145 PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2 RA’AS

  

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TEKNIK JIGSAW PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 2

RA’AS

  

Syaiful Rijal Alinata

Guru SMP Negeri

2 Ra’as, e-mail: syaifulrijalalinata@gmail.com

  Abstrak : Berdasarkan observasi terhadap siswa kelas VIII SMPN 2 Ra’as

diperoleh gambaran bahwa kelas ini merupakan kelas yang pasif. Indikatornya

adalah kurangnya partisipasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran. Siswa

cenderung diam , keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyan juga

kurang. Sehingga proses kegiatan belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan

aktivitas yang berarti. Kondisi seperti ini jelas berakibat pada prestasi belajar siswa

dalam mata pelajaran IPS. Terbukti dari rata-rata nilai ulangan harian, hanya 13

dari 24 siswa atau 54,17 % yang dinyatakan mencapai KKM. Tujuan penelitian ini

adalah ingin mengetahui peningkatan hasil belajar IPS melalui penggunaan

pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada siswa kelas VIII SMP Negeri

  2 Ra’as

tahun pelajaran 2015 / 2016. Pengambilan data untuk aktivitas siswa dilakukan

dengan cara pengamatan,dan untuk hasil belajar dilakukan dengan mengambil data

dari hasil nilai ulangan harian. Analisis data dilakukan dengan tehnik analisis

deskriptif kualitatif. Berdasarkan hasil analisis data dapat disimpulkan: Hasil

belajar siswa dalam proses pembelajaran IPS materi Peristiwa-peristiwa Sekitar

Proklamasi dan Proses Terbentuknya NKRI dengan metode pembelajaran kooperatif

model Jigsaw terjadi peningkatan 12,5%, yaitu dari 79,17 % ( tuntas secara

klasikal) pada siklus I menjadi 91,67 % (tuntas secara klasikal) pada siklus II.

  

Kata Kunci: Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Teknik Jigsaw.

Abstract: Based on the observations of the students of class VIII SMPN 2 Ra'as a

picture that this class is a class that is passive. The indicator is the lack of

participation of students in participating subjects. Students tend to be quiet, the

courage to ask and answer the question too less. So that the process of learning

seem less showed significant activity. Such conditions clearly resulted in student

achievement in social studies. Evident from the average value of daily tests, only 13

out of 24 students or 54.17% stated achieve KKM. The purpose of this study was to

find out the increase learning outcomes through the use of IPS jigsaw cooperative

learning techniques in class VIII SMP Negeri 2 Ra'as the academic year 2015 /

2016. Data collection for student activities conducted by observation, and to the

results of study conducted by retrieving data of the results of daily tests. Data was

analyzed using qualitative descriptive analysis techniques. Based on the results of

data analysis can be concluded: The results of students in the learning process

material IPS Events Around Proclamation and process of formation of the

Homeland with cooperative learning methods Jigsaw model increased 12.5%, from

79.17% (complete classical) in cycle I became 91.67% (complete classical) in the

second cycle.

  Keywords:Improved Results Learning, Cooperative Learning, Jigsaw Technique.

  PENDAHULUAN

  SMPN 2 Ra’as adalah salah satu lembaga pendidikan formal yang ada di wilayah kepulauan. Karakteristik dan kemampuan akademik siswanya sangat beragam,

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (145-156)

  karena dipengaruhi oleh latar belakang sosial ekonomi yang berbeda-beda. Salah satunya adalah siswa kelas VIII tahun pelajaran 2015/2016.

  Berdasarkan pengamatan pada awal semester, terlihat dalam proses belajar mengajar untuk siswa kelas VIII dengan menggunakan metode mengajar konvensional (ceramah, tanya jawab, latihan dan tugas) siswa menjadi bosan. Siswa kurang berpartisipasi dalam mengikuti mata pelajaran ini. Siswa cenderung pasif, keberanian untuk bertanya maupun menjawab pertanyaan juga kurang. Sehingga proses kegiatan belajar mengajar terkesan kurang menunjukkan aktivitas yang berarti. Artinya guru terlihat aktif dalam proses belajar mengajar, sedangkan siswanya pasif. Kondisi seperti ini jelas berakibat pada prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran IPS sangat rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari hasil belajar siswa berupa rata-rata nilai ulangan harian, yang hanya 13 dari 24 siswa atau 54,17 % yang dinyatakan mencapai KKM untuk mata

  pelajaran IPS yaitu nilai 70 dengan rata-rata perolehan nilai 65. Untuk itu diperlukan sebuah strategi baru yang lebih memberdayakan siswa. Sebuah strategi belajar yang tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi sebuah strategi yang mendorong siswa mengkonstruksikan pengetahuan dibenak mereka sendiri. Dalam hal ini peneliti akan melakukan suatu penelitian tindakan kelas dengan melakukan perubahan strategi belajar mengajar mata pelajaran IPS pada siswa kelas VIII

  SMP Negeri 2 Ra’as dengan menggunakan teknik Jigsaw khususnya pada materi Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Proses Terbentuknya NKRI. Metode ini paling sesuai untuk mata pelajaran ilmu sosial, kepustakaan, sebagian dari ilmu pengetahuan alam, dan bidang keilmuan lain yang tujuan pembelajarannya lebih pada penguasaan konsep dari pada penguasaan keterampilan (Slavin, 2009).

