BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi - Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan Bank dalam Perspektif Korelasional

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi Manusia dalam hidupnya setiap hari tidak terlepas dari proses berkomunikasi.

  Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan apa yang terjadi di dalam dirinya sendiri. Rasa keingintahuan inilah yang memaksa manusia perlu berkomunikasi. Di dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah melakukan komunikasi dengan dunia sekitarnya akan terisolasi oleh masyarakat. Sehingga dapat menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya akan membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa (Cangara, 1998 : 1).

  Komunikasi berasal dari bahasa latin, yaitu communis, yaitu “sama”, sama disini diartikan sebagai proses penyamaan makna. Jadi komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai suatu pesan yang disampaikan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Komunikasi merupakan proses pengoperasian lambang-lambang yang memiliki makna untuk mengubah pemikiran orang lain, sikap, serta perilaku (Effendy, 2007:9).

  Menurut Everett M. Rogers, komunikasi adalah proses di mana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih dengan maksud mengubah tingkah laku mereka. Komunikasi dipandang sebagai suatu proses di mana dua orang atau lebih membentuuk atau melakukan pertukaran informasi dengan cara satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling pengertian mendalam (Cangara, 1998 : 20).

  Komunikasi menurut Balersoan dan Strainer dalam Fisher, adalah penyampaian ide, informasi, emosi, keterampilan, dan seterusnya melalui simbol kata, angka, grafik, dan lain-lain. Menurut Onong Uchana Effendy, komunikasi merupakan peristiwa penyampaian ide manusia. Brent D. Ruben mengatakan komunikasi sebagai suatu proses melalui mana individu dalam hubungannya, dalam kelompok, dalam organisasi, dan dalam masyarakat, menciptakan, mengirimkan, dan menggunakan informasi untuk mengkoordinasi lingkungannya dan orang lain. Komunikasi primer yaitu komunikasi yang proses penyampaian pesannya dengan menggunakan bahasa sebagai media penyampaian pesannya. Bahasa dipilih sebagai objek verbal dari proses komunikasi (Effendy, 2007 : 12).

  Di dalam komunikasi terdapat lima komponen komunikasi, yaitu komunikator, pesan, saluran atau media, komunikan dan efek. Harold Lasswell dalam bukunya The Structure and Function of Communication in Society mengatakan, cara yang baik untuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan sebagai berikut : Who Says What In Which Channel To Whom With What

  

Effect ? Atau “Siapa mengatakan Apa dengan Saluran apa Kepada Siapa dengan Efek

apa? (Effendy, 1993 : 10).

  Gordon Zimmerman (dalam Mulyana, 2005 : 4) merumuskan tujuan kita dalam berkomunikasi menjadi dua kategori. Yang pertama, kita berkomunikasi untuk menyelesaikan tugas-tugas yang penting bagi kehidupan kita. Seperti, untuk membeli makan dan pakaian, memuaskan kepenasaranan kita akan lingkungan dan menikmati hidup. Kemudian yang kedua, kita berkomunikasi untuk menciptakan dan memupuk hubungan dengan orang lain. Sehingga, disini komunikasi mempunyai fungsi isi, yang melibatkan pertukaran informasi yang kita perlukan untuk menyelesaikan tugas, dan fungsi hubungan yang melibatkan pertukaran informasi mengenai hubungan kita dengan orang lain.

  Komunikasi memiliki dua fungsi, ada fungsi sosial dan fungsi pengambilan keputusan. Fungsi sosial bertujuan untuk kesenangan, menunjukkan ikatan dengan orang lain, serta membangun dan memelihara hubungan. Sedangkan fungsi pengambilan keputusan, itu bertujuan memutuskan untuk melakukan atau tidak sesuatu hal pada saat tertentu. Seperti apa yang kita lakukan di pagi hari, apakah memilih untuk kuliah atau tidak. Sebagian keputusan dibuat sendiri dan sebagian lagi dibuat setelah berkonsultasi dengan orang lain. Keputusan ada yang bersifat emosional dan melalui pertimbangan yang matang. Semakin penting keputusan yang dibuat, maka semakin hati-hati tahapan yang dilalui untuk membuat keputusan (Mulyana, 2005 : 5).

  Kelompok sarjana komunikasi Amerika dalam buku Humman Communication (1980) membagi komunikasi menjadi lima macam tipe, yaitu, komunikasi antarpribadi, komunikasi kelompok kecil, komunikasi organisasi, komunikasi massa dan komunikasi publik.

  • Komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal

  Komunikasi Antarpribadi maupun nonverbal. Bentuk khusus dari komunikasi antarpribadi ini adalah komunikasi diadik yang melibatkan hanya dua orang, seperti hubungan suami istri, dua sahabat dekat, guru dan murid, dan lainnya.

  Biasanya kita menganggap pendengaran dan penglihatan kita sebagai indera primer, padahal sentuhan dan penciuman juga sama pentingnya dalam menyampaikan pesan-pesan yang bersifat intim. Komunikasi antarpribadi, sangat ampuh digunakan untuk mempengaruhi dan membujuk orang lain.

  Kenyataannya komunikasi tatap-muka ini membuat manusia merasa lebih akrab dengan sesamanya, berbeda dengan komunikasi lewat media massa seperti surat kabar, televisi atau teknologi canggih sekalipun seperti telepon genggam dan e- mail (Mulyana, 2005 :73).

  • Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang memiliki tujuan bersama, yang melakukan interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama, mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari kelompok tersebut. Contoh komunikasi kelompok ini adalah komunikasi di keluarga, tetangga, teman terdekat, kelompok diskusi dan lain sebagainya. Komunikasi kelompok biasanya merajuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil tersebut (small-group communication) (Mulyana, 2005 : 74).

