PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

Oleh

Dwita Ayu Setioningrum

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis penggunaan model pembelajaran inkuiri dalam peningkatan aktivitas dan hasil belajar ips terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Metode yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yang dilakukan dalam 3 siklus selama 6 kali pertemuan, satu siklus terdiri dari 2 kali pertemuan. Subjek dalam penelitian ini adalah 27 peserta didik dari kelas VIII yang terdiri dari 14 siswa perempuan dan 13 siswa laki- laki. Data yang diambil berupa hasil tes akhir siklus dan hasil observasi aktivitas belajar.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada siklus I, persentase aktivitas siswa rata- rata pada pertemuan I dan II sebesar 45,83% dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa 41,66% (10 Orang), pada siklus II persentase aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 14,63% sehingga persentase aktivitas rata- rata siswa siklus II pada pertemuan I dan II menjadi sebesar 60,46% dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat sebesar 19,87% sehingga menjadi 61,53% (16 Orang). Selanjutnya pada siklus III, persentase aktivitas siswa mengalami peningkatan sebesar 22,65% sehingga persentase aktivitas rata- rata siswa siklus III pada pertemuan I dan II menjadi sebesar 83,11% dan persentase ketuntasan hasil belajar siswa meningkat sebesar 26,93% sehingga menjadi 88,46% (23 Orang).

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar ips terpadu siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014. Oleh karena itu disarankan menggunakan model pembelajaran inkuiri dalam pembelajaran ips terpadu agar siswa ikut berperan aktif dalam proses pembelajaran.


(2)

(3)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU

MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA

SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

(Skripsi)

Oleh

DWITA AYU SETIONINGRUM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2014


(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Siklus Inkuiri ... 21

2. Kerangka Pikir Penelitian ... 38

3. Prosedur Penelitian Tindakan ... 46

4. Peta Lokasi SMPN 12 Bandar Lampung ... 57

5. Denah SMPN 12 Bandar Lampung ... 60

6. Situasi Pembelajaran Siklus I ... 74

7. Situasi Pembelajaran Siklus II ... 86

8. Siswa Aktif Belajar ... 97

9. Persentase Siswa Aktif Tiap Siklus ... 112

10. Persentase Nilai Rata-Rata Kelas dan Siswa Tuntas ... 122

11. Siswa sedang melakukan diskusi Inkuiri ... 124

12. Siswa sedang melakukan diskusi Inkuiri ... 124

13. Siswa sedang melakukan presentasi kelas ... 125


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Indentifikasi Masalah ... 8

C. Batasan Masalah... 8

D. Rumusan Masalah ... 9

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Kegunaan Penelitian... 9

G. Ruang Lingkup Penelitian ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka ... 12

1. Belajar dan Pembelajaran ... 12

a. Belajar ... 12

b. Pembelajaran ... 13

2. Pembelajaran Geografi ... 14

3. Pembelajaran IPS Terpadu ... 15

4. Inkuiri ... 17

5. Teori Belajar Konstruktivisme ... 28

6. Pengertian Model, Strategi, Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran ... 29

7. Aktivitas Belajar... 32

8. Hasil Belajar ... 35

B. Kerangka Pikir ... 36


(6)

B. Setting Penelitian ... 40

C. Faktor yang diselidiki ... 41

D. Definisi Operasional Tindakan ... 41

E. Prosedur Penelitian/Desain Penelitian ... 45

F. Data dan cara pengambilan data ... 49

1. Data ... 49

2. Cara pengambila data ... 50

G. Teknik Pengukuran Data ... 51

H. Teknik Analisis Data ... 55

I. Indikator Kinerja ... 55

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian... 56

1. Sejarah SMP Negeri 12 Bandar Lampung ... 56

2. Lokasi Penelitian ... 56

3. Keadaan Guru dan Siswa SMP Negeri 12 Bandar Lampung... 58

B. Pelaksanaan Penelitian ... 61

C. Deskripsi Hasil Penelitian ... 61

1. Siklus I... 61

2. Siklus II ... 75

3. Siklus III ... 88

D. Pembahasan ... 98

1. Perencanaan Pembelajaran ... 98

2. Pelaksanaan Pembelajaran ... 100

3. Observasi ... 102

4. Refleksi... 127

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 131

B. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Silabus Pembelajaran ... 135

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 140

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 146

4. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus III ... 153

5. Soal Test Akhir Siklus I ... 160

6. Soal Test Akhir Siklus II ... 163

7. Soal Test Akhir Siklus III ... 166

8. Kunci Jawaban Akhir Siklus I ... 169

9. Kunci Jawaban Akhir Siklus II ... 171

10. Kunci Jawaban Akhir Siklus III ... 173

11. Aktivitas Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII SMP Negeri 12 Bandar Lampung... 175

12. Data Perhitungan Aktivitas Belajar IPS Terpadu Siswa Siklus I Siklus II dan Siklus III ... 176

13. Data Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa ... 184

14. Alat Penilaian Kemampuan Kinerja Guru (APKG 1 dan APKG 2) ... 186

15. Pedoman Observasi Data Aktivitas Siswa Yang Relevan dan Tidak Relevan Dalam Proses Pembelajaran Inkuiri ... 188


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Aktivitas Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII SMP

Negeri 12 Bandar Lampung... 5

2. Daftar Nilai Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII SMP Negeri 12 Bandar Lampung ... 6

3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk SMP Kelas VIII Semester I ... 16

4. Tahap Pelaksanaan Tindakan Model Pembelajaran Inkuiri ... 48

5. Lembar APKG 1 Untuk Menilai Kemampuan Merencanakan Pembelajaran... 53

6. Lembar APKG 2 Untuk Menilai Kemampuan Melaksanakan Pembelajaran ... 54

7. Data Jumlah Guru SMP Negeri 12 Bandar Lampung Tahun 2013 ... 58

8. Jumlah Sarana dan Prasarana SMP Negeri 12 Bandar Lampung ... 59

9. Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 61

10. Data Jumlah Siswa Aktif Pada Siklus I ... 67

11. Perbandingan Jumlah Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Belajar Pada Siklus I ... 68

12. Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus I Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri ... 69


(9)

14. Data Jumlah Siswa Aktif Pada Siklus II ... 81

15. Perbandingan Jumlah Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Belajar Pada Siklus II ... 82

16. Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus II Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri ... 83

17. Nilai Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus II ... 84

18. Data Jumlah Siswa Aktif Pada Siklus III ... 93

19. Perbandingan Jumlah Siswa Tuntas dan Tidak Tuntas Belajar Pada Siklus III... 94

20. Hasil Observasi Kinerja Guru Pada Siklus III Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri ... 95

21. Nilai Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus III... 96

22. Pembagian Materi Tiap Kelompok Pada Siklus I... 104

23. Daftar Pertanyaan Siswa Pada Saat Dilakukan Pembelajaran IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Siklus I ... 105

24. Daftar Pertanyaan Siswa Pada Saat Dilakukan Pembelajaran IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Siklus II ... 108

25. Daftar Pertanyaan Siswa Pada Saat Dilakukan Pembelajaran IPS Terpadu Menggunakan Model Pembelajaran Inkuiri Siklus III ... 110

26. Jumlah Persentase Siswa Aktif Tiap Siklus... 112

27. Jumlah Persentase Aktivitas Tidak Relevan Tiap Siklus ... 119

28. Nilai Rata-Rata Kelas dan Persentase Siswa Tuntas ... 122

29. Nilai Kinerja Guru Pada Pembelajaran Siklus I-III ... 125


(10)

32. Data Perhitungan Aktivitas Belajar IPS Terpadu Siswa Siklus II ... 180

33. Data Perhitungan Aktivitas Belajar IPS Terpadu Siswa Siklus III ... 182

34. Data Hasil Belajar IPS Terpadu Siswa ... 184

35. Pedoman Observasi Data Aktivitas Siswa Yang Relevan Dalam

Proses Pembelajaran Inkuiri ... 188

36. Pedoman Observasi Data Aktivitas Siswa Yang Kurang Relevan


(11)

(12)

(13)

(14)

MOTO

“Barang siapa bertaqwa pada Allah, maka Allah memberikan jalan keluar kepadanya dan memberi rezeki dari arah yang tidak

disangka-sangka. Barang siapa yang bertaqwa pada Allah, maka Allah jadikan urusannya menjadi mudah”

(QS. Ath-Thalaq: 2, 3)

“Kegagalan utama manusia adalah kesombongan, sifat manusia yang paling dipuji adalah semangat dan keuletannya, kekurangan utama manusia adalah sifat berkeluh kesah dan tidak memiliki kebijaksanaan”

(Kata Mutiara)

“Tidak ada keberhasilan tanpa perjuangan Dan tidak ada perjuangan tanpa perngorbanan”


(15)

PERSEMBAHAN

Dengan segala kerendahan hati terucap syukur Alhamdulillah, segala puji hanyalah milik Allah SWT atas segala nikmat yang sampai saat ini masih saya rasakan. Shalawat serta

salam semoga Allah SWT mencurahkan kepada satu-satunya suri tauladan kita Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya.

Kupersembahkan karya sederhanaku ini untuk orang-orang yang selalu kusayangi dengan segenap hatiku :

Papa dan Mama Tercinta

Terimakasih atas cinta dan kasih sayang yang begitu tulus, yang senantiasa berjuang tak kenal lelah untuk memberikan semangat, perhatian, pengorbanan dan senantiasa tulus mencintaiku, merawat dan tak henti-hentinya menengadahkan tangan untuk selalu memohon

dan mendoakanku yang menjadi motivasi dalam setiap aktivitasku, yang selalu menjadi penyemangat dikala kemalasan menghampiri. Sungguh kebaikan yang takkan pernah dapat

terbalas olehku.

Mbakku tersayang Ade Martiwi Eka Putri

Terimakasih atas perhatian, doa dan dukunganmu yang terus menjadi pengiring langkahku untuk terus melaju dan tempatku selalu berbagi kasih sayang dan rasa bangga.

