Sistem Pendidikan di Amerika Serikat AS

[1]

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Terbentuknya

koloni-koloni

di

Amerika

Utara

telah

memunculkan tuntutan akan pendidikan bagi anak-anak di daerah koloni
yang sangat membutuhkan pendidikan ala Eropa. Sejak 1647 di beberapa
koloni, di antaranya Massachussets Bay, telah melaksanakan wajib
belajar bagi siswa sekolah dasar. Hal itu kemudian diikuti oleh koloni

yang lainnya.di daerah ladang dan perkebunan yang saling terpisah.
Beberapa pemilik perkebunan bersama-sama memanggil guru.
Selain itu tidak sedikit mereka yang mengirimkan anaknya untuk
bersekolah di Inggris. Koloni yang giat memajukan bidang pendidikan
adalah Pensylvania. Sekolah pertama didirikan pada tahun 1683 yang
mengajarkan ilmu membaca, menulis tata buku, bahasa klasik, sejarah,
dan kesusastraan. Philadelpia mendirikan sekolah matematika, ilmu
pengetahuan alam, dan bahasa. Akhirnya, pendidikan berkembang dan
kelak akan memegang peranan dan sebagai dasar bagi perkembangan
pendidikan dan kebudayaan Amerika.
Pendidikan umum di Amerika Serikat dikelola oleh negara bagian
dan pemerintah daerah, serta diregulasikan oleh Departemen Pendidikan
Amerika Serikat dengan anggaran dari pemerintah federal. Di sebagian
besar negara bagian, anak-anak diwajibkan bersekolah ketika berusia
enam atau tujuh tahun (taman kanak-kanak atau kelas satu) sampai
mereka berusia delapan belas tahun (kira-kira kelas dua belas, akhir
darisekolah menengah atas). Beberapa negara bagian memperbolehkan
siswa untuk meninggalkan sekolah pada usia 16 atau 17 tahun. Sekitar
12% anak-anak terdaftar di sekolah swasta keagamaan ataupun nonkeagamaan. Hanya 2% anak-anak yang yang mengikuti sekolah rumah
(homeschooling).


[2]

Amerika Serikat memiliki banyak institusi sekolah tinggi yang
kompetitif, baik yang berstatus negeri maupun swasta. Menurut sebuah
pemeringkatan internasional, 13 dari 15 sekolah tinggi dan universitas di
Amerika menempati daftar 20 universitas terkemuka di dunia. Ada juga
kolese komunitas lokal yang menawarkan kebijakan yang lebih terbuka,
program akademik yang lebih singkat, dan biaya pendidikan yang lebih
murah. Dari keseluruhan warga Amerika yang berusia di atas 25 tahun,
84,6% di antaranya adalah lulusan sekolah menengah atas, 52,6% sedang
kuliah di universitas, 27,2% telah menyandang gelar sarjana, dan 9,6%
selebihnya telah meraih ijazah pascasarjana. Angka melek huruf di AS
diperkirakan sebesar 99%, dengan artian hanya 1% warga AS yang tidak
bisa membaca. Pada 2006, PBB memberikan Indeks Pendidikan 0,97
kepada Amerika Serikat; yang tertinggi ke-12 di dunia. Negara Amerika
Serikat merupakan penduduk nomor tiga terbanyak di dunia yaitu
berjumlah kira-kira 275 juta jiwa dan terdiri dari 50 negara bagian. Luas
wilayahnya kurang lebih 9,5 juta km persegi.
Bangsa Amerika terdiri dari bangsa-bangsa emigran dari berbagai

kawasan dunia, terutama dari kawasan Eropa sebagai bagian dominannya.
Imigrasi tua berasal dari Eropa Utara dan Barat seperti Inggris, Scotlandia,
Prancis, Belanda, Jerman dan sebagainya yang kemudian diikuti oleh
imigrasi yang muda berasal dari Eropa Selatan dan timur seperti Italia,
Rusia, Polandia, Austria, Hongaria dan lain sebagainya. Setiap bangsa
membawa kepercayaan, adat istiadat, bahasa dan segi-segi kebudayaannya
masing-masing ke Amerika sehingga Amerika menjadi periuk peleburan
bagi segala jenis kebudayaan asli dan pendatang dari benua hitam Afrika.
Itulah yang membentuk kebudayaan Amerika sekarang.
Karena bagian terbesar warga Amerika berasal dari kaum imigran
Eropa, maka sudah tentu tradisi pendidikan yang berkembang di Amerika
adalah tradisi pendidikan bangsa-bangsa Eropa yang berimigrasi tersebut.
Di tempat orang-orang Jerman berimigrasi, sekolah-sekolahnya diawasi

[3]

oleh orang-orang gereja pada pertemuan-pertemuan gereja. Di daerah New
Netherland pengawasan dilakukan oleh petugas-petugas gereja dan
dibeberapa tempat oleh kelompok orang tertentu. Pengawasan terhadap
sekolah-sekolah yang dilakukan oleh pribadi-pribadi melalui pertemuanpertemuan orang-orang dan petugas gereja yang terus dipertahankan oleh

para imigran itu, menjadi sebab timbulnya tanggung jawab atas sekolahsekolah pada akhirnya dipikul oleh masyarakat setempat.
Kota-kota besar seperti New York, Washington DC, Chicago,
Detroit dan Los Angeles merupakan tempat-tempat terkonsentrasinya para
penganggur, orang miskin, orang yang tidak bisa berbahasa inggris dan
minoritas diiringi oleh maslah ekonomi social. Masalah kependudukan
lain ialah semakin kurangnya orang yang bergerak di bidang pertanian,
kira-kira 50% penduduk bekerja sebagai juru tulis sampai pada tenagatenaga professor. Jumlah tenaga wanita pun meningkat sementara tingkat
pengangguran relatif tinggi. Pada pemerintahan presiden Ronald Reagon
dimulai pengurangan bantuan dana serta campur tangan pemerintah
federal terhadap pendidikan dan menyerahkan tanggung jawab ke negara
bagian. Selama ini Amerika Serikat telah berhasil menyediakan
pendidikan gratis selama 12 tahun dan biaya pendidikan yang relatif
murah pada tingkat pendidikan tinggi.
Pada awal perkembangannya persekolahan di Amerika telah
dimulai sejak zaman penjajahan. Persekolahan ketika itu bersifat elitis dan
berorientasi pada agama. Masyarakat yang berada pada lapisan sosialekonomi bawah hanya boleh mengenyam pendidikan di “sekolah ibu”,
yaitu suatu sekolah yang mengajarkan membaca, menulis, berhitung, dan
agama. Sedangkan masyarakat pada lapisan sosial-ekonomi atas
dipersiapkan untuk menjadi pemimpin gereja, pemimpin masyarakat,
ataupun pemimpin negara melalui sekolah latin dan colleges. Pada masa

itu anak wanita tidak mempunyai kebebasan untuk bersekolah —suatu

[4]

