berbagai faktor, diantaranya kepuasan dengan pekerjaan yang mencakup hal-hal yang berkenaan dengan pembayaran, gaji, keuntungan, naik pangkat dan pekerjaan itu sendiri. Hal ini diyakini banyak perusahaan sebagai faktor utama kepuasan kerja karyawan.

Namun selain gaji terdapat berbagai faktor yang juga berpengaruh cukup kuat dalam kepuasan kerja karyawan seperti adanya kepuasan dengan ketepatan informasi, kepuasan dengan kemampuan seseorang yang menyarankan penyempurnaan, kepuasan dengan efisiensi bermacam-macam saluran komunikasi, kepuasan dengan kualitas media, kepuasan dengan cara komunikasi teman sekerja, kepuasan dengan keterlibatan dalam komunikasi organisasi sebagai suatu kesatuan. (Muhammad : 2009).


(16)

Kepuasan kerja karyawan sebagai suatu akibat dari komunikasi adalah satu fungsi dari apa yang seorang dapatkan dengan apa yang dia harapkan. Kepuasan ini tidaklah terikat kepada konsepsi efektivitas pesan. Jika pengalaman komunikasi memenuhi satu persyaratan, maka mungkin dihargai sebagai sesuatu yang memuaskan, meskipun komunikasi tersebut tidak efektif menurut standar tertentu.

Osmo Wijo mengungkapkan bahwa pertambahan arus pesan atau keterbukaan dari komuniksi mungkin mempunyai beberapa pengaruh yang negatif kepada beberapa organisasi karena kelebihan beban atau bertambahnya harapan. Pada studi permulaan dan akhir dia menemukan bahwa ketidakpuasan akan pekerjaan dan organisasi, sesungguhnya bertambah sebagai suatu fungsi dari lebih terbukanya iklim komunikasi. Dia mengemukakan alasan bahwa pertambahan keterbukaaan komunikasi menambah harapan karyawan berpartisipasi dalam proses pembuatan keputusan. Bila harapan ini menjadi kenyataan maka makin lebih besar rasa ketidakpuasan. (Muhammad, 2009)

Permasalahan mengenai iklim komunikasi dan kepuasan kerja dijumpai di setiap organisasi. Bank Sumut sebagai salah satu bank daerah di Indonesia juga merupakan sebuah organisasi. Terdiri dari pimpinan, karyawan, dan juga rekan sejawat. Bank Sumut merupakan bank daerah di Sumatera Utara dengan cabang yang tersebar cukup luas. Terdiri dari 106 unit kantor yang tersebar di seluruh Sumatera Utara, kemudian terbagi menjadi 27 unit kantor cabang (KC) dan 79 unit kantor cabang pembantu (KCP). Kantor cabang biasanya memiliki karyawan


(17)

berkisar 20-30 orang dan kantor cabang pembantu dibagi lagi menjadi kantor cabang pembantu kelas 1, kelas 2, dan kelas 3 dimana masing-masing jumlah karyawan berkisar 4-10 orang. Di kota Medan khususnya memiliki 15 unit kantor dengan kantor pusat yang terletak di jalan Imam Bonjol. Salah satu kantor cabangnya terletak di daerah Sukaramai yang beralamat lengkap di Jalan Denai no.43 Medan. Kantor ini terdiri dari sekitar 30 orang yang terdiri dari beberapa seksi dan dipimpin oleh pimpinan cabang.

Beberapa tahun belakangan ini Bank Sumut cukup banyak menerima penghargaan sebagai salah satu bank terbaik di Indonesia. Sebuah penghargaan diperoleh karena kerjasama yang baik dari anggota organisasi, yaitu pimpinan dan karyawan sebagai satu kesatuan. Anggota organisasi dapat bekerja dengan maksimal didukung oleh suasana kerja yang positif pula. Suasana kerja yang positif adalah suasana kerja yang nyaman, dimana hal ini tercipta karena adanya gabungan dari setiap pesan-pesan, media dan hubungan-hubungan dalam organisasi yang bersinergi dengan baik. (Pace dan Faules, 2005)

Karena alasan inilah maka peneliti ingin mengetahui lebih jauh apakah ada hubungan suasana kerja atau iklim komunikasi terhadap kepuasan kerja pegawai Bank Sumut dan akhirnya memperoleh berbagai penghargaan atas hasil kerja tersebut.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk meneliti bagaimana hubungan iklim komunikasi organisasi terhadap kepuasan kerja di kalangan karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Jalan Denai no. 43 Medan.


(18)

I.2. Perumusan Masalah

Untuk menjawab masalah diatas, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Sukaramai, jalan Denai no.43 Medan .

I.3. Pembatasan Masalah

Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga menghasilkan uraian yang sistematis, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Pembatasan masalah ditujukan agar lingkup penelitian dapat lebih jelas, terarah, sehingga tidak mengaburkan penelitian. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

a. Penelitian difokuskan pada hubungan iklim komunikasi organisasi terhadap kepuasan kerja di kalangan karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai.

b. Objek penelitian ini adalah karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai

c. Waktu Penelitian Februari-Maret 2011 I.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1). Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian merupakan arah pelaksanaan penelitian yang akan menguraikan apa yang akan dicapai, dan biasanya disesuaikan dengan


(19)

kebutuhan peneliti dan pihak lain yang berhubungan dengan penelitian tersebut.

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui hubungan iklim komunikasi organisasi di Bank Sumut cabang Sukaramai Medan terhadap kepuasan kerja yang dirasakan oleh karyawan Bank Sumut cabang Sukaramai Medan b. Untuk melihat sejauh mana tingkat signifikansi antara variabel X yaitu

Iklim Komunikasi Organisasi mempengaruhi variabel Y yaitu Kepuasan Kerja di kalangan karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai.

1.4.2). Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah :

a. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU. b. Secara teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi ilmu

komunikasi yang menyangkut komunikasi organisasi khususnya mengenai iklim komunikasi organisasi dan tingkat kepuasan kerja karyawan

c. Secara praktis, melalui penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkaitan, dan memberikan sumbangan pada organisasi dalam menjaga iklim komunikasi organisasi serta dapat mengukur tingkat kepuasan kerja karyawannya.


(20)

I.5. Kerangka Teori

Teori terdiri dari konsep-konsep, defenisi, acuan, dan proporsi yang menggambarkan suatu fenomena secara sistematis melalui penentuan hubungan antara variabel dengan tujuan untuk menjelaskan (memprediksikan) fenomena tersebut (Rakhmat, 2007:7).

Dengan adanya kerangka teori peneliti akan memiliki landasan dalam menentukan tujuan arah penelitiannya. Teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi organisasi, fungsi komunikasi dalam organisasi, jaringan komunikasi, iklim komunikasi organisasi, peranan pimpinan terhadap iklim komunikasi organisasi, kepuasan kerja dan pengaruh iklim terhadap kepuasan kerja.

I.5.1). Komunikasi Organisasi

Komunikasi merupakan suatu medan yang sangat penting dalam manajemen organisasi, organisasi jelas memerlukan informasi, dengan berkembangnya organisasi kebutuhan informasi juga bertambah.

Berbagai ahli memberikan persepsi mengenai apa itu komunikasi organisasi, dari semuanya ada beberapa hal yang umum dapat disimpulkan mengenai komunikasi organisasi, yaitu:

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal


(21)

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media.

c. Komunikasi organisasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungannya dan ketrampilan/skillnya.

Menurut Mulyana (2007:83) komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisasi bersifat formal dan juga informal, dan berlangsung dalam jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Oleh karena itu, organisasi dapat diartikan sebagai kelompok dari kelompok-kelompok. Komunikasi organisasi sering melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal, sedangkan komunikasi informal tidak bergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antar sejawat, juga termasuk selentingan dan gosip.

I.5.2). Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi adalah arus informasi dan emosi-emosi yang terdpat dalam masyarakat yang berlangsung secara vertical (atas bawah, vice-versa) maupun secara horizontal. Dapat berarti pula perhubungan atau persambungan wahana/sarana-sarana. (dalam Kartono 2010: 134).

Dalam kehidupan berorganisasi peranan komunikasi cukup besar dalam mendorong motivasi kuat dalam diri para anggota organisasi untuk


(22)

berkarya lebih tekun. Oleh karena itu juga penting diperhatikan bahwa manusia adalah makhluk sosial yang perlu berinteraksi dengan orang lain baik melalui jalur formal maupun jalur informal.

Komunikasi yang terjadi dalam organisasi mempunyai dua peran penting yaitu:

a. Sebagai wahana untuk menyampaikan keluhan untuk mana pimpinan diharapkan menjadi pendengar yang baik.

b. Sebagai saluran saluran menyatakan kepuasan atas keberhasilannya menyelesaikan tugas yang dipercayakan kepadanya.

(Siagian: 2003)

Fungsi komunikasi dalam organisasi yaitu sebagai wahana penyampaian informasi yang diperlkukan berbagai pihak untuk memperlancar jalannya proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan sukar dilakukan dengan lancar dan efektif apabila kekurangan jenis informasi, terutama dalam usaha mencari dan menemukan serta menganalisis berbagai alternatif yang mungkin ditempuh dan dalam memilih salah satu diantaranya untuk ditempuh.