Adikku tersayang Tri Indah Febriani dan M. Alfaridzi Rizqulloh Terimakasih atas doa dan segala keceriaan yang kalian berikan untukku sebagai

penyemangat dikala sedih ataupun senang. Almamaterku Tercinta

Tempatku menimba ilmu, tempatku mencari pengetahuan yang sebelumnya belum pernahku dapatkan ditempat lain.


(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Dwita Ayu Setioningrum dilahirkan

di Kota Bandar Lampung pada tanggal 29 Maret 1991,

sebagai anak kedua dari empat bersaudara pasangan Bapak

Hi. Basuni Abas dan Ibu Yati.

Penulis mengawali pendidikan di SD Negeri 2 Labuhan Ratu (1997-2003), SLTP

Negeri 12 Bandar Lampung (2003-2006), SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung

(2006-2009). Pada tahun 2009 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas

Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) pada Jurusan

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (P.IPS) Program Studi Pendidikan Geografi

melalui jalur non SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri).

Pada kegiatan akademik, penulis pernah mengikuti kuliah kerja lapangan I (KKL

I) ke Kabupaten Lampung Selatan (Pasir Putih) dan Kabupaten Tanggamus

(Bendungan Batu Tegi), serta kuliah kerja lapangan II (KKL II) ke Jawa-Bali pada

tahun 2012, dan penulis telah mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Baru

Ranji Kecamatan Merbau Mataram Kabupaten Lampung Selatan, serta Praktek


(17)

SANWACANA

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan hidayahNYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Peningkatan aktivitas dan hasil belajar IPS Terpadu melalui

model pembelajaran Inkuiri pada siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Bandar

Lampung tahun ajaran 2013/2014” dengan baik.

Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana

Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas

Lampung.

Terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Dengan

segala kerendahan hati penulis menghaturkan ucapan terimakasih yang tulus

ikhlas kepada :

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah mengizinkan peneliti

untuk melaksanakan penelitian dan telah memberikan kemudahan kepada


(18)

memberikan izin penelitian dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Drs. Arwin Achmad, M.Si., selaku Pembantu Dekan II Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah

memberikan izin penelitian dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Drs. Hi. Iskandarsyah, M.H., selaku Pembantu Dekan III Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah

memberikan izin penelitian dan membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hi. Buchori Asyik, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung yang telah memberikan kemudahan selama peneliti

menempuh perkuliahan pada Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial.

6. Bapak Drs. Zulkarnain, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan

Geografi Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan

dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung dan selaku Dosen Pembimbing

Akademik (PA) sekaligus dosen pembimbing utama, serta

Bapak Drs. Rosana, M.Si., selaku Dosen Pembimbing II atas kesediaan dan

kesabarannya memberikan bimbingan, arahan, saran dan motivasi serta

kemudahan selama peneliti menempuh perkuliahan dan penyusunan skripsi.

7. Bapak Dr. Hi. Pargito, M.Pd. selaku dosen penguji yang telah memberikan

saran, bimbingan, kritik serta motivasi dalam penulisan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Geografi Jurusan


(19)

Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan bekal ilmu

pengetahuan kepada peneliti, sehingga peneliti mempunyai wawasan yang

dapat mempermudah dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Bapak Drs. Hi. Zaid Jaya, M.M.Pd., selaku Kepala Sekolah di SMP Negeri

12 Bandar Lampung yang telah mengizinkan peneliti untuk melaksanakan

penelitian di SMP Negeri 12 Bandar Lampung.

10. Ibu Lisnawati, S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam

pelaksanaan penelitian dan memberikan masukan bagi peneliti selama

penelitian berlangsung.

11. Teristimewa untuk Papa, Mama dan keluargaku tercinta.

12. Teman-teman Pendidikan Geografi angkatan 2009, khususnya Try Indiastuti

Kurniasih, S.Pd. terimakasih untuk semua kebersamaan dan dukungannya

selama ini “One Dream One Purpose”.

13. Sahabatku Arisandi Arga Saputra dan Hendrik Yunianto, terimakasih untuk

semua dukungannya selama ini.

14. Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah

memberikan bantuan moril maupun materil dalam penyusunan skripsi ini.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Demi sempurnanya skripsi ini, penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak dan besar harapan semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua dan semoga bantuan dan dukungan yang telah diberikan akan mendapat balasan pahala dari Allah SWT. Amin Yarobbal’Alamin.

Bandar Lampung, Februari 2014 Penulis


(20)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah salah satu faktor penting yang mempengaruhi kemajuan

suatu bangsa. Tantangan terbesar bangsa Indonesia pada saat ini dan di

masa depan adalah kemampuan meningkatkan kualitas sumber daya

manusia (SDM). Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia diatur dalam

Undang Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

Pendidikan Nasional. Dalam undang-undang tersebut telah dirumuskan

fungsi tujuan pendidikan nasional yaitu :

“Mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertangung jawab.”

Pendidikan adalah suatu usaha sadar yang dilakukan untuk mempersiapkan

peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, pelatihan dan peranannya di

masa yang akan datang, oleh karena itu setiap daerah harus mendapatkan


(21)

2

menunjang kemajuan dalam hal peningkatan sumber daya manusia yang

terdapat pada suatu daerah.

Dilihat dari pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan, pengajaran ilmu

pengetahuan sosial atau IPS tidak hanya terbatas di Perguruan Tinggi,

melainkan diajarkan mulai dari tingkat Sekolah Dasar. Pengajaran IPS yang

telah dilaksanakan sampai saat ini, baik pada pendidikan dasar maupun pada

pendidikan tinggi, tidak menekankan kepada aspek teoritis keilmuannya,

melainkan lebih ditekankan kepada segi praktis mempelajari,

menelaah/mengkaji gejala dan masalah sosial yang tentu saja bobotnya

sesuai dengan jenjang pendidikan masing-masing. Setelah kita mengetahui

pengertian ilmu pengetahuan sosial, maka menjadi jelas apa yang menjadi

hakekat pada bidang tersebut, yaitu mempelajari gejala dan masalah sosial

yang menjadi bagian dari kehidupan.

Sebenarnya IPS berinduk kepada ilmu sosial dengan pengertian bahwa teori,

konsep, prinsip yang diterapkan pada IPS adalah teori, konsep, prinsip yang

ada dan berlaku pada ilmu sosial. Ilmu sosial dengan bidang-bidang

keilmuannya digunakan untuk melakukan pendekatan, analisis dan

menyusun alternatif pemecahan masalah sosial yang dilaksanakan pada

pengkajian IPS. Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan

kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya.

IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi

kebutuhan materi, budaya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber

daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan


(22)

Pada dasarnya ilmu ini mempelajari, menelaah, mengkaji sistem kehidupan

manusia dipermukaan bumi, itulah hakekat yang dipelajari pada pengajaran

IPS (Nursid Sumaatmadja, 1980:9).

Setiap sekolah berada pada lingkungan yang berbeda-beda yang memiliki

kekhasan, kondisi dan potensi yang berbeda-beda pula, oleh karena itu agar

dalam penyelenggaraan pendidikan bermakna bagi peserta didik maka harus

dirancang dan direncanakan sesuai dengan situasi dan kondisi potensi yang

dimiliki sekolah dengan ketentuan tidak menyimpang dari payung hukum

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Atas dasar itu SMP Negeri

12 Bandar Lampung menyusun kurikulum sekolah dengan berpedoman

pada UU dan Peraturan Pemerintah yang relevan serta Standar Isi dan

Standar Kompetensi Kelulusan yang ditetapkan dalam Peraturan Menteri

Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 dan No. 23 tahun 2008.

Yang selanjutnya kurikulum tersebut diberi nama “Kurikulum SMP Negeri 12 Bandar Lampung”, yaitu kurikulum yang dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah,

menghargai dan tidak diskriminatif terhadap status sosial ekonomi dan jenis

kelamin (Gender) dengan tetap memperhatikan kepentingan nasional untuk

membangun kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

SMP Negeri 12 Bandar Lampung mulai berdiri pada tahun 1984 yang saat

ini beralamatkan di Jalan Prof. M. Yamin No. 39 Rawa Laut Tanjung

Karang Timur Bandar Lampung 35127. Pada saat ini SMP Negeri 12

Bandar Lampung dipimpin oleh kepala sekolah yang bernama Drs. Hi. Zaid


(23)

4

terdiri dari 62 orang guru yang di antaranya adalah guru pada mata pelajaran

ips terpadu yang terdiri dari 14 orang guru, serta jumlah murid pada saat ini

sebanyak 759 siswa terdiri dari 23 kelas yang terbagi menjadi 3 tingkatan,

yaitu tingkat VII berjumlah 8 kelas, tingkat VIII berjumlah 9 kelas dan

tingkat IX berjumlah 6 kelas.

Beberapa prestasi juga telah berhasil diraih oleh siswa siswi SMP Negeri 12

Bandar Lampung di antaranya yaitu perolehan prestasi akademik pada tahun

2006-2007 dan 2007-2008 memperoleh juara 2 Ceramah Agama dan

Tilawatil Qur’an SLTP Tingkat Kota Bandar Lampung. Tahun 2007-2008 memperoleh juara 2 pidato Aksara Lampung dan juara 3 pidato Bahasa

Indonesia SLTP Tingkat Kota Bandar Lampung. Untuk prestasi non

akademik pada tahun 2005-2006 dan tahun 2009-2010 memperoleh juara 1

PBB (Pramuka) SLTP Tingkat Kota Bandar Lampung dan Provinsi, serta

masih banyak lagi prestasi yang telah berhasil diraih oleh siswa siswi SMP

Negeri 12 Bandar Lampung. Akan tetapi pada kenyataannya pembelajaran

ips terpadu khususnya geografi di SMP Negeri 12 Bandar Lampung masih

mengalami banyak kendala. Kendala tersebut seperti rendahnya aktivitas

belajar siswa sehingga hasil belajar siswa pun menjadi rendah.