  Komunikasi kelompok kecil

  • Komunikasi publik biasa disebut komunikasi pidato, komunikasi kolektif, komunikasi retorika, public speaking, dan komunikasi khalayak.

  Komunikasi Publik

  Komunikasi publik menunjukkan suatu proses komunikasi di mana pesan-pesan disampaikan oleh pembicara dalam situasi tatap muka di depan khalayak yang lebih besar. Komunikasi publik memiliki ciri komunikasi interpersonal (pribadi), karena berlangsung secara tatap muka, tetapi terdapat beberapa perbedaan mendasar sehingga memiliki ciri masing-masing.

  Dalam komunikasi publik, penyampaian pesan berlangsung secara kontinu. Dapat didefinisikan siapa yang berbicara (sumber) dan siapa pendengarnya. Kemudian, pesan yang disampaikan tidak berlangsung secara spontanitas, melainkan terencana dan telah dipersiapkan lebih awal.

  Komunikasi publik biasanya lebih bersifat formal dibandingkan komunikasi antarpribadi dan komunikasi kelompok (Cangara, 2008 : 35).

  • Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak maupun elektronik yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang-orang yang dilembagakan yang ditujukan kepada sejumlah besar orang yang tersebar di banyak tempat, anonim, dan heterogen. Pesan-pesannya bersifat umum, disampaikan secara cepat, serentak, dan selintas (khusus media elektronik) (Mulyana, 2005 : 75).

  Komunikasi Massa

  Dibandingkan dengan bentuk komunikasi lainnya, komunikasi massa memiliki ciri tersendiri. Sifat pesannya terbuka dengan khalayak yang variatif, baik dari segi usia, agama, suku, pekerjaan, maupun dari segi kebutuhan. Pesan komunikasi massa berlangsung satu arah dan tanggapan baliknya lambat (tertunda) dan sangat terbatas. Tetapi, dengan perkembangan teknologi komunikasi, maka feedback dari khalayak bisa dilakukan dengan cepat kepada penyiar misalnya melalui program interaktif (Cangara, 2008 : 37).

2.2 Komunikasi Organisasi

  Stephan P. Robbins menyatakan, organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi, yang bekerja secara sadar, terus menerus, untuk mencapai tujuan bersama. Organiasasi merupakan wadah tempat berkumpulnya seluruh anggota dengan status posisi tertentu yang selalu bergerak menuju tercapainya tujuan organisasi (Thoha, 1993 : 7).

  Komunikasi merupakan suatu bagian yang penting di dalam organisasi. Komunikasi yang terjadi di dalam organisasi disebut dengan komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi (organizational communication) terjadi dalam suatu organisasi yang bersifat formal dan informal dan berlangsung dalam suatu jaringan yang lebih besar daripada komunikasi kelompok. Komunikasi organisasi sering melibatkan juga komunikasi diadik, komunikasi antarpribadi dan ada kalanya juga komunikasi publik. Komunikasi formal adalah komunikasi menurut struktur organisasi, yakni komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, dan komunikasi horizontal. Sedangkan komunikasi informal tidak tergantung pada struktur organisasi, seperti komunikasi antarsejawat, juga termasuk gosip di dalamnya (Mohammad, 2005:34).

  Komunikasi dalam organisasi adalah suatu proses penyampaian informasi, ide-ide diantara para anggota organisasi secara timabl balik dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Ada beberapa persepsi mengenai komunikasi organisasi dari beberapa ahli yaitu sebagai berikut (Pace dan Faules, 2001 : 140) :

  1. Dance dan Zelko Komunikasi organisasi adalah suatu sistem yang saling tergantung mencakup komunikasi internal dan komunikasi eksternal. Komunikasi internal adalah komunikasi dalam organisasi itu sendiri, seperti komunikasi dari bawahan kepada atasannya, komunikasi dari atasan ke bawahan, dan komunikasi sesama karyawan pada tingkat yang sama. Sedangkan komunikasi eksternal adalah komunikasi yang dalam penjualan hasil produk, pembuatan iklan, dan hubungan dengan masyarakat umum. Kemuadian bersama Lesikar, mereka menambahkan dimensi lain dari komunikasi organisasi yaitu dimensi komunikasi pribadi di antara sesama anggota organisasi berupa pertukaran secara informal mengenai informasi dan perasaan di antara sesama anggota organisasi.

  2. Redding dan Saborn Redding dan Saborn mengatakan, komunikasi organisasi adalah pengiriman dan penerimaan informasi dalam organisasi yang kompleks, termasuk dalam bidang ini adalah komunikasi internal, hubungan manusia, hubungan persatuan pengelola, komunikasi downward atau komunikasi atasan ke bawahan, komunikasi upward atau komunikasi bawahan ke atasan, komunikasi horizontal atau komunikasi dari orang-orang selevel/tingkat dalam organisasi, keterampilan berkomunikasi, serta berbicara, mendengarkan, menulis, dan komunikasi evaluasi program.

  Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan komunikasi organisasi merupakan proses yang terjadi dalam organisasi, dan di dalamnya proses komunikasi yang terjadi terbagi dalam empat aspek, yaitu : komunikasi ke bawah (downward

  

communication) , komunikasi ke atas (upward communication), komunikasi

  horizontal (horizontal communication) dan komunikasi lintas saluran. Menurut Wayne Pace (2001 : 143) komunikasi organisasi didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari sesuatu organisasi.