1.5.3). Jaringan Komunikasi

Komunikasi sesuai dengan fungsinya adalah menyampaikan pesan, oleh karena itu dibutuhkan jaringan komunikasi dalam penyampaian pesan tersebut. Individu dalam organisasi berperan dalam sistem komunikasi yang ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu


(23)

lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan interaksiindividu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi.

Jaringan komunikasi dapat dibedakan atas 2 bagian secara umum yaitu:

a. Jaringan komunikasi formal, yaitu jaringan yang ditentukan oleh mekanisme, salurannya ditentukan oleh struktur yang direncanakan, seperti yang digambarkan dalam struktur organisasi, yang terdiri dari tiga bentuk utama arus pesan:

1. Downward Communication atau komunikasi kepada bawahan 2. Upward Communication atau komunikasi kepada atasan 3. Horizontal Communication atau komunikasi horizontal

(dalam Muhammad 2009:108)

b. Jaringan komunikasi informal, yaitu jaringan yang muncul tanpa adanya perencanaan dan tidak terdapat dalam struktur organisasi. Jaringan komunikasi ini sering disebut atau lebih dikenal dengan sebutan grapevine yang berarti kabar angina tau desas-desus. Grapevine seringkali dikatakan sebagai metode penyampaian pesan yang bersifat pribadi ataupun rahasia mengenai seseorang ataupun hal yang tidak terjadi secara resmi, dimana hal ini tidak dapat dilakukan melalui jaringan komunikasi formal. Faktor yang mempengaruhi luasnya jaringan komunikasi adalah hubungan dalam organisasi, arah dari arus pesan, hakikat seri dari arus pesan dan isi dari pesan. (Muhammad 2009 : 124, 128)


(24)

I.5.4). Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi dalam sebuah organisasi sangat penting karena akan mempengaruhi bagaimana sikap dan perilaku karyawan dalam bekerja yang kemudian dapat bergerak ke arah kepuasan kerja dalam organisasi tersebut.

Defenisi iklim organisasi menurut Hillrieger dan Slocum (Jablin, 1987) diungkapkan dengan mempertimbangkan subsistem dalam organisasi. Mereka mengatakan iklim organisasi adalah suatu set atribut organisasi, yang mungkin disebabkan oleh cara-cara organisasi atau subsistem, terhadap anggota dan lingkungannya. (Muhammad, 2009)

Iklim organisasi dipengaruhi oleh bermacam-macam cara anggota organisasi bertingkah laku dan berorganisasi. Iklim komunikasi yang penuh persaudaraan mendorong para anggota organisasi untuk berkomunikasi secara terbuka, rileks, ramahtamah dengan anggota yang lain. Sedangkan iklim yang negatif menjadikan anggota tidak berani berkomunikasi secara terbuka dan penuh rasa persaudaraan.

Wayne Pace dan Faules (2005) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi, yaitu:

a. Kepercayaan

b. Pembuatan keputusan bersama c. Pemberian dukungan

d. Keterbukaan

e. Perhatian atas tujuan berkinerja tinggi (Kriyantono 2007 : 311)


(25)

Dalam buku Muhammad (2009: 86-87) menjelaskan yang menjadi persoalan utama dari iklim komunikasi adalah hal-hal berikut:

a. Persepsi mengenai sumber komunikasi dan hubungannya dalam organisasi

a. Apakah anggota organisasi merasa puas dengan atasan, teman beekrja dan bawahan sebagai sumber informasi

b. Berapa pentingnya sumber-sumber itu

c. Apakah sumber-sumber tersebut dapat dipercaya d. Apakah sumber-sumber terbuka terhadap komunikasi

b. Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi a. Apakah jumlah informasi yang diterima cocok atau tepat

dengan topic-topik yang penting dari sumber informasi b. Apakah informasi itu berguna

c. Apakah balikan informasi dikirimkan kepada sumber yang tepat.

c. Persepsi mengenai organisasi itu sendiri

a. Berapa banyaknya anggota yang terlibat dalam pembuatan keputusan yang mempengaruhi mereka

b. Apakah tujuan dan objektif dipahami c. Apakah orang diberi sokongan dan dihargai

d. Apakah sistem terbuka terhadap input dari anggotanya. I.5.5). Peranan Pimpinan Terhadap Iklim Komunikasi Organisasi

Kepemimpinan yang efektif harus memberikan pengarahan terhadap usaha-usaha semua pekerja dalam mencapai tujuan-tujuan organisasi. Tanpa kepemimpinan maka hubungan antara tujuan perseorangan dan tujuan organisasi dapat menjadi renggang atau lemah, karena tidak ada yang membimbing, tidak ada yang memandu dan memberi contoh dengan baik bagaimana cara untuk mencapai tujuan tersebut.

Davis mengatakan tanpa kepemimpinan, suatu organisasi adalah kumpulan orang-orang dan mesin-mesin yang tidak teratur (kacau balau).


(26)

Kepemimpinan adalah kemampuan untuk mempengaruhi (membujuk) orang-orang lain untuk mencapai tujuan dengan antusias (dalam Reksohadiprodjo dan Hani 1992: 286)

Keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya bergantung pada kepemimpinannya, yaitu apakah kepemimpinan tersebut mampu menggerakkan semua sumber daya manusia, sumber daya alam, sarana, dana, dan waktu secara efektif, efisien serta terpadu dalam prosesnya, karena itu kepemimpinan adalah inti dari organisasi (Kartono, 2010).

Demikian halnya dalam sebuah iklim komunikasi seorang pimpinan memegang peran yang sangat penting, pimpinan mencerminkan bagaimana organisasi yang dipimpinnya. Mutu dan kualitas perusahaan menjadi cerminan dari mutu dan kualitas dari pimpinannya. Seorang pimpinan perlu memperhatikan bagaimana iklim yang sedang berlangsung dalam organisasinya, hal ini dapat dilakukan dengan meluangkan waktu lebih banyak dan memberi perhatian pada setiap jaringan komunikasi, baik jaringan komunikasi formal seperti komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah dan komunikasi horizontal dan juga jaringan komunikasi informal yaitu dengan munculnya desas-desus atau selentingan.

I.5.6). Kepuasan Kerja

Pengertian kepuasan kerja diantaranya apa yang dikemukakan Robbins (2001) bahwa kepuasan kerja adalah sikap suatu umum terhadap suatu pekerjaan seseorang, selisih antara banyaknya ganjaran yang diterima seorang


(27)

pekerja dan banyaknya yang mereka yakini seharusnya mereka terima. Kepuasaan kerja merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh para individu sehubungan dengan jabatan atau pekerjaan mereka. Siagian (1999) mengatakan bahwa kepuasan kerja merupakan suatu cara pandang seorang yang bersifat positif maupun negatif tentang pekerjaannya. Pendapat lain bahwa kepuasan kerja yaitu keadaan emosional yang meyenangkan dan yang tidak menyenangkan dengan mana para pegawai memandang pekerjaan mereka. Kepuasan kerja ini mencerminkan perasaan seseorang terhadap pekerjaannya Handoko (2000). Selain itu pendapat Indrawidjaja (2000) bahwa kepuasan kerja secara umum menyangkut sikap seseorang mengenai pekerjaannya. Karena menyangkut sikap, maka pengertian kepuasan kerja menyangkut berbagai hal seperti kognisi, emosi dan kecenderungan perilaku seseorang. (dalam Winardi, 2007 : 217)

Perilaku seserang atau karyawan dalam organisasi diterjemahkan menjadi bagaimana karyawan tersebut melaksanakan tugas yang diberikan atasan dan sejauhmana tanggung jawabnya terhadap tugas tersebut. Beberapa hal yang menentukan kepuasan kerja sebagaimana yang diungkapkan oleh Robbins (2001): (https://inayputrabangsa.files.wordpress.com)

1. Kerja yang secara mental menantang pegawai yang cenderung menyukai pekerjaan yang memberikan kesempatan menggunakan ketrampilan dan kemampuan dalam bekerja.


(28)

2. Gagasan yang pantas pegawai menginginkan sistem upah/gaji dan kebijakan promosi yang adil, tidak meragukan dan sesuai dengan pengharapan mereka.

3. Kondisi kerja yang mendukung pegawai peduli lingkungan kerja baik untuk kenyamanan pribadi maupun untuk memudahkan mengerjakan tugas yang baik.

4. Rekan sekerja yang mendukung adanya interaksi sosial antara sesama pegawai yang saling mendukung menghatar meningkatkan kepuasan kerja.

5. Jangan lupakan kesesuaian antara kepribadian pekerjaan. Holand dalam Robbins (2001) mengemukakan bahwa kecocokan yang tinggi antara kepribadian seorang pegawai dan pengharapan akan menghasilkan individual yang lebih terpuaskan.

6. Ada dalam gen bahwa 30 % dari kepuasan individual dapat dijelaskan oleh keturunan. Hasil riset lainnya megemukakan bahwa sebagian besar kepuasan beberapa orang diketemukan secara genetis.

I.5.7). Pengaruh Iklim Terhadap Kepuasan Kerja

Iklim komunikasi menjadi pendukung dalam komunikasi organisasi, iklim yang positif memiliki pengaruh terhadap kepuasan komunikasi. Kepuasan komunikasi muncul disebabkan adanya ketepatan antara yang


(29)

diharapkan dengan kenyataan. Maka saat kepuasan komunikasi tercapai, akan berpengaruh terhadap tercapainya juga kepuasan kerja.