Kelas VIII di SMP Negeri 12 Bandar Lampung terdiri dari 9 kelas yaitu

kelas VIII.a, VIII.b, VIII.c, VIII.d, VIII.e, VIII.f, VIII.g, VIII.h, dan VIII.i.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan pada tanggal 7 Juni 2013 pada

siswa kelas VIII dan diskusi dengan guru mata pelajaran didapatkan


(24)

kelas yang mempunyai aktivitas dan hasil belajar siswa yang masih rendah.

Di bawah ini merupakan data rendahnya aktivitas belajar siswa

Tabel 1. Aktivitas Belajar Siswa Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII.i SMP Negeri 12 Bandar Lampung.

No Siswa Aktif Tidak Aktif

1 Siswa 1 √

2 Siswa 2 √

3 Siswa 3 √

4 Siswa 4 √

5 Siswa 5 √

Sumber : Observasi Pendahuluan 7 Juni 2013 Pada Siswa Kelas VIII.i SMP Negeri 12 Bandar Lampung.

Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa aktivitas belajar siswa masih

tergolong rendah. Rendahnya aktivitas siswa dapat disebabkan oleh

beberapa faktor antara lain rendahnya keterlibatan siswa dalam kegiatan

pembelajaran serta penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh

guru dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) masih tergolong konvensional

dan monoton seperti melakukan metode ceramah dan memberikan suatu

catatan atau berupa ringkasan materi sehingga membuat peserta didik

merasa jenuh dan tidak aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.

Rendahnya aktivitas siswa terlihat juga dari siswa kurang aktif dalam

proses pembelajaran. Pada saat diberi kesempatan untuk bertanya tidak

ada siswa yang bertanya, pada saat diberi pertanyaan tidak ada siswa

yang menjawab. Meskipun ditunjuk nama siswa untuk menjawab maka

siswa tersebut hanya diam. Ada beberapa siswa yang tidak mencatat

pelajaran sehingga buku tulis kosong, siswa izin bergantian ke toilet,


(25)

6

waktu diberi kesempatan untuk membaca buku teks pelajaran siswa

malah bermain dengan teman sebangku atau teman di belakang bangku

sehingga kelas menjadi ramai.

Akibatnya guru sering marah pada siswa karena suasana belajar mengajar

yang tidak tenang. Terkadang guru memberikan materi selingan berupa

cerita lucu atau kisah-kisah sukses, untuk menarik perhatian siswa agar

tetap dapat mengikuti pelajaran.

Aktivitas rendah akhirnya berdampak pada hasil belajar siswa yang rendah.

Hal ini ditunjukkan dengan rendahnya nilai murni siswa kelas VIII SMP

Negeri 12 Bandar Lampung. Persentase hasil belajar siswa SMP Negeri 12

Bandar Lampung kelas VIII adalah sebagai berikut.

Tabel 2. Daftar Nilai Mata Pelajaran IPS Terpadu Kelas VIII SMP Negeri 12 Bandar Lampung.

No Kelas KKM Tuntas Tidak Tuntas ∑ Seluruh ∑ Siswa (%) ∑ Siswa (%)

1 VIII.A 70 30 90,9 3 9,09 33

2 VIII.B 70 25 78,12 7 21,87 32

3 VIII.C 70 25 78,12 7 21,87 32

4 VIII.D 70 28 87,5 4 12,5 32

5 VIII.E 70 29 90,62 3 9,37 32

6 VIII.F 70 24 75 8 25 32

7 VIII.G 70 28 84,84 5 15,15 33

8 VIII.H 70 22 68,75 10 31,25 32

9 VIII.I 70 20 62,5 12 37,5 32

Sumber : Dokumentasi Guru IPS Terpadu Hasil Belajar Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 12 Bandar Lampung.


(26)

Berdasarkan data di atas, dari kesembilan kelas tersebut kelas VIII.i

merupakan kelas yang mempunyai persentase hasil belajar yang masih

kurang atau tidak tuntas. Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang

diterapkan di SMP Negeri 12 Bandar Lampung yaitu dengan nilai 70,

ketidak tuntasan hasil belajar tersebut disebabkan rendahnya aktivitas

belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan tersebut, diperlukan suatu upaya yang

berorientasi pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa misalnya

dengan menerapkan model pembelajaran yang efektif. Salah satunya adalah

model pembelajaran inkuiri sebagai pendidikan yang mempersiapkan

situasi bagi siswa untuk melakukan eksperimen sendiri, mengajukan

pertanyaan-pertanyaan dan mencari sendiri jawaban atas pertanyaan yang

mereka ajukan. Kegiatan pembelajaran inkuiri melibatkan secara maksimal

seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,

kritis, logis, dan analisis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri

penemuan mereka dengan penuh percaya diri.

Tujuan dan alasannya dalam menggunakan model pembelajaran inkuiri agar

mampu mengatasi aktivitas dan hasil belajar siswa yang rendah, karena

inkuiri dapat membina dan mengembangkan sikap ingin tahu peserta didik

lebih jauh (curriousity), mengungkap aspek pengetahuan (kognitif) maupun

sikap (afektif), mengembangkan sikap keterampilan, kemampuan siswa

dalam memecahkan suatu masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat

(obyektif), mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap,


(27)

8

dalam berpikir secara sistematis, kritis, logis, dan analisis maka aktivitas

dan hasil belajar akan meningkat. Selain itu pula model pembelajaran

inkuiri ini belum pernah dilakukan atau diterapkan dalam kegiatan belajar

mengajar disekolah pada siswa kelas VIII di SMP Negeri 12 Bandar

Lampung, sehingga saat ini dilakukan penelitian dengan menggunakan

model pembelajaran inkuiri.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, maka identifikasi masalah dalam

penelitian ini adalah :

1. Penggunaan metode pembelajaran yang kurang tepat karena yang

digunakan adalah metode konvesional dan monoton.

2. Rendahnya aktivitas belajar IPS terpadu siswa.

3. Rendahnya hasil belajar IPS terpadu siswa.

4. Belum menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk peningkatan

aktivitas belajar IPS terpadu siswa.

5. Belum menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk peningkatan

hasil belajar IPS terpadu siswa.

C. Batasan Masalah

Batasan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Rendahnya aktivitas belajar IPS terpadu siswa.

2. Rendahnya hasil belajar IPS terpadu siswa.


(28)

D. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah peningkatan aktivitas belajar IPS terpadu melalui

model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VIII SMP Negeri 12

Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 ?

2. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar IPS terpadu melalui model

pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Bandar

Lampung tahun ajaran 2013/2014 ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar IPS terpadu pada siswa kelas

VIII SMP Negeri 12 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 dengan

menggunakan model pembelajaran inkuiri.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar IPS terpadu pada siswa kelas VIII

SMP Negeri 12 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014 dengan

menggunakan model pembelajaran inkuiri.

F. Kegunaan Penelitian

Dalam pelaksanaan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

yaitu :

1. Bagi Siswa

a. Meningkatkan hasil belajar siswa.


(29)

10

2. Bagi Guru

a. Membantu meningkatkan profesionalisme guru.

b. Memperbaiki kinerja guru.

c. Menumbuhkan wawasan berpikir ilmiah.

d. Meningkatkan kualitas pembelajaran.

3. Bagi Sekolah

Dari hasil penelitian dapat dijadikan bahan evaluasi dan masukan

kepada sekolah atau lembaga pendidikan di SMP sebagai bahan kajian

dalam usaha perbaikan proses pembelajaran di sekolah menjadi lebih

baik sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

4. Bagi Peneliti

a. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di program

studi Pendidikan Geografi Jurusan Ilmu Pengetahuann Sosial

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

b. Meningkatkan wawasan pembelajaran.

c. Mengetahui kelebihan dan kelemahan pengajaran dengan

pendekatan inkuiri.


(30)

G. Ruang Lingkup Penelitian

1. Ruang lingkup subyek penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri

12 Bandar Lampung.

2. Ruang lingkup obyek penelitian adalah pembelajaran dengan

menggunakan model pembelajaran inkuiri.

3. Ruang lingkup tempat penelitian adalah SMP Negeri 12 Bandar

Lampung.

4. Ruang lingkup waktu penelitian adalah semester ganjil tahun ajaran

2013/2014.

5. Ruang lingkup disiplin ilmu adalah IPS terpadu. IPS terpadu adalah

suatu penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan

humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan

disajikan secara ilmiah dan pedagogis/psikologis untuk tujuan


(31)

12

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Tinjauan Pustaka

1. Belajar dan Pembelajaran a. Belajar

Belajar pada hakikatnya adalah proses interaksi terhadap situasi yang ada

disekitar individu. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan

kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Belajar

juga merupakan proses melihat, mengamati dan memahami sesuatu

(Sudjana, 1989:28).

Belajar menurut Skiner dalam Abin Syamsudin (1989) adalah suatu

perubahan tingkah laku yang relatif menetapkan hasil dari pengalamannya,

sedangkan Bruner dalam Abin Syamsudin (1989) menganggap belajar

dengan menemukan sendiri dapat memberikan hasil yang lebih baik, karena

akan membangkitkan semangat diri siswa untuk bekerja terus sampai

menemukan jawabannya.

Menurut para ahli ada beberapa pendapat tentang pengertian dari belajar,

diantaranya sebagai berikut :

1) Cronbach (1954) mengatakan belajar merupakan perubahan tingkah


(32)

2) Crow (1958) merumuskan pengertian belajar sebagai perolehan

kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan dan sikap.

