Asuhan Keperawa tan Bayi Premature

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Sirkulasi
 Nadi apikal mungkin cepat / tidak teratur dalam batas normal (120 sampai 160 dpm) murmur
jantung yang dapat menandakan duktus arteriosus paten (PDA)
b. Makanan / Cairan
 Berat badan kurang dari 2500 g
c. Neurosensori
 Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut
 Ukuran kepala besar dalam hubungan dengan tubuh : sutura mungkin mudah di gerakan,
fontanel mungkin besar / terbuka lebar
 Umumnya terjadi edema pada kelopak mata, mata mungkin merapat Reflek tergantung pada
usia gestasi
d. Pernafasan
 Apgar score mungkin rendah
 Pernafasan dangkal, tidak teratur, pernafasan diafragmatik intermiten (40-60 x/mnt)
mengorok, pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal subternal, sianosis ada.
 Adanya bunyi ampelas pada auskultasi, menandakan sindrom distres pernafasan (RDS)
e. Keamanan
 Suhu berfluktuasi dengan mudah
 Menangis mungkin lemah

 Wajah mungkin memar, mungkin kaput suksedaneum
 Kulit transparan
 Lanugo terdistribusi secara luas diseluruh tubuh
 Ekstremitas tampak edema
 Garis telapak kaki terlihat
 Kuku pendek
f. Seksualitas

 Persalinan / kelahiran tergesa-gesa
Genetalia ; Labia minora lebih besar dari labia mayora dengan kritoris menonjol testis pria
tidak turun, rugae mungkin banyak / tidak ada pada skrotum
g. Data Penunjang :
 Pengobatan :
1. Cettrazidine 2 x 75 mg
2. Aminophylin 2 x 0,15 /IV
3. Mikasin 2 x 10 mg
4. Aminosteril 15 cc
 Perhatian Khusus:
1. O2
2. Observasi TTV

 Laboratorium pada tanggal 27 September 2005 :
- Ht : 46 vol %
- Hb : 15,7 gr/dl
- Leukosit : 11 900 ul
- Clorida darah : 112 mEq
- Natrium darah : 140
- Kalium : 4,1
- GDS : 63
2. Diagnosa Keperawatan
a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
b. Ketidak efektifan pola napas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan perkembangan
otot, penurunan energi / kelelahan
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi
enzim.
d. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur, ketidak
mampuan merasakan dingin berkeringat

e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif

3. Intervensi Keperawatan

a. Kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan perfusi ventilasi
 Intervensi :
- Ukur berat badan bayi dan perhatikan jenis kelamin
- Observasi pernafasan ; cuping hidung, dispnea dan ronki
- Observasi dengan pemantauan O2 catat setiap jam ubah sisi alat setiap 3-4 jam
b. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan imaturitas pusat pernafasan, keterbatasan
perkembangan otot, penurunan energi / kelelahan
Intervensi :
- Observasi frekuensi pernapasan dan pola nafas (pernafasan, tonus otot dan warna kulit)
- Atur / posisikan bayi telentang dengan gulungan popok di bawah bahu
- Pertahankan suhu tubuh
- Berikan rangsang taktil yang segera
Kolaborasi :
- Berikan O2  ½ liter
- Berikan obat aminofilin 2 x 0,15 cc
c. Resiko perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan imaturitas produksi
enzim.
Intervensi :
- Observasi maturitas refleks menelan dan menghisap
- Auskultasi bising usus sehari 1 kali

- Beri minum susu pasi ”LLM” 10 x 10 cc/mnt setiap 3 jam
- Timbang berat badan setiap hari.
- Berikan terapi mikasin 2 x 25 mg

d. Resiko terjadi penurunan hipotermia berhubungan dengan perkembangan SSP imatur,
ketidak mampian merasakan dingin dan berkeringat
Intervensi :
- Gunakan lampu pemanas selama prosedur
- Kurangi pemajanan pada aliran udara
- Ganti pakaian bila basah
- Observasi sistem pengaturan suhu inkubater setiap 15 menit (33,4 oC)
- Observasi adanya sesak, sianosis, kulit belang dan menangis buruk
- Observasi haluaran dan berat jenis urin
Kolaborasi :
- Berikan O2
- Therapy Blue Light
e. Resiko infeksi berhubungan dengan respon imun imatur, prosedur invasif
Intervensi :
- Pertahankan cuci tangan yang benar
- Pertahankan kesterilan alat

- Observasi hasil pemeriksaan laboratorium
- Obervasi TTV “ S, N, P “ tiap 8 jam
- Observasi tanda-tanda infeksi
Kolaborasi :
- Berikan aminofilin 2 x 0,15 cc  encerkan melalui IV tiap 7 jam
- Berikan garamicyn (salep) 3 x sehari
4. Evaluasi :
- Jalan nafas tetap paten
- Bayi tidak menunjukan tanda-tanda TIK
- Bayi menunjukan bukti homeostatis
- Bayi dapat menunjukan penambahan berat badan (2x 20-30 gr/hr)

- Suhu aksila bayi tetap dalam rentang normal untuk usia pasca konsepsi

DAFTAR PUSTAKA
Boback. 2004. Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta : EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Doenges, Marilynn E. 2001. Rencana Perawatan Maternal. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Saccharin, Rossa M. 2004. Prinsip Keperawatan Pediatrik. Ed. 2. Jakarta : EGC.
Wong, Donna L. 2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC.


Pengkajian
 Data Objektif :
Pengkajian Umum :
 Berat badan

 Bentuk dan ukuran, adanya oedema, jumlah fat pada tubuh

 Deformitas

Pengkajian Pernafasan :
 Bentuk Dada; simetris atau tidak

 Otot-otot pernafasan ; cuping hidung, retraksi intercostae dan

subclavicular.

 Frekuensi pernafasan

 Fungsi paru; ronchi, rales


Pengkajian Kardiovaskular :
Irama frekuensi jantung
 Suara jantung

 Warna bayi; cyanosis, pucat

 Tekanan darah

 Nadi perifer

 CVP

Pengkajian Gastro Intestinal Tractus :
 Tentukan ada tidaknya distensi abdominal

 Tentukan tanda-tanda regurgitasi

 Muntah : warna, bau, konsistensi


 Tentukan adanya perdarahan : faeces

 Tentukan peristaltic

Pengkajian Traktus Urinarius :
 Abnormalitas genitalis

 Jumlah, warna, BJ urine

Pengkajian Nueromuskuler ;
 Gerakan bayi

 Sikap / posisi bayi : feei, eetensi.

 Refek menghisap

 Tingkat respon

 Respon pupil


Pengkajian temperature :
 temperature aeilla

 Hubungan terhadap temperature lingkungan

Pengkajian Kulit :
 Merah : tanda-tanda iritasi

Teetur kulit

 Lesi atau rash

Data Subjektif :
 Riwayat penyakit

 Riwayat prenatal

 Riwayat kelahiran terdahulu

Permasalahan Pada Bayi Prematur.