Iklim memang sering dinyatakan sebagai fungsi dari bagaimana kepuasan anggota terhadap komunikasi (Litwin dan Stringer, 1968) (dalam Pace dan Faules, 2005). Iklim terdiri dari suatu citra gabungan entitas atau fenomena global, sepertri komunikasi atau organisasi, dan kepuasan menggambarkan reaksi afektif individu atas hasil-hasil yang diinginkan yang berasal dari komunikasi yang terjadi dalam organisasi, yang hendak disampaikan di sini adalah seringkali iklim dianggap sebagai faktor mutlak yang menyebabkan kepuasan dalam organisasi. Padahal banyak analisis mengenai kepuasan komunikasi yang menunjukkan banyak dimensi lain yang lebih stabil sebagai faktor kepuasan komunikasi, misalnya, sejauh mana komunikasi dalam organisasi memotivasi dan merangsang para pegawai untuk memenuhi tujuan organisasi dan untuk berpihak kepada organisasi atau sejauh mana penyelia terbuka pada gagasan, mau mendengarkan dan mau menawarkan bimbingan untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan pekerjaan. (Pace dan Faules, 2005).

Kepuasan komunikasi menjadi sebab dari kepuasan kerja. Kepuasan ini tidak hanya semata-mata disebabkan oleh iklim, memang iklim memiliki andil yang besar, namun masih terdapat hal lain yang menyebabkan kepuasan kerja tersebut. Dampak ini hanya terbatas pada kepuasan saja, meskipun banyak pendapat yang mengatakan kepuasan akhirnya menyababkan kinerja


(30)

karyawan yang tinggi, namun pendapat ini tidak didukung oleh fakta-fakta yang akurat. (Winardi, 2007). Berarti kepuasan tidak memacu para individu untuk mencapai tingkat kinerja yang lebih tinggi.

I.6. Kerangka Konsep

Dari beberapa teori yang telah diuraikan pada kerangka teori maka langkah selanjutnya adalah merumuskan kerangka konsep sebagai hasil dari suatu pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai (Nawawi, 1995:40).

Konsep adalah penggambaran fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan defenisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok, atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 1995:33).

Jadi kerangka konsep adalah hasil pemikiran yang rasional dalam menguraikan rumusan hipotesis yang merupakan jawaban sementara dari masalah yang dijui kebenarannya. Agar konsep-konsep dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasioanalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah sejumlah gejala dengan berbagai unsur atau faktor yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya faktor atau unsur yang lain (Nawawi, 1995:40). Variabel bebas dalam penelitian ini


(31)

adalah iklim komunikasi organisasi di Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau unsur atau faktor yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas dan bukan karena variabel lain (Nawawi, 1995:40). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kepuasan kerja karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai.

I.7. Model Teoritis

Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut :

Gambar 1 Model Teoritis Variabel bebas (X)

Iklim Komunikasi organisasi

Variabel Terikat (Y) Kepuasan kerja karyawan


(32)

I.8. Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka dibuat operasional variabel untuk membentuk suatu kesatuan dan dan memudahkan pemecahan masalah, yakni sebagai berikut:


(33)

Tabel 1

Operasional Variabel

Variabel teoritis Variabel operasional

1. Variabel Bebas (X)

Iklim Komunikasi Organisasi

a. Kepercayaan

b. Pembuatan keputusan bersama c. Pemberian dukungan

d. Keterbukaan

e. Tujuan kinerja yang tinggi 2. Variabel Terikat (Y)

Kepuasan Kerja Karyawan

a. Gaji/upah b. Pekerjaan c. Peluang promosi d. Supervisor

e. Para rekan sekerja 3. Karakteristik Responden a. Umur

b. Jenis kelamin c. Lama Bekerja


(34)

I.9. Defenisi Operasional

Defenisi operasioanal merupakan penjabaran lebih lanjut tentang konsep yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep. Defenisi operasioanal adalah suatu petunjuk pelaksanaan mengenai cara-cara untuk mengukur variabel-variabel. Defenisi operasional juga merupakan informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel sama (Singarimbun, 1995:46).

Maka variabel variabel yang perlu didefenisikan dalam penelitian ini adalah : 1. Variabel bebas

a. Kepercayaan : persepsi anggota organisasi terhadap seberapa jauh atasan, bawahan, sesama rekan kerja yang dapat dipercaya.

b. Pembuatan keputusan bersama : persepsi anggota organisasi terhadap keterlibatannya dalam proses pembuatan keputusan bersama

c. Pemberian dukungan : persepsi anggota organisasi terhadap perhatian atau dukungan organisasi pada karyawannya dan dukungan karyawan pada organisasinya

d. Keterbukaan : persepsi anggota organisasi terhadap keterbukaan organisasi terhadap informasi yang dianggap penting bagi anggota dan kemudahan anggota dalam memperoleh informasi

e. Tujuan Kinerja yang Tinggi : persepsi anggota organisasi tentang keinginan anggota organisasi untuk selalu memiliki tingkatan kinerja tinggi.


(35)

2. Variabel Terikat

a. Gaji/upah : jumlah gaji atau upah yang diterima dan kelayakan imbalan tersebut.

b. Pekerjaan : tingkat dimana tugas-tugas pekerjaan dianggap menarik dan memberikan peluang untuk belajar dan menerima tanggung jawab

c. Peluang-peluang promosi : tersedianya peluang untuk mencapai kemajuan dalam jabatan

d. Supervisor : kemampuan sang supervisor untuk menunjukkan perhatian terhadap para karyawan

e. Para rekan sekerja : tingkat dimana para rekan sekerja bersikap bersahabat, kompeten dan saling bantu membantu.

I.10. Hipotesis

Hipotesis adalah pernyataan yang merupakan dugaaan atau terkaan mengenai hubungan antara dua variabel atau lebih. Menurut Champion, hipotesis merupakan penghubung antara teori dan dunia empiris (Rakhmat, 2007:14).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat hubungan antara iklim komunikasi organisasi dan kepuasan kerja karyawan Bank Sumut cabang Medan Sukaramai Ha: Terdapat hubungan antara iklim komunikasi organisasi dan kepuasan


(36)

BAB II

URAIAN TEORITIS II.1. Komunikasi Organisasi

Setiap orang pasti menjadi anggota sebuah organisasi, mulai dari anggota organisasi yang kecil sampai ke taraf organisasi yang besar, seseorang menjadi anggota organisasi di lingkungannya seperti RT atau RW, bahkan dari anak-anak keanggotaan sebuah organisasi sudah dimulai di sekolah misalnya dengan menjadi anggota OSIS (Organisasi Siswa Intra Sekolah), atau pada taraf yang lebih besar seseorang menjadi anggota organisasi di pemerintahan dengan menjadi anggota DPR.

Kondisi di sekeliling manusia juga tidak terlepas dari yang namanya organisasi. Kehidupan manusia senantiasa dipengaruhi oleh berbagai macam organisasi, saat manusia menderita sakit maka ia akan dirawat di rumah sakit dimana rumah sakit tersebut merupakan sebuah organisasi, saat seseorang memerlukan surat keterangan penduduk maka ia mengurusnya melalui suatu organisasi pemerintah, saat seorang anak mulai belajar ia akan memasuki sekolah formal yang juga merupakan organisasi, seseorang bekerja pada organisasi-organisasi baik organisasi pemerintah dan juga organisasi swasta. (Winardi 2007:43)

Organisasi merupakan suatu wadah untuk melakukan berbagai macam kegiatan, organisasi terdiri dari sekelompok manusia yang diharapkan dapat bekerja sama sedemikian rupa hingga dapat mencapai sasaran yang


(37)

sudah ditentukan sebelumnya oleh organisasi tersebut. Lantas bagaimana tujuan dalam sebuah organisasi dapat tercapai, tentunya dibutuhkan sebuah komunikasi yang terjalin baik di dalamnya.

Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu organisasi, komunikasi ini dapat bersifat formal dan dapat juga bersifat informal. Komunikasi organisasi ini seringkali melibatkan komunikasi kelompok, komunikasi antarpribadi dan juga komunikasi publik. Komunikasi yang formal dalam sebuah organisasi adalah komunikasi yang berlangsung menurut struktur organisasi tersebut, yaitu adanya komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal. Selanjutnya komunikasi yang tidak bergantung pada stuktur organisasi disebut komunikasi informal. Komunikasi ini seperti komunikasi antarsejawat, dimana biasanya termasuk selentingan dan gosip. Selentingan dan gosip terjadi diantara rekan sekerja yang biasanya bersifat pribadi, hal ini muncul dan kemudian menjadi topik pembicaraan dalam sebuah organisasi namun tidak berhubungan atau tidak menyangkut pekerjaan sama sekali. (Mulyana:2007)

Para ahli memiliki berbagai macam persepsi mengenai apa itu komunikasi organisasi. Seperti Redding dan Sanborn mengatakan bahwa komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan dalam organisasi yang kompleks. (dalam Muhammad 2009:65). Katz dan Kahn menegaskan bahwa komunikasi organisasi adalah suatu proses sosial yang


(38)

mempunyai relevansi terluas di dalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi atau masyarakat. (dalam Thoha 2008:185)

Apabila didefenisikan maka komunikasi organisasi dapat didefenisikan secara fungsional dan secara interpretif. Defenisi dari perspektif fungsional adalah secara objektif sedangkan defenisi dari perspektif interpretif adalah secara subjektif.