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar mengandung

makna sebagai hasil, proses, atau fungsi. Dengan begitu belajar adalah

kegiatan seseorang untuk mendapatkan pengetahuan baru baik dilakukan

sengaja maupun secara kebetulan. Belajar biasanya disertai perubahan

prilaku yang terjadi di dalam dan sepanjang kehidupan. Jadi belajar dalam

penelitian ini diartikan sebagai segala usaha yang diberikan oleh guru agar

mendapat pengetahuan dan mampu menguasai apa yang telah diterimanya

dalam hal ini adalah pelajaran ips terpadu.

b. Pembelajaran

Pembelajaran pada hakikatnya merupakan suatu proses penciptaan

lingkungan yang dilakukan secara bersama oleh guru dan siswa sehingga

tercipta suatu kegiatan pembelajaran yang berdaya guna dan berhasil,

pelaksanaan kegiatan belajar mengajar didasarkan atas rencana pengajaran

yang disusun oleh guru. Untuk itu diperlukan suatu metode dan model

pembelajaran yang mengungkapkan berbagai realitas yang sesuai dengan

situasi kelas yang dihasilkan kerjasama oleh guru dan siswa.

Pengertian pembelajaran dikemukakan oleh Mohammad Surya (Dadang S

dan Nana J, 2007: 3-6) sebagai berikut “Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan perilaku yang

baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri

dalam interaksi dengan lingkungannya”. Intinya pembelajaran adalah


(33)

14

perubahan perilaku. Dengan demikian maka guru adalah sebagai bagian dari

lingkungan pembelajaran yang memiliki tugas sebagai fasilitator

pembelajaran.

Sementara itu menurut Winataputra, (2003, 4-11), “Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang bertujuan banyak melibatkan aktifitas siswa

dan guru untuk mencapai tujuan pengajaran perlu adanya metode

mengajar”. Dari pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses yang memiliki tujuan yang akan

dicapai, memiliki prosedur yang direncanakan serta terdapat suatu

kreatifitas dan aktifitas siswa melalui bimbingan guru.

2. Pembelajaran Geografi

Menurut Ikatan Geografi Indonesia (IGI, 1988) geografi adalah ilmu yang

mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dilihat dari sudut

pandang kelingkungan dan kewilayahan dalam konteks keruangan.

Menurut Nursid Sumaatmadja (1996:12)

“Pembelajaran geografi adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang merupakan keseluruhan gejala alam atau kehidupan umat manusia dan variasi kewilayahan yang diajarkan di sekolah-sekolah dan disesuaikan dengan tingkat perkembangan mental anak pada jenjang pendidikan masing-masing”.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran

geografi adalah pembelajaran tentang ilmu pengetahuan yang mempelajari

tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi seperti perbedaan dan


(34)

kewilayahan dalam konteks keruangan sesuai dengan perkembangan mental

anak dan jenjang pendidikan.

3. Pembelajaran IPS Terpadu

Pendidikan IPS di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari dokumen

Kurikulum 1975 yang memuat IPS sebagai mata pelajaran untuk pendidikan

di sekolah dasar dan menengah. Gagasan IPS di Indonesia pun banyak

mengadopsi dan mengadaptasi dari sejumlah pemikiran perkembangan

Social Studies yang terjadi di luar negeri terutama perkembangan pada

NCSS sebagai organisasi profesional yang cukup besar pengaruhnya dalam

memajukan social studies bahkan sudah mampu mempengaruhi pemerintah

dalam menentukan kebijakan kurikulum persekolahan (Sapriya, 2009:11).

Pendidikan IPS terpadu di sekolah merupakan mata pelajaran atau bidang

kajian yang mendudukan konsep dasar berbagai ilmu sosial yang disusun

melalui pendekatan pendidikan dan pertimbangan psikologis, serta

kebermaknaannya bagi siswa dalam kehidupannya mulai dari tingkat SD

sampai dengan SMA, atau membekali dan mempersiapkan peserta didik

untuk dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, khususnya dalam

bidang ilmu sosial di perguruan tinggi. Pendidikan IPS terpadu (social

studies) bukanlah suatu program pendidikan disiplin ilmu tetapi adalah

suatu kajian tentang masalah-masalah sosial yang dikemas sedemikian rupa

dengan mempertimbangkan faktor psikologis perkembangan peserta didik


(35)

16

Pendidikan terpadu, yaitu dilakukan dengan mengaitkan bahan, kompetensi

dan kajiannya baik secara interdisipliner, antar disipliner, maupun

mereduksi disiplin ilmu-ilmu sosial sebagai program pendidikan di tingkat

sekolah. Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester I di kelas VIII,

standar kompetensi dan kompetensi dasar pada semester I adalah sebagai

berikut.

Tabel 3. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar untuk SMP Kelas VIII Semester I

Kelas VIII Semester I

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

3. Memahami permasalahan sosial berkaitan dengan pertumbuhan jumlah penduduk.

Mendeskripsikan permasalahan lingkungan dan upaya

penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan.

Sumber : LKS (lembar kerja siswa) SMP Kelas VIII - Grafika Dua Tujuh. Pada penelitian ini, kompetensi dasar yang akan di belajarkan melalui model

pembelajaran inkuiri adalah mendeskripsikan permasalahan lingkungan dan

upaya penanggulangannya dalam pembangunan berkelanjutan. Pada

pembelajaran siklus I materi yang akan dibahas adalah unsur-unsur

lingkungan (unsur abiotik, biotik, sosial budaya), pada siklus II materi yang

akan dipelajari adalah tentang bentuk-bentuk kerusakan lingkungan hidup

dan faktor penyebabnya, sedangkan pada siklus III materi yang akan

dipelajari adalah tentang hakekat pembangunan yang berwawasan


(36)

4. Inkuiri

Istilah Inkuiri berasal dari bahasa Inggris yaitu inquiry, yang secara harfiah

adalah the process of investigating a problem. Metode inkuiri adalah suatu

cara yang diterapkan dalam proses pembelajaran yang lebih menekankan

pada pengembangan kemampuan pemecahan masalah yang terbatas pada

disiplin ilmu. Menurut Jarolimek (Najimudin, 2004:65) inkuiri merupakan

pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada pengalaman siswa. Melalui

pendekatan ini guru akan membantu mengembangkan keterampilan dan

sikap percaya diri siswa-siswanya dalam memecahkan suatu masalah yang

dihadapinya.

Belajar pemecahan masalah pada dasarnya adalah belajar menggunakan

metode-metode ilmiah atau berpikir secara sistematis, logis, teratur dan

teliti. Tujuannya adalah untuk memperoleh kemampuan dan kecakapan

kognitif untuk memecahkan masalah secara rasional, lugas dan tuntas.

Untuk itu, kemampuan siswa dalam menguasai konsep-konsep,

prinsip-prinsip dan generalisasi amat diperlukan (Muhibbin Syah, 2012:127).

Piaget dalam Ida Bagus Putrayasa (2001:46) mengemukakan bahwa metode

inquiry merupakan metode yang mempersiapkan peserta didik pada situasi

untuk melakukan eksperimen sendiri secara luas, agar mereka melihat apa

yang terjadi, ingin melakukan sesuatu, megajukan pertanyaan-pertanyaan

dan mencari jawabannya sendiri, menghubungkan penemuan yang satu

dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya


(37)

18

Sumarmi (2012:17) mengemukakan pembelajaran inkuiri merupakan

kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh

kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia

atau peristiwa) dengan sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga siswa

dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Menurut Nasution (1995:125), dalam Arief Achmad (2007:29), “Metode

inkuiri adalah salah satu cara pembelajaran yang memfokuskan pada

pengembangan kemampuan siswa dalam berpikir reflektif dan

kritis-kreatif”.

Sementara itu, dalam pandangan Oemar Hamalik (1991:63) dalam Arief

Achmad (2007:29) :

“Model inkuiri adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa (Studen based teaching) dimana kelompok-kelompok siswa dilibatkan dalam kegiatan penelaahan personal dan pencarian jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan secara reflektif dan kritis-kreatif di dalam suatu prosedur dan

struktur yang jelas”.

Adapun Kosasih Djahiri (1978/1979:128) mendefinisikan :

“Model pembelajaran inkuiri sebagai salah satu cara belajar penelaahan

sesuatu yang bersifat mencari sesuatu secara kritis-analisis-argumentatif ilmiah dengan menggunakan langkah-langkah tertentu menuju suatu kesimpulan yang meyakinkan karena didukung baik oleh data, fakta, realita

maupun argumentasi”.

Pendapat Suryosubroto dalam Trianto (2009:166), menyatakan :

“Bahwa discovery merupakan bagian dari inquiry, atau inquiry merupakan perluasan proses discovery yang digunakan lebih mendalam. Inkuiri yang dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan atau pemeriksaan, penyelidikan. Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami informasi.


(38)

Made Wena (2009:81), dalam http://hamiddarmadi.blogspot.com/ diakses

pada 11 November 2013 pukul 13:22 WIB, yaitu :

1) Tahap orientasi, ini merupakan tahap awal dari model inkuiri. Dalam

tahap ini guru dituntut mampu membangun/ mengembangkan rasa

peka siswa terhadap masalah-masalah sosial atas objek yang dibahas.

Kepekaan siswa mungkin akan muncul dari pengamatan situasi

kehidupan sosial sehari-hari, hasil refleksi terhadap suatu

bacaan/topik, dari situasi konflik yang ada di masyarakat, dikelas dan

dari sejumlah sumber lain.

2) Tahap pengembangan hipotesis, dalam tahap ini guru diminta

membantu siswa mengembangkan hipotesis yang berhubungan

dengan masalah yang telah dirumuskan. Hipotesis-hipotesis yang

diajukan oleh siswa kemudian diuji oleh guru dan oleh kelompok

siswa lain terkait dengan fakta dan bukti yang mendukung.

3) Tahap melakukan definisi, dalam tahap ini hipotesis yang diajukan

diklarifikasi dan didefinisikan sehingga semua kelompok siswa dapat

memahami dan mengkomunikasikan permasalahan yang dibahas.

Untuk tahap ini pendefinisian suatu konsep/teori harus menggunakan

bahasa yang jelas dan mudah dipahami oleh siswa.