  Dalam sebuah teori tentang komunikasi organisasi dikemukakan, bahwa keputusan-keputusan yang diambil oleh setiap anggota organisasi untuk melakukan pekerjaan secara efektif, agar dapat bersikap jujur kepada organisasinya dalam meraih semangat demi organisasi, untuk melaksanakan tugas secara kreatif, serta untuk menawarkan gagasan-gagasan yang inovatif bagi penyempurnaan organisasinya ialah dipengaruhi oleh komunikasi (Pace dan Faules, 2001 : 142).

  Menurut Goldhaber komunikasi organisasi menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan, hubungan yang saling tergantung satu sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Proses di sini adalah organisasi, yaitu sistem terbuka dinamis yang menciptakan dan saling menukar pesan antara anggotanya. Pesan, merupakan simbol yang penuh arti tentang orang, objek, kejadian yang dihasilkan oleh interaksi dengan orang lain. Jaringan (alur pesan), ciptaan dan pertukaran pesan dari orang-orang sesamanya yang terjadi melewati satu set jalan kecil. Keadaan saling tergantung, menunjukkan bahwa organisasi adalah suatu sistem yang akan berpengaruh antara satu dengan yang lainny.

  Organisasi sebagai kerangka kerja (frame of work) dari suatu manajemen menunjukkan adanya pembagian tugas, wewenang, dan tanggung jawab yang jelas antara pimpinan dan bawahan dalan suatu sistem manajemen modern. Ada yang diklasifikasikan sebagai pimpinan dan ada yang betindak sebagai bawahan (Ruslan, 2002 : 88) : Gambar 2.

  Pola Komunikasi dan Pelaksanaan Fungsi Manajemen dalam suatu Organisasi Top Middle Karyawan Sumber : Ruslan, 2002 : 88

  Kenaikan kepuasan kerja karyawan selanjutnya akan mengakibatkan kenaikan produktifitas perusahaan. Seorang karyawan akan lebih bahagia jika ia produktif, karena itu manajemen di dalam perusahaan harus memperhatikan agar karyawannya selalu merasa puas. Hal ini tentu tidak terlepas dari pimpinan perusahaan, dimana pemimpin yang demokratis sangat dibutuhkan. Hal ini bertujuan agar pimpinan dapat mendorong anggotanya untuk berpartisipasi menjalankan tugas organisasinya dengan cara memberikan sarana, umpan balik, dan menyelesaikan masalah dan keluhan mereka dengan baik (Ruslan, 2002 :84).

2.3. Arus Komunikasi Organisasi Dalam organisasi dikenal adanya susunan organisasi formal dan informal.

  Komunikasi organisasi formal mengikuti jalur hubungan formal yang tergambar dalam susunan atau struktur organisasi. Adapun komunikasi organisasi informal arus informasinya sesuai dengan kepentingan dan kehendak masing-masing pribadi yang ada dalam organisasi tersebut. Proses hubungan komunikasi informal tidak mengikuti jalur struktural formal berada di bawah, berkomunikasi dengan seseorang di tingkat pimpinan.

  Struktur formal seperti yang dikatakan di atas merupakan karakteristik dari komunikasi organisasi. Karena itu dalam membicarakan komunikasi secara implisit adalah proses komunikasi dalam tataran struktur formal. Proses komunikasi dalam struktur formal tersebut pada hakikatnya dapat dibedakan atas tiga dimensi (Thoha, 1993 : 164).

  • Dimensi komunikasi yang mengalir dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas. Ini melukiskan hubungan kerja antara atasan dan bawahan dalam struktur organisasi.

  Dimensi vertikal

  • Pengiriman dan penerimaan berita atau informasi yang dilakukan antara berbagai pejabat yang mempunyai kedudukan sama. Tujuan dari komunikasi ini untuk melakukan koordinasi. Komunikasi yang berdimensi horizontal ini

  Dimensi horizontal sebagian dapat dilakukan dengan tertulis dan sebagian lain dilakukan secara lisan.

  • Dimensi organisasi ini muncul sebagai akibat dari kenyataan bahwa suatu organisasi tidak bisa hidup sendirian dan merupakan bagian dari lingkungannya. Karena itu organisasi membutuhkan komunikasi dengan pihak luar yang berada di dalam lingkungannya tersebut.

  Dimensi luar organisasi

  Pace dan Faules (2001:157) mengemukakan bahwa dalam organisasi, terdapat empat jenis arus informasi dalam komunikasi organisasi, yaitu :

1. Komunikasi ke Bawah (Downward Communication)

  Yaitu komunikasi yang berlangsung ketika orang-orang yang berada pada tataran manajemen (atasan) kepada bawahannya. Fungsi arus komunikasi dari atas ke bawah ini adalah untuk pemberian instruksi kerja, penjelasan pimpinan untuk perlu menjalankan suatu tugas yang perlu dilaksanakan, penyampaian informasi mengenai peraturan yang berlaku, serta pemberian motivasi kepada karyawan untuk berkelakuan baik.

  Katz & Khan menyatakan ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan oleh atasan kepada bawahannya ( Muhammad, 2005 : 108) yaitu:

  a. Informasi bagaimana melakukan pekerjaan

  b. Informasi dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan

  c. Informasi kebijakan dan praktik-praktik organisasi

  d. Informasi kinerja pegawai e. Informasi mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). Secara umum komunikasi ke bawah dapat diklasifikasikan atas lima tipe

  (Pace dan Faules, 2005 : 107), yaitu: a.

  Instruksi tugas Instruksi tugas yaitu pesan yang disampaikan kepada bawahan mengenai apa saja yang diharapkan, dilakukan, dan bagaimana melakukannya.

  Instruksi tugas yang tepat dan langsung cenderung dihubungkan dengan tugas yang sederhana dan hanya menghendaki keterampilan serta pengalaman yang minimal. Biasanya digunakan bagi tugas-tugas yang kompleks, dimana karyawan diharapkan menggunakan pertimbangan, keterampilan, dan pengalamannya.

  b.