Secara fungsional, komunikasi organisasi dapat didefenisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan yang hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya yang berfungsi dalam suatu lingkungan. (dalam Pace dan Faules 2005:32). Hubungan yang ditentukan dalam struktur ini bersifat alami, hubungan ini juga menunjukkan struktur sebuah organisasi itu bersifat luwes dan dapat berubah sebagai respons terhadap kekuatan-kekuatan lingkungan yang internal juga eksternal. Namun demikian, hubungan antara jabatan yang berubah, secara resmi hanya dapat terjadi berdasarkan pernyataan pejabat-pejabat organisasi.

Fokus komunikasi organisasi dalam perspektif fungsional adalah komunikasi di antara anggota-anggota suatu organisasi, maka komunikasi dapat terjadi kapanpun setidak-tidaknya ada satu orang yang menduduki suatu jabatan tertentu dalam suatu organisasi menafsirkan suatu pertunjukan. Sistem ini menyangkut pertunjukan dan penafsiran pesan


(39)

yang terjadi di antara banyak anggota organisasi, bisa puluhan bahkan ratusan anggota organisasi yang memiliki jenis hubungan yang berlainan yang menghubungkan mereka. Hubungan yang berlainan ini bisa saja seperti pikiran, keputusan, dan perilakunya diatur oleh kebijakan atau regulasi yang mempunyai gaya yang berlainan dalam berkomunikasi, yang kemudian juga dalam mengelola dan memimpin organisasi dimotivasi oleh kemungkinan-kemungkinan yang berbeda. Interaksi semua faktor ini atau mungkin faktor yang lebih banyak lagi disebut dengan sistem komunikasi organisasi.

Menurut perspektif interpretif, komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan organisasi. Proses interaksi tersebut tidak mencerminkan organisasi;ia adalah organisasi (dalam Pace dan Faules 2005:33). Dalam perspektif ini komunikasi organisasi adalah perilaku pengorganisasian yang terjadi dan bagaimana mereka yang terlibat dalam proses itu bertransaksi dan member makna pada apa yang sedang terjadi. Dalam perspektif ini juga, peranan orang-orang dan proses dibutuhkan dalam menciptakan makna, makna tersebut tidak hanya pada orang, namun juga dalam transaksi itu sendiri. Lebih jelasnya, komunikasi organisasi adalah proses penciptaan makna atas interaksi yang menciptakan, memelihara, dan mengubah organisasi (dalam Pace dan Faules 2005:33).


(40)

Maka disimpulkan jika perspektif fungsionalis (objektif) dalam organisasi menekankan struktur . Sementara organisasi yang berdasarkan perspektif interpretif (subjektif) lebih menekankan proses .

II.2. Fungsi Komunikasi dalam Organisasi

Komunikasi dilakukan karena setiap orang membutuhkan komunikasi dalam kehidupannya. Tanpa berkomunikasi seseorang tidak dapat menjalani kehidupannya sebagaimana mestinya. Dapat dibayangkan jika seseorang harus membeli kebutuhan pokok sehari-hari namun tidak dapat berkomunikasi dengan penjualnya. Manusia tidak dapat hanya diam dan berharap segala kebutuhannya datang dengan sendirinya. Maka tidak salah apabila para ahli komunikasi seperti Waltzlawick, Beavin, dan Jackson mengatakan we cannot not communicate (kita tidak dapat tidak berkomunikasi) (Mulyana: 2007). Saat kita tidak berkomunikasi maka kita tidak bisa melakukan apa-apa.

Dalam kehidupan sehari-hari komunikasi memiliki fungsi yang sangat penting diantaranya fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan. Fungsi sosial adalah untuk tujuan kesenangan, untuk menunjukkan ikatan dengan orang lain, membangun dan memelihara hubungan. Fungsi pengambilan keputusan adalah untuk memutuskan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu pada saat tertentu, contohnya apakah kita akan memutuskan untuk pergi bekerja atau tidak.


(41)

Komunikasi penting dalam setiap hal, begitu pula dalam sebuah organisasi. Komunikasi dibutuhkan setiap anggota organisasi untuk menjalankan dan menyelesaikan pekerjaan, tugas dan tanggung jawabnya. Para anggota organisasi juga yang meneguhkan pentingnya fungsi komunikasi dalam organisasi. Melalui proses interaksi para anggota organisasi memeriksa eksistensi kepercayaan, dukungan, keterbukaan, penyuluhan, perhatian dan keterusterangan. (Pace dan Faules 2005:154). Dengan demikian, maka pengaruh komunikasi dapat bermacam-macam juga berubah-ubah menurut cara pengaruh komunikasi ini ditentutukan dan diteguhkan melalui interaksi di antara angggota organisasi.

Dalam kehidupan organisasional terdapat empat jenis fungsi komunikasi yaitu : fungsi motivasi, fungsi ekspresi emosi, fungsi penyampaian informasi dan fungsi pengawasan (dalam Siagian 2003:91).

Bagi suatu organisasi komunikasi juga dapat berfungsi:

a. Menghubungkan semua unsur yang melakukan relasi pada semua lapisan, sehingga menimbulkan rasa kesetiakawanan, dan loyalitas antarsesama.

b. Semua jajaran pimpinan dapat langsung mengetahui keadaan bidang-bidang yang dibawahi, sehingga berlangsung pengendalian operasional yang efisien.

c. Meningkatkan rasa tanggung jawab semua anggota, dan melibatkan mereka pada kepentingan organisasi. Muncullah kemudian rasa keterlibatan atau sense of envolvement dan rasa ikut memiliki (melu handarbeni), sertasense of belonging atau rasa menjadi bagian dari suatu kelompok.

d. Memunculkan saling pengertian dan saling menghargai tugas masing-masing, sehingga meningkatkan rasa kesatuan dan pemantapan esprit de corps (semangat korps) (dalam Kartono 2010:135)


(42)

Fungsi lain dari komunikasi dalam organisasi adalah sebagai wahana penyampaian informasi yang diperlukan oleh berbagai pihak untuk memperlancar jalannya proses pengambilan keputusan. Fungsi terakhir komunikasi dalam organisasi adalah selaku pengendali perilaku anggota organisasi, karena dalam suatu organisasi para anggotanya diharapkan taat kepada petunjuk, peraturan dan norma-norma yang berlaku bagi anggota organisasi yang bersangkutan.

II.3. Jaringan Komunikasi

Organisasi merupakan kumpulan dari sejumlah orang-orang yang menduduki peranan tertentu. Di antara orang-orang ini terjadi pertukaran pesan. Pertukaran pesan ini terjadi melalui suatu jalan tertentu yang dinamakan jaringan komunikasi. Lokasi setiap individu dalam jaringan yang terjadi member peranan pada orang tersebut. Analisis jaringan mengungkapkan sifat-sifat khas sejumlah peranan jaringan komunikasi.

Beberapa ahli memberikan tujuh peranan jaringan komunikasi, ada juga yang memberikan enam jaringan komunikasi tersebut. Menurut Dawnoski, Farace, Monge dan Russel, Taylor dan Stewart dalam buku Pace dan Faules (2005) terdapat tujuh peranan jaringan komunikasi, yaitu: (1) Anggota Klik. (2) Penyendiri (3) Jembatan (4) Penghubung (5) Penjaga Gawang (6) Pemimpin Pendapat (7) Kosmopolit.


(43)

Tidak jauh berbeda dengan Pace dan Faules, dalam bukunya Muhammad (2009) memberikan enam peranan jaringan komunikasi yaitu: (1)Opinion Leader, yaitu pimpinan informal dalam organisasi, mereka bukanlah orang-orang yang mempunyai otoritas formal, namun mereka membimbing tingkah laku anggota organisasi dan mempengaruhi keputusan mereka. (2) Gate keepers, merupakan individu yang mengontrol arus informasi di antara anggota organisasi. Gate keepers mempunyai kekuasaan untuk memutuskan apakah sebuah informasi penting atau tidak. Jika informasi tersebut tidak penting maka informasi tersebut tidak akan diberikan. (3) Cosmopolites, yaitu individu yang menghubungkan organisasi dengan lingkungannya. Cosmopolites ini mengumpulkan informasi dari sumber-sumber yang ada dalam lingkungan dan memberikan informasi mengenai organisasi kepada orang-orang-orang tertentu di lingkungannya. (4) Bridge, yaitu anggota kelompok atau klik dalam sebuah organisasi yang menghubungkan kelompok itu dengan anggota kelompok lain (5) Liaison, memiliki peranan yang sama dengan bridge, namun bedanya individu itu bukan merupakan anggota dari suatu kelompok, kesamaannya addalah ia merupakan penghubung di antara suatu kelompok dengan kelompok lain. (6) Isolate, merupakan anggota organisasi yang memiliki kontak minimal dengan orang lain yang berada dalam organisasi tersebut, bisa dikarenakan orang ini menyembunyikan diri ataupun diasingkan oleh teman-temannya.