bentuk nyata diskriminasi gender yang terjadi di banyak negara yang
sedang terjajah— (Dimyati, 1988).
Rakyat Amerika berhasil memperoleh kemerdekaannya dan
membentuk negara Amerika Serikat pada 4 Juli 1776. Iklim kemerdekaan
ini berdampak pada perubahan pola pendidikan di Amerika. Pendidikan
yang bersifat elitis diubah. Pada masa ini muncullah gerakan Public
School yang bersifat terbuka untuk semua anak kulit putih baik pria
maupun wanita. Public School dibentuk dan dirancang untuk membentuk
kompetensi dan keterampilan dasar warga negara. Upaya pengembangan
Public School telah menimbulkan pro dan kontra dalam masyarakat.
Sebagian masyarakat setuju dengan campur tangan dan intervensi
pemerintah dalam pengembangan Public School, namun sebagian lagi
menolaknya.
Kegiatan pendidikan di Amerika tidak terhenti sampai disini saja.
Sejarah panjang mewarnai kegiatan pendidikan di negeri “Paman Sam”
tersebut. Tiga periode reformasi pendidikan berikut ini akan mengisi

catatan panjang sejarah pendidikan Amerika. Ketiga periode reformasi
pendidikan tersebut adalah gerakan sekolah umum pada tengah abad 19,
alam progressive pada awal abad 20, dan gerakan fermentaso generasi
terakhir. Setiap periode selalu mempertanyakan dan mengubah pola-pola
pendidikan yang telah ada.
Pada abad 19 Public School tersebar luas di seluruh Amerika,
namun ironisnya tenaga pendidik dan fasilitas-fasilitas penunjang
pendidikan ketika itu sangat minim. Dalam perkembangan selanjutnya,
terjadilah reformasi di bidang pendidikan yang berhasil memunculkan
gerakan yang bisa mempersatukan kelompok-kelompok sosial yang
berbeda keinginannya. Keberhasilan gerakan tersebut mendukung
perkembangan Public School. Pada tengah abad 19 ini Public School
dirancang untuk memberikan pendidikan dasar umum sehingga lulusannya

[5]

diharapkan mampu berpartisipasi dalam kehidupan politik dan dapat
memasuki dunia kerja
Pada zaman progressive terjadi sentralisasi pengawasan dan
elaborasi dalam system pendidikan Common School. Para ahli pendidikan

menggunakan kekuatan negara untuk memperkuat posisi, misalnya untuk
memperoleh sertifikasi, dana, standarisasi fasilitas dan kurikulum. Pada
masa ini muncul pemikiran bahwa Common School tidak hanya
membekali siswanya dengan pendidikan dasar di bidang 3 R (reading,
writing, aritmathic) dan pendidikan moral saja, tetapi juga diharapkan
mampu menyiapkan siswa secara langsung agar dapat melakukan peranan
dalam hidup bermasyarakat, sehingga disini sekolah merupakan suatu
lembaga yang menjadi pintu gerbang untuk mengarahkan siswa ke arah
dunia kerja.
Gerakan fermentaso generasi terakhir dalam sejarah pendidikan
Amerika diawali pada 1958 sampai tengah tahun 1970-an. Pada masa ini
terjadi reformasi di bidang pendidikan yang berciri lebih menekankan
fungsi dari pada tujuan pendidikan. Sentralisasi kebijakan pemerintah
dalam bidang pendidikan semakin bertambah sebagai akibat dari reformasi
pendidikan tersebut. Dalam perkembangan selanjutnya, organisasiorganisasi guru tumbuh, makin berpengaruh, dan memperoleh kekuatan
politik. Hal itu menyebabkan guru bersatu untuk menuntut perbaikan
ekonomi dan sosial. Pada awal tahun 1980-an peminat public school
merosot. Ketika itu public school menghadapi suatu krisis kepercayaan
umum dan moral profesional yang rendah. Masyarakat menghendaki
terjadinya perubahan-perubahan pada public school, namun para

pengambil keputusan seringkali kurang memahami public education itu
sendiri, sehingga mereka tidak dapat menentukan prioritas untuk
memperbaiki lembaga ini (public school). Reformasi datang dan pergi silih
berganti, tetapi pemecahan rasional yang dilakukan tidak menggarap
masalah yang sebenarnya (Dimyati, 1988).

[6]

1.2. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini sebagai bentuk tugas
penambahan materi tentang sistem pendidikan di negara Amerika Serikat
untuk mata kuliah psikologi pendidikan.

1.3.

Manfaat Penulisan
Manfaat penulisan dari makalah ini adalah untuk menambah
pengetahuan dan wawasan tentang sistem pendidikan di negara Amerika
Serikat dari sejarah dunia pendidikan, perkembangan sampai saat ini,
anak berbakat, kerjasama anatar negara, dan individu kebutuhan khusus..


[7]

BAB II
ISI

2.1. Sejarah Dunia Pendidikan
2.1.1. Filosofi Pendidikan di Amerika Serikat
Filsafat pada dasarnya merupakan pernyataan secara sengaja
tentang suatu kebudayaan tertentu, kekhususan pada adat-istiadat, pola
tingkah laku, ide-ide, maupun sistem nilai. Filsafat juga bisa berarti
sebagai suatu ekspresi atau interpretasi secara objektif tentang watak
nasional suatu bangsa. Amerika merupakan suatu negara yang dibentuk
dari bangsa-bangsa asing yang mendiaminya. Mereka secara sadar
memilih menjadi warga negara Amerika.
Kondisi tersebut berbeda dengan bangsa-bangsa lain di dunia,
karena pada umumnya suatu negara dibentuk dari penduduk-penduduk
asli bangsanya. Perbedaan tersebut memicu berkembangnya 2 aliran
filsafat yang berlainan, yaitu Transcendentalisme dan Pragmatisme.
Transcendentalisme mengekspresikan hal-hal yang berkenaan dengan

kebudayaan, sedangkan Pragmatisme merupakan suatu pemikiran yang
berusaha membentuk Amerika yang hidup, dinamis, dan progresif.
Kedua aliran filsafat tersebut saling tidak bersesuaian sehingga belum
ada kesepakatan tentang filsafat nasional Amerika. Meskipun demikian,
kegiatan pendidikan di Amerika tetap berpijak pada landasan
kependidikan yang berupa pemikiran kefilsafatan/keilmuwan/wawasanwawasan lain.

[8]

Ada seperangkat nilai yang merupakan sumber perilaku dan sikap
orang Amerika yaitu:
1) berorientasi pada prestasi kerja individual;
2) bekerja atau melakukan kegiatan sebagai nilai kesusilaan;
3) berorientasi pada efisiensi, nilai praktis, dan kegunaan;
4) berorientasi pada masa yang akan datang sebagai suatu kemajuan,
oleh karenanya harus bekerja keras;
5) percaya bahwa dengan rasionalitas dan ilmu pengetahuan orang akan
dapat menguasai lingkungan;
6) berorientasi pada keuntungan material;
7) berorientasi pada nilai kesamaan derajat di bidang kesempatan pada

berbagai bidang kehidupan;
8) berorientasi pada kemerdekaan; dan
9) berorientasi pada nilai kemanusiaan,dalam arti membantu yang
lemah.
Amerika merupakan suatu negara yang dibentuk dari bangsabangsa asing yang mendiaminya mereka secara sadar memilih menjadi
warga negara Amerika. Kondisi tersebut berbeda dengan bangsa-bangsa
lain di dunia, karena pada umumnya suatu negara dibentuk dari
penduduk asli bangsanya. Perbedaan tersebut memicu berkembangnya
dua aliran filsafat yang berlainan yaitu Trancendentalisme dan
Pragmatisme.

