Hubungan Religiusitas dengan happiness pada remaja panti Asuhan

(1)

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN HAPPINESS

PADA REMAJA PANTI ASUHAN

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Sebagai Syarat Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Oleh :

EKA FAUQIYAH

NIM: 106070002231


(2)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

1431 H / 2010 M

MOTTO:

K e b a h a g ia a n a d a la h p e n g a la m a n s p ir it u a l d a r i m e n ik m a t i s e t ia p d e t ik k e h id u p a n k it a d e n g a n p e n u h r a s a c in t a , r a s a s y u k u r , s e r t a p e n g a b d ia n k e p a d a Tu h a n y a n g M e n c ip t a k a n k it a .


(3)

Ku p e rse m b a hka n ka rya se d e rha na ini te runtuk… Ke d ua O ra ng Tua ku te rc inta , Ab a Drs. H. Ma id a n Fa hmi, MM, MBA

Ma ma Hj. Ra b ia tul Ad a wiya h, Sa g

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN HAPPINESS

REMAJA PANTI ASUHAN telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 6 September 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

Sidang Munaqasah

Dekan/ Pembantu Dekan/

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap

Anggota,

Jahja Umar, Ph.D Dra. Fadhilah Suralaga, M.Si


(4)

Penguji I Penguji II

Dra. Zahrotun Nihayah. M.Si Dra. Netty Hartati. M.Si.

NIP 196207241989 NIP 1953100219832001

Pembimbing I Pembimbing II

Dra. Netty Hartati, M.Si S. Evangeline.I. Suaidy. MS.i, Psi

NIP. 1953100219832001 NIP. 150411217

ABSTRAK (A)Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta (B)September 2010

(C)Eka Fauqiyah

(D)Hubungan religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan (E)Halaman : vii + 81 Halaman + Lampiran

(F)Happiness merupakan perasaan positif yang didambakan oleh setiap orang tak terkecuali bagi remaja di panti asuhan. Remaja yang tinggal di panti asuhan bukan tidak mungkin mengalami berbagai masalah juga hal-hal yang tidak


(5)

menyenangkan di masa lalu dan masa sekarang serta kekhawatiran akan masa depan yang membuat mereka sedih atau unhappiness. Salah satu faktor yang dapat membantu untuk merasakan happiness adalah religiusitas. Religiusitas adalah suatu totalitas keberagamaa seseorang sebagai penganut agama yang memiliki lima dimensi yaitu dimensi keyakinan, praktek agama, pengetahuan agama, pengalaman dan konsekuensi.

Adanya program dan kegiatan keagamaan yang dilakukan di panti asuhan, memungkinkan remaja meminimalisir perasaan negatif sehingga menimbulkan perasaan positif karena melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat. Happiness tidak ditentukan oleh apa yang terjadi dalam kehidupan, namun bagaimana seseorang menyikapi atas apa yang terjadi

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode korelasi yaitu untuk mengetahui hubungan antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan. Responden penelitian berjumlah 90 orang yang ditentukan dengan pengambilan sampel nonprobability dengan teknik purposive sampling. Sampel terdiri dari 2 bagian, yaitu remaja panti asuhan Islam Raudhatul Jannah di daerah Pasar Jumat Jakarta Selatan dengan jumlah 50 orang dan panti asuhan Kristen P-niel di daerah Bintaro Tangerang. dengan subjek penelitian sebanyak 40 orang dengan rentang usia pada tahap remaja yakni usia 13-18 tahun. Masing-masing diberikan kuesioner dengan 51 item skala religiusitas dan 29 item skala happiness.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik korelasi spearman, yang di ketahui dari hasil uji normalitas. Kemudian uji regresi dan uji perbedaan.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data diperoleh koefisien korelasi sebesar 0,515. Hasil ini menunjukan bahwa ada hubungan yang positif yang signfikan antara religiusitas dengan happiness remaja panti asuhan. artinya, semakin tinggi tingkat religiusitas, maka semakin tinggi pula happiness.


(6)

Saran yang dapat diberikan adalah agar peneliti berikutnya dapat mengadaptasi lebih baik lagi dari skala religiusitas dan happiness, sehingga dapat meneliti secara mendalam dimensi dari masing-masing variabel.

(G)Daftar Pustaka : 25 buku + 4 jurnal + 1 pustaka online

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmaanirrohiim

Segala puji hanya miliki Allah SWT. Zat yang menggenggam alam semesta ini, yang Kasih-Nya sangat luar biasa. Shalawat beriringan salam peneliti sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.

Peneliti menyadari bahwa keberhasialan dalam penyusunan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang bersedia membimbing, membantu dan mendoakan kelancaran skripsi ini. Oleh karena itu dalam kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dekan Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Bapak Jahja Umar Ph,D.

2. Dosen Pembimbing Akademik, Ibu Liany Luzvinda, MS.i.

3. Ibu Dra. Netty Hartati, MS.i sebagai dosen pembimbing I dan Ibu S. Evangeline.I. Suaidy, MS.i, Psi sebagai dosen pembimbing II, yang telah meluangkan waktu, pikiran, tenaga serta dengan kesabaran memberikan bimbingan, arahan, motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.


(7)

4. Bapak dan Ibu staff Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayahtullah Jakarta atas kerjasamanya.

5. Kepada kedua orang tua penulis ayahanda Maidan Fahmi dan ibunda Rabiatul Adawiyah, terima kasih untuk kasih sayang, kesabaran, perhatian, pengertian, dukungan, serta do’a yang tak pernah putus untuk kesuksesan penulis.

6. Adik-adik penulis, Wilda Humaidah dan Marateen Shofwah, terima kasih atas dukungan kalian apapun bentuknya, yang menyenangkan maupun yang mengesalkan.

7. Kepada Ibu Ika selaku Pengajar di SMP PGRI II Ciputat, yang telah banyak membantu penulis dalam perijinan penelitian di Panti Asuhan kristen.

8. Kepada anak-anak di Yayasan Raudhatul Jannah Jakarta Selatan, terima kasih telah membantu penulis dalam penelitian.

9. Kepada anak-anak di Yayasan Kasih Orang Tua dan Peduli Anak P-niel Tangerang, terima kasih atas kesediaan waktunya yang telah membantu penulis dalam penelitian.

10.Terima kasih teruntuk Widaad Rifqiana, Layla Hikmah dan Yuniar Rachdianti atas keikhlasannya membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi, baik dukungan moril maupun materi. Semoga Allah senantiasa membalas kebaikan kalian.

11.Untuk para sahabat Psikologi ’05 Reguler (Especially Iha, Ria, Tari, Juju, Dini, Hana, Indah, Via, Eva, Dala, Nala, Agung dkk) Psikologi ‘05 Non Reguler (Especially Retno, Nida, Dhe2, Dimas dkk) dan Psikologi ’06 Reguler (Rika, Dany, Fira, Adio dkk) terimakasih atas bantuan, semangat, do’a, saran, dan sharing dari kalian semua.


(8)

12.Untuk teman kosan (Especially Ina, Iyah, Sukma, Juli, Yuyu, Echi ) terima kasih atas dukungan semangat dan do’a kalian. SUKSES UNTUK KALIAN!

Penulis memohon maaf atas semua kekurangan dalam penulisan karya ini, mudah mudahan karya ini dapat memberikan manfaat bagi banyak orang terutama bagi para pembaca.


(9)

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN MOTTO

ABSTRAK... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... iv

DAFTAR GAMBAR ... v

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 10

1.3. Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 10

1.3.1. Pembatasan Masalah Penelitian ... 10

... 1.3.2. Perumusan Masalah Penelitian ... 11

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 11

1.4.1. Tujuan Penelitian ... 11

1.4.2. Manfaat Penelitian ... 11


(10)

BAB 2 KAJIAN TEORI

2.1. Happiness ... 13

2.1.1. Pengertian Happiness ... 13

2.1.2. Aspek-aspek happiness... 14

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Happiness ... 18

2.2. Religiusitas... 20

2.2.1. Pengertian Religiusitas... 20

2.2.2. Dimensi-dimensi Religiusitas ... 22

2.2.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi religusitas... 23

2.3. Remaja... 25

2.3.1 Pengertian Remaja... 25

2.3.2 Batasan Remaja... 26

2.3.3 Tugas Perkembangan Remaja... 26

2.3.4 Religiusitas pada Remaja... 2.3.5 Kebahagiaan dalam Masa Remaja... 27

2.4. Panti Asuhan... 28

2.4.1 Pengertian Panti Asuhan... 28

2.4.2 Tujuan Panti Asuhan... 29

2.4.3 Fungsi Panti Asuhan... 29

2.4.4 Program Pengasuhan Anak Panti Asuhan... 31

2.5. Kerangka Berpikir ... 35


(11)

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian... 40

3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian... 40

3.1.2 Variabel Penelitian... 41

3.1.2.1 Definisi Konseptual... 42

3.1.2.2 Definisi Operasional... 43

3.2. Pengambilan Sampel ... 42 3.2.1. Populasi ... 42

... 3.2.2. Teknik Pengambilan Sampel ... 43

... 3.2.3. Karakteristik Sampel...

43

3.3. Pengumpulan Data ... 44 ...


(12)

3.3.1. Teknik Pengumpulan Data ... 44

... 3.3.2. Instrumen Pengumpulan Data ... 45

... 3.4. Hasil Uji Instrumen Penelitian ... 50

3.4.1 Hasil Uji Validitas Instrumen... 51

3.4.2 Hasil Uji Reliabilitas Instrumen ... 56

3.5. Metode Analisis Data ... 57

3.6. Prosedur Penelitian ... 57

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Responden Penelitian ... 59

... 4.2 Presentasi Data... 62

4.2.1 Uji Normalitas... 62 4.3 Kategorisasi Penyebaran Skor Responden...

69

4.4 Pengujian Hipotesis... 71

4.5 Uji Regresi... 73


(13)

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ... 75

5.2. Diskusi ... 76

5.3. Saran ... 80

5.3.1 Saran Teoritis ... 80

5.3.2 Saran Praktis ... 80

DAFTAR PUSTAKA ... 81 ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ...


(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.2 : Kerangka Berfikir... 39

Tabel 3.1 : Skor Item Skala... 46

Tabel 3.2 : Blue Print Skala Religusitas Try Out... 48

Tabel 3.3 : Blue Print Skala Happiness Try Out... 51

Tabel 3.4 : Blue Print Skala Religiusitas Penelitian... 53


(15)

Tabel 3.5 : Blue Print Skala Happiness Penelitian... 54

Tabel 3.6 : Klasifikasi Koefisien Reliabilitas... 56

Tabel 4.1 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 59

Tabel 4.2 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia... 60

Tabel 4.3 : Gambaran Umum Responden Berdasarkan Agama... 61

Tabel 4.4 : Hasil Uji Normalitas Religiusitas... 63

Tabel 4.5 : Hasil Uji Normalitas Happiness...

65

Tabel 4.8 : Kategorisasi Religiusitas... 69

Tabel 4.9 : Kategorisasi

Happiness... 71 Tabel 4.10 : Hasil Uji

Hipotesis... 72 Tabel 4.11 :


(16)

Tabel 4.12 : Model

Summary... 74

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Data mentah religiusitas dan happiness

Lampiran 2 Skala field test Lampiran 3 Out put field test


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

Dalam bab ini dijelaskan tentang latar belakang dilakukan penelitian ini pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan.