(44)

Berbagai studi mengenai jaringan komunikasi diantaranya studi yang dilakukan oleh Scwarth (Goldhaber, 1986) (dalam buku Muhammad, 2009) memperlihatkan bahwa orang sebagai pengantara memegang posisi atau status yang lebih tinggi dari orang-orang lain yang bukan sebagai pengantara. Studi ini mempelajari karakteristik dari liaison atau orang yang sebagai pengantara dalam jaringan arus informasi formal.

Selain penelitian itu, terdapat pula penelitian yang mempelajari peranan jaringan komunikasi dalam arus informasi informal, studi ini dilakukan oleh Davis (1953) (dalam buku Muhammad, 2009). Studi ini mempelajari pemindahan desas-desus dalam suatu organisasi, dikatakan bahwa orang atau inidividu yang mempunyai informasi yang relevan dengan kelompoknya akan mengkomunikasikan pesan itu dengan cepat kepada anggota kelompoknya yang lain, namun tidak dikomunikasikan kepada orang dari kelompok lain. Beberapa individu secara konsisten keluar dari arus pesan yang bersifat desas-desus dan tidak mengambilnya sebagai sumber informasi, hal ini menunjukkan bahwa ada perbedaan peranan informasi dalam suatu organisasi.

Berbagai faktor dapat mempengaruhi luasnya jaringan komunikasi, beberapa jaringan ditentukan oleh mekanisme yang sangat formal, sementara itu ada jaringan komunikasi yang timbul tanpa perhatian dan juga perencanaan seperti jaringan komunikasi informal. Maka secara


(45)

umum jaringan komunikasi ini dibedakan atas jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal.

a. Jaringan Komunikasi Formal

Dalam komunikasi organisasi informasi yang mengalir sesuai dengan struktur yang telah direncanakan dan telah ditetapkan sebelumnya disebut dengan jaringan komunikasi formal. Komunikasi ini mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan dan distribusi pekerjaan (Muhammad 2009:107)

Terdapat tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yaitu:

1. Komunikasi ke bawah

Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan yang berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya kita beranggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai; namun, dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen (Davis, 1967) (dalam Pace dan Faules 2005:184).

Katz dan Kahn, mengemukakan bahwa aliran komunikasi ke bawah mempunyai lima tujuan pokok:

(1) Untuk memberrikan pengarahan-pengarahan atau instruksi instruksi kerja tertentu (spesifik)


(46)

(2) Untuk memberikan informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan (rationale of a job)

(3) Untuk memberikan informasi tentang prosedur-prosedur dan praktek-praktek organisasional

(4) Untuk memberikan umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan (bawahan)

(5) Untuk menyajikan informasi mengenai aspek ideology dalam membantu organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

(dalam Reksohadiprodjo dan Hani, 1992: 181)

Komunikasi yang dilakukan oleh atasan kepada bawahan tidak selalu dapat berjalan lancar. Berbagai alasan dan faktor dapat menghambat jalannya komunikasi ini, seperti kurangnya sifat keterbukaan diantara pimpinan dan bawahan. Umumnya para pemimpin tidak terlalu memperhatikan arus komunikasi ke bawah, informasi hanya diberikan jika pimpinan merasa informasi tersebut penting bagi penyelesaian tugas. Para pimpinan juga seringkali lebih percaya pada pesan tulisan. Dibandingkan pesan yang disampaikan secara lisan atau tatap muka pimpinan lebih percaya pada pesan tulisan, hal inilah yang menyebabkan pimpinan lebih banyak menyampaikan pesan secara tertulis seperti buletin, manual yang cukup mahal, sementara komunikasi tatap muka lebih disenangi oleh karyawan. Pesan yang berlebihan juga menyebabkan karyawan tidak membaca pesan-pesan yang ada. Timing atau ketepatan waktu juga mempengaruhi bagaimana komunikasi ke bawah,


(47)

seharusnya pesan dikirimkan pada saat yang saling menguntungkan bagi kedua belah pihak yaitu pada pimpinan dan karyawan (Muhammad: 2009)

Seorang atasan yang baik akan menyadari bahwa komunikasi kepada bawahan sangat penting untuk dilakukan. Ia akan bersedia untuk mendengarkan pendapat bahkan kritik dari staf atau bawahannya. Hal ini dapat menjalin komunikasi yang sehat, terbuka dan timbal balik.

Pengaruh sikap seorang pimpinan yang baik akan membuat para karyawan merasa diperlakukan sebagai manusia berharga yang akibatnya dapat menimbulkan kegairahan kerja pada dirinya (dalam Effendy 2005:124).

2. Komunikasi ke atas

Komunikasi ke atas adalah komunikasi yang terjadi dari tingkat bawahan yang ditujukan ke tingkat yang lebih tinggi atau atasan. Semua pegawai dalam organisasi akan berkomunikasi ke atas, setiap bawahan akan meminta informasi ataupun memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi dibandingkan dirinya. Setiap komunikasi yang diarahkan seseorang kepada orang lain yang otoritasnya lebih besar dalam sebuah organisasi adalah merupakan esensi komunikasi ke atas.


(48)

Menurut Pace (2005) komunikasi ke atas penting dilakukan karena:

a. Aliran informasi ke atas member informasi berharga untuk pembuatan keputusan oleh mereka yang mengarahkan organisasi dan mengawasi kegiatan orang-orang lainnya b. Komunikasi ke atas memberitahukan kepada penyelia

kapan bahwahan mereka siap menerima informasi dari mereka dan seberapa baik bawahan menerima apa yang dikatakan kepada mereka.

c. Komunikasi ke atas memungkinkan bahkan mendorong omelan dan keluh kesah muncul ke permukaan sehingga penyelia tahu apa yang mengganggu mereka yang paling dekat dengan operasi-operasi yang sebenarnya.

d. Komunikasi ke atas menumbuhkan apresiasi dan loyalitas kepada organisasi dengan member kesempatan kepada pegawai untuk mengajukan pertanyaan dan menyumbang gagasan serta saran-saran mengenai operasi organisasi. e. Komunikasi ke atas mengizinkan penyelia untuk

menentukan apakah bawahan memahami apa yang diharapkan dari aliran informasi ke bawah.

f. Komunikasi ke atas membantu pegawai mengatasi masalah pekerjaan mereka dan memperkuat keterlibatan mereka dengan pekerjaan mereka dan dengan organisasi tersebut.

Komunikasi ke atas dapat menjadi rumit dan mnyita waktu, atau mungkin hanya segelintir kecil saja pimpinan yang mengetahui bagaimana cara memperoleh informasi dari bawah. Seorang pimpinan serimbgkali dipandang oleh bawahannya mempunyai status dan martabat yang berbeda. Pimpinan dapat kapan saja memanggil seorang bawahan, pimpinan bebas berkata dan berbicara dengan gaya sesukanya, namun seorang bawahan tidak dapat bebas mendatangi pimpinannya kapan ia suka.


(49)

Sharma (1979) dalam buku Pace dan Faules (2005) mengemukakakan empat alasan mengapa komunikasi ke atas terlihat sangat sulit:

a. Kecenderungan bagi pegawai menyembunyikan pikiran mereka.

Penelitian menunjukkan bahwa pegawai merasa bahwa mereka akan mendapat kesulitan bila mereka berbicara kepada penyelia mereka dan cara terbaik untuk naik pangkat adalah sepakat dengan penyelia mereka.

b. Perasaan bahwa penyelia dan manajer tidak tertarik kepada masalah pegawai.

Pegawai seringkali melaporkan bahwa manajer mereka tidak memperhatikan masalah mereka. Manajer mungkin tidak memberi tanggapan terhadap masalah pegawai dan mungkin menahan beberapa komunikasi ke atas karena hal itu mungkin membuat mereka terkihat buruk dalam pandangan atasan mereka.

c. Kurangnya penghargaan bagi komunikasi ke atas yang dilakukan pegawai.

Seringkali penyelia dan manajer tidak berhasil member penghargaan yang nyata atau terselebung untuk mempertahankan agar saluran komunikasi ke atas tetap terbuka.

d. Perasaan bahwa penyelia tidak dapat dihubungi dan tidak tanggap pada apa yang disampaikan pegawai.

Bisa terjadi penyelia terlalu sibuk untuk mendengarkan atau bawahan tidak dapat menemui mereka.

Komunikasi ke atas tidak dapat terjadi apabila pimpinan merasa harus menjaga seorang bawahan untuk tidak berbicara kepada pimpinan mereka. Setiap karyawan harus didorong agar dapat mengemukakan keluhan dan saran mereka baik itu kepada bagian personalia, ataupin langsung kepada pimpinan mereka.