Trancendentalisme

mengekspresikan

hal-hal

yang

bekenaan dengan kebudayaan ,sedangkan Pragmatisme merupakan
pemikiran yang berusaha membentuk Amerika yang hidup, dinamis, dan
progresif. Kedua filsafat tersebut saling tidak bersesuaian sehingga belum
ada kesepakatan tentang filsafat nasional Amerika. Meskipun demikian,
kegiatan pendidikan Amerika tetap berpijak pada landasan kependidikan
yang berupa pemikiran kefilsafatan/ keilmuan/ wawasan lain. (Dimyati,
1988)

[9]

2.1.2. Ideologi Pendidikan di Amerika Serikat
Segala sesuatu yang dapat dilakukan oleh sebuah negara sehingga
tetap eksis sebagai sebuah negara, tentu berlandas pada suatu
dasar negara yakni Ideologi. Begitu pula dengan Amerika Serikat,
Amerika Serikat tetap eksis sebagai sebuah Negara adalah karena tatanan
hidup yang mereka miliki. Sebuah tatanan hidup (Ideologi) untuk
mengatur tiap-tiap aspek kehidupan baik politik, pendidikan, ekonomi,
sosial dan budaya.
Dalam hal ideologi, Amerika Serikat menganut ideologi kapitalis.
Kapitalisme, sebagai ideologi Amerika Serikat merupakan ideologi yang
menjadi motor pergerakan Amerika Serikat di kancah internasional.
Kapitalisme adalah sebuah ideologi yang lahir setelah keruntuhan paham
feodalisme yang diterapkan pada masa imperium Romawi abad 14-16M.
Kapitalisme

merupakan

ideologi

yang

dibangun

berlandaskan

sekularisme yakni pemisahan campur tangan agama dari kehidupan.
Sekularisme itu sendiri muncul karena gerahnya rakyat Eropa karena
sistem pemerintahan kerajaan yang dikendalikan oleh doktrin-doktrin
palsu gereja yang memicu munculnya gerakan-gerakan anti agama.
Sistem pendidikan kapitalis masih berdasarkan modal. Pendidikan
dalam sistem kapitalisme dapat dinikmati oleh orang-orang yang hanya
memiliki uang atau modal saja, jika tidak mereka hanya bisa menghisap
jari. Sehingga orang-orang cerdas sebagian besar lahir dari orang-orang
yang bermodal tinggi. Teknologi canggih mampu dibangun oleh Negara
Adidaya karena modal yang mumpuni. Sistem pendidikan kapitalis yang
berasas modal pun menjadikan lembaga-lembaga pendidikan sebagai
ladang bisnis bagi pemilik modal.

[10]

Pendidikan

sekular

kapitalis

melahirkan

generasi

yang

meterialistik. Hidup hanya untuk pemenuhan meteri. Kegersangan jiwa
karena jauh dari agama merasuk para pemuda dan masyarakat kapitalis.
Dalam sistem pendidikan ini, Mata pelajaran Agama hanya dapat
ditemukan beberapa jam per minggu, bahkan dalam perkuliahan
pembelajaran agama hanya menjadi mata kuliah pilihan.

2.2. Perkembangan Dunia Pendidikan Sampai Saat Ini
Amerika sebuah negara dengan julukan “Paman Sam” yang
beribu kota di Washington D.C. ini memiliki luas wilayahnya 9.372.610
km2 dengan jumlah penduduk lebih dari 258.103.721. jiwa (1993).
Sedangkan (menurut sensus 1995).

sekitar 262.775.000. Penduduk

Amerika berlipat dua kali lebih antara tahun 1910-1980, sementara
jumlah tanah yang produktif hampir tetap saja. Keragaman Amerika
berasal dari kenyataan bahwa Negara ini sangat luas dan memiliki
berbagai jenis dataran, iklim, dan manusia. Amerika serikat membentang
sepanjang 2.575 km dari utara ke selatan dan 4.500 dari timur ke barat.
Pemerintahan Amerika Serikat masih berdasarkan konstitusi.
Perjalanan konstitusi Amerika Serikat terus menerus berubah dan
berkembang. Sejak tahun 1789 atau masa enlightenment hingga kini,
konstitusi

Amerika mengalami

26 kali

amandemen

dan tetap

memungkinkan untuk direvisi lagi dimasa depan. Perubahan paling luar
biasa terjadi dalam dua tahun setelah pengesahannya. Dalam kurun itu,
10 amandemen pertama, yang dikenal dengan bill of right (pernyataan
hak asasi), ditambahkan. 10 amandemen itu disetujui sebagai suatu
kesatuan oleh kongres pada September 1789.

[11]

Pada dasarnya, konstitusi menetapkan pembagian kekuasaan dan
wewenang antara negara-negara bagian dan pemerintahan federal.
Struktur dasar masing-masing cabang pemerintah federal yakni federal,
legeslatif, dan yudikatif ditetapkan dalam konstitusi, tetapi bentuk
sesungguhnya untuk masing-masing cabang pemerintah federal di atas
menangani kantor, dewan dan badan yang dibedakan satu sama lain.
Presiden Amerika Serikat dipilih oleh rakyat melalui dewan
pemilih untuk masa jabatan 4 tahun, terbatas sampai 2 kali masa jabatan.
Tugas lainnya adalah melaksanakan UU

yang dibuat oleh kongres,

kekuasaan lainnya adalah merekomendasikan perundang-undangan
kepada kongres, mamanggil sidang khusus
Karakteristik utama sistem pendidikan di AS adalah sangat
menonjolnya desentralisasi. Pemerintah federal, negara bagian, dan
pemerintah daerah memiliki aturan dan tanggung jawab administratif
masing-masing yang sangat jelas. Pemerintah federal AS tidak
mempunyai mandat untuk mengontrol / mengadakan pendidikan untuk
masyarakat.
Hal ini disebabkan soal pendapatan tidak disebutkan dalam kondisi
Amerika, dan para penyusun konstitusi menyebutkan bahwa semua
kekuasaan yang tidak disebutkan tersebut diberikan kepada pemerintah
federal menjadi tanggung jawab pemerintah lain.
Kebijakan utama mengenai pendidikan berada pada pemerintah
negara bagian dan daerah. Terdapat 50 negara bagian dan 15.358 distrik.
dan sebanyak itu local school boards, yang masing-masing mempunyai
aturan dan sistem pendidikan. Tujuan sistem pendidikan Amerika secara
umum sebagai berikut :
1. Untuk mencapai kesatuan dalam kebinekaan
2. Untuk mengembangkan cita-cita dan praktek demokrasi

[12]

3. Untuk membantu pengembangan individu
4. Untuk memperbaiki kondisi sosial masyarakat
5. Untuk mempercepat kemajuan nasional.
Sistem pendidikan Amerika serikat bukanlah merupakan suatu
sistem yang dikuasai dan dikelola oleh pemerintah federal dan juga tidak
diatur oleh pemerintah negara bagian secara langsung. Pelaksanaan dan
pengaturan sistem pendidikan di negara Adidaya ini dijalankan oleh apa
yang disebut dengan Unifield School District (USD) misalnya USD Los
Angeles merupakan salah satu sekolah district yang tersebar di amerika
yang mempunyai lebih dari 7000 siswa dengan lebih dari 600 sekolah
dan 30.000 staf pengajar beserta administrasinya.
Disamping itu, setiap sekolah yang berada dibawah pengelola
USD harus memenuhi standar minimum mutu sekolah. Setiap sekolah
akan mendapatkan evaluasi berkala dari Negara bagian ataupun federal.
Biasanya USD ini mengelola SD (Elementary School), SMP (Junior
High School) dan SMA (High School). Pendidikan SD memakan waktu 6
tahun. SMP 2 tahun dan SMA 4 tahun.