(18)

Didalam hidup ini, setiap orang tidak akan pernah terlepas dari masalah, baik masalah pribadi maupun masalah sosial yang dapat mempengaruhi kebahagiaannya. Kebahagiaan (happiness) adalah suatu hal yang sangat penting, karena kebahagiaan merupakan kebutuhan naluriah setiap orang, tidak ada seorangpun didunia ini yang tidak ingin meraihnya. Kebahagiaan bukanlah ditentukan oleh apa yang terjadi didalam kehidupan, melainkan sebuah penyikapan atas apa yang terjadi. Matthews (2004) mengatakan bahwa, kebahagiaan tidak ditentukan oleh apa yang terjadi didalam hidup, tetapi bagaimana cara seseorang bereaksi terhadap apa yang terjadi.

Menurut Waterman (1993, dalam Singh & Jha, 2008) happiness bisa diharapkan kapan saja menjadi perasaan senang serta mempengaruhi pemenuhan kebutuhan, baik secara fisik, intelektual, atau sosial. Sedangkan Aristoteles (1984 dalam Ryff, 1989) menyebut happiness sebagai eudaimonia, yaitu seberapa besar usaha manusia dalam mencapai kebahagiaan hidup. Seligman (2002) sepakat dengan konsep Aristoteles yang mengatakan happiness adalah eudaimonia, Seligman menyebut eudaimonia sebagai gratifikasi, yaitu suatu kegiatan yang disenangi seseorang, dan tidak selalu disertai oleh perasaan dasar. Menurut Seligman, eudaimonia bukanlah suatu keadaan yang dapat diperoleh melalui jalan pintas, namun melalui proses dari usaha atau aktifitas dengan tujuan yang baik.

Seligman (2002), menggunakan istilah happiness sebagai emosi positif serta kegiatan positif yang terdiri dari tiga kategori yaitu : emosi positif yang di tujukan


(19)

pada masa lalu, masa depan dan masa sekarang. Emosi positif masa lalu adalah kepuasan, kesenangan, kebanggaan dan ketenangan. Emosi positif pada masa sekarang adalah kesenangan sesaat dan kenikmatan yang lebih lama. Sedangkan emosi positif pada masa depan adalah optimisme, harapan, kepercayaan diri, kepercayaan dan keyakinan

Berlawanan dengan perasaan bahagia (happiness), setiap individu juga merasakan perasaan tidak bahagia (unhappiness). Menurut Arief (2008),

Unhappiness sebenarnya adalah warning agar seseorang berubah. Perubahan yang di maksud adalah perubahan cara berfikir, keyakinan, pilihan emosi, semangat spiritualitas atau mengubah keharmonisan diri dengan lingkungan sekitar. Jadi, menjadi bahagia adalah sebuah proses mengubah diri yang diperlukan tidak hanya oleh orang dewasa tetapi juga oleh remaja yang masih mencari jati diri.

Hendrianti (2006) mengatakan bahwa remaja merupakan masa transisi atau peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Pada setiap tahapan perkembangannya remaja memiliki tugas-tugas perkembangan yang menggambarkan perubahan-perubahan yang akan terjadi. Keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan tugas perkembangan pada periode usia tertentu akan mempengaruhi berhasil atau tidaknya seseorang dalam menjalankan tugas perkembangan pada periode usia selanjutnya.


(20)

Perubahan tersebut adalah perubahan fisik, perubahan emosi, perubahan sosial, perubahan minat, perubahan moral serta perubahan minat dan perilaku seks. Adanya perubahan baik didalam maupun diluar dirinya itu membuat kebutuhan remaja semakin meningkat terutama kebutuhan sosial dan kebutuhan psikologisnya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut remaja memperluas lingkungan sosialnya diluar lingkungan keluarga, seperti lingkungan teman sebaya dan lingkungan masyarakat lain. (Sarlito, 2005).

Pada tiap rentang kehidupan, masa remaja juga memiliki perkembangan kebahagiaan dan ketidakbahagiaan. Hurlock (1980) mengatakan bahwa pada setiap tingkatan usia terdapat tiga ciri kebahagiaan, yaitu penerimaan orang lain, kasih sayang dan mendapatkan prestasi. Sikap menerima orang lain dipengaruhi oleh penerimaan diri yang timbul dari penyesuaian pribadi maupun penyesuaian sosial yang baik. Kasih sayang merupakan hasil dari sikap diterima orang lain. semakin diterima baik, maka semakin banyak kasih sayang yang didapatkan. Sedangkan prestasi berhubungan dengan tercapainya tujuan seseorang, jika tujuan realistisnya rendah, maka akan timbul kegagalan dan tidak merasa puas serta cenderung tidak bahagia. Untuk itu, dibutuhkan usaha yang keras demi mencapai prestasi yang diinginkan.

Berdasarkan hasil survey penelitian yang menggunakan kuesioner dengan beberapa pertanyaan dari peneliti panti asuhan di Jakarta, dengan sample 70 orang


(21)

remaja, terdapat kurang lebih 50 % remaja yang mengatakan bahwa kebahagiaan adalah suatu perasaan senang, ketenangan hati, serta kepuasan diri dalam mencapai suatu keinginan. kebahagiaan bagi mereka juga mencakup memiliki banyak teman, mendapatkan kasih sayang, memiliki keluarga utuh dan harmonis, menjadi manusia yang religius, serta mendapatkan prestasi yang baik.

Salah satu kebutuhan remaja adalah kebutuhan akan nilai-nilai dan agama. Pada hakikatnya, semua itu ditimbulkan oleh norma-norma dan nilai yang berlaku dalam keluarga yang didapat melalui pendidikan dan pengasuhan orang tua terhadap anak. Zakiah (2005) mengatakan bahwa pada umumnya, agama seseorang ditentukan oleh pendidikan, pengalaman dan latihan-latihan yang dilaluinya pada masa kecil. Seseorang yang pada masa kecilnya mempunyai pengalaman-pengalaman agama, baik pendidikan dari orang tua, lingkungan sosial dan sekolah yang menjalankan hidupnya dengan pendidikan agama. Maka mereka dengan sendirinya akan mempunyai kecenderungan hidup dalam aturan-aturan agama, terbiasa menjalankan ibadah, dan merasakan nikmatnya hidup beragama.

Remaja lebih merasa tertarik kepada agama dan keyakinan spiritual daripada anak-anak. Pemikiran abstrak mereka yang semakin meningkat dan pencarian identitas mereka lakukan membawa mereka kepada masalah-masalah agama dan spiritual. (Spilka, 1991 dalam Santrock, 2003)


(22)

Sebuah hasil survey nasional, diketahui bahwa lebih dari 90% remaja mengatakan bahwa mereka percaya pada Tuhan. Hanya 1 dari 1000 yang tidak memiliki preferensi atau golongan keagamaan apapun (Santrock, 2003)

Menurut James, (dalam Jalaluddin, 2003) agama memberikan energi spiritual, dimana agama dapat menggairahkan semangat hidup, meluaskan kepribadian, memperbarui daya hidup, dan memberikan makna dan kemuliaan baru pada hal-hal yang biasa dalam kehidupan.

Myers (dalam Khavari 2006) menjelaskan mengapa para pemeluk agama lebih bahagia daripada yang tidak beragama, ia mengatakan bahwa mereka lebih bahagia karena agama mengajarkan tujuan hidup, menuntun mereka menerima dan menghadapi beragam masalah dengan tenang, dan mengikat seseorang dalam satu umat yang saling memberikan dukungan.

Hal ini diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Aghili dan Kumar (2008), di dalamnya disimpulkan bahwa sikap religiusitas ternyata sangat berkorelasi dengan kebahagiaan. Hasilnya adalah semakin Tinggi sikap religiusitas, maka semakin tinggi pula kebahagiaan seseorang.

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Dafit (2007) juga mengatakan bahwa, terdapat korelasi yang positif antara religiusitas dengan kebahagiaan pada


(23)

Mahasiswa.

Sekitar tahun 1996/1997, telah dilakukan penelitian tentang gambaran kesadaran beragama di kalangan remaja siswa SMK di Jawa barat, yang respondennya berjumlah 652 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir semua siswa dan siswi meyakini agama sebagai pedoman hidup yang akan membawa kepada kebahagiaan hidup, baik di dunia maupun akhirat. (Yusuf, 2004).

Kebahagiaan hidup dan pendidikan agama tidak hanya dibutuhkan bagi remaja yang memiliki keluarga utuh, namun juga di butuhkan bagi remaja yang kurang beruntung yaitu remaja yang tinggal dipanti asuhan. Karena mereka juga anak-anak generasi penerus bangsa yang harus di asuh dengan baik agar berkembang dengan optimal.

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang kesejahteraan anak pada Bab II pasal 2 ayat 1 yang menyebutkan: bahwa anak berhak atas kesejahteraan, perawatan, asuhan, dan bimbingan berdasarkan kasih sayang baik dalam keluarganya maupun di dalam asuhan khusus untuk tumbuh kembangnya secara wajar.

Pemerintah melalui Depsos RI telah melakukan langkah-langkah penanganan bagi remaja yang kurang mampu maupun terlantar yaitu dengan mendirikan lembaga


(24)

sosial seperti panti asuhan. Pendirian panti sebagai lembaga sosial dimaksudkan untuk menggantikan keluarga alami anak dengan keluarga atau pengasuhan yang berbeda, yang menekankan adanya pelimpahan tanggung jawab pengasuhan anak kepada orang tua asuh yang meliputi semua aspek peran orang tua. (Depsos, 2008).

Selain itu, bentuk panti asuhan lain diluar Dinas Sosial juga banyak didirikan, salah satunya panti asuhan yang berbasis agama dan dengan tujuan untuk mengasuh dan memenuhi kebutuhan anak agar dapat berkembang sesuai dengan prinsip agama.

Tinggal di panti asuhan yang jauh dari cinta sanak keluarga memang sudah menjadi pilihan yang mereka ambil untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. Namun kenyataannya, tidak sesuai dengan apa yang diharapkan oleh anak-anak dipanti asuhan yang menginginkan kasih sayang serta perhatian yang besar dari orang-orang sekitar mereka. Suasana di panti asuhan juga tentu berbeda dibandingkan dengan suasana di dalam keluarga sendiri. Perbedaan ini disebabkan karena kondisi dan kemampuan panti yang beraneka ragam, baik dalam pelaksanaan maupun dalam program layanan.

Beberapa masalah yang muncul pada remaja di panti asuhan adalah keluhan-keluhan anak mengenai suasana lingkungan panti yang tidak sama dengan lingkungan keluarga, rindu akan sanak keluarga, bertengkar dengan teman, serta masalah-masalah kecil lainnya yang dapat mempengaruhi kebahagiaannya.