(50)

Untuk memperlancar komunikasi ke atas, sebuah organisasi menciptakan sebuah program yang memungkinkan pegawai untuk mengemukakan masalah mereka, keluhan, pendapat yang ditujukan kepada manajemen puncak. Program ini dinamakan Saluran ke Atas . Semua identitas pegawai tersebut benar-benar dirahasiakan karena seringkali pegawai takut pada kemungkinan-kemungkinan buruk atau akan menghadapi kesulitan dalam pekerjaannya apabila berbicara terlalu banyak dalm organisasi. Program ini berhasil karena identitas pegawai dirahasiakan dan jawabannya juga jujur. Program ini juga mempunyai misi bahwa membuat pekerjaan itu sendiri menjadi tidak perlu, yang berarti ada pada suatu waktu komunikasi sudah bebas dan terbuka yang menjadikan komunikasi ke atas sebagai suatu pekerjaan yang mudah (Pace dan Faules:2005)

3. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal adalah komunikasi penyampaian informasi di antara orang-orang yang memiliki otoritas yang sama dalam organisasi. Komunikasi horizontal terjadi secara mendatar, antara anggota staf dengan anggota staf lainnya, antara sesama karyawan. Misalnya komunikasi yang


(51)

terjadi antara sesama karyawan suatu bank yang sama-sama bekerja di seksi kredit disebut komunikasi horizontal, komunikasi yang terjadi antara sesama dosen di departemen komunikasi juga disebut komunikasi horizontal.

Tujuan komunikasi horizontal ini adalah:

a. Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala bagian dalam suatu organisasi terkadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagaian menentukan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi

b. Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktivitas-aktivitas. Komunikasi horizontal sangat diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik, karena biasanya ide dari banyak orang lebih baik dari ide satu orang.

c. Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama.

d. Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada dalam bagian organisasi

e. Menjamin pemahaman yang sama. Bila suatu perubahan diusulkan, maka perlu ada pemahaman yang sama antara unit-unit dalam organisasi tentang perubahan itu.

f. Mengembangkan sokongan interpersonal. Karena sebagian besar dari waktu kerja karyawan berinteraksi dengan temannya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari temannya.

(dalam Muhammad 2009:121-122)

Komunikasi horizontal paling sering terjadi dalam rapat komisi, interaksi pribadi, selama waktu istirahat, obrolan di telepon, memo ataupun catatan, kegiatan sosial, dan lingkaran kualitas. Lingkaran kualitas adalah kelompok sukarela yang berbagi wilayah tanggung jawab.


(52)

Hambatan yang terjadi pada komunikasi horizontal tidak jauh berbeda dengan hambatan yang terjadi pada komunikasi ke bawah dan komunikasi ke atas. Adanya ketidakpercayaan di antara rekan sekerja, adanaya persaingan dalam sumber daya dapat mengganggu komunikasi antar pegawai, antar staf yang memiliki tingkatan yang sama dalam organisasi.

b. Jaringan Komunikasi Informal

Jaringan komunikasi informal muncul dari interaksi orang-orang. Informasi yang mengalir datang dari arah yang tidak diduga dan jaringannya digolongkan sebagai selentingan (grapevine). Grapevine merupakan kata kiasan, karenagrapevineterlihat tumbuh dan menjalar ke segala arah, menangkap dan menyembunyikan buahnya di bawah kerimbunan dedaunan. Kiasan ini sepertinya sesuai karena informasi yang digambarkan seperti grapevinejuga mengalir sepanjang jaringan kerja, selentingan juga berubah-ubah dan tersembunyi.

Dalam istilah komunikasi grapevinedikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia dari orang ke orang, yang tidak dapat diperoleh melalui jaringan komunikasi formal (dalam Muhammad 2009:125). Informasi yang diperoleh melalui selentingan lebih memperhatikan apa yang dikatakan atau didengar oleh seseorang


(53)

daripada apa yang dikeluarkan oleh pemegang kekuasaan. Paling tidak sumbernya terlihat rahasia meskipun informasi itu bukan rahasia.

Selentingan atau grapevine ini biasanya mengalir dengan sangat cepat dan juga tanpa dapat diduga. Hasil penelitian Davis dalam buku Muhammad (2009) menunjukkan bahwa berita misalnya mengenai kelahiran anak pimpinan dapat tersiar dalam jangka waktu 13 jam ke seluruh organisasi. Banyak orang yang beranggapan bahwa selentingan kurang cermat daripada yang sebenarnya karena kesalahan-kesalahan dramatik akibatnya lebih berkesan dalam ingatan daripada kecermatan rutin, bahkan Effendy (2005) mengatakan bahwa menjalarnya desas-desus di kalangan karyawan mengenai suatu hal seringkali disebabkan oleh interpretasi yang salah.(dalam Effendy 2005:125). Namun menurut penelitian Davis bahwa Grapevine itu tepat. 80-90% berita mengenai organisasi yang tidak kontroversial adalah tepat. (Muhammad 2009:125)

Pimpinan bisa saja tidak menyukai adanya grapevine , dan suka tidak suka grapevine membawa banyak informasi dan tetap hidup dalam organisasi. Seorang pimpinan yang bijaksana ia akan membiarkan grapevine tetap ada, mengambil manfaat yang ada dan mengenali keterbatasan karena bagaimanapun grapevine dapat memberikan pengaruh yang baik dan juga kurang baik bagi organisasi.


(54)

Grapevine tidak dapat ditekan dan diontrol secara langsung, dan aktivitas grapevine ini bukanlah merupakan tanda ketidaksehatan organisasi, melainkan merupakan gejala yang normal, sehingga setiap anggota organisasi seharusnya dapat bijaksana menghadapi arus komunikasi ini, dan efek negative dari grapevine dapat dikontrol oleh pimpinan dengan menjaga jaringan komunikasi yang bersifat terbuka, jujur, teliti, dan sensitif terhadap komunikasi ke atas, ke bawah dan juga horizontal.

II.4. Iklim Komunikasi Organisasi

Iklim komunikasi organisasi adalah sebuah kiasan yang menggambarkan sebuah iklim fisik. Contohnya seperti cuaca yang membentuk iklim fisik pada suatu kawasan. Terkadang, cuaca pada suatu hari tertentu memberi gambaran yang baik mengenai iklim fisik secara umum untuk jangka waktu yang panjang, demikian halnya dengan organisasi, persepsi mengenai suatu organisasi pada suatu hari tertentu dapat memberi gambaran mengenai iklim komunikasi tersebut selama jangka waktu yang lebih panjang. Begitu juga dengan iklim komunikasi, cara orang bereaksi terhadap aspek organisasi membentuk atau menciptakan iklim organisasi.

Poole (1985) dalam buku Pace dan Faules (2005) mengatakan bahwa iklim muncul dan didukung oleh praktek-praktek organisasi. Masih dalam buku yang sama, ahli lain seperti Kopelman, Brief dan Guzzo (1989)


(55)

membuat hipotesis dan menyatakan bahwa iklim organisasi yang meliputi iklim komunikasi penting karena menjembatani praktik-praktik pengelolaan sumber daya manusia dengan produktivitas. Dalam penelitian ini dijelaskan bahwa bila sebuah organisasi melaksanakan suatu rencana insentif keuangan baru atau berperan serta dalam pembuatan keputusan, akan memiliki kemungkinan munculnya perubahan dalam iklim organisasi. Pada gilirannya iklim ini mungkin saja dapat mempengaruhi kinerja dan produktivitas pegawai.

Iklim komunikasi adalah persepsi mengenai seberapa jauh anggota organisasi merasa bahwa organisasi dapat dipercaya, mendukung, terbuka terhadap, menaruh perhatian kepada, dan secara aktif meminta pendapat mereka, serta memberi penghargaan atas standar kinerja yang baik. (dalam Kriyantono 2007:311)

Kriyantono (2007) memberikan subvariabel yang dikur dalam iklim komunikasi yaitu:

1. Kepercayaan, adalah persepsi anggota organisasi tentang seberapa jauh atasan, bawahan, dan sesame rekan kerja dapat dipercaya.

2. Pembuatan keputusan bersama, adalah persepsi anggota organisasi tentang keterlibatannya dalam proses pembuatan keputusan bersama. 3. Pemberian dukungan, adalah persepsi anggota organisasi tentang

perhatian atau dukungan organisasi pada karyawan-karyawannya dan dukungan karyawan pada organisasi.

4. Keterbukaan, adalah persepsi anggota organisasi tentang keterbukaan organisasi terhadap informasi yang dianggap penting bagi anggota, kebebasan, dan kemudahan anggota dalam memperoleh informasi. 5. Perhatian dan tujuan berkinerja tinggi, adalah persepsi anggota

organisasi tentang keinginan anggota dan organisasi untuk selalu memilki tujuan kinerja tinggi.


(56)

Tidak jauh berbeda dengan buku Kriyantono, Redding (Goldhaber, 1986) dalam buku Muhammad (2009) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi tersebut

1. Supportiveness , atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi mereka dengan atasan membantu mereka membangun dan menjaga perasaan diri berharga dan penting.

2. Partisipasi membuat keputusan.

3. Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia. 4. Keterbukaan dan keterusterangan.

5. Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.

Iklim komunikasi merupakan suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut komunikasi organisasi. Iklim berkembang dari interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat tersebut.

Suatu iklim komunikasi berkembang dalam konteks organisasi. Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi dapat diringkaskan menjadi lima kategori besar: anggota organisasi, pekerjaan dalam organisasi, praktik-praktik pengelolaan, struktur organisasi, dan pedoman organisasi. (dalam Pace dan Faules 2005:149,151).