  Penggunaan pembelajaran kooperatif tehnik jigsaw diyakini dapat mengatasi masalah di atas, karena (1) Dapat membangkitkan motivasi siswa, (2) Dapat menimbulkan respon untuk bertanya dan memberi pendapat, dan (3) Siswa dapat berlatih menghargai pendapat orang lain. Beberapa manfaat pembelajaran kooperatif termasuk teknik jigsaw yaitu : (1) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas, (2) rasa harga diri menjadi lebih tinggi, (3) memperbaiki sikap terhadap Sejarah, (4) memperbaiki kehadiran, (5) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, (6) perilaku mengganggu lebih kecil, (7) konflik antar pribadi berkurang, dan (8) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi (Ibrahim, 2000).

  Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut : (1) Bagaimana aktivitas siswa dalam proses pembelajaran kooperatif teknik jigsaw mata pelajaran IPS di kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as tahun pelajaran 2015 / 2016, (2) Bagaimana penggunaan metode pembelajaran kooperatif teknik jigsaw dalam meningkatkan hasil belajar IPS siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as tahun pelajaran 2015 / 2016.

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah ingin mengetahui peningkatan hasil belajar IPS melalui penggunaan pembelajaran kooperatif teknik jigsaw pada siswa kelas

  VIII SMP Negeri 2 Ra’as tahun pelajaran 2015 / 2016.

  Pada penelitian serupa sebelumnya yang dilakukan oleh Ning Endah Sri Rejeki, guru Matematika SMP Negeri 2 Toroh Grobogan, disimpulkan bahwa model Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar Matematika sehingga sangat efektif untuk dilakukan dalam kegiatan belajar mengajar (Rejeki, 2009). Oleh karena itu jika proses belajar mengajar Siswa Kelas VIII Semester II SMP Negeri

  2 Ra’as menggunakan

  Alinata, Peningkatan Hasil Belajar IPS ….

  Pembelajaran Kooperatif Teknik Jigsaw dalam menyampaikan materi pembelajaran, maka aktivitas dan hasil belajar siswa akan meningkat.

  METODE

  Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Pebruari pada semester II (Genap) ta hun Pelajaran 2015 / 2016 di SMP Negeri 2 Ra’as yang beralamat di Jl. Raya Jungkat

  Kecamatan Ra’as. Penelitian dilakukan di kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as dengan jumlah 24 siswa. Laki-laki 17 siswa dan perempuan 7 siswa. Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu Penelitian Tindakan Kelas

  (PTK). PTK merupakan salah satu metode penelitian yang berorientasi menyelesaikan permasalahan dalam kelas sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan melalui tindakan yang telah dilakukan. Namun tak dapat dipungkiri bahwa dalam pelaksanaannya PTK memiliki keterbatasan, yaitu validitasnya (kesahihan PTK), dimana metodologi yang digunakan agak longgar (sifat informal), kaidah-kaidah penelitian kurang dapat dijaga (terutama dalam pengumpulan data), yang memungkinkan dimanipulasi oleh guru. Selain itu hasil dari PTK tidak dapat digeneralisasi karena terkait dengan siswa dalam kelas tertentu. Artinya solusi terhadap permasalahan yang diberikan hanya berlaku dalam kelas tersebut (Madeamin, 2012).

  Dalam penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan kelas dari Kemmis dan Taggart, yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi (Sukidin, 2008).

  Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari Lembar observasi aktivitas guru, Lembar observasi aktivitas siswa, Lembar Kegiatan, dan Lembar Tes. Analisis data dilakukan dengan tehnik analisis deskriptif kualitatif yang meliputi: (a) Reduksi data meliputi pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan semua data yang diperoleh mulai dari awal pengumpulan hingga penyusunan laporan penelitian, (b) Penyajian data meliputi pengumpulan informasi yang diperoleh dari data hasil reduksi dan penyusunan secara sistematis untuk memberikan gambaran yang mendukung dalam menarik kesimpulan, (c) Penarikan kesimpulan meliputi pemberian makna, dan penyajian kebenaran dan gambaran data yang telah tersusun secara sistematis (Junaidi, 2006).

  Adapun Indikator Keberhasilan dari penelitian ini adalah: (a) Keaktifan guru; Guru bisa dikatakan sudah melakukan perbaikan cara mengajar jika dari hasil pengamatan aktivitas guru diperoleh skor dengan kategori sangat baik yaitu minimal > 75 %; (b) Keaktifan belajar siswa; Kriteria keberhasilan penelitian ini adalah jika minimal 75% dari seluruh siswa aktif atau ada pada kategori baik. Siswa dikatakan aktif jika persentase keaktifan siswa > 75 % (kategori Sangat Baik); (c) Hasil belajar; Hasil belajar dapat dikatakan berhasil jika rata-rata hasil belajar siswa lebih tinggi dari rata- rata hasil belajar siswa pada tes sebelumnya dan minimal 81% siswanya mencapai nilai KKM (minimal 70).