(25)

Hasil penelitian Save the Children and Unicef bekerja sama dengan Departemen Sosial RI (2008) yang merupakan laporan pertama mengenai kualitas pengasuhan di panti asuhan anak di Indonesia menemukan beberapa fakta penting mengenai kondisi pengasuhan anak di panti asuhan di Indonesia yang masih sangat kurang. Hampir semua fokus ditujukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan materi sehari-hari, sementara kebutuhan emosional dan pertumbuhan anak-anak kurang dipertimbangkan.

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara peneliti dengan pengasuh panti asuhan di tempat penelitian, mereka memberikan berbagai program panti untuk membantu anak meningkatkan perilaku religiusitas seperti kegiatan keagamaan, membaca kitab suci, beribadah bersama, serta kegiatan keagamaan lain yang bisa mendekatkan diri kepada Tuhan. Kegiatan lainnya adalah seperti olah raga dan kesenian. Remaja di haruskan untuk mentaati peraturan yang telah di sediakan pihak panti asuhan, jika melanggar maka mereka akan di hukum. Jenis hukumannya adalah membersihkan lingkungan panti, hal ini diharapkan membuat anak patuh dan tidak melanggar peraturan.

Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dibuat memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu untuk mendekatkan diri anak kepada Tuhannya, melatih anak secara dini untuk mengamalkan ilmu agama, serta untuk menghindari dari kegiatan atau hal-hal yang


(26)

tidak bermanfaat serta masalah-masalah yang membuat anak sedih baik di masa lalu maupun yang sedang dijalaninya. Sehingga kegiatan ini diharapkan mampu memotivasi anak untuk mencapai kebahagiaan hidup.

Dari penjelasan-penjelasan yang telah diuraikan diatas, peneliti menganggap bahwa penelitian ini perlu dilakukan mengingat penelitian yang membahas tentang kaitan antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan masih belum banyak dilakukan. Maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN HAPPINESS PADA REMAJA PANTI ASUHAN”

1.2 Batasan dan Rumusan Masalah

1.2.1 Batasan Masalah

Agar penelitian tidak meluas, maka peneliti perlu membatasi permasalahan yang ingin diteliti, yaitu:

1. Religiusitas adalah suatu totalitas keberagamaan seseorang penganut agama yang memiliki lima dimensi, yaitu dimensi keyakinan, praktek agama, pengetahuan agama, pengalamandan konsekuensi.


(27)

2. Happiness adalah perasaan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.

3. Remaja panti asuhan adalah remaja yang tinggal di panti asuhan yang berusia 13 sampai 18 tahun. Batasan ini digunakan mengingat bahwa usia maksimal tinggal dipanti adalah 18 tahun.

1.2.2 Rumusan Masalah

Dari pembatasan masalah di atas, maka masalah yang akan di teliti dapat di rumuskan sebagai berikut:

1. Apakah ada hubungan yang signifikan antara Religiusitas dengan Happiness

pada Remaja Panti Asuhan?

2. Apakah ada perbedaan antara happiness pada remaja laki-laki dan perempuan?

3. Apakah ada perbedaan antara happiness berdasarkan usia remaja panti asuhan?

4. Apakah ada perbedaan antara happiness remaja panti asuhan Islam dan Kristen?

5. Seberapa besar sumbangan religiusitas terhadap happiness?


(28)

1.3.1 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah di atas maka yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan gambaran tentang hubungan religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan Islam dan remaja panti asuhan Kristen

1.3.2 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis:

1. Manfaat teoritis penelitian ini adalah mengharapkan penelitian ini bermanfaat sebagai wawasan keilmuan terutama dalam bidang Psikologi Positif.

2. Manfaat Praktis yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah agar dapat digunakan sebagai bahan acuan bagi para pengelola panti asuhan dalam memenuhi kebutuhan baik fisik maupun psikis dalam meningkatkan pelayanan bagi anak-anak panti asuhan sehingga mendapatkan kesejahteraan, pendidikan , serta tempat tinggal yang layak.

1.4 Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan kerangka berfikir penulisan ini dibagi menjadi 5 bab yang disusun dalam sistematika sebagai berikut :

BAB I : Yang meliputi latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penelitian.


(29)

BAB II : Menguraikan tentang teori Happiness dan teori Religiusitas. Remaja dan Panti Sosial, Kerangka Berfikir dan Hipotesis Penelitian.

BAB III : Dalam bab ini diuraikan pendekatan dan metode penelitian, definisi konseptual dan operasional, pengambilan sampel, teknik pengumpulan data, teknik uji instrumen penelitian, metode analisa data dan prosedur penelitian.

BAB IV : Mengemukakan tentang gambaran umum subjek penelitian presentasi data, uji persyaratan, deskripsi statistik, hasil uji hipotesis dan uraiannya.

BAB V : Mengemukakan tentang kesimpulan, diskusi dan saran.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Bab ini menjelaskan tentang landasan teoritis penelitian ini, yang dibagi menjadi tiga subbab. Subbab pertama membahas tentang happiness, subbab kedua membahas tentang religiusitas, subbab ketiga membahas tentang kerangka berfikir.


(30)

2.1. Happiness

2.1.1. Pengertian Happiness

Seligman (2002) mendefinisikan happiness sebagai perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.

Diener (dalam Synder 2007) menyamakan happiness dengan subjective well-being serta sebagai gabungan dari perasaan positif dan kepuasan hidup. Menurut Diener kebahagiaan adalah evaluasi seseorang terhadap kehidupan yang mereka alami. Lebih spesifiknya kebahagiaan meliputi pengalaman yang menyenangkan seseorang dan apresiasinya terhadap kehidupan.

Carr (2004) mengatakan bahwa happiness dan subjective well-being keduanya merujuk pada perasaan positif, yaitu sebagai perasaan bahagia atau ketenangan maupun keadaan positif seperti ikut serta dalam kegiatan yang mengalir atau terlarut di dalamnya.

Carlson (1984, dalam Manz, 2003) mengatakan bahwa happiness adalah perasaan yang alami sebagai bagian dari pembawaan fungsi psikologis yang sehat.


(31)

Menurut Al-Qarni (2004), Kebahagiaan adalah keriangan hati karena kebenaran yang dihayatinya, kebahagiaan adalah kelapangan dada karena prinsip yang menjadi pedoman hidup, dan kebahagiaan adalah ketenangan hati karena kebaikan disekelilingnya.

Dari pengertian diatas mengenai happiness, maka definisi yang digunakan peneliti adalah definisi dari Seligman (2002) yang menyatakan bahwa happiness

merupakan perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.

2.1.2. Aspek Happiness

2.1.2.1. Emosi Positif

Seligman (2002) membagi emosi positif menjadi tiga kategori menurut waktu, yaitu:

a. Emosi Positif Terhadap Kepuasan akan Masa Lalu

Menurut Seligman (2002), emosi tentang masa lalu dimulai dari ketenangan, kedamaian, kebanggaan dan kepuasan. Semua emosi tersebut sepenuhnya ditentukan oleh pikiran seseorang tentang masa lalunya. Banyak sekali bukti tentang pandangan


(32)

ini. Salah satu contoh Ketika seseorang dilanda depresi, jauh lebih mudah baginya untuk menyimpan kenangan menyedihkan daripada kenangan membahagiakan.

Keterbatasan pemahaman dan penghayatan tentang peristiwa pada masa lalu jika menekankan peristiwa buruk maka dapat membuat seseorang sulit untuk mengalami ketenangan, kedamaian, kebanggaan dan kepuasan.

Seligman (2002) mengatakan bahwa ada dua cara untuk membawa perasaan-perasaan tentang masa lalu ke arah kebahagiaan. Yaitu dengan bersyukur dan memaafkan. Ia mengatakan bahwa rasa syukur dapat menambah kepuasan hidup karena dapat menambah intensitas kesan dari kenangan yang baik tentang masa lalu. Sedangkan memaafkan dapat mengubah kepahitan menjadi kenangan yang positif, dan dengan demikian lebih memungkinkan untuk mencapai kebahagiaan dan kepuasan hidup yang lebih besar.

b. Emosi Positif Terhadap Optimistis akan Masa Depan

Emosi positif mengenai masa depan mencakup keyakinan, kepercayaan, percaya diri, harapan dan optimisme. Optimisme dan harapan memberikan daya tahan yang lebih baik dalam menghadapi depresi saat menghadapi musibah, dapat meningkatkan kinerja, dan kesehatan fisik yang lebih baik di masa depan.

Terdapat dua dimensi dalam konsep optimisme, yaitu Permanen dan Pervasif. Dimensi pertama menjelaskan tentang seberapa lama individu terpengaruh pada


(33)

setiap kejadian yang mereka alami. Dimensi permanen dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu tipe permanen (pesimistis) dan tipe temporer (optimistis). Orang-orang dengan tipe permanen percaya bahwa penyebab kejadian-kejadian yang mereka alami bersifat permanen, terus berlanjut mempengaruhi hidup mereka. Sebaliknya, orang dengan tipe temporer, percaya bahwa penyebab kejadian buruk itu hanya bersifat sementara.

Sedangkan pervasif menjelaskan tentang seberapa besar suatu kondisi mempengaruhi kehidupan individu. Dimensi pervasif dibagi lagi menjadi dua tipe, yaitu universal (pesimistis) dan spesifik (optimistis). Individu dengan tipe universal akan terpengaruh disegala aspek ketika suatu kejadian menimpa satu area kehidupan, sedangkan individu dengan tipe spesifik, hanya akan terpengaruh pada satu bagian kehidupan, dan tidak mempengaruhi bagian lain.

c. Emosi Positif Terhadap Kebahagiaan Pada Masa Sekarang

Kebahagiaan masa sekarang terdiri atas berbagai keadaan yang sangat berbeda dengan kebahagiaan akan masa lalu dan masa depan. kebahagiaan sendiri mencakup dua hal yang berbeda : yaitu kenikmatan (pleasure) dan gratifikasi (gratification). Kenikmatan adalah kesenangan yang memiliki komponen inderawi yang jelas dan komponen emosi yang kuat, yang disebut dengan perasaan-perasaan dasar (raw feels) seperti: rasa senang, riang, ceria, dan nyaman (Seligman,2002).

Semua ini bersifat sementara dan hanya sedikit melibatkan pikiran, atau malah tidak sama sekali. Kenikmatan dibagi menjadi dua bagian, yaitu kenikmatan ragawi


(34)

(bodily pleasures) dan kenikmatan yang lebih tinggi (higher pleasures). Kenikmatan ragawi datang dengan cepat, melalui indera, dan bersifat sementara. Sama halnya dengan kenikmatan ragawi, kenikmatan yang lebih tinggi juga memiliki perasaan-perasaan dasar yang positif, bersifat sementara, memudar dengan mudah dan dengan cepat menjadi terasa biasa. Namun tak hanya itu, kenikmatan yang lebih tinggi juga bersifat kognitif dan jauh lebih bervariasi daripada kenikmatan ragawi.

Gratifikasi datang dari kegiatan-kegiatan yang sangat kita sukai, tetapi sama sekali tidak mesti disertai oleh perasaan dasar. Contoh gratifikasi adalah : membaca novel yang bagus, bermain bola basket. Gratifikasi bertahan lebih lama daripada kenikmatan dan melibatkan lebih banyak pemikiran serta interpretasi.