Kesulitan dalam melakukan adaftasi terhadap kehidupan ekstra uterin
karena tidak maturnya system organ bayi.
Masalah meliputi :

1. Sistem Pernapasan, bayi sering mengalami aspiksia yang menyebabkan
Apnea karena pengontrolan belum matur. RDS (Respirasi Distress
Syndrome) karena paru-paru kurang cairan surfactan

Tanda-tanda RDS ;

 Retraksi Sternum

 Grunting (merintih).

 Takipnea, frekuensi pernapasan lebih dari 60 kali permenit

 Napas cuping hidung

 Sianosis


RDS terjadi 4 sampai 6 jam setelah bayi lahir
 Sistem Cardiovaskular, terjadi hipotensi dan hipovolemia karena kehilangan
darah atau cairan yang berlebihan di banding ukuran tubuh.
Tanda-tanda : pucat, lemah, takhikardi, hipotensi.
 Masalah Hematologi
Terjadi anemia dan perdarahan (Hb Normal 14,5 gr % - 18 gr %).
Anemia adalah Hb kurang dari 12 gram %.
Etiologi :

 Kandungan sel darah merah turun pada saat kelahian.

 Umur sel darah merah turun disbanding bayi normal

 Pertumbuhan bayi premature lebih cepat disbanding bayi aterm

 Sering terjadi defsiensi vit. E.

 Masalah Nutrisi dan Gastro Intestinal Tractus.

 Refek menghisap dan menelan terutama bayi dengan usia kehamilan

kurang dari 34 minggu

 Motilitas berkurang, menyebabkan perut bayi kembung

 Volume lambung menurun, terjadi peningkatan waktu kososng.

 Aktiftas penyerapan lemak menurun.

 Kekurangan enzim Laktase.

 Kekurangan prsediaan Calsium. Phospor, Protein, Vit. A, Vit. C, E serta zat

besi (Fe).

 Masalah Metabolisme

 Terjadi hypokalemia (kadar kalsium total kurang dari 7 mg / 100 cc).

 Terjadi hypoglikemia (kadar Glokusa dalam darah kurng 30 mg / 100 cc).

Tanda-tanda Hypoglikemia :

 Apatis

 Tremor

 Apnoe
 Menangis lemah

 Sukar minum

 Masalah Ginjal
Bayi lahir memiliki jumlah nefron normal (satu juta nefron) tapi fungsi kurang
dibndingkan orang dewasa. Ginjal immature adalah fltrasi di glomurulus dan
reasorbsi di tubulus menurun.
 Pengaturan Suhu tubuh
Mudah terjadi hipotermi dan hipertemi, kondisi bayi tergantung pada keadaan
lingkungan.
Penyebab :

 Lemak subkutan menurun

 Permukaan kulit luas dibandingkan BB bayi

 Mempunyai kemampuan sedikit untuk mengerakkan norepinephrin

 Tidak dapat mengambil kalori yang cukup dalam menyediakan nutrisi

untuk thermogenesis

 Konsumsi Oksigen tidak dapat ditingkatkan.

 Cold stress yang terjadi pada bayi menyebabkan vasokontriksi perifer,

terjadi hipoksemia—aktiftas metabolic anaerob dan asidosis.

 Kekebalan Tubuh
Mudah terjadi infeksi Immatur system kekebalan,
Hipoksia dan Asidosis akan menekan Immunoselluler.
DIAGNOSA KEPERAWATAN.

1. Pola napas tidka efektif sehubungan dengan :

 Perkembangan jaringan paru yang kurang baik.

 Cairan surfactant kurang

 Otot-otot pernafasan lemah

 Dinding dada kurang stabil

 Potensial terjadi hipotermia sehubungan dengan :
Tidak mampu mengontrol suhu tubuh, karena :
 Menurunnya lemak dlam tubuh

 Area permukaan tubuh luas

 Kebutuhan metbolisme tinggi

 Kontrol vasomotor berkurang

 Potensial perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan :
 Tidak mampu menghisap

 Kemampuan stomach kecil

 Menurunnya motility gaster (peristaltic)

 Potensial terjadi hypoglikemia sehubungan dengan penyimpanan glycogen
dalam tubuh terbatas
 Potensial gangguan psikologis : cemas dari orang tua sehubungan dengan
bayi premature
PERENCANAAN :
 Tujuan : Pola nafas efektif.
Rencana Tindakan :

 Observasi, catat dan laporkan bila ada perubahan frekuensi pernapasan,

retraksi, cuping hidung, ekspansi dada menurun, perubahan warna,
periode apneu

 Letakkan posisi kepala ekstensi dengan menggunakan gulungan kecil

(kain, handuk) dibawah bahu untuk memepertahankan posisi.

 Pertahankan jalan napas pasien dengan keadaan bersih

 Lakukan pengisapan cairan gaster untuk mengurangi distensi / mencegah

posisi kepala agak tinggi kurang lebih 30 derajat.

 Beri oksigen yang cukup untuk mengurangi sianosis

 Awasi status metabolisme, ventilasi dan oksigenisasi melalui analisa gas

darah

 Lakukan observasi sesering mungkin terhadap perubahan kondisi

 Tujuan : Tidak terjadi hipotermi
Rencana tindakan ;
 Pertahankan bayi (isolasi) sampai BB lebih dari 2500 gram

 .Beri lingkungan suhu tubuh yang netral dengan temperature Ambient

lebih tinggi 2 derajat dari suhu tubuh

 Bila bayi kedinginan, hangatkan pela-pelan, jangan lebih dari 1 derajat

perjam

 Monitor temperatur

 Batasi kehilangan panas :

o

Penguapan, mandi hanya pada area permukaan kecil, lalu cepat
keringkan. Jangan dimandikan bila suhu tidak stabil.

o

Convection : isolasi bayi bila BB kurang dari 1200 gram

o

Conduction : sebelumnya hangatkan seluruh tubuh bayi yang
terbuka bila kontak dengan bayi.

o

Radiasi : letakkan bayi jauh dari jendela

 Potensial terjadi perubahan nutrisi : kurang dari yang dibutuhkan tubuh.
Tujuan : kebutuhan nutrisi terpenuhi.
Rencana Tindakan :
Observasi, catat dan laporkan bila terjadi :

 Emesis atau residu meningkat

 Distensi Gaster

 Perubahan warna dari dinding abdomen

 Menunjukkan adanya konstipasi / sengkelit isi perut

 Tonus bowel bawah terbatas.

 Adanya darah dalam faeces
 Perubahan volume dan konsentrasi dari makanan secara bertrahap

 Catat respon terhadap sentuhan / pegangan makan

 Timbang BB pada jam dan skala yan sama.

 Tujuan : tidak terjadi hipoglikemia
Rencana Tindakan :
 Periksa gula darah / destrotik test --- 2 jam sekali bila stabil atau 1 jam

sekali bila tiak stabil.

 Pasang infuse --- monitor luka tusukan infuse.

 Pertahankan intake dan output (strict)

 Catat prilaku perubahan mental

 Tujuan : tidak terjadi kecemasan / cemas berkurang.

Rencana Tindakan :
Orientasi orang tua ke ruangan / unti rawat, kebijakan RS dan Jam
berkunjung.
 Beritahukan krisis dari kelahiran premature.

 Tingkatkan harga diri pasien dan tekankan pentingnya kontak secara

konsisten.