  Rasional Rasional dalam pekerjaan maksudnya adalah pesan yang menjelaskan mengenai tujuan aktifitas dan bagaimana kaitannya dengan aktifitas yang lainnya dalam objektif organisasi. Kualitas dan kuantitas dari komunikasi rasional ditentukan oleh filosofi dan asumsi pimpinan mengenai bawahannya.

  c.

  Ideologi Ideologi merupakan perluasan dari pesan rasional. Pesan rasional penekanannya terdapat pada penjelasan tugas dan kaitannya dengan perspektif organisasi. Sedangkan pada ideologi sebaliknya mencari sokongan dan antusias dari anggota organisasi guna memperkuat loyalitas, moral, dan motivasi. d.

  Informasi Bermanfaat untuk memperkenalkan bawahan dengan praktek organisasi, peraturan organisasi, keuntungan, kebiasaan, dan data lain yang berhubungan dengan instruksi rasional.

  e.

  Balikan Pesan yang berisi informasi mengenai ketepatan individu dalam melakukan pekerjaannya. Salah satu bentuk sederhana dari balikan ini adalah pembayaran gaji tetapi dapat juga berupa kritikan atau peringatan kepada pegawai.

  Pada komunikasi ke bawah, persoalan komunikasi yang sering muncul adalah persoalan relevansi dan ketepatan isi pesan dan informasi dimana pesan dan informasi tersebut telah mengalami distorsi, gangguan, penyaringan (filtering), ataupun arti pesan yang telah dilebih-lebihkan (exaggeration), serta waktu (timing) penyampaian yang tidak tepat (Muhammad, 2005 : 110).

2. Komunikasi ke Atas (Upward communication)

  Yaitu komunikasi yang terjadi ketika bawahan (subordinate) mengirim pesan kepada atasannya. Fungsi arus komunikasi dari bawah ke atas ini adalah untuk menyampaikan informasi tentang pekerjaan ataupun tugas yang sudah dilaksanakan, penyampaian informasi tentang persoalan pekerjaan ataupun tugas yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan, penyampaian saran-saran perbaikan dari bawahan, penyampaian keluhan dari bawahan tentang dirinya sendiri maupun pekerjaannya.

  Tujuan komunikasi ini adalah untuk memberikan balikan, memberikan saran, dan mengajukan pertanyaan. Komunikasi ini mempunyai efek pada penyempurnaan moral dan sikap pegawai, dan tipe pesan yang merupakan integrasi dan pembaharuan. Dapat dikatakan, komunikasi pada tingkatan ini merupakan sarana atau mekanisme umpan balik (feedback) dari bawahan kepada atasannya.

  Sharma (dalam Muhammad, 2005 : 118) mengatakan terdapat kesulitan dalam menyampaikan informasi kepada atasan disebabkan beberapa faktor, diantaranya sebagai berikut : a.

  Kecenderungan karyawan untuk menyembunyikan perasaan dan pikirannya.

  Banyak penelitian yang mengatakan, banyak karyawan yang merasa mereka akan mendapatkan kesulitan jika menyatakan apa yang sebenarnya menurut pikiran mereka kepada atasan. Sebab itu banyak di antara mereka yang mengambil jalur aman dengan mengikuti apa saja yang disampaikan pimpinannya.

  b.

  Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak tertarik kepada masalah mereka.

  Karyawan sering melaporkan bahwa pimpinan mereka tidak prihatin terhadap masalah mereka. Pimpinan dapat tidak merespon masalah karyawan dan bahkan menahan beberapa komunikasi ke atas, karena akan membuat pimpinan kurang baik menurut pandangan atasan yang lebih tinggi.

  c.

  Kurangnya penghargaan terhadap karyawan yang berkomunikasi ke atas.

  Sering kali pimpinan tidak memberikan panghargaan yang nyata kepada karyawan untuk memelihara keterbukaan komunikasi ke atas.

  d.

  Perasaan karyawan bahwa pimpinan tidak dapat menerima dan merespon apa yang dikatakan oleh karyawannya. Pimpinan terlalu sibuk dalam mendengarkan dan karyawan sulit untuk menemui atasannya.

3. Komunikasi Horizontal (Horizontal variable)

  Yaitu komunikasi yang berlangsung antara para karyawan ataupun bagian yang memiliki kedudukan setara. Fungsi arus komunikasi ini adalah untuk memperbaiki koordinasi tugas, upaya pemecahan masalah, saling berbagi informasi, upaya pemecahan konflik, serta membina hubungan melalui kegiatan bersama.

  Komunikasi horizontal memiliki tujuan tertentu (Muhammad, 2005 : 107) , diantaranya : a.

  Mengkoordinasikan tugas-tugas. Kepala bagian dalam suatu organisasi kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan begaimana tiap bagian memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi.

  b.

  Saling membagi informasi untuk perencanaan dan aktifitas, ide dari banyak orang biasanya akan lebih baik daripada ide satu orang. Karena itu komunikasi horizontal sangat diperlukan untuk mencari ide yang lebih baik. Dalam merancang suatu program latihan atau program hubungan dengan masyarakat, anggota dari bagian perlu saling membagi informasi untuk membuat perencanaan apa yang akan dilakukan.

  c.

  Memecahkan masalah yang timbul di antara orang-orang yang berada dalam tingkat yang sama. Dengan adanya keterlibatan, dalam memecahkan masalah akan menambah kepercayaan dan moral dari karyawan.

  d.