2.3. Fokus Utama Bidang Pendidkan
2.3.1. Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural adalah pendidikan yang menghargai
perbedaan dan mewadahi beragam perspektif dari berbagai kelompok
kultural. Tujuan penting dari pendidikan multikultural adalah pemerataan
kesempatan bagi semua murid. Ini termasuk mempersempit gap dalam
prestasi akademik antara murid kelompok utama dengan kelompok
minoritas (Bennett, 2003; Pang, 2001; Schmidt & Mosenthal, 2001).

[13]

Sebagai sebuah bidang, pendidikan multikultural mencakup isu-isu
yang berkaitan dengan status sosioekonomi, etnisitas, dan gender. Karena
keadilan sosial adalah salah satu nilai dasar dari bidang ini, maka reduksi
prasangka dan pedagogi ekuitas menjadi komponen utamanya (Banks,
2001). Reduksi prasangka adalah aktivitas yang dapat diimplementasikan
guru di kelas untuk mengeliminasi pandangan negatif dan streotip
terhadap orang lain. Pedagogi ekuitas adalah modifikasi proses pengajaran
dengan memasukkan materi dan strategi pembelajaran yang tepat baik itu
untuk anak lelaki maupun perempuan dan untuk semua kelompok etnis.
Pengajaran yang relevan secara kultural adalah aspek penting dari
pendidikan multikultural. Pengajaran ini dimaksudkan untuk menjalin
hubungan dengan latar belakang kultur dari pelajar (Pang, 2001). Pakar
penelitian kultural percaya bahwa guru yang baik akan mengetahui dan
mengintegrasikan pengajaran yang relevan secara kultural ke dalam
kurikulum akan membuat pengajaran lebih efektif (Diaz, 2001).
Pendidikan yang berpusat pada isu juga merupakan aspek penting
dari pendidikan multikultural. Dalam pendekatan ini, murid diajari secara
sistematis untuk mengkaji isu-isu yang berkaitan dengan kesetaraan dan
keadilan sosial. Pendidikan ini tak hanya mengklarifikasikan nilai, tetapi
juga mengkaji alternatif dan konsekuensi dari pandangan tertenu yang
dianut murid.
2.3.2. Pendidikan Bilingual
Pendidikan bilingual bertujuan untuk mengajar mata pelajaran
kepada anak imigran dengan menggunakan bahasa asal mereka, sembari
secara bertahap memberikan pelajaran dengan bahasa Inggris. Kebanyakan
program bilingual adalah program transisional yang dikembangkan untuk
membantu murid sampai mereka bisa memahami bahasa Inggris secara
cukup sehingga bisa belajar di kelas reguler. Dalam kebanyakan program,

[14]

setidaknya setengah dari pengajaran dilakukan dengan bahasa Inggris
sejak awal (Gracia, 1992; Gracia, dkk., 2002).
Pendidikan

bilingual

memberikan

dampak

positif

pada

perkembangan kognitif anak. Anak yang lancar dalam dua bahasa bisa
lebih baik dalam mengerjakan tes kontrol atensional, formasi konsep,
penalaran analitis, fleksibilitas kognitif, dan kompleksitas kognitif
ketimbang anak yang hanya bisa satu bahasa (Bialy-stok, 1999, 2001).
Mereka juga lwbih memahami struktur bahasa tulis dan lisan dan lebih
tahu kesalahan tata bahasa dan makna. Keahlian ini akan membantu
mereka dalam meningkatkan kemampuan membacanya (Bialystok, 1993,
1997).
2.3.3. Pendidikan Berbasis Teknologi
Guru yang efektif mengembangkan keahlian teknologinya dan
mengintegrasikan komputer ke dalam proses belajar di kelas (Male,
20003). Integrasi ini harus disesuaikan dengan kebutuhan belajar murid,
termasuk kebutuhan mempersiapkan murid untuk mencari pekerjaan masa
depan, yang akan sangat membutuhkan keahlian teknologi dan keahlian
berbasis komputer (Maney, 1999).
Guru yang efektif tahu cara menggunakan komputer dan cara
mengajar murid untuk menggunakan komputer untuk menulis dan
berkreasi. Guru yang efektif bisa mengevaluasi efektivitas game
instruksional dan simlulasi komputer, tahu cara menggunakan dan
mengajari murid untuk menggunakan alat komunikasi melalui komputer
seperti initernet. Dan, guru yang efektif memahami dengan baik berbagai
perangkat penting lainnya untuk mendukung pembelajaran murid yang
cacat.

[15]

2.4. Metode Pencarian Anak Berbakat
2.4.1. Siapa Anak Berbakat Itu?
Anak berbakat adalah mereka yang oleh orang-orang profesional
diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi tinggi
karena memiliki kemampuan yang unggul. Kemampuan yang dimaksud
tidak sebatas kemampuan melihat hubungan-hubungan logis dan
mengadaptasi prinsip-prinsip abstrak kepada situasi konkret, tetapi juga
memiliki kemampuan menggeneralisasikan, lebih dari orang lainnya.
Oleh karenanya, kita dapat mendefinisikan anak berbakat itu sebagai
anak yang : (1) memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata; (2)
memiliki tanggung jawab (komitmen) yang tinggi terhadap tugas; (3)
memiliki kreativitas yang tinggi. Dengan demikian, anak berbakat akan
mampu mengembangkan sifat-sifat tersebut dan menerapkannya dalam
kehidupan di masyarakat.
Anak berbakat (gifted) harus dibedakan dengan anak genius.
Karena anak genius adalah anak berbakat tetapi dengan taraf sangat
tinggi (highly gifted) jauh di atas anak berbakat pada umumnya
walaupun anak berbakat itu sendiri telah memiliki kemampuan di atas
rata-rata.
Berdasarkan teori Triarchic, pada prinsipnya ada 3 macam
keberbakatan: Pertama, bakat analitik, yakni bakat dalam memilah
masalah dan memahami bagian-bagian dari masalah tersebut. Kedua,
bakat sintetik, yakni bakat dalam kemampuan intuitif, kreatif dan cakap
dalam mengatasi situasi-situasi tertentu. Ketiga, bakat praktis, yakni
bakat dalam analitik maupun sintetik dalam kehidupan sehari-hari
Bagian terpenting dari teori di atas menurut Stenberg adalah kemampuan
mengkoordinasikan