 Ajarkan orang tua tentang bagaimana efektifnya orang tua bayi yang

dirawat di RS (kontak sensorik)

 Berikan informasi akurat.

 Tolong orang tua untuk mengatasi kesulitan, identifkasi dan menjadi

pendukung selama fase sulit.

 Motivasi untuk ekspresi perasaan.

 Motivasi dalam berpartisipasi merawat anak.

EVALUASI
 Status pernapasan stabil dan AGD dalam batas normal.

 Bayi dapat mempertahankan suhu tubuh ( 36,5 - 37 derajat)

 Tidak terjadi kehilangan panas

 Pola makan anak terbentuk, ditoleransi sesuai pertumbuhan rata-rata :

Kurang dari 30 mg –> 20 gr / hari.
Lebih dari 30 mg –> 30 gr / hari.
Kebutuhan kalori 110 – 140 kkal / kgBB / hari.
Atau 120 – 150 kkal / kgBB / hari.
Kebutuhan Protein : 2 – 4 gr.

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI PREMATUR
1. PENGKAJIAN DASAR DATA NEONATUS

SIRKULASI
Nadi apikal mungkin cepat dam atau tidak teratur dalam batas normal(120 -160dpm) murmur
jantung yang dapat didengar dapat menanadakan duktus arterious paten (PDA).
MAKANAN/CAIRAN
Berat badan < 2500 g (5 1b 8oz)
NEOROSENSORI
Tubuh panjang, kurus , lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar dalam
hubungarnya dengan tubuh, sutura mungkin mudah di gerakkan ,fontenetal mungkin atau
tidak terbuka lebar.dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputar . edema kelopak
mata umum terjadi, mata mungkin merapat( tergantung pada usia gestasi). Refleks tergantung
pada usia gestasi: roting terjadi dengan baik pada gestasi minggu 32; koordinasi refleks untuk
menghisap ,menelan ,bernapas, biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke-32; komponen
pertama dari refleks moro ( ekstasi lateral dari ektremitas atas dengan mebuka tangan )
tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen kedua ( refleksi anterior dan menangis yang
dapat di dengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.pemeriksaan dubowits menandakan usia
gestasi antra minggu 24 dan 37.
PERNAPASAN
Skor agar mungkin rendah .
Pernapasan mungkin dakal, tidak terutur; retraksi diafragmatik intermirten atau periodik (4060x/mnit)
Mengorok, pernafan cuping hidung, retraksi superasternal atau substernal, atau berb agai
drajat sianosis mu ngkin ada.
Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi , menandakan sindro distres pernafasan(RDS).
KEAMANAN
Suhu berfluktuasi dengan mudah .
Menagis mungkin lemah.
Wajah mungkin memar; mungkin ada suksedaneum.
Kulit kemerahan atau tembus pandang; warna mungkin merah muda/ kebiruan, akrosianosis,
atau sianosis/pucat.
Lanugo terdistribusi secara luas di seluruh tubuh.
Ekstremitas mungkin tamapak edema.
Garis telapak kaki mungkin atau mungkin tidak ada pada semua atau sebagian tepak.
Kukumungkin pendek.
SEKSUALITAS

Persalinan atau kelahiran mungkin tergesa-gesa.
Genetalia;labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayor dengan klitoris
menonjol;
Testispria mungkin btidak turun, rugea mungkin banyak atau tidak ada pda skrotum.
PENYULIHAN/PEMBELAJARAN
Riwayat ibu dapat menunjukan faktor-faktor yang memperberat persalinan praterm, seperti
usia muda; latar belakang sosial ekonomi rendah; rentang ke hamilan dekat;gestasi meliputi
multipel; nutrisi buruk; kelahiran pratrem sebbelimnya;komlikasi obstetrik seperti absropsio
plasentae, ketuban pecah dini, dilatasi serviks prematur, adanya infeksi; inkompatibilits darah
berhubungan dengan eritroblastosis fetalis; penggunaan obat yang di resapkan, di jual bebas
atau obat jalanan.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pilihan tes yang di perkirakan tergantug padda adanya masalah dan koplkasi sekinder. Studi
cairan amniotik : untuk rasia lesetin terhadap sfingofielin , profil paru janin, dan
fosfatidigliserol / fosfatidilinositol mungkin telah di lakukan selama kehamilan untuk
mengkaji maturitas janin.
Jumlah darah lengkap : penurunan pada hemoglobinhematokrit mungkin di hubungkan
dengan anemia atau kehilangan darah . sel darah putih mungkin kurang dari 10.000/mm3
dengan pertukaran ke kiri ( kelebihan didni dari netrofil dan pita), yang biasanya
berhubungan dengan penyakit bakteri berat.
Dekstrostik: menyatakan hipoglekimia. Tes glukosa serum mungkin di perluan bila hasil
dekstrostik kurang dari 45mg/ml.
Kalsum serum: mungkin rendah.
Elektrolit : biasanya dalam btas normal pada awalnya.
Golongan darah:dapat menyebankan potensial inkompetibilitas ABO.
Penentuan Rh dan comb langsung (bila ibu Rh-negatif dan ayah Rh-positif) : menet ukan
inkompatibilitas.
Gas darah arteri (GDA): PO2 mungkin rendah : pco2 mungkin meningkat dan menunjukan
asidosis ringan , spesis ,atau kesulitan nafas yang lama.
Laju sidemintasi eritrosit : meningkat menunjukaan respon inflamasi akut penurunan ESR
menujukan resolusi inflamasi.
Protein C_ kreatif(beta globulin ): ada dalam serum sesuai dengan proporsi beratnya prosis
radang infeksi atau non infeksi.

Jumlah trombosittopenia dapat menertai sepsis.
Kadar fibrinogen: dapat menurun selama koagulasi intravaskuler diseminata (KID) atau
menjadi meningkat selama cedra.
Produk spilt fibrin: ada pada KID.
Kultur darah: mengidentifikasi organisme penyebab yang di hubungkan dengan sepsis.
Urinalis (pada spesimen kedua yang di keluarkan): mendeteksi abnormalitas, cedra ginjal.
Klinites : mengidentifikasi gula dalm darah .
Hemates: memeriksa adnya darah pada feses; hasil positif menunjukan nekrotisasi entro
kolitis.
Tes shake aspiral lambung: menentukan adanya surfaktan .
Sinar x dada ( PA dan lateral ) dengan porogram udara: dapat menunjuka penampilan grounglass (RDS).
Seri ultrasonografi kranial : mendeteksi ada dan beratnya hemoragi intravekuler.
Punksi lumbal: dapat dilakukan untuk mengesampingkan meningitis.
PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Meningkatkan fungsi pernapasan optimal.
2. Mempertahankan linkungan termal yang netral.
3. Mencegah atau menurunkan resiko terhadap potensial komplikasi.
4. Mempertahankan hemostasis melalui regulasi nutrisi dan hidrasi.
5. Membantu mengembankan unit keluarga sehat .
TUJUAN PULANG
1. Mepertahankan honeostatatis fisiologis dengan dukungan yang minimal.
2. Berat badan 41/2 ibu atau lebuh besar tepat dengan usia/kondisi.
3. Komplikasi di cegah/ teratasi atau ditangani secar mandiri.
4. Keluarga mengidebtifikasi dan menggunakan sum ber dangan tepat.
5. Keluarga mendemonstrasikan kemampuan untuk mengatur perawat
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN INTERVENSI
A. PERTUKARAN GAS, KERUSAKAN
Dapat berhubungan dengan :

ketidak seimbanagn perfusi ventilasi , ketidak adekutan

kadar surfaktan, imaturitas otot arteriol pulmunal , imaturitas sitem saraf pusat dan sistem
neoro muskular, ketidak efektifan bersihan jalan nafas, anemia dan stres dingin.
Kemungkinan di buktikan oleh:

hiperkapnia, hipoksia, takipnia, sianosis.