  Menyelesaikan konflik di antara anggota yang ada di dalam bagian organisasi dan juga di antara bagian satu ke bagian yang lainnya. Dalam penyelesaian konflik bermanfaat dalam perkembangan sosial dan emosional dari anggota organisasi sehingga menciptakan iklim organisasi yang baik e.

  Komunikasi horizontal menjamin pemahaman yang sama. Jika di dalam suatu organisasi terdapat perubahan, maka diperlukan pemahaman yang sama antara unit-unit organisasi tersebut tentang perubahan yang terjadi tersebut, dengan mengadakan rapat untuk menyepakati perubahan yang ada.

  f.

  Mengembangkan sokongan interpersonal, karena sebagian besar waktu kerja karyawan berinteraksi dengan rekan kerjanya maka mereka memperoleh sokongan hubungan interpersonal dari rekan sekerjanya. Hal ini dapat menguatkan hubungan antara sesama karyawan dan membantu kekompakan dalam kerja kelompok. Komunikasi horizontal sangat penting dalam mengkoordinasi setiap tugas yang diberikan atasan kepada karyawannya di setiap bagian. Tetapi bagian di dalam setiap organisasi menghalangi terjadinya komunikasi horizontal. Menurut Khan dan Katz, organisasi yang lebih otoriter mengontrol dengan ketat komunikasi horizontal.

  Keterbatasan informasi menambah kekuasaan bagi pimpinan untuk berkuasa. Sehingga meningkatkan keterbatasan komunikasi horizontal bawahan menjadi tergantung kepada informasi yang disampaikan secara vertikal (Muhammad, 2005 : 109).

4. Komunikasi Lintas Saluran (Interline communication) Yaitu tindakan komunikasi untuk informasi melewati batas-batas fungsional.

  Spesialis staf biasanya paling aktif dalam komunikasi lintas-saluran ini, karena biasanya tanggung jawab mereka berhubungan dengan jabatan fungsional yang berbeda (Thoha, 1993 : 162).

  Komunikasi lintas saluran terjadi jika karyawan berkomunikasi dengan yang lainnya tanpa memperhatikan posisi mereka dalam organisasi sehingga bersifat lebih informal atau pribadi. Arus informasi mengalir ke atas, bawah, maupun secara horizontal tanpa memperhatikan posisi kedinasan. Komunikasi ini menyebabkan informasi pribadi muncul dari setiap interaksi yang dilakukan tanpa diperkirakan terlebih dulu.

  Di dalam jaringan komunikasi, informasi lebih diikenal dengan desas-desus atau kabar angin, dalam istilah ini desas-desus dikatakan sebagai metode untuk menyampaikan rahasia pribadi dari satu orang ke yang lainnya, yang tidak dapat diperoleh melalui percakapan di jaringan komunikasi formal. Walaupun desas-desus membawa informasi yang informal, tetapi juga memiliki manfaat bagi organisasi. Desas-desus juga memberikan feedback kepada pimpinan mengenai sentimen karyawannya, sehingga dapat membantu menerjemahkan pengarahan pimpinan ke dalam bahasa yang lebih mudah dipahami karyawannya (Thoha, 1993 : 165).

2.4 Iklim Komunikasi Organisasi

  Iklim komunikasi organisasi merupakan pengalaman yang lebih bersifat objektif mengenai lingkingan internal organisasi, yang mencakup persepsi anggota organisasi terhadap pesan dan hubungan pesan dengan kejadian yang terjadi di dalam organisasi (Muhammad, 2005 : 86). Iklim komunikasi sangat penting, karena secara tidak langsung dapat mempengaruhi cara hidup orang-orang di dalam sebuah organisasi. Kepada siapa orang-orang berbicara, siapa saja yang disukai, bagaimana perasaan masing-masing orang, dan bagaimana perkembangan orang-orang di dalam organisasi tersebut.

  Iklim komunikasi organisasi merupakan fungsi kegiatan yang terdapat dalam organisasi untuk menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut mempercayai mereka dan memberi kebebasan dalam mengambil resiko. Yang menjadi persoalan dalam iklim komunikasi adalah (Pace dan Faules, 2001 : 86). : Persepsi mengenai sumber komunikasi dari hubungannya dalam organisasi yang

  • meliputi rasa puas, pentingnya sumber-sumber itu, percaya, dan terbuka.
  • jumlah kecocokan, kegunaan dan ketepatan atau tidaknya informasi yang diterima.

  Persepsi mengenai tersedianya informasi bagi anggota organisasi yang meliputi

  • dalam pembuatan keputusan, tujuan yang dipahami, penghargaan serta sistem yang terbuka.

  Persepsi mengenai organisasi yang meliputi keterlibatan anggota organisasi

  Pace dan Faules mengatakan, unsur-unsur dalam organisasi (anggota, pekerjaan, praktik yang berhubungan dengan pengolahan, struktur dan pedoman) dipahami secara selektif untuk menciptakan evaluasi dan reaksi yang menunjukkan, apa yang dimaksud oleh setiap unsur dasar tersebut, dan seberapa baik unsur ini beroperasi bagi kebaikan anggota organisasi. Misalnya, informasi yang cukup merupakan sebuah indikasi untuk para anggota organisasi mengenai seberapa baik unsur-unsur dasar organisasi itu berfungsi bersama-sama untuk menyediakan informasi bagi mereka (Pace dan Faules, 2001 : 153).

  Persepsi atas kondisi kerja, penyediaan, upah kenaikan pangkat, hubungan dengan rekan, hukum dan peraturan organisasi, praktik pengambilan keputusan, sumber daya yang tersedia, dan cara memotivasi kerja anggota organisasi semuanya yang membentuk suatu badan informasi yang membangun iklim komunikasi organisasi. Unsur dalam organisasi tidak secara langsung menciptakan iklim komunikasi organisasi, tetapi pengaruhnya terhadap iklim tergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai nilai, hukum, serta peraturan tersebut. Jadi, tidak semua unsur-unsur secara otomatis menciptakan iklim komunikasi organisasi, tapi tergantung pada persepsi anggota organisasi mengenai unsur tersebut.