2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi happiness

Menurut Seligman (2002) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi happiness, yaitu:

1. Uang

Penilaian seseorang terhadap uang akan mempengaruhi kebahagiaannya, lebih daripada uang itu sendiri. Orang yang menempatkan uang diatas tujuan lainnya kurang puas dengan penghasilan mereka dan dengan kehidupan mereka secara keseluruhan.


(35)

Pusat riset Opini Nasional Amerika Serikat menyurvei 35.000 warga Amerika selama 30 tahun terakhir, 40% dari orang yang menikah mengatakan mereka sangat bahagia, sedangkan hanya 24% dari orang yang tidak menikah, bercerai, berpisah, dan ditinggal mati pasangannya yang mengatakan mereka bahagia. 3. Kehidupan Sosial

Orang-orang yang bahagia paling sedikit menghabiskan waktu sendirian dan kebanyakan dari mereka bersosialisasi. Berdasarkan penilaian sendiri atau orang lain, mereka dapat nilai tertinggi dalam berinteraksi. Khavari (2006) mengatakan bahwa meskipun kebahagiaan personal tumbuh dari dalam diri, berbagi kesenangan dengan orang lain dapat membangun perasaan yang positif. Rasa kebersamaan juga dapat tumbuh dari hubungan penuh kasih dengan Tuhan serta dengan tokoh-tokoh agama.

4. Emosi Negatif

Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dan emosi negatif. Ini berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, seseorang mungkin memiliki lebih sedikit emosi positif dibandingkan dengan rata-rata. Meskipun demikian, tidak berarti seseorang menjauh dari kehidupan yang senang dan tidak berarti pula seseorang terlindungi dari kesedihan.

5. Usia

Sebuah penelitian otoritatif atas 60.000 orang dewasa dari empat puluh bangsa membagi kebahagiaan ke dalam tiga komponen : kepuasan hidup, afek


(36)

menyenangkan dan afek tidak menyenangkan. Kepuasan hidup sedikit meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, afek menyenangkan sedikit melemah dan afek negatif tidak berubah. Yang berubah saat seseorang menua adalah intensitas emosinya.

6. Kesehatan

Orang-orang yang masuk rumah sakit dengan hanya satu masalah kesehatan yang kronis, seperti penyakit jantung, mereka menunjukkan peningkatan kebahagiaan yang berarti pada tahun berikutnya. Namun mereka yang memiliki lebih masalah kesehatan, kebahagiaan mereka berkurang sejalan dengan waktu. Jadi, masalah ringan dalam kesehatan tidak lantas menyebabkan ketidakbahagiaan, namun sebabnya adalah sakit yang parah.

7. Jenis Kelamin

Jenis kelamin memiliki hubungan yang mengherankan dengan suasana hati. Tingkat emosi rata-rata laki-laki dan perempuan tidak banyak berbeda, yang membedakan adalah perempuan cenderung lebih bahagia dan sekaligus lebih sedih daripada laki-laki.

8. Agama

Data survei secara konsisten menunjukkan bahwa orang-orang yang religius lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan daripada orang yang tidak religius. Myers (1992 dalam Khavari 2006) menyatakan bahwa orang-orang yang


(37)

beragama lebih bahagia karena agama mengajarkan tujuan hidup, mengajak mereka menerima dan menghadapi aneka masalah dengan tenang, dan mempersatukan mereka dalam satu umat yang saling memberi dukungan.

2.2

Religiusitas

2.2.1. Pengertian Religiusitas

Sebelum membahas religiusitas, perlu adanya pembahasan mengenai agama sebagai dasar dari perilaku religiusitas ini.

Di dunia barat terdapat suatu istilah umum untuk pengertian agama, yaitu :

religi, religie, religion, yang berarti melakukan suatu perbuatan dengan penuh penderitaan atau mati-matian; perbuatan ini berupa usaha atau sejenis peribadatan yang di lakukan berulang-ulang. Istilah lain bagi agama yang berasal dari bahasa arab, yaitu addiin yang berarti : hukum, perhitungan, kerajaan, kekuasaan, tuntutan, keputusan dan pembalasan. (Moh.Syafaat, 1965 dalam Yusuf, 2004).

Menurut Martineau ( dalam Jalaluddin, 2003 ) agama adalah kepercayaan kepada Tuhan yang selalu hidup, yakni kepada jiwa, dan kehendak Illahi yang mengatur alam semesta dan mempunyai hubungan moral dengan umat manusia.


(38)

Sedangkan menurut Glock & Stark ( dalam Anchok, 2004 ), agama adalah sistem simbol, keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi ( ultimate meaning).

Istilah religiusitas merupakan terjemahan dari kata religiosity dalam bahasa inggris. Menurut Smith (dalam Trimulyaningsih & Rachmana, 2008) religiusitas adalah sesuatu yang dilakukan atau yang dirasakan secara mendalam oleh seseorang atau sesuatu yang mempengaruhi keinginan dan harapan dan mengikat seseorang dalam sebuah komunitas.

Menurut Trimulyaningsih & Rachmana (2008) religiusitas adalah sesuatu hal yang berkenaan dengan agama.

Dari pengertian di atas, maka peneliti menggunakan definisi dari Glock & Stark (dalam Anchok, 2004 ) religiusitas adalah sistem simbol, keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi.

2.2.2. Dimensi Religiusitas


(39)

1). Dimensi Keyakinan. Dimensi ini terdiri dari pengharapan-pengharapan di mana orang yang religius berpegang teguh pada pandangan teologis tertentu dan mengakui kebenaran ajaran-ajaran agama. Setiap agama mempertahankan seperangkat kepercayaan di mana para penganut diharapkan untuk taat. Walaupun demikian, isi dan ruang lingkup keyakinan itu bervariasi tidak hanya di antara agama-agama, tetapi seringkali juga terdapat tradisi-tradisi dalam agama yang sama.

2). Dimensi praktek agama. Dimensi ini mencakup perilaku pemujaan, ketaatan, dan hal-hal yang dilakukan orang untuk menunjukan komitmen terhadap agama yang dianutnya. Praktek-praktek keagamaan ini terdiri dari dua hal yang penting yaitu ritual dan ketaatan. Ritual seperti : menghadiri pengajian agama. Sedangkan ketaatan seperti: mengerjakan shalat.

3). Dimensi pengalaman. Dimensi ini berisikan memperhatikan fakta bahwa semua agama memiliki pengharapan-pengharapan yang pasti, meski tidak tepat jika dikatakan bahwa seseorang yang beragama dengan baik pada suatu waktu akan mencapai pengetahuan subjektif dan langsung mengenai kenyataan bahwa seseorang akan mencapai suatu kontak dengan kekuatan supernatural.

4). Dimensi pengetahuan agama. Dimensi ini mengacu kepada harapan bahwa orang-orang yang beragama paling tidak memiliki minimal pengetahuan mengenai dasar-dasar keyakinan, ritual-ritual, kitab suci dan tradisi-tradisi.

5). Dimensi konsekuensi. Dimensi mengacu pada identifikasi komitmen terhadap agama dari keyakinan keagamaan, praktik, pengalaman, dan pengetahuan


(40)

seseorang dari hari ke hari. Dan konsekuensi ini di tiap komitmen agama berlainan. Maka dari itu, kita perlu suatu ketegasan secara komunal yang dapat diambil dari salah satu hukum agama yang tertulis yang terdapat di dalam kitab agama masing-masing, untuk mengantisipasi hal-hal yang dapat menjerumuskan kehidupan bermasyarakat.

2.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Religiusitas

Thouless (1992) mengemukakan ada 3 faktor yang mempengaruhi religiusitas, diantaranya yaitu:

1) Faktor Sosial

Faktor sosial berpengaruh terhadap keyakinan dan perilaku keagamaan, mulai dari pendidikan yang kita terima pada masa kanak-kanak, berbagai pendapat dan sikap orang-orang di sekitar kita dari apa yang mereka katakan berpengaruh terhadap sikap-sikap keagamaan kita, dan berbagai tradisi yang kita terima dari masa lampau. Karena tidak seorang pun diantara kita yang dapat mengembangkan sikap-sikap keagamaan dalam keadaan yang terisolasi dari saudara-saudara kita dalam masyarakat.

2) Faktor Emosional

Setiap pemeluk agama memiliki pengalaman emosional dalam kadar tertentu yang berkaitan dengan agamanya. Namun ada sejumlah orang, terjadi pengalaman-pengalaman keagamaan yang memiliki kekuatan dan komitmen agama yang luar biasa sehingga berbeda dengan pengalaman-pengalaman orang lain. Karena beberapa


(41)

orang menilai dirinya sendiri hanya terpengaruh oleh persepsi seremonial yang bersifat visual dan ada sebagian menganggapnya sekedar kesibukan saja. Pendapat orang-orang beragama pada umumnya bahwa akibat penting dari kesadaran beragama adalah dorongan untuk taat kepada ajaran agama yang dipeluknya dan berperilaku yang baik dengan sesama manusia, dan nilai emosi keagamaan itu harus dinilai dari keberhasilannya dalam membantu tercapainya tujuan-tujuan itu.

3) Faktor Intelektual

Kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata dan menggunakannya sebagai alat untuk membedakan antara yang benar dan yang salah merupakan keberhasilan manusia yang bisa diharapkan pengaruhnya terhadap perkembangan sikap keberagamaan. Beberapa faktor seperti pengaruh lingkungan sosial seseorang dan emosi, keduanya meskipun tidak diverbalisasikan pada umumnya sebagai bagian yang mempengaruhi sikap keagamaan, akan tetapi keduanya akan lebih kuat dengan diiringi menggunakan intelektual atau secara rasional.

2.3. Remaja

2.3.1. Pengertian Remaja

Menurut Hurlock (1980) Istilah Adolescence atau remaja berasal dari kata Latin adolescere (kata bendanya, adolescentia yang berarti remaja) yang berarti “tumbuh” atau tumbuh menjadi dewasa. Istilah adolescence, seperti yang


(42)

dipergunakan saat ini, mempunyai arti lebih luas, mencakup kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

Pada tahun 1974, WHO memberikan defenisi tentang remaja, dalam defenisi tersebut dikemukakan tiga kriteria, yaitu biologis, psikologis, dan sosial ekonomi. Menurut WHO remaja adalah suatu masa ketika:

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual;

2. Individu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa;

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada kedaan yang relatif lebih mandiri (Muangman, 1980: 9 dalam Sarwono: 2005)

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak ke masa dewasa yang di tandai oleh perubahan besar yang saling mempengaruhi antara satu dengan yang lainnya.

2.3.2. Batasan Remaja

Hurlock (1980) membagi remaja menjadi dua periode yaitu: masa remaja awal dan masa remaja akhir, yaitu dari usia 13 sampai 18 tahun.


(43)

WHO menetapkan batas usia 10-20 tahun sebagai batasan usia remaja, WHO membagi kurun usia tersebut dalam dua bagian, yaitu remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir usia 15-20 tahun.

Dalam penelitian ini batasan yang digunakan adalah batasan dari Hurlock (1980) yaitu usia 13-18 tahun. Batasan ini digunakan mengingat bahwa usia maksimal tinggal di panti adalah 18 tahun.