HASIL YANG DIHARAPKAN

mempertahankan kadar po2/pco2 dalam batas normal.

Menderita RDS minimal, dengann penuruna kerja pernapasan dan tidak ada morbiditas.
Bebas dari displasia bronkopulmonal.

TIDAKAN/ INTERVENSI
Mandiri
1. Tinjau ulang informasi yang berhubungan dengan kondisi bayi, seperti lama persalinan, tipe
kelahiran, agar skor, kebutuhan tindakan resusitas saat kelahiran, dan obat-obatan ibu yang di
gunakan selama ke hamilan / kelahirann, termasuk betametason.
Rasional : Persalinan yang lama meningkatakn resiko hipoksia, dan depresi pernapasan
dapat terjadi setelah pemberian atau pengunaan obat oleh ibu. Selain itu, bayi yang
memerlukan tindakan resusitatif pada kelahiran , atau yang apgar skornya rendah, mungkin
memerlukan intervensi lebih untuk menstabilkan gas darah dan mungkin dan mungkin
menderita cedra SSP dengan kerusakan hipotalamus, yang mengontrol pernafasan.( catatn :
ppemnerian kortokosteroid pada ibu dalam minggu 1 kelhiran membantu mengembangkan
maturitas bayi dan produksi surfaktan
2. Perhatian usia gestasi, berat badan, dan jenis kelamin.
Rasional: neonatus lahir sebelim gestasi mingu ke-30 dan / atau brat badan kurang dari 1500
g beresiko tinggi terhadap terjadinya RDS. Selain itu, pria 2 kali rentnnya dari pada wanita.
(catatan : mayoritas kematian berhubungan dengan RDS terjadi pada bayi dengan berat badan
< 1500 g).
3. Kaji status pernafasan, perhatikan tanda-tanda disters pernafasan ( miss ; retraksi, pernafasan
cuping hidung , mengorok, retraksi, ronki, atau krekels).
Rasional: menandakan distres [pernafasan , khususnya bila pernafasan lebih besar sri
60x/mnit setelah 5 jam pertama kehidupan pernafasan mengorok menunjukan upaya untuk
mempertahankan ekspensi alveolar; pernafasan cuping hidung adalah mekanisme kompensasi
untuk menambah diameter hidung dan meningkatakan masukan oksigen. Krekels/ ronki dapat
menandakan

fasokontriksi

pulmunal

yang

berhubungan

dengan

TDA,

hipoksmia

asedemia,atau imaturotas otot areterior, yang gagal untuk kontriksi sebagai respons terhadap
peningkatan lkdar oksigen.

4. Gunakan pemantauan oksigen transkuta atau oksimeter nadi . catat kadar tiap jam, ubah sisi
alat setiap 3-4 jam .
Rasional: memberika pemantaaun noninfasiv konstan terhadap kdar oksigen, (cataan:
insufisiensi polmunal biasanya memburuk 24-48 jam petama, kemudian mencapai pelatian).
5. Hisap hidung dan orofaring dengan hati-hati, sesuai kebutuhan btasi waktu obstruksi jalan
nafas dengan kateter 5-10 detik. Observasi pemantauan oksigen trankutan oksimeter nadi
sebelum dan selam penghisapan berikan “kantung” ventilasi setelah penghisapan.
Rasional: mungkin perlu untuk mempertahankan kepatenan jalan nafas, khususnya pada bayi
yang menerima penytilasi bayi pertem tidak mngembangkan reflek terkoordinasi untuk
menghisap menelan, dan bernafas sampai gestasi [ada minggu ke-32 sampai ke-34. Silia tidak
berkembang dengan penuh atau mungkin rusak dari penggunaan selam indoktrial fase
eksudat berhubngan dengang RDS pada kira-48 jam pascapartum dapat meperberat kesutan
bayi dalam mengatsi vagus, menyebabka bradikardi, hiposemia, bronkospasme. Kantung
ventilasi meningkatkan perbaikan kadar oksigenn yang cepat .
6. Pertahankan keneetrlan suhu denngan suhu tubuh pada 97,7F (dalam 0,5F).Rujuk pada DK:
termoregolasi, tidak efektifresiko tinggi terada).
Rasional : Stres dingin menigkatkan konsumsi oksigen bayi , dapat meningkatkan asidosis,
dan selanjutnya kerusakan produksi surfaktan.
7. Pantau masukan haluaran cairan: timbang berat badan sesuai indikasi berdasarkan protokol.
Rasional : dehidrasi merusak kemampuan untuk membersihkan jalan nafas saat mukus
menjadi kental. Hidrasi berlebihan dapat memperberat infiltrat alveolar/ edema pulmonal.
Penurunan berat badan dan peningkatan haluran irin daoat menandakan fase diuretik dari
RDS, biasanya mulai pada 72-96 jam dan mendahului resolusi kondisi.
8.

Tingkatan istirahat;minimalkan rangsangan dan pengunaan energi.Posisikan bayi pada
abdomen bila mungkin berikan matras”tidak rata” sesuai indikasi
Rasional: menurunkan laju metabolik dan konsumsi oksigenn. Memungkinkan ekspansi dada
optimal merangsang pernafasan dan pertumbuhan ventrikel.

9. Observasi terhadap tanda-tanda vital dan lokasi sianosis. Ung
Rasional: sianosiss adalah tanda lanjut dari poa2 rendah dan tamapak sampai ada sedikit lbih
dafri 3 g /dl penurunan Hb pada darah erteri sentrl. Atau 4-6 g/dl pada darah kapiler, atau
sampai satursai oksigen haqnya 75-85 % dengan kadar po2 42 -41 mmhg.
10. Selidiki penyimpangan tiba-tba dari kondisi yang di hubungkan dengan sianosis, penurunan
atau tidak adanya bunyi napas, pergeseran btitik tampak maksimal, penonjolan dndinng dada,
hipotensi,atau disritmia jantung.