3

aspek

kemampuan

dan

bagaimana

mengaplikasikannya untuk memperoleh keberhasilan. Oleh karena itu

[16]

menurut Stenberg, orang yang berbakat adalah orang yang mampu
mengelola sendiri cara berpikir yang baik.
Anak berbakat (gifted) punya kecerdasan di atas rata-rata
(biasanya mempunyai IQ diatas 130) dan/atau punya bakat unggul di
beberapa bidang, seperti seni, musik, atau matematika. Program untuk
anak berbakat di sekolah biasanya didasarkan pada kecerdasan dan
prestasi akademik. Namun, belakangan ini kriteria ini diperluas dengan
memasukkan faktor-faktor seperti kreativitas dan komitmen (Renzulli &
Reis, 1997).
2.4.2. Karakteristik Anak Berbakat
Ellen Winner (1996), seorang ahli di bidang kreativitas dan anak
berbakat, mendeskripsikan tiga kriteria yang menjadi ciri anak berbakat:
1. Dewasa lebih dini (precocity). Anak berbakat adalah anak yang
dewasa sebelum waktunya apabila diberi kesempatan untuk
menggunakan bakat atau talenta mereka. Mereka mulai menguasai
suatu bidang lebih awal ketimbang teman-temannya yang tidak
berbakat. Dalam banyak kasus, anak berbakat dewasa lebih dini
karena mereka dilahirkan dengan membawa kemampuan di dominan
tertentu, walau bakat sejak lahir ini tetap harus dipelihara dan
dipupuk.
2. Belajar menuruti kemauan mereka sendiri. Anak berbakat belajar
secara berbeda dengan anak lain yang tak berbakat. Mereka tidak
membutuhkan banyak dukungan dari orang dewasa. Seringkali
mereka tak mau menerima instruksi yang jelas. Mereka juga kerap
membuat penemuan dan memecahkan masalah sendiri dengan cara
yang unik di bidang yang memang menjadi bakat mereka. Tapi,
kemampuan mereka di bidang lain boleh jadi normal atau biasa juga
di atas normal.

[17]

3. Semangat untuk menguasai. Anak yang berbakat tertarik untuk
memahami

bidang

yang

menjadi

bakat

mereka.

Mereka

memperlihatkan minat besar dan obsesif terhadap fokus kemampuan
yang kuat. Mereka tidak perlu didorong oleh orang tuanya. Mereka
mempunyai motivasi internal yang kuat.
Selain ketiga karakteristik anak berbakat diatas, area keempat di
mana mereka unggul adalah keahlian dalam memproses informasi. Para
peneliti telh menemukan bahwa anak berbakat belajar lebih cepat,
memproses informasi lebih cepat, menggunakan penalaran yang lebih
baik, menggunakan strategi yang lebih baik, dan memantau pemahaman
mereka dengan lebih baik ketimbang anak yang tidak berbakat (Sternberg
& Clickenbeard, 1995).

2.5. Memperlakukan Anak-Anak Berbakat
Ellan Winner (1997) mengatakan bahwa sering kali anak-anak
berbakat akan terisolasi secara sosial dan tidak mendapat tantangan yang
berarti di kelas. Mereka kerap diejek dan dijuluki “kutu buku” atau
“orang aneh” (Silverman, 1993). Jika seorang murid adalah satu-satunya
anak berbakat dikelasnya, maka dia tak punya kesempatan untuk belajar
dengan murid yang setara kemampuannya. Banyak orang dewasa yang
terkenal dan dahuku adalah anak berbakat melaporkan bahwa sekolah
mereka merupakan pengalaman buruk. Mereka bosan dan terkadang
lebih tahu dari pada guru mereka (Bloom, 1985). Winner percaya bahwa
pendidikan Amerika akan lebih baik jika standarnya dinaikan untuk
semua murid. Jika masih ada anak yang merasa tidak tertantang, dia
merekomendasikan agar anak itu diizinkan untuk melompat kelas atau
masuk kekelas khusus. Misalnya, beberapa murid sekolah menengah

[18]

yang cerdas diperbolehkan masuk ke kelas akademi yang sesuai dengan
bidang kemampuannya.
Oleh karena itu kita perlu melakukan program untuk anak berbakat
yaitu :
1. Kelas khusus, ini adalah cara yang lazim untuk mendidik anak
berbakat. Kelas khusus selama sekolah regular dinamakna program
“pull-out”

yaitu

cara

penanganan

anak

berbakat

dengan

memperbolehkan naik kelas secara meloncat (Skipping) atau
menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih
singkat.
2. Akselerasi dan pengayaan di kelas regular.
3. Program mentor dan pelatihan, beberapa pakar percaya ini adalah
cara penting yang jarang di pakai untuk memotivasi, menantang, dan
mendidik anak berbakat secara efektif (pleis & feldhusen, 1995)
4. Kerja/ studi dan program pelayanan masyarakat.

2.6. Ke-efektifan Memperlakukan Program Anak Berbakat
Menurut kami program anak berbakat ini efektif, karena
berbakat

adalah

mereka

yang

menurut

orang-orang

Anak

profesional

diidentifikasikan sebagai anak yang mampu mencapai prestasi tinggi
karena memiliki kemampuan yang unggul dari anak seumurannya.
Kemampuan yang dimaksud tidak sebatas kemampuan melihat hubunganhubungan logis dan mengadaptasi prinsip-prinsip abstrak kepada situasi
konkret, tetapi juga memiliki kemampuan menggeneralisasikan, lebih dari
orang lainnya. Oleh karenanya, kita dapat mendefinisikan anak berbakat
itu sebagai anak yang :
1) Memiliki kemampuan intelektual di atas rata-rata.

[19]

2) Memiliki tanggung jawab (komitmen) yang tinggi terhadap tugas.
3) Memiliki kreativitas yang tinggi.
Dengan demikian, anak berbakat akan mampu mengembangkan sifatsifat tersebut dan menerapkannya dalam kehidupan di masyarakat.

2.7. Alternatif Lain Untuk Program Anak Berbakat
Cara yang diterapkan oleh Negara Amerika Serikat cukup efektif
tetapi diperlukan beberapa cara tambahan untuk memperlakukan anakanak berbakat yaitu :
 Pada anak berbakat diberi tambahan pelajaran dimana mereka
bebas memilih mana yang disenangi. Tujuannya agar anak
berbakat dapat mengasah kemampuannya pada bidang yang dia
ingginkan dan dia minati
 Penyediaan Secondary School Special Science &Arts Curriculum.
Bagi mereka yang mahir atau berbakat dalam bidang science dan
sangat ahli dalam sesuatu bidang sejak sekolah menengah telah
disediakan untuk menampung mereka. Misalnya: ketehnikan, seni,
musik dan lain-Iainnya
 Pengelompokan Khusus (Segregation) dapat dilakukan secara
penuh atau sebagian yaitu apabila sejumlah anak-anak berbakat
dikumpulkan menjadi satu kelompok dan diberi kesempatan untuk
secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai dengan
potensinya. Kegiatan yang dimaksud dapat berlangsung satu
minggu sekali atau selama satu semester penuh.