2.3.3. Tugas Perkembangan Remaja

Pada usia remaja terdapat pula tugas-tugas perkembangan tertentu yang harus dipenuhi oleh individu. Menurut Pikunas 1976 (dalam Agustiani, 2006) mengemukakan beberapa tugas perkembangan yang penting pada tahap pertengahan dan akhir masa remaja, yaitu:

1. Menerima bentuk tubuh orang dewasa yang dimiliki dan hal-hal yang berkaitan dengan fisiknya.

2. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan figur-figur otoritas.

3. Mengembangkan keterampilan dalam komunikasi interpersonal, belajar menerima relasi dengan teman sebaya dan orang dewasa, baik secara individu maupun kelompok.

4. Menemukan model untuk identifikasi.

5. Menerima diri sendiri dan mengandalkan kemampun dan sumber-sumber yang ada dirinya.


(44)

6. Memperkuat kontrol diri berdasarkan nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang ada. 7. Meninggalkan bentuk-bentuk reaksi dan penyesuaian yang kekanak-kanakan.

2.3.4 Religiusitas pada Remaja

Religi merupakan bagian yang cukup penting dalam jiwa remaja. Sebagian orang berpendapat bahwa religi bisa mengendalikan tingkah laku anak yang beranjak dewasa ini. Dengan begitu, ia tidak melakukan hal–hal yang merugikan atau bertentangan dengan kehendak atau pandangan masyarakat. (Sarwono, 2005)

Santrock (2003) mengatakan bahwa remaja yang berada pada tahap formal operasional, memiliki cara berfikir yang berbeda mengenai konsep religius daripada anak-anak yang berada pada tahap konkrit operasional. Karena remaja yang berada pada tahap formal operasional lebih reflektif daripada anak-anak. Remaja tidak lagi melihat perwujudan identitas keagamaan dalam tingkah laku individu namun lebih memperhatikan bukti keberadaan keyakinan dan pendirian dalam diri seseorang.

Fowler ( 1976 dalam Santrock, 2003) mengatakan bahwa individuating-reflexive faith adalah tahap yang dikemukakan fowler, muncul pada masa remaja akhir yang merupakan masa yang penting dalam perkembangan identitas keagamaan. Untuk pertama kalinya dalam hidup mereka, individu memiliki tanggung jawab penuh atas keyakinan religius mereka. Selama masa remaja akhir, individu menghadapi keputusan-keputusan pribadi serta mengevaluasi pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam pikiran mereka seputar agama.


(45)

2.3.5. Kebahagiaan dalam masa remaja

Menurut Hurlock (1980) remaja yang penyesuaian dirinya buruk, cenderung paling tidak berbahagia sepanjang awal masa remaja. Ketidakbahagiaan remaja lebih-lebih karena masalah-masalah pribadi daripada masalah-masalah lingkungan. Ia mempunyai tingkat aspirasi tinggi, yang tidak realistic bagi dirinya sendiri, dan bila prestasinya tidak memenuhi harapan, akan timbul rasa tidak puas dengan diri sendiri dan bersikap menolak diri sendiri.

Bilamana remaja cukup berhasil mengatasi masalah yang dihadapi dan kepercayaan pada kemampuannya mengatasi masalah-masalah tanpa bantuan orang dewasa semakin meningkat, maka periode tidak bahagia lambat laun berkurang. Pada saat mereka duduk di kelas terakhir sekolah menengah atas dan pandangan serta perbuaannya lebih seperti orang dewasa, maka berangsur-angsur rasa bahagia timbul menggantikan rasa tidak bahagia.

Kebahagiaan yang lebih besar merupakan ciri dari akhir masa remaja, sebagian disebabkan karena remaja yang lebih tua diberi status yang lebih banyak dalam usaha mempertahankan tingkat perkembangannya dibandingkan ketika pada awal masa remaja. Misalnya: remaja lebih diberi kebebasan, oleh karenanya tidak banyak mengalami kekecewaan. Ia juga menjadi lebih realistic akan kemampuannya dan memiliki tujuan yang sesuai dan bisa dicapai, ia terus menerus berusaha dan mengarahkan usahanya untuk mencapai tujuannya, serta menambah kepercayaan diri


(46)

berdasarkan pada pengetahuan mengenai keberhasilan di masa-masa lalu yang melawan perasaan-perasaan tidak mampu yang mengganggu.

2.4. Panti Asuhan

2.4.1. Pengertian Panti Asuhan

Panti asuhan adalah sistem pelayanan kesejahteraan sosial anak yang di selenggarakan melalui basis panti yang terbuka, berupa kelembagaan dari masyarakat yang bertugas memberikan perlindungan, bimbingan, pembinaan fisik, mental spiritual kepada anak agar dapat hidup secara wajar. (Depsos, 2005)

2.4.2. Tujuan Panti Asuhan

Tujuan panti asuhan anak adalah memberikan pelayanan pengganti/perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental dan sosial anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas, tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadiannya dan menjadi tempat utama untuk penyelenggaraan pelayanan kepada anak-anak dan keluarga di tingkat masyarakat (Depsos, 2008).

2.4.3. Fungsi Panti Sosial

Menurut Depsos (2005) terdapat tiga fungsi panti, yaitu: 1. Subsitutif


(47)

Bagi anak-anak yang tidak lagi memiliki orang tua atau keluarga yang memungkinkan melakukan perawatan dan pengasuhan anak, maka Panti Sosial bisa berfungsi sebagai lembaga pengganti peran orang tua atau keluarga. Fungsi ini juga dapat berlaku bagi anak-anak yang masih memiliki orang tua akan tetapi mereka dianggap tidak cakap dalam melaksanakan fungsi mereka untuk mengasuh dan merawat anak ssuai dengan ketentuan yang berlaku. Fungsi pengganti bagi pengasuhan dan perawatan anak dalam kategori ini bisa bersifat menetap atau sementara sampai orang tua atau keluarganya dinyatakan kembali mampu dan mau melakukan perawatan dan pengasuhan anak mereka.

2. Suplementer

Beberapa fungsi suplementer antara lain:

a. Panti bisa merumuskan rencana kerja penanganan yang sifatnya mengupayakan penyembuhan terhadap penyakit sosial yang dialami khususnya anak terlantar atau lainnya, bukan hanya sekedar melakukan bimbingan atau pembinaan penanganan saja.

b. Anak-anak binaan panti bisa melaksanakan bakti sosial di lingkungannya. Kegiatan bakti sosial dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan ikatan yang kuat terhadap anak terlantar sebagai bagian dari kehidupan masyarakat. Bakti sosial baik dalam bentuk menggalang kerja bakti, membersihkan lingkungan, melaksanakan kerja bersama memperbaiki mesjid atau acara-acara keagaman lainnya.


(48)

c. Panti menyediakan sistem akses terbuka bagi anak. Sehingga keinginan atau kebutuhan anak dapat tersalurkan. Misalkan penyediaan sarana atau media sebagai bentuk pengembangan diri dalam bentuk majalah dinding atau akses memperoleh informasi penanganannya.

3. Supportif

Melakukan perawatan dan pengasuhan anak melalui berbagai kegiatan seperti:

a. Menyediakan sistem data dan informasi kesejahteraan anak yang dilakukan melalui proses kajian/penelitian dan pemetaan. Penyebaran informasi melalui promosi, publikasi, kampanye sosial tentang pengasuhan anak yang baik. b. Melakukan penelitian dan pengembangan model pelayanan atau pengasuhan

sosial yang relevan dengan perubahan dan perkembangan masyarakat luas serta kondisi kearifan lokal yang berkembang.

2.4.4. Program Pengasuhan Anak Panti

Menurut Depsos (2005) Program ini meliputi tiga jenis program, yaitu: 1. Perlindungan

Yang dimaksud dengan perlindungan dalam pedoman ini adalah berbagai tindakan dan upaya yang diarahkan untuk menjamin agar semua anak mendapatkan hak-haknya serta terlindungi dari berbagai kemungkinan tindak kekerasan,


(49)

penyalahgunaan anak dan eksploitasi, seperti yang disepakati dalam konvensi hak anak dan Undang-undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002, yang meliputi hak hidup, mempertahankan kehidupan, mempertahankan identitas diri, keluarga dan budayanya, hak akan pelayanan kesehatan, pendidikan, pengisian waktu luang dan partisipasi.

2. Program Pengasuhan

Program pengasuhan anak panti asuhan dapat meliputi tiga jenis pengasuhan, yaitu: a. Asrama

Menyadari kelemahan sistem pengasuhan di asrama anak yang cenderung bersifat klasikal dan kurang memperhatikan karakteristik individual anak, maka perlu diupayakan agar asrama anak yang di desain dalam kelompok kecil yang masih mungkin terjadinya hubungan antar pribadi yang bersifat kekeluargaan.

b. Keluarga Asuh

Apabila memungkinkan penyelenggaraan keluarga asuh dalam panti akan sangat membantu anak untuk mengembangkan hubungan sosial yang lebih sehat peran seorang ibu, ayah dan saudara pengganti akan memberikan suasana nyaman yang dapat lebih memberikan kemudahan pada anak untuk dapat tumbuh dan berkembang seperti anak pada umumnya yang di besarkan dalam keluarga biologisnya.

c. Kelompok Asuhan Anak

Untuk anak-anak tertentu yang memiliki kebutuhan khusus, yang tidak memungkinkan untuk diasuh di asrama atau keluarga asuh, maka kelompok anak


(50)

sejenis dapat di asuh oleh seorang pengasuh khusus yang terlatih dalam kelompok asuhan anak. Pengasuhan berperan sebagai orang tua yang melakukan asuhan dan bertanggung jawab terhadap kelangsungan dan tumbuh kembangnya, dengan dukungan para ahli terapi lainnya yang berada diluar panti.

d. Penitipan Anak

Anak yang berusia 3 bulan sampai 5 tahun yang memerlukan asuhan, rawatan dan pembinaan pada waktu tetentu karena karena orang tuanya bekerja atau ada keperluan lainnya.

e. Kelompok Bermain

Anak berusia 2,5 tahun sampai dengan memasuki pendidikan dasar, program ini ditujukan terhadap orang tua yang memasukkan anaknya ke Kelompok Bermain (KB) dan kurang mempunyai waktu yang cukup memberikan asuhan.

f. Perwalian

Panti mendorong masyarakat untuk ikut serta membantu melalui program perwalian. Dimana anak dimungkinkan mendapatkan orang tua atau keluarga pengganti atau diluar panti yang turut membantu dan menyokong kelangsungan hidup dan tumbuh kembangnya.