Rasional :penyimpangan pernapasan yang tiba- tiba atau tidak diperkirakan dapat menandakn
awitan pneomothoraks.
11. Pantau terhadap tanda-tanda nekrosis ektrokolitis (rujuk pada DK:konstipasi , resiko tiggi
terhdap diaare, resiko tinggi teradap).
Rasional ;: hipoksia dapat menyembuhkan pirau darah ke otak sehinga men urunkan sirkulasi
keusus, dengan akibat lanjut dengan kerusakan sel usus damn infasi oleh bakteri membentuk
gas.
Kolaborasi
12. Pantau pemeriksaan laboratorium, dengan teta; grafik seri GDA.
Rasional : hopoksemia. Hiperkapnia , dan asisdosis menurunkan produksi surfaktan kadar
pao2 harus 50-70 mmhg atau lebih tinngi, kadar paco2 haru 35-45mmhg, dan saturasi
oksigen harus 92%-94%.
13. Hb/Ht.
Rasional : penurunan simpanan besi pada kelahiran, pengulangan pengambilan sampel darah,
pertumbuhan cepat, dan episode henoragis meningkatakn kemungkinan bahwa bayi patrem
akan anemik, sehingga menurunakan kapasitas pembawa oksigen darah.( catatan: pemberian
sel mungkin perli untuk menggantikan darah yang di ambil untuk pemeriksaan laboratorium).
14. Tinjau ulang seri sinar x dada.
Rasional : atelektasis,kongesti, bronkogram udara menujukkan terjadinya RDS.
15. Berikan oksigen sesiuai kebutuhan, dengnanmasker kap, selang endotrakeal atau fentilasi
mekanik dengan menggunakan tekanan jakan napas positif konstan dan fentilasi mandotari
intermiten(IMV), atau pernapasan tekann positif intermiten dan tekanan ekspirasi akhir
positif.
Rasional:

hipoksemia

asdemia

dapat

berlanjut

menurunkan

produksi

surfaktan,

meningkatkan tahanan vaskuler pulmonal dan vasokontriksi, dan menyebabkan duktus
arterious tetap terbuka . imaturitas hipotalamus dapat memerlukan bantuan ventilasi untuk
mempertahankan pernapasn. Pengunaan PEEP dapat menurunkan kolaps jalan napas,
meningkatkan pertukran gas dan menurunkan kebutuhan oksigen tingkat tinggi.
16. Pantau pemberian oksigen dan durasi pemberian.
Rasional :kadar oksigen serum tinggi yang lama diakibatkan dari IPPB dan
PEEP(barotrauma) dapat memredisposisikan bayi pada displasia bronkopulmunal.
17. Catat fraksi oksigen dalam udra inspirasi (FIO2) setiap jam.

Rasional: jumlah oksigen yang di berikan, diexspresikan sebagai FIO2 ditentukan secra
individu, berdasarkan pada pemantauan transkutan atau sampel darah kapiler.(catatan: kadar
ooksigen tinggi lama {toksisitas oksigen }. Dapat mendisposisikan bayi pada kertusakan
retinal trolental fibropasial).
18. Mulai drainase postural. Fisioterapi dada, atau vibrasi lobus setiap 2jam, sesuai indikasi,
perhatikan toleransi bayi terhadap proedur.
Rasional: memudahkan penghilngan sekresi. Lama waktu yang digunakan untuk setiap lobus
dihubu8ngkan dengan toleransi bayi. ( bayi biasanya tidak bisa mentoleransi regimen
tindakan yang penuh setiap waktu).
19. Aspirasi isi lambung untuk tes shake.
Rasional: memberikan informasi yang segera akn ada atau tidak adanya surfaktan.
Surfaktan,, yang perli untuk meningkatakan ekspansi normal dan elastisitas alveolibiasanya
tidak ada dalam kuantitas yang cukup sampai gestasi minggu ke-32 samapi ke-33.
20. Beri makan dengan selang nasogastrik atau orogastrik sebagai pengganti penberian makan
dengan AS, bila tepat.
Rasional: menu runkan kebutuhan oksigen, meningkatkan istirahat, menghemat energi, dan
menurunkan resiko aspirasi karena perkembangan refleks gag buruk.
21. Berikan obat-obatan sesui indikasi:
a.

Natrrium bikarbonat.
Rasional: bila tindakan meningkatkan frekuensi pernapasan atau memperbaiki ventilasi tidak
cukup untuk memperbaiki asidosis. Penggunaan natrium bikarbonat yang hati-hati dapat
mengembalikan ph ke dalam rentang normal.

b. Surfaktan(artifisial atau eksogen).
Rasional : Mungkin di berikan pada kelahiran atau setelah diagnosis RDS untuk menurunkan
beratnya kondisi dan komplikasi yang berhubungan efek dapat berakjir sampai 72 jam.
22. Bantu dengan aspirasi jarum toresentesis, atau pemasangan selang dada.
Rasional: mengembankan kembali paru melalui mengeluarkan udara atau cairan yang
terjebak. Membuat kembal tekanan negatif dn meninkatkan pertukaran gas.
B. POLA PENAPASAN, TIDAK EFEKTIF
Dapat berhubungan dengan :

imatiritas pusat pernafasan, keterbatasan perkembangan

otot, penurunan energi. Depresi berhubungan dengan obat
metabolik.

dan ketidak seimbangan

Kemungkinan di buktikan oleh :

dispnea, takipneaa, periode aonea, pernafasan cuping

hidung , penggunaan bantuan otot, sianosis , GDA abnormal, takikardia.
HASIL YANG DI HARAPKAN NEONATAL AKAN:

Mempertahankan pola

pernafasan periodik ( periode apenik berakhir 5-10 dtk diikuti dengan periode pendek
ventilasi cepat). Dengan membran mukosa merah muda dan frekuensi jantung DBN.
TINDAKAN/ INTERVENSI
Mandiri
1.

Kaji frekuensi pernafasan dan pola pernafasan. Perhatikan adanya apnea dan perubahan
frekuensi jantung , tonus jantung, tonus otot, dan warna kulit berkenaan dengan prosedur atau
perawatan. Lakukan pemantauan jantung dan pernafasan yang kontinu.
Rasional : membantu dalam memberikan periode perpytaran pernfasan normal dari serangan
apneik sejati, yang terutama sering terjadi seblum gestasi mingu ke-30.

2. Hisap jalan nafas sesuai kebutuhan.
Rasional : Menghilangkan mucus yang menyumbat jalan napas.
3. Tinjau ulang riwayat ibu terhadap obat-obatan yang dapat memperberat depresi pernapasan
pada bayi.
Rasional : madnesium sulfat dan narkotik menekan pusat pernafasan aktifitas SSP. Ikan
4. Posisikan bayi pada abdomen atau posisi telentang dengan gulungan pokok di bawah bahu
untuk menghasilkan sedikit hiperektensi .
Rasional: posisi ini dapat memoermudah pernafasan dan menurunkan episode apneik,
khususnya pada adanya hipoksia, asidosis metabolik, atau hiperkapnia.
5. Pertahankan suhu tubuh optimal.(rujuk pada DK: termoregulasi , tidak efektif, resiko tinggi
terhadap).
Rasional: bahkan adanya sedikit peningkatan atau penurunn suhu lingkungan dapat
menimbulkan apnea.
6.

Berikan rangsangan taktil yang segera.( mis, gosokan punggung bayi) bila terjadi apnea.
Pergatikan adanya sianosis, bradikardi, atau hipotonia. Anjurakan kontak orang tua.
Rasional: merangsang SSP untuk meningkatkan gerakan tubuh dan kembalinya pernafasan
spontan. Kadang-kadang, bayi mengalami kejadian apnea lebih sedikit atau tidak ada , atau
bradikardia bila orangtua menyentuh dan bicara pada mereka.