Iklim komunikasi dapat menjadi salah satu pengaruh yang paling penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha anggota organisasi. Iklim komunikasi juga memainkan peranan sentral dalam mendorong anggota organisasi untuk mencurahkan usaha kepada pekerjaan mereka dalam organisasi. Hal ini dikarenakan anggota


(57)

organisasi memilih berbagai jumlah usaha yang mereka curahkan untuk kegiatan organiasasi, langkah-langkah pelaksanaan kerja, perhatian terhadap terhadap pekerjaan mereka hingga pada jumlah waktu yang mereka berikan pada pekerjaan mereka.

Selain itu, iklim atau suasana komunikasi dalam organisasi juga dapat menjadi sebuah hambatan antar pribadi. Dalam suatu organisasi, hubungan antara seorang atasan dan bawahan terutama berasal dari perlakuan yang diterima setiap pihak dan dari cara mana perilaku timbal balik ini diinterpretasikan.

Menurut Jablin (1979) pada saat atasan dan bawahan berkomunikasi, perasaan-perasaan yang muncul akan membatasi atau mendorong baik isi maupun frekuensi komunikasi mereka, dan mempengaruhi cara-cara mereka berkomunikasi satu dengan yang lain. (dalam Reksohadiprodjo dan Hani 1992:186-187). Kombinasi sikap ini yang akan membentuk suasana hubungan antar pribadi, suasana yang kurang positif akan memunculkan penolakan aliran komunikasi, bawahan memanipulasi informasi dan tersebarnya antagonism dan ketidakpercayaan. Maka akibatnya adalah evektivitas kelompok dan perusahaan akan menurun.

Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebt mempercayai mereka dan memberi mereka kebebasan dalam mengambil risiko, mendorong mereka dan memberi mereka


(58)

tanggung jawab dalam mengerjakan tugas-tugas mereka. Para anggota organisasi lah yang akhirnya menentukan dan menguhkan eksistensi pengaruh komunikasi. Iklim komunikasi tertentu memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi untuk melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif seperti jujur dalam bekerja, mengerjakan pekerjaan sesuai dengan yang dihatapkan dan tepat waktu, meningkatkan loyalitas pada organisasi tempat ia bekerja. Iklim komunikasi seperti ini lah yang menjadi iklim komunikasi yang baik karena memberikan pengaruh yang baik pula bagi para karyawannya. Sedangkan iklim komunikasi yang negatif akan merusak keputusan mengenai bagaimana mereka akan bekerja dan berpatisipasi dalam organisasi yang dibuat oleh anggota organisasi itu sendiri.

Partisipasi, sebagai salah satu dimensi iklim komunikasi menjadi suatu faktor atau penduga atas komitmen bagi pegawai dengan masa kerja lima tahun atau lebih dalam organisasi tersebut. Partisipasi memiliki arti dan peranan yang besar sekali bagi pekerja yang akhirnya membentuk kesadaran pengendalian atas situasi kerja mereka, yang baru muncul setelah mereka mencapai suatu masa kerja tertentu dalam organisasi tersebut. Maka dapat disimpulkan, bahwa iklim komunikasi dalam organisasi mempunyai pengaruh dan konsekuensi yang penting pada masa kerja pegawai. Dengan terciptanya iklim komunikasi yang positif


(59)

maka hal ini akan meningkatkan komitmen pegawai pada organisasi. (Pace dan Faules 2005: 156)

II.5. Peranan Pimpinan Terhadap Iklim Komunikasi Organisasi

Setiap kegiatan manusia selalu membutuhkan kepemimpinan, demikian halnya dalam berorganisasi tentu membutuhkan pimpinan sebagai orang yang memimpin, memandu, berdiri di barisan depan demi sukses dan efisiensi kerja. Pimpinan mempunyai sifat, kebiasaan, temperamen, watak dan kepribadian yang unik serta khas sehingga tingkah laku dan gayanya membedakan dirinya dan orang lain. Yang jelas, pemimpin harus memiliki kelebihan dibandingkan anggota organisasi lainnya, sehingga melalui kelebihan itu seorang pimpinan memiliki wibawa dan dipatuhi oleh bawahannya (Kartono 2010: 31,34,37).

Dalam sebuah organisasi untuk mencapai tujuannya agar berhasil tergantung pada bagaimana kepercayaan masyarakat pada organisasi tersebut, bagaimana mutu dan kualitas organisasi. Keseluruhan hal ini dicerminkan oleh bagaimana para pimpinan dalam organisasi, maka mutu dan kualitas pimpinan akan ikut menentukan mutu dan kulitas organisasi itu pula. Mutu kepemimpinan dalam organisasi dapat terlihat dalam kemampuan pimpinan untuk melakukan beberapa hal dalam organisasi tersebut seperti:

1. Memahami sepenuhnya berbagai faktor yang merupakan kekuatan bagi organisasi.


(60)

2. Mengenali secara tepat bebrbagai bentuk kelemahan yang terdapat dalam organisasi.

3. Memanfaatkan berbagai peluang yang mungkin timbul.

4. Menghilangkan berbagai ancaman yang dapat menjadi penghalang bagi keberhasilan organisasi mencapai tujuan dan sasarannya

5. Memiliki sifat yang proaktif dan antisipatif terhadap perubahan yang pasti selalu terjadi, baik karena faktor-faktor intern maupun karena tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

6. Mendorong para bawahan sehingga bekerja dengan tingkat efisiensi, efektivitas, dan produktivitas yang mendorong keberhasilan usaha 7. Menciptakan cara dan iklim kerja yang mendukung wawasan

kebersamaan dalam usaha pencapaian tujuan. (dalam Siagian, 2003: 4)

Pimpinan merupakan orang yang bertanggung jawab dalam organisasi untuk memberikan kontribusi dalam membangkitkan iklim komunikasi yang baik dalam organisasinya. Kesuksesan maupun kegagalan suatu organisasi biasanya selalu dihubungkan dengan kepemimpinan. Pemimpin sedapat mungkin dituntut untuk menjadi fleksibel dalam pekerjaannya dan juga dalam menghadapi bawahannya. Seorang pemimpin tidak dapat menerapkan gaya yang yang sama dalam menghadapi dua orang karyawan yang berbeda, dengan tetap menerapkan kedisplinan pemimpin harus mampu mengetahui bagaimana cara yang paling efektif untuk menghadapi masing-masing bawahan.

Untuk menjaga iklim komunikasi dalam sebuah organisasi pemimpin tentunya harus memperhatikan setiap jaringan komunikasi yang berlangsung dalam organisasi, baik itu formal dan informal. Keberlangsungan komunikasi ke atas, komunikasi ke bawah dan juga komunikasi horizontal yang terjalin di organisasi menjadi tanggung jawab


(61)

dan memerlukan perhatian dari pimpinan. Secara khusus dalam komunikasi ke bawah atau downward communication pimpinan akan berperan lebih aktif. Komunikasi ke bawah adalah komunikasi yang berasal dari atasan atau pimpinan kepada bawahan, yang berarti bahwa informasi mengalir atau diberikan oleh pimpinan terhadap bawahan. Masalah utama yang biasanya terjadi dalam komunikasi ke bawah adalah (1) jenis informasi apa yang disebarkan dari tingkat manajemen kepada pegawai dan (2) bagaimana informasi tersebut disediakan (dalam Pace dan Faules 2005:185). Seringkali informasi yang diberikan oleh pimpinan hanya sekedarnya tanpa kejelasan lebih lanjut dan juga informasi tersebut disediakan dalam keadaan yang terbatas. Bawahan atau pegawai yang merasa kesulitan untuk mendapatkan informasi ini kemudian tidak dapat mengerjakan tugas dengan maksimal. Beberapa pegawai ingin menanyakan kejelasan lebih langsung kepada atasan namun berbagai alasan kemudian mengakibatkan hal ini urung dilakukan, bisa karena pimpinan tidak berada di tempat atau pimpinan yang tidak mempunyai waktu untuk bawahan. Suasana ini yang berujung pada keadaan organisasi yang tidak kondusif, iklim komunikasi yang berlangsung juga tidak dapat berjalan dengan baik. Sebagaimana yang telah dibahas si atas bahwa iklim komunikasi akan menentukan bagaimana perilaku individu dalam bekerja dan menentukan bagaimana komitmen pada organisasinya. Iklim yang positif menjadi pengaruh yang penting dalam produktivitas


(62)

organisasi. Maka karena komunikasi tidak berlangsung secara baik berujung pada iklim yang tidak baik pula sehingga produktivitas organisasi terganggu. Bila dirunut dari awal peran pimpinan yang kurang memperhatikan jaringan komunikasi menyebabkan atau juga berpengaruh pada kestabilan iklim komunikasi dalam organisasi.