3. Program Pelayanan

Program pelayanan panti asuhan mencakup antara lain: a. Pelayanan sosial

1. Penyediaan sarana rekreasi 2. Bimbingan sosial individu


(51)

3. Bimbingan sosial kelompok 4. Konsultasi psiko sosial 5. Resosialisasi

6. Latihan keterampilan sosial 7. Pelayanan rujukan

b. Pelayanan Fisik

1. Kegiatan Olah Raga 2. Kesehatan

3. Pemberi makanan, sandang dan tempat tinggal 4. Sarana belajar, persinggahan, bermaian dan lain-lain

c. Pelayanan Mental Spiritual 1. Kegiatan keagamaan

2. Membentuk kelompok mengaji 3. Diskusi keagamaan

4. Bimbingan atau konsultasi keaagamaan

5. Pembinaan mental untuk hidup mandiri dan percaya diri d. Penunjang

1. Pendidikan (formal/informal)

2. Pelatihan keterampilan sebagai bekal pengembang kemandirian anak secara ekonomi


(52)

4. Bantuan sosial bagi keluarga anak yang miskin 5. Menyediakan informasi/asuhan

e. Pelayanan bagi anak-anak dalam situasi krisis, darurat dan kerusuhan sosial. Baik dalam bentuk trauma center, konseling, penyediaan kebutuhan pokok, dan kebutuhan tumbuh kembang anak.

2.5. Kerangka Berpikir

Dalam menjalani hidup, setiap individu baik disadari atau tidak disadari akan melakukan penilaian atau evaluasi terhadap seluruh pengalaman hidupnya, baik yang menyenangkan maupun tidak menyenangkan, yang selanjutnya akan mengakibatkan kebahagiaan atau ketidakbahagiaan.

Tinggal di panti asuhan adalah salah satu pengalaman dari sekian banyak pengalaman yang dapat terjadi pada anak panti asuhan. Pengalaman ini pada akhirnya juga dapat mempengaruhi dan membentuk kebahagiaan seseorang, melalui evaluasi dan penghayatan terhadap kehidupannya dipanti asuhan. Sebagai seorang remaja yang merupakan bagian dari masa depan bangsa, dan remaja panti asuhan juga memiliki kesempatan yang sama untuk memiliki kebahagiaan hidup.

Menurut Seligman (2002), happiness adalah perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang.


(53)

Carlson (1984, dalam Manz,2003) kebahagiaan lebih mengarah pada meniadakan ketidakbahagiaan daripada berusaha untuk bahagia. Seligman (2002) mengatakan bahwa, Hanya terdapat sedikit korelasi negatif antara emosi positif dan emosi negatif. Ini berarti, jika memiliki banyak emosi negatif, seseorang mungkin memiliki lebih sedikit emosi positif dibandingkan dengan rata-rata. Meskipun demikian, tidak berarti seseorang menjauh dari kehidupan yang senang dan tidak berarti pula seseorang terlindungi dari kesedihan.

Salah satu faktor yang menentukan happiness seseorang adalah religiusitas atau agama. Karena agama adalah penuntun jalan hidup individu agar selalu berada pada jalan yang benar. Orang yang religius akan lebih bahagia dan lebih puas terhadap kehidupan.

Glock & Stark ( dalam Anchok, 2004 ) mengatakan bahwa agama adalah sistem simbol, keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi ( ultimate meaning).

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan pengasuh panti asuhan, mereka memberikan berbagai program panti untuk membantu anak meningkatkan perilaku religiusitas pada remaja. Kegiatan-kegiatan keagamaan yang dibuat memiliki tujuan yang sangat baik, yaitu untuk mendekatkan diri anak kepada Tuhannya, melatih anak


(54)

secara dini untuk mengamalkan ilmu agama, serta untuk menghindari dari kegiatan yang tidak bermanfaat, atau masalah-masalah yang membuat anak sedih baik masa lalu maupun yang sedang dijalaninya. Sehingga kegiatan ini diharapkan mampu memotivasi anak untuk mencapai kebahagiaan hidup. Berdasarkan fenomena dan teori yang telah diuraikan diatas, maka kerangka berfikirnya:

RELIGIUSITAS

1. Keyakinan 2. Praktek Agama 3. Pengetahuan 4. Pengalaman 5. Konsekuensi

HAPPINESS

1. Emosi Positif : (masa lalu, masa depan, dan masa sekarang)

2.6. HIPOTESIS

Berdasarkan tema penelitian yang diambil maka hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut :

H1 : Ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan

H0 : Tidak ada hubungan yang signifikan antara religiusitas dengan happiness


(55)

(56)

BAB 3

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai metode dan pendekatan penelitian, variabel penelitian, definisi konseptual dan definisi operasional, populasi dan sampel, sampel dan teknik pengambilan sampel, instrumen pengumpulan data, teknik analisis data, prosedur penelitian.

3.1 Jenis Penelitian

3.1.1 Pendekatan dan metode penelitian

Pendekatan yang digunakan dalam Penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif yaitu suatu pengolahan data penelitian yang didapat dengan menggunakan perhitungan statistik dengan tujuan untuk memperoleh hasil dari hubungan antar variabel yang diteliti. Dengan pendekatan kuantitatif akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel yang diteliti.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan jenis penelitian korelasional. Menurut Gay (dalam Sevilla, 1993) metode deskriptif adalah kegiatan yang meliputi pengumpulan data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian. Sedangkan penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel-variabel yang berbeda dalam suatu populasi (Sevilla, 1993). Pada metode korelasional, hubungan antar variabel diteliti dan dijelaskan. Hubungan yang dicari


(57)

ini desebut sebagai korelasi, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana variabel pada satu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya. (Iqbal, 2002)

3.1.2 Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu karakteristik yang memiliki dua atau lebih nilai atau sifat yang berdiri sendiri (Sevilla, 1993). Dalam penelitian ini terdapat 2 (dua) variabel yaitu : variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat (dependent variable). Sugiyono (2007) mendefinisikan variabel bebas (independent variable) sebagai variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya variabel terikat, sedangkan variabel terikat (dependent variable) adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas.

Adapun variabel-variabel dalam penelitian ini adalah :

Independent Variabel : Religiusitas Dependent Variabel : Happiness

3.1.2.1 Definisi Konseptual

1. Religiusitas adalah sistem simbol, keyakinan, sistem nilai, dan sistem perilaku yang terlembagakan, yang semuanya berpusat pada persoalan-persoalan yang dihayati sebagai yang paling maknawi. (Glock & Stark dalam Anchok, 2004 )

2. Happiness adalah perasaan positif dan kegiatan positif tanpa unsur paksaan sama sekali dari kondisi dan kemampuan seseorang untuk merasakan emosi positif di masa lalu, masa depan dan masa sekarang. (Seligman, 2002).


(58)

3.1.2.2 Definisi Operasional

1. Religiusitas yang dimaksud dari penelitian ini adalah skor yang diperoleh dari pengukuran berdasarkan teori Glock dan Stark yang mempunyai lima dimensi, yaitu dimensi keyakinan, praktek agama, pengetahuan agama, pengalamandan konsekuensi. 2. Happiness adalah skor yang diperoleh dari pengukuran berdasarkan teori Seligman

yang mempunyai tiga aspek yaitu: emosi positif kepuasan pada masa lalu, optimis akan masa depan dan kebahagiaan masa sekarang.

3.2 Pengambilan Sampel

3.2.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah totalitas dari semua objek atau individu yang memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang akan diteliti. Objek atau nilai yang akan diteliti dalam populasi disebut unit analisis atau element populasi. Unit analisis dapat berupa orang, perusahaan, media dan sebagainya (Iqbal, 2002).

Populasi dalam penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu remaja panti asuhan islam Raudhatul Hikmah dan panti asuhan kristen P-niel. dimana jumlah populasi panti asuhan islam berjumlah 110 orang. Sedangkan populasi remaja panti asuhan kristen P-niel berjumlah 48 orang.

3.2.2 Sampel Penelitian

Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil melalui cara-cara tertentu yang juga memiliki karakteristik tertentu, jelas dan lengkap yang dianggap bisa mewakili populasi


(59)

(Iqbal, 2002). Di dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel 150 remaja yang tinggal di panti asuhan yang akan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu terdiri dari :

1. Jumlah sampel untuk try out sebanyak 60 orang. Terdiri dari 30 orang remaja islam dan 30 orang remaja kristen.

2. Sedangkan jumlah sampel untuk penelitian ini sebanyak 90 orang. Yaitu remaja islam sebanyak 50 orang dan remaja kristen 40 orang.

3.2.3 Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sample dengan pertimbangan tertentu. (Sugiyono, 2007). Teknik tersebut termasuk dari jenis non probability sampling, dimana setiap individu dalam populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk terpilih menjadi sampel penelitian karena peneliti memilih sampel berdasarkan karakteristik yang telah ditentukan sebelumnya.

Adapun karakteristik dari sampel penelitian ini adalah:

1. Berusia 13-18 tahun. Hal ini merajuk pada teori Hurlock (1980) dan batasan ini digunakan mengingat bahwa usia maksimal tinggal di panti adalah 18 tahun.

2. Remaja yang tinggal dipanti asuhan.

3.3 Pengumpulan Data

3.3.1 Metode pengumpulan data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode angket, yaitu tehnik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. (Sugiyono, 2007). Sejumlah pernyataan tertulis digunakan untuk memperoleh informasi dari responden yang merupakan laporan tentang pribadinya, sikapnya terhadap sesuatu atau hal yang diketahui.


(60)

Dalam penelitian ini skala yang digunakan adalah skala model likert, dimana variabel penelitian dijadikan sebagai titik tolak penyusunan item-item instrumen (Hasan, 2002). Pernyataan terdiri dari pernyataan positif (favorable) dan negatif (unfavorable). Jawaban setiap instrumen ini memiliki tingkat dari tertinggi (sangat positif) sampai pada terendah (sangat negatif) dan diukur melalui satu item dengan empat skala jawaban, sebagai berikut:

Tabel 3.1 Skor item skala

Item favorable Skor Item unfavorable Skor

SS (Sangat Setuju) 4 SS (Sangat Setuju) 1

S (Setuju) 3 S (Setuju) 2

TS (Tidak Setuju) 2 TS (Tidak Setuju) 3 STS (Sangat Tidak Setuju) 1 STS (Sangat Tidak Setuju) 4

3.3.2 Instrument Pengumpulan Data

Metode yang akan digunakan untuk melakukan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan skala. Skala yang akan dipergunakan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini ada dua, yaitu skala Religiusitas dan skala Happiness.

1. Skala religiusitas dalam penelitian ini menggunakan skala model Likert. Dan untuk mengukur religiusitas peneliti mengadaptasi skala baku yang telah di modifikasi dari konsep Glock & Stark (1974).