7. Tempatkan bayi pada matras bergelombang.
Rasional: gerakan memberikann rangsangan, yang dapat menurunkan kejadian apnneik.
Kaloborasi

8.

Pantau pemeriksaan laboratorium (Mis,. GDA, glikosa serum, elekrolit, kultur,mdan kadar
obat) sesuai indikasi.
Rasional: hipoksia, asidosis metabolik, hiperkapnia, hipoglekimia, hipokalsemia,dan sepsis
dapat memperberat serangan apneik. Toksisitas obat, yang menekan fungsi pernafasan dapat
terjadi karena pernafasan dapat terjadi karena keterbatasan ekskresi dan waktu paruh obat
yang lama.

9. Berikan oksigen sesuai indikasi.(rujukan pada DK: pertukaran gas, kerusakan).
Rasional: perbaikan kadar oksigen dan karbondioksida dapat meningkatka n pernfasan.
10. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi:
Natrium bikarbonat.
Rasional : memperbaiki asidosis.
Antibiotik.
Rasional; mengatasi infeksi pernapasan atau sepsis.
Kalsium glikonat.
Rasional: hipokalsemia mempredisposisikan bayi pada apnea.
Aminoflin.
Rasional: dapat meningkat aktifitas pusat pernafasan dan menurunkan sensitifitas terhadap
karbondiosida, menurunkan frekuensi apnea.
Pankuronium bromida (pavulon).
Rasional: mengakibatkan relaksasi otot rangka yang mungkin perlu bila bayi scra mekanis
terventilasi.
Larutan glukosa.
Rasional: mencegah hipoglikemia. (Rujuk pada DK: nutrisi, perubahan, kurang dari
kebutuhan tubuh, resikotinggi terhadap).
C. TERMOLEGULASI, TIDAK EFEKTIF, RESIKO TINGGI TERHADAP.
Faktor resiko dapat meliputi: perkembangan SSP imatur( pusat regulasi suhu). Penurunan
rasio masa tubuh terhadap area permukaan, penurunan lemak subkutan . keterbtasan
simpanan lemak coklat , ketidak mampuan merasakan dingin atau berkeringat. Cadangan
metabolik buruk, respons mati terhadap hipotermia. Danmanipulasi dan intervensi medis/
keperawatan yang sering.
Kemungkinan di buktikan oleh: {tidak dapat di terapkan: adanyha tanda/gejala untuk
mendiagnosa aktual}
HASIL YANG DI HARAPKAN NEONATAL AKAN: Mempertahankan suhu kilt /aksila
dalam 95,9-99,1 F(35,5-37,3F) bebas dari tanda-tanda stres dimgin.

TINDAKAN/INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji suhu dengan sering. Periksa suhu rektal pada awalnya; selanjutnya, periksa suhu aksila
atau gunakan alat termostat dengan dasar terbuka dan penyebar hangat. Ulangi setiap 15 mnt
selama penghangatan ulang,
Rasional: hipotermia mebuat bayi cendrung pada stres dingin, penggunaan simpanan lemak
coklat yang tidak dapat diperbarui bila ada, dan menurunkan sensitifitas untuk meningkatkan
kadar karbon dioksida ( hiperkapnia) atau penurunan kadat oksigen( hipoksia). (catatan:
penghangatan ulang terlalu cepat berkenaan dengan kondisi apneik, ini dapat menyebabkan
depessi pernafasan lanjut sebagai pengganti pernapasan. Mengakibatkan apnea dan
penurunan ambilan oksigen.)
2. Tempatkan bayi pada penghangat ,tempat tidur terbuka dengan penyebar hangat , tau tempat
tidur bayi terbuka dengan pakaian tpat untuk bayi yang lebih besar tau lebih tua.gunakan
bantal pemanas di bawah bayi bila perlu, dalam hubunganya dengan tempat tiidur isolet atau
tebuka .
Rasional ; mempertahankan lngkungan termonal membantu mencegah stres dingin.
3. Gunakan lampu pemanas selam prosedur. Tutup penyebar hangat atau bayi dengan penutup
plastik atau kertas alumunium bil tepat. Objek pans dengan tubuh bayi, seperti stetosko,
linen, dan pakaian.
Rasional; menurunkan kehilangan panas pada lingkungan yanng lebih dingin dari ruangan.
4.

Kurangi pemajanan pada aliran udara: hindari pembukaan pagar isolette yang tidak
semestinya.
Rasional : menurunkan kehilangan panas karena konveksi/konduksi. Membatasi kehilangan
panas melalui radiasi.

5. Ganti pakaian atau linen tempat bila basah. Pertahankan kepala bayi tetap tertutup.
Rasional: menurunkan kehilangan melalui evaporasi.
6. Pantau system pengatur suhu, penyebar hangat, atau incubator. (pertahankan batas atas pada
bayi 98,6oF, tergantung pada ukuran atau usia bayi).
Rasional : hipertemie akibat pening katan pada laju metabolisme, kebutuhan oksigen dan
glukosa dan kehilangan air tidak kasat mata dapat terjadi bila suhu lingkungan yang dapat
dikontrol, terlalu tinggi.
7. Pertahankan kelembapan relatif 50-80%. Oksigen lembap hangat 88-93 F(31-34C)
Rasional; mencegah evaporasi berlebihan , menurunkan kehilngan cairan tidak kasat mata..

8.

Perhatikan adanya takipnea atau apnea: sianosis umum, akrosianosis , atau kulit belang:
bradikardia , menangis buruk, atu latergi . evaluasi derajat dan lokasi ikterik. (rujukan
padaMK:Bayi baru lahir:hiperbiliribinemia.
Rasional: tanda-tanda ini menandakan stres dingin, yang meninkatkan konsumsi oksigen dan
kalori serta mebuat bayi cendrung pada asidosis berkenaan dengan metabolisme anerobik.
Hipoytmia meningkatkan reiko kernikterus, saat asam lemak dilepasakan pada metabolisme
lemak coklat bersaing dengan bilirubin untuk bagian pada albumin. (catan : warna kulit
mungkin merah terang pada perifer, dengan sianosis terlihat pada bagian tengah sebagai
akibat darike gagalan disoiasi oksihemoglobin .

9. Berikan penghangatan bertahap untuk bayi yang stres dingin.
Rasional: Peningkatan suhu tubuh yang cepat dapat menyebabkan konsumsi oksigen
berlebihan dan apnea.
10. Kaji haluaran dan berat jenis urin.
Rasional: peningkatan haluaran dan peningkatan berat jenis urin di hubungkan dengan
penurunan perfusi ginjal selama periode stres dingin.
11. Pantau penambahan berat badan berturut-turut. Bila penambahan berat badan tidak adekuat,
tingkatkan suhu lingkingan sesuai indikasi.
Rasional: ketidak adekuatan penambahan berat badan mesipunmasukan kalori tidak adekuat
dapat menandakan bahwa kalori di gunakan untuk mempertahankan suhu tubuh ,
memerlukan penngkatan suhu lingkungan.
12. Perhatikan frekuensi dan jumlah masukan. Pantau dextrosix. Kaji bayi terhadp muntah,
distensi abdomen, atau apatis.
Rasional: pemberian makan buruk ketidak stabilan biasa terjadi pada bayi dengan ketidak
stabilan suhu kadar dextrosik kurang dari 45 mg/dl menadakan hipoglekimia yang
memrluksn intervensi segera.
13. Kaji kemjuan kemampuan bayi untuk berdaptasi tergadap suhu rendah di dalam inkubator,
atau pada suhu ruangann, saat mendemonstrasikan penambahan berat badan yang tepat
Rasional: .alat buain dapat di gunakan bila bayi dapat memperthankan suhu tubuh stabil 97,7
F dalam udra ruangan dan dapat meningkatkan berat badan.
14. Pantau suhu bayi bila keluar dari lingkungan hangtat. Berikan informasi termoregulasi
kepada orangtua.
Rasional: kontak di luar tempat tidur , khusunya dengan orangtua , mungkin singkat sak bila
bilqa dimungkinkan untuk mencegah strexs dingi n. ( catatan: hipertermia dapat terjdi bla
bayi di gendong oleh orang tua.)