Selain komunikasi ke bawah, dalam komunikasi ke atas dan juga komunikasi horizontal membutuhkan perhatian dari pimpinan, karena keseluruhan dari jaringan komunikasi ini akan berpengaruh pada iklim komunikasi dalam organisasi. Seharusnya komunikasi ke atas juga melaksanakan peranan integratif dengan menyediakan sarana-sarana penyampaian masalah-masalah yang dihadapi para karyawan. (dalam Reksohadiprodjo dan Hani 1992:183). Namun seringkali komunikasi ke atas hanya sebatas penyampaian informasi dari bawahan kepada pimpinan, seharusnya juga seorang pimpinan meluangkan waktunya untuk memperhatikan hal-hal kecil dari bawahannya karena bawahan akan merasa lebih dihargai, contohnya saat seorang pimpinan mengingat nama anak pertama dari bawahannya seorang bawahan akan merasa lebih diperhatikan dan juga dihargai keberadaannya. (Reksohadiprodjo dan Hani, 1992). Secara tidak langsung seorang bawahan akan meningkat gairah kerjanya karena ia merasa iklim atau suasana yang berlangsung dalam organisasi tempat ia bekerja baik dengan keberadaan pimpinan yang memiliki perhatian padanya. Oleh karena itu lagi-lagi seorang


(1)

3. Sebaiknya variabel-variabel kepuasan kerja seperti pemberian pujian ataupun penghargaan pada keberhasilan kerja karyawan lebih diperhatikan oleh pimpinan dan perusahaan, karena hal itu dapat mempengaruhi produktivitas kerja dan loyalitas karyawan.


(2)

Amirin, Tatang M. 2011. Populasi dan Sampel Penelitian. tatangmanguny.wordpress.com

Arikunto, Suharaimi. 2006.Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : PT Rineka Cipta

Bungin, Burhan. 2001.Metodologi Penelitian Kuantitatif : Komunikasi, ekonomi, dan Kebijakan Pub;ik serta Ilmu-ilmu Sosial Lainnya.Jakarta : Kencana.

Cangara, Hafied. 2003.Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : Raja Grafindo

Effendy, Onong Uchjana. 2003. Ilmu, Teori, dan Filsafat Komunikasi.Bandung : PT Citra Aditya Bakti

_____________________. 2005. Ilmu Komunikasi : Teori dan Praktek. Bandung : PT Remaja Rosdakarya

_____________________. 1993. Kepemimpinan dan Organisasi. Bandung : CV. Mandar Maju

Gitosudarmo, Indriyo & Sudila, I Nyoman. 2000. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: BPFE

Kartono, Kartini. 2010. Pemimpin dan Kepemimpinan : Apakah Kepemimpinan Abnormal itu?. Jakarta : Rajawali Pers

Kriyantono, Rachmat. 2007.Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana Liliweri, Alo. 1991.Komunikasi Antar Pribadi. Bandung: Citra Aditya Bakti Muhammad, Arni. 2009.Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara


(3)

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Metode Penelitian Komunikasi : dilengkapi contoh analisis statistik.Bandung : PT. Remaja Rosdakarya

Reksohadiprodjo, Sukanto & T. Hani Handoko. 1992. Organisasi Perusahaan : Teori, Struktur dan Perilaku. Yogyakarta. BPFE

Sendjaja, Djuarsa. 2005.Teori Komunikasi. Jakarta : Universitas Terbuka

Siagian, Sondang. 2003.Teori & Praktek Kepemimpinan.Jakarta : PT. Rineka Cipta Singarimbun, Masri dan Sfyan Effendi. 1995.Metode Penelitian Survey : edisi Revisi

: LP3ES

Supratiknya. 2009. Komunikasi Antarpribadi : Tinjauan Psikologis. Yogyakarta : Kanisius

Sopiah. 2009.Perilaku Organisasional. Yogyakarta : Andi

Thoha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi : Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada

Winardi, J. 2007.Manajemen Perilaku Organisasi.Jakarta : Kencana Yukl, Gary. 2009.Kepemimpinan Dalam Organisasi. Jakarta : Indeks

Sumber Lain :

Profil Perusahaan Bank Sumut, 2008

Struktur Organisasi dan Job Description Bank Sumut Bab Kantor Cabang, 2008 https://www.inayputrabangsa.files.wordpress.com(diakses 2 Februari 2011)

www.wikipedia.org (diakses 2 Februari 2011)


(4)

(5)

Komunikasi Organisasi dan

Kepuasan Kerja

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 X Y X2 Y2 XY

1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 4 57 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 2 3 4 4 3 3 51 57 51 3249 2601 2907 2 4 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4 4 3 4 4 3 66 3 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 4 3 3 51 66 51 4356 2601 3366 3 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 60 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 47 60 47 3600 2209 2820 4 4 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 58 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 58 50 3364 2500 2900 5 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 3 62 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 2 3 4 4 4 4 54 62 54 3844 2916 3348 6 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 59 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 1 3 4 3 3 4 46 59 46 3481 2116 2714 7 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 4 61 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 61 50 3721 2500 3050 8 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 4 4 4 3 3 4 4 58 3 3 2 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 52 58 52 3364 2704 3016 9 4 3 4 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 4 4 60 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 47 60 47 3600 2209 2820 10 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 52 3 3 1 3 3 3 2 3 3 3 2 3 3 3 3 3 44 52 44 2704 1936 2288 11 3 3 3 3 3 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 50 3 3 2 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 51 50 51 2500 2601 2550 12 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 4 4 46 51 46 2601 2116 2346 13 3 3 4 3 3 3 4 3 3 3 4 4 3 4 3 3 4 4 61 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 61 50 3721 2500 3050 14 3 3 3 3 3 2 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 51 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 2 2 3 3 3 3 43 51 43 2601 1849 2193 15 3 3 4 4 3 2 3 3 2 3 3 3 4 4 3 3 4 4 58 2 3 2 3 3 4 2 3 2 3 2 2 3 3 3 2 42 58 42 3364 1764 2436 16 3 3 3 3 3 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 49 2 3 2 3 4 3 2 3 2 2 2 2 3 3 4 4 44 49 44 2401 1936 2156 17 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 3 3 4 3 60 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 4 3 3 4 54 60 54 3600 2916 3240 18 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 3 3 4 4 3 3 3 4 61 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 53 61 53 3721 2809 3233 19 3 3 4 4 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 57 2 2 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 3 3 4 3 44 57 44 3249 1936 2508 20 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 2 3 3 2 4 4 4 57 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1 3 4 4 4 4 57 57 57 3249 3249 3249 21 3 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 60 3 3 2 3 4 4 3 4 2 3 1 2 4 4 4 4 50 60 50 3600 2500 3000 22 3 4 4 3 3 2 2 1 1 3 4 4 4 3 3 3 4 4 55 3 3 1 3 3 3 3 3 2 3 2 2 3 3 3 3 43 55 43 3025 1849 2365 23 3 3 3 3 3 3 4 2 3 3 4 4 4 3 3 4 3 4 59 3 3 1 3 3 3 1 4 3 3 3 3 3 3 3 3 45 59 45 3481 2025 2655 24 3 3 3 3 3 3 3 1 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 50 3 3 1 3 3 3 1 3 2 3 3 3 3 3 3 3 43 50 43 2500 1849 2150 25 3 3 3 3 3 3 3 2 1 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 3 3 1 3 3 3 2 3 2 3 3 2 3 3 3 3 43 51 43 2601 1849 2193 26 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 4 58 3 3 1 4 4 4 3 3 3 1 3 3 3 3 3 3 47 58 47 3364 2209 2726 27 3 3 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 3 57 3 3 2 4 4 4 3 3 3 3 1 3 3 3 3 3 48 57 48 3249 2304 2736 28 3 3 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 4 3 4 57 2 3 3 3 3 4 2 3 3 3 2 4 3 4 3 3 48 57 48 3249 2304 2736 29 3 3 3 3 3 2 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 54 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 48 54 48 2916 2304 2592 30 3 3 4 3 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 4 4 3 3 59 3 3 2 3 4 4 2 4 2 3 1 2 4 4 4 4 49 59 49 3481 2401 2891 31 3 3 3 3 3 4 3 4 2 3 4 2 3 3 2 4 4 4 57 3 4 3 4 4 4 3 4 4 4 1 3 4 4 4 4 57 57 57 3249 3249 3249


(6)

33 3 3 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 52 3 3 2 3 3 4 1 1 2 3 1 1 3 3 3 3 39 52 39 2704 1521 2028 34 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 58 3 3 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 51 58 51 3364 2601 2958 35 3 3 4 4 3 3 2 3 3 3 4 3 3 4 4 4 3 3 59 3 3 3 4 4 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 52 59 52 3481 2704 3068


Dokumen yang terkait

Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan Operasional Hotel Grand Antares Indonesia Medan)

3 47 103

Iklim Komunikasi Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Terhadap Kerja Karyawan PT. CIMB Niaga Auto Finance Cabang Medan II)

0 46 112

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai PT. Jasa Raharja (Persero) cabang Medan

2 66 142

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Tingkat Kepuasan Kerja pada Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Medan Iskandar Muda)

11 105 141

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja ( Studi Korelasional Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Medan Sumatera Utara )

1 28 143

IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI DAN KEPUASAN KERJA KARYAWAN (STUDI KASUS TENTANG PERANAN IKLIM KOMUNIKASI ORGANISASI TERHADAP KEPUASAN KERJA KARYAWAN DI PT. INTAN PARIWARA KLATEN)

23 196 195

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah - Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan Operasional Hotel Grand Antares Indonesia Medan)

0 0 7

Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan Operasional Hotel Grand Antares Indonesia Medan)

0 0 11

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai PT. Jasa Raharja (Persero) cabang Medan

0 0 11

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja Pegawai PT. Jasa Raharja (Persero) cabang Medan

0 0 11