Tabel 3.2


(61)

No Dimensi Indikator Item Favorable

Item

Unfavorable

Total

Keyakinan terhadap Tuhan 1 2, 33 3

Mukjizat 3 34 2

Kehidupan setelah kematian 35 4 2 Syarat-syarat untuk

keselamatan (kepercayaan)

36 5 2

Syarat-syarat untuk

keselamatan (aktifitas ritual)

37 6 2

Syarat-syarat untuk keselamatan (pekerjaan)

7 38 2

Kepercayaan yang salah 39 40 2 Pelanggaran terhadap ritual

yang benar

41 8 2

Tindakan-tindakan yang salah

42 9 2

1 Keyakinan

Kepastian dan kepercayaan mengenai keyakinan

10 43 2

Menghadiri kegiatan keagamaan

11 44 2

Mengikuti siraman rohani dari media elektronik

12 45 2 2 Praktek agama

Keikutsertaan dalam organisasi agama


(62)

Ibadah malam hari 14 47 2 Pentingnya mengikuti

kegiatan keagamaan

15 48 2

Membaca kitab suci 16 49 2 Frekuensi ibadah 17 50 2 Frekuensi berdoa 18 51 2 Sebab-sebab berdoa 19, 53 52 3 Berdoa untuk keberkahan 20 54 2 Kemampuan dalam berdoa 22 21 2 Memperkuat pengalaman 23 55 2 Pengalaman responsive 56 24 2 3 Pengalaman

Pengalaman godaan 57 25 2 Pengetahuan tentang ajaran

agama

58 59 2 4 Pengetahuan

Pengetahuan terhadap isi dari kitab suci

26, 60 61, 62 4

Sabar 27 28 2

Jujur 63 29 2

Ikhlas 30, 64 65 3

5 Konsekuensi

Bekerja sama 31, 66 32 3

2. Skala happiness dalam penelitian ini disusun peneliti dengan membuat pernyataan-pernyataan berdasarkan aspek-aspek dari konsep Seligman (2002). Happiness terdiri dari 50 butir pernyataan berikut:


(63)

Blue Print Skala Happiness Dimensi Sub-Dimensi Indikator Item

favorable Item unfavorable Total Emosi Positif Kepuasan akan masa lalu Merasa puas terhadap suatu pencapaian

3, 42 10, 32 4

Merasakan ketenangan dalam diri

1, 40 25, 33 4

Mempunyai penilaian diri yang positif

5, 9 35, 37 4

Memaafkan kesalahan di masa lalu

8, 19 2 3

Mensyukuri apa yang telah didapat

23, 27 4, 13 4

Optimisme akan masa depan Percaya bahwa harapan akan tercapai

6 7, 39 3

Yakin bahwa setiap masalah besar atau kecil


(64)

dapat terselesaikan Mempunyai keyakinan bahwa hidup akan menjadi lebih baik

12, 36 18 3

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

14, 34 16 3

Kebahagiaan masa kini

Menikmati

kegiatan-kegiatan yang di sukai

21, 30 28, 31 4

Merasakan kenikmatan inderawi

22, 38 41 3

Merasakan kenikmatan yang bersifat kognitif

15, 26 11 3


(65)

Sebelum penelitian dilaksanakan, peneliti melakukan uji instrumen (try out) dengan 108 item dari dua skala yaitu skala religiusitas 66 item dan happiness 42 item. Uji instrumen diberikan pada 30 orang remaja panti asuhan islam dan 30 orang remaja panti asuhan kristen. Adapun tujuan dari pelaksanaan uji instrumen ini dilakukan dengan maksud :

1. Mengetahui validitas instrumen, dimana skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. 2. Mengetahui tingkat realibilitas instrumen yang digunakan untuk mengukur tingkat

reliabilitas skala tersebut.

3.4.1 Uji Validitas

Menurut Sevilla (1993) validitas adalah derajat ketepatan suatu alat ukur tentang pokok isi atau arti sebenarnya yang diukur. Validitas suatu butir pernyataan dapat dilihat dari hasil output SPSS versi 16 menilai kevalidan masing-masing butir pernyataan dapat dilihat dari nilai Corrected Item-Total Correlation masing-masing butir pernyataan.

Tabel 3.4

Blue Print Skala Religiusitas setelah try out

No Dimensi Indikator Item

Favorable

Item

Unfavorable

Total

Keyakinan terhadap Tuhan 1* 2, 33* 2

Mukjizat 3 34* 1

Kehidupan setelah kematian 35* 4* 2 Syarat-syarat untuk

keselamatan (kepercayaan)

36 5* 1

Syarat-syarat untuk

keselamatan (aktifitas ritual)

37 6* 1

1 Keyakinan


(66)

keselamatan (pekerjaan)

Kepercayaan yang salah 39* 40* 2 Pelanggaran terhadap ritual

yang benar

41* 8* 2

Tindakan-tindakan yang salah

42 9* 1

Kepastian dan kepercayaan mengenai keyakinan

10 43* 1

2 Praktek agama Menghadiri kegiatan keagamaan

11* 44 1

Mengikuti siraman rohani dari media elektronik

12* 45* 2

Keikutsertaan dalam organisasi agama

46* 13* 2

Ibadah malam hari 14* 47* 2 Pentingnya mengikuti

kegiatan keagamaan

15* 48* 2

Membaca kitab suci 16* 49* 2 Frekuensi ibadah 17* 50* 2 Frekuensi berdoa 18* 51* 2 Sebab-sebab berdoa 19, 53* 52* 2 Berdoa untuk keberkahan 20* 54 1 Kemampuan dalam berdoa 22* 21 1 3 Pengalaman Memperkuat pengalaman 23* 55* 2


(67)

Pengalaman responsive 56 24* 1 Pengalaman godaan 57* 25 1 Pengetahuan tentang ajaran

agama

58* 59* 2

4 Pengetahuan

Pengetahuan terhadap isi dari kitab suci

26*, 60* 61*, 62* 4

Sabar 27* 28* 2

Jujur 63* 29 1

Ikhlas 30*, 64* 65* 3

5 Konsekuensi

Bekerja sama 31*, 66 32 1

Tabel 3.5

Blue Print Skala Happiness setelah try out Dimensi Sub-Dimensi Indikator Item

favorable Item unfavorable Total Emosi Positif Kepuasan akan masa lalu Merasa puas terhadap suatu pencapaian

3*, 42 10, 32* 4

Merasakan ketenangan dalam diri

1*, 40* 25, 33 4

Mempunyai penilaian diri yang positif

5*, 9 35, 37 4


(68)

kesalahan di masa lalu Mensyukuri apa yang telah didapat

23*, 27 4*, 13* 4

Optimisme akan masa depan Percaya bahwa harapan akan tercapai

6* 7*, 39 3

Yakin bahwa setiap masalah besar atau kecil dapat

terselesaikan

24*, 29* 17*, 20 4

Mempunyai keyakinan bahwa hidup akan menjadi lebih baik

12*, 36* 18* 3

Percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki

14*, 34* 16* 3

Kebahagiaan masa kini

Menikmati


(69)

kegiatan yang di sukai

Merasakan kenikmatan inderawi

22*, 38* 41 3

Merasakan kenikmatan yang bersifat kognitif

15*, 26* 11* 3

3.5.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah derajat ketepatan dan ketelitian atau akurasi yang di tunjukkan oleh instrumen pengukuran (dalam Sevilla,1993). Dalam perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan rumus koefisien Alpha Croncbach dan menggunakan SPSS versi 16.

Tabel 3.6

Klasifikasi Koefisien Reliabilitas

Kriteria Koefisien Reliabilitas

Sangat Reliabel >0,9

Reliabel 0,7-0,9 Cukup Reliabel 0,4-0,7

Kurang Reliabel 0,2-0,4 Tidak Reliabel <0,2


(70)

Data yang diperoleh akan dianalisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan dari penelitian ini, dengan metode statistik untuk mengetahui signifikansi korelasi antara religiusitas dengan happiness pada remaja Panti Asuhan, yang ditentukan pada taraf signifikansi sebesar 0,05 pada one tailed test. Pengolahan data ini menggunakan analisis statistik, yaitu:

Pengujian hipotesis:

Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan

Hi : Ada hubungan yang positif antara religiusitas dengan happiness pada remaja panti asuhan

3.6 Prosuder Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mencoba merencanakan langkah-langkah yang

diharapkan dapat menunjang kelancaran penelitian, langkah-langkah tersebut sebagai berikut :

1. Persiapan Penelitian

- Dimulai dengan perumusan masalah dan pembatasan masalah

- Menentukan variabel-variabel yang akan diteliti. Kedua variabel itu yaitu religiusitas

dan happiness.

- Melakukan studi kepustakaan untuk mendapatkan gambaran dan landasan teori yang

tepat.

- Menentukan, menyusun dan menyiapkan alat ukur yang akan digunakan dalam

penelitian ini yaitu skala religiusitas dan happiness yang dirancang berupa skala Likert.


(71)

Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing, peneliti melakukan uji coba alat ukur kedua skala pada remaja panti asuhan.

3. Tahap Pengambilan Data

- Menentukan jumlah sampel penelitian.

- Memberikan penjelasan mengenai tujuan penelitian dan meminta kesediaan

responden untuk mengisi skala penelitian.

- Memberikan alat ukur yang telah disiapkan kepada responden.

4. Tahap Pengolahan Data

- Melakukan skoring terhadap hasil skala yang telah diisi oleh responden. - Melakukan analisa data dengan menggunakan metode statistik untuk menguji

hipotesis penelitian.

- Membuat kesimpulan dan laporan akhir penelitian.

BAB 4


(72)

Pada bab ini dibahas mengenai gambaran umum responden penelitian, uji persyaratan, kategorisasi, dan pengujian hipotesis.

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian

Gambaran umum tentang responden penelitian akan diuraikan secara rinci yang berupa gambaran umum frekuensi dan persentase dari jenis kelamin dan usia. Pada penelitian ini penulis menggunakan sampel sebanyak 90 orang.

4.1.1 Gambaran Subjek berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan jenis kelamin, subjek dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagaimana terlihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1

Gambaran umum responden berdasarkan jenis kelamin

Happiness

Jenis Kelamin

Frekuensi Persentase

µ

t-test

Laki-laki 40 44,44% 1,1580

Perempuan 50 55,56% 1,1636

0,700

Total 90 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden paling banyak adalah remaja perempuan yaitu 50 orang dengan persentase 55,56%, sedangkan responden remaja laki-laki berjumlah 40 orang dengan persentase 44,44%.


(73)

Untuk nilai rata-rata Happiness pada laki-laki (1,1580) lebih kecil daripada perempuan (1,1636) dengan perbedaan nilai sebesar 0,0056. Dapat dilihat di tabel 4.1 untuk signifikansi t-test 0,700> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan happiness pada remaja laki-laki dan perempuan.

4.1.2 Gambaran Umum Responden Berdasarkan Usia Tabel 4.2

Gambaran umum responden berdasarkan Usia

Happiness

Usia Frekuensi Persentase

µ

t-test

13-15 tahun 41 45,56% 1,1622

16-18 tahun 49 54,44% 1,1602

0,888

Total 90 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden paling banyak adalah remaja usia 13-15 tahun yaitu 41 orang dengan persentase 45,56%, sedangkan responden remaja usia 16-18 tahun berjumlah 49 orang dengan persentase 54,44%.

Berdasarkan usia, subyek dalam penelitian ini berada dalam masa remaja awal yaitu dalam rentang usia 13 - 16 tahun sedangkan Masa remaja akhir yaitu dalam rentang usia 16 – 18 tahun. Untuk nilai rata-rata Happiness pada usia 13-15 tahun (1,1622) lebih besar


(74)

tabel 4.2 untuk signifikansi t-test 0,888> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan happiness pada remaja usia 13-15 sampai usia 16-18 tahun.