15. Perhatikan perkembangan takikardia, warna kemerahan , diaforesis, letarge,apnea, koma atau
aktifitas kejang .
Rassional:tanda-tanda hipertermia (suhu tubuh lebih besar dari 99 F( 37,2 C). Da oat
berkanjut pada kerusakan otak bil tidak teratasi.
16. Evaluiasi sumber eksternal ( miss., foto terapi, lampu pemanas , atau sinar matahari). Batasi
pakaian dan mandi di seka dengan spon menggunakabn air hangat. Pastikan posisi yang tepat
dari alat pengukur suhu bila digunakan.
Rasional: tindakan ini secra umum berhasil dalam memperbaiki hipertmia. ( ctatan: bila
hipertermia menetap menetukan posisi yang tepat dan memfungsikan alat pengukur suhu,
kemungkinan status hipermetabolik seperti sepsis atau gejal a putus satnarkotik harus
dipertimbangkan).
Kolaborasi
17. Pantau pemeriksaan laboratorium,sesuai indikasi( mis., GDA, Glukosa, serum, elektrolit, dan
kadar bilirubin). (rujuk pada DK: petukaran gas .)
Rasional: stres dingin meningkatkan kebutuhann terhadap glukosa dan oksigen serta dapat
menyebabkan masalah asam –basa bila bayi mengalami metabolisme anerobik bila kadar
oksigen yang cukup tidak tersedia peningkatan kadar bilirubin inderek dapat terjadi karena
pelepasan asam lemak dari metabolisme lemak coklat, dengan asam lemak bersaig dengan
bilirubin pada bagian ikatan di alabumin. Asidosis metabolok dapat juga terjadi pada
hipertermia.
18. Berikan D10 W dan ekspander volume secara intravena, bila diperlukan.
Rasional: pemberian dekstrosa mungkin perlu untuk meperbaiki hipoglikemia. Hipotensi
karena vasodilatasi perifer mungkin memerlukan tindakan pada bayi yang mengalami stress
panas. Hipertermia dapat menyebabkan peningkatan dehidrasi tiga sampai empat kali lipat.
19. Berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
Rasional : Bila oksigen tidak siap tersedia untuk memenuhi peningkatan kebutuhan
metabolik berkenaan dengan upaya untuk meningkatkan suhu tubuh, bayi akan menggunakan
metabolisme anaerobik, mengakibatkan asidosis karena pembentukan asam laktat.
Hipotermia menurunkan respons bayi praterm terhadap hipoksia dan hiperkapnia, yang
menyebabkan depresi pernapasan lanjut sebagai ganti dari peningkatan frekuensi pernapasan,
mengakibatkan apnea dan penurunan ambilan oksigen. Hipertermia karena penghangatan
terlalu cepat dihubungkan dengan keadaan apnea, peningkatan kehilangan air yang tidak

kasatmata dan peningkatan frekuensi metabolik dengan peningkatan kebutuhan terhadap
oksigen dan glukosa.
20. Berikan obat-obatan, sesuai indikasi :
a.

Fenobarbital.
Rasional : Membantu mencegah kejang berkenaan dengan perubahan fungsi SSP yang
disebabkan oleh hipertermia.

b. Natrium bikarbonat
Rasional: Memperbaiki asidosis, yang dapat terjadi pada hipotermia dan hipertermia.
D. KEKURANGAN VOLUME CAIRAN, RISIKO TINGGI TERHADAP
Faktor resiko dapat meliputi : Usia dan berat badan ekstrem (prematur, dibawah 2500 g),
kehilangan cairan berlebihan (kulit tipis, kurang lapisan lemak, peningkatan suhu
lingkungan, ginjal imatur / kegagalan untuk mengkonsentrasikan urin).
Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual].
HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Bebas dari tanda-tanda dehidrasi atau
glikosuria dengan masukan cairan sama dengan haluaran dan pH, Ht, dan berat jenis urin
DBN. Menunjukkan penambahan berat badan 20-30g/hari.
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri
1. Dapatkan seri berat badan setiap hari dengan menggunakan skala yang sama dan pada waktu
yang sama.
Rasional; Berat badan adalah indikator paling sensitif dari keseimbangan cairan. Penurunan
berat badan tidak boleh melebihi 15% dari berat badan total atau 1%-2% dari berat badan
total perhari. Ketidakadekuatan penambahan berat badan dapat dihubungkan dengan
ketidakseimbangan air atau ketidakadekuatan masukan kalori.
2.

Bandingkan masukan dan haluaran cairan setiap shift dan keseimbangan kumulatif setiap
periode 24 jam. Pertahankan catatan setiap jam dari penginfusan cairan intravena. Kaji
haluaran melalui pengukuran urin dari kantung penampung atau melalui penimbangan /
penghitungan popok. Pertahankan catatan akurat mengenai jumlah darah yang diambil untuk
tes laboratorium.
Rasional: Haluran harus 1-3 ml/kg/jam, sementara kebutuhan terapi cairan kira-kira 80-100
ml/kg/hari pada hari pertama kehidupan, meningkat sampai 120-140 ml/kg/hari pada hari ke3 pasca kelahiran. Pengambilan darah untuk tes menyebabkan penurunan kadar Hb/Ht.

3. Pantau berat jenis urin setiap selesai berkemih, atau setiap 2-4 jam, dengan megaspirasi urin
dari popok bila bayi tidak tahan dengan kantung penampung urin atau yang kantung
penampung yang direkatkan.
Rasional; Meskipun imaturitas ginjal dan ketidakmampuan untuk mengkonsentrasikan urin
biasanya mengakibatkan berat jenis yang rendah pada bayi praterm (rentang normal 1,006 –
1,013), berat jenis urin bervariasi, memberikan tanda tingkat dehidrasi individu. Kadar yang
rendah menandakan volume cairan berlebihan; kadar lebih besar dar 1,013 menandakan
ketidakcukupan masukan cairan dan dehidrasi.
4. Tes urin dengan Dextrotix per protokol.
Rasional: Bahkan pada kasus hipoglikemia, glikosuria terjadi saat ginjal yang imatur mulai
mengekskresikan glukosa, yang dapat menimbulkan diuresis osmotik, meningkatkan resiko
dehidrasi.
5.