HASIL DAN PEMBAHASAN

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (145-156)

  Peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) 1, LK 1, soal tes 1 dan alat-alat pengajaran yang mendukung. Selain itu juga dipersiapkan lembar pengolahan nilai tes metode pembelajaran kooperatif teknik Jigsaw, dan lembar observasi aktivitas guru dan siswa.

  Untuk siklus I dilaksanakan pada tanggal 11,15,16 Januari 2016 di kelas VIII dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada RPP yang telah dipersiapkan. Yaitu sesuai dengan langkah

  • – langkah yang sesuai dengan pembelajaran Kooperatif ( Cooperative Learning ) model Jigsaw. Langkah – langkah pembelajarannya sebagai berikut : ( 1 ) Kelompok Awal ( home group ).

   Siswa dibagi dalam kelompok kecil yang beranggotakan 4 orang.  Guru membagikan LK kepada masing-masing kelompok yang didalamnya terdapat permasalahan-permasalahan yang harus dicari jawabannya. Jumlah permasalahan sesuai dengan jumlah anggota kelompok yaitu 4 permasalahan.

   Ketua kelompok membagi permasalahan tersebut kepada masing – masing siswa dalam satu kelompok, sehingga setiap siswa memperoleh soal yang berbeda.  Siswa kemudian mencari jawaban terhadap soal yang diberikan guru. ( 2 ) Kelompok Ahli (Expert Group)

   Setelah seluruh siswa memperoleh jawaban terhadap soal yang diterimanya, guru mengelompokkan mereka yang mempunyai soal sama menjadi satu kelompok. Kelompok ini disebut kelompok ahli.  Dalam kelompok ahli mereka harus membahas jawaban dari masing – masing anggota sehingga diperoleh jawaban final yang nanti disampaikan pada anggota yang lain pada kelompok awal.  Setelah diperoleh jawaban final, mereka kembali pada kelompok awal, dan masing

  • – masing siswa secara bergilir menyampaikan hasilnya pada rekannya yang lain.

   Akhirnya secara keseluruhan masing – masing kelompok melaporkan hasilnya pada guru.  Pada akhir pembelajaran guru memberikan klarifikasi terhadap jawaban siswa terutama terhadap jawaban yang kurang sempurna. Untuk memperdalam materi juga dilakukan proses tanya jawab antara siswa dengan guru.

   Di akhir pembelajaran guru memberikan lembar tes kepada semua siswa untuk mengetahui tingkat penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang telah dibahas. Nilai dari hasil tes ini merupakan nilai individu. Tetapi nilai dari masing-masing individu tersebut nantinya akan di rekapitulasi menjadi nilai kelompok guna menentukan kelompok mana yang terbaik. Hal ini dimaksudkan agar seluruh anggota kelompok merasa bertanggung jawab dan berkepentingan akan tingkat penguasaan materi dari teman sesama kelompoknya. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksaaan belajar mengajar. Hal yang menjadi fokus pengamatan pertama adalah aktivitas guru. Untuk ini digunakan lembar pengamatan aktivitas guru. Pengamatan dilakukan oleh guru lain sebagai kolaborator. Pada siklus I ini hasil pengamatan untuk aktivitas guru adalah sebagai berikut:

  Alinata, Peningkatan Hasil Belajar IPS ….

  9

  9

  9

  60 Baik

  10

  12

  80 Sangat Baik

  11

  12

  80 Sangat Baik

  12 15 100 Sangat Baik

  13 7 46,67 Cukup

  14

  60 Baik

  9

  15 14 93,33 Sangat Baik

  16

  12

  80 Sangat Baik

  17 15 100 Sangat Baik

  18 14 93,33 Sangat Baik

  19 15 100 Sangat Baik

  20 13 86,67 Sangat Baik

  21 10 66,67 Baik

  22 8 53,33 Baik

  23 11 73,33 Baik

  24 15 100 Sangat Baik Rata-Rata 74,72

  60 Baik

  8

Tabel 4.1 Aktifitas Guru Pada Siklus I

  9

  KEGIATAN SKOR % KATEGORI Persiapan

  20 100 Sangat Baik

  Pendahuluan

  11 73,33 Baik

  Kegiatan Inti

  48 87,27 Sangat Baik

  Penutup

  10 100 Sangat Baik Dari tabel di atas diketahui bahwa aktivitas guru tersebut sudah sangat baik kecuali untuk kegiatan pendahuluan yang masih pada kategori baik. Aktifitas siswa selama proses pembelajaran menjadi pengamatan selanjutnya baik oleh guru sebagai peneliti maupun oleh kolaborator. Dari lembar pengamatan aktivitas siswa diperoleh hasil sebagai beikut:

Tabel 4.2 Aktifitas Siswa Pada Siklus I

  

Siswa No. Skor % Kategori

  1 8 53,33 Baik

  2

  60 Baik

  80 Sangat Baik

  3

  12

  80 Sangat Baik

  4

  9

  60 Baik

  5 7 46,67 Cukup

  6

  12

  80 Sangat Baik

  7

  12

  Dari tabel di atas diketahui bahwa untuk aktivitas siswa pada siklus I ini memperoleh nilai rata-rata persentase 74,72 % artinya ada pada kategori Baik. Tentunya

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (145-156)