[20]

2.8. Individu Kebutuhan Khusus
Di Amerika Serikat, kebutuhan khusus adalah istilah yang
digunakan dalam pengembangan diagnostik dan fungsional klinis untuk
menggambarkan individu yang memerlukan bantuan untuk cacat yang
mungkin medis, mental, atau psikologis. Misalnya, Manual Diagnostik dan
Statistik Gangguan Mental dan Klasifikasi Internasional Penyakit edisi ke9 berdua memberikan pedoman untuk diagnosis klinis. Jenis kebutuhan
khusus bervariasi dalam tingkat keparahan. Orang dengan autisme,
sindrom Down, disleksia, kebutaan, ADHD, atau cystic fibrosis, misalnya,
dapat dianggap memiliki kebutuhan khusus. Namun, kebutuhan khusus
juga dapat mencakup bibir sumbing dan atau selera, pelabuhan tanda lahir
anggur, atau anggota badan hilang.
Di Inggris, kebutuhan khusus sering merujuk pada kebutuhan
khusus dalam konteks pendidikan. Hal ini juga disebut sebagai kebutuhan
pendidikan khusus (SEN). Di Amerika Serikat, 18,5 persen dari semua
anak di bawah usia 18 (lebih dari 13,5 juta anak-anak) memiliki kebutuhan
perawatan kesehatan khusus pada 2005.
Lebih sempit, itu adalah istilah hukum yang berlaku di asuh di
Amerika Serikat, berasal dari bahasa dalam Adopsi dan Aman Keluarga
Act

of

1997.

Ini

adalah

diagnosis

yang

digunakan

untuk

mengklasifikasikan anak sebagai membutuhkan "lebih" layanan daripada
anak-anak tanpa kebutuhan khusus yang berada di sistem orangtua asuh.
Ini adalah diagnosis berdasarkan perilaku, anak-anak dan riwayat
keluarga, dan biasanya dibuat oleh seorang profesional perawatan
kesehatan.

[21]

Di Amerika Serikat, lebih dari 150.000 anak-anak dengan
kebutuhan khusus yang menunggu rumah permanen. Secara tradisional,
anak-anak dengan kebutuhan khusus telah dianggap sulit untuk
menempatkan untuk diadopsi daripada anak-anak lainnya, tetapi
pengalaman menunjukkan bahwa banyak anak-anak dengan kebutuhan
khusus dapat ditempatkan sukses dengan keluarga yang ingin mereka.
Adopsi dan Aman Keluarga Act of 1997 (PL 105-89) telah memfokuskan
perhatian lebih pada mencari rumah untuk anak-anak dengan kebutuhan
khusus dan memastikan mereka menerima layanan pasca-adopsi mereka
butuhkan. Layanan pra-adopsi juga sangat penting untuk memastikan
bahwa orangtua angkat sudah dipersiapkan dengan baik dan dilengkapi
dengan sumber daya yang diperlukan untuk kesuksesan adopsi. Kongres
Amerika Serikat memberlakukan hukum untuk memastikan bahwa anakanak asuh yang tidak bisa bertemu kembali dengan orang tua kelahiran
mereka dibebaskan untuk diadopsi dan ditempatkan dengan keluarga
permanen secepat mungkin.
Tingkat gangguan untuk kebutuhan khusus adopsi ditemukan di
suatu tempat antara sepuluh dan enam belas persen. Sebuah studi tahun
1989 yang dilakukan oleh Richard Barth dan Marianne Berry menemukan
bahwa orang tua angkatnya yang terganggu, 86% mengatakan mereka
mungkin atau pasti akan mengadopsi lagi. 50% mengatakan bahwa mereka
akan mengadopsi anak yang sama, mengingat kesadaran yang lebih besar
dari apa yang adopsi anak berkebutuhan khusus membutuhkan. Juga,
dalam kebutuhan khusus terganggu kasus adopsi, orang tua sering
mengatakan bahwa mereka tidak menyadari sejarah anak atau keparahan
masalah anak sebelum adopsi.

[22]

2.9. Perbedaan Sistem Pendidikan Amerika Serikat VS Indonesia
Dalam bidang pendidikan banyak pelajar dan mahasiswa Indonesia
berhasil lulus dan kemudian menjadi ahli ekonomi, politik, hukum, teknik,
IT. Mereka kemudian menjadi penentu kebijakan publik, menggerakkan
peraturan-peraturan dalam bidang ekonomi makro dan mikro, Menjadi
profesor yang ahli dalam strategi kebijakan ekonomi. Para ahli lulusan
Amerika itu menjadi elitis ditengah keterpurukan pendidikan yang
melanda mayoritas penduduk negeri ini.
Ternyata sudah menjadi kultur budaya yang sangat mengakar
dalam sejarah AS bahwa pendidikan menjadi tugas bagi keluarga dan
masyarakat. oleh karena itu masyarakat tidak mau kalau pendidikan diatur
oleh pemerintah pusat, bahkan oleh pemerintah negara bagian, bahkan
oleh pemerintah lokal sekalipun. Masyarakat merasa memiliki hak yang
sangat kuat untuk menentukan sistem pendidikan seperti apa yang paling
tepat untuk masyarakat mereka. Mereka menganggap tantangan yang
dihadapi oleh setiap komunitas tidaklah sama, jadi sistem pendidikan juga
tidak boleh atau tidak perlu disamakan antara satu kota dengan kota lain,
antara satu state dengan state lain.
Amerika Serikat terdiri dari berbagai orang dari negara-negara lain
didunia. makanya AS sering disebut sebagai Negri Imigran. Meskipun
imigran tapi mereka diperlakukan sama. Demokrasi dan hak setiap
individu dijunjung tinggi. Keberhasilan letaknya pada individu masingmasing bukan pada sistemnya. Di New York banyak gelandangan
berkeliaran dikota yang sangat padat, lebih padat dari Jakarta. Lebih padat
dari pusat pertokoan di kota Sukabumi. Dan banyak orang miskin, tetapi
itu bukan lantaran mereka tidak diperhatikan pemerintah, tetapi karena
mereka sendiri yang mau seperti itu, dan sebagiannya lagi karena sudah
dirusak oleh obat-obat bius. Ternyata etnik yang tergolong kaya di AS
adalah etnik kulit putih asli AS dan orang Asia, dan yang miskin

[23]

kebanyakan orang kulit hitam, suku African American dan orang Hispanik
(Amerika Latin). Kalo dari sisi agama, yang kaya adalah orang Yahudi
dan Muslim. Ada sekitar 10% dari seluruh penduduk AS yang paling kaya.
penghasilan pemerintah pusat atau federal adalah dari pajak penghasilan
atau PPH (kalo tadi pemerintah lokal penghasilannya dari pajak proverty
atau PBB). Dari keseluruhan pendapatan banyak 70%nya berasal dari 10%
orang paling kaya di AS.
Tidak dipungkiri Pendidikan di Amerika jauh lebih baik dari
Indonesia. Dalam segala segi ada ketergantungan kuat negara ini terhadap
segala gertak amerika. Dari intervensi ekonomi, utang luar negeri,
kebijakan makro ekonomi sampai pergerakan mata uang asing. Dari segi
keamanan regionalpun Amerika masih banyak memberi tekanan
khususnya Asia Tenggara.
Di Indonesia kita mengenal wajib belajar SD dan SMP. Di
Amerika kesempatan memperoleh pendidikan bagi seluruh warga sudah
lama diberlakukan. wajib belajar di AS mulai dari SD sampai SMA. Tapi
pemerintah menggratiskan biaya sekolah sejak TK sampai SMA untuk
sekolah-sekolah negri. Untuk sekolah swasta, pemerintahan dipusat
sampai lokal tidak memberikan anggaran apapun, dan sebaliknya sekolah
itupun tidak diwajibkan mengikuti seluruh kebijakan pemerintah dibidang
pendidikan.
Pada tahun 2001 pemerintah pusat melakukan Reformasi di bidang
pendidikan dengan meluncurkan kebijakan NCLB atau No Child Left
Behind atau Tak ada satupun anak yang tertinggal dibelakang. Kebijakan
ini terkait dengan mutu atau kualitas anak didik. Negara bagian
Massachusetts yang selalu terbaik dalam pendidikan telah lebih dulu
mengawali kebijakan ini pada tahun 1993. Kebijakan NCLB ini antara lain
dilakukan dalam bentuk penciptaan standar-standar mutu hasil didik dan
pelaksanaan Ujian Nasional. Pemerintah pusat memerintahkan pemerintah