4) Tahap melakukan eksplorasi, dalam tahap ini hipotesis yang diajukan

diperluas/dianalisis. Dalam hal ini dilakukan kajian terhadap kualitas

dan kekurangan hipotesis yang diuji tingkat validitas logisnya dan


(39)

20

5) Tahap pembuktian, pada tahap ini data yang didapat dimaksudkan

untuk mendukung hipotesis yang telah dikumpulkan, sesuai dengan

karakteristik hipotesis yang diajukan. Dalam tahap ini siswa

dibimbing cara-cara mengumpulkan bukti, fakta, data yang

berhubungan dengan hipotesis yang diajukan.

6) Tahap generalisasi, tahap terakhir ini adalah pengungkapan

penyelesaian masalah yang dipecahkan. Dari data-data (bukti, fakta)

yang telah dikumpulkan dan dianalisis, siswa didorong untuk

mencoba mengembangkan beberapa kesimpulan dan dari berbagai

kesimpulan yang telah dibuat, siswa diajar bagaimana memilih

pemecahan masalah yang paling cepat.

Melakukan inkuiri berarti melibatkan dalam tanya jawab, mencari informasi

dan melakukan penyelidikan. Karena itu metode inkuiri dalam proses

belajar mengajar adalah strategi belajar yang melibatkan siswa dalam tanya

jawab, mencari informasi dan melakukan penyelidikan. Berdasarkan

beberapa pendapat yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa

metode inkuiri merupakan suatu metode penyelidikan yang melibatkan

proses mental peserta didik. Inkuiri adalah suatu kegiatan penelaahan

sesuatu dengan cara mencari kesimpulan, keyakinan tertentu melalui proses


(40)

4.1. Siklus Inkuiri

Sumber : Llewellyn, 2002 : 15 dalam Sumarmi, 2012 : 20 Gambar 1. Siklus Inkuiri

Menurut Llewellyn dalam Sumarmi (2012:20) ada enam unsur dalam siklus

inkuiri yang dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Inguistion : pernyataan dan pertanyaan untuk investigasi, siswa

mengemukakan pernyataan dan pertanyaan untuk dipecahkan.

2. Acquisition : curah gagasan, siswa mengemukakan, ide dan

gagasan sebanyak-banyaknya.

3. Supposition : menyeleksi pernyataan untuk diuji, disini siswa

memilih rangkaian tindakan sesuai ide yang telah disampaikan.

4. Implementation : mendesain dan melaksanakan, yakni merancang

tindakan dan melaksanakan prosedur investigasi. 1

Inguistion: Pernyataan dan pertanyaan untuk

investigasi 2 Acquisition: Penyampaian pendapat/curah gagasan 6

Exhibition: Sharing dan mengkomunikasikan hasil 5 Summation: Mengumpulkan bukti dan membuat kesimpulan 3

Supposition: Menyeleksi pernyataan untuk diuji

4 Implementation: Mendesain dan melaksanakan Siklus Inkuiri


(41)

22

5. Summation : mengumpulkan bukti dan membuat kesimpulan,

yakni siswa mengumpulkan berdasarkan instrumen pengumpulan data

yang selanjutnya menarik kesimpulan.

6. Exhibition : sharing dan mengomunikasikan hasil.

Metode inkuiri merupakan salah satu metode pembelajaran yang berupaya

menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga proses

pembelajaran ini siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan

kreatifitas dan memecahkan masalah. Peranan guru dalam pembelajaran

dengan menggunakan metode inkuiri adalah sebagai pembimbing dan

fasilitator. Tugas guru adalah memilih masalah yang perlu disampaikan

kepada siswa untuk dipecahkan. Namun dimungkinkan juga bahwa masalah

yang akan dipecahkan dapat dipilih oleh siswa sendiri.

1) Strategi Inkuiri

Strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang

melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari

dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga

mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh

percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1)

keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, (2)

keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

pembelajaran, dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa

tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri (Gulo, dalam


(42)

2) Ciri-ciri model pembelajaran inkuiri

Ada beberapa ciri khas pembelajaran model inkuiri. Kulsan dan Stone

di dalam buku Bagus Putrayasa (2001:14), menyebutkan ciri-ciri

sebagai berikut :

a. Menekankan kepada keterampilan proses.

b. Jawaban yang dicari siswa tidak diketahui lebih dulu oleh siswa,

jawaban juga ditemukan dalam buku pelajaran dan buku yang

diberikan oleh guru.

c. Guru memberikan motivasi agar siswa berusaha sekuat tenaga

untuk memecahkan masalah yang dihadapinya.

d. Proses pembelajaran berpusat pada siswa.

e. Pertanyaan yang luas, diikuti dengan pertanyaan lain untuk

mempersempit permasalahan sehingga menjadi lebih mudah

dipecahkan sendiri oleh siswa.

f. Hipotesis dirumuskan sendiri oleh siswa untuk membimbing

kearah pelaksanaan percobaan penelitian.

g. Para siswa diberikan kesempatan yang luas untuk cara-cara

mengumpulkan data melalui kegiatan penyelidikan, pengamatan

wawancara dan ceklis, mencari informasi pada sumber tertulis,

serta kepustakaan atau sumber lain yang ada.

h. Semua siswa harus memiliki pengalaman percobaan baik secara

individu maupun secara kelompok, dalam rangka


(43)

24

i. Para siswa mengolah data sehingga menemukan kesimpulan

sendiri atau kelompok.

Ciri-ciri model inkuiri ini menunjukkan bahwa guru berusaha

membimbing, melatih dan membiasakan siswa untuk terampil berpikir

karena siswa terlibat langsung baik secara mental maupun fisik.

Dalam inkuiri kegiatan-kegiatan pemikiran dan tindakan akan

seimbang. Adanya keseimbangan antara pikiran dengan tindakan akan

meningkatkan motivasi, dapat mengingat pengetahuan lebih lama,

meningkatkan pengertian serta wawasan ilmu pengetahuan yag luas.

3) Tujuan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri

a. Mengembangkan sikap, keterampilan, kemampuan siswa dalam

memecahkan masalah atau memutuskan sesuatu secara tepat (obyektif).

b. Mengembangkan kemampuan berpikir siswa agar lebih tanggap,

cermat dan nalar (kritis, analitis dan logis).

4) Manfaat

a. Membina dan mengembangkan sikap ingin tahu lebih jauh (curriousity).

b. Mengungkap aspek pengetahuan (kognitif) dan sikap (afektif).

5) Proses Inkuiri

Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari


(44)

merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data dan membuat kesimpulan (Gulo, 2002 dalam Trianto, 2009:168).

6) Langkah-langkah melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri

a. Langkah pertama, diawali dengan cara membagi siswa dengan materi pelajaran yang akan dibahas.

b. Langkah kedua, siswa mengkaji materi secara garis besar mulai dari judul, rumus-rumus, sampai pada pembahasan secara keseluruhan.

c. Langkah ketiga, dengan bimbingan guru tersebut siswa dapat merumuskan masalah dengan cara membuat pertanyaan tentang materi yang disajikan yang kemudian dicari kebenarannya melalui kegiatan sesuai dengan langkah kerja yang mudah dilaksanakan oleh siswa.

d. Langkah keempat, siswa merumuskan dugaan sementara dari rumusan masalah yang telah disajikan.

e. Langkah kelima, siswa mengumpulkan dengan cara mengerjakan soal-soal yang telah disajikan.

f. Langkah keenam, siswa menghubungkan antara dugaan sementara dengan hasil pengerjaan.

g. Langkah ketujuh, dengan bimbingan guru tersebut siswa dapat menarik kesimpulan isi materi pelajaran yang telah dibahas.


(45)

26

7) Keunggulan dan Kelemahan model pembelajaran inkuiri

Setiap metode mempunyai kelebihan dan kelemahan. Sebuah metode dikatakan baik apabila efektif dan efesien dalam penggunaannya sehingga membuahkan hasil yang optimal. Begitu juga dengan inkuiri, mempunyai kelebihan seperti dikemukakan oleh Rusyan (2003:82) sebagai berikut :

a. Pengajaran lebih berpusat kepada peserta didik, dimana guru lebih bersifat membimbing dan memfasilitasi (memberikan kemudahan belajar) kepada peserta didik.

b. Terbentuknya konsep diri pada peserta didik, karena mereka memiliki kebebasan yang lebih luas dalam pengajaran.

c. Bertambahnya tingkat pengharapan karena minat dan motivasi belajar mereka lebih tinggi.

d. Berkembangnya bakat-bakat dan mereka memegang peranan-peranan secara langsung dalam pengajaran.

e. Terhindarnya belajar yang hanya pada tingkat verbal karena peserta didik mengalami dan terlibat secara langsung dalam proses pemecahan masalah.

f. Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk mendayagunakan berbagai jenis sumber belajar, tidak terbatas pada sumber belajar yang ada di dalam kelas.

Selain mempunyai kelebihan, metode inkuiri ini juga mempunyai kelemahannya. Secara jelas, kelemahan metode inkuiri dikemukakan oleh Rusyan (2003:83) sebagai berikut :


(46)

a. Menurut pemahaman guru dan peserta didik yang lebih matang tentang cara belajar mengajar dengan metode inkuiri sebab kalau kurang memahaminya maka pengajaran akan kembali pada cara konvensional.

b. Metode ini lebih berorientasi pada peserta didik, maka dengan sendirinya menuntut adanya perubahan cara dan kebiasaan belajar yang biasanya belajar dibawah bimbingan dan pengawasan guru ke cara dan kebiasaan belajar mandiri yang lebih bebas.

c. Perubahan juga dituntut pada guru yang biasanya mendominasi kegiatan pengajaran, dengan metode inkuiri ini guru harus bersedia hanya membimbing dan memfasilitasi (memberikan kemudahan) dimana diperlukan.

d. Memerlukan sumber belajar yang memadai, baik sumber belajar yang direncanakan maupun sumber belajar yang dimanfaatkan. e. Metode ini lebih banyak memberikan kebebasan kepada peserta

didik, sering sekali kebebasan tersebut disalah gunakan yang mengakibatkan pengajaran tersebut menjadi kurang bermakna dan kurang berhasil.