4.1.3 Gambaran Umum Berdasarkan Agama Tabel 4.3

Gambaran umum responden berdasarkan Agama

Happiness

Agama Frekuensi Persentase

µ

t-test

Islam 50 55,56% 1,1588

Kristen 40 44,44% 1,1640 0,720

Total 90 100%

Dari tabel di atas terlihat bahwa responden paling banyak adalah remaja islam yaitu 50 orang dengan persentase 55,56%, sedangkan responden remaja kristen berjumlah 40 orang dengan persentase 44,44%.

Untuk nilai rata-rata Happiness pada remaja islam (1,1588) lebih kecil daripada remaja kristen (1,1640) dengan perbedaan nilai sebesar 0,0052. Dapat dilihat di tabel 4.1 untuk signifikansi t-test 0,720> 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan happiness pada remaja islam dan kristen.

4.2 Presentasi Data

4.2.1 Uji Normalitas


(75)

Uji normalitas yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan uji Shapiro-Wilk. Karena pengujian dengan Shapiro-Wilk digunakan apabila responden pengujian kurang dari 100 (Kuncono, 2004). Dalam hal ini digunakan untuk menentukan apakah distribusi frekuensi pengamatan dari suatu variabel secara signifikan berbeda dari yang diharapkan atau distribusi frekuensi teoritis. Sehingga hipotesis statistiknya adalah distribusi frekuensi hasil pengamatan bersesuaian dengan distribusi frekuensi harapan (teoritis) (Sevilla, 1993). Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4.4

Hasil uji normalitas skala Religiusitas Tests of Normality religiusitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

VAR0000 1

.133 90 .000 .948 90 .001

a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel tersebut dapat diketahui bahwa berdasarkan uji normalitas dengan menggunakan program SPSS 16.00 untuk skala religiusitas didapat Sig. Shapiro-wilk 0,01 lebih kecil dari taraf signifikansi yang ditetapkan yaitu 0,05 maka dapat dikatakan bahwa distribusi data skala religiusitas tidak normal. Dan berikut ini adalah gambar diagram Scatterplot hasil SPSS 16.00 for windows. Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini:


(76)

Dari gambar di atas dapat terlihat bahwa sebaran data variabel Religiusitas pada remaja panti asuhan tidak normal yang ditandai dengan penyebaran data sebagian besar tidak berada di garis normal. Ada beberapa item berada pada garis normal, namun sebagian besar item tidak berada pada garis normal. Jadi data Religiusitas pada remaja panti asuhan dapat dikatakan tidak normal.

Tabel 4.5

Uji normalitas Happiness

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

VAR0000 1


(77)

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.

VAR0000

.192 .098 90 .033 .980 90

1

a. Lilliefors Significance Correction

Dari tabel nilai uji normalitas di atas, dapat diketahui bahwa happiness pada remaja panti asuhan memiliki probabilitas dengan nilai signifikansi 0,192 > 0,05. Sehingga dapat disimpulkan dari skala tersebut bahwa Ho diterima yang berarti data berdistribusi normal.

Normalitas data berdasarkan skala happiness pada remaja panti asuhan dapat dilihat berdasarkan gambar diagram Q-Q plot keluaran SPSS 16 berikut ini :


(78)

Dari gambar diatas dapat terlihat bahwa sebaran data happiness pada remaja panti asuhan disekitar garis diagonal, dan penyebaran titik data searah dengan garis diagonal. Jadi data happiness pada remaja panti asuhan dapat dikatakan normal.

4.3 Kategorisasi Penyebaran Skor Responden

4.3.1 Kategorisasi Religiusitas

Atribut yang diukur dalam penelitian ini adalah :

Nilai skala 1 – 4

Nilai terendah 51x 1 = 51

Nilai tertinggi 51x 4 = 204

Standar Deviasi (SD) 162,8

Mean (µ) 10,30

Untuk mengetahui religiusitas pada responden, peneliti menggunakan kategorisasi rentang untuk setiap responden. Rentang dibagi menjadi tiga interval dengan kategori tinggi, sedang, dan rendah. Adapun tingkat religiusitas pada responden, dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.8 Kategori Religiusitas

Kategori Angka Frekuensi %


(1)

Berdasarkan penulisan penelitian ini, peneliti menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan di dalamnya dikarenakan adanya beberapa hambatan dan rintangan yang dialami. Untuk itu, dari peneliti ada beberapa saran yang bisa menjadi bahan pertimbangan sebagai penyempurnaan berbagai hal yang berkaitan dengan penelitian ini, yaitu berupa saran teoritis dan saran praktis.

5.3.1 Saran Teoritis

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, ada beberapa saran yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam melakukan penelitian berikutnya, antara lain adalah :

1. Untuk penelitian selanjutnya yang tertarik ingin meneliti masalah happiness diharapkan memperhatikan faktor-faktor yang belum terungkap dalam penelitian ini seperti: faktor kehidupan sosial, faktor perkawinan, faktor kesehatan, faktor pekerjaan, serta faktor-faktor lain yang bersifat positif, menyenangkan dan memberikan kepuasan.

2. Pada penelitian lanjutan, diharapkan dapat mengadaptasi dengan lebih baik lagi dari skala religiusitas dan happiness, sehingga dapat meneliti secara mendalam dimensi dari masing-masing variabel.

5.3.2 Saran Praktis

1. Diharapkan bagi pengasuh anak-anak di panti hendaknya memperhatikan aspek-aspek yang dibutuhkan oleh seorang anak tidak hanya kebutuhan materi, namun juga kebutuhan emosional anak yaitu dengan mendekatkan diri dengan anak sebagai pengganti peran orang tua. Agar anak tidak merasa kesepian, sehingga anak berfikir bahwa masih banyak orang-orang yang peduli dan menyayangi mereka.

2. Agar tingkat religiusitas dan happiness pada remaja panti asuhan menjadi lebih besar, maka yang harus lebih ditekankan adalah pelayanan serta kegiatan keagamaan atau kegiatan-kegiatan positif lainnya di lingkungan dipanti serta menerapkan nilai-nilai


(2)

dari ajaran-ajaran agama. Dengan mendekatkan diri kepada Tuhan, akan meminimalisir remaja untuk merasa sedih terhadap permasalahan atau kesulitan dalam dirinya.

DAFTAR PUSTAKA

Sumber Buku

Alamsyah N, Arief. 2008. The way to happiness. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Al-Qarni, Aidh (2007). La Tahzan: Jangan Bersedih, terj. Samson Rahman, Jakarta; Qisthi Press

Ancok, Djamaludin (2004). Psikologi islam. Yogyakarta : Pustaka Belajar

Agustiani, Hendrianti. Dr. (2006). Psikologi Perkembangan Pendekatan Ekologi Kaitannya denga Konsep Diri dan Penyesuaian Diri pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama.

Carr, Alan.(2004) Positive psychology. Brunner-Routledge

Daradjat, Zakiyah. (2005). Ilmu Jiwa Agama. Jakarta: Penerbit Bulan Bintang

Depsos RI. (2008). Seseorang yang berguna , kualitas pengasuhan di panti sosial asuhan anak di indonesia. Jakarta

Depsos RI. (2005). Pedoman pelayanan sosial anak terlantar melalui panti sosial asuhan anak. Jakarta

Hurlock, Elizabeth. (1980). Psikologi Perkembangan. Jakarta. Erlangga Hasan, Iqbal M (2002). Metodologi Penelitian Jakarta : Ghalia Indonesia.

J. Lopes, Shane & Synder, C. R. (2007). Positive Psychology: The Scientific and Practical Exploration of Human Strengths, New Delhi: SAGE Publication


(3)

Kuncono (2004). Aplikasi komputer psikologi.

Manz, Charles C. (2003). Emotional Disipline: The Power To Choose How You Feel, Berrett-Koehler Publisher, Inc. San Francisco

Matthews, Andrew. (2004). Being happy: Kiat hidup tenteram dan bahagia. Jakarta. PT Gramedia Pustaka Utama

Peraturan pemerintah pengangkatan anak. (2008) PP RI nomor 54 tahun 2007. Jakarta: Asa mandiri .

Rakhmat, Jalaluddin (2003). Psikologi Agama sebuah pengantar. Bandung: Mizan Sarwono, Sarlito Wirawan. 1999. Psikologi Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Seligman, Martin (2005). Authentic Happiness: Menciptakan Kebahagiaan dengan Psikologi Positif . Bandung: Mizan

Stark, Rodney and Glock, Charles Y. American Piety: The nature of religious commitment. Barkeley, Los Angeles, London. University Of California Press

Sevilla, C.G, (et.al). (1993). Pengantar Metode Penelitian. Jakarta : Universitas Indonesia. Sugiyono (2008) metode Penelitian kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung : Alfabeta Santrock, John W (2003) adolescence :perkembangan remaja. Jakarta. Erlangga

Thouless Robert H (1995) Pengantar Psikologi Agama. Jakarta : RajaGrafindo Persada Yusuf, Syamsu LN, M.Pd. (2004). Psikologi Belajar Agama. Pustaka bani quraisy. .

Sumber Jurnal

Aghili, Mojtaba and Kumar, G. Venkatesh. 2008. Relationship between religion attitude and happiness among professional employees. Journal of the Indian academy of applied psychology, Vol 34, Special issue, 66-69.


(4)

Ryff, C. D. (1989). Happiness is Everything, or is it? Explorations on The Meaning of Psychological Well-Being. Journal of Personality and Sosial Psychology, Vol 57, No. 6, Hal 1069-1081

Sing and Jha (2008). Positive and negative affect, and grit as predictors of happiness and life satisfaction. Indian institute of technology, Delhi.

Trimulyaningsih, Nita dan Syifa’a Rachmahana, Ratna. Positif Religious Coping style dan Penerimaan Diri pada Survivor Gempa Jogyakarta. Jurnal Psikologi Volume 1, Nomor 1, juni 2008 / ISSN : 1978-5720

Muhammad Muslim, Dafit dan Nashori, Fuad. Yogyakarta. Hubungan antara religiusitas dengan kebahagiaan otentik (Authentic Happiness) pada mahasiswa.

Sumber pustaka online www.muslimah.or.id


(5)

(6)

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN HAPPINESS PADA REMAJA PEROKOK

3 21 16

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI PADA REMAJA DI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

0 2 17

PENDAHULUAN Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

0 2 9

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN RESILIENSI Hubungan Antara Religiusitas Dengan Resiliensi Pada Remaja Di Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarta.

0 1 18

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN Hubungan Antara Atribusi Dengan Perilaku Asertif Pada Remaja Panti Asuhan.

0 0 15

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN Hubungan Antara Atribusi Dengan Perilaku Asertif Pada Remaja Panti Asuhan.

2 9 18

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA SANTRI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM Hubungan Religiusitas Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Santri Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarata.

0 0 15

HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN KEBERMAKNAAN HIDUP PADA SANTRI PANTI ASUHAN KELUARGA YATIM Hubungan Religiusitas Dengan Kebermaknaan Hidup Pada Santri Panti Asuhan Keluarga Yatim Muhammadiyah Surakarata.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA DI PANTI ASUHAN YATIM PUTRI ‘AISYIYAH KARANGANYAR SKRIPSI

1 2 139

HUBUNGAN ANTARA PENERIMAAN DIRI DENGAN KEBAHAGIAAN (HAPPINESS) PADA REMAJA PANTI ASUHAN DI PURWOKERTO

0 1 14