  21 70 87,5 √

  13 50 62,5 √

  14

  60

  75 √

  15 70 87,5 √

  16

  60

  75 √

  17 70 87,5 √

  18

  60

  75 √

  19 70 87,5 √

  20 70 87,5 √

  22 50 62,5 √

  75 √

  23

  60

  75 √

  24 70 87,5 √

  Jumlah 1.800

  19

  5 Rata-rata

  75 Tabel 4.4. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus I

  Uraian Hasil Siklus I

  Nilai rata-rata tes Jumlah siswa yang tuntas Jumlah siswa yang tidak tuntas Persentase ketuntasan belajar Klasikal

  75

  19

  5 79,17

  Belum Tuntas

  12 70 87,5 √

  Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi tes tulis I dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Adapun data hasil penelitian pada siklus I adalah sebagai berikut:

Tabel 4.3. Nilai Tes Pada Siklus I

  75 √

  Siswa No. Skor Nilai Keterangan

  T

  TT

  1

  40

  50 √

  2

  60

  75 √

  3

  60

  75 √

  4

  60

  5

  11

  8

  75 √

  60

  10

  9 50 62,5 √

  75 √

  60

  75 √

  40

  60

  7

  75 √

  60

  6

  50 √

  60

  Alinata, Peningkatan Hasil Belajar IPS ….

  Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada siklus pertama secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 70 hanya sebesar 79,17 % lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 81%.

  Untuk mengetahui kelompok yang memperoleh nilai terbaik, maka dilakukan rekapitulasi nilai perkelompok sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

  Grafik 4.1. Rekapitulasi Nilai Per Kelompok Siklus I

  Berdasarkan grafik 4.1 diketahui bahwa hanya satu kelompok, yaitu kelompok V, yang memiliki kategori Sangat Baik.

  Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar Siklus I, refleksi dari hasil pengamatan sebagai berikut: (1) Guru kurang baik dalam memotivasi siswa dan dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. (2) Guru kurang baik dalam pengelolaan waktu. (3) Adanya siswa kurang begitu antusias selama pembelajaran berlangsung. (4) Kerjasama kelompok yang masih belum maksimal.

  Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar pada siklus I ini masih terdapat kekurangan, sehingga perlu adanya revisi untuk dilakukan pada siklus berikutnya yaitu: (1) Guru perlu lebih terampil dalam memotivasi siswa dan lebih jelas dalam menyampaikan tujuan pembelajaran. Dimana siswa diajak untuk terlibat langsung dalam setiap kegiatan yang akan dilakukan. (2) Guru perlu mendistribusikan waktu secara baik dengan menambahkan informasi-informasi yang dirasa perlu dan memberi catatan. (3) Guru harus lebih terampil dan bersemangat dalam memotivasi siswa sehingga siswa bisa lebih antusias. (4) Guru harus menekankan pentingnya kerjasama pada setiap kelompok.

  Siklus II

  Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pada tanggal 18, 22, 23 Januari 2016 di kelas VIII dengan jumlah siswa 24 siswa. Dalam hal ini peneliti bertindak sebagai guru. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II.

  Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Untuk aktivitas guru pengamatan tetap dilakukan oleh guru lain sebagai kolaborator. Pada siklus II ini hasil pengamatan untuk aktivitas guru adalah sebagai berikut:

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (145-156)

  KEGIATAN SKOR % KATEGORI Persiapan

  20 100 Sangat Baik

  Pendahuluan

  13 86,67 Sangat Baik 48 87,27 Sangat Baik

  Kegiatan Inti Penutup

  10 100 Sangat Baik Dari tabel 4.5 diketahui bahwa aktivitas guru tersebut pada setiap indikator sudah pada kategori sangat baik. Aktifitas siswa selama proses pembelajaran menjadi pengamatan selanjutnya baik oleh guru sebagai peneliti maupun oleh kolaborator. Dari lembar pengamatan aktivitas siswa diperoleh hasil sebagai beikut:

Tabel 4.6 Aktifitas Siswa Pada Siklus II

  Siswa Skor % Kategori No.

  1

  11

  73 Baik

  2

  11

  73 Baik

  3

  14

  93 Sangat Baik

  4

  13

  87 Sangat Baik

  5

  10

  67 Baik

  6

  14

  93 Sangat Baik

  7

  14

  93 Sangat Baik

  8

  11

  73 Baik

  9

  11

  73 Baik

  10

  14

  93 Sangat Baik

  11

  14

  93 Sangat Baik

  12 15 100 Sangat Baik

  13

  10

  67 Baik

  14

  11

  73 Baik

  15 15 100 Sangat Baik

  16

  14

  93 Sangat Baik

  17 15 100 Sangat Baik

  18 15 100 Sangat Baik

  19 15 100 Sangat Baik

  20

  14

  93 Sangat Baik

  21

  12

  80 Sangat Baik

  22

  11

  73 Baik

  23

  13

  87 Sangat Baik

  24 15 100 Sangat Baik Rata-Rata 86,67

  Dari tabel 4.6 diketahui bahwa untuk aktivitas siswa pada siklus II ini memperoleh nilai rata-rata persentase 86,67 % artinya ada pada kategori Sangat Baik.

  Alinata, Peningkatan Hasil Belajar IPS ….