  Dari penelitian Pace dan Peterson, menunjukkan bahwa paling sedikit ada enam faktor yang mempengaruhi iklim komunikasi organisasi (Pace dan Faules, 2001). Keenam faktor tersebut adalah : 1.

  Kepercayaan Personel di semua tingkat harus berusaha keras untuk mengembangkan dan mempertahankan hubungan yang di dalamnya kepercayaan, keyakinan, dan kredibilitas didukung oleh pernyataan dan tindakan.

  2. Pembuatan keputusan bersama Para pegawai di semua tingkat dalam organisasi harus diajak berkomunikasi dan berkonsultasi mengenai semua masalah dalam wilayah kebijakan organisasi yang relevan dengan kedudukan mereka. Para pegawai di semua tingkat harus diberi kesempatan berkomunikasi dengan manajemen di atas mereka agar berperan serta dalam proses pembuatan keputusan dan penentuan tujuan.

  3. Kejujuran Suasana umum yang diliputi kejujuran dan keterusterangan harus mewarnai hubungan dalam organisasi, dan para pegawai mampu mengatakan apa yang ada dalam pikiran mereka tanpa mengindahkan apakah mereka berbicara kepada teman sejawat, bawahan, atau atasan.

  4. Keterbukaan dalam komunikasi ke bawah Kecuali untuk keperluan informasi rahasia, anggota organisasi harus relatif mudah memperoleh informasi yang berhubungan langsung dengan tugas mereka saat itu, yang mempengaruhi kemampuan mereka untuk mengkoordinasikan pekerjaan mereka dengan orang-orang atau bagian lainnya, dan berhubungan luas dengan perusahaan organisasinya, para pimpinan dan rencana-rencananya.

  5. Mendengarkan dalam komunikasi ke atas Personel disetiap tingkat dalam organisasi harus mendengarkan saran dan laporan masalah yang dikemukakan personil di setiap tingkat bawahan dalam organisasi secara berkesinambungan dan dengan pikiran terbuka. Informasi dari bawahan harus dipandang cukup penting untuk dilaksanakan kecuali ada petunjuk yang berlawanan.

  6. Perhatian pada tujuan berkinerja tinggi Personel di semua tingkat dalam organisasi harus menunjukkan suatu komitmen terhadap tujuan berkinerja tinggi, produktifitas tinggi, biaya rendah, demikian pula menunjukkan perhatian besar pada anggota organisasi lainnya.

2.5 Kinerja

  Kinerja adalah sebagai seluruh hasil yang diproduksi pada fungsi pekerjaan atau aktifitas khusus selama periode khusus. Kinerja keseluruhan pada pekerjaan adalah sama dengan jumlah atau rata-rata kinerja pada fungsi pekerjaan yang penting. Fungsi yang berkaitan dengan pekerjaan tersebut akan dilakukan dan tidak dilakukan dengan karakteristik kinerja individu. Kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Secara definitif Bernadin dan Russell menjelaskan kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan selama periode waktu tertentu (Sulistiyani & Rosidah, 2003 : 224).

  Kinerja (peformance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/ program/ kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang tertuang dalam strategi perencanaan suatu organisasi. Istilah kinerja sering digunakan untuk meraih prestasi atau tingkat keberhasilan individu maupun kelompok. Kinerja bisa diketahui hanya jika individu atau kelompok individu tersebut mempunyai kriteria keberhasilan yang telah ditetapkan. Kriteria keberhasilan ini berupa tujuan atau target tertentu yang hendak dicapai (Mahsun, 2006 : 25).

  Menurut Sunarto (2003), kinerja yang tinggi dapat tercapai karena kepercayaan (trust) timbal balik yang tinggi di antara anggota-anggotanya. Artinya para anggotanya mempercayai integritas, karakteristik, dan kemampuan setiap anggota lain. Untuk mencapai kinerja yang tinggi memerlukan waktu yang lama untu membangunnya, memerlukan kepercayaan, dan menuntut perhatian yang seksama dari pihak manajemen perusahaan (Mahsun, 2006 : 156).

  Tyson dan Jackson mengatakan, perubahan yang mempengaruhi harga diri mereka. Kinerja merupakan salah satu aspek harga diri, jika harga diri rendah maka kinerja individu pun rendah. Hubungan tersebut tidak sederhana seperti yang hendak dinyatakan, tetapi jelas arah kinerja dan harga diri berkaitan erat (Mahsun, 2006 : 239).

  Dalam organisasi kinerja merupakan jawaban dari berhasil atau tidaknya tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Para atasan atau menejer sering tidak memperhatikan kinerja karyawannya kecuali jika telah teramat buruk atau segala sesuatu menjadi serba salah. Terlalu sering menejer tidak mengetahui betapa buruknya kinerja telah merosot sehingga perusahaan/ instansi menghadapi krisis yang serius. Kesan-kesan buruk organisasi yang mendalam berakibat dan mengabaikan tanda-tanda peringatan adanya kinerja yang merosot

  Kinerja sebenarnya adalah sesuatu hal yang dapat dinilai dan diukur. Penilaian kinerja amat penting bagi suatu organisasi. Dengan kegiatan tersebut, suatu organisasi dapat melihat sampai sejauh mana faktor manusia dapat menunjang tujuan suatu organisasi. melalui penilaian kinerja, organisasi dapat memilih dan menempatkan orang yang tepat untuk menduduki suatu jabatan tertentu secara objektif. Beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam usaha meningkatkan kinerja pegawai, antara lain :

1. Pemenuhan kepuasan kerja

  Davis (dalam Yuli, 2005 : 196) mendefinisikan kepuasan kerja sebagai sekumpulan perasaan menyenangkan dan tidak menyenangkan terhadap pekerjaan mereka. Kepuasan kerja dipandang sebagai perasaan senang atau tidak senang yang relatif, yang berbeda dari pemikiran objektif dari keinginan perilaku. Kepuasan kerja dapat didefinisikan sebagai sebuah sikap karyawan yang timbul berdasarkan penilaian terhadap situasi dimana mereka bekerja.