(47)

28

5. Teori Belajar Konstruktivisme

Teori konstruktivis ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri

dan mentransformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru

dengan aturan-aturan lama dan merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak

lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dan dapat menerapkan

pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan

segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah dengan ide-ide.

Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori pemprosesan

informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner (Slavin

dalam Trianto, 2009:28).

Menurut teori konstruktivis ini, satu prinsip yang paling penting dalam

psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak hanya sekedar memberikan

pengetahuan kepada siswa. Siswa harus membangun sendiri pengetahuan di

dalam benaknya. Guru dapat memberikan kemudahan untuk proses ini,

dengan memberikan kesempatan siswa untuk menemukan atau menerapkan

ide-ide mereka sendiri, dan mengajar siswa menjadi sadar dan secara sadar

menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberi

siswa anak tangga yang membawa siswa ke pemahaman yang lebih tinggi,

dengan catatan siswa sendiri yang harus memanjat anak tangga tersebut


(48)

6. Pengertian Model, Strategi, Pendekatan, Metode dan Teknik Pembelajaran

a. Model Pembelajaran

Model pembelajaran adalah sebagai pedoman bagi perancang

pengajaran dan para guru dalam melaksanakan pembelajaran. Arends,

dalam Trianto, 2009:25 menyeleksi enam macam model pengajaran

yang sering dan praktis digunakan guru dalam mengajar,

masing-masing adalah presentasi, pengajaran langsung, pengajaran konsep,

pembelajaran kooperatif, pengajaran berdasarkan masalah dan diskusi

kelas.

b. Strategi Pembelajaran

Menurut Trianto (2009:140),

“Strategi belajar merupakan strategi yang digunakan peserta didik untuk memecahkan masalah belajar tertentu. Untuk menyelesaikan tugas belajar siswa memerlukan keterlibatan dalam proses-proses berpikir dan perilaku, membaca sepintas judul-judul utama, meringkas dan membuat catatan, selain itu juga memonitor jalan berpikir diri

sendiri”.

Menurut Trianto (2009:138), untuk membuat pembelajaran relevan

dan mengaktifkan pengetahuan sebelumnya digunakan strategi :

a) Advance organizer, strategi untuk mengorientasi siswa pada

materi yang akan dipelajari dan membantu mereka untuk

mengingat kembali informasi-informasi yang berkaitan yang

dapat digunakan untuk membantu dalam menyatukan informasi


(49)

30

b) Analogi, strategi yang membantu siswa mempelajari informasi

baru dengan menghubungkan konsep-konsep yang telah

dipunyai sebelumnya.

Setiap tujuan pembelajaran pada saatnya menginginkan peserta didik

mampu memahami suatu konsep melalui penemuannya sendiri dengan

melakukan percobaan. Untuk merefleksikan tujuan pembelajaran ini

hanya dapat dicapai dengan menggunakan strategi penyampaian

secara berkelompok untuk membuat laporan sekaligus

mengkomunikasikan. Contoh dari strategi pembelajaran antara lain

ekspositori, inquiry, pembelajaran berbasis maasalah, pembelajaran

afektif dan lain-lain.

c. Pendekatan Pembelajaran

Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut

pandang kita terhadap proses pembelajaran yang merujuk pada

pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih sangat

umum, didalamnya mewadahi, menginspirasi, menguatkan dan

melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

Bedasarkan pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis

pendekatan yaitu, pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau

berpusat pada siswa (student centered approach) dan pendekatan

pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher


(50)

Pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru antara lain :

pendekatan individual, kelompok, bervariasi, edukatif, pembiasaan,

emosional dan rasional.

d. Metode Pembelajaran

Menurut DEPDIKNAS (2008:5)

“Metode merupakan upaya untuk mengimplementasikan rencana yang

sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal. Strategi menunjuk pada sebuah perencanaan untuk mencapai sesuatu, sedangkan metode adalah cara yang dapat digunakan untuk melaksanakan strategi. Dengan demikian strategi

dapat dilaksanakan dengan berbagai metode”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa metode

mengajar adalah cara yang teratur dan terpikir oleh guru yang

digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran di kelas untuk

mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Berbagai macam

metode telah banyak diciptakan dan digunakan dalam proses

pembelajaran, diantaranya adalah metode ceramah, tanya jawab,

resitasi, simulasi, debat dan lain-lain.

e. Teknik Pembelajaran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, teknik adalah metode atau

sistem mengerjakan sesuatu, cara membuat atau melakukan sesuatu

yang berhubungan dengan seni.

Menurut pendapat yang di kemukakan oleh Gerlach dan Ely (1980),

dalam http://ismailbugis.wordpress.com/ diakses pada 30 Mei 2013


(51)

32

yang digunakan oleh guru untuk mengarahkan kegiatan peserta didik

ke arah tujuan yang ingin dicapai. Teknik pembelajaran dapat dibagi

menjadi dua bagian yaitu teknik umum dan teknik khusus dalam

pengajaran bidang studi tertentu. Teknik umum diantaranya adalah

teknik ceramah, teknik tanya jawab, teknik diskusi, teknik latihan dan

lain-lain.

7. Aktivitas Belajar

Pada prinsipnya belajar adalah berbuat untuk mengubah tingkah laku

menjadi melakukan kegiatan, tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas.

Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting

di dalam interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2011:95).

Menurut Oemar Hamalik (1994:102), aktivitas belajar amat bermanfaat bagi

siswa untuk memperoleh pengalaman langsung, mengembangkan pribadi,

memupuk kerja sama dan disiplin belajar, mengembangkan minat dan

kemampuan berfikir kritis.

Aktivitas belajar tidak hanya mencatat dan mendengarkan saja, namun

pembelajaran lebih menitikberatkan pada aktivitas atau keterlibatan siswa

dalam proses pembelajaran. Seseorang dikatakan aktif belajar jika dalam

belajarnya mengerjakan sesuatu yang sesuai dengan tujuan belajarnya,

memberi tanggapan terhadap suatu peristiwa yang terjadi dan mengalami


(52)

Paul B. Diedrich dalam Sardiman (2011:101), membuat suatu daftar yang

berisi 177 macam kegiatan siswa yang antara lain dapat di golongkan

sebagai berikut :

1. Oral activities : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi

saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi,

interupsi.

2. Listening activities : mendengarkan uraian, percakapan, diskusi.

3. Writing activities : menulis karangan, laporan, angket, menyalin.

4. Mental activities : menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

5. Visual activities : membaca, memperhatikan gambar demonstrasi

dan percobaan.

6. Drawing activities : menggambar, membuat grafik, peta, diagram.

7. Motor activities : melakukan percobaan, membuat konstruksi,

model reparasi, bermain, berkebun, beternak.

8. Emotional activities : menaruh minat, merasa bosan, gembira,

bersemangat, berani, tenang, gugup.

Menurut Sudjana (1989:72), menyatakan bahwa keaktifan siswa dalam

mengikuti proses belajar mengajar meliputi sebagai berikut: turut serta

dalam melaksanakan tugas belajarnya, terlibat dalam pemecahan masalah,

bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami persoalan

yang dihadapinya, berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan

untuk memecahkan masalah, melatih diri dalam memecahkan masalah atau


(53)

34

Berdasarkan klasifikasi aktivitas belajar yang diuraikan di atas,

menunjukkan bahwa aktivitas belajar di sekolah cukup bervariasi. Berbagai

macam kegiatan tersebut dapat dilaksanakan di sekolah-sekolah, sehingga

kegiatan belajar tidak menjadi hal yang membosankan dan dapat menjadi

pusat aktivitas belajar siswa yang maksimal. Dalam kegiatan belajar subjek

didik/siswa harus aktif berbuat, dengan kata lain bahwa dalam belajar sangat

diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin

berlangsung dengan baik (Sardiman, 2011:97).

7.1. Hubungan Guru dan Siswa

Untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal, banyak dipengaruhi

komponen-komponen belajar mengajar. Sebagai contoh bagaimana cara

mengorganisasikan materi, metode yang diterapkan, media yang digunakan

dan lain-lain. Tetapi disamping komponen-komponen pokok yang ada

dalam kegiatan belajar mengajar, ada faktor lain yang ikut mempengaruhi

keberhasilan belajar siswa, yaitu soal hubungan antara guru dan siswa.

Hubungan guru dengan siswa/anak didik di dalam proses belajar mengajar

merupakan faktor yang sangat menentukan. Bagaimanapun baiknya bahan

pelajaran yang diberikan, bagaimanapun sempurnanya metode yang

digunakan, namun jika hubungan guru-siswa merupakan hubungan yang

tidak harmonis, maka dapat menciptakan suatu hasil pembelajaran yang

tidak diinginkan.

Dengan demikian bentuk-bentuk kegiatan belajar selain melalui pengajaran

di depan kelas, perlu diperhatikan bentuk-bentuk kegiatan belajar mengajar


(54)

dapat melalui dengan contact hours, yaitu jam-jam bertemu antara

guru-siswa, pada hakikatnya merupakan kegiatan diluar jam-jam presentasi

dimuka kelas seperti biasanya. Dalam saat-saat semacam itu dapat

dikembangkan komunikasi dua arah, guru dapat menanyai dan mengungkap

keadaan siswa dan sebaliknya siswa mengajukan berbagai

persoalan-persoalan dan hambatan yang sedang dihadapi, terjadilah suatu proses

interaksi dan komunikasi yang humanistik. Hal ini jelas akan sangat

membantu keberhasilan studi para siswa, berhasil dalam arti tidak sekedar

tahu atau mendaptkan nilai baik dalam ujian, tetapi akan menyentuh pada

soal sikap mental dan tingkah laku atau hal-hal yang intrinsik (Sardiman,

2011:147).

8. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui

kegiatan belajar. Belajar suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk

memperoleh suatu bentuk perubahan perilaku yang relaif menetap.

Pemberian tugas-tugas dan tes secara tertulis berfungsi untuk meningkatkan

hasil belajar siswa.

Hasil belajar dapat dikelompokkan dalam dua macam, yaitu pengetahuan

dan keterampilan. Hasil belajar dipengaruhi oleh intelegensi dan penguasaan

awal anak tentang materi yang akan di pelajari. Ini berarti bahwa guru perlu

menetapkan tujuan belajar sesuai dengan kapasitas intelegensi awal. Hasil

belajar juga dipengaruhi oleh adanya kesempatan yang diberikan kepada


(55)

36

pembelajaran yang memungkinkan anak bebas untuk melakukan eksplorasi

terhadap lingkungannya.

Secara garis besar faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar dapat

dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1) Faktor yang bersumber dari dalam diri manusia, yaitu faktor biologis

dan faktor psikologis. Faktor biologis terdiri dari usia, kematangan

dan kesehatan. Sedangkan yang termasuk dalam faktor psikologis

adalah kelelahan, suasana hati, motivasi, minat dan kebiasaan belajar.

2) Faktor-faktor yang bersumber dari luar diri manusia, yaitu faktor

manusia (human) dan faktor non manusia. Faktor manusia dapat

berasal dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Sedangkan

faktor non manusia dapat berupa benda, hewan dan lingkungan fisik.

B. Kerangka Pikir

Pembelajaran dengan menggunakan model inkuiri dapat melatih siswa

untuk berpikir dalam memahami suatu pengelolaan informasi sebab model

ini mengajak siswa untuk mengembangkan berpikir kritisnya (critical

thinking skill). Metode ini mempersiapkan peserta didik pada situasi untuk

melakukan eksperimen sendiri secara luas agar mereka melihat apa yang

terjadi, ingin melakukan sesuatu, mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan

mencari jawabannya sendiri, menghubungkan penemuan yang satu dengan

penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukannya dengan yang


(56)

yang dapat meningkatkan kualitas pribadinya dalam kehidupan

bermasyarakat (Winayarti, 1998).

Proses pembelajaran ini dilaksanakan dalam tiga tahap yaitu kegiatan

pembuka, kegiatan inti dan kegiatan penutup. Kegiatan pembuka guru

melakukan apresiasi, motivasi dan mengemukakan tujuan pembelajaran,

kegiatan inti guru kembali memberikan masalah atau problema yang akan

dicari jawabannya dan melakukan diskusi, guru membantu siswa

memberikan informasi bila diperlukan, selain itu juga guru membantu siswa

untuk melakukan interaksi antar siswa dengan siswa serta membantu siswa

untuk melakukan analisis data yang telah ditemukan. Kegiatan pada tahap

penutup dilakukan evaluasi dan membuat rangkuman-rangkuman hasil

penemuannya.

Pembelajaran ini menuntut siswa untuk berpikir secara ilmiah atau kritis,

mengembangkan kreatifitas dalam memecahkan suatu masalah dan saling

bekerja sama. Kegiatan dalam pembelajaran ini akan membuat siswa lebih

mengingat pengetahuan yang diperoleh karena siswa lebih banyak belajar

sendiri dan siswa benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar,

sehingga siswa memahami materi lebih mendalam, hal ini dapat berdampak

pada hasil belajar yang diperoleh akan lebih baik.

Dengan demikian dapat diasumsikan bahwa dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPS


(57)

38

ajaran 2013/2014. Berdasarkan kerangka pikir tersebut secara sederhana

dapat disajikan dalam bagan paradigma kerangka pikir sebagai berikut :

Gambar 2. Kerangka pikir penelitian

C. Hipotesis

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah

1. Perbedaan peningkatan aktivitas belajar IPS terpadu melalui model

pembelajaran inkuiri berdasarkan siklus I, siklus II dan siklus III yang

diterapkan pada siswa kelas VIII SMP Negeri 12 Bandar Lampung

tahun ajaran 2013/2014.

2. Perbedaan peningkatan hasil belajar IPS terpadu dari masing-masing

siswa melalui model pembelajaran inkuiri pada siswa kelas VIII SMP

Negeri 12 Bandar Lampung tahun ajaran 2013/2014. Model

Pembelajaran Inkuiri

Meningkatkan aktivitas belajar siswa

Meningkatkan hasil belajar

siswa

Kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu dengan sistematis, kritis, logis dan analitis.


(58)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Classroom

Action Research dari Hopkins dan Elliot (1991:17) dengan tahapan secara

umum sebagai berikut :

1. Orientasi siswa kepada masalah

2. Mengorganisasi siswa untuk belajar

3. Membimbing penyelidikan individual dan kelompok

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Penelitian Tindakan Kelas atau PTK (Classroom Action Research) tidak

hanya digunakan untuk bidang sosial dan ekonomi. Pada tahun 1952-1953,

Stephen Corey memakai model penelitian tindakan dalam dunia pendidikan.

Menurutnya, dengan penelitian bidang pendidikan perubahan dapat

dilaksanakan dan dirasakan oleh semua praktisi pendidikan (Pargito,

2011:10).

Penelitian Tindakan Kelas memiliki peranan yang sangat penting dan

strategis untuk meningkatkan mutu pembelajaran apabila


(59)

40

artinya pihak yang terlibat dalam PTK (guru) mencoba dengan sadar

mengembangkan kemampuan dalam mendeteksi dan memecahkan

masalah-masalah yang terjadi dalam pembelajaran di kelas melalui tindakan

bermakna yang diperhitungkan dapat memecahkan masalah atau

memperbaiki situasi dan kemudian secara cermat mengamati

pelaksanaannya untuk mengukur tingkat keberhasilannya.

Diimplementasikan dengan benar, artinya sesuai dengan kaidah-kaidah PTK

(Kunandar, 2010:41). Penelitian ini dilakukan secara kolaborasi dengan

guru mata pelajaran IPS terpadu sebagai guru mitra yaitu yang bernama

Lisnawati, S.Pd.

B. Setting Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 12 Bandar Lampung pada kelas VIII

tahun pelajaran 2013/2014 dengan pokok bahasan permasalahan lingkungan

hidup dan upaya penanggulangannya dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri.

SMP Negeri 12 Bandar Lampung adalah salah satu sekolah negeri yang

berada dibawah Dinas Pendidikan Daerah Kota Bandar Lampung yang

beralamatkan di Jalan Prof. Moh. Yamin No. 39 Rawa Laut Tanjung Karang

Timur Bandar Lampung, Telepon (0721) 252910. Jumlah siswa sebanyak

759 siswa terdiri dari 23 kelas yang terbagi menjadi 3 kelas yaitu kelas VII


(60)

dengan jumlah 6 kelas. Sebagai obyek dalam penelitian ini adalah kelas VIII

yang berjumlah 32 siswa dimana peneliti mengajar pada kelas tersebut.

C. Faktor yang di selidiki

Untuk menjawab permasalahan yang dirumuskan diatas, ada beberapa

faktor yang akan diselidiki. Faktor-faktor tersebut adalah aktivitas siswa

dalam proses pembelajaran IPS terpadu serta hasil belajar siswa dalam

mencapai peningkatan hasil belajar pada konsep permasalahan lingkungan

hidup dan upaya penanggulangannya dengan menggunakan model

pembelajaran inkuiri.

D. Definisi Operasional Tindakan

Operasional tindakan menjelaskan variabel yang akan diteliti agar dalam

proses penelitian masalah dapat berjalan sesuai dengan rencana.

1. Model Pembelajaran Inkuiri

Inkuiri adalah suatu cara yang diterapkan dalam proses pembelajaran

yang lebih menekankan pada pengembangan kemampuan pemecahan

masalah yang terbatas pada disiplin ilmu. Sumarmi (2012:17)

mengemukakan pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan

pembelajaran yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan

siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau

peristiwa) dengan sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga siswa

dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri.

Inkuiri merupakan salah satu model pembelajaran yang berupaya


(61)

42

pembelajaran ini siswa akan lebih banyak belajar sendiri,

mengembangkan kreatifitas dan memecahkan masalah sehingga pola

pikir siswa akan lebih berkembang dengan memunculkan ide-ide

dalam proses pembelajaran IPS terpadu sehingga hasil belajar siswa

akan mengalami suatu peningkatan. Dalam penelitian ini direncanakan

menggunakan model pembelajaran inkuiri secara berkelompok pada

siklus I, berpasangan pada siklus II dan individu pada siklus III.

Setelah mendapatkan penjelasan materi dari guru, siswa ditugaskan

untuk membuat suatu kelompok belajar inkuiri dengan materi

pelajaran yang sedang dipelajari. Pada pembelajaran inkuiri siswa

mulai mengkaji materi secara garis besar mulai dari judul,

rumus-rumus, sampai pada pembahasan keseluruhan. Proses pembelajaran

inkuiri dalam penelitian ini dapat dibagi menjadi enam tahapan yang

harus dilakukan secara berurutan menurut Llewellyn dalam Sumarmi

(2012:20) dapat dijelaskan sebagai berikut :

1) Inguistion : pernyataan dan pertanyaan untuk investigasi, siswa

mengemukakan pernyataan dan pertanyaan untuk dipecahkan.

2) Acquisition : curah gagasan, siswa mengemukakan, ide dan

gagasan sebanyak-banyaknya.

3) Supposition : menyeleksi pernyataan untuk diuji, disini

siswa memilih rangkaian tindakan sesuai ide yang telah

disampaikan.

4) Implementation : mendesain dan melaksanakan, yakni


(62)

5) Summation : mengumpulkan bukti dan membuat kesimpulan,

yakni siswa mengumpulkan berdasarkan instrumen

pengumpulan data yang selanjutnya menarik kesimpulan.

6) Exhibition : sharing dan mengomunikasikan hasil.