  60

  75 √

  15 70 87,5 √

  16 70 87,5 √

  17 80 100 √

  18 80 100 √

  19 80 100 √

  20 70 87,5 √

  21 70 87,5 √

  22

  75 √

  14

  23 70 87,5 √

  24 80 100 √

  Jumlah 2.020

  22

  2 Rata-rata 84,17

Tabel 4.8. Rekapitulasi Hasil Tes Pada Siklus II

  Uraian Hasil Siklus II

  Nilai rata-rata tes Jumlah siswa yang tuntas belajar Persentase ketuntasan belajar Klasikal

  84,17

  22 91,67

  60

  75 √

  Pada akhir proses belajar mengajar siswa diberi lembar tes II dengan tujuan untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa dalam proses belajar mengajar yang telah dilakukan. Instrument yang digunakan adalah lembar tes II. Adapun data hasil tes pada siklus II adalah sebagai berikut:

  75 √

Table 4.7. Nilai Tes Pada Siklus II

  Siswa No. Skor Nilai Keterangan

  T

  TT

  1

  60

  75 √

  2

  60

  3 70 87,5 √

  60

  4 70 87,5 √

  5 50 62,5 √

  6 70 87,5 √

  7 70 87,5 √

  8 70 87,5 √

  9 50 62,5 √

  10 70 87,5 √

  11 70 87,5 √

  12 80 100 √

  13

  Tuntas Berdasarkan tabel 4.8 diperoleh nilai rata-rata tes sebesar 84,17 dan dari 24 siswa yang telah tuntas sebanyak 22 siswa dan 2 siswa belum mencapai ketuntasan belajar. Maka secara klasikal ketuntasan belajar yang telah tercapai sebesar 95,83%

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (145-156)

  adanya peningkatan kemampuan guru dalam membangkitkan motivasi belajar dan juga kemampuan dalam menerapkan metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw membuat siswa menjadi lebih terbiasa dengan pembelajaran seperti ini sehingga siswa lebih mudah dalam memahami materi yang telah diberikan.

  Dan untuk mengetahui kelompok yang memperoleh nilai terbaik, maka dilakukan rekapitulasi nilai perkelompok sehingga diperoleh hasil sebagai berikut:

  Grafik 4.2. Rekapitulasi Nilai Per Kelompok Siklus II

  Berdasarkan grafik 4.2 diketahui bahwa ada lima kelompok, yaitu kelompok I,III,IV,V,VI, yang memiliki kategori Sangat Baik. Sedangkan hanya satu kelompok yang berkategori Baik. Hal ini berarti kerjasama antar anggota kelompok sudah berlangsung sangat baik.

  Dari data-data yang telah diperoleh sebagi refleksi dapat diuraikan sebagai berikut: (1) Selama proses belajar mengajar guru telah melaksanakan semua pembelajaran dengan baik. Meskipun ada beberapa aspek yang belum sempurna, tetapi persentase pelaksanaannya untuk masing-masing aspek cukup besar. (2) Berdasarkan data hasil pengamatan diketahui bahwa siswa aktif selama proses belajar berlangsung. (3) Kekurangan pada siklus-siklus sebelumnya sudah mengalami perbaikan dan peningkatan sehingga menjadi lebih baik. (4) Hasil belajar siswa pada siklus II mencapai ketuntasan.

  Pembahasan

  Aktifitas Guru Untuk aktivitas guru selama pembelajaran telah melaksanakan langkah-langkah metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw dengan sangat baik. Hal ini terlihat dari aktivitas guru yang muncul di antaranya mulai persiapan atau perencanaan, aktivitas membimbing dan mengamati siswa dalam mengerjakan kegiatan LK/menemukan konsep, menjelaskan materi yang sulit, memberi umpan balik/evaluasi/tanya jawab dimana persentase untuk semua aktivitas di atas berada pada kategori sangat baik.

  Aktifitas Siswa Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran

  IPS materi Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Proses Terbentuknya NKRI dengan metode pembelajaran kooperatif model Jigsaw terjadi peningkatan dari 74,72 % (kategori Baik) pada Siklus I menjadi 86,67 % (Kategori Sangat Baik) pada Siklus II. Berarti terjadi peningkatan 11,95 %, seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

  Alinata, Peningkatan Hasil Belajar IPS ….

  Grafik 4.3. Aktivitas Siswa Per Siklus

  Ketuntasan Hasil belajar Siswa Melalui hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif model

  Jigsaw memiliki dampak positif dalam meningkatkan prestasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari semakin mantapnya pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan guru. Terbukti siswa yang tuntas belajar di kelas meningkat dari 79,17 % (tuntas secara klasikal) pada siklus I menjadi 91,67 % (tuntas secara klasikal) pada siklus II. Ini berarti mengalami peningkatan sebesar 12,5 %. Seperti tampak pada gambar di bawah ini.

  Grafik 4.4. Ketuntasan Belajar Siswa

  Dengan tercapainya seluruh indikator keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini pada siklus II maka tidak perlu dilanjutkan ke siklus III. Dan dengan demikian pembelajaran kooperatif teknik jigsaw berhasil meningkatkan aktivitas siswa dan prestasi hasil belajar siswa.