  Pegawai yang merasa terpenuhi kebutuhannya akan mempersepsikan diri sebagai pegawai yang memiliki kepuasan atas pekerjaannya.

  Smither (dalam Yuli, 2005 : 195) menyebutkan, terdapat beberapa pendekatan yang dapat menjelaskan tentang kepuasan kerja, yaitu : a.

  Pemenuhan kebutuhan Pemenuhan kebutuhan merupakan jawaban dari ketidakpastian kerja.

  Kepuasan kerja tergantung pada berapa banyak kebutuhan individu yang telah terpenuhi pekerjaannya. Pemenuhan kebutuhan dalam bekerja menunjukkan bahwa pegawai merasa telah mampu mendefinisikan diri mereka sendiri sesuai dengan keinginan mereka dan di terima. Hal tersebut menunjukkan bahwa janji organisasi dan harapan pegawai telah terwujud.

  b.

  Harapan Kepuasan adalah hasil dari apa yang diharapkan pekerja dari hasil usaha dibandingkan apa yang sesungguhnya mereka dapat. Porter menerangkan bahwa kepuasan kerja seseorang tergantung dari seberapa jauh perbedaan antara yang seharusnya ada dan tidak ada sekarang. Dari teori ini dapat disimpulkan, semakin besar kesesuaian antara harapan dan kenyataan maka semakin puas seseorang.

2. Penyesuaian kompensasi

  Kompensasi seperti yang di definisikan Dessler (dalam Yuli, 2005 : 119) merupakan semua bentuk pembayaran atau imbalan yang diberikan kepada pegawai dan timbul dari pekerjaan pegawai itu. Kompensasi merupakan salah satu variabel yang mempengaruhi kinerja pegawai, sehingga organisasi harus menerapkan sistem kompensasi dengan mempertimbangkan kepentingan organisasi dan pegawai. Dengan terakomodasinya kepentingan pegawai, maka akan menimbulkan kepuasan bagi mereka yang selanjutnya akan mempengaruhi motivasi untuk bekerja secara produktif dan efisien.

  Istilah kompensasi diartikan sebagai bentuk return finansial, jasa-jasa yang berwujud dan tunjangan-tunjangan yang diperoleh karyawan dengan berorganisasi. Dalam hal ini, kompensasi sebagai salah satu bentuk reward yang berkaitan dengan keuangan seperti gaji, status, promosi, benefit dan bonus.

  Sulistiyani dan Rosidah (2003 : 210) menyatakan beberapa faktor yang mempengaruhi kompensasi, yaitu : a.

  Kebenaran dan keadilan Kompensasi harus berdasarkan pada kondisi ril yang telah dikerjakan oleh pegawai, artinya disesuaikan dengan kemampuan, kecakapan, pendidikan, dan jasa yang telah ditunjukkan pegawai kepada organisasi.

  b.

  Dana organisasi Kemampuan organisasi untuk anggota kompensasi baik berupa finansial maupun non finansial, disesuaikan dengan dana yang tersedia.

  c.

  Serikat kerja Karyawan yang tergabung dalam serikat, dapat mempengaruhi pelaksanaan ataupun penetapan kompensasi, karena serikat karyawan dapat merupakan simbol kekuatan dalam menuntut perbaikan nasibnya.

  d.

  Produktifitas kerja Produktifitas pegawai merupakan faktor yang mempengaruhi penilan prestasi kerja, sedangkan prestasi kerja merupakan faktor yang diperhitungkan dalam penetapan kompensasi.

  e.

  Biaya hidup Penyesuaian besarnya kompensasi dengan biaya hidup pegawai beserta keluarganya sehari-hari mendapatkan perhatian dalam penerapan kompensasi.

  f.

  Pemerintah Interfensi pemerintah untuk menentukan besarnya kompensasi sangat berpengaruh.

3. Latihan dan pengembangan

  Latihan adalah kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan dan keterampilan operasional dalam menjalankan suatu pekerjaan. Sehingga latihan merupakan suatu proses pembinaan pengertian dan pengetahuan terhadap sekelompok fakta, aturan, serta metode yang terorganisasikan dengan mengutamakan pembinaan kejujuran dan keterampilan operasional (Soeprihanto, 2008 : 85).

  Pengembangan atau pendidikan yaitu kegiatan untuk memperbaiki kemampuan karyawan dengan cara meningkatkan pengetahuan umum dan ekonomi pada umumnya, termasuk peningkatan penguasaan teori pengambilan keputusan dalam menghadapi persoalan perusahaan (Soeprihanto, 2000 : 86).

  Soeprihanto (2000: 88), menyatakan manfaat latihan dan pengembangan antara lain : a.

  Kenaikan produktifitas baik kuantitas maupun jumlah kualitas/mutu b.

  Kenaikan moral kerja, jika penyelenggara latihan dan pengembangan sesuai dengan tingkat kebutuhan di dalam organisasi maka akan tercipta suatu kerja yang harmonis dan peningkatan kinerja c. Menurunnya pengawasan, semakin pekerja percaya kepada kemampuan dirinya, maka pengawas tidak terlalu terbebani untuk setiap saat harus mengadakan pengawasan.

  d.