2. Data Aktivitas Belajar

Data aktivitas siswa diperoleh dari observasi selama proses

pembelajaran berlangsung. Pengamatan dilakukan dengan cara

mengamati aktivitas yang dilakukan siswa yang terdapat dalam

lembaran observasi. Dalam penelitian ini, lembar observasi aktivitas

siswa diamati oleh observer. Setiap siswa diamati aktivitasnya dalam

tiap pertemuannya dengan memberi tanda “√” pada lembar observasi

jika aktivitas yang dilakukan sesuai dengan indikator yang telah

ditentukan.

Berdasarkan keterangan Direktorat Tenaga Kependidikan (2001)

disebutkan bahwa siswa di kategorikan aktif apabila nilai aktivitasnya

lebih dari 75,6 (>75,6), di kategorikan cukup aktif apabila nilai

aktivitas belajarnya lebih dari 59,4 dan kurang dari 75,6 (>59,4 dan

<75,6), dan di kategorikan kurang aktif apabila nilai aktivitasnya

kurang dari 59,4 (<59,4).

Terdapat dua macam aktivitas yang diamati, yang pertama adalah

aktivitas yang relevan dengan proses pembelajaran atau siswa yang

aktif mengikuti pelajaran (on task), jenis aktivitas yang diamati antara


(63)

44

1) Memperhatikan penjelasan guru.

2) Bertanya/menanggapi pertanyaan dari guru atau siswa lainnya.

3) Melakukan aktivitas diskusi dalam pembelajaran inkuiri.

4) Bekerja sama dengan siswa dalam kelompoknya.

5) Mengerjakan latihan/soal.

Sedangkan aktivitas yang kedua adalah aktivitas yang tidak relevan

dengan proses pembelajaran atau siswa yang tidak aktif mengikuti

pelajaran (off task), jenis aktivitas yang diamati antara lain :

1) Mengobrol dengan siswa lain pada saat guru sedang

menjelaskan materi pelajaran.

2) Mengerjakan tugas/membaca buku pelajaran lain.

3) Asyik bermain sendiri.

4) Sering melakukan keluar masuk kelas.

5) Melamun atau kurang bergairah dalam belajar.

3. Hasil Belajar

Untuk mengetahui hasil belajar siswa setelah penggunaan model

pembelajaran inkuiri, dapat diambil dari persentase ketuntasan belajar

siswa setelah diadakan tes pada setiap akhir siklus. Menurut KKM

(Kriteria Ketuntasan Minimum) yang diterapkan di SMP Negeri 12

Bandar Lampung, siswa dikatakan tuntas jika mendapatkan nilai 70


(64)

E. Prosedur Penelitian/Desain Penelitian

Menurut Elliot (dalam Emzir, 2011:239) hal-hal yang penting dari desain

penelitian tindakan sebagai karakteristik persiklus adalah sebagai berikut.

 Pada awalnya suatu pendirian eksploratori diadopsi, pemahaman masalah dikembangkan dan rencana dibuat untuk beberapa bentuk

strategi intervensi, kemudian intervensi dilakukan.

 Selama dan sekitar waktu intervensi, pengamatan dilakukan dalam berbagai bentuk (Monitoring pelaksanaan dengan observasi).

 Strategi intervensi baru dilakukan dan proses siklus diulangi, dilanjutkan sampai pemahaman yang cukup/menerapkan solusi yang

mampu untuk terhadap suatu masalah yang diperoleh (Reflection and

Revision).

Prosedur penelitian ini terdiri dari 3 siklus belajar sesuai dengan kebutuhan

dikelas dan tindakan tersebut mengikuti sebuah alur desain penelitian.

Rencana pelaksanaan siklus I menjadi landasan untuk pelaksanaan siklus II,

siklus II menjadi landasan untuk pelaksanaan siklus III, dan hasil dari siklus

III merupakan hasil dari penelitian tindakan kelas ini. Setiap siklus

dilaksanakan dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah


(65)

46

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan

prosedur perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Secara

lebih rinci prosedur penelitian tindakan kelas untuk setiap siklus akan

dijabarkan sebagai berikut :

Sumber : Arikunto, Suharsimi dkk. 2009:16

Gambar 3. Prosedur penelitian tindakan Perencanaan

SIKLUS I

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pengamatan

SIKLUS III

Perencanaan

Refleksi Tindakan

Refleksi Tindakan

Hasil Penelitian


(1)

55

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan teknik analisis deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan metode penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan objek sesuai dengan apa adanya. Penelitian deskriptif pada umumnya dilakukan dengan tujuan untuk menggambarkan secara sistematis fakta dan karakteristik objek atau subjek yang diteliti secara tepat.

Dengan penelitian deskriptif ini, memungkinkan peneliti untuk menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan variabel dan juga mencari hubungan komparasi antar variabel. Apabila penelitian yang dilakukan guru hanya berhenti pada penjelasan masalah dan upaya pemecahan masalah yang telah dilakukan maka setelah disajikan data hasil observasi dan tes, selanjutnya dianalisis atau dibahas dan diberi makna atas data yang disajikan tersebut.

I. Indikator Kinerja

Indikator kinerja pada penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran berdasarkan model pembelajaran inkuiri mencapai 80%.

2. Meningkatnya hasil belajar yang mencapai ketuntasan belajar secara klasikal, yaitu siswa memperoleh nilai 7,0 keatas dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai 7,0 atau lebih mencapai 80%.


(2)

131

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang disajikan bab IV dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Penggunaan model pembelajaran inkuiri pada pembelajaran IPS terpadu dapat meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas VIII.i SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat pada siklus I, II dan III dengan proses pembelajaran secara individu. Rata-rata nilai aktivitas belajar IPS terpadu yang sesuai dengan aspek yang diamati saat pembelajaran selalu mengalami peningkatan pada tiap akhir siklusnya.

2. Melalui penggunaan model pembelajaran inkuiri dapat meningkatkan hasil belajar IPS terpadu siswa kelas VIII.i SMP Negeri 12 Bandar Lampung. Hal ini dapat dilihat pada siklus I, siklus II dan siklus III. Persentase ketuntasan hasil belajar IPS terpadu siswa pada tiap siklusnya selalu mengalami peningkatan.


(3)

132

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, maka disarankan : 1. Bagi Guru

Guru dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri untuk dijadikan alternatif meningkatkan aktivitas siswa dalam upaya meningkatkan hasil belajar IPS terpadu. Serta dalam pelaksanaan pembelajaran sebaiknya harus memperhitungkan waktu yang tersedia agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal.

2. Bagi Siswa

Siswa dapat menggunakan model pembelajaran inkuiri didalam proses pembelajaran IPS terpadu sebagai salah satu keterampilan belajar yang efektif untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar. Serta dalam pelaksanaan pembelajaran IPS terpadu sebaiknya siswa lebih percaya diri dengan berbagai hasil yang telah mereka kerjakan dan lebih giat lagi dalam mencari info/sumber pembelajaran di buku, internet atau lingkungan sekitar masyarakat untuk di diskusikan agar semua rencana pembelajaran dapat terlaksana secara maksimal dan lebih baik lagi.

3. Bagi Kepala Sekolah

Kepala sekolah diharapkan dapat memberikan fasilitas guna mendukung kelancaran dalam melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri maupun dalam melaksanakan model pembelajaran lainnya.


(4)

(5)

DAFTAR PUSTAKA

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Asdi Muhasatya.

Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kuantitatif dan Kualitatif. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Hamiddarmadi. 2011. Pembelajaran IPS Melalui Metode Inquiry. http://hamiddarmadi.blogspot.com/ diakses pada 11 November 2013 pukul 13:22 WIB.

Ismailbugis. 2011. Pengertian Strategi, Pendekatan, Model, Teknik dan Metode Pembelajaran. http://ismailbugis.wordpress.com/diakses pada 30 Mei 2013 pukul 14:30 WIB.

Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Pengembangan Profesi Guru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Muhibbin Syah. 2012. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Nursid Sumaatmadja. 1980. Metodologi Pengajaran Ilmu Pengetahuan Sosial

(IPS). Bandung: ALUMNI.

Pargito. 2011. Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Bandar Lampung: Anugrah Utama Raharja (AURA).

Perpustakaan Online Blogger Indonesia. Pengertian Belajar dan Hasil Belajar. http://duniabaca.com/diakses pada 30 Mei 2013 pukul 14.00 WIB.


(6)

Sapriya. 2009. Pendidikan IPS. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sardiman. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sumarmi. 2012. Model-Model Pembelajaran Geografi. Yogyakarta: Aditya Media Publishing.

Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif – Progesif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.


Dokumen yang terkait

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) DAN MODEL PEMBELAJARAN KONVENSIONAL SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 82

PENGARUH PEMANFAATAN SARANA BELAJAR DI SEKOLAH DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP SMP NEGERI 5 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 46 78

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 12 BANDAR LAMPUNG TAHUN AJARAN 2013/2014

0 6 79

PENGARUH PERSEPSI SISWA TENTANG KETERAMPILAN MENGAJAR GURU DAN MINAT BELAJAR MELALUI MOTIVASI BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 23 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 15 106

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN PRESTASI BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 1 RAJA BASA JAYA BANDAR LAMPUNG

0 8 115

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TALKING STICK DAN TIPE SNOWBALL DRILLING DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 10 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 9 95

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA ICT OLEH SISWA DAN PEMANFAATAN FASILITAS BELAJAR DISEKOLAH MELALUI MOTIVASI BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 23 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 3 103

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA SMP NEGERI 1 KASUI KELAS VIII SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2013/2014

0 24 76

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN DAN PERSEPSI SISWATENTANG METODE MENGAJAR GURU MELALUI MINAT BELAJAR SISWA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 8 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 10 101

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE SCAFFOLDING DAN LESSON STUDY TERHADAP HASIL BELAJAR KELAS VII DI SMP NEGERI 8, BANDAR LAMPUNG DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA TAHUN AJARAN 2014/2015

0 5 93