  PENUTUP

  Berdasarkan uraian di atas, dapat penulis rumuskan beberapa kesimpulan, yaitu : (1) Pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as. Peningkatan aktivitas belajar siswa ini menunjukkan bahwa motivasi belajar dipengaruhi oleh strategi belajar yang diberikan guru. Motivasi belajar yang tinggi tercermin dalam aktivitas belajar siswa. (2) Pembelajaran kooperatif dengan teknik jigsaw dapat meningkatkan prestasi hasil belajar materi Peristiwa-peristiwa Sekitar Proklamasi dan Proses Terbentuknya NKRI pada siswa kelas VIII SMP Negeri 2 Ra’as Tahun Pelajaran 2015/2016.

  Sebagai saran untuk guru mata pelajaran IPS agar mempertimbangkan pemberian materi pembelajaran dengan mengenalkan kepada siswa dengan menggunakan berbagai macam strategi. Salah satunya adalah strategi pembelajaran yang digunakan adalah teknik jigsaw. Dan kepada pihak sekolah hendaknya menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang proses pembelajaran seperti media pembelajaran, buku- buku penunjang dan peralatan teknologi informasi yang memadai.

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (145-156)

  DAFTAR PUSTAKA Ibrahim, d. (2000). Pembelajaran Kooperatif. Bandung: UNISA.

  Junaidi, A. M. (2006). Strategi Meningkatkan Minat, Motivasi, dan Prestasi Belajar

  Siswa Melalui Pembelajaran Gotong Royong. Surabaya: Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Propinsi Jawa Timur.

  Madeamin, I. (2012, Nopember 4). http://www.ishaqmadeamin.com/2012/11/manfaat- Dipetik September 4, 2016, dari Ishaq keterbatasan-dan-persyaratan-ptk.html. Madeamin Blog

  Rejeki, N. E. (2009). Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Pada Siswa Kelas VIII G Semester 2 SMP Negeri 2 Toroh Grobogan. Media Penelitian Pendidikan .

  Slavin, R. E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media. Sukidin, B. S. (2008). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Surabaya: Insan Cendekia.

  

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TIPE JIGSAW LEARNING

DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

Rina Ningsih

Guru SMP Negeri 2 Ngoro Mojokerto; e-mail:

  Abstrak; Pengajar atau pendidik, guru merupakan salah satu faktor penentu pemahaman keberhasilan setiap upaya pendidikan. Itulah sebabnya setiap adanya inovasi pendidikan, khususnya dalam kurikulum dan peningkatan sumber daya manusia yang berhasil dari upaya pendidikan selalu bermuara pada faktor guru. Hal ini menunjukkan bahwa betapa eksisnya peran guru dalam dunia pendidikan.

  Demikian pula dalam upaya membelajarkan siswa guru dituntut memiliki multi peran sehingga mampu menciptakan kondisi belajar mengajar yang efektif. Agar dapat mengajar efektif, guru harus meningkatkan kesempatan belajar bagi siswa (kuantitas) dan meningkatkan mutu (kualitas) mengajarnya. Kesempatan belajar siswa dapat ditingkatkan dengan cara melibatkan siswa secara aktif dalam belajar. Hal ini berarti kesempatan belajar makin banyak dan optimal serta guru menunjukkan keseriusan saat mengajar. Makin banyak siswa yang terlibat aktif dalam belajar, makin tinggi kemungkinan prestasi belajar yang dicapainya. Sedangkan dalam meningkatkan kualitas dalam mengajar hendaknya guru mampu merencanakan program pengajaran dan sekaligus mampu pula melakukan dalam bentuk interaksi belajar mengajar.

  Kata kunci : Model Pembelajaran, tipe Jigsaw Learning dan hasil belajar. Abstract; Instructor or teacher constitute one of determine factor in understanding to receave succesfull education. Aspecially in the curriculum and increasing SDM that success from trial education. It alwaysrecource to factor the teacher it shows that is famous as actor the teacher in education would. It is also efort studying the student.The teacher was demanded to many effort until be able to create the condition effective studying teaching.In under to teach effective the teacher have to increase aclasion study to the student, and to increase quality teach. The aclasion study student is able to increased the way wraparound the student as active in studying. It means the aclasion to study is very higher and optimal the teacher should seriously while teach the student. Heigher imposible achievement study to created while in creass quality to teach so the teacher able to plan teaching program and able to do in the interaction study teaching.

  Key words: Learning model, type Jigsaw Learning, and achievement.

  PENDAHULUAN

  Dalam pembelajaran IPS tidak lagi mengutamakan pada penyerapan melalui pencapaian informasi, tetapi lebih mengutamakan pada pengembangan kemampuan dan pemrosesan informasi. Untuk itu aktivitas peserta didik perlu ditingkatkan melalui latihan-latihan atau tugas IPS dengan bekerja kelompok kecil dan menjelaskan ide-ide kepada orang lain.

  Berkaitan dengan upaya peningkatan prestasi belajar IPS siswa, dari hasil pengamatan penulis selama melaksanakan proses pembelajaran di kelas VIII-A SMP

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (133-144)

  Negeri 2 Ngoro kabupaten Mojokerto tahun pelajaran 2016/2017, ditemui beberapa fakta antara lain siswa kurang adanya motivasi belajar terutama berkaitan dengan materi pengembangan konsep IPS.