[24]

negara bagian untuk membuat standar pendidikan, membuat kurikulum,
membuat soal Ujian nasional dan menyelenggarakan Ujian nasional.
materi yang diujikan samapai saat ini baru Matematik dan Bahasa Inggris,
tapi tahun depan akan ditambah Sejarah AS dan IPA.
Intervensi pemerintah pusat dalam pendidikan dilakukan karena
melihat kualitas pendidikan anak-anak SMA sangat menurun. Angka Drop
Out (tidak meneruskan sekolah) sebesar rata-rata 50%, dari 50% yang ikut
Ujian nasional lulus 90%, dari yang lulus ini sebagian meneruskan kuliah
dan sebagian lagi bekerja. Sebelum masuk perguruan tinggi atau bekerja
mereka juga di tes, dan hanya 50% dari yang ikut tes lulus masuk
perguruan tinggi atau bekerja. akibatnya banyak pengangguran atau
bekerja ditempat yang dibayar murah, dan akibatnya angka kemiskinan
makin meningkat, seterusnya pembayar pajak semakin sedikit dan
pendapan negara semakin berkurang.
Kita melihat masih terlalu banyak problema dan ketidakpuasan
diseputar persoalan pendidikan ini, tetapi sebagai bangsa yang besar dan
sudah tua mereka sangat berpengalaman dalam memberikan respon yang
cepat dan tepat dalam mengatasi permasalahan-permasalahan yang terjadi.
Karakter ini sudah menjadi budaya bangsa Amerika yang perlu kita
pelajari untuk kita ambil manfaat
Pendidikan di Indonesia terpusat di Kementerian Pendidikan
Nasional Republik Indonesia (Departemen Pendidikan Nasional Republik
Indonesia / Depdiknas). Sistem pendidikan di Indonesia adalah
Sentralisasi. Sistem pendidikan di Amerika Negara (AS) mengacu pada
karakteristik dari sistem pemerintah di sana yang federal dengan cara
sistem desentralisasi melalui negara pemerintah Amerika. Yang menonjol
pemimpin sistem pendidikan di sana adalah pemerintah federal pendidikan
departemen.

[25]

2.10. Kerjasama Antar Amerika Serikat Dengan Indonesia
Kerjasama RI-AS di bidang pendidikan sudah dimulai sejak tahun
1952 melalui program beasiswa Fulbright dan dalam perkembangan lebih
lanjut juga dilakukan oleh lembaga American Indonesian Exchange
Foundation (AMINEF). Sesuai MoU RI – AS mengenai AMINEF yang
ditandatangani pada 16 Februari 2009, disepakati antara lain teknis
pemberian beasiswa pendidikan tinggi melalui mekanisme Fulbright di
AS dengan memanfaatkan kebebasan maupun keringanan biaya kuliah
dan biaya hidup. Selain itu, pada 17 Desember 2009 Pusat Pendidikan
dan Pelatihan, Kemlu RI dan AMINEF telah menandatangani kerjasama
guna meningkatkan kapasitas diplomat Indonesia.
Kerjasama pendidikan RI – AS juga dibentuk melalui USINDO
melalui penandatanganan MoU Kerjasama Pendidikan, Sosial dan
Kebudayaan pada tanggal 15 Mei 2006. Melalui kerjasama ini, USINDO
menyediakan kesempatan bagi para diplomat Indonesia mengikuti
pendidikan di AS serta menyediakan tenaga pengajar sukarela bagi
program pendidikan bahasa Inggris di Indonesia.
Pada 11 Desember 2009 telah ditandatangani MOU Peace Corps RI
– AS. Sebagai implementasinya, pada bulan Maret 2010 sejumlah
volunteer AS telah dikirim ke provinsi Jawa Timur untuk mengajar
bahasa Inggris kepada guru Bahasa Inggris di sekolah negeri dan
madrasah. Melihat sambutan positif atas program ini, pada tahun 2011
jumlah sukarelawan PC ditambah menjadi 33 orang pada tahun 2011 dan
50 orang pada tahun 2012 serta memperluas program tersebut di luar
propinsi Jawa Timur.
Terkait pidato Presiden AS Barack Obama di Universitas Al-Azhar
Kairo pada tanggal 4 Juni 2009 yang antara lain menyampaikan perlunya
melawan stereotip negatif terhadap Islam, Presiden RI Susilo Bambang

[26]

Yudhoyono menyampaikan komitmen Pemri untuk menjembatani dunia
Islam dan Barat dalam sambutannya di Universitas Harvard pada tanggal
29 September 2009 di Amerika Serikat. Beranjak dari perkembangan
tersebut, kedua negara sepakat mempertemukan para pemangku
kepentingan dengan beberapa negara di kawasan dalam suatu kegiatan
Kerjasama Lintas Agama RI-AS pada tanggal 25 hingga 27 Januari 2010
dan menghasilkan butir-butir kerjasama yang tertuang dalam Shared
Concerns and Commitments Indonesia-US Interfaith Cooperation. Guna
menindaklanjuti

butir-butir

kerjasama

dimaksud,

Kemlu

telah

memfasilitasi kalangan akademisi, tokoh agama, dan masyarakat madani
untuk memberikan public lecture mengenai Demokrasi dan Islam
Moderat di Indonesia di beberapa universitas di wilayah Amerika Serikat
(Chicago, Houston, LA dan San Fransisco) pada 8 hingga 12 November
2010.
Pemerintah

Indonesia-Amerika

Serikat

menjalin

kerja

sama pendidikanmelalui beasiswa dari Lembaga Bantuan Pemerintah
Amerika Serikat atau USAID. Selama ini Unib telah bekerja sama
dengan pihak Perguruan Tinggi di Amerika Serikat (AS) melalui
program studi lanjut bagi staf pengajarnya. Kualifikasi staf pengajar Unib
sudah cukup baik, dimana sebesar 86 persen berkualifikasi S-2 dan S-3
seta sisanya masih S-1 namun itupun tengah studi lanjut S-2.
Kegiatan ini merupakan salah satu komponen dalam mempererat
kerjasama

di

bidang

pembangunan

khususnya pendidikan antara

pemerintah Amerika Serikat dan Indonesia.
Program-program beasiswa yang ditawarkan sendiri terdiri dari
program master di bidangpendidikan diantaranya pendidikan kebijakan
dan

manajemen,

pembangunan

manusia

dan

psikologi,

kebijakan pendidikan internasional, bahasa, pendidikan matematika dan
ilmu

pengetahuan

alam, pendidikan kepemimpinan,pendidikan guru.