Minimalkan kehilangan cairan yang tidak kasatmata melalui penggunaan pakaian, suhu
termonetral, dan menghangatkan atau melembabkan oksigen.
Rasional: Bayi praterm kehilangan air dalam jumlah besar melalui kulit, karena pembuluh
darah dekat dengan permukaan dan kadar lapisan lemak berkurang atau tidak ada. Fototerapi
atau penggunaan penyebar hangat dapat meningkatkan kehilangan tidak kasatmata sampai
50% atau sebanyak 200 ml/kg/hari. (catatan : BB bayi < 1500g (3 lb 5 oz) paling rentan
terhadap kehilangan cairan tidak kasatmata).

6. Pantau tekanan darah (TD), nadi, dan tekanan arterial rerata (TAR)
Rasional: Kehilangan 25% volume darah mengakibatkan syok dengan TAR 180 ml/kg, khususnya pada PDA, displasia
bronkopulmonal (BPD), atau enterokolitis nekrotisan (NEC).
Rasional: Penggantian cairan menambah volume darah, membantu mengembalikan
vasokonstriksi berkenaan dengan hipoksia, asidosis, dan pirau kanan kekiri melalui PDA, dan

telah membantu dalam penurunan komplikasi enterokolitis nekrotisan dan displasia
bronkopulmonal.
E. CEDERA, RISIKO TINGGI TERHADAP, KERUSAKAN SSP
Faktor resiko dapat meliputi : Hipoksia jaringan, perubahan faktor pembekuan,
ketidakseimbangan metabolik (hipoglikemia, perpindahan elektrolit, peningkatan bilirubin).
Kemungkinan dibuktikan oleh : [Tidak dapat diterapkan, adanya tanda/gejala untuk
menegakkan diagnosa aktual].
HASIL YANG DIHARAPKAN NEONATAL AKAN : Bebas dari kejang dan tanda-tanda
kerusakan SSP. Mempertahankan homeostasis dibuktikan oleh GDA, glukosa serum, kadar
elektrolit dan bilirubin DBN.
TINDAKAN / INTERVENSI
Mandiri
1. Kaji upaya pernapasan. Perhatikan adanya pucat atau sianosis.
Rasional: Distress pernapasan dan hipoksia mempengaruhi fungsi serebral dan dapat
merusak atau melemahkan dinding pembuluh darah serebral, meningkatkan resiko ruptur.
Bila tidak teratasi, hipoksia dapat mengakibatkan kerusakan permanen. (Rujuk DK:
pertukaran gas, kerusakan).
2. Pantau kadar Dextrostix, dan observasi adanya perilaku yang menandakan hipokalsemia atau
hipokalsemia pada bayi (mis, kacau mental, kedutan, kejang mioklonik, atau mata terbalik).
(Rujuk DK : Nutrisi, perubahan, kurang dari kebutuhan tubuh, resiko tinggi terhadap).
Rasional: Karena kebutuhannya terhadap glukosa, otak dapat menderita kerusakan yang
tidak dapat pulih bila kadar glukosa serum lebih rendah dari 30-40 mg/dl. Hipokalsemia
(kadar kalsium serum < 7 mg/dl) sering menyertai hipokalsemia dan dapat mengakibatkan
apnea dan kejang.
3.

Observasi bayi terhadap perubahan fungsi SSP dimanifestasikan oleh perubahan perilaku,
letargi, hipotonia, penonjolan atau ketegangan fontanel, mata terbalik, atau aktifitas kejang.
Selidiki penyimpangan keadaan yang ditandai oleh menangis nada tinggi, pernapasan yang
sulit, dan sianosis, yang diikuti dengan apnea, flaksid kuadriparese, tidak berespons,
hipotensi, postur tonik, dan arefleksia.
Rasional: Trauma kelahiran, kapiler rapuh, dan kerusakan proses koagulasi membuat bayi
beresiko terhadap IVH, khususnya bayi yang BB nya < 1500g atau gestasi dibawah 34
minggu. Penegangan atau penonjolan fontanel anterior mungkin merupakan tanda pertama
dari IVH, syok hemoragi, atau peningkatan tekanan intrakranial (PTIK), yang dengan mudah
membawa pada kematian akibat sirkulasi yang kolaps. Bayi gestasi < 32 minggu dapat

menjadi letargik atau hipotonik serta dapat memanifestasikan gerakan “mata menjelajahi”
yang tidak terkontrol dan kurang jalur penglihatan. (Catatan: tanda-tanda klinis dan
perkembangan IVH mungkin tidak ada, sangat samar, atau tiba-tiba serta mengancam
kehidupan).

4. Ukur lingkar kepala, sesuai indikasi.
Rasional: Membantu mendeteksi kemungkinan PTIK atau hidrosefalus, yang mungkin
merupakan akibat dari hemoragi subdural. Hanya 35%-50% bayi dengan hidrosefalus
berkembang secara normal.
5. Kaji warna kulit, perhatikan bukti peningkatan ikterik berkenaan dengan perubahan perilaku
seperti letargi, hiperrefleksia, kacau mental, dan opistotonus. (Rujuk pada MK: Bayi baru
lahir: Hiperbilirubinemia).
Rasional: Bayi praterm lebih rentan pada kernikterus pada kadar bilirubin lebih rendah dari
bayi cukup bulan karena peningkatan kadar bilirubin sirkulasi tidak terkonjugasi melewati
barier darah otak.
Kolaborasi
1. Pantau pemeriksaan laboratorium, sesuai indikasi :
a.

Ht / Hb; GDA
Rasional: Penurunan kadar Hb atau anemia menurunkan kapasitas pembawa oksigen,
meningkatkan resiko kerusakan SSP yang peramnen berkenaan dengan hipoksemia.
Penurunan Ht yang tiba-tiba dapat menjadi indikator pertama dari IVH.

b. Kadar bilirubin
Rasional: Peningkatan kadar bilirubin dengan cepat dapat mengakibatkan kernikterus bila
tidak diatasi.
c.

Berika suplemen oksigen
Rasional: Hipokalsemia meningkatkan resiko kelemahan atau kerusakan SSP yang
permanen.

2. Bantu dengan prosedur diagnostik atau terapeutik, sesuai indikasi :
a.

Skaning tomografi komputer, ultrasonografi kranial.
Rasional: Mengidentifikasi adanya/luasnya hemoragi, yang bermanfaat dalam memprediksi
kemungkinan komplikasi jangka panjang dan dalam pemilihan tindakan.

b. Punksi lumbal
Rasional:Spesimen cairan serebrospinal (CSS) berdarah memastikan IVH. Beberapa rumah
sakit melakukan punksi leumbal berturut-turut setiap hari untuk menurunkan TIK dan
mencegah efek-efek berbahaya dari hidrosefalus.
c.

Transfusi tukar
Rasional: Naik atau meningkatnya kadar bilirubin dengan cepat menandakan kebutuhan
terhadap transfusi tukar volume ganda dengan darah O negatif untuk mengeluarkan bilirubin
dan mencegah hemolisis lanjut dari sel darah merah (SDM).

d. Ventrikulopunksi atau tap.
Rasional: Mungkin digunakan untuk meng