  Kondisi ini terjadi bisa juga disebabkan karena proses pembelajaran yang selama ini berlangsung kurang memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Sehingga prestasi belajar IPS kurang memuaskan dan jauh dari harapan guru.

  Realitas ini memerlukan pemecahan yang serius dan harus secepat mungkin ditangani, agar potensi siswa dapat dikembangkan seoptimal mungkin. Hal ini merupakan tugas dan kewajiban dari guru/pendidik untuk selalu berupaya meningkatkan kemampuan siswa-siswa yang menjadi tanggung jawabnya.

  Guru dituntut mempunyai kemampuan mengatur secara umum komponen- komponen pengajaran sedemikian rupa sehingga terjalin keterkaitan fungsi antar komponen untuk mencapai tujuan secara efektif. Dalam rangka melaksakan tugas secara professional, guru memerlukan wawasan yang mantap tentang kemungkinan- kemungkinan metode belajar mengajar yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan, baik dalam arti efek instruksional (tujuan belajar yang dirumuskan secara eksplisit dalam proses belajar mengajar), maupun dalam arti efek pengiring (hasil ikutan yang didapat dalam proses belajar misalnya kemampuan berpikir kritis, kreatif, sikap terbuka setelah siswa mengikuti diskusi kelompok kecil dalam proses belajarnya). (Suharyono dkk, 1991: 6).

  Efektifitas Metode mengajar dipengaruhi oleh faktor tujuan, faktor siswa, faktor situasi, dan faktor guru itu sendiri. Dengan memiliki pengetahuan secara umum mengenai sifat berbagai metode, seorang guru akan lebih mudah menetapkan metode yang paling sesuai dalam situasi dan kondisi pengajaran yang khusus.

  Berpijak pada uraian latar belakang diatas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitan pendidikan. Dalam hal ini penulis ingin meng angkat judul “Pengaruh

  Penerapan Metode Jigsaw Learning Terhadap Peningkatan Prestasi Belajar Pada Mata

  Pelajaran IPS Kompetensi Dasar Pelaku Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat, Perusahaan,Koperasi Dan Negara Bagi Kelas Viii-A Smp Negeri 2 Ngoro Tahun Pel ajaran 2016/2017” Berdasarkan pada latar belakang permasalahan yang telah diungkapkan penulis sebagaimana di atas, maka dalam penelitian ini dapat dirumuskan permasalahan

  “Apakah penerapan metode Jigsaw Learning berpengaruh terhadap peningkatan

  

prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kompetensi dasar Pelaku ekonomi rumah

tangga masyarakat,perusahaan, koperasi dan negara bagi kelas VIII-A SMP Negeri 2

Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017

  ” Berdasarkan pada rumusan masalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penerapan metode Jigsaw Learning terhadap peningkatan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kompetensi dasar pelaku ekonomi rumah tangga masyarakat,perusahaan,koperasi dan negara bagi kelas VIII-A SMP Negeri 2 Ngoro Tahun Pelajaran 2016/2017. Dengan adanya penelitian yang penulis lakukan mempunyai beberapa manfaat antara lain : dijadikan bahan pertimbangan informasi bagi lembaga untuk menentukan langkah-langkah penggunaan metode pengajaran IPS,bahan pertimbangan guru untuk memilih metode yang tepat bagi anak didik sesuai dengan tujuan pengajaran dan bagi siswa untuk mempermudah proses belajar mengajar.

  Ningsih, Penerapan Model Pembelajaran tipe ….

  Penerapan metode Jigsaw Learning dapat meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran IPS kompetensi dasar Pelaku Ekonomi Rumah Tangga Masyarakat, Perusahaan,Koperasi Dan Negara.

  Untuk mendapatkan hasil pengukuran yang sesuai dengan yang direncanakan, kita membutuhkan metode pengukuran dan alat pengukuran yang betul. Dengan kata lain metode dan alat pengukuran merupakan unsur untuk mengetahui kemajuan murid dalam rnencapai tujuan yang telah ditentukan.

  Pengukuran hasil belajar biasanya dilakukan pada akhir bulan, semester, akhir tahun, atau pada akhir tingkat pendidikan berupa ujian penghabisan atau evaluasi belajar tahap akhir.

  Seorang guru dalam proses belajar mengajar selalu berharap agar tercapai tujuan pendidikan secara efektif dan efisien. Untuk mencapai suatu pendidikan penguasaan materi saja tidak cukup, tetapi guru harus menguasai metode penyampaian materi yang diajarkan dan kemampuan anak didik yang menerima, sehingga dengan metode tersebut anak bisa lebih giat dan lebih semangat dalam belajar.

  Strategi ini merupakan strategi yang menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian.

  Dalam penerapan metode ini, ada dua kelompok, yaitu kelompok utama (inti)yang dan kelompok diskusi. Dalam kelompok utama adalah kelompok dari perwakilan tiap kelompok diskusi, siswa diminta untuk mempelajari satu topik tertentu, dengan demikian ia diharapkan menguasai materi tersebut. kemudian ia akan kembali ke kelompok diskusi, dikelompok diskusi ia diharapkan mampu menyalurkan informasi atau ilmu yang ia peroleh di kelompok utama. setelah itu akan diadakan penjelasan didepan kelas dari tiap perwakilan kelompok. Dengan demikian siswa diharapkan lebih proaktif dalam mengeluarkan pendapatnya dan dalam metode ini diharapkan siswa dapat saling memberi informasi.