  Menurunnya angka kecelakaan, kekacauan, dan kemampuan tersebut lebih banyak menghindarkan para pekerja dari kesalahan dan kecelakaan e.

  Menaikkan stabilitas dan fleksibilitas tenaga kerja f. Mengembangkan pertumbuhan pribadi.

  Menurut Hendri Simamora (2001: 415), penilaian kinerja adalah suatu proses denganya suatu organisasi mengevaluasi pelaksanaan kerja individu. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan- keputusan personalia dan memberikan umpan balik kepada para karyawan tentang pelaksanaan kerja mereka serta memungkinkan perusahaan mengetahui seberapa baik seorang karyawan bekerja jika dibandingkan dengan standar-standar organisasi. Terdapat beberapa indikator kinerja karyawan yaitu : a.

  Loyalitas . Setiap karyawan yang memiliki tingkat loyal yang tinggi pada perusahaan, mereka akan diberikan posisi yang baik, hal ini dapat dilihat melalui tingkat absensi ataupun kinerja yang mereka miliki.

  b.

  Semangat kerja Perusahaan harus menciptakan suasana dan lingkungan kerja yang kondusif hal ini akan meningkatkan semangat kerja karyawan dalam menjalankan tugas di suatu organisasi.

  c.

  Kepemimpinan Pimpinan merupakan leader bagi setiap bawahannya, bertanggung jawab dan memegang peranan penting dalam mencapai suatu tujuan. Pimpinan harus mengikutsertakan karyawan dalam mengambil keputusan sehingga karyawan memiliki peluang untuk mengeluarkan pendapat, ide dan gagasan demi keberhasilan perusahaan.

  d.

  Kerjasama Pihak perusahaan perlu membina dan menanamkan hubungan kekeluargaan antar karyawan sehingga memungkinkan karyawan untuk bekerjasama dalam lingkungan perusahaan.

  e.

  Prakarsa Prakarsa ini perlu dibina dan dimiliki baik itu dalam diri karyawan ataupun dalam lingkungan perusahaan.

  f.

  Tanggung jawab Tanggung jawab ini harus dimiliki oleh setiap karyawan baik ia berada pada level jabatan yang tinggi atau pada level yang rendah g.

  Pencapaian target Dalam pencapaian target biasanya perusahaan memiliki strategi – strategi tertentu.

2.6 Teori Pendukung Lainnya

  Di dalam penelitian ini, terdapat beberapa teori yang dianggap mendukung penelitian ini, teori tersebut adalah:

1. Teori Kebutuhan Maslow

  Setiap manusia memiliki kebutuhan yang umum, kebutuhan yang paling mendasar adalah kebutuhan yang harus pertama kali dipuaskan, yaitu kebutuhan fisiologis (seperti pangan, sandang, papan). Kemudian kebutuhan tersebut diikuti oleh kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan sosialisasi, dan kebutuhan penghargaan.

  Gambar 3. Hirarki Kebutuhan dari Maslow

  Aktualisasi Diri Penghargaan Sosialisasi Rasa Aman

  Fisiologis

  Sumber : (Yuli, 2005 : 147)

2. Teori Pengharapan (Expectancy Theory)

  Dalam teori pengharapan, orang beranggapan akan memilih cara bertingkah laku berbagai macam alternatif tindakan berdasarkan harapan mereka tentang apa yang diperoleh dari setiap tindakannya. Harapan menunjukkan persepsi individu mengenai sulitnya mencapai perilaku tersebut. Dalam lingkungan kerja, setiap orang memiliki harapan usaha prestasi (Yuli, 2005 : 153). Kebutuhan yang dirasakan akan mendorong tingkah laku dan tindakan untuk perilaku dan hubungan yang positif antara upaya dan hasilnya. Setiap individu akan berupaya keras, jika merasa upayanya akan menghasilkan hasil yang ia harapkan sebelumnya.

Dokumen yang terkait

Iklim Komunikasi Organisasi dan Kinerja Karyawan Bank dalam Perspektif Korelasional

1 44 109

Iklim Komunikasi Organisasi dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Kepuasan Kerja pada Karyawan Operasional Hotel Grand Antares Indonesia Medan)

3 47 103

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Pegawai (Studi Korelasional Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai di Kantor Regional VI Badan Kepegawaian Negara Medan)

1 47 119

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja (Studi Korelasional Pengaruh Iklim Komunikasi Organisasi terhadap Tingkat Kepuasan Kerja pada Karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Cabang Medan Iskandar Muda)

11 105 141

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Peningkatan Kinerja Pegawai Di UPT. BBI Gedung Johor Medan (Studi Korelasional Peranan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Peningkatan Kinerja Pegawai di UPT. BBI Gedung Johor Medan)

1 46 131

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja(Studi Korelasional Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Medan Sumatera Utara)

6 45 143

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja ( Studi Korelasional Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Medan Sumatera Utara )

1 28 143

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi Dalam Organisasi - Pengaruh Komunikasi, Pengetahuan dan Sikap Terhadap Kinerja Karyawan di Politeknik Unggul LP3M Medan

0 0 28

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Pengertian Komunikasi dalam Organisasi - Pengaruh Komunikasi dan Motivasi terhadapat Kinerja Organisasi Pada PT. Bank Mandiri (Persero) Tbk., Cabang Simpang Pos Medan

0 0 15

BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Kerangka Teoritis - Komunikasi Organisasi dan Kinerja Pegawai (Studi Korelasional mengenai Pengaruh Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pegawai di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Toba Samosir)

0 0 24