[27]

Kemudian pendidikan hukum, pendidikan keuangan,kurikulum

dan

instruksi, pendidikan penelitiandesain, pendidikan politik, pendidikan pe
nilaian, pendidikan spesial dan konseling.
Untuk program master di bidang Kesehatan Masyarakat, beasiswa
yang

ditawarkan

epidemiologi,metode

antara

lain

prinsip kesehatan masyarakat

pencegahan

dan

pembasmian

dan

infeksi

penyakit,kesehatan ibu anak dan kesehatan reproduktif, memperkuat
sistem kesehatan, desentralisasi, kesehatan keuangan/ekonomi.
Lalu kebijaksanaan, rencana dan pembelaan, kemunculan penyakit
dan

kemunculan

infeksi

penyakit,

kedokteran

hewan

dan kesehatan hewan (umum), keamanan biologi dan cara bertanam yang
baik, kesehatan komunikasi

dan kesehatan promosi

serta

program

laboratorium. Untuk program master di bidang Lingkungan meliputi
bidang manajemen kehutanan, manajemen, manajemen sumberdaya laut,
energi bersih, air dan sanitasi serta perubahan iklim.
Adapun persyaratan untuk pelamar diantaranya berpengalaman
kerja di bidang masing-masing dan berkomitmen untuk pembangunan
Indonesia, paling sedikit masih mempunyai masa pengabdian selama
lima tahun terhitung sejak tanggal sekembalinya dari studi, warga negara
Indonesia, melengkapi formulir aplikasi dan melampirkan daftar riwayat
hidup.
Selanjutnya foto copy tanda pengenal dan satu halaman esai,
melampirkan surat nominasi dari lembaga dimana pelamar saat ini
bekerja, melampirkan surat rekomendasi dari tiga orang yang berbeda
dengan orang yang telah memberikan surat nominasi, melampirkan hasil
tes bahasa inggris : ITP TOEFL, IBT TOEFL atau IELTS.
Beasiswa tersebut memberikan kesempatan kepada seluruh warga
Negara Indonesia, pemerataan gender dan pemerataan geografis akan

[28]

dipertimbangkan, penerima beasiswa akan diberikan kontrak selama 24
bulan untuk belajar di luar negeri.
Semua logistik, keperluan atau kebutuhan akan ditanggung oleh
penyelenggara dalam hal ini USAID. Beasiswa ini akan diterima
sebanyak 42 orang, dengan rincian tujuh orang di bidang pendidikan, 10
orang di bidang kesehatan masyarakat, dan 24-26 di bidang lingkungan.

[29]

BAB III
STUDI KASUS DAN ANALISA

Valerie Pang (2001), seorang pakar isu-isu kultural di sekolah, pecaya
bahwa banyak guru tidak memerhatikan konteks kultural sekolah dan latar
belakang kultural dari murid di kelas karena para guru tersebut hidup di tempat
yang jauh dari lokasi sekolah tempat mereka mengajar. Guru dan murid juga
mungkin besar di dalam kultur yang berbeda. Pang (2001) mengatakan bahwa
guru harus memahami lingkungan tempat sekolah berada jika guru tersebut
tinggalnya jauh dari lingkungan sekolah tersebut. Guru-guru itu bisa berbelanja di
toko di sekitar sekolah, mengenal tokoh masyarakat di sekitar sekolah, dan
membaca koran setempat. Dengan cara ini para guru dapat menjadi lebih mengerti
akan ritme dan kultur kehidupan murid mereka. Pang juga merekomendasikan
agar guru memberi contoh berdasarkan kehidupan murid mereka. Meskipun buku
ajar akademik tentang pengajaran bisa menjadi sumber informasi yang berharga
tentang muatan dan tujuan pendidikan, namun makna dan muatan lokal hanya bisa
diberikan oleh sang guru.
Salah satu contoh dari pemberian pengajaran muatan lokal di sekolah
adalah pengajaran di sebuah sekolah di San Diego, di mana sang guru
mengundang Dr. Dorothy Smith, seorang Afrika-Amerika, untuk menjadi guru
tamu di kelas. Dr. Smith adalah profesor dan tokoh masyarakat setempat (dia
mantan Dewan Sekolah San Diego) di wilayah sekolah itu berada. Dr. Smith
diminta untuk berbicara tentang isu-isu yang dihadapi oleh murid dan orang tua
sebagai warga negara. Dia memaparkan banyak isu, seperti: Bagaimana rasanya
menjadi seorang Afrika-Amerika? Seberapa pentingkah melanjutkan pendidikan
sampai ke universitas? Bagaimana saya bisa memberi kontribusi untuk
lingkungan masyarakat?
Sebelumnya, para murid diberikan kesempatan untuk mengajukan
pertanyaan kepada Dr. Smith. Juga ada sekelompok anak yang merekam

[30]

perbincangan ini sehingga rekaman pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa diputar
untuk kelas lain. Kelompok anak lainnya mencatat dan menulis artikel tentang
perbincangan ini untuk dimuat di koran sekolah.
Ketika murid diberi kesempatan untuk bertemu dengan tokoh seperti Dr.
Smith, mereka tak hanya mendapatkan model peran kultural yang penting, tetapi
juga bisa berhubungan dengan kultur lingkungan tempat mereka berada.

[31]

BAB IV
KESIMPULAN DAN DAFTAR PUSTAKA
4.1. Kesimpulan
Sistem pendidikan di negara Amerika Serikat mengedepankan
fokus bidang utamanya pada pendidikan multikultural, pendidikan
bilingual, dan pendidikan keahlian teknologi. Pendidikan multikultural
merupakan pendidikan yang menghargai perbedaan dan mewadahi
beragam perspektif dari berbagai kelompok etnis kultural. Pendidikan
bilingual digunakan untuk mengajar mata pelajaran kepada anak imigran
dengan menggunakan bahasa asal mereka, sembari secara bertahap
memberikan pelajaran dengan bahasa Inggris. Pendidikan berbasis
teknologi merupakan sistem pendidikan yang perhatian utamanya
mendapatkan akses belajar yang memadai serta bisa mendekatkan ke
masyarakat luas melalui komunikasi menggunakan internet.
Karakteristik utama sistem pendidikan di AS adalah sangat
menonjolnya desentralisasi. Pemerintah federal, negara bagian, dan
pemerintah daerah memiliki aturan dan tanggung jawab administratif
masing-masing yang sangat jelas. Pemerintah federal AS tidak
mempunyai mandat untuk mengontrol/ mengadakan pendidikan untuk
masyarakat. Hal ini disebabkan soal pendapatan tidak disebutkan dalam
kondisi Amerika, dan para penyusun konstitusi menyebutkan bahwa
semua kekuasaan yang tidak disebutkan tersebut diberikan kepada
pemerintah federal menjadi tanggung jawab pemerintah lain.

[32]

4.2. Daftar Pustaka
 Santrock, John W. 2010. Psikologi Pendidikan, Edisi Kedua. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.

 Sutratinah. 1984. Cakrrawala Pendidikan No. 12 Vol: III.
 http://id.wikipedia.org/wiki/Amerika_Serikat#Pendidikan
 http://www.ef.co.id/upa/education-systems/education-system-north-

america/
 http://www.kaplaninternational.com/ind/resources/education-system/

usa-guide.aspx
 http://www.dikti.go.id/?p=8530&lang=id
 http://cahkaliboyo.blogspot.com/2013/02/sistem-pendidikandi-amerika-serikat-usa.html
 http://astutimulefa.blogspot.com/2011/04/perbedaan-sistempendidikan-di.html
 http://ssbelajar.blogspot.com/2012/07/revolusi-amerika.html