  Pada aplikasi metode ini dikenal adanya tutor sebaya, dengan cara ini, siswa yang tidak mampu atau malu untuk bertanya langsung pada gurunya dapat bertanya pada temannya itu. Metode ini juga sangat baik dikembangkan untuk membuat siswa menjadi lebih percaya diri, karena dalam metode ini siswa atau perwakilan dari tiap kelompok akan maju kedepan kelas untuk menjelaskan materi yang akan disampaikannya. Metode ini cocok untuk setiap materi, namun ada kelemahan yang harus diantisipasi guru dalam melaksanakannya, yaitu waktu yang dibutuhkan untuk menjalankannya, nah dalam pelaksanaan metode ini seorang guru harus tegas terhadap penggunaan waktu.

  Untuk pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe jigsaw, disusun langkah-langkah pokok sebagai berikut; (1) pembagian tugas, (2) pemberian lembar ahli, (3) mengadakan diskusi, (4) mengadakan kuis. Adapun rencana pembelajaran kooperatif tipe jigsaw ini diatur secara instruksional sebagai berikut (Slavin, 1995): (1) Membaca: siswa memperoleh topik-topik ahli dan membaca materi tersebut untuk mendapatkan informasi, (2) Diskusi kelompok ahli: siswa dengan topik-topik ahli yang sama bertemu untuk mendiskusikan topik tersebut, (3) Diskusi kelompok: kelompok ahli kembali ke kelompok asalnya untuk menjelaskan topik pada kelompoknya, (4) Kuis: siswa memperoleh kuis individu yang mencakup sernua topik, (5) Penghargaan kelompok: penghitungan skor kelompok dan menentukan penghargaan kelompok.

  Proses pembelajaran dan hasil belajar siswa merupakan indikator dari

METAFORA, VOLUME 2, NOMOR 2, APRIL 2016 (133-144)

  fenomena yang menunjukan bahwa pendidikan telah berhasil atau belum. Proses pembelajaran di dalam kelas pada umumnya masih di dominasi oleh guru dibandingkan dengan keaktifan siswa baik dalam bertanya, menjawab, berkomentar, menyanggah bekerjasama dan bertanggung jawab terhdadap diri sendiri ataupun kelompok. Keadaan ini seolah menjadi ketidak berhasilan seorang guru dalam menanamkan ilmu dan dalam menerapkan metode pembelajaran atau menunjukan ketidak seriusan siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkan karena kurangnya motivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.

  Menurut UNESCO, pendidikan pada abad ini harus diorientasikan terhadap pencapaian empat pilar pembelajaran yaitu : Pertama Learning to know (belajar untuk tahu), Kedua Learning to do (belajar untuk melakukan), Ketiga Lerning to be (belajar untuk menjadi diri sendiri), Keempat Learning to live together (belajar bersama dengan orang lain). Merujuk pada pernyataan tersebut maka akan timbul sebuah pertanyaan besar yaitu “Apakah pendidikan di Indonesia sekarang ini sudah mencakup empat pilar tersebut?”. Berangkat dari pernyataan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru mempunyai peranan yang sangat penting dalam keberhasilan pendidikan.

  Sudah seharusnya seorang guru mempunyai metode atau model-model pembelajaran yang lebih inovatif untuk mengantisipasi kelemahan model konvensional yang selama ini dipakai guru. Kooperatif Tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan yang luas kepada siswa untuk melakukan kegiatan belajarnya secara bekerjasama dengan kelompok-kelompok yang dibuat oleh guru. Sehingga dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, siswa dapat lebih bisa menemukan masalah, mengorganisasikan, memecahkan masalah dan bekerjasama dalam menanggapi masalah. Sebagai model pembelajaran yang berpusat pada siswa maka dengan menerapakan metode ini, siswa dalam proses belajar di kelas akan lebih aktif, lebih bisa mempertimbangkan pendapat dan lebih memotivasi siswa dalam mengikuti proses pembelajaran yang terjadi di kelas.

  METODE

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF THINK-PAIR-SHARE PADA SISWA KELAS VIII A SMP NEGERI 11 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 72

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA MATA PELAJARAN IPS KELAS VIII DI SMP NEGERI 2 SEKAMPUNG

0 7 17

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN TEMA PERISTIWA PADA SISWA KELAS 1 SEKOLAH DASAR NEGERI 2 GADINGREJO 2012/2013

0 12 50

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 60

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DI KELAS IX.3 SMP NEGERI 1 WAY BUNGUR TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 9 59

UPAYA PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI METODE PEMBELAJARAN DISKUSI PADA SISWA KELAS VII.2 SMP NEGERI 2 TALANG PADANG TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 4 64

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 79

PENINGKATAN HASIL BELAJAR FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 26 MAKASSAR

0 0 6

MENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IX.1 SMP N 1 KINALI

1 1 12

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MATERI PENJUMLAHAN PECAHAN MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SD 2 JURANG

0 1 24